bea materai.ppt

24
BEA MATERAI

Upload: jaka-satya-jaka

Post on 05-Oct-2015

91 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • BEA MATERAI

  • UNDANG-UNDANG- UU Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea meterai

    PERATURAN PEMERINTAH- PP No. 13 Tahun 1989- PP No. 7 Tahun 1995 PP No. 24 Tahun 2000 (tentang perubahan tarif bea meterai dan besarnya pengenaan harga nominal yang dikenakan bea materai)

    KEPUTUSAN MENTERI KEUANGANKMK No. 133/KMK.04/2000 tentang tentang bentuk,ukuran, dan warna benda meterai desain tahun 2000. KMK No. 133a/KMK.04/2000 , tentang pengadaan, pengelolaan dan penjualan benda meterai.KMK No. 133b/KMK.04/2000 , tentang pelunasan bea meterai dengan menggunakan cara lain. KMK No. 133c/KMK.04/2000 , tentang pemusnahan benda meterai.

    KEPUTUSAN DIREKTORAT JENDRAL PAJAKKep No. KEP - 122a/PJ./2000 tentang tata cara pelunasan bea meterai dengan menggunakan benda meterai.-Kep No. KEP - 122b/PJ./2000 tentang tata cara pelunasan bea meterai dengan membubuhkan tanda bea meterai lunas dengan mesin teraan meterai.Kep No. KEP - 122c/PJ./2000 tentang tata cara pelunasan bea meteri dengan membubuhkan tanda bea meterai lunas dengan teknologi percetakan.Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP - 122d/PJ./2000 tentang tata cara pelunasan bea meterai dengan membubuhkan tanda bea meterai lunas dengan sistem komputerisasi.

  • BEA MATERAIBea Materai adalah Pajak atas dokumen yang dipakai oleh masyarakat dalam lalu lintas hukum (Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 Jo Peraturan Pemerintah Nomor 24 TAHUN 2000 )

    Bea Materai digolongkan sebagai Pajak Langsung dan merupakan pajak yang dipungut dan dikelola oleh Pemerintah Pusat /Pajak Negara.

  • FUNGSI BEA MATERAI

    Fungsi Bea Materai adalah sebagai biaya pengesahan atau penguatan hukum atas sesuatu dokumen berharga dan penting oleh negara. Jika suatu dokumen berharga tidak bermaterai, sesuai dengan peraturan maka pejabat dilarang melayani dokumen tersebut.

  • TERMINOLOGI BEA MATERAI

    Dalam memahami hal-hal yang berkaitan dengan pajak atas bea materai, khususnya beberapa pengertian yang tercakup dalam pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 , berikut ini diuraikan beberapa terminologi yang berkaitan dengan pajak bea meterai tersebut.: Dokumen. Yang dimaksud dengan dokumen dalam undang-undang ini adalah kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan maksud tentang perbuatan, keadaan atau kenyataan bagi seseorang dan atau pihak-pihak yang berkepentingan.

    Benda meterai. Yang dimaksud dengan benda meterai dalam undang-undang ini adalah meterai tempel dan kertas meterai yang dikeluarkan oleh pemerintah RI.

    Tanda tangan. Yang dimaksud dengan tanda tangan dalam undang-undang ini adalah tanda tangan sebagaimana lazimnya dipergunakan termasuk pula paraf, teraan atau cap tanda tangan atau cap paraf, teraan cap nama atau tanda lainnya sebagai pengganti tanda tangan.

    - Pemeteraian kemudian. Yang dimaksud pemeteraian kemudian dalam undang-undang ini adalah suatu cara pelunasan Bea Meterai yang dilakukan oleh pejabat pos atas permintaan pemegang dokumen yang bea meterainya belum dilunasi sebagaimana mestinya

    - Pejabat pos. Yang dimaksud pejabat pos dalam undang-undang ini adalah pejabat PT. Pos dan giro yang diserahi tugas melayani permintaan pemeteraian kemudian.

  • OBJEK BEA MATERAIBerdasarkan PP RI No. 24 THUN 2000 Pasal 2 UU BM, objek bea materai:a.Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata, contoh : surat kuasa, surat hibah, surat pernyataan.b.Akta-akta notaris termasuk salinannya.c.Akta-akta yg dibuat oleh PPAT, termasuk rangkap-rangkapnya.d.Surat yang memuat jumlah uang, yaitu: Yang menyebutkan penerimaan uang; Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening di Bank; Yang berisi pemeberitahuan saldo rekening di Bank; atau Yang berisi pengakuan bahwa hutang uang seluruhnya atau sebagiannya telah dilunasi atau diperhitungkan.e. Surat berharga seperti wesel, promes dan aksep.f.Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilan, yaitu: Surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan. Surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai berdasarkan tujuannya, jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain, selain dari maksud semula.

  • BUKAN OBJEK BEA MATERAIBerdasarkan PP RI No.24 Tahun 2000 Pasal 4 UU BM?a. Dokumen yang berupa: Surat penyimpanan barang; Konosemen; Konosemen adalah sepucuk surat yang diberi tanggal, dimana pengangkut menyatakan bahwa ia telah menerima barang-barangtertentu untuk diangkutnya ke suatu tempat tujuan yang ditujukan dan disana menyerahkannya kepada orang yang ditunjuk beserta dengan klausula-klausula pada penyerahan yang terjadi. Surat angkutan penumpang dan barang; Keterangan pemindahan yang dituliskan di atas dokumen tersebut di atas; Bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang; Surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim; Surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat-surat tersebut di atas.b. Segala bentuk ijazah. Seperti : STTB, Surat Tamat Seminar/ Kursus/ Penataranc. Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan, dan pembayarannya lainnya yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang diserahkan untuk mendapatkan pembayaran itud. Tanda bukti penerimaan uang Negara dari Kas Negara, Kas Pemerintah Daerah, dan bank.e. Kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat disamakan dengan itu dari Kas Negara, Kas Pemerintah Daerah dan bank.f. Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi.g. Dokumen yang menyebutkan tabungan, pembayaran uang tabungan kepada penabung oleh bank, koperasi, dan badan-badan lain yang bergerak di bidang tersebut.h. Surat gadai yang diberikan oleh Perusahaan Jawatan Pegadaian.i. Tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

  • TARIF BEA MATERAIBesar Bea Materai atas dasar Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2000 adalah:Untuk seluruh dokumen dikenakan Bea Materai Rp 6.000,-

    Untuk dokumen Nila Nominalnya antara Rp 250.000,- hingga Rp 1.000.000,- dikenakan materai Rp 3.000, dan jika lebih dari Rp 1.000.000 dikenakan Bea Materai Rp 6.000 sedangkan dibawah Rp 250.000 tidak dikenakan Bea Materai.

    Untuk Cek dan Bilyet Giro dikenakan tarif Bea Materai Rp 3.000 tanpa batas harga nominal.

  • JENIS BEA MATERAIDalam tatacara penggunaan dan pelunasan dapat dilakukan dengan 5 cara, yaitu:

    - Pelunasan Bea Materai dengan Materai Tempel.- Pelunasan Bea Materai dengan Mesin Teraan.- Pelunasan Bea Materai dengan Teknologi Percetakan.- Pelunasan Bea Materai dengan Sistem Komputerisasi.- Pelunasan Bea Materai dengan alat lain dan teknologi tertentu.

  • SAAT TERUTANG BEA MATERAIa. Dokumen yang dibuat oleh satu pihak :Pada saat dokumen itu diserahkan dan diterima oleh pihak untuk siapa dokumen itu dibuat (bukan pada saat ditandatangani), misalnya kuitansi, cek, dsb.

    b.Dokumen yang dibuat oleh lebih dari satu pihak :Pada saat selesainya dokumen itu dibuat, yang ditutup dengan pembubuhan tandatangan yang bersangkutan, misalnya surat perjanjian jual beli, sewa menyewa, dsb.

    c. Dokumen yang dibuat di Luar Negeri :Pada saat dokumen itu digunakan di Indonesia.

  • SUBJEK BEA MATERAI

    Pihak yang terutang bea materai atau yang disebut dengan Subjek Pajak adalah pihak yang menerima atau pihak yang mendapat manfaat dari dokumen, kecuali pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain.

  • CARA PELUNASAN BEA MATERAI DENGAN MATERAI TEMPEL Meterai tempel direkatkan seluruhnya dengan utuh dan tidak rusak di atas dokumen yang dikenakan Bea Meterai, pada tempat dimana tandatangan akan dibubuhkan. Pembubuhan ttd disertai dg pencantuman tgl, bl dan th dilakukan dg tinta atau yg sejenis dg itu, shg sebagian ttd ada di atas kertas dan sebagaian lagi di atas meterai tempel. Jika digunakan lebih dari satu meterai tempel, ttd hrs dibubuhkan sebagian di atas semua meterai tempel dan sebagian di atas kertas. Apabila ketentuan tsb di atas tidak dipenuhi, maka dokumen yang bersangkutan dianggap tidak bermeterai.

  • CARA PELUNASAN BEA MATERAI DENGAN MESIN TERAAN KEP - 122b/PJ./2000 Jo SE - 07/PJ.5/2001 Jo SE - 28/PJ.5/2001Pelunasan Bea Meterai dengan menggunakan Mesin Teraan Meterai diperbolehkan bagi penerbit dokumen yang melakukan pemeteraian dengan jumlah rata-rata setiap hari minimal 50 dokumen.Penerbit dokumen yang akan menggunakan Mesin Teraan Meterai harus memenuhi beberapa syarat berikut :1.Mengajukan permohonan ijin tertulis kepada Kepala KPP setempat dengan mencantumkan jenis/merk dan tahun pembuatan mesin teraan meterai yang akan digunakan serta melampirkan surat pernyataan tentang jumlah rata-rata dokumen yang harus dilunasi Bea Meterai setiap hari.2.Melakukan penyetoran Bea Meterai di muka minimal sebesar Rp 15.000.000,- (lima belas juta rupiah) dengan menggunakan Surat Setoran Pajak ke Kas Negara melalui Bank Persepsi.Dalam hal wajib pajak telah memperoleh ijin untuk menggunakan mesin teraan meterai, maka wajib pajak harus menyampaikan laporan bulanan penggunaan mesin teraan meterai kepada Kepala KPP setempat, paling lambat tanggal 15 setiap bulan.Ijin menggunakan mesin teraan meterai berlaku untuk 2 (dua) tahun sejak tanggal ditetapkannya, dan dapat diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan.Dalam hal mesin teraan meterai rusak atau tidak digunakan lagi, maka Bea Meterai yang belum digunakan dapat dialihkan untuk pengisian deposit mesin teraan meterai lain atau pencetakan tanda Bea Meterai Lunas dengan teknologi percetakan ataupun dengan sistem komputerisasi.Penerbit dokumen yang akan mengalihkan Bea Meterai harus mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala KPP setempat disertai dengan alasan dan jumlah Bea Meterai yang akan dialihkan.

  • CARA PELUNASAN BEA METERAI DENGAN TEKNOLOGI PERCETAKANKEP - 122c/PJ./2000 Jo SE - 04/PJ.5/2001 Jo SE - 28/PJ.5/2001Pelunasan Bea Meterai dengan teknologi percetakan hanya digunakan untuk dokumen yang berbentuk cek, bilyet giro, dan efek dengan nama dan dalam bentuk apapun.Perusahaan yang ditunjuk oleh Dirjen Pajak untuk melaksanakan pembubuhan tanda Bea Meterai lunas adalah Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (PERURI) dan/atau perusahaan sekuriti yang memperoleh ijin dari Badan Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu (BOTASUPAL) yang ditunjuk oleh Bank Indonesia,yaitu : PT Wahyu Abadi, PT Graficindo Megah Utama, PT Swadharma Eragrafindo Sarana, PT Jasuindo Tiga Perkasa, PT Sandipala Arthaputra, PT Karsa Wira Utama.Penerbit dokumen yang akan melakukan pelunasan Bea Meterai dengan teknologi percetakan harus melakukan pembayaran Bea Meterai di muka sebesar jumlah dokumen yang harus dilunasi Bea Meterai, dengan menggunakan SSP ke Kas Negara melalui Bank Persepsi.Penerbit dokumen yang melakukan pelunasan Bea Meterai dengan teknologi percetakan harus mengajukan permohonan ijin tertulis kepada Dirjen Pajak dengan mencantumkan jenis dokumen yang akan dilunasi Bea Meterai dan jumlah Bea Meterai yang telah dibayar.Perum PERURI dan perusahaan sekuriti yang melakukan pembubuhan tanda Bea Meterai Lunas pada cek, bilyet giro, atau efek, harus menyampaikan laporan bulanan kepada Dirjen Pajak paling lambat tanggal 10 setiap bulan.Surat ijin dikeluarkan oleh Dirjen pajak dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak permohonan diterima secara lengkap.Bea Meterai yang telah dibayar atas tanda Bea Meterai Lunas yang tercetak pada cek, bilyet giro, dan efek yang belum digunakan dapat dialihkan untuk pengisian deposit mesin teraan meterai atau untuk pembubuhan tanda Bea Meterai dengan cara lainnya.Penerbit dokumen yang akan mengalihkan Bea Meterai harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Dirjen Pajak dengan mencantumkan alasan dan jumlah Bea Meterai yang akan dialihkan.Bea Meterai kurang bayar atas cek, bilyet giro, dan efek yang tanda Bea Meterai Lunasnya dibubuhkan sebelum tanggal 1 Mei 2000 harus dilunasi dengan menggunakan mesin teraan meterai atau meterai tempel.Bea Meterai kurang bayar atas cek, bilyet giro, dan efek yang tanda lunasnya dibubuhkan sejak tanggal 1 Mei 2000 harus dilunasi dengan menggunakan mesin teraan meterai atau dengan meterai tempel ditambah denda administrasi sebesar 200% dari Bea Meterai kurang bayar (Lihat Pasal 9 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985)

  • CARA PELUNASAN BEA METERAI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM KOMPUTERISASIKEP - 122d/PJ./2000 Jo SE - 05/PJ.05/2001Pelunasan Bea Meterai dengan sistem komputerisasi digunakan untuk dokumen yang berbentuk surat yang memuat jumlah uang dengan jumlah rata-rata pemeteraian setiap hari minimal 100 dokumen.Penerbit dokumen yang menggunakan sistem komputerisasi harus mengajukan ijin tertulis kepada Dirjen Pajak dengan mencantumkan jenis dokumen dan perkiraan jumlah rata-rata dokumen yang akan dilunasi Bea Meterai setiap hari.Penerbit dokumen yang menggunakan sistem komputerisasi harus membayar Bea Meterai di muka minimal sebesar perkiraan jumlah dokumen yang harus dilunasi Bea Meterai setiap bulan, dengan menggunakan SSP ke Kas Negara melalui Bank Persepsi.Penerbit dokumen yang memperoleh ijin pelunasan Bea Meterai dengan sistem komputerisasi harus menyampaikan laporan bulanan tentang realisasi penggunaan dan saldo Bea Meterai kepada Dirjen Pajak paling lambat tanggal 15 setiap bulan.Ijin pelunasan Bea Meterai dengan sistem komputerisasi berlaku selama saldo Bea Meterai yang telah dibayar pada saat mengajukan ijin masih mencukupi kebutuhan pemeteraian 1 (satu) bulan berikutnya.Penerbit dokumen yang saldo Bea Meterainya kurang dari estimasi kebutuhan satu bulan, harus mengajukan permohonan ijin baru, dengan terlebih dahulu membayar uang muka minimal sebesar kekurangan yang harus dipenuhi untuk kebutuhan 1 (satu) bulan.Bea Meterai yang belum digunakan karena sesuatu hal, dapat dialihkan untuk pengisian deposit mesin teraan meterai, atau pencetakan Bea Meterai Lunas dengan teknologi percetakan.Penerbit dokumen yang melakukan pengalihan Bea Meterai harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Dirjen Pajak dengan mencantumkan alasan dan jumlah Bea Meterai yang dialihkan.

  • CARA PELUNASAN BEA MATERAI DENGAN KERATAS MATERAI

    Jika isi dokumen yang dikenakan bea materai terlalu panjang untuk dimuat seluruhnya diatas kertas materai yang digunakan maka untuk bagian isi yang masih tertinggal dapat digunakan kertas tidak bermaterai.

    -Kertas materai yang sudah digunakan tidak boleh digunakan lagi.

  • KADALUARSA BEA MATERAIMenurut Pasal 12 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 )

    Kewajiban pemenuhan bea meterai dan denda administrasi yang terutang menurut Undang undang Bea Materai menjadi daluwarsa setelah lampau waktu 5 tahun sejak tanggal dokumen dibuat.

  • SANKSI BEA MATERAIPasal 8 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985

    1.Dokumen yang terutang bea meterai tetapi bea meterainya tidak atau kurang dilunasi sebagaimana mestinya dikenakan denda sebesar 200% dari bea meterai yang tidak atau kurang di bayar

    2.Pelunasan bea meterai yang terutang berikut dendanya dilakukan dengan cara pemeteraian kemudian

  • KETENTUAN PIDANA BEA MATERAI( Pasal 13 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 )Sesuai dengan ketentuan dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana ( KUHP ) , maka barangsiapa :Meniru atau memalsukan meterai tempel, kertas meterai atau meniru dan memalsukan tanda tangan yang perlu untuk mensahkan meterai;Dengan sengaja menyimpan dengan maksud untuk diedarkan atau memasukkan ke negara Indonesia meterai palsu, yang dipalsukan atau yang dibuat dengan melawan hak;Yang sengaja menggunakan, menjual, menawarkan, menyerahkan, menyediakan untuk dijual atau dimasukkan ke negara Indonesia meterai yang mereknya, capnya, tandatangannya, atau tanda sahnya atau tanda waktunya telah dihilangkan seolah-olah meterai itu belum dipakai dan atau menyuruh orang lain menggunakannya dengan melawan hak;Menyimpan bahan-bahan atau perkakas-perkakas yang diketahuinya digunakan untuk melakukan salah satu kejahatan untuk meniru dan memalsukan benda meterai.Ketentuan dalam pasal 14 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 mengenai ketentuan pidana menyebutkan bahwa akan dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 7 tahun ( tindak pidana kejahatan ) bagi barangsiapa yang dengan sengaja menggunakan cara lain pelunasan bea meterai atas dokumen tanpa izin menteri keuangan.

  • KETENTUAN KHUSUS BEA MATERAIPejabat pemerintah, hakim , panitera, juru sita, notaris dan pejabat umum lainnya yang masing-masing tengah berada dalam tugas dan jabatannya tidak dibenarkan:Menerima, mempertimbangkan atau menyimpan dokumen yang bea meterainya tidak atau kurang dibayar,Melekatkan dokumen yang bea meterainya tidak atau kurang dibayar sesuai dengan tarifnya pada dokumen lain yang berkaitanMembuat salinan, tembusan, rangkapan atau petikan dari dokumen yang bea meterainya tidak atau kurang dibayarMemberikan keterangan atau catatan pada dokumen yang tidak atau kurang dibayar sesuai dengan tarif bea meterainya.

    Setiap pelanggaran terhadap ketentuan ini , dikenakan sanksi administratif sesuai dengan peraturan perundang-undangan .

  • PEMATERAIAN KEMUDIAN(476/KMK.03/2002)Objek Pemeteraian Kemudian : a.Dokumen yang semula tidak terutang Bea Meterai namun akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka pengadilanb.Dokumen yang Bea Meterainya tidak atau kurang dilunasi sebaimana mestinyac.Dokumen yang dibuat di luar negeri yang akan digunakan di Indonesia.

    Mekanisme Pemeteraian Kemudian a.Pemeteraian kemudian dilakukan oleh pemegang dokumen dengan menggunakan meterai tempel atau SSP yang telah disahkan oleh Pejabat Posb.Lembar ke-1 (satu) dan ke-3 (ketiga) SSP dilampiri dengan daftar dokumen yang dimeteraikan kemudian yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkanc.Pengesahan atas pemeteraian kemudian dilakukan setelah pemegang dokumen membayar denda

  • Besarnya Pelunasan Bea Meterai Dengan Cara Pemeteraian Kemudian a.Atas dokumen yang semula tidak terutang Bea Meterai namun akan digunakan sebagai alat bukti di pengadilan adalah sebesar Bea Meterai yang terutang sesuai dengan peraturan yang berlaku pada saat pemeteraian kemudian.b.Atas dokumen yang tidak atau kurang dilunasi adalah sebesar Bea Meterai yang terutang. Bea Meterai yang dilunasi adalah sebesar Bea Meterai yang terutang dan ditambah denda sebesar 200% dari yang kurang dilunasi/terutang.c.Atas dokumen yang dibuat di luar negeri yang akan digunakan di Indonesia adalah sebesar Bea Meterai yang terutang sesuai dengan peraturan yang berlaku pada saat pemeteraian kemudian.

  • CARA PEMETERAIAN KEMUDIAN DENGAN METERAI TEMPEL Dasar Hukum :- Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 476/KMK.03/2002-Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP - 02/PJ./2003-Surat Edaran Nomor SE - 01/PJ.53/2003

    a.Pemegang dokumen membawa dokumen ke Kantor Pos terdekat.b.Pemegang dokumen melunasi Bea Meterai yang terutang atas dokumen yang dimeteraikanMkemudian sesuai dengan SKMK Nomor 476/KMK.03/2002.c.Pemegang dokumen yang Bea Meterainya tidak atau kurang dilunasi dikenakan denda administrasi sebesar 200% dari Bea Meterai yang tidak atau kurang dilunasi dengan menggunakan SSP kode MAP 0174.d.Dokumen yang telah dimeteraikan kemudian dan SSP dicap TELAH DIMETERAIKAN KEMUDIAN SESUAI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 1985 Jo 476/KMK.03/2002 oleh Pejabat Pos disertai dengan tanda tangan, nama dan nomor pegawai Pejabat Pos bersangkutan.

  • CARA PEMETERAIAN KEMUDIAN DENGAN SURAT SETORAN PAJAK (SSP)Dasar Hukum :-Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 476/KMK.03/2002-Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP - 02/PJ./2003-Surat Edaran Nomor SE - 01/PJ.53/2003

    a.Membuat daftar dokumen yang akan dimeteraikan kemudian.b.Membayar Bea Meterai terutang berdasarkan Pasal 4 SKMK Nomor 476/KMK.03/2002.c.Pemegang dokumen yang Bea Meterainya tidak atau kurang dilunasi dikenakan denda administrasi sebesar 200% dari Bea Meterai yang tidak atau kurang dilunasi dengan menggunakan SSP terpisah dengan SSP yang digunakan untuk memeteraikan kemudian.d.Cara Pengisian SSP sbb :-SSP yang digunakan untuk melunasi pemeteraian kemudian diisi dengan Kode Jenis Pajak (MAP) 0171-SSP yang digunakan untuk membayar denda administrasi diisi dengan Kode Jenis Pajak (MAP) 0174e.Daftar Dokumen yang telah dimeteraikan kemudian dan SSP yang digunakan untuk membayar pemeteraian kemudian dicap TELAH DIMETERAIKAN KEMUDIAN SESUAI UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 1985 Jo 476/KMK.03/2002 oleh Pejabat Pos disertai dengan tanda tangan, nama dan nomor pegawai Pejabat Pos bersangkutan.

    ************************