fraktur case bedah bunda

24
CASE REPORT Fraktur Ulna 1/3 Tengah Dextra Pembimbing : dr. Bakri Hasbullah Sp.B FINACS Oleh : Nurul Amanda Fitra, S.Ked J 500090055 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

Upload: syafniyuliasistri

Post on 13-Sep-2015

42 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

paru

TRANSCRIPT

CASE REPORT

Fraktur Ulna 1/3 Tengah DextraPembimbing :dr. Bakri Hasbullah Sp.B FINACS

Oleh :

Nurul Amanda Fitra, S.KedJ 500090055FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

PENGESAHAN

CASE REPORT

Fraktur Ulna 1/3 Tengah DextraDisetujui : November 2013(dr. Bakri Hasbullah Sp.B FINACS)

(..)

Disahkan Ketua Pelaksana Fakultas Kedokteran UMS :

(dr. Dona Dewi N.) (........................... ....)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013FRAKTUR ULNA 1/3 TENGAH DEXTRAA. ANAMNESIS

Status pasien

Nama

: Bp. Sukisno Jenis Kelamin

: Laki-Laki Umur

: 27 tahun Alamat

: Kebakkramat

Agama

: Islam Tanggal MRS

: 7 November 2013 No. RM

: 290xxxB. Riwayat Penyakit

Keluhan Utama : Tangan kanan sakit bila digerakkan setelah olahraga karate Riwayat Penyakit Sekarang 3 HSMRSPada pagi hari pasien mengikuti olah raga karate, kemudian ketika bertanding pasien mengalami tendangan cukup keras dan berusaha untuk menangkis dengan mengunakan tangan kanan. Setelah itu pasien langsung merasa tangannya sakit apabila digerakkan, tangan pasien juga sedikit bengkak, luka (-). Pasien masih sadar dan berusaha untuk menahan rasa sakit. Pasien kemudian dibawa ke tukang urut. Setelah diurut sakitnya masih tidak berkurang dan tangan pasien semakin bengkak.

1 HSMRS

Pasien masih merasa sakit apabila tangan kanannya digerakkan. Kemudian pasien diperiksakan ke dokter umum di puskesmas dan mendapatkan obat. Setelah meminum obat, sakitnya tidak berkurang dan tangan pasien masih sakit bila digerakkan, bengkak (+).

HMRS

Pasien datang ke poli bedah RSUD karanganyar dengan keluhan tangan kanan sakit bila digerakkan setelah mengikuti tanding karate 3 hari yang lalu, bengkak (+), luka (-). Sudah dibawa ke tukang urut dan diperiksakan ke dokter umum di puskesmas tetapi keluhan tidak berkurang.

Riwayat Penyakit dahuluRiwayat penyakit serupa

: disangkal

Riwayat tekanan darah tinggi

: disangkalRiwayat diabetes melitus

: disangkalRiwayat Alergi

: disangkal Riwayat penyakit keluargaRiwayat tekanan darah tinggi

: disangkalRiwayat DM

: disangkalC. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum

: Baik Kesadaran

: Compos Mentis

Vital Sign

Tekanan Darah

: 110/80 mmHg

Nadi

: 82 kali/menit

Respirasi

: 22 kali/menit

Suhu

: 36,2 oC Pemeriksaan kepala :Bentuk kepala: normocephal, simetris Pemeriksaan mataKonjungtiva anemis : (-/-)

Sklera ikterik

: (-/-)

Hidung

: tidak ada kelainan Telinga

: tidak ada kelainan Mulut

: tidak ada kelainan Pemeriksaan Leher KGB: tidak ada pembesaran JVP: tidak ada kelainan Pemeriksaan thorax :JantungInspeksi

: ictus cordis tidak tampak, massa (-) Palpasi

: ictus cordis teraba Perkusi: Batas batas jantung

Kanan atas SIC II parasternalis dextra

Kanan bawah SIC IV parasternalisdextra Kiri atas SIC II parasternalis sinistra Kiri bawah SIC V linea midclavikularis redup Auskultasi :Bunyi jantung I-II murni, reguler, bising jantung (-) Paru Inspeksi : Simetris kanan kiri, ketinggalan gerak (-), massa (-) Palpasi: Fremitus normal, nyeri tekan (-) Perkusi: sonor

Auskultasi : SDV(+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-) Pemeriksaan abdomenInspeksi : permukaan perut rata, massa (-), bekas luka operasi (-) Auskultasi : peristaltik (+) normalPerkusi : tympani Palpasi : nyeri tekan (-), defans muskuler (-) Pemeriksaan ekstremitas :Superior : DextraSinistra

L : luka (-), edema (+), warna kemerahan (+)F : hangat (+), nyeri tekan (+), krepitasi (-)

M : ROM Shoulder not full, ROM elbow not full, ROM Wrist not full Tidak ada kelainan

Inferior : tidak ada kelainan

D. Status Lokalis

LookSikatriks (-)Warna kemerahan (+)Bengkak (+)Luka (-) Feel

Hangat (+)

Krepitasi (-)

Nyeri tekan (+)

MoveROM Shoulder not full

ROM elbow not full

ROM Wrist not fullE. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium WBC: 7.600

/L

RBC: 4,45

106/L

HGB: 13,8

g/dL

HCT: 38,1

%

MCV: 85,6

fL

MCH: 31.0

pg

MCHC: 36.2

g/dL

PLT: 191.000/L

Ureum: 17

mg/dL

Creatinin: 0,82

mg/dL GDS: 92

mg/dL

HBsAg: (-)

Pemeriksaan Radiologi

Tampak adanya garis fraktur pada 1/3 tengah ulna dextraF. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNAAnamnesisPasien laki-laki, 27 tahun, datang ke poli bedah RSUD karanganyar dengan keluhan tangan kanan sakit bila digerakkan setelah tanding karate dan menangkis tendangan 3 hari yang lalu, bengkak (+), luka (-). Sudah dibawa ke tukang urut dan diperiksakan ke dokter umum tetapi keluhan tidak berkurang.

Pemeriksaan Fisik Status Lokalis Look : Luka (-)

Edema (+)

Warna kemerahan (+)

FeelHangat (+)

Krepitasi (-)

Move

ROM Shoulder not full

ROM elbow not full

ROM Wrist not full

G. DIAGNOSIS KLINIS

Fraktur ulna dextra 1/3 tengahH. PENATALAKSANAAN

1. Medikamentosa :

Anbacim 1 gr/12 jam

Ketorolac 1 amp/12 jam

2. Operatif :ORIFI. Prognosis Death

: ad bonam

Disease

: ad bonam

Disability

: dubia ad bonam

Discomfort

: dubia ad bonam

Dissatisfaction : dubia ad bonam

TINJAUAN PUSTAKAA. Definisi FrakturFraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umunya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung ( at glance, 2007).B. Anatomi antebrachii Anatomi antebrachii terdiri dari 2 tulang panjang yang berjajar di sebelah distal humerus, yaitu radius dan ulna. Os Ulna merupakan tulang panjang (os longum) yang terdiri dari epiphysis proximalis, diaphysis, dan epiphysis distalis. Os radius juga merupakan tulang oanjang (os longum) dan terdiri dari epiphysis proximalis, corpus radii, dan epiphisis distalis (at glance,2007)C. Klasifikasi FrakturFraktur dapat dibedakan jenisnya berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan disekitar dan berdasarkan garis frakturnya.1. Berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan disekitar

a) Fraktur tertutup (closed),bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.

b) Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. 2. Berdasarkan garis fraktur

(de Jong, 2010)D. Gejala Klasik Fraktur

Adanya riwayat trauma, rasa nyeri dan bengkak di bagian tulang belakang yang patah, deformitas di bagian tulang yang patah, deformitas (angulasi, rotasi, diskrepansi), nyeri tekan, krepitasi, gangguan fungsi muskuloskeletal akibat nyeri, putusnya kontuinitas tulang, dan gangguan neurovaskular (de Jong, 2010)

E. Diagnosis Fraktura. Anamnesisb. Pemeriksaan Fisik:1. Lihat : inspeksi, bandingkan kiri dan kanan, Perhatikan apa yang dapat dilihat, sikatriks (jaringan parut alamiah atau post operasi), fistulae, warna kemerahan/kebiruan atau hiperpigmentasi benjol / pembengkakan/cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa, posisi serta bentuk dari ekstremitas (deformitas), jalannya (gait waktu pasien masuk kamar periksa).2. Raba : Analisis nyeri, Perubahan suhu terhadap sekitarnya serta kelembaban kulit, bila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau hanya edema erutama daerah persendian, krepitasi, catat letak kelainannya (1/3 proksimal/tengah/ distal).3. Gerak : Aktif dan/pasif dari gerakan lingkar sendi (ROM)c. Pemeriksaan Penunjang : Sinar-X, CT-Scan, MRI(appley, 1995)F. Penatalaksanaan FrakturPrinsip-prinsip tindakan/penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi :a. ReduksiReduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode untuk reduksi adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka. Metode tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur, namun prinsip yang mendasarinya tetap sama. b. Imobilisasi Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Metode untuk mempertahankan imobilisasi adalah dengan alat-alat eksternal bebat, brace, case, pen dalam plester, fiksator eksterna, traksi, balutan) dan alat-alat internal (nail, lempeng, sekrup, kawat, batang, dll)c. Rehabilitasi Untuk mempertahankan dan memperbaiki fungsi dengan latihan isometrik dan pengaturan otot, partisipasi dalam aktifitas hidup sehari-hari, dan melakukan aktifitas kembali secara bertahap.Metode Penatalaksanaan

1. Fiksasi Internal

Salah satunya adalah tindakan ORIF(Open Reduction Internal Fixation) atau fiksasi internal dengan pembedahan terbuka akan mengimmobilisasi fraktur dengan melakukan pembedahan dengan memasukan paku, sekrup atau pin ke dalam tempat fraktur untuk memfiksasi bagian-bagian tulang yang fraktur secara bersamaan.a) Indikasi ORIF

1) Fraktur yang tak bisa sembuh

2) Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup

3) Fraktur yang dapat direposisi tapi sulit dipertahankan

4) Fraktur yang memberikan hasil baik dengan operasib) Komplikasi tindakan ORIF

1) Infeksi

2) Kehilangan dan kekakuuan jangkauan gerak

3) Kerusakan otot

4) Kerusakan saraf dan kelumpuhan

5) Deformitas

6) Sindrom kompartemen

(Gayle, 2001)

F. Proses Penyembuhan fraktur1. Fase Kerusakan jaringan dan pembentukan hematomaPembuluh darah robek dan terbentuk hematoma di sekitar dan di dalam fraktur. Tulang pada permukaan fraktur yang tidak mendapat persediaan darah akan mati sepanjang satu atau dua millimeter. 2. Fase Radang dan proliferasi selulerDalam 8 jam setelah fraktur terdapat reaksi radang akut disertai proliferasi sel di bawah periosteum dan di dalam saluran medulla yang tertembus. Ujung fragmen dikelilingi oleh jaringan sel, yang menghubungkan tempat fraktur. Hematoma yang membeku perlahan-lahan diabsorbsi dan kapiler baru yang halus berkembang ke dalam daerah itu.3. Fase Pembentukan kalusSel yang berkembang biak memiliki potensi kondrogenik dan osteogenik : bila diberikan keadaan yang tepat sel itu akan mulai membentuk tulang dan dalam beberapa keadaan juga kartilago. Populasi sel sekarang juga mencakup osteoklas (mungkin dihasilkan dari pembuluh darah baru) yang mulai membersihkan tulang yang mati. Massa sel yang tebal, dengan pulau-pulau tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kalus atau bebat pada permukaan periosteal dan endosteal. Sementara tulang fibrosa yang imatur menjadi lebih padat, gerakan pada tempat fraktur semakin berkurang dan pada empat minggu setelah cedera fraktur menyatu.4. Fase KonsolidasiBila aktivitas osteoklastik dan osteoblastik berlanjut, anyaman tulang berubah menjadi tulang lamelar. Sistem itu sekarang cukup kaku untuk memungkinkan osteoklas menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan dekat di belakangnya osteoblas mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang cukup kuat untuk membawa beban yang normal. 5. Fase RemodellingFraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan, atau bahkan beberapa tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorpsi dan pembentukan tulang yang terus menerus. Lamela yang lebih tebal diletakkan pada tempat yang tekanannya tinggi : dinding-dinding yang tak dikehendaki dibuang dan rongga sumsum dibentuk. Akhirnya tulang akan memperoleh bentuk yang mirip bentuk normalnya.

Komplikasi Penyembuhan fraktur :a. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miringb. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.

c. Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.G. Komplikasi Fraktur1. Sindrom Emboli Lemak

Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal. Hal ini terjadi ketika gelembung gelembung lemak terlepas dari sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang lemak ini akan melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh pembuluh darah pulmonary yang menyebabkan sukar bernafas. Gejala dari sindrom emboli lemak mencakup dyspnea, perubahan dalam status mental (gaduh, gelisah, marah, bingung, stupor), tachycardia, demam, ruam kulit ptechie.

2. Sindrom Kompartemen

Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya menyebabkan kerusakan pada otot. Gejala-gejalanya mencakup rasa sakit karena ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang berhubungan dengan tekanan yang berlebihan pada kompartemen, rasa sakit dengan perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan paresthesia. Komplikasi ini terjadi lebih sering pada fraktur tulang kering (tibia) dan tulang hasta (radius atau ulna).

3. Nekrosis Avaskular (Nekrosis Aseptik)

Nekrosis avaskular dapat terjadi saat suplai darah ke tulang kurang baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur intrascapular femur (yaitu kepala dan leher), saat kepala femur berputar atau keluar dari sendi dan menghalangi suplai darah. Karena nekrosis avaskular mencakup proses yang terjadi dalam periode waktu yang lama, pasien mungkin tidak akan merasakan gejalanya sampai dia keluar dari rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada pasien merupakan hal yang penting.

4. Osteomyelitis

Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen dapat masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi. Luka tembak, fraktur tulang panjang, fraktur terbuka yang terlihat tulangnya, luka amputasi karena trauma dan fraktur fraktur dengan sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki risiko osteomyelitis yang lebih besar.5. Gangren Gas

Gas gangren berasal dari infeksi yang disebabkan oleh bakterium saprophystik gram-positif anaerob yaitu antara lain Clostridium welchii atau clostridium perfringens. Clostridium biasanya akan tumbuh pada luka dalam yang mengalami penurunan suplai oksigen karena trauma otot. Jika kondisi ini terus terjadi, maka akan terdapat edema, gelembung gelembung gas pada tempat luka. Tanpa perawatan, infeksi toksin tersebut dapat berakibat fatal.

(de Jong, 2010)