beberapa aspek hukum perdata internasional dalam
TRANSCRIPT
•
215
BEBERAPA ASPEK HUKUM PERDATA INTERNASIONAL DALAM PERJANJIAN LISENSI PESAWAT TERBANG
•
----------Oleh : Hendanllin, S.H .. ---------
Pendahuluan
Bahwa usaha pembangunan yang menuju kepada modernisasi nasional di segala bidang, perlu ditunjang oleh kemampuan-kemampuan di bidang teknologi. Untuk memiliki/meningkatkan kemampuan kita di bidang teknologi (khususnya teknologi pesawat terbang) perlu dilakukan · usaha-usaha mengalihkan teknologi maju (advanced technology ) tersebu t dali negaranegara yang menguasainya. Usaha-usaha mengalihkan teknologi dari luar negeri , kecuali menyangku t masalah pemilihan teknologi yang tepat bagi Indonesia sebagai negara berkembang, juga memperlihatkan implikasinya di bidang hukum .
Seperti kita ketahui , pengalihan teknologi merupakan suatu proses yang dapat ditinjau dari pelbagai sudut, an tara lain sosial budaya, politik , ekonomi, teknis, tlnansial dan hukum. J adi dalam hal ini, pengalihan teknologi tidak hanya persoalan teknis belaka, melainkan menyangkut banyak aspek yang lain , seperti telah disebutkan di atas. Oleh karena itu pola pengelolaan sumber daya tersebut harus dilihat dari segi yang luas, yang meliputi hubungannya dengan perkembangan penduduk dan kesempatan kerja, perkembangan masyarakat, perkembangan ekonomi dan politik pemeliharaan kelestarian hidup ,
perubahan pandangan hidup/nilai-nilai yang ada di masyarakat akibat masuknya unsur-unsur asing dan lain-lain.
Dalam zaman yang modern sekarang ini, semua langkah/ tindakan yang diambil perlu disertai dengan landasan hukum, terutama langkah/ tindakan yang menyangkut banyak aspek yang melibatkan kepentingan umum. Tindakan yang dimaksud dalam hal ini adalah proses pengalihan teknologi yang dituangkan dalatn suatu perjanjian lisensi (license agreement).
Dengan adanya perjanjian lisensi maka suatu perusahaan Industri Pesawat Terbang dapat menjalankan program-
• nya dalam memproduksi pesawat ter-bang dengan tenang, karena dilindungi . oleh hukum. Oleh karena itu suatu petjanjian lisensi pesawat terbang yang antara lain berisi pasal-pasal ten tang harga yang disepakati (price adjustment clause), jadwal penyerahan (delivery schedule), Ketentuan tentang pembayaran (term of payment) dan pasal-pasal yang essensial laiimya yang menetapkan hak dan kewajiban para pihak apabila timbul beberapa kejadian, seperti keterlambatan penyerahan , penetapan perpajakan baru dan lain sebagainya haruslah disusun secara terperinci dan jelas, supaya dikemudian hari tidak menimbulkan kesulitan/ persengketaan akibat adanya penafsiran yang berbeda dari ketentuan pasal-
Juni 1985
216
pasal dalam perjanjian lisensi tersebut.
Pengertian ,
,
Yang dimaksud perjanjian adalah ,
suatu ikatan an tara dua belah pihak ( two parties) atau lebih untuk memberikan sesuatu , membuat sesuafu atau untuk tidak berbuat sesuatu , di mana masing-inasing pihak mempunyai hak dan kewajiban yang diatur/ dilindungi oleh hukum .. Apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya (Wanprestasi) maka pihak yang lain berhak menuntut berdasarkan ketentuan yang berlaku pada perjanjian tersebu t.
•
Dalam suatu perjanjian lisensi pesa-wat terbang, terdapat aspek-aspek Hukum Perdata' Internasional (H.P.I.). Dikatakan demikian karena dalam perjanjian lisensi pesawat terbang terdapat unsur-unsur asing. Unsur-unsur yang dimaksud antara lain adalah adanya salah satu pihak yang berstatus/berke~arganegaraan asing, bahasa yang dituangkan dalam perjanjian, temp at menyelesaikan sua tu persengketaan yang timbul di an tara kedua belah pihak (settlement of dispute atau arbitration ), hukum yang diterapkan dalam perjanjian (applicable law), pembayaran yang dilakukan dalam bentuk uang asing (Dollar Amerika, D.M. Jerman ' atau Pesso Spanyol).
,
.. Selanjutnya, dalam setiap perjan-Jlan lisensi , pihak yang memberi Ii- . s~nsi dinamqi<.an Licensor; Sedangkan plhak yang menerima lisensi dinamakan Licensee. Pada umumnya hubungan antara licensor dan licensee adalah suatu hubungan hukum yang ditetapkan dalam suatu perjanjian lisensi. Para pihak (licensor dan licensee) dapat berbentuk perorangan, perusahaan ba-
Hukum dan Pembangunan
dan hukum, Cabang (subsidiarv com--pany ), anak perusahaan atau joint venture.
Dipandang dari kepentingan licensor, lisensi ' adalah merupakan suatu siasat pemasaran barang-barang Industrinya mengingat lebih sulit memasukkan barang jadi ke negara lain, karen a adanya peraturan ekspor-impor yang bersifat membatasi.
Masa Beriaku ~erjanjian
Suatu perjanjian lisensi mulai berlaku (efektif) setelah perjanjian tersebut ditanda-tangani oleh kedua belah pihak yang dalam hal ini dilakukan oleh pejabat yaf\g berwenang (untuk suatu perusahaan, maka yang biasa menandatangani perjanjian tersebu t adalah Direktur utamanya (Presiden direkturnya). Namun sebelum perjanjian tersebut ditanda-tangani , maka kedua belah pihak terlebih dahulu harus memperoieh persetujuan (approval) dari Pemerintah masing-masing, sebab suatu industri pesawat terbang dikatagorikan se bagai salah satu industri strategis yang berada di bawah p~ngawasan langsung Pemerintah. Di samping itu dapat juga ditentukan bahwa suatu perjanjian mulai efektif setelah pembayaran pertama (down payment) dilakukan atau setelah keluarnya .izin ekspor dari departemen perdagangan dari negara Licensor. r
Masa berlaku suatu perjanjian lisensi (durqtion of license agreement) berkisar an tara 10 - 20 tahun. Setelah berakhirnya perjanjian, maka perjanjian itu dapat diperpanjang lagi, ter-
. gantung keinginan/persetujuan kedua belah pihak. Namun sebelum berakhirnya masa berlaku perjanjian, dapat saja perjap.jian itu dihentikan apabila salah satu pihak mengalami ke-
•
Lisensi Pesawat Terbang
bangkrutan yang tidak dapat diatasi setelah melewati batas waktu yang ditentukan. Di be berapa negara (U mpamanya: Argentina, Jepang, Mexico dan lain-lain) untuk dapat berlakunya atau sahnya suatu perjanjian lisensi , harus ada persetujuan dari pemerintah atau harus di regristrasikan terlebih dahulu; Kalau di Inggris, menu rut hu
kum Inggris, suatu perjanjian lisensi yang menyangkut suatu patent supaya dianggap sah (di pengadilan Inggris), harus di regristrasikan atau didaftarkan pada kantor patent dalam jangka waktu enam bulan sesudah . perjanjian yang bersangkutan : ditanda-tangani, agar dapat dilihat oleh publik.
Bahasa
Suatu perjanjian lisensi adalah merupakan suatu Legal Document. Oleh karena itu, di dalam suatu perjanjian lisensi adalah penting sekali untuk mempergunakan bahasa yang jelas, tepat dan tidak meragukan , sehingga tidak menimbulkan penafsiran/ terjemahan yang berbeda-beda. Kalau tidak hal ini dapat menimbulkan ke sulitan dikemudian hari, karena beberapa istilah mempunyai arti yang bermacam-macam bagi orang-orang yang berlainan negara , sedangkan perjanjian lisensi sering dilakukan oleh orangorang dari negara-negara yang berlainan. lni akan menambah resiko tiinbulnya suatu konflik ten tang arti suatu istilah, misalnya dari beberapa istilah teknis atau pemberian nama (denomination) dari barang-barang atau proses-proses yang tidak mempunyai definisi-definisi . .
Bahasa yang dipergunakan dalam . suatu perjanjian antara Indonesia (da
lam hal ini adalah P.T. Nurtanio, se-
217
bagai satu-satunya perusahaan industri pesawat terbang di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara) dan pihak luar (misalnya : CASA Spanyol at au Aerospatiale Perancis atau Messerschmitt Bolkow - Blohm, Jerman atau yang lain) adalah bahasa Inggris.
Masalah penggunaan bahasa dalam suatu perjanjian adalah tergantung kesepakatan bersama; dengan demikian, bila yang dipilih adalah bahasa Inggris, maka semua dokumen (baik teknis maupun administrasi), pemberitahuan, laporan dan segala bentuk komunikasi lainnya harus ditulis dalam bahasa Inggris.
Dalam suatu perjanjian lisensi , sering kita jumpai pada bagian awal perjanjian adanya definisi kata atau istilah-istilah yang dipergunakan dalam perjanjian lisensi tersebut. Dengan sekali memberi definisi itu, maka pada pasal-pasal (Ketentuan) berikutnya dapat digunakan kata atau istilah yang pendek itu saja tanpa menyebut lagi ciri-ciri atau sifat-sifat dari hal yang dimaksud itu. Definisi-definisi itu terutama diperlukan dalam perjanjian Iisensi yang mengatur hal-hal yang tek
nis/khusus. Dengan adanya definisi-definisi ter
sebut , dapat pula dijaga kesatuan dalam menggunakan istilah-istilah. Untuk suatu istilah yang sarna, betapapun baiknya bila dipergunakan dalam suatu karya kesusasteraan, akan membawa kekaburan dan ketidakpastian kalau dipakai dalam suatu perjanjian hukum.
Hukl,lm yang Berlaku
. Untuk suatu perjanjian, berlaku ketentuan bahwa hukum yang dapat diberlakukan, adalah hukum di mana perjanjian itu dibuat (lex loci contrac-
•
Juni 1985
•
•
218
tus). Namun demikian para pihak dapat menyimpang dari ketentuan itu dengan mencantumkan peraturan mengenai hukum mana yang telah dipilih untuk diberlakukan pada perjanjian lisensi tersebu t. Dalam pada itu sebaiknya pemilihan itu didasarkan atas pertimbangan, di mana (di negara mana) perjanjian itu harus dilaksanakan atau dipaksakan pelaksanaannya.
J adi forum peradilan yang mana yang kira-kira akan dipakai kalau ada perselisihan atau pelaksanaan perjanjian itu terutama akan dilakukan di mana. Hukum negara atau tempat di mana pelaksanaan atau enforcement itulah hendaknya dipilih dan ditentukan sebagai hukum yang berlaku. Dan hukum tersebut harus diatur dengan jelas dalam salah satu pasal perjanjian. Sudah tentu para pihak biasanya akan mempertahankan hukum nasionalnya masing-masing.
Penyelesaian Sengketa
Apabila dalam melaksanakan isi perjanjian, salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya at au timbul adanya pelanggaran (default) oleh salah satu pihak, maka perjanjian Iisensi tersebut dapat dihentikan atau dibatalkan . Biasanya sebelum diputuskan bahwa perjanjian tersebut dihentikan atau dibatalkan , maka salah satu pihak akan mengirim pemberitahuan secara tertulis kepada pihak lainnya tentang adanya pelanggaran tersebu t, di mana pemberitahuan tersebut berisi suatu peringatan agar pelanggaran tersebut segera- dihentikan dan disusul dengan pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan yang berlaku .
Di samping itu, apabila tetjadi sengketa di antara kedua belah pihak, at as
•
Huh·urn dan Pembangunan
pelaksanaan isi perjanjian, maka biasanya langkah pertama yang diambil
•
oleh kedua belah pihak adalah menye-lesaikan sengketa itu secara kekeluargaan. Seandainya penyelesaian secara kekeluargaan ini tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka persengketaan itu dapat diajukan ke muka Mahkamah Perdagangan Internasional ( the international chanbere of comerce) di Paris (perancis) atau di Jenewa (Swiss) dengan dihadiri oleh 3 (tiga) orang wasit yang ditunjuk. (di Indonesia, lembaga yang dapat menyelesaikan persengketaan semacam itu adalah Badan Arbritrasi Nasional, disingkat BANI yang berkedudukan di Jakarta atau Pengadilan Negeri setempat) . Ketentuan (article) mengenai persengketaan ini dapat berbunyi sebagai berikut :
''Any dispute arisen in the accomplishm ent or interpretation of this agreement, will be intended to be friendly solved by both parties, and should an agreement not be reached such a dispute shall be submitted to the abitration of the international chamber of 'commerce at Paris (France), which will decide accord· ing to the rules of procedure contained in its Conciliation and A rbitration R e· gulation ".
Force Majeure.
Apabila salah satu pihak mengalami hal-hal yang berada di luar jangkauan/ kekuasaannya, maka pihak yang ber-
. sangkutan akan dimaafkan apabila tidak dapat melaksanakan kewajibannya sebagaimana telah dicantumkan dalam perjanjian. Hal-hal atau peristiwa yang berada di luar jangkauan/kekuasaan manusia itu dinamakan Force Majeure atau Excusable Delays.
Ketentuan mengenai Force Majeure ini dicantumkan dalam setiap perjan-
•
Lisensi Pesawat Terbang
jian, di mana masing-masing pihak memerlukan adanya perlindungan hukum apabila sewaktu-waktu pihak yang bersangkutan mengalami force majeure.
Hal-hal at au kejadian-kejadian yang dapat dikatagorikan sebagai force majeure adalah pemberontakan, kebakaran, pembajakan udara, huru-hara, bencana alam, penyakit epidemi, tindakan-tindakan dan at au peraturanperaturan Pemerintah · di bidang ekonomi maupun moneter (misalnya: Sanering, Devaluasi) yang akibatnya langsung maupun tidak langsung menghambat pelaksanaan dari perjanjian yang bersangkutan . . . Bilamana terjadi force majeure, maka pihak yang mengalami force majeure tersebut harus memberitahukan secara tertulis (telex) dalam waktu yang te1ah ditentukan tentang adanya hal-hal tersebut, dan hal-hal terse but dapat dibuktikan dengan keteranganketerangan atau bukti-bukti yang -sah. Kemudian kedua belah pihak akan berkonsultasi untuk melaksanakan kembali kewajiban masing-masing setelah tertunda karena adanya force
•
majeure. •
Suatu ketentuan force majeure atau Excusable delay dapat berbunyi sebagai berikut :
"Each party shall be excused for failures and delays caused by force · majeure such as war, fires, strikes, lock outs, public disturbances, governmental decisions or any other accidental causes beyond his red sorable can trol ".
Namun, ketentuan di at as tidak menghindarkan salah satu pihak untuk melanjutkan pelaksanaan tugas dan kewajiban-kewajibannya apabila force ma-
. jeure tersebut telah berakhir.
• • 219
Royalty
Dalam suatu perjanjian lisensi pesawat terbang, terdapat ketentuan mengenai Royalty . Yang dimaksud Royalty adalah pembayaran uang jasa secara teratur oleh licensee kepada licensor terhadap pemakaian hak milik perusahaan (industrial property right) atau teknologi yang dialihkan dan terhadap pemberian proteksi.
Royalty ini dikenakan terhadap setiap produk yang dibuat (mamifacturing) atau dirakit (assembly) oleh licenssee berdasarkan desain dari licensor. Besarnya royalty yang harus dibayar adalah berkisar antara 2 sampai 5%. Apabila royalty ini tidak (terlambat) dibayar oleh licensee, maka perjanjian lisensi dapat dihentikan.
Ada juga lisensi yang bebas royalty jika disetujui bersama oleh kedua belah pihak, misalnya dalam hal si licensor ingin menanamkan modalnya dan memprodusir produksinya di negara si licensee untuk mempersiapkan diri memasuki pasaran di sana. Pada umumnya dalam proses alih teknologi (transfer of technology), ada be berap a macam prinsip yang digunakan untuk mengkalkulasikan besarnya royalty yang harus dibayar. Hal ini tergantung kepada mudahnya pengawasan, macam atau tipe dari perjanjian, ketergantungan pada turun naiknya (fluctuation) nilai uang, peraturan (policy) pemerintah, jenis barang, jenis industri dan sifat perjanjian itu sendiri.
Kalkulasi secara persentase dari royalty, antara lain _dapat berdasar~an: Penjualan bersih atau kotor, kenatkan dari volume penjualan, keuntungan pemakaian bahan baku, ongkos pembuatan" pembayaran royalty, dapat . pula dilakukan dalam suatu jumlah
Juni1985
•
220
tertentu sekaligus (lumpsum ). Dalam suatu negoisasi untuk mem
peroleh lisensi pembuatan pesawat terbang, biasanya pihak dari negara berkembang ada dalam kedudukan yang lemah, sehingga pemilik teknologi dari negara maju biasanya menentukan syarat-syarat yang berat, seperti misalnya:
_ Penerima lisensi harus membayar royalty yang tinggi
_ Penerima lisensi juga harus membayar royalty untuk paten yang seharusnya tidak berlaku lagi, karena lisensi hanya diberikan untuk suatu kelompok (package) paten . .
Untuk itu , dalam suatu proses alih teknologi, diperlukan adanya suatu Lembaga Pemerintah yang mengawasi besarnya royalty yang harus dibayar ke luar negeri.
Pembayaran
Masalah pembayaran sering dijadikan persyaratan untuk mulai berlakunya suatu perjanjian lisensi. Persyaratan tersebut dapat berbunyi: "The effective date of this agreement will be start when the first down payment be received by licensor after approval by its government". Jadi meskipun perjanjian lisensi tersebut sudah ditanda-tangani oleh masing-masing pihak namun down payment belum dilakukan oleh licensee , maka perjanjian lisensi terse but belum dianggap efektif (sah diberlakukan).
Pembayaran yang dilakukan, dapat berbentuk Dollar Amerika (U.S.$) atau D.M. Jerman atau Pesso Spanyol , yang dikirim ke negara asal licensor melalui Letter of Credit (L IC) atau Documentary Credit. Apabila L/C atau documentary credit itu berakhir
•
•
Huhum dan Pembangunan
masa berlakunya sebelum dilakukan penyerahan sepenuhnya (Full Delivery) dan atau pembayaran sepenuhnya, maka L/C atau Documentary Credi t harus diperpanjang lagi masa berlakunya oleh licensee.
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa :
Suatu proses alih teknologi tidak hanya merupakan persoalan teknis belaka, melainkan menyangkut banyak aspek , seperti : aspek sosial-budaya, politik, ekonomi, finansial dan hukum.
Perjanjian lisensi merupakan landasan hukum bagi suatu alih teknologi , di mana dalam perjanjian tersebut di atur mengenai hubungan an tara pemberi lisensi (Licensor) dan penerima lisensi (Licensee) yang pada prinsipnya merupakan hak dan kewajiban masingmasing pihak.
Untuk menghindari timbulnya kemungkinan penafsiran yang dapat menimbulkan ke salahpahaman/ persengketaan di antara para pihak, maka perjanjian lisensi tersebut harus disusun secara terperinci dan jelas pasal demi pasalnya.
Suatu perjanjian lisensi pesawat terbang, mengandung beberapa aspekaspek Hukum Perdata Internasional karen a adanya unsur-unsur asing, antara lain yaitu :. - salah satu pihak berstatus asing. - bahasa yang dituangkan dalam per-
janjian, adalah bahasa internasional (seperti : bahasa Inggris , bahasa Perancis dan lain-lain).
- tempat menyelesaikan persengketaan yang timbul (settlement of dispute atau arbitration)
- .hukum yang diterapkan dalam per-
Li8e nsi Pesawa t Te rbang
janjian (applicable law) - pembayaran yang dilakukan dalam
bentuk uang asing. Dipandang dari kepentingan licen
sor, lisensi adalah merupakan suatu sia-. sat pemasaran barang-barang industrinya mengingat lebih sulit memasukkan barang jadi ke negara lain, karen a adanya peraturan ekspor-impor yang bersifat membatasi.
Sebelum perjanjian lisensi pesawat terbang di tanda-tangani maka para pihak terlebih dahulu harus memperoleh persetujuan (approval) dari pe-
- merintah masing-masing mengingat industri pesawat terbang merupakan industri strategis yang menyangkut pertahanan ' negara, sehingga harus dibawah kontrol sepenuhnya dari pemerintah.
Bahasa memegang peranan penting dalam penyusunan suatu perjanjian lisensi, sebab apabila bahasa yang dipergunakan dalam perjanjian tersebut tidak jelas/kurang tepat dan mengandung keraguan, maka hal ini dapat menimbulkan berbagai penafsiran yang sering berakhir dengan suatu persengketaan. Bahasa yang dipergunakan dalam perjanjian lisensi pesawat terbang antara Indonesia (dalam hal ini adalah P.T. Nurtanio) dan pihak luar (seperti : MBB Jerman , Aerospatiale Perancis, CASA Spanyol dan lain-lain) adalah bahasa Inggris.
Hukum yang diberlakukan (applicable law) adalah hukum di mana peIjanjian lisensi itu dibuat (lex loci contractus). Namun para pihak dapat menyimpang dari ketentuan tersebut di atas, yaitu dengan memberlakukan hukum di negara mana perjanjian lisensi terse but harus dilaksanakan atau
221
dipaksakan pelaksanaannya. Apabila timbul persengketaan anta
ra pihak akibat daTi pelaksanaan perjanjian lisensi , maka persengketaan terse but sebelum dibawa kehadapan Mahkamah Perdagangan Internasional (the international chambere of commerce) di Paris atau Jenewa, terlebih dahulu persengketaan tersebut diselesaikan secara musyawarah/kekeluargaan.
Para pihak atau salah satu pihak yang mengalami peristiwa force majeure , akan dimaafkan bila tidak dapat melaksanakan kewajibannya sesuai dengan isi perjanjian. Namun adanya force majeure tersebut tidak menghindarkan salah satu pihak untuk melanjutkan kembali pelaksanaan tugas/ kewajian-kewajibannya apabila force majeure tersebut telah berakhir.
Dalam suatu negoisasi untuk memperoleh lisensi pembuatan pesawat terbang, biasanya pihak daTi negara berkembang ada dalam kedudukan yang lemah, sehingga pemilik teknologi (Licensor) menentukan syarat-syarat yang berat, seperti misalnya : - Penerima lisensi harus membayar
royalty yang tinggi. - Penerima lisensi juga harus memba
yar loyalty untuk patent yang seharusnya tidak berlaku lagi , karena lisensi hanya diberikan untuk suatu kelompok patent. Untuk berlakunya suatu peIjanjian
lisensi, di samping dipersyaratkan adariya tanda-tangan kedua belah pihak yang berwenang, juga dapat dipersyaratkan bahwa setelah down payment dibayar, maka perjanjian tersebut mulai berlaku.
Juni 1985 •