bedah-fraktur

14
BAB I LAPORAN KASUS 1.1 Identitas Nama : RA Umur : 19 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Bangsa : Indonesia Alamat : Jl. KH. Azhari 5 Ulu Pekerjaan : Karyawan Minimarket MRS : 19 Oktober 2012 1.2 Autoanamnesis ( Tanggal 19 Oktober 2012) Keluhan Utama: Nyeri pada tungkai kiri setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Riwayat Perjalanan Penyakit: ± 4 jam SMRS pasien mengalami kecelakaan lalu lintas saat motor yang dikendarainya menabrak mobil didepannya. Luka terbuka di kaki kiri (+), nyeri (+), pingsan (-), pingsan (-), mual (-), muntah (-). ± 3 jam SMRS pasien berobat ke RS Myria dan telah diberi tindakan resusitasi cairan, ATS dan 1

Upload: asyiqin-ramdan

Post on 31-Dec-2014

59 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

fraktur

TRANSCRIPT

Page 1: bedah-fraktur

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 Identitas

Nama : RA

Umur : 19 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Bangsa : Indonesia

Alamat : Jl. KH. Azhari 5 Ulu

Pekerjaan : Karyawan Minimarket

MRS : 19 Oktober 2012

1.2 Autoanamnesis ( Tanggal 19 Oktober 2012)

Keluhan Utama:

Nyeri pada tungkai kiri setelah mengalami kecelakaan lalu lintas.

Riwayat Perjalanan Penyakit:

± 4 jam SMRS pasien mengalami kecelakaan lalu lintas saat motor yang

dikendarainya menabrak mobil didepannya. Luka terbuka di kaki kiri (+),

nyeri (+), pingsan (-), pingsan (-), mual (-), muntah (-).

± 3 jam SMRS pasien berobat ke RS Myria dan telah diberi tindakan

resusitasi cairan, ATS dan imobilisasi dengan spalk. Kemudian pasien dirujuk

ke RSUD Palembang Bari.

Riwayat Penyakit Dahulu

- Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.

- Riwayat Hipertensi dan Diabetes Melitus disangkal.

1

Page 2: bedah-fraktur

1.3 Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit berat

Kesadaran : Compos mentis

Gizi : Cukup

Pernafasan : 22x/menit

Nadi : 84x/menit

Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Suhu : 37ºC

Kepala : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-

Pupil : Isokor, Refleks cahaya +/+

Leher : Tidak ada kelainan

Thorax : Tidak ada kelainan

Abdomen : Tidak ada kelainan

Ekstremitas Superior : Lihat status lokalis

Ekstremitas Inferior : Lihat status lokalis

Status lokalis

Ekstremitas superior dextra: multiple vulnus excoriatum

Ekstremitas inferior sinistra:

- Inspeksi: Luka terbuka (+), hematom (-), edema (+)

- Palpasi: Nyeri (+), krepitasi (+), pulsasi a.dorsalis pedis (+), ROM sulit

dinilai karena nyeri.

1.4 Diagnosa Sementara

Fraktur cruris sinistra terbuka grade III

1.5 Saran

1. Pemeriksaan radiologi

2

Page 3: bedah-fraktur

1.6 Hasil

I.5 Diagnosis Kerja

Fraktur tibia sinistra 1/3 proximal komunitif terbuka grade III.

I.6 Penatalaksanaan

- IVFD RL gtt XX/menit

- Cefotaxim 2x1 vial

- injeksi Ketorolac 2x30 mg

- Debridement

I.7 Prognosis

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

3

Page 4: bedah-fraktur

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendahuluan

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang

dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Trauma yang

menyebabkan fraktur dapat berupa trauma langsung, tekanan langsung pada

tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan, dan trauma tidak langsung, trauma

dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur. Akibat trauna

bergantung pada jenis trauma, kekuatan, arahnya dan umur penderita.

2.2 Klasifikasi Fraktur

Klasifikasi fraktur dibagi menjadi:

1. Menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia

luar.

- Fraktur tertutup

Fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.

- Fraktur terbuka

Fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka

pada kulit dan jaringan lunak.

2. Menurut etiologis

- Fraktur traumatik

Terjadi karena trauma yang tiba-tiba.

- Fraktur patologis

Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan

patologis pada tulang maupun di luar tulang, misalnya tumor, infeksi

atau osteoporosis.

- Fraktur stres

Terjadi karena beben lama atau trauma ringan yang terus-menerus

pada suatu tempat tertentu, misalnya fraktur pada tulang tibia atau

4

Page 5: bedah-fraktur

metatarsal pada tentara atau olehragawan yang sering berlari atau

baris-berbaris.

3. Menurut komplit tidaknya garis fraktur

- Fraktur komplit

Apabila garis patah yang melalui seluruh penampang tulang atau

melalui kedua korteks tulang seperti yang terlihat pada foto.

- Fraktur tidak komplit

Apabila garis patah tidak melalui seluruh penampang

tulang, seperti:

Hairline fracture

Greenstick fracture

Buckle fracture

4. Menurut garis fraktur

- Transversal

- Oblik

- Spiral

- Kominutif

- Kupu-kupu

- Segmental

- Depresi

5. Menurut bergeser atau tidak bergesernya fragmen-fragmen fraktur

- Fraktur undisplaced:

Garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser.

- Fraktur displaced:

Terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur.

2.3 Fraktur tibia dan fibula

1. Frekuensi

Fraktur tibia merupakan fraktur yang paling sering dari semua fraktur

tulang panjang. Kejadian tahunan fraktur terbuka tulang panjang diperkirakan

5

Page 6: bedah-fraktur

11,5 per 100.000 orang, dengan 40% terjadi di ekstremitas inferior. Fraktur di

ekstremitas inferior paling banyak adalah fraktur yang terjadi pada diafisis

tibia.

2. Mortalitas dan Morbiditas

Ancaman kehilangan anggota gerak bawah dapat terjadi sebagai akibat

dari trauma jaringan lunak berat, gangguan neurovaskular, cedera arteri

popliteal, sindrom kompartemen, atau infeksi seperti gangren atau

osteomyelitis. Cedera arteri popliteal adalah cedera serius yang mengancam

ekstremitas bawah dan biasanya sering terabaikan.

Nervus perineus communis menyilang di samping collum dari fibula.

Saraf ini rentan terhadap cedera dari patah collum fibula, tekanan splint, atau

selama perbaikan bedah. Hal ini dapat mengakibatkan drop foot dan kelainan

sensibilitas.

Delayed union, nonunion, dan arthritis dapat terjadi. Di antara tulang panjang,

tibia adalah yang paling umum dari fraktur nonunion.

3. Diagnosis

- Anamnesis

Mekanisme trauma dan kejadian yang menyertainya meliputi waktu

terjadinya, jenisnya, berat ringan trauma, arah trauma dan posisi pasien atau

ekstremitas yang bersangkutan. Riwayat trauma atau patah tulang

sebelumnya, riwayat penyakit tulang, osteoporosis atau penyakit penyebab

osteoporosis sebelumnya. Penderita biasanya datang karena adanya nyeri,

pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak, deformitas, kelainan gerak

dan krepitasi.

- Pemeriksaan Fisik

Lokalis:

Ditemukan tanda-tanda klinis patah tulang

Inspeksi:

Ekspresi wajah karena kesakitan

6

Page 7: bedah-fraktur

Deformitas yang berupa pembengkokan, terputar, pemendekan

Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak

Gerak-gerak yang abnormal

Keadaan vaskularisasi

Palpasi:

Krepitasi, terasa bila fraktur digerakkan. Pemeriksaan ini sebaiknya

tidak dilakukan karena dapat menambah trauma

Temperatur

Nyeri tekan dan nyeri sumbu

Palpasi arteri di sebelah distal fraktur

Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah

Sensibilitas

Pergerakan:

Fungsiolaesa. Seberapa jauh gangguan fungsi, gerak yang tidak mampu

dilakukan, ruang lingkup gerak sendi (ROM).

2. Pemeriksaan penunjang

Dilakukan pemeriksaan radiologis dengan foto Roentgen.

4. Penatalaksanaan

Fraktur biasanya merupakan akibat dari suatu trauma. Oleh karena itu

penting untuk memeriksa jalan nafas (airway), pernafasan (breathing), dan

sirkulasi (circulation). Bila tidak didapatkan permasalahan lagi baru lakukan

anamnesis dan pemariksaan fisik yang lengkap.

Penatalaksanaan fraktur:

1. Terapi konservatif:

a. Proteksi saja, missal mitela untuk fraktur collum chirurgicum humeri

dengan kedudukan baik

b. Imobilisasi saja tanpa reposisi, misal pemasangan gibs pada fraktur

incomplete dan fraktur dengan kedudukan baik

7

Page 8: bedah-fraktur

c. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gibs, misalnya pada fraktur

suprakondiler, fraktur Smith, fraktur Colles. Reposisi dapat

menggunakan anestesi lokal atau umum.

2. Terapi operatif:

a. Reposisi terbuka, fiksasi interna

b. Reposisi tertutup dengan control radiologist diikuti fiksasi eksterna.

Pada fraktur tertutup diusahakan untuk melakukan reposisi tertutup.

Sedang untuk fraktur terbuka harus dilakukan secepat mungkin,

penundaan waktu dapat mengakibatkan komplikasi infeksi.

5. Komplikasi

Shock hipovolemik

Infeksi

Embolisasi

Deformitas permanen

6. Fraktur Terbuka

Klasifikasi :

I. Luka bersih, panjang < 1 cm (biasanya luka dari dalam dengan cidera

jaringan lunak yang sedikit)

II. Laserasi > 1 cm tanpa kerusakan jaringan lunak ekstensif, skin flaps

atau avulsi dan dengan fraktur transversal dan oblik yang simpel

III. Kerusakan jaringan lunak ekstensif seperti skin flaps, avulsi, dan cidera

otot dan saraf

IIIA. Kerusakan jaringan lunak ekstensif tapi penutupan tulang masih

adekuat, fraktur segmental dan luka tembak

IIIB. Kerusakan jaringan lunak ekstensif dengan stripping periosteal

ekstensif dan devaskularisasi tulang yang memerlukan graft atau flap

Manajemen :

Tipe I dan II : penutupan kulit primer

Tipe III : penutupan kulit delayed primer

8

Page 9: bedah-fraktur

BAB III

ANALISIS KASUS

Seorang laki-laki, usia 19 tahun datang dengan keluhan nyeri di tungkai

kiri setelah mengalami kecelakaan lalu lintas.

± 4 jam SMRS pasien mengalami kecelakaan lalu lintas saat motor yang

dikendarainya menabrak mobil didepannya. Luka terbuka di kaki kiri (+), nyeri

(+), pingsan (-), pingsan (-), mual (-), muntah (-).

± 3 jam SMRS pasien berobat ke RS Myria dan telah diberi tindakan

resusitasi cairan, ATS dan imobilisasi dengan spalk. Kemudian pasien dirujuk ke

RSUD Palembang Bari.

Dari pemeriksaan status lokalis regio cruris sinistra didapatkan hasil

inspeksi: Luka terbuka (+), hematom (-), edema (+). Dari palpasi: Nyeri (+),

krepitasi (+), pulsasi a.dorsalis pedis (+), ROM sulit dinilai karena nyeri.Dari

pemeriksaan penunjang yang disarankan didapatkan hasil foto rontgen gambaran

fraktur os tibia sinistra 1/3 proximal komunitif.

Berdasarakan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang pasien ini

didiagnosis Fraktur tibia sinistra 1/3 proximal komunitif terbuka grade III. Pada

pasien ini diberikan terapi berupa IVFD RL gtt XX/menit, Cefotaxim 2x1 vial,

injeksi Ketorolac 2x30 mg, serta rencana Debridement.

Setelah dilakukan tindakan debridement pasien diberikan edukasi tentang

keadaan fraktur pada tungkainya dan disarankan untuk melakukan tindakan

pembedahan berupa fiksasi interna.

9

Page 10: bedah-fraktur

DAFTAR PUSTAKA

1. Jong WD, Sjamsuhidajat R. Patah Tulang dan Dislokasi. Dalam : Buku Ajar

Ilmu Bedah. EGC. Jakarta, 1997 : 1138.

2. Rasjad Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Bintang Lamumpatue :

Ujung pandang,1998 :488-501

3. Mark E Baratz, MD. Tibia and Fibula Fracture. Available from

http://emedicine.medscape.com/article/826304-overview

10