berpikir kritis, objektif dan seimbang secara islam

16
Berpikir kritis, objektif dan seimbang Nama Anggota Kelompok : Irfan Priambudi Kurnia Cahya Rahmani Layla Noer Andiena Mega Fitriyani

Upload: shadowcec

Post on 17-Feb-2017

1.539 views

Category:

Education


63 download

TRANSCRIPT

Page 1: Berpikir Kritis, Objektif dan Seimbang secara Islam

Berpikir kritis, objektif dan seimbang

Nama Anggota Kelompok :Irfan PriambudiKurnia Cahya RahmaniLayla Noer AndienaMega Fitriyani

Page 2: Berpikir Kritis, Objektif dan Seimbang secara Islam

A. Perintah Berpikir Kritis Berpikir Kritis didefinisikan beragam oleh para pakar. Menurut Mertes, berpikir kritis adalah “Sebuah proses yang sadar dan sengaja yang digunakan untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi dan pengalaman dengan sejumlah sikap reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan”.

Berangkat dari definisi di atas, sikap dan tindakan yang mencerminkan berpikir kritis terhadap ayat-ayat Allah Swt. Adalah berusaha memahaminya dari berbagai sumber, menganalisis, dan merenungi kandungannya, kemudian menindaklanjuti dengan sikap dan tindakan positif.

Page 3: Berpikir Kritis, Objektif dan Seimbang secara Islam

Perintah Berpikir Kritis terdapat didalam Q.S.Ali Imran/3:190-191.

( ب� ب�� ل� �� ل ٱ ب�ى و أ� ل ت�� ب�� ��ا �� ب� ��ا �� � ٱ�� �ب �ل �� � ٱ ب� ب� ب! ل" ٱ� ب# ل� �� ل ٱ� ب$ ب�% ب�& '�� ٱ� ب) ل "� ب(ى *��190) ��ا +� � �� ب# ل� �� ل ٱ� ب$ ب�% ب�& '�� ٱ� ب) ل "� ب(ى *� أ, -�� .� !� �� � ل/ ب� ب+ أ�% أ0 بى � 1� � 23ا د أ%5 أ6 � 3&ا د �ب� ب6 7� �� ٱ� *� أ, أ8 ل9 �� :� ب�9 ��� ٱ

)ما ب� ��ا � ٱ� ;� �9ا 1� ��ا ب> )� =� �� ب�< ل� أ? A3ا د Bب ب�+ �9ا Cب� ل>� � "�191)

Artinya : “Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah)

bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka

memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (QS.

Ali-‘Imran: 190-191).

Page 4: Berpikir Kritis, Objektif dan Seimbang secara Islam

• Asbabun Nuzul

Asbabun nuzul adalah sebab-sebab/latar belakang turunnya ayat/surat dalam Al-Qur'an. Asbabun Nuzul Q.S Ali Imran : 190-191 : At-Thabrani dan Ibnu Hatim meriwayatkan hadist dari Ibnu Abbas r.a., dia berkata, Orang-orang Quraisy mendatangi orang-orang Yahudi dan bertanya kepada mereka, "Apa tanda-tanda yang dibawa Musa kepada kalian?". Orang-orang Yahudi itu menjawab, "Tongkat dan tangannya yang putih bersinar bagi orang-orang yang  melihatnya." Kemudian orang-orang Quraisy itu mendatangi orang-orang Nasrani, lalu bertanya kepada mereka "Apa tanda-tanda yang diperlihatkan Isa?" Mereka menjawab, "Dia dulu menyembuhkan orang yang buta, orang yang sakit kusta dan menghidupkan orang mati". Selanjutnya mereka mendatangi Nabi Muhammad SAW. lalu mereka berkata kepada beliau, "Berdoalah kepada Tuhanmu untuk mengubah bukit Shafa dan Marwah menjadi emas untuk kami" Lalu beliau berdoa, maka turunlah firman Allah : Q.S Ali Imran : 190-191.

Page 5: Berpikir Kritis, Objektif dan Seimbang secara Islam

Isi Kandungan

a) Tanda-tanda kebesaran Allah swt. Yang tersebar di alam raya ini, harus dijadikan sebagai media berpikir oleh umat islam, sehingga menghasilkan hikmah, manfaat, dan Maslahat.

b) Keteraturan pergantian siang dan malam, jangan dijadikan sebagai pergantian biasa tanpa ada tujuan dan faedah, karena ia merupakan salah satu tanda kebesaran Allah swt. Yang membutuhkan akal untuk memikirkan;

Semua tanda-tanda kebesaran Allah swt. Yang bertebaran di alam raya ini, hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang memiliki akal sehat dan akal budi yang disebut ulil albab.

Ulil albab adalah hamba-hamba Allah swt. Yang selalu mengisi setiap waktunya untuk mengingat Allah swt. Dalam keadaan apapun, dan selalu menggunakan akal pikirannya, sehingga menghasilkan maslahat yang banyak untuk orang lain.

Semua ciptaan Allah swt. Memiliki manfaat, dan tidak ada satu jenis makhluk pun yang diciptakan tanpa makna (sia-sia), meskipun tidak semua manusia dapat memahaminya.

Page 6: Berpikir Kritis, Objektif dan Seimbang secara Islam

Ulil albab juga melakukan pemikiran kritis, objektif, dan seimbang terhadap segala sesuatu atau problematika yang muncul, sehingga hasil pemikirannya tidak menjadikan pihak lain ragu dan bimbang, sampai pada akhirnya tidak memunculkan adanya sangkaan buruk kepada segala ciptaan-Nya.

Segala pemikiran yang dilakukan Ulil albab, menimbullkan kesadaran diri bahwa semua ini bersumber dari Allah, dan menimbulkan ajakan terhadap diri sendiri dan pihak lain agar semakin dekat (taqarrub) kepada Allah swt. Sehingga jika pemikiran seperti ini diterapkan akan mengantarkan pada keselamatan dunia akhirat, sekaligus terhindar dari kesengsaraan hidup (api neraka).

Page 7: Berpikir Kritis, Objektif dan Seimbang secara Islam

Sikap yang mencerminkan Ayat1. Berusaha memahami Al-Quran dan hadis dengan baik dan benar,

serta kritis dan objektif dalam menghadapi problematika yang ada melalui berbagai sumber atau rujukan yang terpercaya.

2. Berusaha bersikap kritis dalam memahami semua fenomena alam, sehingga mampu menemukan manfaat, faedah, dan maslahat dari tanda-tanda kebesaran Allah swt. Yang ada di alam raya.

3. Mengedepankan pikiran yang kritis terhadap problematika yang muncul, sehingga tidak menimbulkan keburukan bagi orang lain.

4. Bukti orang bersyukur adalah menggunakan akal pikiran, qalbu, dan nafsu secara seimbang dan proposional, sehingga semua anugerah tersebut, membuahkan hasil yang baik dan benar, positif, serta bermanfaat.

5. Mengingat Allah swt., dalam segala kondisi, baik dalam keadaan senang maupun susah, kaya-miskin, maupun suka-duka, dengan menjalankan segala perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.

Page 8: Berpikir Kritis, Objektif dan Seimbang secara Islam

Kajian Hadits Tentang Berpikir Kritis

Al-Quran dan hadits merupakan dua sumber hukum yang tidak dapat dipisahkan. Hadits menguatkan hukum yang telah ditetapkan Al-Quran. Berikut ini contoh hadits yang terkait dengan kajian berpikir kritis dan objektif.

Ibnu Abbas r.a. berkata: ketika aku menginap dirumah bibiku Maimunah, Rasulullah saw. Berbincang-bincang sesaat bersama istrinya. Kemudian beliau tidur. Tatkala tiba waktu sepertiga malam terkahir, beliau duduk

dan melihat ke langit, lalu beliau membaca, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal.” (Q.S. Ali Imran/3: 190). Lalu beliau berwudhu dan bersiwak, kemudian shalat

sebelas rokaat. Setelah mendengar Bilal adzan, beliau shalat dua raka’at kemudian beliau keluar untuk shalat subuh.” (H.R. Bukhari)

Page 9: Berpikir Kritis, Objektif dan Seimbang secara Islam

Kandungan Makna Hadits

Informasi bahwa Rasulullah saw., adalah seorang hamba yang sangat rajin beribadah, terutama di malam hari, padahal beliau adalah seorang Rasul yang ma’sum (terjaga dari dosa).

Rasulullah saw., mengingatkan kita melalui bacaan Q.S. Ali Imran/3:190. Agar akal pikiran digunakan bukan hanya untuk urusan duniawi, tetapi juga untuk ukhrawi.

Keseimbangan menggunakan seluruh potensi yang dimiliki, harus selalu dilakukan, sehingga pola hidupnya tidak terjerembab dalam kehinaan dan kubangan dosa atau maksiat.

Semakin cerdas seorang, seharusnya semakain mendekatkan dirinya kepada Allah swt. Yang dibuktikan dengan melaksanakan shalat malam dan amalan sunnah lainnya.

Page 10: Berpikir Kritis, Objektif dan Seimbang secara Islam

Penjelasan Q.S. Ali Imran/3: 190-191 dan Hadits Terkait tentang Berpikir Kritis

Allah swt., melalui Q.S. Ali Imran/3: 190, mengajak manusia untuk berpikir dan merenungi tentang penciptaan langit dan bumi. Semua itu, merupakan tanda-tanda kebesaran Allah swt., bagi mereka yang mau memikirkan fenomena tersebut, dan mereka itulah yang disebut ulil albab. Lebih lanjut, Ibnu Katsir menjelaskan makna lainnya, yaitu: perlunya manusia memikirkan dan mengambil manfaat dari penciptaan langit dengan ketinggian dan luasnya, serta penciptaan bumi dengan kerendahannya (dalam pandangan manusia), ketebalannya, dan kekokohannya. Kemudian, apa yang terdapat di antara keduanya, seperti bintang-bintang, lautan, gunung, pepohonan, tumbuhan, buah-buahan, binatang, barang tambang, pertukaran malam dan siang, semua itu merupakan kehendak Allah swt. Semula, fenomena tersebut adalah tanda-tanda kebesaran Allah swt. Bagi orang-orang yang memiliki akal sempurna. Akal yang mampu menangkap hakikat dan hikmah segala sesuatu , dan semua itu menjadi inspirasi orang berakal. Tidak seperti orang yang berpura-pura tidak mendengar seruan Allah dan Rasul-Nya serta selalu berpaling dari semua tanda-tanda kebesaran Allah swt., meski tanda-tanda tersebut terbentang dengan jelas dan nyata.

Page 11: Berpikir Kritis, Objektif dan Seimbang secara Islam

Semula, fenomena tersebut adalah tanda-tanda kebesaran Allah swt. Bagi orang-orang yang memiliki akal sempurna. Akal yang mampu

menangkap hakikat dan hikmah segala sesuatu , dan semua itu menjadi inspirasi orang berakal.

Tidak seperti orang yang berpura-pura tidak mendengar seruan Allah dan Rasul-Nya serta

selalu berpaling dari semua tanda-tanda kebesaran Allah swt., meski tanda-tanda tersebut

terbentang dengan jelas dan nyata.

Page 12: Berpikir Kritis, Objektif dan Seimbang secara Islam

Sementara itu, dalam Q.S.Ali Imran/3: 191, dijelaskan karakter lain ulil albab, yaitu orang-orang yang senantiasa mengingat-Nya dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring, Rasulullah saw., menegaskan, agar kita senantiasa mengingat Allah swt., dalam segala keadaan, baik sedang kaya atau miskin, suka dan duka. Artinya, kita jangan pernah putus dari zikir (mengingat Allah), baik melalui sarana hati, lisan maupun dengan perbuatan. Silih bergantinya siang dan malam, merupakan fenomena yang sangat kompleks. Fenomena ini melibatkan rotasi bumi, mengelilingi matahari dengan sumbu bumi miring. Dalam fenomena fisika, bumi berputar mengelilingi matahari. Gerakan miring tersebut memberi dampak musim yang berbeda. Selain itu, rotasi bumi distabilkan oleh bulan yang mengelilingi bumi, sehingga semua saling terkait. Orang yang berfikir kritis dan cerdas adalah orang yang memiliki visi jauh ke depan dan mempersiapkan diri untuk kehidupan yang sesungguhnya, yaitu kehidupan di akhirat. Orang yang tidak meyakini akan adanya hari pembalasan, tentu tidak akan pernah berpikir untuk menyiapkan diri dengan amal apapun.

Page 13: Berpikir Kritis, Objektif dan Seimbang secara Islam

Imam ibnu katsir memuat banyak nasihat tentang berpikir kritis, antara lain sebagai berikut:1. Ibnu Abbas berkata: “Shalat dua rakaat yang sedang (tidak terlalu

lama dan tidak pula terlalu singkat) dengan penuh perenungan, lebih baik daripada shlata sepanjang malam tetapi hatinya lalai.”

2. Hasan al-Basri berkata: “Berpikir (merenung) adalah cermin yang memperlihatkan kebaikan

dan keburukanmu.” “Hai anak Adam, makanlah untuk sepertiga perutmu, minumlah untuk

sepertiganya lagi, dan biarkan sepertiga lainnya lapang supaya bisa berpikir.”

“Saya mendengar dari banyak sahabat nabi berkata: “Sesungguhnya cahaya iman adalah tafakur.”

3. Sufyan bin Uyainah berkata: “berpikir (merenung) adalah cahaya yang merasuki jiwa.”

Page 14: Berpikir Kritis, Objektif dan Seimbang secara Islam

4. Wahab bin Munabbih berkata: “Tidaklah seseorang memikirkan sesuatu dalam waktu lama kecuali dia paham, tidaklah seseorang memahami sesuatu kecuali dia mengetahui (hakikat-nya), dan tidaklah seseorang mengetahui (hakikat) sesuatu kecuali dia akan mengamalkannya.”

5. Umar bin Abdul Aziz berkata: “Berbicara masalah zikrullah itu baik, tetapi berpikir tentang nikmat Allah adalah ibadah yang paling utama.”

6. Sebagian hukama (orang bijak) berkata: “Barang siapa memandang dunia tanpa ibrah (tanpa mengambil pelajaran/lalai), niscaya akan semakin jauh dari mata hatinya (basirah-Nya) sejauh kelalaiannya itu.”

7. Basyar bin Harits berkata: “Seandainya manusia itu mau berpikir (tafakur) niscaya mereka tidak akan durhaka (kepada Allah).”

Page 15: Berpikir Kritis, Objektif dan Seimbang secara Islam

Hikmah Berpikir Kritis

1) Dapat memahami makna-makna yang tersembunyi di balik penciptaan alam semesta dan fenomenanya yang terjadi.

2) Dapat memanfaatkan alam untuk kepentingan umat manusia secara optimal.

3) Semakin tertantang untuk melakukan penelitian terhadap fenomena Alam yang terjadi, sehingga mampu mengungkapkan lebih banyak makna, faedah, dan manfaat yang terkandung di balik penciptaan alam semesta dan problematika yang muncul.

4) Semakin bersyukur kepada Allah swt., atas anugerah berupa akal sehat, bertambah keyakinan tentang adanya hari pembalasan, dan bersemangat untuk beramal shalih sebagai bekal di akhirat kelak.

Page 16: Berpikir Kritis, Objektif dan Seimbang secara Islam