bendungan asi

14
LAPORAN PENDAHULUAN PNC PATOLOGI (BENDUNGAN ASI) Oleh: NOVA ARISKA 1002100080 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG PRODI DIII KEBIDANAN MALANG 2012

Upload: verlina-maya-gita

Post on 29-Sep-2015

10 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

m

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN

PNC PATOLOGI (BENDUNGAN ASI)

Oleh:

NOVA ARISKA

1002100080

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

PRODI DIII KEBIDANAN MALANG

2012

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

PNC PATOLOGI (BENDUNGAN ASI)

Pembimbing Istitusi

NIP.

Mahasiswa

NIM.

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP TEORI NIFAS

1. Pengertian

Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Periode pemulihan pascapartum berlangsnung sekitar 6 minggu.

(Varney, 2008 : 958)

Kala puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal. Berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari.

(Manuaba, 2010 : 190 )

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.

(Siti Saleha, 2009:4)

2. Perubahan Fisiologis Nifas

a. Perubahan Fisik

Uterus

Involusi

TFU

Berat Uterus

Bayi lahir

Setinggi pusat

1000gr

Uri lahir

2 jari di bawah pusat

750gr

1 minggu

Pertengahan pusat-simfisis

500gr

2 minggu

Tidak teraba di atas simfisis

350gr

6 minggu

Bertambah kecil

50gr

8 minggu

Sebesar normal

30gr

Serviks

Segera setelah persalinan, serviks sangat lunak, kendur, dan terkulai. Serviks mungkin memar dan edema, terutama di anterior.

Vagina dan perineum

Lochea

LOCHEA

WAKTU

WARNA

Rubra

Selama 2 hari pasca persalinan

Berisi darah segar, sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum

Sanguinolenta

Hari ke 5-7 pasca persalinan

Berwarna merah dan kuning berisi darah dan lender

Serosa

Hari ke 7-14 pasca persalinan

Berwarna kuning, tidak berdarah lagi

Alba

Setelah 2 minggu pasca persalinan

Cairan putih

b. Perubahan Psikologis

Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan melalui fase sebagai berikut:

Taking In

Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan

Ibu pasif terhadap lingkungan

Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika melahirkan secara berulang-ulang

Taking Hold

Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan

Ibu merasa khawatir akan kemampuannya dalam merawat bayi

Sensitif dan mudah tersinggung

Butuh dukungan orang terdekat

Saat tepat bagi ibu untuk menerima pendidikan konsultasi

Energi ibu meningkat

Fokus pada diri sendiri dan bayi

Letting Go

Berlangsnung 10 hari setelah melahirkan

Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu

Mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.

Keinginan merawat bayi meningkat

(Mansur, 2009 : 155)

3. Laktasi

Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar mammae untuk menghadapi masa laktasi, perubahan tersebut berupa:

a. Proliferasi jaringan, terutama kelenjar-kelenjar dan alveolus mammae dan lemak.

b. Pada duktus laktiferus, terdapat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan berwarna kuning.

c. Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena berdilatasi sehingga nampak jelas.

d. Setelah persalinan, pengaruh supresi estrogen dan progesteron hilang terhadap hipofisis. Timbul pengaruh lactogenik hormone (LHI atau prolaktin yang akan merangsang air susu, disamping itu pengaruh oksitoksin menyebabkan mioepitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar, produksi akan banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan.

Bila bayi ditetekkan, isapan pada putting susu merupakan rangsangan psikis yang secara reflektoris mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis. Produksi air susu ibu (ASI) akan lebih banyak, sehingga efek positif berupa involusi uteri akan lebih sempurna. Keuntungan lainnya disamping merupakan makanan utama bayi dengan menyusui bayi sendiri akan terbentuk kasih sayang antara ibu dan anak.

(Sarwono, 2008 : 239-240)

B. KONSEP BENDUNGAN ASI

1. Definisi

Pembengkakan (engorgement) payudara terjadi karena ASI tidak diisap oleh bayi secara adekuat, sehingga ASI terkumpul pada sistem duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan.

(Bahiyatu,. 2009 : 31)

Payudara terasa lebih penuh tegang dan nyeri terjadi pada hari ketiga atau hari ke empat pasca persalinan disebabkan oleh bendungan vera dan pembuluh dasar bening. Hal ini semua merupakan bahwa tanda asi mulai banyak di sekresi, namun pengeluaran belum lancar.

2. Etiologi

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:

a. Pengosongan mamae yang tidak sempurna

Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.

b. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif

Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.

c. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar

Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.

d. Puting susu terbenam

Puting susu melesak ke dalam dikenal dengan sebutan rectracted nipple. Banyak dijumpai pada ibu menyusui. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Mungkin juga bawaan dari bentukan payudara sejak lahir.

Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.

e. Puting susu terlalu panjang

Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.

(Bahiyatun, 2009 : hal 31)

3. Patofisiologi

Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau kelainan pada putting susu. Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitary lactogenic hormon (prolaktin) waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan reflex yang menyebabkan kontraksi sel-sel mio-epitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Refleksi ini timbul jika bayi menyusu. Pada permulaan nifas apabila bayi belum menyusu dengan baik, atau kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air susu.

(Wiknjosastro, 2005)

4. Gejala dan Tanda

Gejala yang dirasakan ibu apabila terjadi bendungan ASI adalah :

Bengkak pada payudara

Payudara terasa keras

Payudara terasa panas dan nyeri

5. Prognosis

a. Saluran susu tersumbat.

Saluran susu tersumbat (obstructive duct) adalah suatu keadaan ketika terjadi sumbatan pada satu atau lebih duktus lactiferous. Penyebabnya meliputi tekanan jari ibu pada waktu menyusui, pemakaian bra/BH yang terlalu ketat, dan komplikasi payudara bengkak, yaitu susu terkumpul tidak segera dikeluarkan sehingga menjadi sumbatan.

Gejala gangguan ini lebih terlihat pada ibu yang kurus yang terlihat benjolan yang jelas dan lunak pada peradaban. Payudara pada daerah yang mengalami penyumbatan terasa bengkak yang terlokalisasi.

Penatalaksanaan :

Saluran susu yang tersumbat ini harus dirawat untuk menghindari terjadinya radang pada payudara (mastitis).

Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak dapat dilakukan masase dan kompres panas dingin secara bergantian.

Bila payudara masih terasa penuh, ibu dianjurkan untuk mengeluarkan ASI secara manual atau dengan pompa setiap kali setelah menyusui.

Ubah posisi menyusui untuk melancarkan aliran ASI.

Pencegahan :

Perawatan payudara pascanatal secara teratur untuk menghindari terjadinya statis aliran ASI.

Posisi menyusui yang diubah ubah.

Menggunakan bra/BH yang menyangga dan membuka bra tersebut ketika terlalu menekan payudara.

b. Mastitis

Mastitis adalah radang payudara. Penyebabnya adalah payudara bengkak yang tidak disuse secara adekuat yang akhirnya terjadi mastitis. Putting lecet memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak. Bra/BH yng terlalu ketat mengakibatkan engorgement segmental. Bila tidak disuse dengan adekuat, dapat terjadi mastitis. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, atau anemia akan mudah terkena infeksi.

Gejala mastitis meliputi bengkak, nyeri seluruh payudara/nyeri local, kemerahan pada seluruh payudara atau hanya local, payudara keras dan berbenjol benjol, panas badan dan rasa sakit umum.

Penatalaksaan :

Menyusui tetap dianjurkan. Pertama, bayi disusukan pada payudara yang sakit selama dan sesring mungkin agar payudara kosong, kemudian lakukan hal yang sama pada payudara yang normal.

Beri kompres panas dengan menggunakan shower hangat atau basah panas pada payudara yang terkena.

Ubah posisi menyusui pada setiap kali menyusui, yaitu dengan posisi tidur, duduk, atau posisi memegang bola (football position).

Kenakan bra/BH yang longgar.

Istirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi.

Banyak minum (sekitar 2 liter per hari)

Dengan cara cara di atas, biasanya peradangan akan menghilang setelah 48 jam dan jarang sekali yang menjadi abses. Tetapi bila dengan cara cara di atas tidak ada perbaikan setelah 12 jam, ibu perlu diberi antibiotic selama 5-10 hari dan analgesic.

c. Abses payudara.

Harus dibedakan antara abses dan mastitis. Abses payudara merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan oleh meluasnya peradangan pada payudara tersebut.

Gejalanya adalah ibu tampak sakit lebih parah, payudara lebih merah mengilat, benjolan lebih lunak karena berisi nanah. Abses bernanah perlu diinsisi untuk mengeluarkan nanah tersebut. Pada abses payudara, perlu diberikan antibiotic dosis tinggi dan analgesic. Sementara itu, susui bayi tanpa dijadwal hanya pada payudara yang sehat dan ASI dari payudara yang sakit diperas (tidak disusukan). Setelah sembuh, bayi dapat menyusu kembali.

(Bahiyatun, 2009 : hal 31-35)

Pencegahan

Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin (sebelum 30 menit) setelah dilahirkan

Susui bayi tanpa dijadwal (on demand)

Keluarkan asi dengan tangga atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi

Perawatan payudara pasca persalinan

Menyusui sesering mungkin

Memakai kantong yang memadai

Hindari tekanan local pada payudara

(Wiknjosastro, 2006 : 87)

Penatalaksanaan

Kompres air hangat agar payudara menjadi lebih lembek

Keluarkan asi sebelum menyusui sehingga asi keluar lebih mudah ditangkap dan di isap oleh bayi

Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI

Untuk mengurangi ras sakit pada payudara berikan kompres dingin

Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh dara getah benih dilakukan pengurutan (marase) payudara yang dimulai dari putting kearah korpus

DAFTAR PUSTAKA

. 2009. Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta : EGC

Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC

Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

Mansjuer, Arif. 2006. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Medika Aesculap FKUI.

Manuaba,Ida Bagus Gde.2010.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan.Jakarta : EGC

Mochtar, Rustam. 2005. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono.2008. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Varney, Hellen, dkk. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2. Jakarta : EGC

Wiknjosastro. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta :YBPSP