forest management - departemen manajemen...

2
H utan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik, baik secara perorangan maupun kelompok dengan status di luar kawasan hutan Negara. Hutan rakyat di kelola oleh masyarakat untuk dimanfaatkan baik dari segi ekonomi maupun jasa lingkungannya. Hutan rakyat di pulau Jawa mengalami peningkatan dan bertolak belakang dengan luasan hutan rakyat di luar pulau Jawa. Petani hutan rakyat khususnya di pulau Jawa tidak menjadikan hasil hutan rakyat terutama hasil hutan kayu sebagai mata pencaharian utamanya, tetapi hanya dijadikan sebagai mata pencaharian sampingan. Hasil kayu hutan rakyat biasanya menggunakan system tebang butuh, dimana para petani hutan rakyat hanya memanen hasil hutan kayu jika ada keperluan yang mengeluarkan uang tidak sedikit, sehingga para petani hutan rakyat menjual hasil hutan rakyat berupa kayu untuk memenuhi keperluan petani itu sendiri. Lahan yang digunakan di hutan rakyat milik siapa? Menurut Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman MA, Dosen Manajemen Hutan FAHUTAN IPB, Lahan milik hutan rakyat, adalah milik investor dan ada pula yang berpendapat milik perorangan. Nah, jadi lahan yang digunakan sebagai hutan rakyat biasanya hak milik petani hutan rakyat itu sendiri, tetapi dengan luasan hutan yang tidak terlalu luas, tidak memungkiri juga bila ada yang milik investor sedangkan petani hutan rakyat hanya mengelola. Hutan rakyat pada umumnya adalah milik perorangan yaa teman-teman. Hasil hutan rakyat khususnya hasil hutan kayu biasanya dipasarkan melalui koperasi atau tengkulak. Pembeli kayu hutan rakyat biasanya membeli kayu dalam bentuk pohon yang berdiri, sehingga petani hutan rakyat tidak lagi mengeluarkan biaya untuk memanen hasil hutan kayu tersebut karena biaya pemanenan basanya dilimpahkan ke pembelinya. Jika mengukur pengetahuan petani berdasarkan silvikuktur modern, dapat dikatakan pengetahuan petani tentang pengelolaan hutan rakyat masih rendah. Petani hutan rakyat umumnya mengelola hutan berasarkan cara yang mereka temukan sesuai dengan kondisi hutan yang ada di sekitar mereka atau local wisdom. Prof. Dudung menambahkan, Pendampingan rutin dari LSM atau aktivis kehutanan dapat memberikan dampak positif maupun negatif bagi petani hutan rakyat. Dampak positifnya yaitu petani hutan rakyat dapat lebih mengetahui bagaimana cara mengelola hutan rakyat dengan baik dan benar sehingga dapat menghasilkan pendapatan yang optimal. Selain memiliki dampak positif, hal itu juga dapat memberikan dampak negatif loh antara lain petai hutan rakyat dapat menjadikan hal tersebut sebagai kesempatan untuk mencari uang lebih baik itu dari LSM ataupun aktivis kehutanan dan tidak berfokus ke hutan rakyatnya.. Banyak orang yang menghawatirkan hutan rakyat akan hilang perlahan-lahan. Namun, fakta menunjukkan secara statisik produksi hutan rakyat semakin dominan, khususnya di pulau Jawa. Artinya, perkembangan hutan rakyat semakin naik. Pembangunan- pembangunan yang ada tidak begitu berdampak terhadap hutan rakyat, karena hutan rakyat umumnya berada pada lahan marginal. Namun, jika ada investor yang melakukan pembangunan pada lahan hutan rakyat dengan luasan yang besar, maka hal tersebut dapat mengancam keberadaan hutan rakyat. Melihat kondisi sekarang, Dosen Manajemen hutan , Dr. Ir. Leti Sundawati, M.Sc menyebutkan tren hutan rakyat semakin meningkat, dibuktikan dengan banyaknya masyarakat yang tertarik menanam pohon. Lahan yang sebelumnya sawah, kebun dan lahan kosong sekarang ini banyak ditanami pohon. Tren ini banyak terjadi khususnya di Pulau Jawa, namun di luar Pulau Jawa pun mulai meningkat hutan rakyat ini. Tren ini terjadi akibat kurangnya suplai kayu untuk pasar seperti industri pulp and paper yang umumnya dipenuhi oleh HTI, sedangkan kayu untuk konstruksi dan mebel umumnya didapat dari hutan alam atau pun Perhutani khususnya jenis jati. Kurangnya suplai kayu ini menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan pasar dan menyebabkan harga kayu naik. Keadaan seperti itu menjadikan masyarakat mulai tertarik untuk mulai menanam dan membangun hutan rakyat, karena bagi petani selagi menguntungkan pasti mereka akan melakukannya. Dengan masih baiknya harga kayu dipasaran, tren hutan rakyat akan semakin meningkat. Semakin menurunnya luas hutan alam dan semakin banyaknya lahan yang ditanami sawit, hutan rakyat dapat menjadi solusi bagi pemenuhan kayu di pasaran. Namun pada umumnya jenis- jenis pohon yang ditanami merupakan pohon cepat tumbuh, hal tersebut dirasa wajar karena petani ingin memperoleh hasil dengan cepat dan lahan yang dimiliki petani pun sempit. Manfaat hutan rakyat dari sudut pandang sosial menurut Dr. Leti bahwa hutan rakyat saat ini sedang berada di era sertifikasi, sehingga petani harus membentuk suatu kelompok tani yang memiliki manfaat sosial bagi para petani. Manfaat tersebut diantaranya timbul karena kerjasama diantara petani, serta proses belajar berorganisasi sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani jika dibandingkan yang bekerja perorangan dan membutuhkan pedagang perantara. Jika petani mampu berkelompok, mereka akan memiliki kekuatan tawar- menawar yang tinggi yang dibangun dari unsur sosial. Keuntungan yang lebih banyak atau meningkatnya pendapatan petani tersebut akan mempengaruhi keadaan rumah tangga dan kehidupan petani menjadi lebih sejahtera. Kehidupan petani yang sejahtera akan berpengaruh pada kehidupan sosial petani tersebut. Kesejahteraan petani dari hutan rakyat tersebut juga akan berpengaruh menurunnya pengangguran, kriminalitas, dan mengurangi jumlah penduduk yang ingin bekerja ke kota. Kendala yang dialami di hutan rakyat umumnya karena modal dan pengetahuan petani yang terbatas. Menurut Dr. Leti, pengetahuan terhadap jenis-jenis pohon, pengetahuan budidaya, serta pengetahuan tentang penanganan hama dan penyakit petani masihlah randah, karena pada umumnya pengetahuan yang diperoleh petani hanya secara turun- temurun. Umumnya hasil panen petani tergantung pembeli. Pembeli ini biasanya memborong suatu lahan dari petani dengan harga yang ditaksir dari luasan lahan. Harga dari cara tersebut tentunya merugikan petani karena umumnya harga taksiran akan lebih murah dari harga sebenarnya. Hal tersebut disebabkan karena pengetahuan petani yang kurang mengenai pengukuran volume pohon. Kendala lain dapat terjadi bila petani berangkat dari petani yang sebelumnya tidak biasa menanam pohon serta tidak jarang hutan rakyat yang merupakan investasi dari pihak pemilik lahan yang bukan warga sekitar namun mempekerjakan warga sekitar sebagai buruh tani di lahan tersebut. Menurut Dr. Sundawati, hutan rakyat yang berkomoditi pohon umumnya pekerjaan dominan dilakukan oleh laki-laki, namun tidak jarang wanita juga berperan dalam kegiatan hutan rakyat ini. Pada hutan rakyat komoditi pohon tidak jarang wanita berperan dalam pembersihan lahan dari gulma. Pada hutan rakyat yang menggunakan pola agroforestry umumnya wanita terlibat dalam pemanenan dan pengolahan hasil pertanian. Peran wanita umumnya dominan pada jenis hutan rakyat yang komoditinya hasil hutan bukan kayu seperti buah. Wanita berperan dominan dalam pengolahan hasil panen. Namun pada dasarnya dalam pemeliharaan hutan rakyat hanya membutuhkan tenaga kerja yang sedikit. Peran wanita ini juga dapat dipengaruhi oleh budaya setempat, seperti di daerah Kabupaten Simalungun Sumatera Utara yang pada umumnya laki-laki akan bekerja di luar desa, dengan demikian wanita akan berperan dominan dalam segala aspek pada hutan rakyat dari mulai menanam hingga pemasaran. Pentingnya hutan rakyat di era modern ini karena memiliki manfaat ekologi, seperti mengurangi global warming dan pengimbangan deforestasi. Manfaat ekonomi dan sosial juga banyak bagi kehidupan masyarakat atau petani. Hutan rakyat juga membantu dalam pemenuhan permintaan pasar yang diminta oleh konsumen. Hutan Rakyat Masa Kini dari aspek sosial & ekonomi Sumber: kehati.or.id Forest Management Buletin FMSC turun desa, buat persemaian bersama warga. rogram Bina Hutan Rakyat merupakan P program FMSC yang sudah berjalan sejak tahun 2015. Tahun ini FMSC melanjutkan program Bina Hutan Rakyat di Kampung Jeruk, Desa Nanggung, Kecamatan Sukaluyu, Kabupaten Bogor. Tujuan dari pelanjutan program ini adalah menghasilkan suatu output yaitu berupa hutan rakyat yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.Pelaksanaan tahapan pembuatan bedeng, persiapan bibit bakal tanam, serta penanaman telah selesai dilakukan sampai bulan Maret 2017. Kegiatan kali ini yang bertepatan dengan peringatan hari bumi tersebut merupakan kegiatan penutup dari tahap pelaksanaan pembinaan hutan rakyat di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Awal bulan Juni hingga hari ini, di tengah kesibukan Ujian Akhir Semeser genap dan persiapan untuk praktik lapang, tim BHR tetap menjalankan kegiatan rutinnya dalam melakukan monitoring terhadap pelaksanaan BHR di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Kegiatan tersebut berupa pembersihan areal sekitar bedeng dari gulma pengganggu serta pemantauan terhadap semai Sengon dan Kayu Afrika. Kikin (E51) selaku ketua pelaksana BHR 2017, memiliki motivasi sendiri untuk terus menjalankan program ini yaitu keinginan untuk membuat Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor menjadi desa yang mandiri dalam penyediaan bibit sehingga mampu meningkatkan ekonomi masyarakat di desa tersebut. Kikin juga mengakui kegiatan ini tidak akan terlaksana tanpa adanya dukungan dari seluruh anggota divisi Onet FMSC dan tim BHR 2017. Harapan Kikin pada program BHR 2017, semoga kegiatan ini bisa bermanfaat bagi semua orang, khususnya masyarakat desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor dan dapat dilanjutkan oleh generasi berikutnya dengan lebih baik lagi. (A.H.) Bina Hutan Rakyat

Upload: lykien

Post on 07-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik, baik secara perorangan maupun kelompok dengan status di luar kawasan

hutan Negara. Hutan rakyat di kelola oleh masyarakat untuk dimanfaatkan baik dari segi ekonomi maupun j asa l i ngkungannya . Hutan rakyat di pulau J a w a m e n g a l a m i peningkatan dan bertolak belakang dengan luasan hutan rakyat di luar pulau Jawa. Petani hutan rakyat khususnya di pulau Jawa tidak menjadikan hasil hutan rakyat terutama hasil hutan kayu sebagai m a t a p e n c a h a r i a n utamanya, tetapi hanya dijadikan sebagai mata pencaharian sampingan. Hasil kayu hutan rakyat biasanya menggunakan system tebang butuh, dimana para petani hutan rakyat hanya memanen hasil hutan kayu jika ada keperluan yang mengeluarkan uang tidak sedikit, sehingga para petani hutan rakyat menjual hasil hutan rakyat berupa kayu untuk memenuhi keperluan petani itu sendiri. Lahan yang digunakan di hutan rakyat milik siapa? Menurut Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman MA, Dosen Manajemen Hutan FAHUTAN IPB, Lahan milik hutan rakyat, adalah milik investor dan ada pula yang berpendapat milik perorangan. Nah, jadi lahan yang digunakan sebagai hutan rakyat biasanya hak milik petani hutan rakyat itu sendiri, tetapi dengan luasan hutan yang tidak terlalu luas, tidak memungkiri juga bila ada yang milik investor sedangkan petani hutan rakyat hanya mengelola. Hutan rakyat pada umumnya adalah milik perorangan yaa teman-teman. Hasil hutan rakyat khususnya hasil hutan kayu biasanya dipasarkan melalui koperasi atau tengkulak. Pembeli kayu hutan rakyat biasanya membeli kayu dalam bentuk pohon yang berdiri, sehingga petani hutan rakyat tidak lagi mengeluarkan biaya untuk memanen hasil hutan kayu tersebut karena biaya pemanenan basanya dilimpahkan ke pembelinya. Jika mengukur pengetahuan petani berdasarkan silvikuktur modern, dapat dikatakan pengetahuan petani tentang pengelolaan hutan rakyat masih rendah. Petani hutan rakyat umumnya mengelola hutan berasarkan cara yang mereka temukan sesuai dengan kondisi hutan yang ada di sekitar mereka atau local wisdom. Prof. Dudung menambahkan, Pendampingan rutin dari LSM atau aktivis kehutanan dapat memberikan dampak positif maupun negatif bagi petani hutan rakyat. Dampak positifnya yaitu petani hutan rakyat dapat lebih mengetahui bagaimana cara mengelola hutan rakyat dengan baik dan benar sehingga dapat menghasilkan pendapatan yang optimal. Selain memiliki dampak positif, hal itu juga dapat memberikan dampak negatif loh antara lain petai hutan rakyat dapat menjadikan hal tersebut sebagai kesempatan untuk mencari uang lebih baik

itu dari LSM ataupun aktivis kehutanan dan tidak berfokus ke hutan rakyatnya.. Banyak orang yang menghawatirkan hutan rakyat akan hilang perlahan-lahan. Namun, fakta menunjukkan secara

statisik produksi hutan r a k y a t s e m a k i n dominan, khususnya di pulau Jawa. Artinya, perkembangan hutan rakyat semakin naik. P e m b a n g u n a n -pembangunan yang a d a t i d a k b e g i t u berdampak terhadap hutan rakyat, karena h u t a n r a k y a t u m u m n y a b e r a d a pada lahan marginal. N a m u n , j i k a a d a i n v e s t o r y a n g m e l a k u k a n pembangunan pada lahan hutan rakyat dengan luasan yang

besar, maka hal tersebut dapat mengancam keberadaan hutan rakyat.

Melihat kondisi sekarang, Dosen Manajemen hutan , Dr. Ir. Leti Sundawati, M.Sc menyebutkan tren hutan rakyat semakin meningkat, dibuktikan dengan banyaknya masyarakat yang tertarik menanam pohon. Lahan yang sebelumnya sawah, kebun dan lahan kosong sekarang ini banyak ditanami pohon. Tren ini banyak terjadi khususnya di Pulau Jawa, namun di luar Pulau Jawa pun mulai meningkat hutan rakyat ini. Tren ini terjadi akibat kurangnya suplai kayu untuk pasar seperti industri pulp and paper yang umumnya dipenuhi oleh HTI, sedangkan kayu untuk konstruksi dan mebel umumnya didapat dari hutan alam atau pun Perhutani khususnya jenis jati. Kurangnya suplai kayu ini menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan pasar dan menyebabkan harga kayu naik. Keadaan seperti itu menjadikan masyarakat mulai tertarik untuk mulai menanam dan membangun hutan rakyat, karena bagi petani selagi menguntungkan pasti mereka akan melakukannya. Dengan masih baiknya harga kayu dipasaran, tren hutan rakyat akan semakin meningkat. Semakin menurunnya luas hutan alam dan semakin banyaknya lahan yang ditanami sawit, hutan rakyat dapat menjadi solusi bagi pemenuhan kayu di pasaran. Namun pada umumnya jenis-jenis pohon yang ditanami merupakan pohon cepat tumbuh, hal tersebut dirasa wajar karena petani ingin memperoleh hasil dengan cepat dan lahan yang dimiliki petani pun sempit. Manfaat hutan rakyat dari sudut pandang sosial menurut Dr. Leti bahwa hutan rakyat saat ini sedang berada di era sertifikasi, sehingga petani harus membentuk suatu kelompok tani yang memiliki manfaat sosial bagi para petani. Manfaat tersebut diantaranya timbul karena kerjasama diantara petani, serta proses belajar berorganisasi sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani jika dibandingkan

yang bekerja perorangan dan m e m b u t u h k a n p e d a g a n g perantara. Jika petani mampu berkelompok, mereka akan memi l i k i kekuatan tawar -menawar yang tinggi yang

dibangun dari unsur sosial. Keuntungan yang lebih banyak atau meningkatnya pendapatan petani tersebut akan mempengaruhi keadaan rumah tangga dan kehidupan petani menjadi lebih sejahtera. Kehidupan petani yang sejahtera akan berpengaruh pada kehidupan sosial petani tersebut. Kesejahteraan petani dari hutan rakyat tersebut juga akan berpengaruh menurunnya pengangguran, kriminalitas, dan mengurangi jumlah penduduk yang ingin bekerja ke kota. Kendala yang dialami di hutan rakyat umumnya karena modal dan pengetahuan petani yang terbatas. Menurut Dr. Leti, pengetahuan terhadap jenis-jenis pohon, pengetahuan budidaya, serta pengetahuan tentang penanganan hama dan penyakit petani masihlah randah, karena pada umumnya pengetahuan yang diperoleh petani hanya secara turun-temurun. Umumnya hasil panen petani tergantung pembeli. Pembeli ini biasanya memborong suatu lahan dari petani dengan harga yang ditaksir dari luasan lahan. Harga dari cara tersebut tentunya merugikan petani karena umumnya harga taksiran akan lebih murah dari harga sebenarnya. Hal tersebut disebabkan karena pengetahuan petani yang kurang mengenai pengukuran volume pohon. Kendala lain dapat terjadi bila petani berangkat dari petani yang sebelumnya tidak biasa menanam pohon serta tidak jarang hutan rakyat yang merupakan investasi dari pihak pemilik lahan yang bukan warga sekitar namun mempekerjakan warga sekitar sebagai buruh tani di lahan tersebut. Menurut Dr. Sundawati, hutan rakyat yang berkomoditi pohon umumnya pekerjaan dominan dilakukan oleh laki-laki, namun tidak jarang wanita juga berperan dalam kegiatan hutan rakyat ini. Pada hutan rakyat komoditi pohon tidak jarang wanita berperan dalam pembersihan lahan dari gulma. Pada hutan rakyat yang menggunakan pola agroforestry umumnya wanita terlibat dalam pemanenan dan pengolahan hasil pertanian. Peran wanita umumnya dominan pada jenis hutan rakyat yang komoditinya hasil hutan bukan kayu seperti buah. Wanita berperan dominan dalam pengolahan hasil panen. Namun pada dasarnya dalam pemeliharaan hutan rakyat hanya membutuhkan tenaga kerja yang sedikit. Peran wanita ini juga dapat dipengaruhi oleh budaya setempat, seperti di daerah Kabupaten Simalungun Sumatera Utara yang pada umumnya laki-laki akan bekerja di luar desa, dengan demikian wanita akan berperan dominan dalam segala aspek pada hutan rakyat dari mulai menanam hingga pemasaran. Pentingnya hutan rakyat di era modern ini karena memiliki manfaat ekologi, seperti mengurangi global warming dan pengimbangan deforestasi. Manfaat ekonomi dan sosial juga banyak bagi kehidupan masyarakat atau petani. Hutan rakyat juga membantu dalam pemenuhan permintaan pasar yang diminta oleh konsumen.

Hutan Rakyat Masa Kini dari aspek sosial & ekonomi

Sumber: kehati.or.id

Forest ManagementBuletin

FMSC turun desa, buat persemaian bersama warga.rogram Bina Hutan Rakyat merupakan

Pprogram FMSC yang sudah berjalan sejak tahun 2015. Tahun ini FMSC melanjutkan

program Bina Hutan Rakyat di Kampung Jeruk, Desa Nanggung, Kecamatan Sukaluyu, Kabupaten Bogor. Tujuan dari pelanjutan program ini adalah menghasilkan suatu output yaitu berupa hutan rakyat yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.Pelaksanaan tahapan pembuatan bedeng, persiapan bibit bakal tanam, serta penanaman telah selesai dilakukan sampai bulan Maret 2017. Kegiatan kali ini yang bertepatan dengan peringatan hari bumi tersebut merupakan kegiatan penutup dari tahap pelaksanaan pembinaan hutan rakyat di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Awal bulan Juni hingga hari ini, di tengah kesibukan Ujian Akhir Semeser genap dan persiapan untuk praktik lapang, tim BHR tetap menjalankan kegiatan rutinnya dalam melakukan monitoring terhadap pelaksanaan BHR di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Kegiatan tersebut berupa pembersihan areal sekitar bedeng dari gulma pengganggu serta pemantauan terhadap semai Sengon dan Kayu Afrika. Kikin (E51) selaku ketua pelaksana BHR 2017, memiliki motivasi sendiri untuk terus menjalankan program ini yaitu keinginan untuk membua t Desa Suka luyu , Kecama tan Nanggung, Kabupaten Bogor menjadi desa yang mandiri dalam penyediaan bibit sehingga mampu meningkatkan ekonomi masyarakat di desa tersebut. Kikin juga mengakui kegiatan ini tidak akan terlaksana tanpa adanya dukungan dari seluruh anggota divisi Onet FMSC dan tim BHR 2017. Harapan Kikin pada program BHR 2017, semoga kegiatan ini bisa bermanfaat bagi semua orang, khususnya masyarakat desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor dan dapat dilanjutkan oleh generasi berikutnya dengan lebih baik lagi. (A.H.)

Bina Hutan Rakyat

Fauziyyah Amatullah Lamis, atau lebih dikenal dengan nama panggilan Fau,adalah seorang mahasiswi

Manajemen Hutan angkatan 52 yang saat ini sedang menjalani program exchange di Korea Selatan. Fau sejak masa SMA-nya sudah memiliki niatan untuk mengikuti program exchange. Pada awalnya, Fau mencari program exchange ke Jepang, tetapi saat tahu tentang program yang diikutinya kini, beliau mencoba mendaftar dan lolos. Program yang diikutinya yaitu beasiswa Universitas Kangwon, yang memiliki sisterhood university di beberapa negara, salah satunya IPB. Fau bergabung di Forest Resource Departement, Faculty Of Forest and Environtment Science. Persiapan yang dilakukannya yang pertama adalah bahasa, terutama bahasa Inggris, lalu mengasah softskill dengan ikut organisasi. Selain itu, memperdalam pengetahuan tentang budaya lokal adalah hal yang penting, karena ketika mengikuti program exchange, maka yang diwakili bukan hanya kampus tetapi juga negara. Ketika wawancara, jangan lupa jadi diri sendiri karena tak jarang pertanyaan yang tidak diduga akan keluar. Terakhir, banyak berdoa dan ikhlas, percaya bahwa apapun hasilnya pastilah itu yang terbaik. Proses pembelajaran di Kangwon University, menurut Fau, hampir sama dengan di IPB tetapi, ada juga profesor yang tidak memberikan slide materinya sehingga mahasiswa harus membaca buku. Waktu belajarnya punlebih singkat, sekitar 50 menit untuk 1 jam pelajaran dengan istirahat 10 menit jika ada 3 jam pelajara. Jumlah mahasiswa per kelasnya lebih sedikit, sehingga kegiatan belajar-mengajar lebih kondusif. Untuk perbedaan terbesarnya ada pada bahasa, setengah memakai bahasa Inggris dan setengah bahasa Korea. Selain Fau, ada juga beberapa mahasiswa Indonesia lain yang mengikuti program yang sama, di antaranya dari UGM dan BINUS. Untuk akomodasi, disediakan tempat tinggal berupa asrama, dengan daya tampung 4 orang sekamar. Selama setahun juga Fau memi l ik i ke luarga angkat d i Korea.Perbedaan budaya yang paling mencolok antara Indonesia dan Korea yaitu budaya tepat waktunya.Jika telat semenit saja maka bisa ditinggal bis rombongan. Selain itu,

perbedaan teknologi sistem di kampus yang gedung manapun memakai fingerprint dan sistemnya sudah terintegrasi hanya dengan sekali input. Kendala yang dialami Fau selama tinggal di Korea yaitu sulitnya mencari makanan halal,juga perbedaan selera dari segi rasa masakan. Jika sedang homesick, Fau biasa chat dengan orangtua ataupun teman-temannya di Indonesia, atau mencari kesibukan sendiri. Kegiatan yang disenangi oleh beliau yaitu menulis, juga hunting foto di sekitaran kampus. Walaupun begitu, dengan teknologi secanggih apapun rasa

kangen akan terbayar tuntas jika bertemu langsung. Pada waktu luangnya beliau mengikuti kegiatan dari kampus seperti pertemuan rutinan keluarga, kelas khusus kerajinan Korea, dan ada juga jadwal mencoba hanbok setiap bulannya. Selain geiatan kampus, beliau juga melakukan kegiatan pribadi seperti berjalan-jalan dengan teman-teman exchange yang lain, atau saling bertukar ilmu dengan teman-teman exchange lain seperti yang diceritakan Fau, teman dari Vietnam yang mayornya bahasa Korea mengajarkan Fau bahasa Korea dan Fau mengajarkan mereka bahasa Inggris.

“Entah untuk didekatkan atau dijauhkan pada

sebuah impian seorang manusia hanya bisa

berusaha. Namun yakinlah, pada akhirnya kita

akan senantiasa mendapatkan apa yng kita

butuhkan bukan apa yang kita inginkan”.

- Fau

Mengintip pengalaman peneliti EKSPEDISI MANAJEMEN HUTAN 2017

Ekspedisi kemarin menurut saya sangat bermanfaat, dapat menambah pengetahuan dan pengalaman. Merasa jadi cantik molek perkasa karena dapat melewati gunung lembah berduri. Ada rasa bangga tersendirilah pokoknya. Semoga tahun depan bisa eksepedisi di luar Jawa lagi! (Lilis Eva, Cantik Molek Perkasa Manajemen Hutan Angkatan 52)

Hmmm jujur ini kali pertama saya masuk ke hutan yang benar-benar "hutan" dan pengalaman ini mahal banget. Ekspedisi ini wadah buat kita mengaplikasikan apa yang udah dipelajari di kelas dan mencegah kita jadi sarjana slide. Selain itu, ekpedisi juga tempat kita untuk mempelajari kekayaan alam agar sebagai manusia kita tidak jadi pribadi yang sombong. (Iqbal Firdaus, Mahasiswa Manajemen Hutan Angkatan 52)

Sebuah kebanggaan besar bisa terhanyut dalam keterasingan yang memberikan jutaan pelajaran. Dulu saya sering lupa kalau kita hidup di negeri ini dengan keanekaragaman budaya, suku, dan agama. Namun hari kemarin membuat saya mengerti, bahwa perbedaan yang menjadikan kita kaya. Banyak hal baru yang bisa saya pelajari, lengkap dengan sekantong rasa kagum. Masyarakat disana banyak mengajarkan, bahwa untuk memeluk kekayaan tidak serta merta harus dengan kemewahan. Cukup dengan berbagai kesederhanaan dan sebongkah rasa syukur. (Purwa Kamajaya, Pujangga Manajemen Hutan Angkatan 51)

Awalnya emang udah niat banget buat ikut ekspedisi ini, tujuannya cuma buat nambah pengalaman di lapang eh ternyata setelah ngejalanin kurang lebih seminggu kehidupan di sana banyak pelajaran yang didapet. Mulai dari sesuatu yang kecil, yaitu air. Air menurut saya merupakan sesuatu yang sangat inti, dimana kalau tidak ada air semuanya sulit, dari buang air hingga untuk keperluan minum. Kalau di rumah gampang banget air didapat, tapi disana air tuh justru jadi barang yang langka dan harus ada usaha untuk mendapatkannya.Dari pelajaran tersebut saya bisa menghargai dan belajar untuk banyak bersyukur terhadap segala hal. Selain itu, nilai kekeluargaan juga sangat didapatkan, dimulai dari sahur bareng, ambil data bareng, buka bareng, tidur bareng, taraweh bareng, dan semuanya bareng deh pokoknya. Saya tidak menyesal bisa ikut ekspedisi tahun ini! (Rafa, Mahasiswa Manajemen Hutan Angkatan 51)

Ekspedisi Manajemen Hutan 2017 yang berlokasi di Taman Nasional Bukit Barisan

Selatan Desa Krui, Lampung pada pertengahan bulan Juni 2017 ini

memberangkatkan 35 orang anggota tim peniliti yang terbagi menjadi 4 Kelompok

Studi dibawah naungan FMSC.yaitu kelompok studi Perencanaan,

Pemanfaatan Hutan, Hidrologi Hutan, serta Sosisal Kebijakan & Ekonomi.

Kegiatan yang mengusung tema “Management Planning non Timber Forest

Product of Damar Gum” ini melakukan inventarisasi pohon meranti, menganalisis

besar produktivitas getah damar mata kucing, mengetahui tingkat ketergantungan masyarakat terhadap pohon damar mata

kucing di zona tradisional, dan mengetahui pengaruh meranti terhadap hidrologi hutan, dan untuk menutup rangkaian ekspedisi ini, akan diselenggarakan

Seminar yang akan menjabarkan hasil dari Ekspedisi pada bulan oktober mendatang.

Apa kata para tim peneliti tentang Ekspedisi tahun ini?

fmsc.lk.ipb.ac.idFMSCFahutanIPB

Redaksi Buletin FMSCGedung Tanoto Forestry Information Center Lt. 3, IPB Dramaga, Bogor.Kode Pos: 16680 Hp. 08119988941Email : [email protected]