bgm
DESCRIPTION
EMBOHTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia dan di negara berkembang masalah gizi pada umumnya masih
didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia
Besi,masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Masalah Kurang
Vitamin A (KVA), dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar.
Berdasarkan Soekirman dalam materi Aksi Pangan dan Gizi nasional,
Masalah gizi kurang pada balita umumnya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung yaitu
makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Penyebab tidak
langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta
pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Faktor-faktor tersebut sangat
terkait dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan ketrampilan keluarga.
(Depkes, 2000)
Menurut Depkes (2004) yang dikutip Biro Pusat Statistik tahun 2003 sekitar
5 juta anak balita (27,5%) yang kekurangan gizi, lebih kurang 3,6 juta anak
(19,2%) dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%).
Khususnya untuk mereka yang berumur di bawah 5 tahun. (Depkes, 2004)
Angka kematian ibu dan angka kematian bayi senantiasa menjadi indikator
keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan. Menurut data Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia tahun 2007 (SDKI 2007), Angka Kematian Bayi sebesar
34 kematian/1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita sebesar 44
kematian/1000 kelahiran hidup.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana karakteristik
keluarga balita dengan berat badan di bawah garis merah (BGM).
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik keluarga balita dengan berat badan di bawah garis
merah (BGM) berdasarkan tingkat pendidikan kepala keluarga.
b. Mengidentifikasi karakteristik keluarga balita dengan berat badan di bawah garis
merah (BGM) berdasarkan Pendapatan keluarga.
c. Mengidentifikasi karakteristik keluarga balita dengan berat badan di bawah garis
merah (BGM) berdasarkan pola asuh anak.
d. Mengidentifikasi karakteristik keluarga balita dengan berat badan di bawah garis
merah (BGM) berdasarkan jumlah anggota keluarga
e. Mengidentifikasi karakteristik keluarga balita dengan berat badan di bawah garis
merah (BGM) berdasarkan Sanitasi lingkungan keluarga.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Untuk Instansi Terkait
Sebagai sumber informasi untuk bahan pertimbangan bagi Puskesmas guna
menyusun strategi lebih lanjut sehingga dapat menurunkan insiden BGM
2. Manfaat Untuk Masyarakat
a. Sebagai sumber informasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
gizi balita
b. Meningkatkan kesadaran ibu dan keluarga untuk memperbaiki pola asuh terhadap
balita
3. Manfaat Untuk Penelitian Yang Akan Datang
Dapat dijadikan data dasar untuk penelitian selanjutnya terutama penelitian
yang berhubungan dengan terjadinya BGM.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
1. Karakteristik
a. Pengertian
Karakteristik adalah ciri-ciri dari individu yang terdiri dari demografi
seperti jenis-jenis kelamin, umur, serta status sosial seperti tingkat
pendidikan, pekerjaan, ras, status ekonomi dan sebagainya. Menurut Efendi,
demografi berkaitan dengan struktur penduduk, umur, jenis kelamin, dan
status ekonomi sedangkan data cultural mengangkat tingkat pendidikan,
pekerjaan, agama, adat istiadat, penghasilan dan sebagainya (Ayuria,2009).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ciri-ciri khusus atau
mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu.
2. Karakteristik keluarga
Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi kurang.
Menurut UNICEF (2008) yaitu :
a. Kurangnya asupan gizi dari makanan
b. Akibat terjadinya penyakit infeksi.
Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu:
(1) Faktor ketersediaan pangan
(2) Perilaku dan pendidikan dalam pengolahan pangan dan pengasuhan
anak;
(3) Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI, 2006), ada 3 faktor
penyebab gizi buruk pada balita, yaitu:
(1) Keluarga miskin/ sosial ekonomi
(2) Ketidaktahuan orang tua/ pengetahuan
(3) Penyakit bawaan pada anak, (Hardjoprakoso, 2008)
a. Tingkat pendidikan keluarga
1) Pengertian
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-
sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan
yang jelas, mulai dari pendidikan dasar (SD), pendidikan menengah (SMP
dan SMA), sampai pendidikan tinggi (perguruan Tinggi). (Wikipedia,2011)
Berdasarkan pengertian pendidikan yang teah dijelaskan sebelumnya
maka dapat diidentifikasikan beberapa ciri pendidikan antara lain :
a) Pendidikan mengandung tujuan yaitu kemampuan untuk berkembang,
sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidup.
b) Untuk mencapai tujuan itu, pendidikan melakukan usaha yang terencana
dalam memiih isi, strategi dan teknik pendidikan.
c) Kegiatan pendidikan dilakukan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat (formal dan non formal)
2) Jalur pendidikan
Menurut UU RI no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
jalur pendidikan terdiri dari :
a) Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi.
b) Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan
dan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri
c) Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
3) Jenjang pendidikan
Menurut UU RI no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
jenjang pendidikan formal terdiri atas :
a) Pendidikan dasar
Merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan
menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah dasar (SD), dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau sederajat serta Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Madrasah Tsnawiyah (Mts) atau yang sederajat.
b) Pendidikan menengah
Merupakan lanjutan pendidikan dasar. Terdiri atas pendidikan menengah
umum dan kejujuran seperti Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah
Aliyah (MA), Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliah
Kejujuran (MAK) atau yang sederajat.
c) Pendidikan tinggi
Meupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program pendidikan Diploma, Sarjana, Magister, Specialis
dan Doktor yang diselenggarakan oleh pergurun tinggi (Hasbullah, 2005)
4) Pendidikan dan Gizi
Bagi keluarga dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah
menerima informasi kesehatan khususnya di bidang gizi, sehingga dapat
menambah pengetahuannya dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-
hari. (Depkes RI,2003)
b. Pendapatan keluarga
Pendapatan adalah segala sesuatu yang diperoleh atau diterima oleh
seseorang baik berupa barang atau uang sebagai balas jasa yang dihitung dalam
perkapita, perminggu, perbulan.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2005, Kriteria atau batasan
keluarga miskin Indonesia jika pendapatan keluarga kurang dari Rp. 600.000
per bulan.(Gema,2010)
Tingkat pendapatan merupakan faktor yang menentukan dalam kualitas dan
kuantitas pada makanan. Pendapatan yang meningkat maka berpengaruh
terhadap perbaikan kesehatan dan keadaan gizi. Sedangkan pendapatan yang
rendah akan mengakibatkan lemahnya daya beli sehingga tidak memungkinkan
untuk mengatasi kebiasaan makan dengan cara-cara tertentu secara efektif
terutama untuk anak mereka. (Notoatmodjo,2007)
c. Pola Asuh
Agar pola hidup anak bisa sesuai dengan standar kesehatan, di samping
harus mengatur pola makan yang benar, juga tak kalah pentingnya mengatur
pola asuh yang benar pula. Pola asuh yang benar bisa ditempuh dengan
memberikan perhatian yang penuh kasih sayang pada anak, memberinya waktu
yang cukup untuk menikmati kebersamaan dengan seluruh anggota keluarga
(Perangin-angin, 2006).
Pola asuh adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk
menyediakan waktu, perhatian, dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh
kembang dengan sebaik-baiknya secara fisik, mental dan sosial. Pengasuhan
merupakan faktor yang sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak berusia di bawah lima tahun. Masa anak usia 1-5 tahun
(balita) adalah masa dimana anak masih sangat membutuhkan suplai makanan
dan gizi dalam jumlah yang memadai. Pada masa ini juga, anak-anak masih
sangat tergantung pada perawatan dan pengasuhan ibunya (Sarah, 2008).
Adapun tipe-tipe pola asuh anak :
1) Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek
terhadap anak. Jadi apa pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan
seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat,
pergaulan bebas negatif, matrialistis, dan sebagainya.
Biasanya pola pengasuhan anak oleh orangtua semacam ini
diakibatkan oleh orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan
atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak
dengan baik. Dengan begitu anak hanya diberi materi atau harta saja dan
terserah anak itu mau tumbuh dan berkembang menjadi apa.
Anak yang diasuh orangtuanya dengan metode semacam ini nantinya
bisa berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, merasa tidak
berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan sosialisasi yang buruk,
kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang lain, dan lain
sebagainya baik ketika kecil maupun sudah dewasa.
2) Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat
pemaksaan, keras dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai
aturan yang saklek harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu
perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan
hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya.
Hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak
dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati
orang-tua yang telah membesarkannya.
Anak yang besar dengan teknik asuhan anak seperti ini biasanya tidak
bahagia, paranoid / selalu berada dalam ketakutan, mudah sedih dan
tertekan, senang berada di luar rumah, benci orangtua, dan lain-lain.
Namun di balik itu biasanya anak hasil didikan ortu otoriter lebih bisa
mandiri, bisa menjadi orang sesuai keinginan orang tua, lebih disiplin dan
lebih bertanggungjawab dalam menjalani hidup.
3) Pola Asuh Otoritatif
Pola asuh otoritatif adalah pola asuh orangtua pada anak yang
memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi
berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan dan
pengawasan yang baik dari orangtua. Pola asuh ini adalah pola asuh yang
cocok dan baik untuk diterapkan para orang tua kepada anak-anaknya.
Anak yang diasuh dengan tehnik asuhan otoritatif akan hidup ceria,
menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri, terbuka pada orang tua,
menghargai dan menghormati orangtua, tidak mudah stres dan depresi,
berprestasi baik, disukai lingkungan dan masyarakat dan lain-lain.
(Anonim,2008)
d. Besar anggota keluarga
Hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi terlihat nyata
pada masing-masing keluarga. Sumber pangan keluarga terutama mereka yang
miskin akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makannya jika yang harus
dilayani jumlahnya sedikit. Besar keluarga mungkin berpengaruh terhadap
distribusi makanan dalam keluarga. Keadaan demikian juga dapat
mengakibatkan perhatian ibu terhadap perawatan anak menjadi
berkurang,karena perhatian ibu dalam merawat dan membesarkan anak balita
dapat terpengaruh bila banyak anak yang dimiliki. Bila besar keluarga
bertambah maka porsi makanan untuk setiap anak berkurang.
(Notoatmodjo,2007)
Menurut BKKBN, jumlah anggota keluarga kecil rata-rata adalah 4 orang.
(Daniel,2005)
e. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan adalah Status kesehatan suatu lingkungan yang
mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan
sebaginya (Notoadmojo, 2007).
Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia.
Rumah atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami
perkembangan.
Syarat-syarat rumah yang sehat :
1) Bahan bangunan
a) Lantai : ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi
ekonomi pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumah-rumah orang
yang mampu di pedesaan, dan inipun mahal. Oleh karena itu, untuk lantai
rumah pedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan. Syarat yang penting
disini adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada
musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat (tidak berdebu)
dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian dipadatkan dengan benda-
benda yang berat, dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah dan
berdebu menimbulkan sarang penyakit.
b) Dinding : Tembok adalah baik, namun di samping mahal, tembok
sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasi tidak
cukup. Dinding rumah didarerah tropis khususnya dipedesaan, lebih baik
dinding atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-
lubang pada dinding atau papan tersebut dapat merupakan ventilasi, dan
dapat menambah penerangan alamiah.
c) Atap Genteng : Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan
maupun pedesaan. Disamping atap genteng cocok untuk daerah tropis, juga
dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat
membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan yang
tidak mampu untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat
dipertahankan. Atap seng ataupun asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan,
di samping mahal juga menimbulkan suhu panas didalam rumah.
d) Lain-lain (tiang, kaso dan reng)
Katu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di pedesaan.
Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan lama. Tapi perlu diperhatikan
bahwa lubang-lubang bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk
menghindari ini cara memotongnya barus menurut ruas-ruas bambu
tersebut, maka lubang pada ujung-ujung bambu yang digunakan untuk kaso
tersebut ditutup dengan kayu.
2) Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk
menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti
keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.
Kurangnya ventilasi akan menyebabkan O2 didalam rumah yang berarti kadar
CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat.disamping itu
tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara didalam ruangan
naik karena terjadinya proses penguapan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban
ini akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri, patogen (bakteri-
bakteri penyebab penyakit.)
Fungsi kedua daripada ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan-
ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu selalu
terjadi aliran udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan
selalu mengalir. Fungsi lainya adalah untuk menjaga agar ruangan selalu tetap
didalam kelembaban (humuduty) yang optium.
Ada 2 macam ventilasi, yakni :
a) Fungsi kedua dari pada ventaliasi adalah untuk membebaskan udara
ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu
selalu terjadi aliran udara dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah
ini tidak menguntungkan, karena merupakan jalan masuknya nyamuk dan
serangga lainya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain
untuk melindung kita dari gigitan-gigitan nyamuk tersebut.
b) Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk
mengalirkan udara tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin penghisap
udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di
pedesaan. Perlu diperhatikan disini bahwa sistem pembuatan ventilasi
harus dijaga agar udara tidak berhenti atau membalik lagi, harus
mengalir. Artinya di dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan
keluarnya udara.
3) Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak
terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan rumah,
terutama cahaya matahari di samping kurang nyaman, juga merupakan media
atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit.
Sebaliknya terlalu banyak cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau, dam
akhirnya dapat merusakan mata. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni :
a) Cahaya alamiah, yakni matahari.
b) Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan
alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya.
4) Luas bangunan rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya,
artinya luas lanai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah
penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya
akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab di
samping menyebabkan kurangnya konsumsi O2 juga bila salah satu anggota
keluarga terkene penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga
yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5
– 3 m2 untuk tiap orang (tiap anggota keluarga).
5) Fasilitas-fasilitas dalam rumah sehat
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut:
a) Penyediaan air bersih yang cukup
b) Pembuangan Tinja
c) Pembuangan air limbah (air bekas)
d) Pembuangan sampah
e) Fasilitas dapur ruang berkumpul keluarga
Untuk rumah di pedesaan lebih cocok adanya serambi (serambi muka atau
belakang). Disamping fasilitas-fasilitas tersebut, ada fasilitas lain yang perlu
diadakan tersendiri untuk rumah pedesaan, yakni:
a) Gudang, tempat menyimpan hasil panen. Gudang ini dapat merupakan bagian
dari rumah tempat tinggal tersebut, atau bangunan tersendiri.
b) Kandang ternak. Oleh karena kandang ternak adalah merupakan bagian hidup
dari petani, maka kadang-kadang ternak tersebut ditaruh di dalam rumah. Hal
ini tidak sehat, karena ternak kadang-kadang merupakan sumber penyakit
pula. Maka sebaiknya demi kesehatan, ternak harus terpisah dari rumah
tinggal, atau dibikinkan kandang sendiri (Notoadmojo, 2007).
Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan terjadinya
berbagai jenis penyakit antara lain diare,kecacingan,dan infeksi saluran
pencernaan. Apabila anak menderita infeksi saluran pencernaan, penyerapan zat-
zat gizi akan terganggu yang menyebabkan terjadinya kekurangan zat gizi.
Seseorang kekurangan zat gizi akan mudah terserang penyakit,dan pertumbuhan
akan terganggu (Supariasa dkk,2001).
3. Status Gizi Balita
a. Pengertian
Status gizi itu pada dasarnya adalah keadaan keseimbangan antara asupan
dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang
terutama untuk anak balita, aktifitas, pemeliharaan kesehatan, penyembuhan
bagi mereka yang menderita sakit dan proses biologis lainnya di dalam
tubuh. (Depkes.RI 2008).
Ukuran yang digunakan dalam menentukan status gizi adalah berat
badan, bisa juga tinggi badan yang didasarkan pada umur, ukuran ini biasa
disebut dengan ukuran antropometri dan disajikan dalam bentuk indeks.
Oleh karenanya hasil dimanfaatkan atau digunakan untuk Assesment
Keadaan Gizi Induvidu ataupun juga penentuan status gizi masyarakat
tentunya dengan menggunakan tabel antropomteri (bukan KMS). Untuk
assesment status gizi induvidu dengan indeks BB/U dapat dilihat 4 kategori
yaitu gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk. (lihat perbedaannya
dengan KMS yang hanya untuk melihat Naik-Turun/Tetap dan BGM).
Sementara untuk assesmen keadaan gizi masyarakat dapat menentukan
prevalensi gizi lebih, baik, kurang dan buruk.
Berat Badan yang berada di Bawah Garis Merah (BGM) pada KMS
merupakan perkiraan untuk menilai seseorang menderita gizi buruk, tetapi
bukan berarti seseorang balita telah menderita gizi buruk, karena ada anak
yang telah mempunyai pola pertumbuhan yang memang selalu dibawah
garis merah pada KMS.
b. Klasifikasi dan Penilaian Status Gizi Balita
Membahas mengenai masalah gizi, dapat digolongkan menjadi empat
bagian, yaitu :
1) Gizi baik, yaitu keadaan gizi baik pada seseorang terjadi jika adanya
keseimbangan jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang
dibutuhkan (required) oleh tubuh yang ditandai dengan berat badan.
2) Gizi kurang, yaitu keadaan tidak sehat (patologik) yang timbul karena
tidak cukup makan dan konsumsi energy kurang selama jangka waktu
tertentu. Berat badan yang menurun adalah tanda utama dari gizi
kurang.
3) Gizi lebih, yaitu keadaan tidak sehat (patologik) yang disebabkan
kebanyakan makanan dan konsumsi energi yang lebih banyak dari yang
dibutuhkan tubuh untuk jangka waktu yang panjang. Kegemukan
merupakan tanda awal yang biasa dilihat dari keadaan gizi lebih.
4) Gizi buruk, yaitu suatu kondisi dimana seseorang dinyatakan
kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada
di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein,
karbohidrat dan kalori.
Penilaian status gizi dapat diukur secara langsung dan tidak langsung yaitu :
1) Ststus gizi secara langsung
a) Antropometri, secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.
Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan kmposisi tubuh
dari berbagai tingkay umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan
untuk melihat
b) Klinis, pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk
menilai status gizi masyarakat, metode ini didasarkan atas perubahan-
perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidak cukupan gizi.
Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues)
seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau organ-organ yang dekat
dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
c) Biokimia, pemeriksaan specimen yang di uji secara laboratories yang
dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh
digunakan antara lain : darah, urine,dan juga beberapa jaringan tubuh
seperti hati dan otot.
d) Biofisik, penentuan gizi secara biofisik adalah penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat
perubahan struktur dari jaringan.
2) Status gizi secara tidak langsung
a) Survey konsumsi makanan, metode enentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi
b) Statistic vital, pengukuran status gizi dengan statistic vital adalah dengan
menganalisis data beberapa statistic kesehatan angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab
tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
c) Ekologi, bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah
ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan
lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung
dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.
Tabel 1. Status gizi berdasarkan indeks antropometri (Sumber : Yayah K. Husaini,
Antropometri sebagai Indeks Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Medika, No 8
tahun XXIII,1997)
Indeks Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Medika, No 8 tahun XXIII,1997)
Status GiziIndeks
BB/U TB/U BB/TB
Gizi Baik >80 % >90 % >90 %
Gizi Sedang 71 % - 80 % 81 % - 90 % 81 % - 90 %
Gizi Kurang 61 % - 70 % 71 % - 80 % 71 % - 80 %
Gizi Buruk ≤ 60% ≤ 70 % ≤ 70 %
4. Balita Bawah Garis Merah (BGM)
Balita adalah salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak
awal. Rentang usia balita dimulai dari dua sampai dengan lima tahun,atau biasa
digunakan perhitungan bulan yaitu usia 24-60 bulan. (Wikipedia, 2011)
Balita dengan Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita dengan berat badan
menurut umur (BB/U) berada di bawah garis merah pada KMS (Anonim, 2009).
Balita BGM tidak selalu berarti menderita gizi buruk. Akan tetapi, itu dapat
menjadi indikator awal bahwa balita tersebut mengalami masalah gizi.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
A. Data Umum
1. Nama KK :
2. Alamat :
3. Pekerjaan :
4. Pendidikan :
5. Komposisi Keluarga :
No Nama SexHubungan
dengan KKUmur Pendidikan
Status imunisasi ket
BCG Polio DPT Hepatitis Campak
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.
2.
3.
4.
5
6
6. Genogram :
7. Tipe Keluarga:
8. Suku Bangsa :
9. Agama :
Agama Tn. S adalah agama islam, tidak ada kepercayaan yang mempengaruhi
kesehatan. Keluarga hanya percaya bahwa sehat dan sakit datangnya dari Allah
SWT dan manusia sebagai hambanya hanya menjalani.
1. Status Sosial ekonomi keluarga :
Pekerjaan Kepala Keluarga adalah swasta
Penghasilan Rp 200.000,-/bulan
Penghasilan keluarga hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan
sehari-hari
Tetapi Penghasilannyya kurang cukup untuk memenuhi kehidupan
keluarga sehari-hari untuk keperluan yang lain.sebab hanya tn.S yang
mencari uang.
1. Aktivitas rekrereasi keluarga
Keluarga tidak pernah mengunjungi tempat-tempat rekreasi. Keluarga biasanya
menggunakan waktu luangnya dengan mendengarkan radio jika mau melihat tv
mereka melihat di rumah tetangganya.
B. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan saat ini.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
3. Riwayat keluarga inti
4. Riwayat Keluarga Sebelumnya
5. Kebiasaan-kebiasan keluarga :
Kebiasaan pola makan keluarga sehari – hari.
Kebiasaan istirahat / tidur.
Kebiasaan rekreasi yang dilakukan.
Kebersihan diri (Personal Hygiene) anggota keluarga
Kebiasaan Berobat,
C. Pengkajian Lingkugan
1. Karakteristik Rumah
2. Denah Rumah
3. Mobilitas Geografis Keluarga
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5. Sistem Pendukung Keluarga
D. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
2. Struktur Peran Keluarga
3. Struktur Peran (formal da informal)
4. Nilai dan Norma Keluarga
E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
2. Fungsi social
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
4. Fungsi Reproduksi
5. Fungsi Ekonomi
F. Stress dan Koping Keluarga
1. Stressor Jangka Panjang Dan Jangka Pendek
2. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi/Stressor
3. Strategi Koping Yang Digunakan
4. Strategi Adaptasi Disfungsional
G. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum (setiap anggota keluarga)
Kesadaran (GCS).
Tanda-tanda Vital:
TD :
N :
S :
RR :
2. Pemeriksaan Kepala
Rambut hitam,Penyebaran rambut merata,Kulit kepala terlihat
bersih,Tidak ada benjolan,tidak ada perlukaan
3. Pemeriksaan Mata
Palpebra lengkap,mata tidak cowong,konjungtiva tidak anemis,sclera
tidak icterus,tidak ada peradangan,pergerakan bola mata normal
4. Pemeriksaan Telinga
Simetris telinga kanan dan kiri,bentuk telinga sedang,tidak ada
gangguan pendengaran
5. Pemeriksaan Hidung
Tidak ada cavum nasi,tidak ada luka,tidak ada pernafasan cuping
hidung
6. Pemeriksaan Mulut
Bibir tidak pucat,gigi terdapat caries
7. Pemeriksaan Leher
Posisi trachea tepat berada di tengah,tidak ada benjolan
8. Pemeriksaan Dada
Bentuk dada simetris,tidak terapat retraksi intercostae,tidak terdapat
nyeri tekan,bunyi suara paru sonor dan tidak terdapat suara
tambahan.Pekak pada perkusi Jantung
9. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi :
Auskultasi :
Palpasi :
Perkusi :
10. Pemeriksaan Ekstremitas
Tidak mengalami kelainan gerak, tidak ada odema, tidak cacat, keuatan
otot
H. ANALISA DATA
Data Subyektif :
Data Obyektif :
I. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga
J. Penilaian Prioritas Masalah Keperawatan
Diagnosa keperawatan berdasarkan:
1. Sifat masalah
2. Kemungkinan masalah dapat diubah sebagian
3. Potensial masalah dapat dicegah tinggi
No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran
1
Sifat Masalah : resiko 2/3 X 1 2/3 Ny A mengatakanbawa kedua
anaknya sering terserang
penyakit
2 Kemungkinan masalah
dapat diubah: Sebagian
½ X 2 1 Sumber daya keluarga segian
ada, fasilitas kesehatan dekat,
dana keluarga kurang dan
pengetahuan masih rendah
mengenai kesehatn keluarga
3.
Potensial masalah untuk
dicegah: Tinggi
3/3 X 1 1 Masalah ini sudah lama,
memanfaatkan fasilitas
kesehatan (posyandu), berusaha
memenuhi kecukupan gizi
keluarga.
4.
Menonjolnya masalah:
masalah perlu segera
ditangani
2/2 X 1 1 Keluarga menginkan agar An.
K segera normal badannya.
Jumlah 3 2/3
Berdasarkan rumusan prioritas diatas, dapat diketahui prioritas permasalahan pada
An.K adalah sbb:
1. Manajemen terapeutik keluarga tidak efektif b/d Ketidak mampuan
keluarga mengenal masalah dengan skore 4
2. Resiko ketidakseimbangan pertumbuhan b/d Ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah dengan skore 3 2/3
RENCANA KEPERAWATAN
NO1
.
Diagnosa Keperawatan
Ketidak efektifan
manajemen keluarga b/d
ketidak mampuan
keluarga untuk mengenal
masalah.
T u j u a n Kriteria Evaluasi Kriteria Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standar
Setelah dilakukan
kunjungan selama 2x
kunjungan diharapkan
pengetahuan keluarga
dapat bertambah
untuk mengenal dan
mampu merawat
anggota keluarga
yang sakit
- Keluarga
mendapatkan informasi
yang benar kebutuhan gizi
sesuai kebutuhan-
Keluarga memahami
tentang penyakit yang di
sebabkan oleh gizi buruk
dan cara
penanganannya-
Keluarga paham akan
perkembangan dan
pertumbuhan yang normal
Verbal 1. Pengertian gizi buruk
2. Tahapan perkembangan
3. Pertumbuhan dan
perkembangan yang
normal
4. Mampu mengetahui gizi
yang seimbang
5. Mengetahui masalah gizi
1. Jelaskan dan diskusikan
mengenai pertubuhan dan
perkembangan ,pengertian
perkembangan dan pertumbuhan
yang normal
2. Jelaskan dan diskusikan juga
mengenai masalah gizi yang
seimbang dan masalah yang
ditimbulkan
3. Anjurkan keluarga untuk
mengulangi penjelasan yang
telah diberikjan
4. Anjurkan untuk rajin mengikuti
kegiatan posyandu setiap dua
Minggu sekali
NO2 Diagnosa Keperawatan
Resiko ketidakseimbangan
pertumbuhan b/d
Ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah
T u j u a n Kriteria Evaluasi Kriteria Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standar
Setelah dilakukan
perawatan selama
2X kunjungan
keluarga dapat
melakukan
perawatan terhadap
anggota keluarga
yang sakit dan tidak
terjadi komplikasi
Keluarga mendapatkan
informasi yang benar
1. Mengenal masalah
kesehatan yang
terjadi
2. Memahami
tentang penyakit
tumbuh kembang
anak
Verbal Keluarga memahami tentang
tumbuh kem bang
anakKeluarga dapat mengenali
masalah yang terjadiKeluarga
dapat merawat anggota
keluarga yang sakit
Jelaskan dan diskusikan tentang
tumbang :
Pengertian
o Tanda dan gejala
o Factor yang
mempengarutumb
ang
o Cara pencegahan
masalah terjadi
-Lakukan pemeriksaan TTV
-Motivasi keluarga untuk
membawa ke pelayanan
kesehatan apabila tidak sembuh
Pelaksanaan / Implementasi.
No Tanggal
pelaksanaan
Diagnosis keperawatan
keluarga
Implementasi
1
2
13 Februari
201213 Februari
2012
Manajemen terapeutik
keluarga tidak efektif
b/d Ketidak mampuan
keluarga mengenal
masalahResiko
ketidakseimbangan
pertumbuhan b/d
Ketidakmampuan
keluarga mengenal
masalah
- Kunjungan pertama danperkenalan-
pengkajian- Kunjungan pertama
danperkenalan
- pengkajian
1
2
18 February
201218 February
2012
- Manajemen
terapeutik keluarga
tidak efektif b/d
Ketidak mampuan
keluarga mengenal
- Mengkaji imunisasi anak-
Menganjurkan untuk menjaga dengan makan
bergizi dan menjaga kesehatan- menjelaskan
dan mendiskusikan tentang tumbang Pengertian
o Tanda dan gejala
masalahResiko
ketidakseimbangan
pertumbuhan b/d
Ketidakmampuan
keluarga mengenal
masalah
o Factor yang mempengarutumbang
o Cara pencegahan masalah terjadi
-Lakukan pemeriksaan TTV
-Motivasi keluarga untuk membawa ke
pelayanan kesehatan seperti posyandu dan
puskesmas
Evaluasi
No. DX
Evaluasi
I dan II
13
Februari
2012
S: