beker ja

3
Nama : Ellisa Widjanarko Kelas : XII IPA 1 No. Abs : 08 Jika aku bekerja nanti Bekerja adalah salah satu hal yang paling mendasar dalam kehidupan manusia. Kehidupan setiap manusia tidak bisa dilepaskan dari bekerja, termasuk saya. Sebagai orang kristen, bekerja tidak hanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pridadi saya. Namun saat ini saya dididik untuk mengaitkan pekerjaan yang hendak saya lakukan nanti dengan kebenaran firman Tuhan dan kehendakNya dalam kehidupan saya. Itulah yang menjadi pergumulan setiap orang kristen. Mengapa saya bekerja? Karena dengan bekerja kita telah mewujudkan hakikat kita sebagai gambar dan rupa Allah. Karena kita adalah Imago Dei, tentu kita memiliki beberapa sifat Allah dan meneladani Allah, salah satunya bekerja. Allah selalu bekerja dalam karyaNya (Yohanes 5:17), karena itulah kita juga bekerja. Selain itu, bekerja juga merupakan mandat Allah. Sejak manusia pertama (Adam) diciptakan, Allah telah memberikan perintah untuk bekerja (Kejadian 1:28, 2:15). Jadi, kita bekerja bukan sebagai hukuman kita karena kita telah jatuh ke dalam dosa, karena Tuhan memberikan kita mandat untuk bekerja sebelum manusia jatuh ke dalam dosa. Upah dosa adalah maut, bukan bekerja. Namun karena dosa, kerja yang semestinya penuh dengan damai sukacita menjadi penuh kesulitan. Bekerja juga dilakukan untuk memenuhi kebutuhan duniawi kita sebagai manusia yang melangsungkan kehidupan didunia. Bekerja tidak hanya sebagai kewajiban, namun ternyata bekerja itu untuk kebaikan kita sendiri, agar dunia ini dapat terselenggara dengan baik. Kelak, saya ingin melanjutkan pendidikan saya di universitas Brawijaya dalam bidang kedokteran. Ya, cita-cita saya sejak saya masih kecil adalah menjadi dokter. Dulu saya berpikir bahwa pekerjaan dokter sangat menyenangkan, bisa menyembuhkan penyakit, yang sakit jadi sehat. Namun sekarang,

Upload: ellisatan

Post on 11-Feb-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Beker Ja

TRANSCRIPT

Page 1: Beker Ja

Nama : Ellisa WidjanarkoKelas : XII IPA 1No. Abs : 08

Jika aku bekerja nanti

Bekerja adalah salah satu hal yang paling mendasar dalam kehidupan manusia. Kehidupan setiap manusia tidak bisa dilepaskan dari bekerja, termasuk saya. Sebagai orang kristen, bekerja tidak hanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pridadi saya. Namun saat ini saya dididik untuk mengaitkan pekerjaan yang hendak saya lakukan nanti dengan kebenaran firman Tuhan dan kehendakNya dalam kehidupan saya. Itulah yang menjadi pergumulan setiap orang kristen.

Mengapa saya bekerja? Karena dengan bekerja kita telah mewujudkan hakikat kita sebagai gambar dan rupa Allah. Karena kita adalah Imago Dei, tentu kita memiliki beberapa sifat Allah dan meneladani Allah, salah satunya bekerja. Allah selalu bekerja dalam karyaNya (Yohanes 5:17), karena itulah kita juga bekerja.

Selain itu, bekerja juga merupakan mandat Allah. Sejak manusia pertama (Adam) diciptakan, Allah telah memberikan perintah untuk bekerja (Kejadian 1:28, 2:15). Jadi, kita bekerja bukan sebagai hukuman kita karena kita telah jatuh ke dalam dosa, karena Tuhan memberikan kita mandat untuk bekerja sebelum manusia jatuh ke dalam dosa. Upah dosa adalah maut, bukan bekerja. Namun karena dosa, kerja yang semestinya penuh dengan damai sukacita menjadi penuh kesulitan.

Bekerja juga dilakukan untuk memenuhi kebutuhan duniawi kita sebagai manusia yang melangsungkan kehidupan didunia. Bekerja tidak hanya sebagai kewajiban, namun ternyata bekerja itu untuk kebaikan kita sendiri, agar dunia ini dapat terselenggara dengan baik.

Kelak, saya ingin melanjutkan pendidikan saya di universitas Brawijaya dalam bidang kedokteran. Ya, cita-cita saya sejak saya masih kecil adalah menjadi dokter. Dulu saya berpikir bahwa pekerjaan dokter sangat menyenangkan, bisa menyembuhkan penyakit, yang sakit jadi sehat. Namun sekarang, saya telah mengerti bahwa sehat, sakit-penyakit, itu semua Tuhanlah yang mengatur, dan dokter hanyalah sebagai salah satu alat Tuhan untuk menjalankan kehendakNya.

Saya memang menyukai pelajaran Biologi, khususnya dalam mempelajari ilmu mengenai tubuh manusia. Namun, saya sekarang juga sedang menggumulkan kehendak Tuhan, apakah Tuhan memang menginginkan saya untuk menjadi dokter, atau bekerja di bidang lain. Apapun pekerjaannya, saya ingin dalam saya melaksanakannya saya tetap memuliakan Tuhan, bukan memuliakan diri.

Banyak sekali tantangan yang hendak saya hadapi dalam bekerja sebagai dokter. Menjadi dokter dihadapkan dalam dua pilihan: mau tetap

Page 2: Beker Ja

mengikuti etika kristen, mengusahakan yang terbaik bagi pasien, atau mau mendapat ‘duit’ banyak. Saat ini sudah bukan rahasia bahwa dokter suka cari untung. Penyakit yang semestinya tidak begitu parah, namun dokter menyuruh pasiennya itu untuk meminum obat A, B, C, D dan periksa rutin walaupun sebenarnya tidak perlu. Memang nantinya sembuh, namun pasien akan mengalami ketergantungan pada obat-obatan yang dikonsumsinya itu. Tanpa memperdulikan semuanya itu, dokter seolah-olah mau melakukan apa saja asal dapat untung banyak.

Selain itu, menjadi dokter dibayang-bayangi dengan ‘mal praktek’. Ini adalah ketakutan terbesar dalam menjalani profesi sebagai dokter. Bila dokter salah mengenali penyakit yang diderita pasien dan kemudian salah mengambil keputusan, maka dampaknya akan dirasakan oleh pasien, bahkan bisa berakibat fatal; yaitu kematian. Karena itu, bila saya nantinya menjadi dokter, saya harus benar-benar mau terus belajar (karena ilmu tiada habisnya) dan mengandalkan Tuhan dalam setiap penanganan yang hendak dilakukan.

Ketika saya bekerja nanti, saya ingin agar saya tidak melupakan Tuhan dan berorientasi pada kebutuhan diri saya saja, melainkan saya tetap ingin memuliakan Tuhan dalam pekerjaan saya. Saya tidak ingin dikuasai oleh pekerjaan dan hasil kerja, namun saya tetap ingin menjadi tuan atas pekerjaan saya dan tetap menjalankan pekerjaan tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip kristiani dan etika kristen. Melalui kehadiran saya, saya ingin menjadi berkat bagi sesama di sekitar saya.