hubungan frekuensi dan durasi menyusui dengan kejadian bendungan asi pada ibu nifas...

87
HUBUNGAN FREKUENSI DAN DURASI MENYUSUI DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DI PRAKTEK BIDAN MANDIRI ROMAULI SILALAHI TAHUN 2019 SKRIPSI Oleh: TRISNAWATI FAU 1802032128 PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN 2019

Upload: others

Post on 27-Jan-2021

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • HUBUNGAN FREKUENSI DAN DURASI MENYUSUI DENGAN

    KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS

    DI PRAKTEK BIDAN MANDIRI ROMAULI

    SILALAHI TAHUN 2019

    SKRIPSI

    Oleh:

    TRISNAWATI FAU

    1802032128

    PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN

    FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN

    INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

    MEDAN

    2019

  • HUBUNGAN FREKUENSI DAN DURASI MENYUSUI DENGAN

    KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS

    DI PRAKTEK BIDAN MANDIRI ROMAULI

    SILALAHI TAHUN 2019

    SKRIPSI

    Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan

    Program Studi D4 Kebidanan dan Memperoleh Gelar

    Sarjana Terapan Kebidanan (S.Tr.Keb)

    Oleh :

    TRISNAWATI FAU

    1802032128

    PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN

    FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN

    INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

    MEDAN

    2019

  • HALAMAN PENGESAHAN

    Judul Skripsi : Hubungan Frekuensi Dan Durasi Menyusui

    Dengan Kejadian Bendungan Asi Pada Ibu Nifas

    Di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi

    Tahun 2019 Nama Mahasiswa : Trisnawati Fau

    Nomor Induk Mahasiswa : 1801032128

    Minat Studi : D4 Kebidanan

    Menyetujui :

    Komisi Pembimbing :

    Medan, 04 September 2019

    Pembimbing I

    Rina Hanum, SST, M.Kes

    Pembimbing II

    Siti Aisyah, SST, M.K.M

    Fakultas Farmasi dan Kesehatan

    Institut Kesehatan Helvetia

    Dekan,

    Darwin Syamsul, S.Si, M.Si, Apt

    NIDN. (0125096601)

  • Telah diuji pada tanggal 04 September 2019

    PANITIA PENGUJI SKRIPSI

    Ketua : Rina Hanum, SST, M.Kes

    Anggota : 1. Siti Aisyah, SST, M.K.M

    2. Darwin Syamsul, S.Si, M.Si, Apt

  • LEMBAR KEASLIAN PENELITIAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa :

    1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar

    akademik Sarjana Terapan Kebidanan (S.Tr.Keb), di Fakultas Farmasi dan

    Kesehatan Umum Institut Kesehatan Helvetia.

    2. Skrisi ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa

    bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing dan masukan tim

    penelaah/ tim penguji.

    3. Isi Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

    dipublikasiakn orang lai., kecuali secara tertulis dengan jelas pengarang dan

    dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka .

    4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari

    terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya

    bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah

    diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang

    berlaku di perguruan tinggi ini.

    Medan, 04 September 2019

    Yang Membuat Pernyataan,

    (Trisnawati Fau)

    NIM. 1801032128

  • i

  • ii

    ABSTRAK

    HUBUNGAN FREKUENSI DAN DURASI MENYUSUI DENGAN

    KEJADIAN BENDUNGAN ASI DI PRAKTEK BIDAN

    MANDIRI ROMAULI SILALAHI

    TAHUN 2019

    TRISNAWATI FAU

    1801032128

    World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 di Amerika Serikat

    persentase perempuan menyusui yang mengalami bendungan ASI rata-rata

    mencapai 87,05% atau sebanyak 8242 ibu nifas dari 12.765 orang, di Praktek

    Bidan Mandiri Romauli Silalahi masih terdapat ibu nifas yang terjadi bendungan

    ASI yang disebabkan oleh frekuensi menyusui yang tidak optimal dan durasi

    menyusui yang tidak lama. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui

    hubungan frekuensidan durasi menyusui dengan kejadian bendungan ASI di

    Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019.

    Desain penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan cross

    sectional. Penelitian ini dilakukan di Praktek Bidan Mandiri Romauli

    Silalahi.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di Praktek Bidan

    Mandiri Romauli Silalahi tahun 2019 dan sampel sebanyak 30 responden dengan

    teknik accidental sampling. Teknik dan cara pengumpulan data dengan

    menggunakan lembar kuesioner. Analisis data dengan menggunakan data

    univariat dan bivariat dengan uji chi-square.

    Berdasarkan uji statistik dengan uji chi-square didapatkan nilai p value

    0,033

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

    anugerah-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsiyang

    berjudul “Hubungan Frekuensi Dan Durasi Menyusui Dengan Kejadian

    Bendungan Pada Ibu Nifas Di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi

    Tahun 2019”

    Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satusyaratuntuk

    mendapatkan gelar SarjanaTerapan Kebidanan (S.Tr.Keb.) pada Program Studi

    D4 KebidananFakultas Farmasi Dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsiini tidak dapat diselesaikan tanpa

    bantuan berbagai pihak, baik dukungan moril, materil dan sumbangan pemikiran.

    Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

    Bapak/Ibu :

    1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes., selaku Pembina Yayasan Helvetia.

    2. Iman Muhammad, SE, S.Kom, MM, M.Kes, selaku Ketua Yayasan Helvetia 3. Dr. H. Ismail Effendy, M.Si., selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia. 4. Darwin Syamsul, S.Si, M.Si, Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Dan

    Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia sekaligus Dosen Penguji III yang telah

    meluangkan waktunya untuk memberikan kritik dan saran yang membangun

    dalam penyempurnaan skripsiini

    5. Elvi Era Liesmayani, S.Si.T, M.Keb, selaku Ketua Program Studi D4 Kebidanan Fakultas Farmasi Dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia

    6. Rina Hanum, SST, M.Kes selaku Penguji I yang telah meluangkan waktu dan memberikan pemikiran dalam membimbing penulis selama penyusunan

    skripsi ini.

    7. Siti Aisyah, SST, M.K.M selaku Penguji II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan

    skripsi ini.

    8. Seluruh Dosen Program Studi D4 Kebidanan yang telah mendidik dan mengajarkan berbagai ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

    9. Teristimewa kepada Ayahanda dan Ibunda yang selalu memberikan pandangan, mendukung baik moril maupun materil, mendoakan dan selalu

    memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsiini.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.

    Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaanskripsiini.

    Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya atas

    segala kebaikan yang telah diberikan.

    Medan, 04 September 2019

    Penulis

    Trisnawati Fau

    1801032128

  • iv

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    I. Identitas Diri Nama : TRISNAWATI FAU

    Tempat/Tanggal Lahir : Hiligeho, 16 Juni 1996

    Agama : Kristen Protestan

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Anak Ke : 2 (Dua) dari 4 (Empat) Bersaudara

    II. Identitas Orang Tua Nama Ayah : HASANAOGO FAU

    Pekerjaan : Petani

    Nama Ibu : SINARIATI LAIA

    Pekerjaan : Petani

    Alamat : Desa hiligeho, Kec.Teluk Dalam, Kab. Nias

    Selatan

    III. Riwayat Pendidikan Tahun 2003-2009 : SDN 075071 HILIGEHO

    Tahun 2009-2012 : SMP S Mitra Kasih BKPN Telukdalam

    Tahun 2012-2015 : SMK S Mitra Kasih BKPN Telukdalam

    Tahun 2015-2018 : Akademi Kebidanan Helvetia Medan

    Tahun 2018-2019 : Diploma IV Kebidanan Institut Kesehatan

    Helvetia Medan

  • v

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN PENGESAHAN

    LEMBAR PANITIA PENGUJI

    LEMBAR PERNYATAAN

    ABSTRAK ................................................................................................ i

    ABSTRACT ................................................................................................ ii

    KATA PENGANTAR ............................................................................... iii

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................ iv

    DAFTAR ISI .............................................................................................. v

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................ vi

    DAFTAR TABEL...................................................................................... viii

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ ix

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................... 1

    1.1. Latar Belakang .............................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ......................................................... 4 1.3. Tujuan Penelitian .......................................................... 5 1.4. Manfaat Penelitian ........................................................ 5

    1.4.1. Manfaat Teoritis ................................................ 5 1.4.2. Manfaat Praktis ................................................. 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................... 7

    2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ....................................... 7 2.2. Telaah Teori .................................................................. 9

    2.2.1. Masa Nifas ........................................................ 9 2.2.2. Pemberian ASI .................................................. 15 2.2.3. Bendungan ASI ................................................. 22 2.2.4. Frekuensi Menyusui .......................................... 27 2.2.5. Durasi Menyusui ............................................... 28

    2.3. Hipotesis ........................................................................ 30

    BAB III METODE PENELITIAN..................................................... 31

    3.1. Desain Penelitian ........................................................... 31 3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ........................ 31

    3.2.1. Lokasi Penelitian ............................................... 31 3.2.2. Waktu Penelitian ................................................ 31

    3.3. Populasi dan Sampel ...................................................... 32 3.3.1. Populasi.............................................................. 32 3.3.2. Sampel ............................................................... 32

    3.4. Kerangka Konsep........................................................... 32 3.5. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran ............... 33

    3.5.1. Definisi Operasional ......................................... 33 3.5.2. Aspek Pengukuran ............................................ 33

    3.6. Metode Pengumpulan Data ........................................... 35 3.6.1. Jenis Data .......................................................... 35

  • vi

    3.7. Metode Pengolahan Data .............................................. 35 3.8. Analisis Data ................................................................. 36

    3.8.1. Analisis Univariat ............................................. 36 3.8.2. Analisis Bivariat ............................................... 36

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 38

    4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................... 38 4.1.1. Sejarah di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi .. 38 4.1.2. Letak Geografis ........................................................ 38 4.1.3. Letak Demografis ..................................................... 39 4.1.4. Struktur Organisasi ................................................... 39

    4.2. Hasil Penelitian ...................................................................... 40 4.2.1. Karakteristik Responden ........................................... 40 4.2.2. Analisa Univariat ...................................................... 41 4.2.3. Analisis Bivariat ....................................................... 42

    4.3. Pembahasan ........................................................................... 44

    4.3.1. Hubungan Frekuensi Menyusui Dengan

    Kejadian Bendungan ASI Pada Ibu Nifas Di

    Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi

    Tahun 2019 ......................................................... 44

    4.3.2. Hubungan Durasi Menyusui Dengan

    Bendungan ASI Pada Ibu nifas Di Praktek

    Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019 ..... 45

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 48

    5.1. Kesimpulan ..................................................................... 48 5.2. Saran .............................................................................. 48

    5.2.1. Saran Teoritis ..................................................... 48 5.2.2. Saran Praktis ...................................................... 48

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 50

    LAMPIRAN

  • vii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ............................................. 32

    Gambar 4.1. Struktur Organisasi Praktek Bidan Mandiri Romauli

    Silalahi ............................................................................... 39

  • viii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    Tabel 3.1. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran ........................ 34

    Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

    Umur dan Paritas di Praktek Bidan Mandiri Romauli

    Silalahi Tahun 2019 .............................................................. 40

    Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Tentang Frekuensi Menyusui Dengan

    Kejadian Bendungan ASI Di Praktek Bidan Mandiri

    Romauli Silalahi Tahun 2019 ................................................ 41

    Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Durasi Menyusui Dengan Kejadian

    Bendungan ASi Di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi

    Tahun 2019 ............................................................................ 41

    Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kejadian Bendungan ASI Di Praktek

    Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019 ........................ 42

    Tabel 4.5. Tabulasi Silang Antara Hubungan Frekuensi Menyusui

    Dengan Kejadian Bendungan ASI Di Praktek Bidan

    Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019 .................................. 42

    Tabel 4.6. Tabulasi Silang Durasi Menyusui Dengan Kejadian

    Bendungan ASI Di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi

    Tahun 2019 ............................................................................ 43

  • ix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian ................................................... 52

    Lampiran 2 : Master Data Penelitian ............................................... 53

    Lampiran 3 : Hasil Output SPSS....................................................... 55

    Lampiran 4 : Surat Survey Awal....................................................... 61

    Lampiran 5 : Surat Balasan Survey Awal ......................................... 62

    Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian .................................................... 63

    Lampiran 7 : Surat Balasan Izin Penelitian ....................................... 64

    Lampiran 8 : Permohonan Pengajuan Judul Skripsi ......................... 65

    Lampiran 9 : Lembar Revisi Proposal .............................................. 66

    Lampiran 10 : Lembar Revisi Skripsi ................................................ 67

    Lampiran 11 : Lembar Bimbingan Proposal ....................................... 68

    Lampiran 12 : Lembar Bimbingan Skripsi ......................................... 70

    Lampiran 13 : Dokumentasi Penelitian ............................................... 72

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Pada zaman modern saat ini banyak dijumpai perempuan yang tidak

    menyusui bayinya dikarenanakan takut perubahan bentuk tubuh dan payudara

    turun. Hakikatnya setiap ibu dapat menyusui bayinya karena keyakinan diri dan

    berfikir positif, langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan frekuensi dan

    durasi menyusui dengan cara memberikan informasi dan penyuluhan kepada ibu

    nifas dan mengajarkan perawatan payudara, frekuensi menyusui sekitar 8-12 kali

    dan durasi menyusui tidak boleh dijadwalkan. Seharusnya perempuan yang

    mempunyai bayi harus menyusui bayinya selama 0-6 bulan tanpa makanan

    tambahan, jika perempuan yang mempunyai bayi tidak melakukan ASI ekslusif

    dan frekuensi mampun durasi menyusui tidak di lakukan akan menyebabkan

    kejadian payudara bengkak, bendungan ASI dan mastitis.

    Menurut data WHO terbaru pada tahun 2015 di Amerika Serikat

    persentase perumpuan menyusui yang mengalami Bendungan ASI rata-rata

    mencapai 87,05% atau sebanyak 8242 ibu nifas dari 12.765 orang, pada tahun

    2014 Ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 7198 orang dari 10.764 orang

    dan pada tahun 2015 terdapat Ibu yang mengalami Bendungan ASI sebanyak

    6543 orang dari 9.862 orang(1).

    Penyebab bendungan ASI disebabkan pengosongan mamae yang tidak

    sempurna jika masih terdapat sisa ASI didalam payudara setelah menyusui maka

    sisa ASI tersebut tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI. Faktor

  • 2

    hisapan bayi yang tidak aktif yaitu bila ibu tidak menyusukan bayinya sesering

    mungkin atau jika bayi tidak aktif menghisap, maka akan menimbulkan

    bendungan ASI(2).

    Data ASEAN pada tahun 2014 disimpulkan bahwa presentase cakupan

    kasus Bendungan ASI pada Ibu nifas tercatat 107.654 ibu nifas, pada tahun 2014

    terdapat ibu nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak 95.698 orang, serta

    pada tahun 2015 Ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 76.543 orang(1).

    Frekuensi ibu menyusui bayinya sangat berpengaruh pada produksi dan

    pengeluaran ASI.Produksi dan pengeluaran ASI dapat dipengaruhi oleh frekuensi

    penyusuan paling sedikit minimal 8 kali per hari bayi kepada ibunya.Otot-otot

    polos pada payudara berkontraksi dan pengeluaran ASI dipercepat yang

    disebabkan oleh sekresi oksitosin meningkat. Semakin sering frekuensi ibu

    menyusui, maka produksi atau pengeluaran ASI juga semakin lancar sehingga

    tidak terjadi pembengkaan pada payudara ibu(3).

    Menurut data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017

    menyebutkan bahwa terdapat ibu nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak

    35.985 atau (15,60%) ibu nifas, serta pada tahun 2012 Ibu nifas yang mengalami

    bendungan ASI sebanyak 77.231 atau (37,12%) ibu nifas(4).

    Sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal, karena bayi akan menentukan

    sendiri kebutuhanya. Ibu harus menyusui bayinya menunjukan tanda bayi lapar

    yaitu bayi membuka mulut jika bibir disentuh, memasukan tangan ke mulut, bayi

    menangis bukan karena sebab lain dan ibu merasa perlu menyusui. Durasi

    menyusui berbeda-beda karena setiap bayi memiliki pola hisap yang berbeda-

  • 3

    beda. Bayi hendaknya disusui setiap saat, hal ini berpengaruh terhadap kenaikan

    berat badan sebaiknya bayi disusui setiap dua jam sekali. Beberapa bayi puas

    setelah menyusui selama lima menit sedangkan yang lainnya butuh waktu lebih

    lama, biarkan bayi memutuskan durasi menyusunya sampai setiap kali segera

    setelah merasa puas, ia meninggalkan payudaranya(5).

    Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara pada tahun 2016 rata-rata

    cakupan pelayanan nifas diprovinsi Sumatera Utara adalah 86,76%, angka ini

    menurun dibandingkan tahun 2015 (87,36%). Sementara itu tahun 2014 (84,62%)

    tahun 2013 (87,7%) tahun 2012 (87,39%) dan tahun 2011 secesar (87,10%).

    Berdasarkan distribusi pencapaian cakupan pelayanan ibu nifas menurun

    kabupaten atau kota provinsi Sumatera Utara tahun 2016 masih terlihat sangat

    bervariasi di antaranya terdapat kesenjangan yang cukup tinggi(6).

    Dampak bendungan ASI yaitu statis pada pembuluh limfe akan

    mengakibatkan tekanan intraduktal yang akan mempengaruhi berbagai segmen

    pada payudara, sehingga tekanan seluruh payudara meningkat, akibatnya

    payudara sering terasa penuh, tegang, dan nyeri walaupun tidak disertai dengan

    demam. Terlihat kalang payudara lebih lebar sehingga sukar dihisap oleh bayi.

    Pada ibu yang mengalami bendungan ASI menyusui pun akan terhambat karena

    ibu merasa sakit dan nyeri pada payudara sehingga ibu takut atau malas untuk

    menyusui. Hal ini mengakibatkan bayi tidak disusui secara adekuat, sehingga ASI

    terkumpul pada duktus laktiferus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan.

    Bendungan ASI yang tidak disusukan secara adekuat akhirnya terjadi mastitis(7).

  • 4

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ratna yang berjudul

    hubungan frekuensi dan durasi pemberian ASI dengan kejadian Bendungan ASI

    pada Ibu nifas menunjukkan bahwa dari 19 responden dengan frekuensi

    pemberian ASI yang optimal tidak terjadi bendungan ASI sebanyak 15 orang

    (78,9%), sedangkan dari 13 responden dengan frekuensi pemberian ASI yang

    tidak optimal mengalami bendungan ASI yaitu sebanyak 10 orang (76,9%). Dari

    hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan frekuensi menyusui dengan

    kejadian bendungan ASI(8).

    Berdasarkan survey awalpada tanggal 06 Maret 2019 di Praktek Bidan

    Mandiri Romauli Silalahitahun 2019 dari 10 orang ibu nifas didapati 3 orang ibu

    nifas mengalami bendungan ASI yang diakibatkan ibu yang jarang menyusui

    bayinya yaitu hanya memberikan ASI jika bayinya menangis. Dan 7 orang yang

    mengalami bendungan ASI diakibatkan ibu menyusui bayinya

  • 5

    1.3. Tujuan Penelitian

    1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tentang frekuensi pada Ibu nifas di

    Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019

    2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tentang durasi menyusui pada Ibu nifas

    di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019

    3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tentangBendungan ASI pada Ibu nifas

    di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019

    4. Untuk Mengetahui Hubungan Frekuensi Dan DurasiMenyusui Dengan

    kejadian Bendungan ASI Pada Ibu Nifas di Praktek Bidan Mandiri Romauli

    Silalahi Tahun 2019.

    1.4. Manfaat Penelitian

    1.4.1. Manfaat Teoritis

    1. Bagi Institut Kesehatan Helvetia

    Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa kesehatan Institut

    Kesehatan Helvetia khususnya mahasiswa program studi D4 Kebidanan

    dalam hal kejadian Bendungan ASI dan cara pencegahannya.

    2. Bagi Peneliti

    Untuk menambah wawasan pengetahuan bagi penulis dalam penerapan ilmu

    yang diperoleh sewaktu mengikuti perkuliahan khususnya tentang kejadian

    bendungan ASI dan cara pencegahannya.

  • 6

    1.4.2. Manfaat Praktis

    1. Bagi Ibu Nifas

    Untuk menambah informasi kepada Ibu Nifas tentang pentingnya menyusukan

    bayi lebih sering dengan teknik yang benar untuk menghindari Bendungan

    ASI.

    2. Bagi Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi

    Untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap tenaga kesehatan di Praktek

    Bidan Mandiri Romauli SIlalahi dalam melaksanakan penyuluhan guna

    meningkatkan minat Ibu untuk menyusukan bayinya sesering mungkin

    dengan teknik yang benar.

    3. Bagi Peneliti Selanjutnya

    Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi peneliti dan bahan

    perbandingan bagi peneliti selanjutntya untuk melakukan penelitian tentanng

    Bendungan ASI dan pencegahannya.

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

    Penelitian yang dilakukan oleh Nu’azimah yang berjudul faktor yang

    berhubungan dengan bendungan ASI pada ibu post Partum dikelurahan Beting

    Kuala Kapias Kecamatan teluk Nibung Tahun 2018. Hasil penelitian

    menunjukkan ada hubungan frekuensi menyusui dengan kejadian bendungan ASI

    di Kelurahan Beting Kuala Kapias Kecamatan Teluk Nibeng dengan nilai

    p=(0,026)

  • 8

    berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 20 responden (58,8%) dipengaruhi oleh

    umur, pendidikan, pekerjaan dan peoritas atau pengalaman(10).

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyah yang berjudul

    Hubungan Antara Frekuensi Ibu Menyusui pada Bayi 0-6 Bulan Dengan

    Kelancaran ASI di Puskesmas Bululwang Kabupaten Malang Tahun 2016

    menunjukan bahwa sebagian besar frekuensi menyusui berkategori cukup

    kelancaran ASI lancar sebanyak 36(72%). Sedangkan sebagian kecil frekuesni

    menyusui berkategori cukup dengan kelancaran ASI tidak lancar sebanyak

    3(6%).Dari hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara frekuensi ibu

    menyusui pada bayi 0-6 bulan dengan kelencaran ASI(11).

    Penelitian juga dilakukan oleh Shinta dengan judul Faktor-Faktor Yang

    Berhubungan Dengan Terjadinya Pembengkakan Payudara Pada Ibu Postpartum

    Di Rumah Sakit Pondok Indah Tahun 2015. Hasil penelitian menunjukan bahwa

    responden yang terjadi pembengkaakan payudara lebih tinggi pada frekuensi

    menyusui

  • 9

    2.2. Telaah Teori

    2.2.1. Masa Nifas

    1. Pengertian

    Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta

    dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang

    berlangsung selama 6 minggu tau 40 hari. Waktu mulai tertentu setelah

    melahirkan seorang anak, dalam bahasa latin disebut puerperium. Jadi,

    puerperiumadalah masa setelah melahirkan bayi dan biasa disebut juga dengan

    masa pulih kembali, dengan maksud keadaan pulihnya alat reproduksi seperti

    sebelum hamil(13).

    Puerperium atau nifas juga dapat diartikan sebagai masa postpartum atau

    masa sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim sampai 6 minggu

    berikutnya disertai pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan

    kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya

    yang berkaitan saat melahirkan(14).

    Masa nifas nifas merupakan masa penting bagi ibu maupun bayi baru

    lahir.Dalam masa nifas, perubahan besar terjadi dari sisi perubahan fisik, emosi,

    dan kondisi psikologi ibu. Penting sekali memahami perubahan apa yang secara

    umum dapat dikatakan normal, sehingga setiap penyimpangan dari kondisi normal

    dapat segera dikenali sebagai kondisi abnormal atau patologis(15).

    2. Tahapan Masa Nifas

    Adapun tahapan-tahapan masa nifas, yaitu :Puerperium dini, Puerperium

    intermedial, dan Remote puerperium. Puerperium dini merupakan masa kepulihan

  • 10

    di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. pada masa tidak

    dianggap perlu lagi menahan ibu setelah persalinan terlentang di tempat tidurnya

    selama 7-14 hari setelah persalinan. Ibu nifas sudah diperbolehkan bangun dari

    tempat tidurnya dalam 24-48 jam setelah persalinan.Keuntungan dari puerpurium

    dini adalah ibu merasa lebih sehat dan kuat, fatal usus dan kandung kemih lebih

    baik, ibu dapat segera belajar merawat bayinya.

    Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat

    genetalia eksterna dan interna yang lamanya 6-8 minggu. Alat genetalia tersebut

    meliputi uterus, bekas implantasi plasenta, luka jalan lahir, cervix, endometrium

    dan ligamen-ligamen.

    Remote puerperium merupakan masa waktu yang diperlukan untuk pulih

    dan sehat sempurna, terutamabagi ibu selama hamil atau melahirkan mempunyai

    komplikasi. Waktu sehat sempurna bisa berminggu-minggu, berbulan-bulan dan

    tahunan(16).

    Masa nifas terbagi menjadi tiga periode, yaitu: periode pasca salin segera,

    masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering

    terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri.Oleh sebab itu.

    Tenaga kesehatan harus dengan teratus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,

    pengeluaran lochea, tekanan darah dan suhu.

    Periode pasca salin awal, 24 jam-1 minggu, pada periode ini tenaga

    kesehatan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan,

    lochea tidak berbau busuk, tidak ada demam, ibu cukup mendapatkan makanan

    dan cairan, serta ibu dapat, menyusui bayinya dengan baik. Dan periode pasca

  • 11

    salin lanjut 1 minggu-6 minggu, pada periode ini tenaga kesehatan tetap

    melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB(14).

    3. Tujuan Asuhan Masa Nifas

    Semua kegiatan yang dilakukan, baik dalam bidang kebidanan maupun

    dibidang lain selalu mempunyai tujuan agar kegiatan tersebut terarah dan

    diadakan evaluasi dan penilaian. Asuhan masa nifas diperlukan karena pada

    periode nifas merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya.

    Tujuan dari perawatan masa nifas ini adalah memulihkan kesehatan klien

    (menyediakan nutrisi sesuai kebutuhan, mengatasi anemia, mencegah infeksi

    dengan memperhatikan kebersihan dan sterilisasi, mengembalikan kesehatan

    umum dengan pergerakan otot senam nifas untuk memperlancar peredaran darah).

    Mempertahankan kesehatan fisik dan psikologis, mencegah infeksi dan

    komplikasi, memperlancar pembentukan dan pemberian ASI, mengajarkan ibu

    untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan memelihara

    bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan

    perkembangan yang optimal.

    Memberikan pendidikan kesehatan dan memastikan pemahaman serta

    kepentingan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara manfaat

    menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehat pada ibu dan

    keluarganya melalui KIE dan memberikan pelayanan keluarga berencana(14).

    Tujuan dari asuhan masa nifas ini adalah: mendeteksi adanya pendarahan

    masa nifas; menjaga kesehatan ibu dan bayi; menjaga kebersihan diri,

    melaksanakan screening secara komprehensif; memberikan pendidikan lantasi dan

  • 12

    perawatan payudara; pendidikan tentang peningkatan pengembangan hubungan

    yang baik antara ibu dan anak; konseling keluarga berencana (KB); mempercepat

    involusi alat kandungan; melancarkan fungsi gastrointestisinal atau perkemihan;

    melancarkan pengeluaran lokhea; dan meningkatkan kelancaran peredaran darah

    sehingga mempercepat fungsi hati dan pengeluaran sisa metabolisme(13).

    4. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas

    Dalam asuhan masa nifas, bidan memiliki peranan penting, hal ini

    dikarenakan bidan sebagai seorang wanita sehingga diharapkan bidan juga

    mampu memahami kondisi ibu masa nifas, selain itu ibu bisa terbuka dalam

    menyampaikan keluhan yang dialami selama masa nifas. Berikut ini peran utama

    bidan dalam masa nifas adalah.

    Sebagai pelaksana bidan memiliki 3 kategori tugas yaitu: pertama, tugas

    mandiri: menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang

    diberikan. Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa nifas dengan

    melibatkan klien/keluarga. Kedua, tugas kolaborasi: menerapkan manajemen

    kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan

    melibatkan klien dan keluarga. Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa

    nifas dengan resiko tinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan

    kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien

    dan keluarga.Ketiga, tugas ketergantungan: menerapkan manajemen kebidanan

    pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan

    keluarga. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu

  • 13

    dalam masa nifas yang disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan

    melibatkan klien dan keluarga.

    Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas yaitu: pertama mengembangkan

    pelayanan dasar kesehatan, terutama pelayanan kebidanan untuk individu,

    keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat diwilayah kerja dengan melibatkan

    masyarakat atau klien. Dan yang keduaberpartisipasi dalam tim untuk

    melaksanakan program kesehatan dan sektor lain di wilayah kerjanya melalui

    peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan, serta tenaga kesehatan lain

    yang berada dibawah bimbingan dalam wilayah kerjanya.

    Sebagai pendidik bidan mempunyai 2 tugas yaitu: pertama memberikan

    pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien (individu, keluarga kelompok

    serta masyarakat) tentang penanggulangan masalah kesehatan, khususnya yang

    berhubungan dengan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana. Asuhan yang

    diberikan oleh bidan memberikan layanan konsultasi: walapun sudah dipersiapkan

    dengan baik serta ditambah pelayanan masa nifas yang sesuai, masih sering timbul

    masalah menyusui yang perlu ditanggulangi agar laktasi dapat dipertahankan. Dan

    yang kedua melatih dan membimbing kader, peserta didik kebidanan dan

    keperawatan, serta membina dukun diwilayah atau tempat kerjanya.

    Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan

    baik secara mandiri maupun berkelompok. Selain peran diatas, bidan juga dapat

    menunjukan peran kepada ibu nifas dengan jalan: bidan mengadakan evaluasi

    terhadap segala perkembangan selama postpartum secara periodik. Bidan

    mengevaluasi respon orangtua terhadap bayi dan persiapan perawatannya.

  • 14

    Mengevaluasi segala perubahan perilaku wanita dan respon psikologis terhadap

    kemampuan melahirkan. Dan memberikan dukungan mental kepada ibu terhadap

    psikologis yang sedang dihadapi ibu nifas saat ini(16).

    5. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

    Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat

    kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk menilai kondisi

    kesehatan ibu dan bayi; melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-

    kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya; mendeteksi

    adanya komplikasi atau masalah yang tejadi pada masa nifas; dan menangani

    komplikasi atau masalah yang timbul dan menggangu kesehatan ibu nifas maupu

    bayinya.

    Pelayanan kesehatan pada nifas dimulai dari 6 jam sampai 42 hari pasca

    salin oleh tenaga kesehatan terdiri 4 kunjungan masa nifas yaitu:

    1. Kunjungan I : 6-8 jam setelah persalinan tujuan mencegah perdarahan masa

    nifas karena atonia uteri; mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,

    merujukan bila perdarahan berlanjut; memberikan konseling pada ibu atau

    salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas

    karena atonia uteri; pemberian ASI awal; lakukan hubungan antara ibu dan

    bayi; menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

    2. Kunjungan II: 6 hari setelah persalinan tujuan memastikan involusi uterus

    berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada

    perdarahan abnormal, tidak ada bau; menilai adanya tanda-tanda demam

    infeksi atau perdarahan abnormal; memastikan ibu mendapat cukup makanan,

  • 15

    minuman, dan istirahat; memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan

    tanda-tanda penyakit; memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan

    pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.

    3. Kunjungan III: 2 minggu setelah persalinan tujuan memastikan involusi uterus

    berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada

    perdarahan abnormal, tidak ada bau; menilai adanya tanda-tanda demam

    infeksi atau perdarahan abnormal; memastikan ibu mendapat cukup makanan,

    minuman, dan istirahat; memaastikan ibu menyusui dengan dan

    memperhatikan tanda-tanda penyakit; memberikan konseling kepada ibu

    mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan

    merawat bayi sehari-hari.

    4. Kunjungan IV: 6 minggu setelah persalinan tujuan menanyakan ibu tentang

    penyakit-penyakit yang dialami; dan memberikan konseling untuk KB secara

    dini(14).

    2.2.2. Pemberian ASI

    1. Pengertian Pemberian ASI

    ASI adalah hadiah terindah dari ibu kepada bayinya yang disekresikan

    oleh kedua belah kelenjar payudara ibu berupa makanan alamiah atau susu

    terbaikbernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah dicerna dan mengandung

    komposisi nutrisi yang seimbang dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang

    tersedia setiap saat, siap disajikan pada suhu kamar dan bebas dari kontaminasi.

    Secara alamiah, kedua belah kelenjar payudara ibu mampu menghasilkan

    ASI. Dengan demikian, merupakan makanan yang telah disiapkan untuk calon

  • 16

    bayi saat ibu mengalami kehamilan. Selama hamil payudara ibu mengalami

    perubahan untuk menyiapkan produksi ASI tersebut sehingga jika telah tiba

    waktunya ASI dapat digunakan sebagai pemenuhan nutrisi bayi(17).

    Salah satu hal yang menyebabkan ASI sangat dibutuhkan bagi

    perkembangan bayi yang baru lahir adalah kandungan minyak omega-3 asam

    linoleat alfa.Selain sebagai zat penting bagi otak dan retina manusia, minyak

    tersebut juga sangat penting bagi bayi yang baru lahir. Omega-3 secara khusus

    sangat penting selama masa kehamilan dan pada tahap-tahap awal usia bayi, yang

    dengannya otak dan sarafnya berkembang secara normal(14).

    1) Volume ASI

    Sebaiknya, anda tidak mencoba dan menyamakan jumlah serta volume

    ASI dengan susu formula. Namun, banyak ibu memiliki kekhawatiran tentang

    jumlah susu yang mereka berikan kepada bayi.

    Berikut ini suatu panduan rata-rata jumlah susu yang mereka berikan

    kepada bayi selama menyusui:

    Tabel 2.1. Volume ASI

    Usia Bayi Rata-Rata Konsumsi ASI Per Hari Waktu Penyusuan

    Ketika lahir Sampai 5 ml ASI Penyusuan pertama

    Dalam 24 jam 7-123 ml/hari ASI 3-8 penyusuan

    Antara 2-6 hari 395-868 ml/hari ASI 5-10 penyusuan

    Satu bulan 395-868 ml/hari ASI 6-18 penyusuan

    Enam bulan 710-803 ml/hari ASI 6-18 penyusuan Sumber: Maria Pollard,2017

    Menarik untuk diperhatikan bahwa tiap payudara menghasilkan jumlah

    susu yang berbeda. Pada 7 dari 10 ibu ditemukan bahwa payudara kanan lebih

    produktif. Menemukan bahwa bayi mengosongkan payudara hanya satu atau dua

  • 17

    kali per hari dan rata-rata hanya 67 persen dari susu yang tersedia dikonsumsi

    dengan volume rata-rata 76 ml setiap kali menyusu(18).

    2) Manfaat ASI

    ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi. ASI tidak hanya

    memberikanan manfaat untuk bayi saja,melainkan untuk ibu, keluarga, dan

    negara.Manfaat ASI untuk Bayi adalah untuk kualitas dan kuantitas nutrisi yang

    optimal, namun tidak meningkatkan risiko kegemukan, antibodi tinggi sehingga

    anak lebih sehat,tidak menimbulkan alergi dan menurunkan risiko kencing manis,

    menimbulkan efek psikologis dan pertumbuhan, mengurangi risiko karies gigi,

    mengurangi risiko infeksi saluran pencernaan (muntah, diare), mengurangi risiko

    infeksi saluran pernapasan dan asma, meningkatkan kecerdasan, dan mudah

    dicerna, sesuai kemampuan pencernaan bayi.

    Manfaat ASI untuk ibu adalah untuk isapan bayi merangsang terbentuknya

    oksitosin sehingga meningkatkan kontraksi rahim, menguraangi jumlah

    perdarahan nifas, mengurangi karsinoma mamae, mempercepat pemulihan kondisi

    ibu nifas, berat badan lebih cepat kembali normal, metode KB paling aman, kadar

    prolaktin meningkat sehingga akan menekan hormon FSH (Follicle Stimulating

    Hormone) dan ovulasi, dan suatu kebanggaan bagi ibu jika dapat menyusui dan

    merasa wanita sempurna.

    Manfaat bagi keluarga adalah untuk aspek ekonomi dan psikologi, yaitu

    tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli susu formula, bayi yang

    sehat karena diberi ASI dapat menghemat biaya kesehatan dan mengurangi

    kekhawatiran keluarga dan aspek kemudahan, yaitu untuk lebih praktis saat

  • 18

    berpergian karena tidak perlu membawa botol, susu, air panas, dan segala macam

    perlengkapannya.

    Manfaat bagi Negara adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan

    kematian anak, yaitu kandungan ASI yang berupa zat protektifdan nutrien

    didalam ASI yang sesuai dengan kebutuhan bayi, menjamin status gizi bayi

    menjadi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun, mengurangi subsidi

    untuk rumah sakit yaitu: subsidi untuk rumah sakit berkurangkarena rawat gabung

    akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi serta mengurangi komplikasi

    persalinan dan infeksi nosokomial, mengurangi devisa dalam pembelian susu

    formula yaitu ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu

    memberikan ASI maka dapat menghemat devisa yang seharusnya dipakai

    membeli susu formula dan meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa yaitu

    anak yang mendapatkan ASI, tumbuh kembang secara optimal sehingga akan

    menjamin kualitas generasi penerus bangsa.(19)

    3) Komposisi ASI

    ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, dan siapa pun yang mengakui

    hal tersebut, hal ini dikarenakan ASI mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh

    bayi, baik itu berupa nutrisi ataupun zat protektif.Berikut ini adapun beberapa

    komposisi ASI adalah sebagai berikut:ASI merupakan sumber gizi sangat ideal

    dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan

    pertumbuhan bayi selama 6 bulan. Berikut ini nutrien yang terkandung didalam

    ASI, diantaranya adalah:

  • 19

    Sumber utama kalori dalam ASI adalah lemak, dan sekitar 50 % kalori

    ASI dari lemak. Kadar lemak dalam ASI antara 3,5-4,5 %. Walaupun kadar lemak

    dalam ASI tinggi, tetapi mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI

    lebih dulu dipecah menjadiasam lemak dan gliseron oleh enzim, lipase yang

    terdapat pada ASI. Kadar kolestrol ASI lebih tinggi daripada susu sapi.

    Diperkirakan bahwa pada masa bayi diperlukan kolestrolpada kadar tertentu untuk

    merangsang pembentukan enzim proktektif yang membuat metabolisme kolestrol

    menjadi efektif pada usia dewasa. Disamping kolestrol, ASI mengandung asam

    lemak ensensial, asam linoleat (Omega 6) dan asam linolenat (Omega 3). Kadar

    lemak ASI matur dapat berbeda menurut lama menyusui. Pada permulaan

    menyusu (5 menit pertama) disebut foremilk dimana kadar lemak ASI rendah (1-2

    gr/dl) dan lebih tinggi pada hindmilk (ASI yang dihasilkan pada akhir menyusu,

    sampai 15-20 menit). Kadar lemak bisa mencapai 3 kali dibandingkan dengan

    foremilk.

    Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa, yang kadarnya paling tinggi

    dibandingkan dengansusu mamalia lain (7 %). Laktosa mudah diurai menjadi

    glukosa dan galakotasa dengan bantuan enzim laktasi yang sudah ada dalam

    saluran pencernaan sejak lahir. Laktosa mempunyai manfaat diantaranya

    mempertinggi absorbsi kalsium dan merangsang pertumbuhan laktobasillus

    bifidus.

    Protein utama dalam ASI adalah air dadih. Mudah dicerna, air dadih

    menjadi kerak lembut dari mana bahan-bahan gizi siap diserap kedalam aliran

    darah bayi. Sebaliknya, kasien merupakan protein utama dalam susu sapi. Ketika

  • 20

    susu sapi atu susu formula dari sapi diberikan kepada bayi, kasien membentuk

    kerak karet yang tidak mudah dicerna, kadang memberikan konstribusi terjadinya

    konstipasi. Beberapa komponen protein dalam ASI memainkan peranan penting

    dalam melindungi bayi dari penyakit infeksi.

    Garam organik yang terdapat dalam ASI terutama adalah kalsium, kalsium

    dan natrium dari asam klorida dan fosfat. Yang terbanyak adalah kalsium,

    sedangkan kadar Cu, Fe, dan Mn yang merupakan bahan untuk pembuat darah

    relatif sedikit. Ca dan P yang merupakan bahan pembentuk tulang kadarnya dalam

    ASI cukup. Kadar garam dan mineral yang rendah dalam susu diperlikan oleh

    bayi baru lahir, dikarenakan ginjal bayi baru lahir belum dapat

    mengkonsentrasikan air kemih dengan baik. Baik yang mendapat susu sapi dan

    susu formula yang tidak dimodifikasi dapat menderita otot kejang (tetani) karena

    hipokkalsemia. Hal ini dikarenakan kader kader kalsium dalam susu sapi lebih

    tinggi dibandingkan ASI sedangkan kadar fosfor jauh lebih tinggi sehingga

    mengganggu penyerapan kalsuim dan magnesium.

    ASI cukup mengandung D, E, dan K. Vitamin E terdapat pada kolostrum,

    vitamin K diperlukan sebagai kualitas terdalam proses pembekuan darah dan

    terdapat dalam ASI dalam jumlah yang cukup dan mudah diserap. ASI cukup

    mengandung vitamin yang diperlukan bayi.(20)

    4) Jenis-jenis berdasarkan faktor produksi

    Adapun Jenis-jenis berdasarkan faktor produksi adalah sebagai

    berikut:Kolostrum atau ASI hari-hari pertama adalah cairan berwarna kuning

    keemasan/ jingga yang mengandung nutrisi dengan konsetrasi tinggi.Kolostrum

  • 21

    selainmemberikan perlindungan pada bayi terhadap berbagai penyakit infeksi,

    juga memiliki efek laksatif (pencahar) yang dapat membantu bayi mengeluarkan

    feses/tinja pertama (mekonium) dari system pencernaannya sehingga bayi

    terlindungi dari penyakit kuning (jaundice).

    Banyak ibu mengira kolostrum berwarna putih seperti susu. Oleh karena

    itu, ketika kolostrum keluar dalam dalam keadaan berwarna kuning

    keemasan/jingga, kental, lengket, dan terkadang bening, banyak ibu menganggap

    ASI tersebut tidak bagus dan kemudian dibuang.Padahal tidak demikian.Warna

    kuning keemasan/jingga ini merupakan tanda dari kandungan beta-karoten yang

    tinggi, yang merupakan salah satu antioksidan.

    Kolostrum berubah menjadi ASI transisi sekitar 4-6 hari setelah kelahiran

    bayi. Selama proses transisi ini, kandungan antibodi dalam ASI menurun dan

    volume ASI meningkat drastis. Berbeda dengan kolostrum yang produksinya

    dipengaruhi oleh proses persendiaan versus permintaan (supply vc. demand). Oleh

    karena itu, menyusui dengan lebih sering, sekitar 8-12 per hari (frequent nursing)

    pada awal-awal kelahiran bayi sangat penting.

    Selain mengandung 10% leukosit, ASI transisi juga mengandung lemak

    yang tinggi yang berguna untuk pertumbuhan, perkembangan otak, mengatur

    kadar gula dara, dan memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.ASI trasisi kemudian

    berubah menjadi ASI matang sekitar 10 hari sampai 2 minggu.Setelah kelahiran

    bayi.ASI matang (seperti halnya ASI transisi) mengandung 10% leukosit.

    Dibanding dengan kolostrum ASI matang memiliki kandungan natrium,

    potassium, protein, vitamin larut lemak, dan mineral yang lebih rendah.

  • 22

    Sedangkan, kandungan lemak dan laktosannya lebih tinggi daripada

    kolostrum.(21)

    2.2.3. Bendungan ASI

    Bendungan Air Susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara

    karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI

    dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. Bendungan ASI dapat terjadi karena

    adanya penyempitan duktus laktiferus pada payudara ibu memiliki kelainan

    puting susu (misalnya puting susu datar, terbenam dan cekung).(22)

    Bendungan terjadi akibat bendungan berlebihan pada limfatik dan vena

    sebelum laktasi.Payudara bengkak disebabkan karena menyusui yang tidak

    kontinu, sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus.Hal ini dapat terjadi

    pada hari ke tiga setelah melahirkan.Selain itu, penggunaan bra yang ketat serta

    keadaan putting susu yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada

    duktus.

    Cara paling amanagar payudara tidak membengkak adalah dengan

    menyusukan bayi segera setelah lahir, jika payudara masih terasa berat, maka

    keluarankan ASI denga cara manual atau menggunakan pompa. Perlunya

    perawatan pascamelahirkan sebelum menyusui agar payudara tidak lembek serta

    mudah ditangkap oleh bayi.

    Pada masa nifas seringkali ibu mengeluh payudara terasa berat, panas dan

    kadang-kadang disertai dengan nyeri. Kondisi ini dijadikan alasan ibu enggan

    untuk menyusui bayi, sehingga pencapaian ASI ekslusif rendah.(15)

  • 23

    1. Etiologi

    Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI antara lain:

    Pengosongan mamae yang tidak sempurna (dalam masa laktasi, terjadi

    peningkatan produksi ASI pada ibu yang produksi ASI-nya berlebihan, apabila

    bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, dan payudaratidak dikosongkan, maka

    masih ada sisa ASI dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan

    dapat menimbulkan bendungan ASI).

    Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (Dalam masa laktasi, bila ibu tidak

    menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka

    akan menimbulkan bendungan ASI), faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar

    (teknik yang salah dalam menyusui dapat menyebabkan puting susu menjadi lecet

    dan menyimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya bayi tidak mau

    menyusu bayinya dan terjadi bendungan ASI).

    Puting susu terbenam (puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi

    dalam menyusu. Karena bayi tidak dapt menghisap puting dan areola, bayi tidak

    mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI). Dan puting susu terlalu

    panjang (puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi

    menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus

    laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan

    bendungan ASI).

    2. Patofisiologi

    Sesudah bayi dan plasenta lahir, kadar Estrogen dan Progesteron turun

    dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya

  • 24

    prolaktin waktu hamil, dan sangat dipengaruhi estrogen, tidak dikeluarkan lagi,

    dan terjadi sekresi prolaktin oleh hypopisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-

    alveolus kelenjar mamae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya

    dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitelialyang

    mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut.

    Pada permulaan nifas apabila bayi belum mampu menyusu dengan baik,

    atau kemudian apabila terjadi kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan

    sempurna, terjadi pembendungan air susu. Kadang-kadang pengeluaran susu juga

    terhalang sebab duktuli laktiferi menyempit karena pembesaran vena serta

    pembuluh limfe.(22)

    3. Tanda dan Gejala

    Perlu dibedakan antara payudara bengkak dan payudara penuh. Pada

    payudara bengkak: payudara odem, sakit, putting susu kencang, kulit mengkilat

    walau tidak merah, dan ASI tidak keluar kemudian badan menjadi demam setelah

    24 jam. Sedangkan pada payudara penuh: payudara terasa berat, panas dan keras.

    Bila ASI dikeluarkan tidak ada demam.

    Adapun tanda dan gejala bendungan ASI, yaitu: buah dada penuh, berat,

    nyeri dan bengkak, sakit 3-5 hari pada masa nifas, puting susu kencang, kulit

    mengkilat warnanya kemerahan, suhu tubuh mencapai 38’c, payudara panas serta

    keras, pada perabaan dan nyeri dan ASI keluar tidak lancar.(21)

    4. Diagnosis

    Untuk menegakan diagnose maka dilakukan pemeriksaan payudara dan

    pemeriksaan harus dikerjakan dengan sangat hati-hati, tidak boleh kasar dan

  • 25

    keras. Tidak jarang palpasi yang keras menimbulkan petechienecchymoses

    dibawah kulit.Orang sakit dengan lesi ganas tidak boleh berulang-ulang diperiksa

    oleh dokter atau mahasiswa karena kemungkinan penyebaran.Pemeriksaan

    payudara dilakukan.

    Pemeriksaan inspeksi (periksa pandang) dilakukan pada ibu untuk melihat

    tanda-tanda infeksi pada payudara, pertama perhatikan kesimetrisan payudara

    dengan posisi ibu duduk, tangan ibu disamping dan sesudah itu dengan kedua

    tangan ke atas, selagi pasien duduk. Kita akan melihat dilatasi pembuluh-

    pembuluh balik dibawah kulit akibat pembesaran tumor jinak atau ganas dibawah

    kulit. Perlu diperhatikan apakah kulit pada suatu tempat menjadi merah, misalnya

    oleh mastitis karsinoma.

    Edema kulit harus diperhatikan pada tumor yang terletak tidak jauh

    dibawah kuli. Kita akan melihat jelas edema kulit seperti gambaran kulit jeruk

    (peaud’ orange) pada kanker payudara. Pada saat akan dilakukan palpasi (periksa

    raba) ibu harus tidur tangan yang dekat dengan payudara yang akan diraba

    diangkat ke bawah kepala dan payudara ibu diperiksa secara sistematis bagian

    medial lebih dahulu dengan jari-jari yang harus ke bagian laternal. Palpasi ini

    harus meliputi seluruh payudara, bila dilakukan secara sirkuler dari parasternal

    kearah garis aksila belakang, dan dari subklavikular kearah paling distal.

    Setelah palpasi payudara selesai, dimulai dengan palpasi aksila dan

    supraklavikular. Untuk pemeriksaan aksila ibu harus duduk, tangan aksila yang

    akan diperiksa dipegang oleh pemeriksa, dan dokter pemeriksa mengadakan

    palpasi aksila dengan tangan yang kontralaternal dari tangan sipenderita.(22)

  • 26

    5. Pencegahan

    Tindakan pencengahan dalam mencegah terjadinya bendugan ASI adalah

    menyusui bayi segara setelah lahir dengan posisi dan perlekatan yang benar,

    keluarkan ASI dengan tangan/ pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi, dan

    jangan memberikan minuman lain pada bayi.

    Mencegah terjadinya payudara bengkak seperti: jangan dibersihkan

    dengan sabun; gunakan teknik menyusui yang benar; putting susu dan aerola

    mamae harus selalu kering setelah selesai menyusui; jangan pakai bra yang tidak

    dapat menyerap keringat; susukan bayi sesegara setelah lahir; keluarkan sedikit

    ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek; keluarkan ASI sebelum

    menyusui atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan ASI laksanakan

    perawatan payudara setelah melahirkan.(20)

    6. Penatalaksaan

    Penatalaksanaan bila ibu menyusui bayinya: untuk mengurangi rasa sakit

    pada payudara berikankompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek, lalu

    keluarkan sedikit ASI sehingga payudara lebih mudah ditangkap oleh bayi,

    kemudian sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI, untuk mengurangi rasa sakit

    berikan kompres dingin.Lakukan masase payudara, tetap mengeluarkan ASI

    sesering mungkin yang diperlukan sampai bendungan teratasi, dan bila bayi

    belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa dan berikan

    pada bayi dengan cangkir dan sendok.

    Penatalaksanaan bila ibu tidak menyusui bayinya: sangga payudara;

    kompres dingin pada payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit;

  • 27

    bila diperlukan berikan parasetamol 500mg peroral setiap 4 jam dan jangan pijat

    atau memakai kompres hangat pada payudara.(19)

    2.2.4. Frekuensi Menyusui

    Rentang yang optimal adalah antara 8 hingga 12 kali setiap hari. Meskipun

    mudah untuk membagi 24 jam menjadi 8 hingga 12 kali menyusui dan

    menghasilkan perkiraan jadwal, cara ini bukan merupakan cara makan sebagian

    besar bayi. Banyak baik dalam rentang beberapa jam menyusu sebagai respons

    isyarat bayi dan berhenti menyusui bila bayi tampak kenyang (isyarat kenyang

    meliputi relaksasi seluruh tubuh, tidur saatmenyusu dan melepaskan puting.(17)

    Pada bayi lahiran menyusu lebih sering, rata-rata adalah 10-12 kali

    menyusu tiap 24 jam atau bahkan 18 kali. Bayi yang sehat dapat mengosongkan

    satu payudara sekitar lima sampai tujuh menit, sedangkan ASI dalam lambung

    bayi akan kosong dalam waktu dua jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola

    yang teratur dalam meyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2

    minggu kemudian.(23)

    Sehingga semakin sering bayi menyusu ASI, rata-rata 12-15 kali dalam 24

    jam dan semakin lama waktunya, maka akan semakin banyak produksi ASI dan

    pengeluaranASI berjalan dengan lancar. Jika seorang ibu memilki kepercayaan

    diri yang tinggi, dia akan berusaha untuk menyusukan payudaranya sedini

    mungkin, sesering mungkin dan selama mungkin pada bayinya sehingga produksi

    ASInya berlimpah dan pengeluarannya lancar. Sebaliknya jika ibu memiliki

    presepsi bahwa ASInya tidak banyak atau tidak cukup, maka ASI yang keluar

    juga sedikit.(24)

  • 28

    Seorang bayi yang menyusu sesuai permintaannya bisa menyusu sebanyak

    12-15 kali dalam 24 jam. Biasanya, ia langsung mengosongkan payudara pertama

    dalam beberapa menit. Frekuensi menyusui itu dapat diatur sedemikian rupa

    dengan membuat jadwal rutin, sehingga bayi akan menyusu sekitar 5-10 kali

    dalam sehari.(25)

    Studi yang dilakukan terhadap 32 ibu dengan bayi premature

    menyimpulkan bahwa produksi ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih

    dari 5 kali perhari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan

    dilakukan karena bayi premature belum dapat menyusu. Studi lain yang dilakukan

    pada ibu dengan bayi cukup bulan menunjukan bahwa frekuensi penyusunan 10 ±

    3 kali per hari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan

    produksi ASI yang cukup. Berdasarkan hal ini, direkomendasikan penyusuan

    paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi

    penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar

    payudara.(26)

    2.2.5. Durasi Menyusui

    Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwalkan, sehingga tindakan

    menyusui bayi dilakukan setiap saat bayi membutuhkan karena bayi akan

    menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi

    menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan atau sekedar

    ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat

    dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung

    bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola

  • 29

    yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2

    minggu kemudian.

    Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi

    sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui

    tanpa jadwal sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui.

    Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila

    sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI.

    Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara sebaiknya setiap

    kali menyusui harus dengan kedua payudara. Ibu berusaha menyusui sampai

    payudara terasa kosong agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali

    menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa

    menyusui sebaiknya ibu menggunakan bra yang dapat menyangga payudara,

    tetapi tidak terlalu ketat.(27)

    Lama menyusui bayi berbeda-beda sesuai dengan pola hisap bayi. Bayi

    sebaiknya menyusu 10 menit pada payudara yang pertama, karena daya isap

    masih kuat, dan 20 menit pada payudara yang lain karena daya hisap bayi mulai

    melemah. Selama periode baru lahir, waktu menyusui bayi 20-45 menit, durasi

    menyusui juga berpengaruh terhadap ejeksi secara negatif seperti putting susu

    lecet, payudara bengkak, dan bendungan ASI.

    Durasi yang baik saat menyusui menurut Sentra Laktasi Indonesia

    sebaiknya 20-30 menit. Dengan durasi menyusui yang normal yaitu ketika

    payudara sudah terasa kosong dan bayi terasa puas saat menyusu akan

  • 30

    mengurangi resiko terjadinya infeksi pada payudara yaitu mastitis yang

    disebabkan oleh bendungan ASI.(8)

    Semakin sering bayi menyusu ASI dan semakin panjang durasinya 20-30

    menit maka akan semakin banyak produksi ASI dan pengeluarannya akan berjalan

    dengan lancar. Beberapa ibu mencoba menidurkan bayi mereka sepanjang malam

    tanpa disusui. Sebenarnya, akan lebih baik bila ibu menyusui bayinya pada waktu

    malam hari, karena sekresi ASI akan bertambah lebih banyak bila ibu menyusui

    bayi diwaktu malam hari. Menyusui dimalam hari sangat penting, karena akan

    membantu menjaga pasokan ASI karena bayi mengisap lebih sering dan akan

    sangat bermanfaat bagi ibu bekerja.(24)

    2.3. Hipotesis

    Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara mengenai

    kemungkinan hasil dari suatu penelitian.

    Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    Ha : Ada hubungan frekuensi dan durasi menyusui dengan kejadian bendungan

    ASI pada ibu nifas di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun

    2019.

    Ho : Tidak ada hubungan frekuensi dan durasi menyusui dengan kejadian

    bendungan ASI pada ibu nifas di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi

    Tahun 2019.

  • 31

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Desain Penelitian

    Desain penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah

    survei analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa

    fenomena itu terjadi, dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk

    menjelaskan hubungan frekuensi dan durasi menyusui dengan kejadian

    bendungan asi pada ibu nifas Di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun

    2019.

    3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

    3.2.1. Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian ini dilakukan Di Praktek Bidan Mandiri Romauli

    Silalahiyang terletak di jalan Marelan Raya Gg. Sepakat Lingkungan VII

    Kelurahan Rengas PulauKec. Medan Marelan Kab. Medan.

    3.2.2. Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-September2019, mulai

    survei awal, penelusuran daftar pustaka, konsultasi judul, analisis data sampai

    sidang akhir.

  • 32

    3.3. Populasi dan Sampel

    3.3.1. Populasi

    Populasi adalah bagian keseluruhan objek atau objek yang diteliti.

    (28)Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas dari bulan Juli sampai

    bulan September sebanyak 30 orangDi Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi.

    3.3.2. Sampel

    Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian

    ini peneliti menggunakan teknik accidental sampling yaitu pengambilan sampel

    secara kebetulan tanpa direncanakan.(28)Sampel yang diambil adalah ibu nifas

    dari bulan Juli sampai bulan September sebanyak 30orangDi Praktek Bidan

    Mandiri Romauli Silalahi.

    3.4. Kerangka Konsep

    Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini tentang Hubungan

    Frekuensi Dan Durasi Menyusui Dengan Kejadian Bendungan ASI Pada Ibu

    Nifas Di Praktek Bidan Mandiri Romauli SilalahiTahun 2019.

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

    Bendungan ASI

    Frekuensi

    Menyusui

    Durasi Menyusui

  • 33

    3.5. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran

    3.5.1. Definisi Operasional

    Definisi operasional adalah batasan yang digunakan untuk mendefinisikan

    variabel-variabel atau faktor-faktor yang mempengaruhi variabel yang ada di

    dalam penelitian yaitu :

    1. Frekuensi menyusui adalah jumlah atau banyaknya,ibu yang menyusuibayi 8-

    12 kali setiap hari.

    2. Durasi menyusui adalah lama waktu (menit) yang dibutuhkan ibu dalam

    memberikan ASI untuk masing-masing payudara.

    3. Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara ibu nifas

    seperti bengkak, nyeri sehingga terhambatnya pengeluaran ASI.

    3.5.2. Aspek Pengukuran

    Aspek pengukuran adalah aturan-aturan yang meliputi cara dan alat ukur

    (instrumen), hasil pengukuran, kategori, dan skala ukur yang digunakan untuk

    meliputi suatu variabel.

    a. Frekuensi Menyusui

    Aspek Pengukuran frekuensi didasarkan pada jawaban responden dari

    semua jawaban yang diberikan dengan menggunakan 2 kategori yaitu optimal (8-

    12 kali setiap hari), dan tidak optimal (

  • 34

    menit), dan tidak lama (

  • 35

    2. Data Sekunder

    Pengumpulan data dalam pengisian kuesioner ini juga menggunakan data

    sekunder yaitu dimana peneliti mendapat data secara langsung dari Praktek Bidan

    Mandiri Romauli Silalahi.

    3. Data Tertier

    Data tertier adalah data yang diperoleh dari naskah yang sudah

    dipublikasikan. Misalnya WHO, ASEAN, SDKI, dan Profil Kesehatan Sumatera

    Utara.

    3.7. Metode Pengolahan Data

    Teknik pengolahan data yang digunakan peneliti secara komputerisasi.

    Data yang terkumpul diolah dengan dengan komputerisasi dengan langkah-

    langkah sebagai berikut:

    1. Proses Collecting

    Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner, angket maupun observasi.

    2. Proses Checking

    Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner atau lembar

    observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan

    data memberikan hasil yang valid dan realiabel, dan terhindar dari bias.

    3. Proses Coding

    Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabel-variabel

    yang teliti.

  • 36

    4. Proses Entering

    Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yangmasih

    dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan dalam program komputer

    yang digunakan peneliti SPSS.

    5. Data Processing

    Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi komputer akan diolah sesuai

    dengan kebutuhan dari penelitian.

    3.8. Analisis Data

    3.8.1. Analisis Univariat

    Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan data yang dilakukan

    pada tiap variabel dari hasil penelitian. Data disajikan dalam tabel distribusi

    frekuensi.

    3.8.2. Analisis Bivariat

    Setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel pada penelitian ini

    maka dilanjutkan pada bivariat. Untuk mengetahui hubungan (kolerasi) antara

    variabel bebas (Independen variable) dengan variabel terikat (Dependen

    variable).

    Untuk membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara variabel

    bebas dengan variabel terikat di gunakan analisis Chi sguare, pada batas

    kemaknaan perhitungan statistik p value (0,05). Apabila hasil perhitungan

    menunjukkan nilai p < p value (0,05) maka dikatakan (Ho) ditolak dan Ha

    diterima, artinya kedua variabel secara statistik mempunyai hubungan yang

  • 37

    signifikan. Kemudian untuk menjelaskan adanya asosiasi (hubungan) antara

    variabel terikat dengan variabel bebas digunakan analisis tabulasi silang.

  • 38

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    4.1.1. Sejarah Di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi

    Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahiini terletak di kota Medan

    Kecamatan Medan Marelan Kabupaten Kota Medan yang terdiri dari 21

    Kecamatan dengan jumlah kelurahan/desa 5 dan terdiri 7 pasar. Dimana sekarang

    Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahimemiliki dua klinik yaitu Klinik yang

    pertama bertempat di jalan Marelan Raya pasar 4 gang sepakat lingkungan 8

    kelurahan Rengas pulau Kecamatan Medan Marelan Kabupaten Kota Medan dan

    Klinik yang kedua bertempat di jalan Titi pahlawan gang PLN Paya Pasir

    Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Kabupaten Kota Medan.

    Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi berdiri sejak tahun 2006 dengan

    memberikan pelayanankepada masyarakat sampai sekarang dan semakin

    meningkat. Fasilitas yang tersedia di Praktek Bidan Mandiri Romauli

    Silalahiyaitu klinik bersalin yang telah memenuhi standar pelayanan. Terdapat 9

    pegawai, ruang inap terdapat 8 bed, ruang VK 2 bed, Ruang periksa terdapat 4

    4.1.2. Letak Geografis

    Lokasi penelitian ini adalah di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi,

    yang terletak di jalan Jl. Marelan Raya Pasar IV Gg. Sepakat, Kelurahan Rengas

    Pulau Kecamatan Medan Marelan, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

    1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Paya Pasir

    2. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Marelan pasar IV

  • 39

    3. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Lingkuran 27 Marelan

    4. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Marelan pasar III.

    4.1.4. Letak Demografis

    Lama lokasi di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahiyang bertempat di

    Jl. Marelan Raya pasar IV Gg. Sepakat lingkungan VIII kel. Rengas Pulau kec.

    Medan Marelan Kab. Medan, Luas daerah 26 Km dengan jumlah yang berada di

    wilayah Desa Marelan Kelurahan Rengas Pulau adalah sampai tahun 2016 kepala

    keluarga sebanyak 2.284 jiwa. Fasilitas yang tersedia di Praktek Bidan Mandiri

    Romauli Silalahiyaitu Klinik Bersalin, Kecantikan, Iva, melangsingkan badan,

    sulam alis, mancungkan hidung, derma, SPA, dan vagina ozon, suntik pemutih.

    4.1.5. Struktur Organisasi

    Gambar 4.1. Struktur Organisasi Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi

    Tahun 2019

    Pemilik

    Romauli Silalahi, SST,MGBT

    Pegawai

    Ani Wardani Hasibuan, AM.Keb

    Pegawai

    ParidatunRosida Nasution, AM.Keb

    Pegawai

    Juliani Safitri, AM.Keb

    Pegawai

    Kristin Hutabarat, AM.Keb

    Pegawai

    Helen Marlina, AM.Keb

    Pegawai

    Desi Rosipa Pasaribu, AM.Keb

    Pegawai

    Yosepin, AM.Keb Pegawai

    Erwin Saleh, AM.Kep

    Pegawai

    Sri Wahyuni, AM.Keb

  • 40

    4.2. Hasil Penelitian

    Setelah dilakukan penelitian mengenai “Hubungan Frekuensi Dan Durasi

    Menyusui Dengan Kejadian Bendungan ASIYang Di Lakukan Di Praktek Bidan

    Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019”dengan jumlah sampel 30 responden, maka

    dapat disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :

    4.2.1. Karakteristik Responden

    Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan

    Paritas di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019

    No. Umur Ibu Jumlah

    F %

    1.

    2.

    < 20 Tahun

    20 – 35 Tahun

    1

    29

    3,3

    96,7

    Total 30 100

    Paritas

    1.

    2.

    Primipara

    Multipara

    12

    18

    40,0

    60,0

    Total 30 100

    Berdasarkan tabel 4.1 distribusi frekuensi umur ibu nifas dari 30

    responden mayoritas berada pada kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 29

    responden dengan presentase 96,7 dan minoritas berada pada kelompok umur

  • 41

    4.2.2. Analisa Univariat

    Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tentang Frekuensi Menyusui Dengan Kejadian

    Bendungan ASI Di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019.

    No. Frekuensi Menyusui Jumlah

    F %

    1.

    2.

    Optimal

    Tidak Optimal

    13

    17

    43,3

    56,7

    Total 30 100

    Berdasarkan tabel 4.2 distribusi frekuensi tentang frekuensi menyusui

    dengan kejadian bendungan ASI dari 30 responden mayoritas berada pada

    kelompok frekuensi tidak optimal sebanyak 17 orang dengan presentase 56,7 dan

    minoritas berada pada kelompok frekuensi optimal sebanyak 13 orang dengan

    presentase 43,3 di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahitahun 2019.

    Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Durasi Menyusui Dengan Kejadian Bendungan

    ASi Di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019.

    No. Durasi Menyusui Jumlah

    F %

    1.

    2.

    Lama

    Tidak Lama

    14

    16

    46,7

    53,3

    Total 30 100

    Berdasarkan tabel 4.3 distribusi frekuensi durasi menyusui dengan

    kejadian bendungan ASI dari 30 responden mayoritas berada pada kelompok tidak

    lama sebanyak 16 orang dengan presentase 53,3 dan minoritas berada pada

    kelompok lama sebanyak 14 orang dengan presentase 46,7di Praktek Bidan

    Mandiri Romauli Silalahi tahun 2019.

  • 42

    Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kejadian Bendungan ASI Di Praktek Bidan

    Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019.

    No. Kejadian Bendungan ASI Jumlah

    F %

    1.

    2.

    Tidak Terjadi

    Terjadi

    13

    17

    43,3

    56,7

    Total 30 100

    Berdasarkan tabel 4.4 distribusi frekuensi kejadian Bendungan ASI dari 30

    responden, mayoritas berada pada kelompok terjadi bendungan ASI sebanyak 17

    orang dengan presentase 56,7 dan minoritas pada kelompok tidak terjadi

    bendungan ASI sebanyak 13 orang dengan presentase 43,3 di Praktek Bidan

    Mandiri Romauli Silalahi tahun 2019.

    4.2.3. Analisis Bivariat

    Tabel 4.5 Tabulasi Silang Antara Hubungan Frekuensi Menyusui Dengan

    Kejadian Bendungan ASI di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019.

    No. Frekuensi

    Kejadian Bendungan ASI

    Jumlah p

    value Terjadi

    Tidak

    terjadi

    f % f % f %

    1 Optimal 4 13,3 9 30,0 13 43,3

    0,033 2 Tidak Optimal 13 43,3 4 13,3 17 56,7

    Total 17 56,7 13 43,3 30 100

    Berdasarkan tabel 4.5.menunjukan hasil tabulasi silang frekuensi

    menyusui dengan kejadian bendungan ASI dari 17 orang frekuensi tidak optimal

    yang terjadi bendungan ASI sebanyak 13 orang dengan presentase 43,3, yang

    tidak terjadi bendungan ASI sebanyak 4 orang dengan presentase 13,3, sedangkan

    dari 13 orang frekuensi optimal yang terjadi bendungan ASI sebanyak 4 orang

    dengan presentase 13,3, dan yang tidak terjadi bendungan ASI sebanyak 9 orang

    dengan presentase 30,0.

  • 43

    Hasil uji statistic Chi-square antara variabel frekuensi menyusui dengan

    kejadian bendungan ASI menunjukan nilai p value 0,033 dimana p value <

    a=0,05 maka ada hubungan antara frekuensi menyusui dengan kejadian

    bendungan ASI di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019.

    Tabel 4.6 Tabulasi Silang Durasi Menyusui Dengan Kejadian Bendungan ASI di

    Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019.

    No. Durasi

    Kejadian Bendungan ASI Jumlah p

    value Terjadi Tidak terjadi

    f % f % f %

    1 Lama 4 13,3 10 33,3 14 46,7

    0,011 2 Tidak Lama 13 43,3 3 10,0 16 53,3

    Total 17 56,7 13 43,3 30 100

    Berdasarkan tabel 4.6.menunjukan hasil tabulasi silang durasi menyusui

    dengan kejadian bendungan ASI dari 16 orang yang durasi tidak lama terjadi

    bendungan ASI sebanyak 13 orang dengan presentase 43,3, yang tidak terjadi

    bendungan ASI sebanyak 3 orang dengan presentase 10,0, sedangkan dari 14

    orang yang durasi lama terjadi bendungan ASI sebanyak 4 orang dengan

    presentase 13,3, dan yang tidak terjadi bendungan ASI sebanyak 10 orang dengan

    presentase 33,3.

    Hasil uji statistic Chi-square antara variabel durasi menyusui dengan

    kejadian bendungan ASI menunjukan nilai p value 0,011 dimana p value <

    a=0,05 maka ada hubungan antara durasi menyusui dengan kejadian bendungan

    ASI di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019.

  • 44

    4.3. Pembahasan

    4.3.1. Hubungan Frekuensi Menyusui Dengan Kejadian Bendungan ASI Pada Ibu Nifas Di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun

    2019

    Hasil chi-square pada tingkat kepercayaan 95% dengan nilai p-value 0,033

    yang berarti lebih kecil α (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan

    bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi menyusui dengan

    bendungan ASI di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019.

    Penelitian yang dilakukan oleh Shinta dengan judul Faktor-Faktor Yang

    Berhubungan Dengan Terjadinya Pembengkakan Payudara Pada Ibu Postpartum

    Di Rumah Sakit Pondok Indah Tahun 2015. Hasil penelitian menunjukan bahwa

    responden yang terjadi pembengkaakan payudara lebih tinggi pada frekuensi

    menyusui

  • 45

    sebanyak 12-15 kali dalam 24 jam. Biasanya, ia langsung mengosongkan

    payudara pertama dalam beberapa menit. Frekuensi menyusui itu dapat diatur

    sedemikian rupa dengan membuat jadwal rutin, sehingga bayi akan menyusu

    sekitar 5-10 kali dalam sehari.(25)

    Menurut asumsi peneliti pada hasil wawancara yang diperoleh pada saat

    penelitian, hal ini disebabkan karena kurangnya informasi yang didapat mengenai

    manfaat pemberian ASI dan pentingnya menyusui bayi secara optimal sehingga

    pengeluaran ASI pada ibu tidak lancar dan menyebabkan ibu nifas jarang

    menyusui bayinya. Akibatnya ibu nifas sering memberikan susu formula kepada

    bayinya. ASI yang menumpuk dipayudara karena tidak dikeluarkan dapat

    menghambat saluran pengeluaran ASI sehingga pengeluaran ASI yang tidak

    lancar akan menyebabkan Bendungan ASI.

    4.3.2. Hubungan Durasi Menyusui Dengan Bendungan ASI Pada Ibu nifas Di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019

    Hasil chi-square pada tingkat kepercayaan 95% dengan nilai p-value

    0,011yang berarti lebih kecil α (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan

    bahwa terdapat hubungan yang bermakna antaradurasi menyusui dengan

    bendungan ASI di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019.

    Penelitian yang dilakukan oleh Nu’azimah yang berjudul faktor yang

    berhubungan dengan bendungan ASI pada ibu post Partum dikelurahan Beting

    Kuala Kapias Kecamatan teluk Nibung Tahun 2018. Hasil penelitian

    menunjukkan ada hubungan frekuensi menyusui dengan kejadian bendungan ASI

    di Kelurahan Beting Kuala Kapias Kecamatan Teluk Nibeng dengan nilai

    p=(0,026)

  • 46

    Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwalkan, sehingga tindakan

    menyusui bayi dilakukan setiap saat bayi membutuhkan karena bayi akan

    menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi

    menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan atau sekedar

    ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat

    dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung

    bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola

    yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2

    minggu kemudian.

    Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi

    sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui

    tanpa jadwal sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui.

    Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila

    sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI.

    Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara sebaiknya setiap

    kali menyusui harus dengan kedua payudara.Ibu berusaha menyusui sampai

    payudara terasa kosong agar produksi ASI menjadi lebih baik.Setiap kali

    menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa

    menyusui sebaiknya ibu menggunakan bra yang dapat menyangga payudara,

    tetapi tidak terlalu ketat.(27)

    Menurut asumsi peneliti pada hasil wawancara yang diperoleh pada saat

    penelitian, ibu nifas yang durasi menyusui tidak lama kepada bayinyaakan

    mengakibatkan kepada ibu yaitu terjadinya bendungan ASI. Faktor yang

  • 47

    menyebabkan ini juga karena ibu yang pekerja.Ibu yang bekerja dianjurkan agar

    lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari

    akan memicu produksi ASI. Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua

    payudara sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Durasi

    menyusui dapat memerah ASI untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat

    pembengkakan, bisa juga dengan teknik memijat payudara sebelum menyusui dan

    memastikan pelekatan sudah baik atau menggunakan kompres hangat di antara

    waktu menyusui. Jika durasi pemberian ASI dilakukan secara teratur maka tidak

    akan terjadi pembengkakan pada ibu nifas.

  • 48

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    Setelah dilakukan penelitian tentanghubungan frekuensi dan durasi

    menyusui dengan kejadian bendungan ASI pada ibu nifas di praktek bidan

    mandiri romauli silalahi tahun 2019 maka dapat diambil kesimpulan sebagai

    berikut:

    1. Ada hubungan durasi menyusui dengan kejadian bendungan ASI pada ibu

    nifas di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019, dengan nilai

    chi-square p value 0,011

  • 49

    5.2.2. Secara Praktis

    1. Bagi Ibu Nifas

    Disarankan kepada ibu nifas untuk mencari tahu tentang durasi menyusui yang

    lama dan frekuensi menyusui yang optimal agar terhindar dari bendungan

    ASI.

    2. Bagi Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi

    Diharapkan kepada Bidan agar dapat memberikan informasi dan konseling

    serta penyuluhan tentang durasi menyusui dan frekuensi menyusui kepada

    seluruh ibu yang menyusui dan mendampingi ibu secara langsung dengan

    mempraktikkan cara menyusui yang benar kepada ibu guna untuk mencegah

    terjadinya bendungan ASI.

    3. Bagi Peneliti Selanjutnya

    Disarankan bagi peneliti selanjutnya dapat menambah referensi,dan

    disarankan untuk mengembangkan penelitian tentang bendungan ASI dengan

    variabel yang berbeda.

  • 50

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Tuti Meihartati. Hubungan Antara Perawatan Payudara Dengan Kejadian

    Bendungan ASI (Engorgement) Pada Ibu Nifas. 2017;

    2. Lilis Nurul Khusna. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Bendungan

    ASI Di BPM Ida Riyani Magelang Tahun 2015. 2015;

    3. Hadianti DN, Resmana R. Pijat Oksitosin dan Frekuensi Menyusui

    Berhubungan dengan Waktu Pengeluaran Kolostrum pada Ibu Post Sectio

    Caesarea di RS Kota Bandung. J Ners dan Kebidanan Indones.

    2017;4(3):148–56.

    4. Survey Demogravi Kesehatan Indonesia. 2017;

    5. Suhartika Fd. Peningkatan Pengetahuan Tentang Posisi, Langkah Menyusui

    yang Benar dan Frekuensi Serta Lama Menyusui Terhadap Perilaku

    Menyusui Pada Ibu Pasca Salin Dikota Bogor.J. Bidan. 2015;

    6. Syukur P, Maha Y, Kesehatan P, Ri K, Kesehatan P KK. Profil Kesehatan

    Sumatera Utara. 2016;

    7. Nurhayati F SA. Pospartum Tentang Teknik Pkm Melong Asih Kota Cimahi

    Periode Juni-Agustus. 2016;

    8. Ardyan RN. Hubungan Frekuensi dan Durasi Pemberian ASI dengan

    Kejadian Bendungan ASI pada Ibu Nifas. Poltekkes Majapahit. 2010;

    9. Nu’azimah. faktor yang berhubungan dengan bendungan ASI pada ibu post

    partum dikelurahan Beting kuala Kapias Kecamatan Teluk Nibuang. hijrana

    bahar. 2017;4:1.

    10. Hastuti Anur HS. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan ASI Di

    Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karang Malang Sragen. 2013;

    11. sulistiyah. hubungan antara frekuensi ibu menyusui pada bayi 0-6 bulan

    dengan kelancaran ASI. Hesti Wira Sakti. 2016;4:2.

    12. Shinta Anggraeni. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya

    Pembengkakan Payudara Pada Ibu Postpartum di Rumah Sakit Pondok Indah

    Tahun 2015. 2016;

    13. Andina Vita Sutanto. asuhan kebidanan nifas dan menyusui. yogyakarta:

    Pustaka Baru Press; 2018. 7 p.

    14. Yusari Asih, Hj.Risneni. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Ari

    M@ftuh. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media; 2016. 1 p.

    15. Astuti DS, Dr. Raden Tina Dewi Judistiani, Rahmiati L, Susantii AI. Asuhan

    Kebidanan Nifas dan Menyusui. Desain Astikawati, editor. jakarta: Erlangga;

    2018. 6 p.

    16. Reni Yuli Astutik. Buku Ajar Asuhan kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.

    Taufik Ismail, editor. jakarta: CV. Trans Info Media; 2015. 5 p.

    17. Nina Siti Mulyani. ASI dan Panduan Ibu Menyusui. yogyakarta: Nuha

    Medika; 2014. 5 p.

    18. Pollard M. ASI Asuhan Berbasis Bukti. Eka Anisa Mardella, editor. jakarta:

    Buku Kedokteran; 2017. 49 p.

    19. Yefi Marliandiani, Nyna Puspita Ningrum. Buku Ajar Asuhan Kebidanan

    Pada Masa Nifas dan Menyusui. Tri Utami, editor. jakarta: Salemba Medika;

    2015. 58 p.

  • 51

    20. Reni Yuli Astutik. Payudara dan Laktasi. Akila Suslia, editor. jakarta:

    Salemba Medika; 2014. 41 p.

    21. Kiki Sulistiyani. Buku Pintar ASI dan Menyusui. Jakarta Selatan: Noura

    Books; 2014. 17 p.

    22. Ai Yeyeh Rukiah, Lis Yulianti. Asuhan Kebidanan IV. jakarta: CV. Trans

    Info Media; 2015. 30 p.

    23. Reni Yuli Astutik. Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika; 2017. 61

    p.

    24. Dwi Sartika Wijaya. Asuhan Kebidanan Payudara dan Laktasi. 2014.

    25. Dwi Sunar Prasetyono. buku pintar ASI eksklusif. Munnal Hani’ah, editor.

    yogyakarta: DIVA Perss; 2017. 137 p.

    26. Siti Nur Khamzah. Segudang Keajaiban ASI Yang Harus Anda Ketahui.

    Dirusdi Toanto, editor. yogyakarta: FlasBooks; 2015. 53 p.

    27. Rudi Haryono. Asuhan Kebidanan ASI dan Menyusui. 2014.

    28. Iman Muhammad. Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang

    Kesehatan. Bandung: Cipta Pustaka Media Printis; 2015.

  • 52

    KUESIONER PENELITIAN

    HUBUNGAN FREKUENSI DAN DURASI MENYUSUI DENGAN

    KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS

    DI PRAKTEK BIDAN MANDIRI ROMAULI

    SILALAHI TAHUN 2019

    Tgl pemberian kuesioner :

    No Identitas Responden :

    A. Petunjuk Menjawab Pertanyaan: 1. Baca dan pahamilah pertanyaan dengan baik 2. Isi setiap pertanyaan dengan benar baik tanpa rekayasa 3. Pilih salah satu jawaban yang dianggap paling benar dengan menggunakan

    tanda checklist (√)

    4. Setelah selesai periksa kembali jawaban anda sebelum diserahkan kembali kepada peniliti.

    B. Identitas Responden Nama Responden :

    Umur :

    Pekerjaan :

    Alamat :

    Persalinan ke :

    C. Frekuensi Menyusui 1. Apakah ibu menyusui 8-12 kali setiap hari?

    Ya

    Tidak

    D. Durasi Menyusui

    1. Apakah ibu menyusui 20-30 menit untuk masing-masing payudara?

    Ya

    Tidak

    E. Bendungan ASI

    1. Apakah terjadi bendungan ASI pada ibu nifas?

    Ya

    Tidak

    Lampiran 1

  • MASTER TABEL

    HUBUNGAN FREKUENSI DAN DURASI MENYUSUI DENGAN BENDUNGAN ASI

    PADA IBU NIFAS DI PRAKTEK BIDAN MANDIRI