belinda

26
1. PANTANG BERKALA (RITMIK) o pantang seks selama dan sekitar waktu ovulasi dapat mencegah kehamilan o prinsipnya ialah tidak melakukan persetubuhan pada masa subur istri o dilarang melakukan hubungan selama 6 hari selama 1 bulan untuk mencegah konsepsi. a. metode kalender Tidak melakukan hubungan pada hari ke 12–16 (14±2 hari) sebelum haid selanjutnya. b. metode irama suhu Metode ini mengandalkan perubahan suhu tubuh basal yaitu peningkatan menetap 0,4˚F (0,2˚C) pada pagi hari yang biasanya terjadi tepat sebelum ovulasi. Sejak hari ke 1-3 kenaikan suhu tidak dianjurkan untuk melakukan aktivitas seksual. c. metode irama mukus serviks. Metode ini bergantung pada kemampuan mengetahui perubahan pada jumlah dan konsistensi mukus serviks dalam siklus haid. Aktivitas seksual tidak diperbolehkan selama 4 hari setelahnya, hal ini disebut sebagai “peak mucus day”. d. metode simpotermal. Metode ini mengombinasikan ketiga metode diatas. Karena banyak hal yang harus diawasi, metode ini lebih sulit jika dibandingkan dengan metode sebelumnya, sehingga aplikasinya masih sulit. Efektifitas Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan dengan metode simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per 100 wanita pertahun.

Upload: yoga-kharisma

Post on 24-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

1. PANTANG BERKALA (RITMIK) pantang seks selama dan sekitar waktu ovulasi dapat mencegah kehamilan prinsipnya ialah tidak melakukan persetubuhan pada masa subur istri dilarang melakukan hubungan selama 6 hari selama 1 bulan untuk mencegah konsepsi.

a. metode kalenderTidak melakukan hubungan pada hari ke 1216 (142 hari) sebelum haid selanjutnya.b. metode irama suhuMetode ini mengandalkan perubahan suhu tubuh basal yaitu peningkatan menetap 0,4F (0,2C) pada pagi hari yang biasanya terjadi tepat sebelum ovulasi. Sejak hari ke 1-3 kenaikan suhu tidak dianjurkan untuk melakukan aktivitas seksual.c. metode irama mukus serviks. Metode ini bergantung pada kemampuan mengetahui perubahan pada jumlah dan konsistensi mukus serviks dalam siklus haid. Aktivitas seksual tidak diperbolehkan selama 4 hari setelahnya, hal ini disebut sebagai peak mucus day.d. metode simpotermal. Metode ini mengombinasikan ketiga metode diatas. Karena banyak hal yang harus diawasi, metode ini lebih sulit jika dibandingkan dengan metode sebelumnya, sehingga aplikasinya masih sulit.

EfektifitasMetode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus mengetahuimasa subur. Padahal,masa subur setiapwanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kalisiklus menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan dengan metodesimptothermal. Angka kegagalan penggunaanmetode kalender adalah 14 per 100wanita pertahun.

2. COITUS INTERUPTUSCoitus interuptus atau pengeluaran penis dari vagina sebelum ejakulasi sehingga akan mencegah terjadinya fertilisasi. Akan tetapi tingkat kegagalan coitus interuptus cukup tinggi dibandingkan dengan bentuk-bentuk kontrasepsi lainnya, hal ini dapat dikaitkan dengan pengendapan semen (pra-ejakulasi) ke dalam vagina sebelum orgasme atau pengendapan semen di dekat introitus setelah hubungan seksual. Penyebab utama tingginya tingkat kegagalan coitus interuptus adalah sulitnya mengontrol diri untuk menarik penis sebelum ejakulasi.3. METODE SAWAR (BARRIER METHODS)Metode ini aman dipakai, cukup mudah didapatkan, dan cukup efektif bila digunakan dengan benar, serta dapat mencegah penyebaran penyakit menular seksual dan hepatitis B HIV/AIDS. Akan tetapi angka kegagalan tinggi yaitu 5-20 dari 100 wanita per tahun. Metode ini terbagi atas beberapa jenis, kondom pria, kondom wanita, diafragma, dan sumbat serviks (cervical cap)

3.1 Kondom PriaDalam penggunaannya kondom sebaiknya tidak terlalu ketat, ujungx harus lebih besar dari ujung penis sekitar setengah inci untuk mengumpulkan cairan ajaculat dan juga harus diperhatikan pada saat penarikan agar tidak menumpahkan cairan ejakulat.3.2 Kondom WanitaKondom ini lembut, longgar dan memiliki dua cincin polyurethan fleksibel. Satu cincin terletak di dalam vagina pada ujung luar serviks dan berfungsi sebagai pelindung dan juga penahan. Cincin lainnya luar berada di luar vagina, sehingga memberikan perlindungan terhadap labia dan pangkal penis selama hubungan seksual. Kondom ini adalah alat yang penggunaannya satu kali saja. Pemasangan oleh seorang profesional kesehatan tidak diperlukan, karena dapat dilakukan sendiri.3.3 DiafragmaDiafragma vagina, yang berupa kubah karet sirkular dengan garis tengah bervariasi dan diperkuat dengan cincin logam melingkar. Alat ini dimasukkan ke dalam vagina sehingga serviks, forniks lateral, dan dinding vagina anterior dipisahkan secara efektif dari bagian vagina lainnya dan penis. Diafragma jangan dikeluarkan selama paling sedikit 6 jam setelah hubungan seksual.

3.4 Sumbat ServiksSumbat serviks (cervical cap) berupa rongga bercincin, fleksibel berbentuk mangkuk yang terbuat dari karet alami. Alat ini dipasang melingkari pangkal serviks. Alat ini dapat dipasang sendiri dan dibiarkan di tempatnya selama tidak lebih dari 48 jam. Sumbat serviks harus digunakan bersama dengan spermatisida.4. KONTRASEPSI HORMONAL4.1. Hormon yang Terdapat dalam KontrasepsiKontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi. Kebanyakan jenis hormon yang terkandung dalam kontrasepsi hormonal adalah jenis hormon sintetik, kecuali yang terkandung dalam depo medroksiprogesteron asetat (depo MPA), yang jenis hormonnya adalah jenis progesteron alamiah. Kebanyakan kontrasepsi hormonal diberikan secara oral (kontrasepsi oral). Sediaan yang mengandung progesteron saja dapat berupa pil, depo dalam bentuk injeksi, AKDR, atau implan. Kontrasepsi oral yang mengandung progesteron saja adalah minipil. 4.2. Kontrasepsi HormonalKebanyakan kontrasepsi hormonal mengandung estrogen dan gestagen sintetik, tetapi ada juga kontrasepsi hormonal yang mengandung gestagen saja. Pemberiannya dapat berbentuk tablet dan berupa depo injeksi. Kontrasepsi oral biasanya dikemas dalam satu kotak yang berisi 21 atau 22 tablet, dan sebagian kecil ada yang berisi 28 tablet dengan 6 atau 7 tablet terakhir berupa plasebo sehingga tidak perlu lagi masa istirahat 6 atau 7 hari. Minipil digunakan tanpa masa istirahat yang terdiri dari 35 tablet. Sediaan estrogen-gestagen dibagi menjadi kombinasi monofasik, yang bertingkat, dan sekuensial. (2,22) Kontrasepsi hormonal yang mengandung komponen gestagen saja adalah minipil, suspensi mikrokristal medroksiprogesteron asetat yang disuntikkan intramuskular dengan lama kerja 3 bulan-depoestrogen-progesteron, noretisteron enantat yang disuntik intramuskular dengan lama kerja 2-3 bulan, dan implan dibawah kulit dengan lama kerja bertahun-tahun.

Minipil:Pengertian dan jenis kontrasepsi mini pil :Pil kontrasepsi yang hanya mengandung progestin yang terdiri dari dua jenis yaitu kemasan yang terdiri dari 35 pil (dengan kandungan 300 mg levonorgestrol atau 350 mg noretrindon) dan kemasan dengan isi 28 pil (75 mg nosgetrel)

Keuntungan alkon mini pil: Sangat efektif bila digunakan secara benar Tidak mengganggu hubungan seksual Tidak mengandung Estrogen, sehingga tidak mempengaruhi ASI Kesuburan cepat kembali Nyaman dan mudah digunakan Sedikit efek samping Dapat dihentikan setiap saat

Cara kerja : Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovariun (tidak begitu kuat) Endomertium mengalami transformasi lebih awal sehingga inplantasi lebih sulit Mengentalkan lendir servik sehingga menghambat penetrasi sperma Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu

Efek samping alkon mini pil : Amenorea (tidak menstruasi) Perdarahan tidak teratur atau spoting

Indikasi pemakaian mini pil : Usia reproduksi Telah atau belum memiliki anak Menginginkan kontrasepsi efektif selama menyusui Pasca persalinan tidak menyusui Pasca keguguran perokok segala usia Hipertensi (