hubungan frekuensi dan durasi menyusui dengan kejadian bendungan asi pada ibu nifas...
TRANSCRIPT
-
HUBUNGAN FREKUENSI DAN DURASI MENYUSUI DENGAN
KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS
DI PRAKTEK BIDAN MANDIRI ROMAULI
SILALAHI TAHUN 2019
SKRIPSI
Oleh:
TRISNAWATI FAU
1802032128
PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
-
HUBUNGAN FREKUENSI DAN DURASI MENYUSUI DENGAN
KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS
DI PRAKTEK BIDAN MANDIRI ROMAULI
SILALAHI TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi D4 Kebidanan dan Memperoleh Gelar
Sarjana Terapan Kebidanan (S.Tr.Keb)
Oleh :
TRISNAWATI FAU
1802032128
PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
-
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi : Hubungan Frekuensi Dan Durasi Menyusui
Dengan Kejadian Bendungan Asi Pada Ibu Nifas
Di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi
Tahun 2019 Nama Mahasiswa : Trisnawati Fau
Nomor Induk Mahasiswa : 1801032128
Minat Studi : D4 Kebidanan
Menyetujui :
Komisi Pembimbing :
Medan, 04 September 2019
Pembimbing I
Rina Hanum, SST, M.Kes
Pembimbing II
Siti Aisyah, SST, M.K.M
Fakultas Farmasi dan Kesehatan
Institut Kesehatan Helvetia
Dekan,
Darwin Syamsul, S.Si, M.Si, Apt
NIDN. (0125096601)
-
Telah diuji pada tanggal 04 September 2019
PANITIA PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Rina Hanum, SST, M.Kes
Anggota : 1. Siti Aisyah, SST, M.K.M
2. Darwin Syamsul, S.Si, M.Si, Apt
-
LEMBAR KEASLIAN PENELITIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik Sarjana Terapan Kebidanan (S.Tr.Keb), di Fakultas Farmasi dan
Kesehatan Umum Institut Kesehatan Helvetia.
2. Skrisi ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing dan masukan tim
penelaah/ tim penguji.
3. Isi Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasiakn orang lai., kecuali secara tertulis dengan jelas pengarang dan
dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka .
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku di perguruan tinggi ini.
Medan, 04 September 2019
Yang Membuat Pernyataan,
(Trisnawati Fau)
NIM. 1801032128
-
i
-
ii
ABSTRAK
HUBUNGAN FREKUENSI DAN DURASI MENYUSUI DENGAN
KEJADIAN BENDUNGAN ASI DI PRAKTEK BIDAN
MANDIRI ROMAULI SILALAHI
TAHUN 2019
TRISNAWATI FAU
1801032128
World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 di Amerika Serikat
persentase perempuan menyusui yang mengalami bendungan ASI rata-rata
mencapai 87,05% atau sebanyak 8242 ibu nifas dari 12.765 orang, di Praktek
Bidan Mandiri Romauli Silalahi masih terdapat ibu nifas yang terjadi bendungan
ASI yang disebabkan oleh frekuensi menyusui yang tidak optimal dan durasi
menyusui yang tidak lama. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui
hubungan frekuensidan durasi menyusui dengan kejadian bendungan ASI di
Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019.
Desain penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan cross
sectional. Penelitian ini dilakukan di Praktek Bidan Mandiri Romauli
Silalahi.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di Praktek Bidan
Mandiri Romauli Silalahi tahun 2019 dan sampel sebanyak 30 responden dengan
teknik accidental sampling. Teknik dan cara pengumpulan data dengan
menggunakan lembar kuesioner. Analisis data dengan menggunakan data
univariat dan bivariat dengan uji chi-square.
Berdasarkan uji statistik dengan uji chi-square didapatkan nilai p value
0,033
-
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
anugerah-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsiyang
berjudul “Hubungan Frekuensi Dan Durasi Menyusui Dengan Kejadian
Bendungan Pada Ibu Nifas Di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi
Tahun 2019”
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satusyaratuntuk
mendapatkan gelar SarjanaTerapan Kebidanan (S.Tr.Keb.) pada Program Studi
D4 KebidananFakultas Farmasi Dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsiini tidak dapat diselesaikan tanpa
bantuan berbagai pihak, baik dukungan moril, materil dan sumbangan pemikiran.
Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak/Ibu :
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes., selaku Pembina Yayasan Helvetia.
2. Iman Muhammad, SE, S.Kom, MM, M.Kes, selaku Ketua Yayasan Helvetia 3. Dr. H. Ismail Effendy, M.Si., selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia. 4. Darwin Syamsul, S.Si, M.Si, Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Dan
Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia sekaligus Dosen Penguji III yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan kritik dan saran yang membangun
dalam penyempurnaan skripsiini
5. Elvi Era Liesmayani, S.Si.T, M.Keb, selaku Ketua Program Studi D4 Kebidanan Fakultas Farmasi Dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia
6. Rina Hanum, SST, M.Kes selaku Penguji I yang telah meluangkan waktu dan memberikan pemikiran dalam membimbing penulis selama penyusunan
skripsi ini.
7. Siti Aisyah, SST, M.K.M selaku Penguji II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan
skripsi ini.
8. Seluruh Dosen Program Studi D4 Kebidanan yang telah mendidik dan mengajarkan berbagai ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
9. Teristimewa kepada Ayahanda dan Ibunda yang selalu memberikan pandangan, mendukung baik moril maupun materil, mendoakan dan selalu
memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsiini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaanskripsiini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya atas
segala kebaikan yang telah diberikan.
Medan, 04 September 2019
Penulis
Trisnawati Fau
1801032128
-
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Diri Nama : TRISNAWATI FAU
Tempat/Tanggal Lahir : Hiligeho, 16 Juni 1996
Agama : Kristen Protestan
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke : 2 (Dua) dari 4 (Empat) Bersaudara
II. Identitas Orang Tua Nama Ayah : HASANAOGO FAU
Pekerjaan : Petani
Nama Ibu : SINARIATI LAIA
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa hiligeho, Kec.Teluk Dalam, Kab. Nias
Selatan
III. Riwayat Pendidikan Tahun 2003-2009 : SDN 075071 HILIGEHO
Tahun 2009-2012 : SMP S Mitra Kasih BKPN Telukdalam
Tahun 2012-2015 : SMK S Mitra Kasih BKPN Telukdalam
Tahun 2015-2018 : Akademi Kebidanan Helvetia Medan
Tahun 2018-2019 : Diploma IV Kebidanan Institut Kesehatan
Helvetia Medan
-
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
LEMBAR PANITIA PENGUJI
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ................................................................................................ i
ABSTRACT ................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................ iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ vi
DAFTAR TABEL...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................... 1
1.1. Latar Belakang .............................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ......................................................... 4 1.3. Tujuan Penelitian .......................................................... 5 1.4. Manfaat Penelitian ........................................................ 5
1.4.1. Manfaat Teoritis ................................................ 5 1.4.2. Manfaat Praktis ................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................... 7
2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ....................................... 7 2.2. Telaah Teori .................................................................. 9
2.2.1. Masa Nifas ........................................................ 9 2.2.2. Pemberian ASI .................................................. 15 2.2.3. Bendungan ASI ................................................. 22 2.2.4. Frekuensi Menyusui .......................................... 27 2.2.5. Durasi Menyusui ............................................... 28
2.3. Hipotesis ........................................................................ 30
BAB III METODE PENELITIAN..................................................... 31
3.1. Desain Penelitian ........................................................... 31 3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ........................ 31
3.2.1. Lokasi Penelitian ............................................... 31 3.2.2. Waktu Penelitian ................................................ 31
3.3. Populasi dan Sampel ...................................................... 32 3.3.1. Populasi.............................................................. 32 3.3.2. Sampel ............................................................... 32
3.4. Kerangka Konsep........................................................... 32 3.5. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran ............... 33
3.5.1. Definisi Operasional ......................................... 33 3.5.2. Aspek Pengukuran ............................................ 33
3.6. Metode Pengumpulan Data ........................................... 35 3.6.1. Jenis Data .......................................................... 35
-
vi
3.7. Metode Pengolahan Data .............................................. 35 3.8. Analisis Data ................................................................. 36
3.8.1. Analisis Univariat ............................................. 36 3.8.2. Analisis Bivariat ............................................... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 38
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................... 38 4.1.1. Sejarah di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi .. 38 4.1.2. Letak Geografis ........................................................ 38 4.1.3. Letak Demografis ..................................................... 39 4.1.4. Struktur Organisasi ................................................... 39
4.2. Hasil Penelitian ...................................................................... 40 4.2.1. Karakteristik Responden ........................................... 40 4.2.2. Analisa Univariat ...................................................... 41 4.2.3. Analisis Bivariat ....................................................... 42
4.3. Pembahasan ........................................................................... 44
4.3.1. Hubungan Frekuensi Menyusui Dengan
Kejadian Bendungan ASI Pada Ibu Nifas Di
Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi
Tahun 2019 ......................................................... 44
4.3.2. Hubungan Durasi Menyusui Dengan
Bendungan ASI Pada Ibu nifas Di Praktek
Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019 ..... 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 48
5.1. Kesimpulan ..................................................................... 48 5.2. Saran .............................................................................. 48
5.2.1. Saran Teoritis ..................................................... 48 5.2.2. Saran Praktis ...................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 50
LAMPIRAN
-
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ............................................. 32
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Praktek Bidan Mandiri Romauli
Silalahi ............................................................................... 39
-
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 3.1. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran ........................ 34
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Umur dan Paritas di Praktek Bidan Mandiri Romauli
Silalahi Tahun 2019 .............................................................. 40
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Tentang Frekuensi Menyusui Dengan
Kejadian Bendungan ASI Di Praktek Bidan Mandiri
Romauli Silalahi Tahun 2019 ................................................ 41
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Durasi Menyusui Dengan Kejadian
Bendungan ASi Di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi
Tahun 2019 ............................................................................ 41
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kejadian Bendungan ASI Di Praktek
Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019 ........................ 42
Tabel 4.5. Tabulasi Silang Antara Hubungan Frekuensi Menyusui
Dengan Kejadian Bendungan ASI Di Praktek Bidan
Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019 .................................. 42
Tabel 4.6. Tabulasi Silang Durasi Menyusui Dengan Kejadian
Bendungan ASI Di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi
Tahun 2019 ............................................................................ 43
-
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian ................................................... 52
Lampiran 2 : Master Data Penelitian ............................................... 53
Lampiran 3 : Hasil Output SPSS....................................................... 55
Lampiran 4 : Surat Survey Awal....................................................... 61
Lampiran 5 : Surat Balasan Survey Awal ......................................... 62
Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian .................................................... 63
Lampiran 7 : Surat Balasan Izin Penelitian ....................................... 64
Lampiran 8 : Permohonan Pengajuan Judul Skripsi ......................... 65
Lampiran 9 : Lembar Revisi Proposal .............................................. 66
Lampiran 10 : Lembar Revisi Skripsi ................................................ 67
Lampiran 11 : Lembar Bimbingan Proposal ....................................... 68
Lampiran 12 : Lembar Bimbingan Skripsi ......................................... 70
Lampiran 13 : Dokumentasi Penelitian ............................................... 72
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada zaman modern saat ini banyak dijumpai perempuan yang tidak
menyusui bayinya dikarenanakan takut perubahan bentuk tubuh dan payudara
turun. Hakikatnya setiap ibu dapat menyusui bayinya karena keyakinan diri dan
berfikir positif, langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan frekuensi dan
durasi menyusui dengan cara memberikan informasi dan penyuluhan kepada ibu
nifas dan mengajarkan perawatan payudara, frekuensi menyusui sekitar 8-12 kali
dan durasi menyusui tidak boleh dijadwalkan. Seharusnya perempuan yang
mempunyai bayi harus menyusui bayinya selama 0-6 bulan tanpa makanan
tambahan, jika perempuan yang mempunyai bayi tidak melakukan ASI ekslusif
dan frekuensi mampun durasi menyusui tidak di lakukan akan menyebabkan
kejadian payudara bengkak, bendungan ASI dan mastitis.
Menurut data WHO terbaru pada tahun 2015 di Amerika Serikat
persentase perumpuan menyusui yang mengalami Bendungan ASI rata-rata
mencapai 87,05% atau sebanyak 8242 ibu nifas dari 12.765 orang, pada tahun
2014 Ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 7198 orang dari 10.764 orang
dan pada tahun 2015 terdapat Ibu yang mengalami Bendungan ASI sebanyak
6543 orang dari 9.862 orang(1).
Penyebab bendungan ASI disebabkan pengosongan mamae yang tidak
sempurna jika masih terdapat sisa ASI didalam payudara setelah menyusui maka
sisa ASI tersebut tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI. Faktor
-
2
hisapan bayi yang tidak aktif yaitu bila ibu tidak menyusukan bayinya sesering
mungkin atau jika bayi tidak aktif menghisap, maka akan menimbulkan
bendungan ASI(2).
Data ASEAN pada tahun 2014 disimpulkan bahwa presentase cakupan
kasus Bendungan ASI pada Ibu nifas tercatat 107.654 ibu nifas, pada tahun 2014
terdapat ibu nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak 95.698 orang, serta
pada tahun 2015 Ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 76.543 orang(1).
Frekuensi ibu menyusui bayinya sangat berpengaruh pada produksi dan
pengeluaran ASI.Produksi dan pengeluaran ASI dapat dipengaruhi oleh frekuensi
penyusuan paling sedikit minimal 8 kali per hari bayi kepada ibunya.Otot-otot
polos pada payudara berkontraksi dan pengeluaran ASI dipercepat yang
disebabkan oleh sekresi oksitosin meningkat. Semakin sering frekuensi ibu
menyusui, maka produksi atau pengeluaran ASI juga semakin lancar sehingga
tidak terjadi pembengkaan pada payudara ibu(3).
Menurut data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017
menyebutkan bahwa terdapat ibu nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak
35.985 atau (15,60%) ibu nifas, serta pada tahun 2012 Ibu nifas yang mengalami
bendungan ASI sebanyak 77.231 atau (37,12%) ibu nifas(4).
Sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal, karena bayi akan menentukan
sendiri kebutuhanya. Ibu harus menyusui bayinya menunjukan tanda bayi lapar
yaitu bayi membuka mulut jika bibir disentuh, memasukan tangan ke mulut, bayi
menangis bukan karena sebab lain dan ibu merasa perlu menyusui. Durasi
menyusui berbeda-beda karena setiap bayi memiliki pola hisap yang berbeda-
-
3
beda. Bayi hendaknya disusui setiap saat, hal ini berpengaruh terhadap kenaikan
berat badan sebaiknya bayi disusui setiap dua jam sekali. Beberapa bayi puas
setelah menyusui selama lima menit sedangkan yang lainnya butuh waktu lebih
lama, biarkan bayi memutuskan durasi menyusunya sampai setiap kali segera
setelah merasa puas, ia meninggalkan payudaranya(5).
Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara pada tahun 2016 rata-rata
cakupan pelayanan nifas diprovinsi Sumatera Utara adalah 86,76%, angka ini
menurun dibandingkan tahun 2015 (87,36%). Sementara itu tahun 2014 (84,62%)
tahun 2013 (87,7%) tahun 2012 (87,39%) dan tahun 2011 secesar (87,10%).
Berdasarkan distribusi pencapaian cakupan pelayanan ibu nifas menurun
kabupaten atau kota provinsi Sumatera Utara tahun 2016 masih terlihat sangat
bervariasi di antaranya terdapat kesenjangan yang cukup tinggi(6).
Dampak bendungan ASI yaitu statis pada pembuluh limfe akan
mengakibatkan tekanan intraduktal yang akan mempengaruhi berbagai segmen
pada payudara, sehingga tekanan seluruh payudara meningkat, akibatnya
payudara sering terasa penuh, tegang, dan nyeri walaupun tidak disertai dengan
demam. Terlihat kalang payudara lebih lebar sehingga sukar dihisap oleh bayi.
Pada ibu yang mengalami bendungan ASI menyusui pun akan terhambat karena
ibu merasa sakit dan nyeri pada payudara sehingga ibu takut atau malas untuk
menyusui. Hal ini mengakibatkan bayi tidak disusui secara adekuat, sehingga ASI
terkumpul pada duktus laktiferus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan.
Bendungan ASI yang tidak disusukan secara adekuat akhirnya terjadi mastitis(7).
-
4
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ratna yang berjudul
hubungan frekuensi dan durasi pemberian ASI dengan kejadian Bendungan ASI
pada Ibu nifas menunjukkan bahwa dari 19 responden dengan frekuensi
pemberian ASI yang optimal tidak terjadi bendungan ASI sebanyak 15 orang
(78,9%), sedangkan dari 13 responden dengan frekuensi pemberian ASI yang
tidak optimal mengalami bendungan ASI yaitu sebanyak 10 orang (76,9%). Dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan frekuensi menyusui dengan
kejadian bendungan ASI(8).
Berdasarkan survey awalpada tanggal 06 Maret 2019 di Praktek Bidan
Mandiri Romauli Silalahitahun 2019 dari 10 orang ibu nifas didapati 3 orang ibu
nifas mengalami bendungan ASI yang diakibatkan ibu yang jarang menyusui
bayinya yaitu hanya memberikan ASI jika bayinya menangis. Dan 7 orang yang
mengalami bendungan ASI diakibatkan ibu menyusui bayinya
-
5
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tentang frekuensi pada Ibu nifas di
Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019
2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tentang durasi menyusui pada Ibu nifas
di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019
3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tentangBendungan ASI pada Ibu nifas
di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019
4. Untuk Mengetahui Hubungan Frekuensi Dan DurasiMenyusui Dengan
kejadian Bendungan ASI Pada Ibu Nifas di Praktek Bidan Mandiri Romauli
Silalahi Tahun 2019.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
1. Bagi Institut Kesehatan Helvetia
Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa kesehatan Institut
Kesehatan Helvetia khususnya mahasiswa program studi D4 Kebidanan
dalam hal kejadian Bendungan ASI dan cara pencegahannya.
2. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan pengetahuan bagi penulis dalam penerapan ilmu
yang diperoleh sewaktu mengikuti perkuliahan khususnya tentang kejadian
bendungan ASI dan cara pencegahannya.
-
6
1.4.2. Manfaat Praktis
1. Bagi Ibu Nifas
Untuk menambah informasi kepada Ibu Nifas tentang pentingnya menyusukan
bayi lebih sering dengan teknik yang benar untuk menghindari Bendungan
ASI.
2. Bagi Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi
Untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap tenaga kesehatan di Praktek
Bidan Mandiri Romauli SIlalahi dalam melaksanakan penyuluhan guna
meningkatkan minat Ibu untuk menyusukan bayinya sesering mungkin
dengan teknik yang benar.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi peneliti dan bahan
perbandingan bagi peneliti selanjutntya untuk melakukan penelitian tentanng
Bendungan ASI dan pencegahannya.
-
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Nu’azimah yang berjudul faktor yang
berhubungan dengan bendungan ASI pada ibu post Partum dikelurahan Beting
Kuala Kapias Kecamatan teluk Nibung Tahun 2018. Hasil penelitian
menunjukkan ada hubungan frekuensi menyusui dengan kejadian bendungan ASI
di Kelurahan Beting Kuala Kapias Kecamatan Teluk Nibeng dengan nilai
p=(0,026)
-
8
berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 20 responden (58,8%) dipengaruhi oleh
umur, pendidikan, pekerjaan dan peoritas atau pengalaman(10).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyah yang berjudul
Hubungan Antara Frekuensi Ibu Menyusui pada Bayi 0-6 Bulan Dengan
Kelancaran ASI di Puskesmas Bululwang Kabupaten Malang Tahun 2016
menunjukan bahwa sebagian besar frekuensi menyusui berkategori cukup
kelancaran ASI lancar sebanyak 36(72%). Sedangkan sebagian kecil frekuesni
menyusui berkategori cukup dengan kelancaran ASI tidak lancar sebanyak
3(6%).Dari hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara frekuensi ibu
menyusui pada bayi 0-6 bulan dengan kelencaran ASI(11).
Penelitian juga dilakukan oleh Shinta dengan judul Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Terjadinya Pembengkakan Payudara Pada Ibu Postpartum
Di Rumah Sakit Pondok Indah Tahun 2015. Hasil penelitian menunjukan bahwa
responden yang terjadi pembengkaakan payudara lebih tinggi pada frekuensi
menyusui
-
9
2.2. Telaah Teori
2.2.1. Masa Nifas
1. Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang
berlangsung selama 6 minggu tau 40 hari. Waktu mulai tertentu setelah
melahirkan seorang anak, dalam bahasa latin disebut puerperium. Jadi,
puerperiumadalah masa setelah melahirkan bayi dan biasa disebut juga dengan
masa pulih kembali, dengan maksud keadaan pulihnya alat reproduksi seperti
sebelum hamil(13).
Puerperium atau nifas juga dapat diartikan sebagai masa postpartum atau
masa sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim sampai 6 minggu
berikutnya disertai pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan
kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya
yang berkaitan saat melahirkan(14).
Masa nifas nifas merupakan masa penting bagi ibu maupun bayi baru
lahir.Dalam masa nifas, perubahan besar terjadi dari sisi perubahan fisik, emosi,
dan kondisi psikologi ibu. Penting sekali memahami perubahan apa yang secara
umum dapat dikatakan normal, sehingga setiap penyimpangan dari kondisi normal
dapat segera dikenali sebagai kondisi abnormal atau patologis(15).
2. Tahapan Masa Nifas
Adapun tahapan-tahapan masa nifas, yaitu :Puerperium dini, Puerperium
intermedial, dan Remote puerperium. Puerperium dini merupakan masa kepulihan
-
10
di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. pada masa tidak
dianggap perlu lagi menahan ibu setelah persalinan terlentang di tempat tidurnya
selama 7-14 hari setelah persalinan. Ibu nifas sudah diperbolehkan bangun dari
tempat tidurnya dalam 24-48 jam setelah persalinan.Keuntungan dari puerpurium
dini adalah ibu merasa lebih sehat dan kuat, fatal usus dan kandung kemih lebih
baik, ibu dapat segera belajar merawat bayinya.
Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat
genetalia eksterna dan interna yang lamanya 6-8 minggu. Alat genetalia tersebut
meliputi uterus, bekas implantasi plasenta, luka jalan lahir, cervix, endometrium
dan ligamen-ligamen.
Remote puerperium merupakan masa waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna, terutamabagi ibu selama hamil atau melahirkan mempunyai
komplikasi. Waktu sehat sempurna bisa berminggu-minggu, berbulan-bulan dan
tahunan(16).
Masa nifas terbagi menjadi tiga periode, yaitu: periode pasca salin segera,
masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri.Oleh sebab itu.
Tenaga kesehatan harus dengan teratus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran lochea, tekanan darah dan suhu.
Periode pasca salin awal, 24 jam-1 minggu, pada periode ini tenaga
kesehatan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan,
lochea tidak berbau busuk, tidak ada demam, ibu cukup mendapatkan makanan
dan cairan, serta ibu dapat, menyusui bayinya dengan baik. Dan periode pasca
-
11
salin lanjut 1 minggu-6 minggu, pada periode ini tenaga kesehatan tetap
melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB(14).
3. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Semua kegiatan yang dilakukan, baik dalam bidang kebidanan maupun
dibidang lain selalu mempunyai tujuan agar kegiatan tersebut terarah dan
diadakan evaluasi dan penilaian. Asuhan masa nifas diperlukan karena pada
periode nifas merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya.
Tujuan dari perawatan masa nifas ini adalah memulihkan kesehatan klien
(menyediakan nutrisi sesuai kebutuhan, mengatasi anemia, mencegah infeksi
dengan memperhatikan kebersihan dan sterilisasi, mengembalikan kesehatan
umum dengan pergerakan otot senam nifas untuk memperlancar peredaran darah).
Mempertahankan kesehatan fisik dan psikologis, mencegah infeksi dan
komplikasi, memperlancar pembentukan dan pemberian ASI, mengajarkan ibu
untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan memelihara
bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal.
Memberikan pendidikan kesehatan dan memastikan pemahaman serta
kepentingan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara manfaat
menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehat pada ibu dan
keluarganya melalui KIE dan memberikan pelayanan keluarga berencana(14).
Tujuan dari asuhan masa nifas ini adalah: mendeteksi adanya pendarahan
masa nifas; menjaga kesehatan ibu dan bayi; menjaga kebersihan diri,
melaksanakan screening secara komprehensif; memberikan pendidikan lantasi dan
-
12
perawatan payudara; pendidikan tentang peningkatan pengembangan hubungan
yang baik antara ibu dan anak; konseling keluarga berencana (KB); mempercepat
involusi alat kandungan; melancarkan fungsi gastrointestisinal atau perkemihan;
melancarkan pengeluaran lokhea; dan meningkatkan kelancaran peredaran darah
sehingga mempercepat fungsi hati dan pengeluaran sisa metabolisme(13).
4. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas
Dalam asuhan masa nifas, bidan memiliki peranan penting, hal ini
dikarenakan bidan sebagai seorang wanita sehingga diharapkan bidan juga
mampu memahami kondisi ibu masa nifas, selain itu ibu bisa terbuka dalam
menyampaikan keluhan yang dialami selama masa nifas. Berikut ini peran utama
bidan dalam masa nifas adalah.
Sebagai pelaksana bidan memiliki 3 kategori tugas yaitu: pertama, tugas
mandiri: menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang
diberikan. Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa nifas dengan
melibatkan klien/keluarga. Kedua, tugas kolaborasi: menerapkan manajemen
kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan
melibatkan klien dan keluarga. Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa
nifas dengan resiko tinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien
dan keluarga.Ketiga, tugas ketergantungan: menerapkan manajemen kebidanan
pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan
keluarga. Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu
-
13
dalam masa nifas yang disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan
melibatkan klien dan keluarga.
Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas yaitu: pertama mengembangkan
pelayanan dasar kesehatan, terutama pelayanan kebidanan untuk individu,
keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat diwilayah kerja dengan melibatkan
masyarakat atau klien. Dan yang keduaberpartisipasi dalam tim untuk
melaksanakan program kesehatan dan sektor lain di wilayah kerjanya melalui
peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan, serta tenaga kesehatan lain
yang berada dibawah bimbingan dalam wilayah kerjanya.
Sebagai pendidik bidan mempunyai 2 tugas yaitu: pertama memberikan
pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien (individu, keluarga kelompok
serta masyarakat) tentang penanggulangan masalah kesehatan, khususnya yang
berhubungan dengan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana. Asuhan yang
diberikan oleh bidan memberikan layanan konsultasi: walapun sudah dipersiapkan
dengan baik serta ditambah pelayanan masa nifas yang sesuai, masih sering timbul
masalah menyusui yang perlu ditanggulangi agar laktasi dapat dipertahankan. Dan
yang kedua melatih dan membimbing kader, peserta didik kebidanan dan
keperawatan, serta membina dukun diwilayah atau tempat kerjanya.
Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan
baik secara mandiri maupun berkelompok. Selain peran diatas, bidan juga dapat
menunjukan peran kepada ibu nifas dengan jalan: bidan mengadakan evaluasi
terhadap segala perkembangan selama postpartum secara periodik. Bidan
mengevaluasi respon orangtua terhadap bayi dan persiapan perawatannya.
-
14
Mengevaluasi segala perubahan perilaku wanita dan respon psikologis terhadap
kemampuan melahirkan. Dan memberikan dukungan mental kepada ibu terhadap
psikologis yang sedang dihadapi ibu nifas saat ini(16).
5. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat
kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk menilai kondisi
kesehatan ibu dan bayi; melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-
kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya; mendeteksi
adanya komplikasi atau masalah yang tejadi pada masa nifas; dan menangani
komplikasi atau masalah yang timbul dan menggangu kesehatan ibu nifas maupu
bayinya.
Pelayanan kesehatan pada nifas dimulai dari 6 jam sampai 42 hari pasca
salin oleh tenaga kesehatan terdiri 4 kunjungan masa nifas yaitu:
1. Kunjungan I : 6-8 jam setelah persalinan tujuan mencegah perdarahan masa
nifas karena atonia uteri; mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,
merujukan bila perdarahan berlanjut; memberikan konseling pada ibu atau
salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri; pemberian ASI awal; lakukan hubungan antara ibu dan
bayi; menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
2. Kunjungan II: 6 hari setelah persalinan tujuan memastikan involusi uterus
berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau; menilai adanya tanda-tanda demam
infeksi atau perdarahan abnormal; memastikan ibu mendapat cukup makanan,
-
15
minuman, dan istirahat; memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan
tanda-tanda penyakit; memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan
pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.
3. Kunjungan III: 2 minggu setelah persalinan tujuan memastikan involusi uterus
berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau; menilai adanya tanda-tanda demam
infeksi atau perdarahan abnormal; memastikan ibu mendapat cukup makanan,
minuman, dan istirahat; memaastikan ibu menyusui dengan dan
memperhatikan tanda-tanda penyakit; memberikan konseling kepada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan
merawat bayi sehari-hari.
4. Kunjungan IV: 6 minggu setelah persalinan tujuan menanyakan ibu tentang
penyakit-penyakit yang dialami; dan memberikan konseling untuk KB secara
dini(14).
2.2.2. Pemberian ASI
1. Pengertian Pemberian ASI
ASI adalah hadiah terindah dari ibu kepada bayinya yang disekresikan
oleh kedua belah kelenjar payudara ibu berupa makanan alamiah atau susu
terbaikbernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah dicerna dan mengandung
komposisi nutrisi yang seimbang dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang
tersedia setiap saat, siap disajikan pada suhu kamar dan bebas dari kontaminasi.
Secara alamiah, kedua belah kelenjar payudara ibu mampu menghasilkan
ASI. Dengan demikian, merupakan makanan yang telah disiapkan untuk calon
-
16
bayi saat ibu mengalami kehamilan. Selama hamil payudara ibu mengalami
perubahan untuk menyiapkan produksi ASI tersebut sehingga jika telah tiba
waktunya ASI dapat digunakan sebagai pemenuhan nutrisi bayi(17).
Salah satu hal yang menyebabkan ASI sangat dibutuhkan bagi
perkembangan bayi yang baru lahir adalah kandungan minyak omega-3 asam
linoleat alfa.Selain sebagai zat penting bagi otak dan retina manusia, minyak
tersebut juga sangat penting bagi bayi yang baru lahir. Omega-3 secara khusus
sangat penting selama masa kehamilan dan pada tahap-tahap awal usia bayi, yang
dengannya otak dan sarafnya berkembang secara normal(14).
1) Volume ASI
Sebaiknya, anda tidak mencoba dan menyamakan jumlah serta volume
ASI dengan susu formula. Namun, banyak ibu memiliki kekhawatiran tentang
jumlah susu yang mereka berikan kepada bayi.
Berikut ini suatu panduan rata-rata jumlah susu yang mereka berikan
kepada bayi selama menyusui:
Tabel 2.1. Volume ASI
Usia Bayi Rata-Rata Konsumsi ASI Per Hari Waktu Penyusuan
Ketika lahir Sampai 5 ml ASI Penyusuan pertama
Dalam 24 jam 7-123 ml/hari ASI 3-8 penyusuan
Antara 2-6 hari 395-868 ml/hari ASI 5-10 penyusuan
Satu bulan 395-868 ml/hari ASI 6-18 penyusuan
Enam bulan 710-803 ml/hari ASI 6-18 penyusuan Sumber: Maria Pollard,2017
Menarik untuk diperhatikan bahwa tiap payudara menghasilkan jumlah
susu yang berbeda. Pada 7 dari 10 ibu ditemukan bahwa payudara kanan lebih
produktif. Menemukan bahwa bayi mengosongkan payudara hanya satu atau dua
-
17
kali per hari dan rata-rata hanya 67 persen dari susu yang tersedia dikonsumsi
dengan volume rata-rata 76 ml setiap kali menyusu(18).
2) Manfaat ASI
ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi. ASI tidak hanya
memberikanan manfaat untuk bayi saja,melainkan untuk ibu, keluarga, dan
negara.Manfaat ASI untuk Bayi adalah untuk kualitas dan kuantitas nutrisi yang
optimal, namun tidak meningkatkan risiko kegemukan, antibodi tinggi sehingga
anak lebih sehat,tidak menimbulkan alergi dan menurunkan risiko kencing manis,
menimbulkan efek psikologis dan pertumbuhan, mengurangi risiko karies gigi,
mengurangi risiko infeksi saluran pencernaan (muntah, diare), mengurangi risiko
infeksi saluran pernapasan dan asma, meningkatkan kecerdasan, dan mudah
dicerna, sesuai kemampuan pencernaan bayi.
Manfaat ASI untuk ibu adalah untuk isapan bayi merangsang terbentuknya
oksitosin sehingga meningkatkan kontraksi rahim, menguraangi jumlah
perdarahan nifas, mengurangi karsinoma mamae, mempercepat pemulihan kondisi
ibu nifas, berat badan lebih cepat kembali normal, metode KB paling aman, kadar
prolaktin meningkat sehingga akan menekan hormon FSH (Follicle Stimulating
Hormone) dan ovulasi, dan suatu kebanggaan bagi ibu jika dapat menyusui dan
merasa wanita sempurna.
Manfaat bagi keluarga adalah untuk aspek ekonomi dan psikologi, yaitu
tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli susu formula, bayi yang
sehat karena diberi ASI dapat menghemat biaya kesehatan dan mengurangi
kekhawatiran keluarga dan aspek kemudahan, yaitu untuk lebih praktis saat
-
18
berpergian karena tidak perlu membawa botol, susu, air panas, dan segala macam
perlengkapannya.
Manfaat bagi Negara adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian anak, yaitu kandungan ASI yang berupa zat protektifdan nutrien
didalam ASI yang sesuai dengan kebutuhan bayi, menjamin status gizi bayi
menjadi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun, mengurangi subsidi
untuk rumah sakit yaitu: subsidi untuk rumah sakit berkurangkarena rawat gabung
akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi serta mengurangi komplikasi
persalinan dan infeksi nosokomial, mengurangi devisa dalam pembelian susu
formula yaitu ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu
memberikan ASI maka dapat menghemat devisa yang seharusnya dipakai
membeli susu formula dan meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa yaitu
anak yang mendapatkan ASI, tumbuh kembang secara optimal sehingga akan
menjamin kualitas generasi penerus bangsa.(19)
3) Komposisi ASI
ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, dan siapa pun yang mengakui
hal tersebut, hal ini dikarenakan ASI mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh
bayi, baik itu berupa nutrisi ataupun zat protektif.Berikut ini adapun beberapa
komposisi ASI adalah sebagai berikut:ASI merupakan sumber gizi sangat ideal
dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan
pertumbuhan bayi selama 6 bulan. Berikut ini nutrien yang terkandung didalam
ASI, diantaranya adalah:
-
19
Sumber utama kalori dalam ASI adalah lemak, dan sekitar 50 % kalori
ASI dari lemak. Kadar lemak dalam ASI antara 3,5-4,5 %. Walaupun kadar lemak
dalam ASI tinggi, tetapi mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI
lebih dulu dipecah menjadiasam lemak dan gliseron oleh enzim, lipase yang
terdapat pada ASI. Kadar kolestrol ASI lebih tinggi daripada susu sapi.
Diperkirakan bahwa pada masa bayi diperlukan kolestrolpada kadar tertentu untuk
merangsang pembentukan enzim proktektif yang membuat metabolisme kolestrol
menjadi efektif pada usia dewasa. Disamping kolestrol, ASI mengandung asam
lemak ensensial, asam linoleat (Omega 6) dan asam linolenat (Omega 3). Kadar
lemak ASI matur dapat berbeda menurut lama menyusui. Pada permulaan
menyusu (5 menit pertama) disebut foremilk dimana kadar lemak ASI rendah (1-2
gr/dl) dan lebih tinggi pada hindmilk (ASI yang dihasilkan pada akhir menyusu,
sampai 15-20 menit). Kadar lemak bisa mencapai 3 kali dibandingkan dengan
foremilk.
Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa, yang kadarnya paling tinggi
dibandingkan dengansusu mamalia lain (7 %). Laktosa mudah diurai menjadi
glukosa dan galakotasa dengan bantuan enzim laktasi yang sudah ada dalam
saluran pencernaan sejak lahir. Laktosa mempunyai manfaat diantaranya
mempertinggi absorbsi kalsium dan merangsang pertumbuhan laktobasillus
bifidus.
Protein utama dalam ASI adalah air dadih. Mudah dicerna, air dadih
menjadi kerak lembut dari mana bahan-bahan gizi siap diserap kedalam aliran
darah bayi. Sebaliknya, kasien merupakan protein utama dalam susu sapi. Ketika
-
20
susu sapi atu susu formula dari sapi diberikan kepada bayi, kasien membentuk
kerak karet yang tidak mudah dicerna, kadang memberikan konstribusi terjadinya
konstipasi. Beberapa komponen protein dalam ASI memainkan peranan penting
dalam melindungi bayi dari penyakit infeksi.
Garam organik yang terdapat dalam ASI terutama adalah kalsium, kalsium
dan natrium dari asam klorida dan fosfat. Yang terbanyak adalah kalsium,
sedangkan kadar Cu, Fe, dan Mn yang merupakan bahan untuk pembuat darah
relatif sedikit. Ca dan P yang merupakan bahan pembentuk tulang kadarnya dalam
ASI cukup. Kadar garam dan mineral yang rendah dalam susu diperlikan oleh
bayi baru lahir, dikarenakan ginjal bayi baru lahir belum dapat
mengkonsentrasikan air kemih dengan baik. Baik yang mendapat susu sapi dan
susu formula yang tidak dimodifikasi dapat menderita otot kejang (tetani) karena
hipokkalsemia. Hal ini dikarenakan kader kader kalsium dalam susu sapi lebih
tinggi dibandingkan ASI sedangkan kadar fosfor jauh lebih tinggi sehingga
mengganggu penyerapan kalsuim dan magnesium.
ASI cukup mengandung D, E, dan K. Vitamin E terdapat pada kolostrum,
vitamin K diperlukan sebagai kualitas terdalam proses pembekuan darah dan
terdapat dalam ASI dalam jumlah yang cukup dan mudah diserap. ASI cukup
mengandung vitamin yang diperlukan bayi.(20)
4) Jenis-jenis berdasarkan faktor produksi
Adapun Jenis-jenis berdasarkan faktor produksi adalah sebagai
berikut:Kolostrum atau ASI hari-hari pertama adalah cairan berwarna kuning
keemasan/ jingga yang mengandung nutrisi dengan konsetrasi tinggi.Kolostrum
-
21
selainmemberikan perlindungan pada bayi terhadap berbagai penyakit infeksi,
juga memiliki efek laksatif (pencahar) yang dapat membantu bayi mengeluarkan
feses/tinja pertama (mekonium) dari system pencernaannya sehingga bayi
terlindungi dari penyakit kuning (jaundice).
Banyak ibu mengira kolostrum berwarna putih seperti susu. Oleh karena
itu, ketika kolostrum keluar dalam dalam keadaan berwarna kuning
keemasan/jingga, kental, lengket, dan terkadang bening, banyak ibu menganggap
ASI tersebut tidak bagus dan kemudian dibuang.Padahal tidak demikian.Warna
kuning keemasan/jingga ini merupakan tanda dari kandungan beta-karoten yang
tinggi, yang merupakan salah satu antioksidan.
Kolostrum berubah menjadi ASI transisi sekitar 4-6 hari setelah kelahiran
bayi. Selama proses transisi ini, kandungan antibodi dalam ASI menurun dan
volume ASI meningkat drastis. Berbeda dengan kolostrum yang produksinya
dipengaruhi oleh proses persendiaan versus permintaan (supply vc. demand). Oleh
karena itu, menyusui dengan lebih sering, sekitar 8-12 per hari (frequent nursing)
pada awal-awal kelahiran bayi sangat penting.
Selain mengandung 10% leukosit, ASI transisi juga mengandung lemak
yang tinggi yang berguna untuk pertumbuhan, perkembangan otak, mengatur
kadar gula dara, dan memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.ASI trasisi kemudian
berubah menjadi ASI matang sekitar 10 hari sampai 2 minggu.Setelah kelahiran
bayi.ASI matang (seperti halnya ASI transisi) mengandung 10% leukosit.
Dibanding dengan kolostrum ASI matang memiliki kandungan natrium,
potassium, protein, vitamin larut lemak, dan mineral yang lebih rendah.
-
22
Sedangkan, kandungan lemak dan laktosannya lebih tinggi daripada
kolostrum.(21)
2.2.3. Bendungan ASI
Bendungan Air Susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara
karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI
dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. Bendungan ASI dapat terjadi karena
adanya penyempitan duktus laktiferus pada payudara ibu memiliki kelainan
puting susu (misalnya puting susu datar, terbenam dan cekung).(22)
Bendungan terjadi akibat bendungan berlebihan pada limfatik dan vena
sebelum laktasi.Payudara bengkak disebabkan karena menyusui yang tidak
kontinu, sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus.Hal ini dapat terjadi
pada hari ke tiga setelah melahirkan.Selain itu, penggunaan bra yang ketat serta
keadaan putting susu yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada
duktus.
Cara paling amanagar payudara tidak membengkak adalah dengan
menyusukan bayi segera setelah lahir, jika payudara masih terasa berat, maka
keluarankan ASI denga cara manual atau menggunakan pompa. Perlunya
perawatan pascamelahirkan sebelum menyusui agar payudara tidak lembek serta
mudah ditangkap oleh bayi.
Pada masa nifas seringkali ibu mengeluh payudara terasa berat, panas dan
kadang-kadang disertai dengan nyeri. Kondisi ini dijadikan alasan ibu enggan
untuk menyusui bayi, sehingga pencapaian ASI ekslusif rendah.(15)
-
23
1. Etiologi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI antara lain:
Pengosongan mamae yang tidak sempurna (dalam masa laktasi, terjadi
peningkatan produksi ASI pada ibu yang produksi ASI-nya berlebihan, apabila
bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, dan payudaratidak dikosongkan, maka
masih ada sisa ASI dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan
dapat menimbulkan bendungan ASI).
Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (Dalam masa laktasi, bila ibu tidak
menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka
akan menimbulkan bendungan ASI), faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar
(teknik yang salah dalam menyusui dapat menyebabkan puting susu menjadi lecet
dan menyimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya bayi tidak mau
menyusu bayinya dan terjadi bendungan ASI).
Puting susu terbenam (puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi
dalam menyusu. Karena bayi tidak dapt menghisap puting dan areola, bayi tidak
mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI). Dan puting susu terlalu
panjang (puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi
menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus
laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan
bendungan ASI).
2. Patofisiologi
Sesudah bayi dan plasenta lahir, kadar Estrogen dan Progesteron turun
dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya
-
24
prolaktin waktu hamil, dan sangat dipengaruhi estrogen, tidak dikeluarkan lagi,
dan terjadi sekresi prolaktin oleh hypopisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-
alveolus kelenjar mamae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya
dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitelialyang
mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut.
Pada permulaan nifas apabila bayi belum mampu menyusu dengan baik,
atau kemudian apabila terjadi kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan
sempurna, terjadi pembendungan air susu. Kadang-kadang pengeluaran susu juga
terhalang sebab duktuli laktiferi menyempit karena pembesaran vena serta
pembuluh limfe.(22)
3. Tanda dan Gejala
Perlu dibedakan antara payudara bengkak dan payudara penuh. Pada
payudara bengkak: payudara odem, sakit, putting susu kencang, kulit mengkilat
walau tidak merah, dan ASI tidak keluar kemudian badan menjadi demam setelah
24 jam. Sedangkan pada payudara penuh: payudara terasa berat, panas dan keras.
Bila ASI dikeluarkan tidak ada demam.
Adapun tanda dan gejala bendungan ASI, yaitu: buah dada penuh, berat,
nyeri dan bengkak, sakit 3-5 hari pada masa nifas, puting susu kencang, kulit
mengkilat warnanya kemerahan, suhu tubuh mencapai 38’c, payudara panas serta
keras, pada perabaan dan nyeri dan ASI keluar tidak lancar.(21)
4. Diagnosis
Untuk menegakan diagnose maka dilakukan pemeriksaan payudara dan
pemeriksaan harus dikerjakan dengan sangat hati-hati, tidak boleh kasar dan
-
25
keras. Tidak jarang palpasi yang keras menimbulkan petechienecchymoses
dibawah kulit.Orang sakit dengan lesi ganas tidak boleh berulang-ulang diperiksa
oleh dokter atau mahasiswa karena kemungkinan penyebaran.Pemeriksaan
payudara dilakukan.
Pemeriksaan inspeksi (periksa pandang) dilakukan pada ibu untuk melihat
tanda-tanda infeksi pada payudara, pertama perhatikan kesimetrisan payudara
dengan posisi ibu duduk, tangan ibu disamping dan sesudah itu dengan kedua
tangan ke atas, selagi pasien duduk. Kita akan melihat dilatasi pembuluh-
pembuluh balik dibawah kulit akibat pembesaran tumor jinak atau ganas dibawah
kulit. Perlu diperhatikan apakah kulit pada suatu tempat menjadi merah, misalnya
oleh mastitis karsinoma.
Edema kulit harus diperhatikan pada tumor yang terletak tidak jauh
dibawah kuli. Kita akan melihat jelas edema kulit seperti gambaran kulit jeruk
(peaud’ orange) pada kanker payudara. Pada saat akan dilakukan palpasi (periksa
raba) ibu harus tidur tangan yang dekat dengan payudara yang akan diraba
diangkat ke bawah kepala dan payudara ibu diperiksa secara sistematis bagian
medial lebih dahulu dengan jari-jari yang harus ke bagian laternal. Palpasi ini
harus meliputi seluruh payudara, bila dilakukan secara sirkuler dari parasternal
kearah garis aksila belakang, dan dari subklavikular kearah paling distal.
Setelah palpasi payudara selesai, dimulai dengan palpasi aksila dan
supraklavikular. Untuk pemeriksaan aksila ibu harus duduk, tangan aksila yang
akan diperiksa dipegang oleh pemeriksa, dan dokter pemeriksa mengadakan
palpasi aksila dengan tangan yang kontralaternal dari tangan sipenderita.(22)
-
26
5. Pencegahan
Tindakan pencengahan dalam mencegah terjadinya bendugan ASI adalah
menyusui bayi segara setelah lahir dengan posisi dan perlekatan yang benar,
keluarkan ASI dengan tangan/ pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi, dan
jangan memberikan minuman lain pada bayi.
Mencegah terjadinya payudara bengkak seperti: jangan dibersihkan
dengan sabun; gunakan teknik menyusui yang benar; putting susu dan aerola
mamae harus selalu kering setelah selesai menyusui; jangan pakai bra yang tidak
dapat menyerap keringat; susukan bayi sesegara setelah lahir; keluarkan sedikit
ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek; keluarkan ASI sebelum
menyusui atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan ASI laksanakan
perawatan payudara setelah melahirkan.(20)
6. Penatalaksaan
Penatalaksanaan bila ibu menyusui bayinya: untuk mengurangi rasa sakit
pada payudara berikankompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek, lalu
keluarkan sedikit ASI sehingga payudara lebih mudah ditangkap oleh bayi,
kemudian sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI, untuk mengurangi rasa sakit
berikan kompres dingin.Lakukan masase payudara, tetap mengeluarkan ASI
sesering mungkin yang diperlukan sampai bendungan teratasi, dan bila bayi
belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa dan berikan
pada bayi dengan cangkir dan sendok.
Penatalaksanaan bila ibu tidak menyusui bayinya: sangga payudara;
kompres dingin pada payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit;
-
27
bila diperlukan berikan parasetamol 500mg peroral setiap 4 jam dan jangan pijat
atau memakai kompres hangat pada payudara.(19)
2.2.4. Frekuensi Menyusui
Rentang yang optimal adalah antara 8 hingga 12 kali setiap hari. Meskipun
mudah untuk membagi 24 jam menjadi 8 hingga 12 kali menyusui dan
menghasilkan perkiraan jadwal, cara ini bukan merupakan cara makan sebagian
besar bayi. Banyak baik dalam rentang beberapa jam menyusu sebagai respons
isyarat bayi dan berhenti menyusui bila bayi tampak kenyang (isyarat kenyang
meliputi relaksasi seluruh tubuh, tidur saatmenyusu dan melepaskan puting.(17)
Pada bayi lahiran menyusu lebih sering, rata-rata adalah 10-12 kali
menyusu tiap 24 jam atau bahkan 18 kali. Bayi yang sehat dapat mengosongkan
satu payudara sekitar lima sampai tujuh menit, sedangkan ASI dalam lambung
bayi akan kosong dalam waktu dua jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola
yang teratur dalam meyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2
minggu kemudian.(23)
Sehingga semakin sering bayi menyusu ASI, rata-rata 12-15 kali dalam 24
jam dan semakin lama waktunya, maka akan semakin banyak produksi ASI dan
pengeluaranASI berjalan dengan lancar. Jika seorang ibu memilki kepercayaan
diri yang tinggi, dia akan berusaha untuk menyusukan payudaranya sedini
mungkin, sesering mungkin dan selama mungkin pada bayinya sehingga produksi
ASInya berlimpah dan pengeluarannya lancar. Sebaliknya jika ibu memiliki
presepsi bahwa ASInya tidak banyak atau tidak cukup, maka ASI yang keluar
juga sedikit.(24)
-
28
Seorang bayi yang menyusu sesuai permintaannya bisa menyusu sebanyak
12-15 kali dalam 24 jam. Biasanya, ia langsung mengosongkan payudara pertama
dalam beberapa menit. Frekuensi menyusui itu dapat diatur sedemikian rupa
dengan membuat jadwal rutin, sehingga bayi akan menyusu sekitar 5-10 kali
dalam sehari.(25)
Studi yang dilakukan terhadap 32 ibu dengan bayi premature
menyimpulkan bahwa produksi ASI akan optimal dengan pemompaan ASI lebih
dari 5 kali perhari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan
dilakukan karena bayi premature belum dapat menyusu. Studi lain yang dilakukan
pada ibu dengan bayi cukup bulan menunjukan bahwa frekuensi penyusunan 10 ±
3 kali per hari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan
produksi ASI yang cukup. Berdasarkan hal ini, direkomendasikan penyusuan
paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi
penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar
payudara.(26)
2.2.5. Durasi Menyusui
Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwalkan, sehingga tindakan
menyusui bayi dilakukan setiap saat bayi membutuhkan karena bayi akan
menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi
menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan atau sekedar
ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat
dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung
bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola
-
29
yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2
minggu kemudian.
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi
sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui
tanpa jadwal sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui.
Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila
sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI.
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara sebaiknya setiap
kali menyusui harus dengan kedua payudara. Ibu berusaha menyusui sampai
payudara terasa kosong agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali
menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa
menyusui sebaiknya ibu menggunakan bra yang dapat menyangga payudara,
tetapi tidak terlalu ketat.(27)
Lama menyusui bayi berbeda-beda sesuai dengan pola hisap bayi. Bayi
sebaiknya menyusu 10 menit pada payudara yang pertama, karena daya isap
masih kuat, dan 20 menit pada payudara yang lain karena daya hisap bayi mulai
melemah. Selama periode baru lahir, waktu menyusui bayi 20-45 menit, durasi
menyusui juga berpengaruh terhadap ejeksi secara negatif seperti putting susu
lecet, payudara bengkak, dan bendungan ASI.
Durasi yang baik saat menyusui menurut Sentra Laktasi Indonesia
sebaiknya 20-30 menit. Dengan durasi menyusui yang normal yaitu ketika
payudara sudah terasa kosong dan bayi terasa puas saat menyusu akan
-
30
mengurangi resiko terjadinya infeksi pada payudara yaitu mastitis yang
disebabkan oleh bendungan ASI.(8)
Semakin sering bayi menyusu ASI dan semakin panjang durasinya 20-30
menit maka akan semakin banyak produksi ASI dan pengeluarannya akan berjalan
dengan lancar. Beberapa ibu mencoba menidurkan bayi mereka sepanjang malam
tanpa disusui. Sebenarnya, akan lebih baik bila ibu menyusui bayinya pada waktu
malam hari, karena sekresi ASI akan bertambah lebih banyak bila ibu menyusui
bayi diwaktu malam hari. Menyusui dimalam hari sangat penting, karena akan
membantu menjaga pasokan ASI karena bayi mengisap lebih sering dan akan
sangat bermanfaat bagi ibu bekerja.(24)
2.3. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara mengenai
kemungkinan hasil dari suatu penelitian.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ha : Ada hubungan frekuensi dan durasi menyusui dengan kejadian bendungan
ASI pada ibu nifas di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun
2019.
Ho : Tidak ada hubungan frekuensi dan durasi menyusui dengan kejadian
bendungan ASI pada ibu nifas di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi
Tahun 2019.
-
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah
survei analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa
fenomena itu terjadi, dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk
menjelaskan hubungan frekuensi dan durasi menyusui dengan kejadian
bendungan asi pada ibu nifas Di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun
2019.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan Di Praktek Bidan Mandiri Romauli
Silalahiyang terletak di jalan Marelan Raya Gg. Sepakat Lingkungan VII
Kelurahan Rengas PulauKec. Medan Marelan Kab. Medan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-September2019, mulai
survei awal, penelusuran daftar pustaka, konsultasi judul, analisis data sampai
sidang akhir.
-
32
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah bagian keseluruhan objek atau objek yang diteliti.
(28)Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas dari bulan Juli sampai
bulan September sebanyak 30 orangDi Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan teknik accidental sampling yaitu pengambilan sampel
secara kebetulan tanpa direncanakan.(28)Sampel yang diambil adalah ibu nifas
dari bulan Juli sampai bulan September sebanyak 30orangDi Praktek Bidan
Mandiri Romauli Silalahi.
3.4. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini tentang Hubungan
Frekuensi Dan Durasi Menyusui Dengan Kejadian Bendungan ASI Pada Ibu
Nifas Di Praktek Bidan Mandiri Romauli SilalahiTahun 2019.
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Bendungan ASI
Frekuensi
Menyusui
Durasi Menyusui
-
33
3.5. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran
3.5.1. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah batasan yang digunakan untuk mendefinisikan
variabel-variabel atau faktor-faktor yang mempengaruhi variabel yang ada di
dalam penelitian yaitu :
1. Frekuensi menyusui adalah jumlah atau banyaknya,ibu yang menyusuibayi 8-
12 kali setiap hari.
2. Durasi menyusui adalah lama waktu (menit) yang dibutuhkan ibu dalam
memberikan ASI untuk masing-masing payudara.
3. Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara ibu nifas
seperti bengkak, nyeri sehingga terhambatnya pengeluaran ASI.
3.5.2. Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran adalah aturan-aturan yang meliputi cara dan alat ukur
(instrumen), hasil pengukuran, kategori, dan skala ukur yang digunakan untuk
meliputi suatu variabel.
a. Frekuensi Menyusui
Aspek Pengukuran frekuensi didasarkan pada jawaban responden dari
semua jawaban yang diberikan dengan menggunakan 2 kategori yaitu optimal (8-
12 kali setiap hari), dan tidak optimal (
-
34
menit), dan tidak lama (
-
35
2. Data Sekunder
Pengumpulan data dalam pengisian kuesioner ini juga menggunakan data
sekunder yaitu dimana peneliti mendapat data secara langsung dari Praktek Bidan
Mandiri Romauli Silalahi.
3. Data Tertier
Data tertier adalah data yang diperoleh dari naskah yang sudah
dipublikasikan. Misalnya WHO, ASEAN, SDKI, dan Profil Kesehatan Sumatera
Utara.
3.7. Metode Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang digunakan peneliti secara komputerisasi.
Data yang terkumpul diolah dengan dengan komputerisasi dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Proses Collecting
Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner, angket maupun observasi.
2. Proses Checking
Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner atau lembar
observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan
data memberikan hasil yang valid dan realiabel, dan terhindar dari bias.
3. Proses Coding
Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabel-variabel
yang teliti.
-
36
4. Proses Entering
Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yangmasih
dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan dalam program komputer
yang digunakan peneliti SPSS.
5. Data Processing
Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi komputer akan diolah sesuai
dengan kebutuhan dari penelitian.
3.8. Analisis Data
3.8.1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan data yang dilakukan
pada tiap variabel dari hasil penelitian. Data disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi.
3.8.2. Analisis Bivariat
Setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel pada penelitian ini
maka dilanjutkan pada bivariat. Untuk mengetahui hubungan (kolerasi) antara
variabel bebas (Independen variable) dengan variabel terikat (Dependen
variable).
Untuk membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara variabel
bebas dengan variabel terikat di gunakan analisis Chi sguare, pada batas
kemaknaan perhitungan statistik p value (0,05). Apabila hasil perhitungan
menunjukkan nilai p < p value (0,05) maka dikatakan (Ho) ditolak dan Ha
diterima, artinya kedua variabel secara statistik mempunyai hubungan yang
-
37
signifikan. Kemudian untuk menjelaskan adanya asosiasi (hubungan) antara
variabel terikat dengan variabel bebas digunakan analisis tabulasi silang.
-
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Sejarah Di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi
Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahiini terletak di kota Medan
Kecamatan Medan Marelan Kabupaten Kota Medan yang terdiri dari 21
Kecamatan dengan jumlah kelurahan/desa 5 dan terdiri 7 pasar. Dimana sekarang
Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahimemiliki dua klinik yaitu Klinik yang
pertama bertempat di jalan Marelan Raya pasar 4 gang sepakat lingkungan 8
kelurahan Rengas pulau Kecamatan Medan Marelan Kabupaten Kota Medan dan
Klinik yang kedua bertempat di jalan Titi pahlawan gang PLN Paya Pasir
Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan Kabupaten Kota Medan.
Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi berdiri sejak tahun 2006 dengan
memberikan pelayanankepada masyarakat sampai sekarang dan semakin
meningkat. Fasilitas yang tersedia di Praktek Bidan Mandiri Romauli
Silalahiyaitu klinik bersalin yang telah memenuhi standar pelayanan. Terdapat 9
pegawai, ruang inap terdapat 8 bed, ruang VK 2 bed, Ruang periksa terdapat 4
4.1.2. Letak Geografis
Lokasi penelitian ini adalah di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi,
yang terletak di jalan Jl. Marelan Raya Pasar IV Gg. Sepakat, Kelurahan Rengas
Pulau Kecamatan Medan Marelan, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Paya Pasir
2. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Marelan pasar IV
-
39
3. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Lingkuran 27 Marelan
4. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Marelan pasar III.
4.1.4. Letak Demografis
Lama lokasi di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahiyang bertempat di
Jl. Marelan Raya pasar IV Gg. Sepakat lingkungan VIII kel. Rengas Pulau kec.
Medan Marelan Kab. Medan, Luas daerah 26 Km dengan jumlah yang berada di
wilayah Desa Marelan Kelurahan Rengas Pulau adalah sampai tahun 2016 kepala
keluarga sebanyak 2.284 jiwa. Fasilitas yang tersedia di Praktek Bidan Mandiri
Romauli Silalahiyaitu Klinik Bersalin, Kecantikan, Iva, melangsingkan badan,
sulam alis, mancungkan hidung, derma, SPA, dan vagina ozon, suntik pemutih.
4.1.5. Struktur Organisasi
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi
Tahun 2019
Pemilik
Romauli Silalahi, SST,MGBT
Pegawai
Ani Wardani Hasibuan, AM.Keb
Pegawai
ParidatunRosida Nasution, AM.Keb
Pegawai
Juliani Safitri, AM.Keb
Pegawai
Kristin Hutabarat, AM.Keb
Pegawai
Helen Marlina, AM.Keb
Pegawai
Desi Rosipa Pasaribu, AM.Keb
Pegawai
Yosepin, AM.Keb Pegawai
Erwin Saleh, AM.Kep
Pegawai
Sri Wahyuni, AM.Keb
-
40
4.2. Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai “Hubungan Frekuensi Dan Durasi
Menyusui Dengan Kejadian Bendungan ASIYang Di Lakukan Di Praktek Bidan
Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019”dengan jumlah sampel 30 responden, maka
dapat disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :
4.2.1. Karakteristik Responden
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan
Paritas di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019
No. Umur Ibu Jumlah
F %
1.
2.
< 20 Tahun
20 – 35 Tahun
1
29
3,3
96,7
Total 30 100
Paritas
1.
2.
Primipara
Multipara
12
18
40,0
60,0
Total 30 100
Berdasarkan tabel 4.1 distribusi frekuensi umur ibu nifas dari 30
responden mayoritas berada pada kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 29
responden dengan presentase 96,7 dan minoritas berada pada kelompok umur
-
41
4.2.2. Analisa Univariat
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tentang Frekuensi Menyusui Dengan Kejadian
Bendungan ASI Di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019.
No. Frekuensi Menyusui Jumlah
F %
1.
2.
Optimal
Tidak Optimal
13
17
43,3
56,7
Total 30 100
Berdasarkan tabel 4.2 distribusi frekuensi tentang frekuensi menyusui
dengan kejadian bendungan ASI dari 30 responden mayoritas berada pada
kelompok frekuensi tidak optimal sebanyak 17 orang dengan presentase 56,7 dan
minoritas berada pada kelompok frekuensi optimal sebanyak 13 orang dengan
presentase 43,3 di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahitahun 2019.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Durasi Menyusui Dengan Kejadian Bendungan
ASi Di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019.
No. Durasi Menyusui Jumlah
F %
1.
2.
Lama
Tidak Lama
14
16
46,7
53,3
Total 30 100
Berdasarkan tabel 4.3 distribusi frekuensi durasi menyusui dengan
kejadian bendungan ASI dari 30 responden mayoritas berada pada kelompok tidak
lama sebanyak 16 orang dengan presentase 53,3 dan minoritas berada pada
kelompok lama sebanyak 14 orang dengan presentase 46,7di Praktek Bidan
Mandiri Romauli Silalahi tahun 2019.
-
42
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kejadian Bendungan ASI Di Praktek Bidan
Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019.
No. Kejadian Bendungan ASI Jumlah
F %
1.
2.
Tidak Terjadi
Terjadi
13
17
43,3
56,7
Total 30 100
Berdasarkan tabel 4.4 distribusi frekuensi kejadian Bendungan ASI dari 30
responden, mayoritas berada pada kelompok terjadi bendungan ASI sebanyak 17
orang dengan presentase 56,7 dan minoritas pada kelompok tidak terjadi
bendungan ASI sebanyak 13 orang dengan presentase 43,3 di Praktek Bidan
Mandiri Romauli Silalahi tahun 2019.
4.2.3. Analisis Bivariat
Tabel 4.5 Tabulasi Silang Antara Hubungan Frekuensi Menyusui Dengan
Kejadian Bendungan ASI di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019.
No. Frekuensi
Kejadian Bendungan ASI
Jumlah p
value Terjadi
Tidak
terjadi
f % f % f %
1 Optimal 4 13,3 9 30,0 13 43,3
0,033 2 Tidak Optimal 13 43,3 4 13,3 17 56,7
Total 17 56,7 13 43,3 30 100
Berdasarkan tabel 4.5.menunjukan hasil tabulasi silang frekuensi
menyusui dengan kejadian bendungan ASI dari 17 orang frekuensi tidak optimal
yang terjadi bendungan ASI sebanyak 13 orang dengan presentase 43,3, yang
tidak terjadi bendungan ASI sebanyak 4 orang dengan presentase 13,3, sedangkan
dari 13 orang frekuensi optimal yang terjadi bendungan ASI sebanyak 4 orang
dengan presentase 13,3, dan yang tidak terjadi bendungan ASI sebanyak 9 orang
dengan presentase 30,0.
-
43
Hasil uji statistic Chi-square antara variabel frekuensi menyusui dengan
kejadian bendungan ASI menunjukan nilai p value 0,033 dimana p value <
a=0,05 maka ada hubungan antara frekuensi menyusui dengan kejadian
bendungan ASI di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019.
Tabel 4.6 Tabulasi Silang Durasi Menyusui Dengan Kejadian Bendungan ASI di
Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019.
No. Durasi
Kejadian Bendungan ASI Jumlah p
value Terjadi Tidak terjadi
f % f % f %
1 Lama 4 13,3 10 33,3 14 46,7
0,011 2 Tidak Lama 13 43,3 3 10,0 16 53,3
Total 17 56,7 13 43,3 30 100
Berdasarkan tabel 4.6.menunjukan hasil tabulasi silang durasi menyusui
dengan kejadian bendungan ASI dari 16 orang yang durasi tidak lama terjadi
bendungan ASI sebanyak 13 orang dengan presentase 43,3, yang tidak terjadi
bendungan ASI sebanyak 3 orang dengan presentase 10,0, sedangkan dari 14
orang yang durasi lama terjadi bendungan ASI sebanyak 4 orang dengan
presentase 13,3, dan yang tidak terjadi bendungan ASI sebanyak 10 orang dengan
presentase 33,3.
Hasil uji statistic Chi-square antara variabel durasi menyusui dengan
kejadian bendungan ASI menunjukan nilai p value 0,011 dimana p value <
a=0,05 maka ada hubungan antara durasi menyusui dengan kejadian bendungan
ASI di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019.
-
44
4.3. Pembahasan
4.3.1. Hubungan Frekuensi Menyusui Dengan Kejadian Bendungan ASI Pada Ibu Nifas Di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun
2019
Hasil chi-square pada tingkat kepercayaan 95% dengan nilai p-value 0,033
yang berarti lebih kecil α (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi menyusui dengan
bendungan ASI di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019.
Penelitian yang dilakukan oleh Shinta dengan judul Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Terjadinya Pembengkakan Payudara Pada Ibu Postpartum
Di Rumah Sakit Pondok Indah Tahun 2015. Hasil penelitian menunjukan bahwa
responden yang terjadi pembengkaakan payudara lebih tinggi pada frekuensi
menyusui
-
45
sebanyak 12-15 kali dalam 24 jam. Biasanya, ia langsung mengosongkan
payudara pertama dalam beberapa menit. Frekuensi menyusui itu dapat diatur
sedemikian rupa dengan membuat jadwal rutin, sehingga bayi akan menyusu
sekitar 5-10 kali dalam sehari.(25)
Menurut asumsi peneliti pada hasil wawancara yang diperoleh pada saat
penelitian, hal ini disebabkan karena kurangnya informasi yang didapat mengenai
manfaat pemberian ASI dan pentingnya menyusui bayi secara optimal sehingga
pengeluaran ASI pada ibu tidak lancar dan menyebabkan ibu nifas jarang
menyusui bayinya. Akibatnya ibu nifas sering memberikan susu formula kepada
bayinya. ASI yang menumpuk dipayudara karena tidak dikeluarkan dapat
menghambat saluran pengeluaran ASI sehingga pengeluaran ASI yang tidak
lancar akan menyebabkan Bendungan ASI.
4.3.2. Hubungan Durasi Menyusui Dengan Bendungan ASI Pada Ibu nifas Di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019
Hasil chi-square pada tingkat kepercayaan 95% dengan nilai p-value
0,011yang berarti lebih kecil α (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antaradurasi menyusui dengan
bendungan ASI di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019.
Penelitian yang dilakukan oleh Nu’azimah yang berjudul faktor yang
berhubungan dengan bendungan ASI pada ibu post Partum dikelurahan Beting
Kuala Kapias Kecamatan teluk Nibung Tahun 2018. Hasil penelitian
menunjukkan ada hubungan frekuensi menyusui dengan kejadian bendungan ASI
di Kelurahan Beting Kuala Kapias Kecamatan Teluk Nibeng dengan nilai
p=(0,026)
-
46
Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwalkan, sehingga tindakan
menyusui bayi dilakukan setiap saat bayi membutuhkan karena bayi akan
menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi
menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan atau sekedar
ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat
dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung
bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola
yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2
minggu kemudian.
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi
sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui
tanpa jadwal sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui.
Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila
sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI.
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara sebaiknya setiap
kali menyusui harus dengan kedua payudara.Ibu berusaha menyusui sampai
payudara terasa kosong agar produksi ASI menjadi lebih baik.Setiap kali
menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa
menyusui sebaiknya ibu menggunakan bra yang dapat menyangga payudara,
tetapi tidak terlalu ketat.(27)
Menurut asumsi peneliti pada hasil wawancara yang diperoleh pada saat
penelitian, ibu nifas yang durasi menyusui tidak lama kepada bayinyaakan
mengakibatkan kepada ibu yaitu terjadinya bendungan ASI. Faktor yang
-
47
menyebabkan ini juga karena ibu yang pekerja.Ibu yang bekerja dianjurkan agar
lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari
akan memicu produksi ASI. Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua
payudara sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Durasi
menyusui dapat memerah ASI untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat
pembengkakan, bisa juga dengan teknik memijat payudara sebelum menyusui dan
memastikan pelekatan sudah baik atau menggunakan kompres hangat di antara
waktu menyusui. Jika durasi pemberian ASI dilakukan secara teratur maka tidak
akan terjadi pembengkakan pada ibu nifas.
-
48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian tentanghubungan frekuensi dan durasi
menyusui dengan kejadian bendungan ASI pada ibu nifas di praktek bidan
mandiri romauli silalahi tahun 2019 maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Ada hubungan durasi menyusui dengan kejadian bendungan ASI pada ibu
nifas di Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi Tahun 2019, dengan nilai
chi-square p value 0,011
-
49
5.2.2. Secara Praktis
1. Bagi Ibu Nifas
Disarankan kepada ibu nifas untuk mencari tahu tentang durasi menyusui yang
lama dan frekuensi menyusui yang optimal agar terhindar dari bendungan
ASI.
2. Bagi Praktek Bidan Mandiri Romauli Silalahi
Diharapkan kepada Bidan agar dapat memberikan informasi dan konseling
serta penyuluhan tentang durasi menyusui dan frekuensi menyusui kepada
seluruh ibu yang menyusui dan mendampingi ibu secara langsung dengan
mempraktikkan cara menyusui yang benar kepada ibu guna untuk mencegah
terjadinya bendungan ASI.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Disarankan bagi peneliti selanjutnya dapat menambah referensi,dan
disarankan untuk mengembangkan penelitian tentang bendungan ASI dengan
variabel yang berbeda.
-
50
DAFTAR PUSTAKA
1. Tuti Meihartati. Hubungan Antara Perawatan Payudara Dengan Kejadian
Bendungan ASI (Engorgement) Pada Ibu Nifas. 2017;
2. Lilis Nurul Khusna. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Bendungan
ASI Di BPM Ida Riyani Magelang Tahun 2015. 2015;
3. Hadianti DN, Resmana R. Pijat Oksitosin dan Frekuensi Menyusui
Berhubungan dengan Waktu Pengeluaran Kolostrum pada Ibu Post Sectio
Caesarea di RS Kota Bandung. J Ners dan Kebidanan Indones.
2017;4(3):148–56.
4. Survey Demogravi Kesehatan Indonesia. 2017;
5. Suhartika Fd. Peningkatan Pengetahuan Tentang Posisi, Langkah Menyusui
yang Benar dan Frekuensi Serta Lama Menyusui Terhadap Perilaku
Menyusui Pada Ibu Pasca Salin Dikota Bogor.J. Bidan. 2015;
6. Syukur P, Maha Y, Kesehatan P, Ri K, Kesehatan P KK. Profil Kesehatan
Sumatera Utara. 2016;
7. Nurhayati F SA. Pospartum Tentang Teknik Pkm Melong Asih Kota Cimahi
Periode Juni-Agustus. 2016;
8. Ardyan RN. Hubungan Frekuensi dan Durasi Pemberian ASI dengan
Kejadian Bendungan ASI pada Ibu Nifas. Poltekkes Majapahit. 2010;
9. Nu’azimah. faktor yang berhubungan dengan bendungan ASI pada ibu post
partum dikelurahan Beting kuala Kapias Kecamatan Teluk Nibuang. hijrana
bahar. 2017;4:1.
10. Hastuti Anur HS. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan ASI Di
Klinik Bersalin Utami Nugroho Puro Karang Malang Sragen. 2013;
11. sulistiyah. hubungan antara frekuensi ibu menyusui pada bayi 0-6 bulan
dengan kelancaran ASI. Hesti Wira Sakti. 2016;4:2.
12. Shinta Anggraeni. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya
Pembengkakan Payudara Pada Ibu Postpartum di Rumah Sakit Pondok Indah
Tahun 2015. 2016;
13. Andina Vita Sutanto. asuhan kebidanan nifas dan menyusui. yogyakarta:
Pustaka Baru Press; 2018. 7 p.
14. Yusari Asih, Hj.Risneni. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Ari
M@ftuh. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media; 2016. 1 p.
15. Astuti DS, Dr. Raden Tina Dewi Judistiani, Rahmiati L, Susantii AI. Asuhan
Kebidanan Nifas dan Menyusui. Desain Astikawati, editor. jakarta: Erlangga;
2018. 6 p.
16. Reni Yuli Astutik. Buku Ajar Asuhan kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.
Taufik Ismail, editor. jakarta: CV. Trans Info Media; 2015. 5 p.
17. Nina Siti Mulyani. ASI dan Panduan Ibu Menyusui. yogyakarta: Nuha
Medika; 2014. 5 p.
18. Pollard M. ASI Asuhan Berbasis Bukti. Eka Anisa Mardella, editor. jakarta:
Buku Kedokteran; 2017. 49 p.
19. Yefi Marliandiani, Nyna Puspita Ningrum. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Pada Masa Nifas dan Menyusui. Tri Utami, editor. jakarta: Salemba Medika;
2015. 58 p.
-
51
20. Reni Yuli Astutik. Payudara dan Laktasi. Akila Suslia, editor. jakarta:
Salemba Medika; 2014. 41 p.
21. Kiki Sulistiyani. Buku Pintar ASI dan Menyusui. Jakarta Selatan: Noura
Books; 2014. 17 p.
22. Ai Yeyeh Rukiah, Lis Yulianti. Asuhan Kebidanan IV. jakarta: CV. Trans
Info Media; 2015. 30 p.
23. Reni Yuli Astutik. Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika; 2017. 61
p.
24. Dwi Sartika Wijaya. Asuhan Kebidanan Payudara dan Laktasi. 2014.
25. Dwi Sunar Prasetyono. buku pintar ASI eksklusif. Munnal Hani’ah, editor.
yogyakarta: DIVA Perss; 2017. 137 p.
26. Siti Nur Khamzah. Segudang Keajaiban ASI Yang Harus Anda Ketahui.
Dirusdi Toanto, editor. yogyakarta: FlasBooks; 2015. 53 p.
27. Rudi Haryono. Asuhan Kebidanan ASI dan Menyusui. 2014.
28. Iman Muhammad. Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang
Kesehatan. Bandung: Cipta Pustaka Media Printis; 2015.
-
52
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN FREKUENSI DAN DURASI MENYUSUI DENGAN
KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS
DI PRAKTEK BIDAN MANDIRI ROMAULI
SILALAHI TAHUN 2019
Tgl pemberian kuesioner :
No Identitas Responden :
A. Petunjuk Menjawab Pertanyaan: 1. Baca dan pahamilah pertanyaan dengan baik 2. Isi setiap pertanyaan dengan benar baik tanpa rekayasa 3. Pilih salah satu jawaban yang dianggap paling benar dengan menggunakan
tanda checklist (√)
4. Setelah selesai periksa kembali jawaban anda sebelum diserahkan kembali kepada peniliti.
B. Identitas Responden Nama Responden :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
Persalinan ke :
C. Frekuensi Menyusui 1. Apakah ibu menyusui 8-12 kali setiap hari?
Ya
Tidak
D. Durasi Menyusui
1. Apakah ibu menyusui 20-30 menit untuk masing-masing payudara?
Ya
Tidak
E. Bendungan ASI
1. Apakah terjadi bendungan ASI pada ibu nifas?
Ya
Tidak
Lampiran 1
-
MASTER TABEL
HUBUNGAN FREKUENSI DAN DURASI MENYUSUI DENGAN BENDUNGAN ASI
PADA IBU NIFAS DI PRAKTEK BIDAN MANDIRI