bgm

37
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia dan di negara berkembang masalah gizi pada umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi,masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Masalah Kurang Vitamin A (KVA), dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar. Berdasarkan Soekirman dalam materi Aksi Pangan dan Gizi nasional, Masalah gizi kurang pada balita umumnya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan ketrampilan keluarga. (Depkes, 2000) Menurut Depkes (2004) yang dikutip Biro Pusat Statistik tahun 2003 sekitar 5 juta anak balita (27,5%) yang kekurangan gizi, lebih kurang 3,6 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%). Khususnya untuk mereka yang berumur di bawah 5 tahun. (Depkes, 2004)

Upload: ayunna

Post on 29-Jan-2016

1 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

EMBOH

TRANSCRIPT

Page 1: BGM

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia dan di negara berkembang masalah gizi pada umumnya masih

didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia

Besi,masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Masalah Kurang

Vitamin A (KVA), dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar.

Berdasarkan Soekirman dalam materi Aksi Pangan dan Gizi nasional,

Masalah gizi kurang pada  balita umumnya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu

penyebab langsung dan penyebab tidak langsung.  Penyebab langsung yaitu

makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Penyebab tidak

langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta

pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Faktor-faktor tersebut sangat

terkait dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan ketrampilan keluarga.

(Depkes, 2000)

Menurut Depkes (2004) yang dikutip Biro Pusat Statistik tahun 2003 sekitar

5 juta anak balita (27,5%) yang kekurangan gizi, lebih kurang 3,6 juta anak

(19,2%) dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%).

Khususnya untuk mereka yang berumur di bawah 5 tahun. (Depkes, 2004)

Angka kematian ibu dan angka kematian bayi senantiasa menjadi indikator

keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan.  Menurut data Survei Demografi

dan Kesehatan Indonesia tahun 2007 (SDKI 2007), Angka Kematian Bayi sebesar

34 kematian/1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita sebesar 44

kematian/1000 kelahiran hidup.

B. Rumusan Masalah

C.   Tujuan Penelitian

1.    Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana karakteristik

keluarga balita dengan berat badan di bawah garis merah (BGM).

Page 2: BGM

2.    Tujuan Khusus

a.    Mengidentifikasi karakteristik keluarga balita dengan berat badan di bawah garis

merah (BGM) berdasarkan tingkat pendidikan kepala keluarga.

b.    Mengidentifikasi karakteristik keluarga balita dengan berat badan di bawah garis

merah (BGM) berdasarkan Pendapatan keluarga.

c.    Mengidentifikasi karakteristik keluarga balita dengan berat badan di bawah garis

merah (BGM) berdasarkan pola asuh anak.

d.    Mengidentifikasi karakteristik keluarga balita dengan berat badan di bawah garis

merah (BGM) berdasarkan jumlah anggota keluarga

e.    Mengidentifikasi karakteristik keluarga balita dengan berat badan di bawah garis

merah (BGM) berdasarkan Sanitasi lingkungan keluarga.

C. Manfaat Penelitian

1.    Manfaat Untuk Instansi Terkait

Sebagai sumber informasi untuk bahan pertimbangan bagi Puskesmas guna

menyusun strategi lebih lanjut sehingga dapat menurunkan insiden BGM

2.    Manfaat Untuk Masyarakat

a.    Sebagai sumber informasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang

gizi balita

b.    Meningkatkan kesadaran ibu dan keluarga untuk memperbaiki pola asuh terhadap

balita

3.    Manfaat Untuk Penelitian Yang Akan Datang

Dapat dijadikan data dasar untuk penelitian selanjutnya terutama penelitian

yang berhubungan dengan terjadinya BGM.

Page 3: BGM

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. Karakteristik

a. Pengertian

Karakteristik adalah ciri-ciri dari individu yang terdiri dari demografi

seperti jenis-jenis kelamin, umur, serta status sosial seperti tingkat

pendidikan, pekerjaan, ras, status ekonomi dan sebagainya. Menurut Efendi,

demografi berkaitan dengan struktur penduduk, umur, jenis kelamin, dan

status ekonomi sedangkan data cultural mengangkat tingkat pendidikan,

pekerjaan, agama, adat istiadat, penghasilan dan sebagainya (Ayuria,2009).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ciri-ciri khusus atau

mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu.

2. Karakteristik keluarga

Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi kurang.

Menurut UNICEF (2008) yaitu :

a. Kurangnya asupan gizi dari makanan

b. Akibat terjadinya penyakit infeksi.

Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu:

(1) Faktor ketersediaan pangan

(2) Perilaku dan pendidikan dalam pengolahan pangan dan pengasuhan

anak;

(3) Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI, 2006), ada 3 faktor

penyebab gizi buruk pada balita, yaitu:

(1) Keluarga miskin/ sosial ekonomi

(2) Ketidaktahuan orang tua/ pengetahuan

(3) Penyakit bawaan pada anak, (Hardjoprakoso, 2008)

a. Tingkat pendidikan keluarga

1) Pengertian

Page 4: BGM

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Pendidikan merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-

sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan

yang jelas, mulai dari pendidikan dasar (SD), pendidikan menengah (SMP

dan SMA), sampai pendidikan tinggi (perguruan Tinggi). (Wikipedia,2011)

Berdasarkan pengertian pendidikan yang teah dijelaskan sebelumnya

maka dapat diidentifikasikan beberapa ciri pendidikan antara lain :

a) Pendidikan mengandung tujuan yaitu kemampuan untuk berkembang,

sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidup.

b) Untuk mencapai tujuan itu, pendidikan melakukan usaha yang terencana

dalam memiih isi, strategi dan teknik pendidikan.

c) Kegiatan pendidikan dilakukan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan

masyarakat (formal dan non formal)

2) Jalur pendidikan

Menurut UU RI no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,

jalur pendidikan terdiri dari :

a) Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan

berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi.

b) Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan

dan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri

c) Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal

yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

3) Jenjang pendidikan

Menurut UU RI no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

jenjang pendidikan formal terdiri atas :

a) Pendidikan dasar

Page 5: BGM

Merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan

menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah dasar (SD), dan

Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau sederajat serta Sekolah Menengah

Pertama (SMP) dan Madrasah Tsnawiyah (Mts) atau yang sederajat.  

b) Pendidikan menengah

Merupakan lanjutan pendidikan dasar. Terdiri atas pendidikan menengah

umum dan kejujuran seperti Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah

Aliyah (MA), Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliah

Kejujuran (MAK) atau yang sederajat.

c) Pendidikan tinggi

Meupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang

mencakup program pendidikan Diploma, Sarjana, Magister, Specialis

dan Doktor yang diselenggarakan oleh pergurun tinggi (Hasbullah, 2005)

4) Pendidikan dan Gizi

Bagi keluarga dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah

menerima informasi kesehatan khususnya di bidang gizi, sehingga dapat

menambah pengetahuannya dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-

hari. (Depkes RI,2003)

b. Pendapatan  keluarga

Pendapatan adalah segala sesuatu yang diperoleh atau diterima oleh

seseorang baik berupa barang atau uang sebagai balas jasa yang dihitung dalam

perkapita, perminggu, perbulan.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2005,  Kriteria atau batasan

keluarga miskin Indonesia  jika pendapatan keluarga kurang dari Rp. 600.000

per bulan.(Gema,2010)

Tingkat pendapatan merupakan faktor yang menentukan dalam kualitas dan

kuantitas pada makanan. Pendapatan yang meningkat maka berpengaruh

terhadap perbaikan kesehatan dan keadaan gizi. Sedangkan pendapatan yang

rendah akan mengakibatkan lemahnya daya beli sehingga tidak memungkinkan

untuk mengatasi kebiasaan makan dengan cara-cara tertentu secara efektif

terutama untuk anak mereka. (Notoatmodjo,2007)

c. Pola Asuh

Page 6: BGM

Agar pola hidup anak bisa sesuai dengan standar kesehatan, di samping

harus mengatur pola makan yang benar, juga tak kalah pentingnya mengatur

pola asuh yang benar pula. Pola asuh yang benar bisa ditempuh dengan

memberikan perhatian yang penuh kasih sayang pada anak, memberinya waktu

yang cukup untuk menikmati kebersamaan dengan seluruh anggota keluarga

(Perangin-angin, 2006).

Pola asuh adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk

menyediakan waktu, perhatian, dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh

kembang dengan sebaik-baiknya secara fisik, mental dan sosial. Pengasuhan

merupakan faktor yang sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan

perkembangan anak berusia di bawah lima tahun. Masa anak usia 1-5 tahun

(balita) adalah masa dimana anak masih sangat membutuhkan suplai makanan

dan gizi dalam jumlah yang memadai. Pada masa ini juga, anak-anak masih

sangat tergantung pada perawatan dan pengasuhan ibunya (Sarah, 2008).

Adapun tipe-tipe pola asuh anak :

1) Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek

terhadap anak. Jadi apa pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan

seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat,

pergaulan bebas negatif, matrialistis, dan sebagainya.

Biasanya pola pengasuhan anak oleh orangtua semacam ini

diakibatkan oleh orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan

atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak

dengan baik. Dengan begitu anak hanya diberi materi atau harta saja dan

terserah anak itu mau tumbuh dan berkembang menjadi apa.

Anak yang diasuh orangtuanya dengan metode semacam ini nantinya

bisa berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, merasa tidak

berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan sosialisasi yang buruk,

kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang lain, dan lain

sebagainya baik ketika kecil maupun sudah dewasa.

2) Pola Asuh Otoriter

Page 7: BGM

Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat

pemaksaan, keras dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai

aturan yang saklek harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu

perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan

hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya.

Hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak

dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati

orang-tua yang telah membesarkannya.

Anak yang besar dengan teknik asuhan anak seperti ini biasanya tidak

bahagia, paranoid / selalu berada dalam ketakutan, mudah sedih dan

tertekan, senang berada di luar rumah, benci orangtua, dan lain-lain.

Namun di balik itu biasanya anak hasil didikan ortu otoriter lebih bisa

mandiri, bisa menjadi orang sesuai keinginan orang tua, lebih disiplin dan

lebih bertanggungjawab dalam menjalani hidup.

3) Pola Asuh Otoritatif

Pola asuh otoritatif adalah pola asuh orangtua pada anak yang

memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi

berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan dan

pengawasan yang baik dari orangtua. Pola asuh ini adalah pola asuh yang

cocok dan baik untuk diterapkan para orang tua kepada anak-anaknya.

Anak yang diasuh dengan tehnik asuhan otoritatif akan hidup ceria,

menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri, terbuka pada orang tua,

menghargai dan menghormati orangtua, tidak mudah stres dan depresi,

berprestasi baik, disukai lingkungan dan masyarakat dan lain-lain.

(Anonim,2008)

d. Besar anggota keluarga

Hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi terlihat nyata

pada masing-masing keluarga. Sumber pangan keluarga terutama mereka yang

miskin akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makannya jika yang harus

dilayani jumlahnya sedikit. Besar keluarga mungkin berpengaruh terhadap

distribusi makanan dalam keluarga. Keadaan demikian juga dapat

mengakibatkan perhatian ibu terhadap perawatan anak menjadi

Page 8: BGM

berkurang,karena perhatian ibu dalam merawat dan membesarkan anak balita

dapat terpengaruh bila banyak anak yang dimiliki. Bila besar keluarga

bertambah maka porsi makanan untuk setiap anak berkurang.

(Notoatmodjo,2007)

Menurut BKKBN, jumlah anggota keluarga kecil rata-rata adalah 4 orang.

(Daniel,2005)

e. Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan adalah Status kesehatan suatu lingkungan yang

mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan

sebaginya (Notoadmojo, 2007).

Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia.

Rumah atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami

perkembangan.

Syarat-syarat rumah yang sehat :

1) Bahan bangunan

a) Lantai : ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi

ekonomi pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumah-rumah orang

yang mampu di pedesaan, dan inipun mahal. Oleh karena itu, untuk lantai

rumah pedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan. Syarat yang penting

disini adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada

musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat (tidak berdebu)

dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian dipadatkan dengan benda-

benda yang berat, dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah dan

berdebu menimbulkan sarang penyakit.

b) Dinding : Tembok adalah baik, namun di samping mahal, tembok

sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasi tidak

cukup. Dinding rumah didarerah tropis khususnya dipedesaan, lebih baik

dinding atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-

lubang pada dinding atau papan tersebut dapat merupakan ventilasi, dan

dapat menambah penerangan alamiah.

c) Atap Genteng : Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan

maupun pedesaan. Disamping atap genteng cocok untuk daerah tropis, juga

Page 9: BGM

dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat

membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan yang

tidak mampu untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat

dipertahankan. Atap seng ataupun asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan,

di samping mahal juga menimbulkan suhu panas didalam rumah.

d) Lain-lain (tiang, kaso dan reng)

Katu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di pedesaan.

Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan lama. Tapi perlu diperhatikan

bahwa lubang-lubang bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk

menghindari ini cara memotongnya barus menurut ruas-ruas bambu

tersebut, maka lubang pada ujung-ujung bambu yang digunakan untuk kaso

tersebut ditutup dengan kayu.

2) Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk

menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti

keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.

Kurangnya ventilasi akan menyebabkan O2 didalam rumah yang berarti kadar

CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat.disamping itu

tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara didalam ruangan

naik karena terjadinya proses penguapan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban

ini akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri, patogen (bakteri-

bakteri penyebab penyakit.)

Fungsi kedua daripada ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan-

ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu selalu

terjadi aliran udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan

selalu mengalir. Fungsi lainya adalah untuk menjaga agar ruangan selalu tetap

didalam kelembaban (humuduty) yang optium.

Ada 2 macam ventilasi, yakni :

a) Fungsi kedua dari pada ventaliasi adalah untuk membebaskan udara

ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu

selalu terjadi aliran udara dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah

ini tidak menguntungkan, karena merupakan jalan masuknya nyamuk dan

Page 10: BGM

serangga lainya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain

untuk melindung kita dari gigitan-gigitan nyamuk tersebut.

b) Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk

mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin penghisap

udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di

pedesaan. Perlu diperhatikan disini bahwa sistem pembuatan ventilasi

harus dijaga agar udara tidak berhenti atau membalik lagi, harus

mengalir. Artinya di dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan

keluarnya udara.

3) Cahaya

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak

terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan rumah,

terutama cahaya matahari di samping kurang nyaman, juga merupakan media

atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit.

Sebaliknya terlalu banyak cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau, dam

akhirnya dapat merusakan mata. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni :

a) Cahaya alamiah, yakni matahari.

b) Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan

alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya.

4) Luas bangunan rumah

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya,

artinya luas lanai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah

penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya

akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab di

samping menyebabkan kurangnya konsumsi O2 juga bila salah satu anggota

keluarga terkene penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga

yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5

– 3 m2 untuk tiap orang (tiap anggota keluarga).

5) Fasilitas-fasilitas dalam rumah sehat

Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut:

a) Penyediaan air bersih yang cukup

b) Pembuangan Tinja

Page 11: BGM

c) Pembuangan air limbah (air bekas)

d) Pembuangan sampah

e) Fasilitas dapur ruang berkumpul keluarga

Untuk rumah di pedesaan lebih cocok adanya serambi (serambi muka atau

belakang). Disamping fasilitas-fasilitas tersebut, ada fasilitas lain yang perlu

diadakan tersendiri untuk rumah pedesaan, yakni:

a) Gudang, tempat menyimpan hasil panen. Gudang ini dapat merupakan bagian

dari rumah tempat tinggal tersebut, atau bangunan tersendiri.

b) Kandang ternak. Oleh karena kandang ternak adalah merupakan bagian hidup

dari petani, maka kadang-kadang ternak tersebut ditaruh di dalam rumah. Hal

ini tidak sehat, karena ternak kadang-kadang merupakan sumber penyakit

pula. Maka sebaiknya demi kesehatan, ternak harus terpisah dari rumah

tinggal, atau dibikinkan kandang sendiri (Notoadmojo, 2007).

Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan terjadinya

berbagai jenis penyakit antara lain diare,kecacingan,dan infeksi saluran

pencernaan. Apabila anak menderita infeksi saluran pencernaan, penyerapan zat-

zat gizi akan terganggu yang menyebabkan terjadinya kekurangan zat gizi.

Seseorang kekurangan zat gizi akan mudah terserang penyakit,dan pertumbuhan

akan terganggu (Supariasa dkk,2001).

3. Status Gizi Balita

a. Pengertian

Status gizi itu pada dasarnya adalah keadaan keseimbangan antara asupan

dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang

terutama untuk anak balita, aktifitas, pemeliharaan kesehatan, penyembuhan

bagi mereka yang menderita sakit dan proses biologis lainnya di dalam

tubuh. (Depkes.RI 2008).

Ukuran yang digunakan dalam menentukan status gizi adalah berat

badan, bisa juga tinggi badan yang didasarkan pada umur, ukuran ini biasa

disebut dengan ukuran antropometri dan disajikan dalam bentuk indeks.

Oleh karenanya hasil dimanfaatkan atau digunakan untuk Assesment

Keadaan Gizi Induvidu ataupun juga penentuan status gizi masyarakat

tentunya dengan menggunakan tabel antropomteri (bukan KMS). Untuk

Page 12: BGM

assesment status gizi induvidu dengan indeks BB/U dapat dilihat 4 kategori

yaitu gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk. (lihat perbedaannya

dengan KMS yang hanya untuk melihat Naik-Turun/Tetap dan BGM).

Sementara untuk assesmen keadaan gizi masyarakat dapat menentukan

prevalensi gizi lebih, baik, kurang dan buruk.

Berat Badan yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) pada KMS

merupakan perkiraan untuk menilai seseorang menderita gizi buruk, tetapi

bukan berarti seseorang balita telah menderita gizi buruk, karena ada anak

yang telah mempunyai pola pertumbuhan yang memang selalu dibawah

garis merah pada KMS.

b. Klasifikasi dan Penilaian Status Gizi Balita

Membahas mengenai masalah gizi, dapat digolongkan menjadi empat

bagian, yaitu :

1) Gizi baik, yaitu keadaan gizi baik pada seseorang terjadi jika adanya

keseimbangan jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang

dibutuhkan (required) oleh tubuh yang ditandai dengan berat badan.

2) Gizi kurang, yaitu keadaan tidak sehat (patologik) yang timbul karena

tidak cukup makan dan konsumsi energy kurang selama jangka waktu

tertentu. Berat badan yang menurun adalah tanda utama dari gizi

kurang.

3) Gizi lebih, yaitu keadaan tidak sehat (patologik) yang disebabkan

kebanyakan makanan dan konsumsi energi yang lebih banyak dari yang

dibutuhkan tubuh untuk  jangka waktu yang panjang. Kegemukan

merupakan tanda awal yang biasa dilihat dari keadaan gizi lebih.

4) Gizi buruk, yaitu suatu kondisi dimana seseorang dinyatakan

kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada

di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein,

karbohidrat dan kalori.

Penilaian status gizi dapat diukur secara langsung dan tidak langsung yaitu :

1) Ststus gizi secara langsung

a) Antropometri, secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.

Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan

Page 13: BGM

dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan kmposisi tubuh

dari berbagai tingkay umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan

untuk melihat

b) Klinis, pemeriksaan  klinis adalah metode yang sangat penting untuk

menilai status gizi masyarakat, metode ini didasarkan atas perubahan-

perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidak cukupan gizi.

Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues)

seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau organ-organ yang dekat

dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

c) Biokimia, pemeriksaan specimen yang di uji secara laboratories yang

dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh

digunakan antara lain : darah, urine,dan juga beberapa jaringan tubuh

seperti hati dan otot.

d) Biofisik, penentuan gizi secara biofisik adalah penentuan status gizi

dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat

perubahan struktur dari jaringan.

2) Status gizi secara tidak langsung

a) Survey konsumsi makanan, metode enentuan status gizi secara tidak

langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi

b) Statistic vital, pengukuran status gizi dengan statistic vital adalah dengan

menganalisis data beberapa  statistic kesehatan angka kematian

berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab

tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

c) Ekologi, bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah

ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan

lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung

dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.

Tabel 1. Status gizi berdasarkan indeks antropometri (Sumber : Yayah K. Husaini,

Antropometri sebagai Indeks Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Medika, No 8

tahun XXIII,1997)

Indeks Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Medika, No 8 tahun XXIII,1997)

Page 14: BGM

Status GiziIndeks

BB/U TB/U BB/TB

Gizi Baik >80 % >90 % >90 %

Gizi Sedang 71 % - 80 % 81 % - 90 % 81 % - 90 %

Gizi Kurang 61 % - 70 % 71 % - 80 % 71 % - 80 %

Gizi Buruk ≤ 60% ≤ 70 % ≤ 70 %

4. Balita Bawah Garis Merah (BGM)

Balita adalah salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak

awal. Rentang usia balita dimulai dari dua sampai dengan lima tahun,atau biasa

digunakan perhitungan bulan yaitu usia 24-60 bulan. (Wikipedia, 2011)

Balita dengan Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita dengan berat badan

menurut umur (BB/U) berada di bawah garis merah pada KMS (Anonim, 2009).

Balita BGM tidak selalu berarti menderita gizi buruk. Akan tetapi, itu dapat

menjadi indikator awal bahwa balita tersebut mengalami masalah gizi.

Page 15: BGM

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

A. Data Umum

1. Nama  KK                                 :

2. Alamat                                       :

3. Pekerjaan                                   :

4. Pendidikan                                 :

5. Komposisi Keluarga :

No Nama SexHubungan

dengan KKUmur Pendidikan

Status imunisasi ket

BCG Polio DPT Hepatitis Campak

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1.

2.

3.

4.

5

6

6. Genogram :

7. Tipe Keluarga:

8. Suku  Bangsa :

9. Agama :

Agama Tn. S adalah agama islam, tidak ada kepercayaan yang mempengaruhi

kesehatan. Keluarga hanya percaya bahwa sehat dan sakit datangnya dari Allah

SWT dan manusia sebagai hambanya hanya menjalani.

1. Status Sosial ekonomi keluarga :

Pekerjaan Kepala Keluarga adalah swasta

Penghasilan Rp 200.000,-/bulan

Page 16: BGM

Penghasilan keluarga hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan

sehari-hari

Tetapi Penghasilannyya kurang cukup untuk memenuhi kehidupan

keluarga sehari-hari untuk keperluan yang lain.sebab hanya tn.S yang

mencari uang.

1. Aktivitas rekrereasi keluarga

Keluarga tidak pernah mengunjungi tempat-tempat rekreasi. Keluarga biasanya

menggunakan waktu luangnya dengan mendengarkan radio jika mau melihat tv

mereka melihat di rumah tetangganya.

B. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap perkembangan saat ini.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.

3. Riwayat keluarga inti

4. Riwayat Keluarga Sebelumnya

5. Kebiasaan-kebiasan keluarga :

Kebiasaan pola makan keluarga sehari – hari.

Kebiasaan istirahat / tidur.

Kebiasaan rekreasi yang dilakukan.

Kebersihan diri (Personal Hygiene) anggota keluarga

Kebiasaan Berobat,

C. Pengkajian Lingkugan

1. Karakteristik Rumah

2. Denah Rumah

3. Mobilitas Geografis Keluarga

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

5. Sistem Pendukung Keluarga

D. Struktur Keluarga

1. Pola komunikasi keluarga

2. Struktur Peran Keluarga

3. Struktur Peran (formal da informal)

4. Nilai dan Norma Keluarga

E. Fungsi Keluarga

Page 17: BGM

1. Fungsi Afektif

2. Fungsi social

3. Fungsi Perawatan Kesehatan

4. Fungsi Reproduksi

5. Fungsi Ekonomi

F. Stress dan Koping Keluarga

1. Stressor Jangka Panjang Dan Jangka Pendek

2. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi/Stressor

3. Strategi Koping Yang Digunakan

4. Strategi Adaptasi Disfungsional

G. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum (setiap anggota keluarga)

Kesadaran (GCS).

Tanda-tanda Vital:

TD       :          

N         :          

S          :

RR       :         

2. Pemeriksaan Kepala

Rambut hitam,Penyebaran rambut merata,Kulit kepala terlihat

bersih,Tidak ada benjolan,tidak ada perlukaan

3. Pemeriksaan Mata

Palpebra lengkap,mata tidak cowong,konjungtiva tidak anemis,sclera

tidak icterus,tidak ada peradangan,pergerakan bola mata normal

4. Pemeriksaan Telinga

Simetris telinga kanan dan kiri,bentuk telinga sedang,tidak ada

gangguan pendengaran

5. Pemeriksaan Hidung

Tidak ada cavum nasi,tidak ada luka,tidak ada pernafasan cuping

hidung

6. Pemeriksaan Mulut

Bibir tidak pucat,gigi terdapat caries

Page 18: BGM

7. Pemeriksaan Leher

Posisi trachea tepat berada di tengah,tidak ada benjolan

8. Pemeriksaan Dada

Bentuk dada simetris,tidak terapat retraksi intercostae,tidak terdapat

nyeri tekan,bunyi suara paru sonor dan tidak terdapat suara

tambahan.Pekak pada perkusi Jantung

9. Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi           : 

Auskultasi       : 

Palpasi             : 

Perkusi            :

10. Pemeriksaan Ekstremitas

Tidak mengalami kelainan gerak, tidak ada odema, tidak cacat, keuatan

otot

H. ANALISA DATA

Data  Subyektif :

Data Obyektif :

I. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga

J. Penilaian Prioritas Masalah Keperawatan

Diagnosa keperawatan berdasarkan:

1. Sifat masalah

2. Kemungkinan masalah dapat diubah sebagian

3. Potensial masalah dapat dicegah tinggi

No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran

1

Sifat Masalah : resiko 2/3 X 1 2/3 Ny A mengatakanbawa kedua

anaknya sering terserang

penyakit

2 Kemungkinan masalah

dapat diubah: Sebagian

½ X 2 1 Sumber daya keluarga segian

ada, fasilitas kesehatan dekat,

dana keluarga kurang dan

pengetahuan masih rendah

Page 19: BGM

mengenai kesehatn keluarga

3.

Potensial masalah untuk

dicegah: Tinggi

3/3 X 1 1 Masalah ini sudah lama,

memanfaatkan fasilitas

kesehatan (posyandu), berusaha

memenuhi kecukupan gizi

keluarga.

4.

Menonjolnya masalah:

masalah perlu segera

ditangani

2/2 X 1 1 Keluarga menginkan agar An.

K segera normal badannya.

Jumlah 3 2/3

Berdasarkan rumusan prioritas diatas, dapat diketahui prioritas permasalahan pada

An.K  adalah sbb:

1. Manajemen terapeutik keluarga tidak efektif b/d Ketidak mampuan

keluarga mengenal masalah dengan skore 4

2. Resiko ketidakseimbangan pertumbuhan  b/d Ketidakmampuan

keluarga mengenal masalah  dengan skore  3 2/3

Page 20: BGM

RENCANA KEPERAWATAN 

NO1

.

Diagnosa Keperawatan

Ketidak efektifan

manajemen keluarga b/d

ketidak mampuan

keluarga untuk mengenal

masalah.

              T u j u a  n                  Kriteria Evaluasi Kriteria Intervensi

    Umum Khusus   Kriteria       Standar

Setelah dilakukan

kunjungan selama 2x

kunjungan diharapkan

pengetahuan keluarga

dapat bertambah

untuk mengenal dan

mampu merawat

anggota keluarga

yang sakit

-          Keluarga

mendapatkan informasi

yang benar kebutuhan gizi

sesuai kebutuhan-         

Keluarga memahami

tentang penyakit yang di

sebabkan oleh gizi buruk

dan cara

penanganannya-         

Keluarga paham akan

perkembangan dan

pertumbuhan yang normal

Verbal 1. Pengertian gizi buruk

2. Tahapan perkembangan

3. Pertumbuhan dan

perkembangan yang

normal

4. Mampu mengetahui gizi

yang seimbang

5. Mengetahui masalah gizi

1. Jelaskan dan diskusikan

mengenai pertubuhan dan

perkembangan ,pengertian

perkembangan dan pertumbuhan

yang normal

2. Jelaskan dan diskusikan juga

mengenai masalah gizi yang

seimbang dan masalah yang

ditimbulkan

3. Anjurkan keluarga untuk

mengulangi penjelasan yang

telah diberikjan

4. Anjurkan untuk rajin mengikuti

kegiatan posyandu setiap dua

Minggu sekali

Page 21: BGM

NO2 Diagnosa Keperawatan

Resiko ketidakseimbangan

pertumbuhan  b/d

Ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah

              T u j u a  n                  Kriteria Evaluasi Kriteria Intervensi

    Umum Khusus   Kriteria       Standar

Setelah dilakukan

perawatan selama

2X kunjungan

keluarga dapat

melakukan

perawatan terhadap

anggota keluarga

yang sakit dan tidak

terjadi komplikasi

Keluarga mendapatkan

informasi yang benar

1. Mengenal masalah

kesehatan yang

terjadi

2. Memahami

tentang penyakit

tumbuh kembang

anak

Verbal Keluarga memahami tentang

tumbuh kem bang

anakKeluarga dapat mengenali

masalah yang terjadiKeluarga

dapat merawat anggota

keluarga yang sakit

Jelaskan dan diskusikan tentang

tumbang :

Pengertian

o Tanda dan gejala

o Factor yang

mempengarutumb

ang

o Cara pencegahan

masalah terjadi

-Lakukan pemeriksaan TTV

-Motivasi keluarga untuk

membawa ke pelayanan

kesehatan apabila tidak sembuh

Page 22: BGM

Pelaksanaan / Implementasi.

No Tanggal

pelaksanaan

Diagnosis keperawatan

keluarga

Implementasi

1  

 

 

2

 

13 Februari 

201213 Februari 

2012

Manajemen terapeutik

keluarga tidak efektif

b/d Ketidak mampuan

keluarga mengenal

masalahResiko

ketidakseimbangan

pertumbuhan  b/d

Ketidakmampuan

keluarga mengenal

masalah

-      Kunjungan pertama danperkenalan-     

pengkajian-      Kunjungan pertama

danperkenalan

-      pengkajian

1  

 

 

2

18 February

201218 February

2012

- Manajemen

terapeutik keluarga

tidak efektif b/d

Ketidak mampuan

keluarga mengenal

-       Mengkaji imunisasi anak-      

Menganjurkan untuk menjaga dengan makan

bergizi dan menjaga kesehatan-       menjelaskan

dan mendiskusikan tentang tumbang Pengertian

o Tanda dan gejala

Page 23: BGM

masalahResiko

ketidakseimbangan

pertumbuhan  b/d

Ketidakmampuan

keluarga mengenal

masalah

o Factor yang mempengarutumbang

o Cara pencegahan masalah terjadi

-Lakukan pemeriksaan TTV

-Motivasi keluarga untuk membawa ke

pelayanan kesehatan seperti posyandu dan

puskesmas

Evaluasi

No. DX

 

Evaluasi

I dan II

13

Februari

2012

S:

Page 24: BGM