benihku di rahimnya

4
Stensilan Tjap Tjoean 2000 TJAP-TJOEAN : [email protected] Page 1 Anak Siapa Mia? AKu sebenarnya sudah lama curiga kepada dua bocah yang suka bermain di belakang rumah dekat pokon nangka. Tapi aku tak mengerti kenapa aku harus curiga. Kedua bocah itu adalah anak tetanggaku. Yang perempuan bernama MIa seoang perempuan berumur 13 tahun. Yang laki-laki bernama Iwan berusia 11 tahun. Setiap kali mereka bisik-bisik, mereka pergi sebuah sudut. Aku sengaja mengkuti mereka dari kejauahn. Ketika mereka memasuki sudut rumah pengantion baru itu, aku naik ke pohon mangga. Dari agak puncak pohon itu, aku memperhatikan mereka. Wah...ternyata mereka mengintip, pasangan pengantin baru yang baru pindah ke rumah kontrakan itu. Rumah itu dindingnya terbuat dari gedek bambu. Tentu saja banyak celah. Tapi apakah penagntin baru itu tidak tidak mengetahui, kalau mereka sedang diintip oleh dua bocah? Mulanya mereka bergangyian mengintip ke kamar pengantin baru itu. Kemudian bersama- sama. Aku mengikutinya dengan seksama. Setelah selesai mengintip, keduanya pergi ke pinggiran desa. Aku tahu, kalau Iwan memiliki beberapa ekor kambing dan mengangonnya di pinggiran sawah. Biasanya Iwan mengikat kambingnya di pinggiran sawah itu, lalu memindah-mindahkan kambingnya ke tempat lain. Iwan memantau kembingnya dari sebuah dangau agak di ketinggian. Iwan dan Mia berada di dangau, mengangon kambing-kambing mereka. Aku terus memantau mereka dengan berbagai kecurigaan. Tak lama kemudian dangau yang berdinding gedek bambu setinggi 60 centimeter itu, mampu menghilangkan mereka. Kalaupun mereka tidur-tiduran, penduduk desa dan kedua orang tua mereka pasti tidak akan curiga. Mereka saudara sepupu, karean hubungan antara ayahnya Iwan dengan ibunya Mia bersaudara. Begitu mereka tak kelihatan, aku mendekati dangau itu perlahan-lahan. KIni aku yang mengintip mereka. Suasana sangat sunyi. Hanya suara burung-burung kecil yang terdengar mencicit-cicit. Aku mengendak di belakang dangau yang dilindungi oleh rerumputan dan pohon ceri. Aku mendengarkan percakapan mereka. Mataku tak berkedip melihat mereka tiduran sambil berpelukan. Aku melihat Mia sangat aktif. Dia meraba-raba kontol Iwan dari luar celananya. Kemudian Mia pun meminta agar Iwan membuka celananya. Iwan mengikuti saja. Kini Iwan tinggal memakai baji kaos oblong saja. Aku melihat kontol Iwan mulai tegang. Kini giliran Mia yang membuka celana dalamnya. Rok-nya disingkap ke atas. Memek Mia sama sekali belum ditumbuhi bulu. Masih benar-benar polos. Tapi sudah kelihatan cembung. "Ayo, dimasukkan, seperti mas tadi memasukkannya ke dalam memek si mbak," kata Mia mengajari. Iwanpun menaiki tubuh Mia, sambil melihat-lihat situasi, apakah sekitar mereka aaman atau tidak. Dia tidak tau kalau aku hanya berjarak 30 centimeter dari mereka. Mia mengangkangkan kedua kakinya. Kelihatan jelas oleh mataku, memeknya merekah. Iwan jongkok di hadapan memek Mia dan menyodorkan kontolnya ke memek Mia. Dengan cepat Mia memegang kontol Iwan dan menuntunnya memasuki memeknya. "Ayo ditekan," kata Mia. Iwan berusaha menekan kontolnya memasuki liang pagina Mia. "Pelan-pelan, sakiiiit," kata Mia. Iwan menarik kembali kontolnya, tapi Mia menahannya. Dituntunnya kembali kontol Iwan memasuki memeknya. "tahan dulu, menekannya pelan-pelan, agak sakit," Mia kembali berkomentar. Iwan

Upload: tjap-tjoean

Post on 03-Jul-2015

446 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Benihku di Rahimnya

Stensilan Tjap Tjoean 2000

TJAP-TJOEAN : [email protected] Page 1

Anak Siapa Mia?

AKu sebenarnya sudah lama curiga kepada dua bocah yang suka bermain di belakang rumah dekat pokon nangka. Tapi aku tak mengerti kenapa aku harus curiga. Kedua bocah itu adalah anak tetanggaku. Yang perempuan bernama MIa seoang perempuan berumur 13 tahun. Yang laki-laki bernama Iwan berusia 11 tahun. Setiap kali mereka bisik-bisik, mereka pergi sebuah sudut. Aku sengaja mengkuti mereka dari kejauahn. Ketika mereka memasuki sudut rumah pengantion baru itu, aku naik ke pohon mangga. Dari agak puncak pohon itu, aku memperhatikan mereka. Wah...ternyata mereka mengintip, pasangan pengantin baru yang baru pindah ke rumah kontrakan itu. Rumah itu dindingnya terbuat dari gedek bambu. Tentu saja banyak celah. Tapi apakah penagntin baru itu tidak tidak mengetahui, kalau mereka sedang diintip oleh dua bocah? Mulanya mereka bergangyian mengintip ke kamar pengantin baru itu. Kemudian bersama-sama. Aku mengikutinya dengan seksama. Setelah selesai mengintip, keduanya pergi ke pinggiran desa. Aku tahu, kalau Iwan memiliki beberapa ekor kambing dan mengangonnya di pinggiran sawah. Biasanya Iwan mengikat kambingnya di pinggiran sawah itu, lalu memindah-mindahkan kambingnya ke tempat lain. Iwan memantau kembingnya dari sebuah dangau agak di ketinggian. Iwan dan Mia berada di dangau, mengangon kambing-kambing mereka. Aku terus memantau mereka dengan berbagai kecurigaan. Tak lama kemudian dangau yang berdinding gedek bambu setinggi 60 centimeter itu, mampu menghilangkan mereka. Kalaupun mereka tidur-tiduran, penduduk desa dan kedua orang tua mereka pasti tidak akan curiga. Mereka saudara sepupu, karean hubungan antara ayahnya Iwan dengan ibunya Mia bersaudara. Begitu mereka tak kelihatan, aku mendekati dangau itu perlahan-lahan. KIni aku yang mengintip mereka. Suasana sangat sunyi. Hanya suara burung-burung kecil yang terdengar mencicit-cicit. Aku mengendak di belakang dangau yang dilindungi oleh rerumputan dan pohon ceri. Aku mendengarkan percakapan mereka. Mataku tak berkedip melihat mereka tiduran sambil berpelukan. Aku melihat Mia sangat aktif. Dia meraba-raba kontol Iwan dari luar celananya. Kemudian Mia pun meminta agar Iwan membuka celananya. Iwan mengikuti saja. Kini Iwan tinggal memakai baji kaos oblong saja. Aku melihat kontol Iwan mulai tegang. Kini giliran Mia yang membuka celana dalamnya. Rok-nya disingkap ke atas. Memek Mia sama sekali belum ditumbuhi bulu. Masih benar-benar polos. Tapi sudah kelihatan cembung. "Ayo, dimasukkan, seperti mas tadi memasukkannya ke dalam memek si mbak," kata Mia mengajari. Iwanpun menaiki tubuh Mia, sambil melihat-lihat situasi, apakah sekitar mereka aaman atau tidak. Dia tidak tau kalau aku hanya berjarak 30 centimeter dari mereka. Mia mengangkangkan kedua kakinya. Kelihatan jelas oleh mataku, memeknya merekah. Iwan jongkok di hadapan memek Mia dan menyodorkan kontolnya ke memek Mia. Dengan cepat Mia memegang kontol Iwan dan menuntunnya memasuki memeknya. "Ayo ditekan," kata Mia. Iwan berusaha menekan kontolnya memasuki liang pagina Mia. "Pelan-pelan, sakiiiit," kata Mia. Iwan menarik kembali kontolnya, tapi Mia menahannya. Dituntunnya kembali kontol Iwan memasuki memeknya. "tahan dulu, menekannya pelan-pelan, agak sakit," Mia kembali berkomentar. Iwan

Page 2: Benihku di Rahimnya

Stensilan Tjap Tjoean 2000

TJAP-TJOEAN : [email protected] Page 2

mengiktuinya dan menusuknya pelan-pelan. TIba-tiba terdengar Mia seperti berteriak. "Sakiiiit," katanya. Iwan kelihatan tak perduli. Mungkin sudah sangat horny. Iwan terus menusuk memek Mia. "udah, dicabut dulu, sakit..."kata Mia. Iwan tetap menahannya. "Cabuuut, " Mia meminta, tapi Iwan tak mau mendengarkannya. Iwan tetap mempertahankan kontolnya di dalam memek Mia. Dengan keras Mia menolak Iwan dan kontol Iwan tercabut. Mia menangis kesakitan. Mereka mulai bertengkar. Iwan bertahan pada prinsipnya. "Tadi kan mbak Mia yang mengajak aku," katanya. "Iya, tapi pelan-pelan, kan sakit? Lihat tuh, memekku beradarah," katanya. Iwan kelihatan ketakutan. Dilapnya memeknya dengan celana dalamnya. Mia duduk dan mau mencuci memeknya ke dalam sawah dengan air sawah yang agak bening. Saat itu aku beranjak dari tempatku dan pergi. Dari jauh aku masih melihat mereka bertengkar kecil. * * * Esoknya aku melihat biasa-biasa saja. Nampaknya mereka merahasiakan apa yang sudah terjadi di antara mereka. Tapi pada hari ketiga, aku mulai curiga lagi. Mereka sudah semakin akrab. Kembali mereka mengangon kambing bersama dan duduk di dangau kembali. Aku mengatimereka sore itu. Begitu keduanya hilang dari pandangan, karena keduanya sudah berada di lantai dangau, aku yakin mereka sudah tiduran kembali. Aku mulai lagi mendekati dangau. Dengan mengendap-endap aku tiba di dangau. AKu mendengar Mia mengajak kembali Iwan melakukan seperti apa yang pernah mereka intip. Iwan nampaknya menolak. Tapi Mia mengelus-elus kontol Iwan dari luar celananya. Sedang sebuah lagi, tangannya menggosok-gosok klitotrisnya. Akhirnya Iwan membuka celananya. "Ayo dimasukin. Tapi pelan-pelan ya," ujar Mia. Mia mengangkangkan kedua kakinya dan Iwan berada di tengah-tengah kedua kaki Mia. Jela aku emlihat memek Mia yang merah dan mulus tak berbulu itu. Iwan menyodorkan kontolnya ke lubang memek Mia dan Mia menuntunnya. Kontol itu memasuki memek Mia. "Pelan ya....pelaaaannn," Mia memohon. Lalu Mia meminta lagi, agar Iwan meneruskan. "Pelan, agak sakit....teruskan tapi pelan-pelan," Mia memerintah lagi. Iwan menuruti. "Ayo diteruskan," kata Mia. Sudah habis. Semua sudah masuk, kata Iwan. Mia membuka bajunya. Dia meminta agar Iwan merebahkan dirinya ke tubuhnya. Dia minta agar Iwan mengisap puting teteknya. Iwan melakukannya. "Pelan-pelan jangan kuat-kuat, sakit, " kata Mia. Iwan menurut lagi seperti kerbau dicucuk hidungnya. AKu melihat Mia mulai menggoyang-goyangkan pantatnya. Iwan pun mengocok-ngocokkan kontolnya ke dalam memek Mia. "Ayo terus....terus," kata Mia. Mia semakin kuat menggoyang-goyang tubuhnya membuat Iwan ikut tergoyang. Dan...mia berhenti tiba-tiba. "Sudah...sudah," kata Mia. Iwan mencabut kontolnya. Aku melihat Iwan sangat tak puas. Akhirnya mereka bangkit dan aku segera berlalu dari tempat itu. Ke esokannya, sepluang sekolah (AKu kelas II STM), aku mengintip mereka lagi. Kembali algi mengintip mereka di dangau itu. Aku mengendap lagi dan menyaksikan mereka mengulangi lagi perbuatan itu. AKu mulai horny menyaksikan mereka. Saat Mia membuka celana dalamnya dan Iwan juga membuka celananya, aku menjauhi mereka dan aku berpura-pura berjalan di pematang sawah sambil menyanyi-nyanyi sembari mendekati dangau. AKu melhat keduanya terkejut dan memperbaiki pakaian mereka, terutama Iwan. Sedangkan Mia

Page 3: Benihku di Rahimnya

Stensilan Tjap Tjoean 2000

TJAP-TJOEAN : [email protected] Page 3

hanya menyebunyikan celana dlamnya di sebuah sudut dangau. Aku pura-pura tak mengerti apa kenapa mereka tersipu-sipu. Aku menyuruh Iwan membelikan dua batang rokok ke kedai. Dengan memberikan uang secukupnya. Lebih uangnya agar dibelikan cemilan kerupuk. Iwan dengan senang memenuhi permintaanku. Dengan cepat di ke warung. Baru beberapa langkah dia pergi aku mendekati Mia. "Aku tahu apa yang kamu lakukan pada adik sepupumu. Aku mengintipmu sejak kelian berdua mengintip pengantin baru itu dan apa yang kamu lakukan di dangau ini,"kataku. AKu melihat Mia terkejut. "Enggak perlu takut. Itu biasa kok," kataku. Mia tersipu malu dan diam. Dia yang duduk dekat denganku langsung kupeluk. Kucium pipinya dan kukecup bibirnya. Dari luar bajunya, aku mengelus-elus lembut teteknya. Mulanya Mia menolak, tapi aku meneruskan. Tanganku meraba-raba memeknya yang tak berbulu itu. Kurebahkan dia di lantai dangau dan kupeluk sembari meraba-raba memeknya. Kulihat Mia mulai diam. Aku terus menciumi bibirnya, walau tak ada respons darinya. Jari tengahku mempermainkan itil-nya. Terasa olehku, Mia mulai menikmatinya. Aku terus membuka kancing bajunya dan mengangkat pakaian dalamnya. Tersembullah tetek kecil dan mungil yang indah. Perlahan kujilati puting susu mungil itu. Mia mulai mendesah. Buru-buru aku duduk, setelah mendengar suara langkah kaki. Ternyata Iwan datang membawa dua batang rokok pesananku. Mia buru-buru memperbaiki bajunya. Kami duduk bertiga di dangau dan melihat orang-orang mulai kembali pulang ke rumah masing-masing dari ladangnya masing-masing. Ketika Iwan memindahkan kambingnya, Mia mau ikut memindahkan kambing juga. Aku melarangnya. "Wan, tolong, kambing Mia dipindahin juga ya," kataku. Iwan mengangguk dan berlari ke arah pematang sawah di ujung sana. Saat itu, aku mengatakan kepada Mia, agar nanti malam kami berjumpa di bawah pohon rumbun bambu di belakang rumahnya usai salat isa. Mia diam saja. Tapi aku memastikan. Kalau kamu tak datang, aku akan buka rahasiamu. AKu tunggu ya dan inhi rahasia kita, kataku setengah mengancam. Saat yang kutungu tiba. AKu sudah menunggu di bawah rumpun bambu. Nyamuk mulai menyerbuku. Tapi dari arah utara aku melihat bayangan mengendap-endap. Ternyata Mia. Aku senang bukanmain. Kunyalakan korek api, pertanda aku ada tak jauh darinya. Dia mendekatiku setelah yakin yang menyalakan korek api itu adalah aku. Malam itu, di kampung kami ada pertunjukan keyboard dandutan. Semua warga kampung mengunjunginya ke lapangan itu. Dengan cepat kugamit tangan Mia dan mengendp kubawa ke dangau setelah melihat kiri kanan dan situasi benar-benar aman. Di dangau aku tak melepaskan kesempatan. Dengan cepat kupeluk Mia dan merebahkannya ke lantai dangau. Kuciumi bibirnya dan kubuka bajunya, lalu kujilati teteknya, kiri dan kanan sepuasku. Kulihat Mia mulai menggeliat. Perlahan kubuka celana dalamnya dan Mia mengangkat pantatnya untuk memudahkan aku membuka celana dalamnya. Aku juga membuka celanaku. Kontolku yang sudah tegang kusorongkan ke dalam memeknya. Kulihat Mia sedikti kesakitan. Kutekan kontolku. Mia meringis. "Sakit, mas," katanya. Kutahan kontolku. Setelah Mia dia dan tak merasa kesakitan lagi, kutekan lagi kontolku. Kini sudah separo kontolku yang masuk ke memeknya yang sempit.

Page 4: Benihku di Rahimnya

Stensilan Tjap Tjoean 2000

TJAP-TJOEAN : [email protected] Page 4

Walau sudah dibobol Iwan tapi masih sangat sembit. AKu tahu kontol Iwan masih sangat kcil dibandingkan dengan kontolku. Setalah Mia diam, kutekan lagi kontolku dan kutahan. Demikian seterusnya sampai kontolku semua amblas ke dalam memeknya. Kutahan lama kontolku di dalam memeknya, sembari mulutku menjilati pentil susunya. Tak lama aku memaju mundurkan pantatku. Menyorong dan menarik kontolku. Mia mulai meresponsku. "Masih sakit?" tanyaku. Mia menggeleng. "Yang cepat, mas," katanya. Aku memompanya dengan lebih cepat. Mia memelukku dan aku terus mengecupi bibirnya. "Ah...lebih cepat, mas," pintanya. Aku mempercepat. Aku juga baru pertama kali melakukan persetubuhan. Cepat, cepat dan lebih cepat. Kulihat Mia sudah melemas. Dia sudah orgasme. Aku mempercepat kocokan kontolku dan memeluk Mia dengan kuat. Akhirnya aku sampai juga. AKua menembakkan spermaku di memeknya. Akauterkulai lemas, sama seperti Mia yang juga terkulai lemas. Senyatan nyamuk tak terasa oleh kami. Setelah sama-sama segar, kami melakukannya sekali lagi. Sejak saat itu, sampai liburanku habis, kami melakukannya hamoir setiap malam atau sore. Tak kurang dari 15 kali. Liburanku usai. Aku harus kemnali ke kota kabupaten untuk sekolahku dan kos di sana. walau aku masih di desa, aku mengetahui kalau Mia dan Iwan terus melakukannya juga. Brengasek. Benar-benar Mia haus seks pikirku. Liburan berikutnya, aku pulang ke desa dengan harapan aku bisa kembali menyetubuhi Mia di dangau ataui di mana sana. Aku sangat terkejut, ketika kuketahui, Mia sudah dinikahkan dengan seorang temanku sebaya bernama Poniran. Mereka ketangkap basah sedang main di bawah rumbun bambu. Mia sedang hamil beberapa bulan dan sebentar lagi melahirkan seorang anak. Ketkka Mia ke kedai di desa itu, di tengah perjalanan aku menemuinya. "Hamilmu sudah berapa bulan," tanyaku. Dia menggelengkan kepalanya. Aku sedih, untuk menghitung berapa bulankehamilannya saja dia tak tahu. "Ini anak siapa? Anakku apa anak Poniran,"tanyaku. "Anak mas." "Anakku?" tanyaku. Mia mengangguk. "Ini rhasia kita ya," katakuy berbisik. Mia mengangguk. "Kamu mencintai Ponirankan?" tanyaku pula. Mia menggeleng. "Lalu?" tanyaku. "AKu mencintai mas, katanya kepadaku. AKu sedih. Tapi tak mungkin kunikahi dia, karean dia sudah menikah. Sebenarnya, aku juga mencintai Mia.