belajar membaca bagai- kan menyalakan api; setiap suku ... · 3 puisi “guru” 3 daftar isi:...
TRANSCRIPT
Paksakan diri untuk memulai
Luangkan waktu
Pelajari hal-hal yang mudah
terlebih dahulu
Buat pertanyaan-pertanyaan sederhana
Mendiskusikan apa yang kita
pelajari dengan orang lain
Selamat mencoba!
Sahabat EKSPEDISI semoga harimu kian cerah. EKSPEDISI meru-
pakan media yang mengupas tentang dunia pendidikan dimana didalamnya ter-
dapat ekspresi penuh kreasi, dan dikemas dengan layout ala Buletin, dengan
harapan semoga menjadi inspirasi kepada para mahasiswa sekaligus para calon
pendidik, namun tetap lugas untuk dibaca oleh siapapun.
Saat ini pemerintah dengan gencarnya ingin menumbuhkan pendidikan
karakter terhadap anak bangsa , Sebenarnya apa sih pendidikan karakter itu
dan bagaimana implementasinya di sekolah-sekolah? Sehingga pada kesempatan kali ini sahabat
EKSPEDISI akan mengajak teman-teman semua untuk belajar tentang “Kecakapan Dalam Menum-
buhkan Pendidikan Karakter Terhadap Anak Bangsa Melalui Budaya Membaca” itulah tema kita pada
edisi kal ini. Ok, pada edisi kali ini kami juga akan menyajikan beberapa artikel dan tentunya kreasi-
kreasi yang lain. Selamat membaca.
EKSPEDISI
Merangsang kecintaan Anak
Pada Alam Lewat Buku 1
Pengantar Redaksi 1
Tips membaca buku pelajaran 1
Buku dan Pendidikan Karakter 2
Pendidikan Karakter Melalui
Dunia Baca
2
Pentingnya Menumbuhkan
Minat Baca Pada Siswa 3
Puisi “Guru” 3
Daftar Isi:
Belajar membaca bagai-
kan menyalakan api;
setiap suku kata yang di
eja akan menjadi percik
yang menerangi. (Victor
Hugo)
Penulis: Ali Sobri (edukasi.kompas.com)
Meningkatkan minat baca sekaligus memperkenalkan ling-kungan hidup akan lebih mudah bila dimulai dengan
menumbuhkan kecintaan anak-anak terhadap buku terlebih
dahulu. Penanggung Jawab Pekan Buku Dyah Ayu Pitaloka mengatakan, dengan menggelar pameran buku anak-anak,
siswa bisa belajar mencintai lingkungan.
Kecintaan pada buku dan lingkungan dikembangkan pula
melalui pesta kostum karakter dari buku-buku Indonesia. Anak-anak diajak untuk menggali kekayaan isi buku sambil
bermain dengan kostum karakter-karakter yang ada di dalamnya, mulai dari Wiro Sableng, Jaka Tarub, sampai
Malin Kundang.
Buku anak yang mengandung pesan moral untuk mencintai lingkungan sekitar dan mengangkat wawasan kekayaan
alam, akan memberi masukan yang baik soal penanaman karakter anak.
"Buku bacaan menarik seperti buku cerita anak yang membahas binatang, tanaman dan pemandangan alam, tersirat
ada pesan bahwa mereka harus melindunginya, terlibat, dan interaksi dengan bumi. Kegiatan tur edukasi tadi mis-alnya, membuat anak-anak mau bergerak, membaca buku, menghafal lagu, dan mereka menanam pohon," katanya
kepada Kompas.com usai mengikuti kegiatan tur, Kamis (8/11/2012) siang.
Menurut Dyah, pengetahuan yang diperoleh anak dari buku diperdalam melalui rangkaian kegiatan Tur Edukasi
Bumiku Lestari. Tur yang digawangi oleh penyanyi Oppie Andaresta ini kaya akan pesan-pesan yang disampaikan
melalui lagu, musik dan kegiatan langsung, seperti daur ulang. Anak-anak berkebutuhan khusus di SD Global Mandiri juga dilibatkan untuk bernyanyi.
"Dalam seminggu, mereka sudah hafal lagunya. Selain dari membaca buku Bumiku Lestari
dari WWF, mereka juga setiap harinya mendengar Radio Top Primary, radio sekolah ini.
Jadi semakin sering membaca dan mendengar, anak-anak bisa melakukan itu," ucapnya. Para siswa kelas I-VI juga diajak untuk melakukan aksi menanam pohon. Ada 12 pohon
yang ditanam pada hari itu oleh para siswa yang mewakili masing-masing kelas. Setelah itu, para siswa kelas IV, V dan VI melakukan kegiatan daur ulang dari kertas koran men-
jadi paper bag, membuat pigura dari kardus bekas, serta tempat pensil dari botol bekas.
Selanjutnya para siswa juga diajak menonton film tentang hewan yang hampir langka dan butuh dilindungi ber-sama. Film orangutan dari Kalimantan membuat anak-anak sadar bahwa ada satawa di muka bumi yang harus
dilindungi dari ancaman kepunahan.
Cerpen Motifasi Pendidikan “
Kekacauan Sandy” 4
Inside Story Headline
Inside Story Headline
Persis sebagai-
mana tercermin pada sosok
tokoh-tokoh berkarakter di negeri ini seperti Bung Hatta
atau Sutan Sjahrir, tak pernah
bisa dilepaskan dari kegan-drungan membaca buku. Ada
semacam "misteri" pada
setiap buku. "Misteri" itu adalah pembentukan karakter
bagi para pembacanya. Se-
hingga dari sini dapat disim-pulkan, mereka yang tak
pernah membaca buku adalah
sosok yang paling mungkin tak berkarakter.
Sebagaimana
dapat kita catat, dalam be-berapa tahun terakhir ini
bermunculan wacana di sepu-
tar pendidikan karakter.
Tetapi selama itu pula, ham-
pir tak ada pembicaraan serius
mengaitkan keberadaan buku dengan pendidikn karakter.
Buku dianggap terlalu soft
sebagai dasar pembentukan karakter. Pendidikan karakter
lalu didominasi oleh serang-
kaian pemberian motivasi. Agenda pendidikan karakter
pun tereduksi semata menjadi
agenda para motivator. Sampai kapan pun,
mutlak bagi dunia pendidikan
menumbuhkan tradisi mem-baca buku. Tujuan pokok dari
upaya ini ialah memupuk
kemampuan berdialog secara imajiner dengan berbagai
dimensi yang tertera sebagai
narasi dalam sebuah buku.
Pada mulanya, buku memang
sekadar dibaca untuk menda-
patkan informasi. Namun tatkala membaca buku sung-
guh-sungguh berkembang
menjadi tradisi, maka itu berarti terjadi dialog yang
bersifat dialektis dengan
substansi dan esensi. Mengin-gat buku merupakan pilar
tegaknya peradaban, maka
kebiasaan mencerap substansi dan esensi itulah yang lantas
menghantarkan peserta didik
menjadi sosok berkarakter. Tatkala membaca
buku telah berkembang
sedemikian rupa menjadi tradisi, maka proses pendidi-
kan takkan kesulitan men-
ukikkan kapasitas membaca
dengan sasaran buku yang
benar-benar berbobot. Peserta
didik bukan saja akrab dengan buku, lebih dari itu berada
pada satu titik kecenderungan
mencerna buku-buku ber-bobot. Kompleksitas tantan-
gan hidup lalu dicarikan
jawabannya melalui buku-buku berbobobt. Kuatnya
tradisi membaca buku justru
mengondisikan peserta didik benar-benar digdaya berdia-
log dengan buku. Bukan saja
buku berfungsi sebagai refer-ensi demi menguak dan men-
guasai ilmu pengetahuan, tapi
sekaligus untuk membentuk karakter.
Masalahnya, dunia
pendidikan kini kering keron-
tang dari tradisi membaca
buku. Dunia pendidikan se-
makin lumpuh saat diharap-kan mampu menumbuhkan
tradisi membaca buku dalam
realitas hidup sehari-hari peserta didik. Bahkan, guru-
guru yang gemar membaca
buku pun semakin minoritas jumlahnya. Dengan demikian
berarti, dalam kancah pen-
didikan nasional sesung-guhnya tengah berlangsung
pengabaian terhadap salah
satu faktor penentu pemben-tukan karakter. Jangan heran
jika pendidikan karakter di
Indonesia pelik dan tak dapat diwujudkan secara mudah.
Anwari WMK
Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan
dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai
-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Dasar pendidikan karak-
ter ini, sebaiknya diterapkan sejak usia kanak-kanak atau yang biasa disebut
para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age) karena usia ini terbukti
sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas
kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Pen-
ingkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Dari sini, sudah sepatutnya pen-
didikan karakter dimulai dari dalam keluarga yang merupakan lingkungan
pertama bagi pertumbuhan karakter anak. Namun, bagi sebagian keluarga, barangkali proses pendidikan karakter yang sistematis di atas sangat sulit, terutama bagi sebagian orang tua yang
terjebak pada rutinitas yang padat. Karena itu, seyogyanya pendidikan karakter juga perlu diberikan saat anak-anak
masuk dalam lingkungan sekolah, terutama sejak play group dan taman kanak-kanak. Di sinilah peran guru, yang dalam filosofi Jawa disebut digugu lan ditiru, dipertaruhkan karena guru
adalah ujung tombak di kelas yang berhadapan langsung dengan peserta didik. Membaca merupakan kegiatan aktif
untuk semua kalangan. Membaca dapat memberikan wawasan pengetahuan tentang perkembangan ilmu, teknologi, iman, taqwa di dunia. Membaca juga akan melangsungkan integrasi pemikiran dengan masalah-masalah
baru di lingkungan kita. Kurangnya kesadaran akan pentingnya harkat pendidikan, ditambah keterbatasan ekonomi
serta informasi tampaknya merupakan satu kombinasi yang sangat kuat bagi pemberdayaan masyarakat setempat. Dalam keadaaan yang demikian, buku bisa menjadi alternatif untuk membedah wawasan warga.
Dengan demikian, yang perlu ditekankan adalah pengadaan buku untuk “memenuhi kebutuhan warga”.
Buku tentang pertanian, perkebunan, peternakan sangat diperlukan untuk menunjang pekerjaan warga dewasa. Adapun bagi anak-anak dan usia remaja, seperti buku tentang pelajaran sekolah, pembelajaran agama dan bahasa,
dongeng nasihat akan sangat membantu kebutuhan mereka. Dari keterpenuhan kebutuhan warga tersebut diharap-
kan nantinya membaca bisa tertanam lebih lanjut menjadi suatu budaya positif. Membaca adalah jendela dunia ilmu pengetahuan.
Pendidikan karakter melalui dunia baca, pendidikan karakter dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Salah satunya melalui dunia baca. Dengan membaca, kita dapat mengetahui segala informasi dan ilmu pengeta-huan yang menunjang mutu atau kualitas hidup kita nantinya sebagai masyarakat Indonesia yang berintelektual
dan bermoral.Membaca akan mengenalkan belajar sebenarnya dengan mengubah karakter untuk mewujudkan
inovasi dari pengalaman peristiwa di dunia yang tidak lain kita ketahui dari kegiatan membaca serta manfaat yang akan kita dapatkan dengan permanen untuk perjalanan hidup manusia.
By: By: Oleh Wiwin Widyawati Rahayu (indonesiabuku.com/)
Oleh: Wiwin Widyawati Rahayu
Salah satu program sekolah,
yaitu perbaikan minat baca
Percik Semangat
Sajian Spesial
Percayalah.
Jika ada keingi-
nan, kan terbentang 1000
jalan.
Jika hanya ada kemalasan,
Petuah
Edisi perdana, Desember 2012 |Page 2
Pada suatu hari,
Joni yang baru
kelas 3 SD pulang lebih cepat…
Ibu: “Jon, kok jam segini sudah
pulang?”
Joni: Iya dong bu..karena hanya
Joni yang mampu menjawab per-
tanyaan Pak Guru. Malah Joni
dapat bonus libur 2 hari bu. Hebat
kan?
Ibu: Waah hebatnya anak
ibu..coba kasih tahu ibu pertan-
yaannya apa?”
Joni: Gini bu pertanyaanya,
“SIAPA YANG MELEMPAR KAPUR
KE KEPALA SAYA?”
Ibu: @#@!!
Humor
Siswa yang mempunyai hobi
membaca akan memiliki pengetahuan
yang luas dan otak yang cerdas. Un-
tuk membantu para siswa menyukai
kegiatan membaca membutuhkan
banyak buku, imajinasi yang baik, dan
motivasi. Melalui buku-buku itu,
siswa dapat membuka pikirannya
terhadap pengetahuan dan dapat men-
ingkatkan kreativitas.
Faktor Penyebab rendahnya Membaca
Seperti kita semua ketahui, kebi-
asaan membaca buku sejak kecil akan
mendatangkan banyak manfaat dalam
kehidupan anak di kemudian hari.
Karena kecintaan terhadap kegiatan
membaca bisa menjadi modal utama
dalam menjalani proses belajar saat
anak bersekolah.
Akan tetapi, rupanya menumbuhkan
minat dan rasa cinta anak terhadap
buku bukanlah hal yang mudah. Jika
kita memperhatikan rendahnya minat
baca dikalangan siswa di Indonesia,
sebenarnya disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain: Membaca buku
bukan budaya Indonesia, pengaruh
budaya dengar, tonton, dan media
elektronik yang berkembang pesat.
Sistem pembelajaran di Indonesia
belum membuat pelajar atau maha-
siswa harus membaca buku, mencari,
dan menentukan informasi lebih dari
sumber yang diajarkan di sekolah.
Kurang tersedianya buku-buku yang
berkualitas dengan harga yang ter-
jangkau juga menjadi faktor penyebab
rendahnya minat baca.
Kiat Meningkatkan Minat Baca
Membaca merupakan proses
penyerapan informasi dan akan ber-
pengaruh positif terhadap kreatifitas
seseorang. Membaca pada hakikatnya
adalah menyebarkan gagasan dan
upaya yang kreatif. Minat baca harus
dipupuk sejak dini.
Ada beberapa cara yang bisa
ditempuh untuk mengatasi peningka-
tan minat baca pada kalangan siswa.
Yaitu: selain sekolah sebagai institusi
y a n g
menga-
j a r k a n
m e m -
b a c a ,
p e r a n
i b u
d i n i l a i
a m a t
berpen-
g a r u h .
m e n -
genalkan buku/bacaan terhadap anak
sejak kecil, serta membiasakan diri
untuk mengajak anak mengunjungi
toko buku dan perpustakaan. guru
lebih sering memberi tugas yang
membuat anak didik harus mencari
informasi di perpustakaan. Memin-
jamkan buku satu sama lain. Membi-
asakan saling memberikan buku seba-
gai hadiah. Membuat anggaran khusus
belanja buku. Perpustakaan yang
menarik dan lengkap, tata tertib
meminjam yang mudah, petugas
yang ramah. Pengadaan lomba-
lomba membaca dan menulis, meng-
gambar dengan memberikan
penghargaan, menjadi pendorong
untuk menggairahkan minat baca.
Mempagelarkan karya-karya tulis
dalam suatu pementasan, dimaksud-
kan untuk mengembangkan budaya
baca melalui seni seperti tari, nyanyi,
musik, puisi dan lain-lain. Melaku-
kan kunjungan ke tempat-tempat
objek tulisan, sehingga dapat menco-
cokkan apa yang dilihat dan dibaca.
Mengundang penulis, nara sumber
atau tokoh yang berhubungan dengan
buku yang dibaca. Sehingga dapat
memotivasi untuk juga berkarya tulis.
Saling membacakan secara bergantian
dalam suatu kelompok dapat mem-
berikan nuansa berbeda pada materi
yang dibacanya, kemudian dilanjut-
kan dengan membahas inti bacaanya.
(dari berbagai sumber)
sdmtamana-
gung.wordpress.com
EKSPEDISI Edisi perdana, Desember 2012 |Page 3
Ki Hajar Dewantara,
siapa yang tak kenal
beliau ? Beliau lahir den-
gan nama Raden Mas
Soewardi Soerjaningrat
pada tanggal 2 Mei 1889
di Yogyakarta. Bapak
Pendidikan Indonesia
yang terkenal dengan
semboyannya "Tut Wuri
Handayani" ini telah meletakkan pondasi nilai-nilai
pendidikan dan pengajaran di Indonesia. Beliau
juga pernah menjabat menjadi Menteri Pengajaran
Indonesia atau Menteri Pendidikan, Pengajaran dan
Kebudayaan yang pertama.
Karena jasa-jasanya beliau, nama Ki
Hajar Dewantara diabadikan sebagai seorang tokoh
dan pahlawan. Bahkan, tanggal kelahirannya di-
jadikan hari Pendidikan Nasional. Itu adalah sekilas
tentang Ki Hajar Dewantara. Tiga semboyan yang
diajarkannya kini telah populer di masyarakat dan
digunakan dalam dunia pendidikan. Tiga semboyan
itu adalah Ing Ngarso Sun Tulodo (Di Depan Mem-
beri Pedoman), Ing Madyo Mbangun Karso (Di
Tengah Memberi Dukungan), dan Tut Wuri Han-
dayani (Di Belakang Memberi Dorongan). Pada
intinya bahwa seorang pemimpin harus memiliki
ketiga sifat tersebut agar dapat menjadi panutan
bagi orang lain. Kalian pasti tahu kalau bukan
hanya Ki Hajar Dewantara yang punya semboyan
tentang pendidikan. itu tidak kalah keren dengan
semboyan milik Ki Hajar Dewantara. Apa sem-
boyan atau slogan yang dimiliki sekolah kita, apa
sih semboyan itu? “Semboyan atau slogan adalah
motto atau frasa yang dipakai pada konteks politik,
komersial, agama, dan lainnya, sebagai ekspresi
sebuah ide atau tujuan yang mudah dingat. ” Setiap
sekolah atau perusahaan atau seatu daerah biasanya
memiliki semboyan atau slogan untuk menunjuk-
kan pada masyarakat apa harapan kedepan. Contoh
slogan MAN 2 KEBUMEN, yaitu “Luhur dalam
moral cakap dalam intelektual”. Namun pada ken-
yataannya banyak dari pelajar sekarang tidak tahu
apa semboyan yang dimiliki sekolah mereka. Pada-
hal, mengetahui semboyan sekolah juga penting
teman-teman.
Oleh: Nur Chanif Muflichah
Guru..
Sebenarnya apa itu
guru?
Pahlawan ataukah
pengajar?
Siapa itu guru?
Provesi ataukah pen-
didik?
Oh Guru..
Engkaulah pendidik serta pengajar..
Engkaulah yang mengajari mem-
baca,menulis&berhitung..
Engkaulah pahlawan tanpa tanda
jasa..
Engkaulah kunci dalam perbaikan
anak bangsa..
Engkaulah kunci dalam pendidikan..
Dan..
Engkaulah benteng generasi anak bangsa..
Wahai Guru..
Wajahmu terlukis indah dalam hatiku..
Ilmumu meresap dalam jiwa dan ragaku..
Jasamu kan terkenang selalu..
Oh Guru..
Jasa bukanlah kebenaran..
Bahkan keberhasilan..
Melainkan keikhlasan puncak dari kebenaran..
Oleh: Nur Chanif Muflichah
Sang tokoh
Gelegar
Semangat
PUISI
Jalan Sonosewu Baru 459. Yogyakarta
Phone:
085282471149
E-mail: [email protected]
" Wacana Ekspresi Penuh Kreasi"
Ekspedisi
Nurchanif.wordpress.com
Betapa terkejutnya aku pagi
itu, ketika aku telah sampai di tempat
dimana aku menagajar TK Aisyiah Bustanul Athfal. Bagaimana tidak,
aku dikejutkan oleh Sandy, dialah
siswa TK B pembuat onar di sekolah. Pagi itu dia bermain bersama teman-
temannya, ketika itu dia mengamuk
dengan teman bermainnya. Semua fasilitas yang ada dikelas dilempar
olehnya, sehingga berantakan me-
menuhi kelas. Tak hanya itu beberapa
teman yang ada dikelas terkena lem-
paran barang-barang dari Sandy,
sehingga suasanapun menjadi rame dan tegang karena suara tangisan dari
siswa lain.
“Bu guru..Bu Guru”. Kata Faqila sambil ketakutan. “Ada apa sayang?”.
Tanyaku. “Sandy Bu.. Sandy..”.
Tegas Faqila, salah satu siswa kelas B. “Ada apa dengan Sandy Mbak
Qila?”. Tanyaku dengan penasaran
“Sandy mengamuk lagi bu, dan teman-teman menangis karena terkena
lemparan dari Sandy”. Kata Faqila
sambil menangis ketakutan. “tenang sayang”. Kataku. Akupun bergegas
menuju kelas, dan saat itu akupun
bingung bagaimana menghadapi Sandy. “Ok. Harus tenang”. Kataku
dalam hati. “Mas Sandy.. Mas Sandy
sayang sini nak, mas Sandy dengar-kan ibu.” Kataku pelan.
Siswa ini memang setiap hari
ada-ada saja kelakuannya, entah itu
jahil dengan teman-temannya, berke-
lahi dengan temannya, ingin selalu
menang sendiri ketika bermain, dan masih banyak lagi perilakunya yang
selalu membuatku was-was.
Kemudian akupun berusaha untuk menenang9kan Sandy. “Mas
Sandy. Mas Sandy. Mas Sandy
sayang dengarkan ibu nak.” .Kataku, sambil pelan-pelan mendekat siswa
itu. Lalu akupun mendekap dia.
“Mas Sandy ingin disayang Ibu, ba-
pak, Bu Guru dan teman-teman Mas
Sandy?”. Kataku. Sandy pun diam.
“Mas Sandy Allah itu sayang sama Mas Sandy? Tapi jika mas
Sandy suka marah-marah Allah nanti
gak jadi sayang sama Mas Sandy. Mas Sandy mau kalo Allah gak
sayang lagi sama Mas Sandy?”.
Sandy pun menggelengkan kepala. “Mas Sandy mau kalau Ayah dan
Bunda gak sayang lagi sama mas
Sandy?”. Dia pun menggelengkan kepalanya kembali. “Mas Sandy mau
kalau gak punya teman, nanti gak ada
lagi yang mau bermain bareng sama mas Sandy?” “Gak mau bu.” Kata
Sandy. “Nah, kalo Mas Sandy ingin
disayang Allah, ingin disayang Bu guru, Ayah dan Bunda, berarti mas
Sandy harus jadi anak yang baik,
tidak nakalin teman-temannya, ber-bakti pada Ayah dan Bunda.” Ka-
taku .
“Coba sekarang Mas Sandy
minta maaf sama teman-teman”.
Kataku kembali. “Gak mau titik”.
Kata Sandy sambil menggelengkan kepala. “Lho kok, gak mau?”. Tan-
yaku . Lalu akupun bergegas menuju
almari yang ada di pojok depan sebe-lah kanan kelas. Aku mengambil
paku, palu, dan balok kayu. “Coba
Mas Sandy tahu, ini apa?” Kataku. “Paku, Kayu dan palu bu.” Jawab
Sandy. “Pintar sekali. Nah coba mas
Sandy pegang paku ini di tangan kiri,
dan palu di tangan kanan, nah terus
Mas Sandy pukul-pukul kayu ini”.
Perintahku, sambil ikut membantu. “Terus coba Mas Sandy
lepaskan paku ini”. Kataku. “Susah
bu”. Kata Sandy. “Ibu bantu”. Kataku lagi. Akhirnya paku terlepas dari
b a l o k k a y u t e r s e -
but.“Alhamdulillah..Hmm, kamu telah berhasil dengan baik nak, tapi
lihatlah lubang-lubang di balok ini.
Balok ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya. “Ketika kamu
mengatakan sesuatu dalam kemara-
han. Kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini di hati orang
lain. Tidak peduli beberapa kali kamu
minta maaf, luka itu akan tetap ada. Dan luka karena kata-kata adalah
sama buruknya dengan luka fisik.”
“Tapi Allah Pemurah sayang, Allah pasti akan memaafkan kesala-
han kita selagi kta mau minta maaf,
ayok Mas Sandy minta maaf sama
teman-teman”. Kataku. Lalu Sandy-
pun minta maaf ke teman-temannya.
“Pintar, nah ayok salaman sama Mas Zaki, Mas Fatih, Mas Dani, Mas
Haydar, Mas Dimas, Mas Dandy,
Mbak Faqila, Mbak Nabila, Mbak Mutia, Mbak Andin, Mbak Azka,
Mbak Yusti, Mbak Sita, Mbak Indah,
Mbak Ara, Mbak Kesya, Mbak Shela, Mbak Cesa, Mbak Claresta, Mbak
Amel, Mbak Dygta”.
Namun siswa ini sebenarnya
pandai, dia selalu juara menggambar
ketika ada event lomba. Selain itu dia
adalah anak yang pandai dalam berhi-tung jarimatika, dia pun rajin mem-
baca buku, karena orang tuanya selalu
menerapkan kebiasasn membaca buku. Namun ternyata dia kurang
bersosia lisasi dengan teman-
temannya, jika setelah sekolah dia tidak diperbolehkan untuk keluar
rumah, atau main dengan teman-
temannya. Segala fasilitas terpenuhi tetapi sosialisasi dengan teman di
rumah sangatlah kurang, sehingga
mengakibatkan anak menjadi labil, karena dalam diri anak ingin ber-
sosialisasi dengan teman sebaya se-
hingga ketika di sekolah dia meluap-kan semua rasa kekecewaannya,
dengan membuat kekacauan di seko-
lah. By: Nur Chanif Muflichah
INFORMASI :
LOMBA BACA PUISI
Selasa, 03 Januari 2012 (Jam 09.00-12.00 WIB)
Tingkat SD (Kontribusi Rp 5000,-) Tema Lingkungan. Fasilitas Lomba :
Materi Puisi, Snack, Air Minum, Fasilitas Juara: Trophy+Sertifikat. Tem-
pat: Panggung Istimewa Grebeg Buku Jogja#3 Wanitatama Jl Laksda
Adisucipto No 88 YK.
Contact Person :
Paguyuban Sastra Mataram
CP 0274-9126065,
Pak Sigit (081931791185)
Eko B Saputro (08562879757, 085225211333)
Jalan Sonosewu Baru 459. Yogyakarta
Presented by:
Cerpen Motifasi
Kabar Kabur