bblr

33
Kuliah Bidan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 2.1 Definisi Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir (3) . 2.2 Epidemiologi Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram (4) . BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan (1,2) . Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar

Upload: munawirsyam

Post on 12-Jan-2016

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BBLR

TRANSCRIPT

Page 1: BBLR

Kuliah Bidan 

Bayi Berat Lahir Rendah   (BBLR)

2.1 Definisi

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram

tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1

(satu) jam setelah lahir (3).

2.2 Epidemiologi

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran

di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang

atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR

didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding

pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram (4). BBLR termasuk faktor utama dalam

peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta

memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan (1,2). Angka

kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu

berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR

dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka

BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada

sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% (2,3).

2.3 Etiologi

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain

adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,

kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya

BBLR

Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain

Page 2: BBLR

b. Komplikasi pada kehamilan.

Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-

eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.

c. Usia Ibu dan paritas

Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu

dengan usia

d. Faktor kebiasaan ibu

Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol

dan ibu pengguna narkotika.

(2) Faktor Janin

Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.

(3) Faktor Lingkungan

Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi,

sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun (4,7).

2.4 Komplikasi

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain (8):

Hipotermia

Hipoglikemia

Gangguan cairan dan elektrolit

Hiperbilirubinemia

Page 3: BBLR

Sindroma gawat nafas

Paten duktus arteriosus

Infeksi

Perdarahan intraventrikuler

Apnea of Prematurity

Anemia

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir

rendah (BBLR) antara lain (3,8):

Gangguan perkembangan

Gangguan pertumbuhan

Gangguan penglihatan (Retinopati

Gangguan pendengaran

Penyakit paru kronis

Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit

Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

2.5 Diagnosis

Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka

waktu <> dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang (8).

2.5.1 Anamnesis

Page 4: BBLR

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari

etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR (3):

Umur ibu

Riwayat hari pertama haid terakir

Riwayat persalinan sebelumnya

Paritas, jarak kelahiran sebelumnya

Kenaikan berat badan selama hamil

Aktivitas

Penyakit yang diderita selama hamilObat-obatan yang diminum selama hamil

2.5.2 Pemeriksaan Fisik

Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain (3):

Berat badan

Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan

Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan

2.5.3 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain (3):

Pemeriksaan skor ballard

Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan.

Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit

dan analisa gas darah

Page 5: BBLR

Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan

kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi

sindrom gawat nafas

USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan

2.6 Penatalaksanaan/ terapi

2.6.1 Medikamentosa

Pemberian vitamin K1 (3):

Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3

kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu

2.6.2 Diatetik

Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks

menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan

pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan

memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap

sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang

menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama (6):

Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara

apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap

paling kurang sehari sekali

Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama

3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu

Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan

keadaan bayi adalah sebagai berikut (3):

a. Berat lahir 1750 – 2500 gram

Page 6: BBLR

Bayi Sehat

Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah

merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh;

setiap 2 jam) bila perlu

Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas

menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan

menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum

Bayi Sakit

Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum

seperti pada bayi sehat

Apabila bayi memerlukan cairan intravena:

Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil.

Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda

siap untuk menyusu

Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan

nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :

o Berikan cairan IV dan ASI menurut umur

o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi

telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar

berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila

keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk

menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak

b. Berat lahir 1500-1749 gram

Page 7: BBLR

Bayi Sehat

Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat

diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam

paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan

dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan

tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada

kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu

Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan

ASI setiap kali minum

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

untuk menyusui langsung

Bayi Sakit

Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan IV

secara perlahan

Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan

ASI setiap kali minum

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi

sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

untuk menyusui langsung

b. Berat lahir 1250-1499 gram

Page 8: BBLR

Bayi Sehat

Beri ASI peras melalui pipa lambung

Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri

tambahan ASI setiap kali minum

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

untuk menyusui langsung.<!--[endif]-->

Bayi Sakit

Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan

intravena secara perlahan

Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan

minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI

setiap kali minum

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

untuk menyusui langsung

d. Berat lahir tidak tergantung kondisi

Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama

Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian

cairan intravena secara perlahan

Page 9: BBLR

Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah mendapatkan

minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI

setiap kali minum

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba

untuk menyusui langsung

2.6.3 Suportif

Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal (3):

Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi,

seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator

atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai

petunjuk

Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin

Ukur suhu tubuh dengan berkala

Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :

Jaga dan pantau patensi jalan nafas

Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit

Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang,

gangguan nafas, hiperbilirubinemia

Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya

Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu

berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui

Page 10: BBLR

2.7 Pemantauan (Monitoring

2.7.1 Pemantauan saat dirawat

a. Terapi

Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan

Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu

b. Tumbuh kembang

Pantau berat badan bayi secara periodik

Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk

bayi dengan berat lair ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500

Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir) dan

telah berusia lebih dari 7 hari :

-Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180

ml/kg/hari

- Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar jumlah

pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari

-Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI

hingga 200 ml/kg/hari

- Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu

2.7.2 Pemantauan setelah pulang

Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan

mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai

berikut (3,4):

Page 11: BBLR

Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.

Hitung umur

Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala

Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST

Awasi adanya kelainan bawaan

2.8 Pencegahan

Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah

yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan (3):

1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun

kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko,

terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan,

dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu

2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim,

tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar

mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik!

3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat

4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan

pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses

terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil

BAYI NORMAL

Page 12: BBLR

>I. DEFINISI Bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat,

pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat

badan 2500-4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan

FISIOLOGI Neonatus ialah bayi yang baru mengalami proseskelahiran dan harus menyesuaikan

diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstrautern. Beralih dari ketergantungan

mutlak pada ibu menuju kemandirian fisiologi.

Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan proses vital neonatus yaitu

maturasi, adaptasi dan toleransi. Selain itu pengaruh kehamilan dan proses persalinan

mempunyai peranan penting dalam morbiditas dan mortalitas bayi.

Empat aspek transisi pada bayi baru lahir yang paling dramatik dancepat berlangsung adalah pada sistem pernapasan, sirkulasi,

kemampuan menghasilkan sumber glukosaPENGKAJIANA. Data Subyektif 1. Identitas bayi : didasarkan pada informasi

dari ibu / pengasuhnya.

2. Riwayat kehamilan, proses persalinan dan umur kehmilan

3. Faktor sosial : alamat rumah, pekerjaan oramg tua, orang-orang yang tinggaal

serumah, saudara kandung dan sumber/faktor pendukung lain, penyalah gunaan obat/ napza dilingkungan dekat.

Page 13: BBLR

Data Obyektif Nilai Apgar : lima unsure yang dinilai : frekuensi denyut jantung, usaha nifas,

tonus otot, reflek dan warna.

a. Penilaian satu menit setelah lahir : untuk menilai derajat aspiksi.

b. Penilaian lima menit setelah lahir : untuk menentukan prognosa.

2. Pemeriksaan fisik untuk mendeteksi adanya kelainan bawaan, bayi diperiksa

secara sistematis dari : kepala, mata, hidung, muka, mulut, teling, leher, dada,

abdomen, punggung extemetis, kulit, genitalia dan anus.

3. Anteropometri :

a. Berat badan ditimbang dalam gram

bPanjang badan dalm cm, melalui ukuran fronto – occipito.

c. Lingkar perut dalam cm, ukuran melaui pusat

4. Refleks: moro, rooting, isap, menggenggam, babinski.

5. Keadaan umum:

a. Suhu

b. Pernapasan

c. Denyut nadi

d. Warna kulit

Page 14: BBLR

Data Laboratorium

Kalau perlu sesuai kebijakan setempat

Gula darah sewaktu

2. Bilirubin dan golongan darah : ABO dan Rhesus faktor

3. Hb, Ht, Lekosit dan Trombosit.Potensial komplikasi

1. Berat badn lahir rendah.

2. Aspirasi air ketuban

3. aspiksia

4. infeksi

5. Hipoglikemia

6. Hiperbilirubinemi

Page 15: BBLR

PENATALAKSANAAN

1. Mengeringkan dengan segera dan membungkus bayi dengan kain yang

cukup hangat untuk mencegah hipotermia.

2. Menghisap lendir untuk membersihkan jalan nafas sesuai kondisi dan kebutuhan.

3. Memotong dan mengikat tali pusat, memberi ntiseptik sesuai ketentuan

4. Bonding Attacment (kontak kulit dini) dan segera ditetekan pada ibunya.

5. Menilai apgar menit pertama dan menit kelima

6. Memberi identitas bayi: Pengecapan telapak kaki bayi dan ibu jari ibu,

pemasangan gelang nama sesuai ketentuan setempat

7. Mengukur suhu, pernafasan, denyut nadi.

8. Memandikan/membersihkan badan bayi, kalau suhu sudah stabil (bisa tunggu

9. Menetetesi obat mata bayi untuk mencegah opthalmia – neonatorum.

10. Pemerikksaan fisik dan antropometri.

11. Pemberian vitamin K oral/parenteral sesuai kebijakan setempat.

12. Rooming in (rawat gabung): penuh atau partial.

DIAGNOSAKEPERAWATAN

Page 16: BBLR

Neonatus cukup bulan sesuai

masa kehamilan

Hasil yang diharpkan: bayi sehat

Rencana tindakan

1. Mengeringkan dan membungkus bayi

2. Menghisap lendir sesui kondisi bayi

3. Memotong dan mengikat tali pusat dan diberi antiseptik.

4. Kontsk kulit dini dan ditetekan ke ibu untuk mendukung laktsi.

5. Menilai Apgar satu dan lima mnit setelah lahir.

6. Observasi keadaan umum bayi.Kurang efektifnya

jalan nafasHasil yang diharapkan : selama masa

transisi pernafasan normal.

Rencana tindakan:

1. Bebaskan jalan nafas : hisap lendir disekitar mulut dan hidung sesui kondisi

bayi

2. Nilai apgar satu menit pertama dan menit Atur posisi bayi : kepala agak ekstensi

4. Observasi pernafasan

Page 17: BBLR

Potensial hipotermi

Hasil yang diharapkan : hipotermi tidak terjadi (suhu bayi dalam batas normal >

36,5oC aksiler)

Rencana tindakan:

1. Keringkan badan bayi segera setelah lahir

2. Bungkus bayi dengan selimut yang hangat (hati-hati dengan ruangan ber AC)

3Kontak dini kulit

4. Metode kangguru

5. Semua tindakan dilakukan di bwah lampu sorot (kalau memungkinkan).

6. Observasi suhu tubuh bayi dan lingkungan.

7. Dokumentasikan hasil observasi dengan tepat dan jelas

8. Hindari evaporasi, konveksi, radiasi, konduksi, untuk mencegah bayi

kehilangan panas tubuh karena pengaruh lingkungan.

IMPLIKASIKEPERAWATAN

>Pemeriksaan Laboratorium

Pada bayi lahir normal umumnya tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium, namun kadang kadang dengan riwayat kehamilan

dan kondisi tertentu perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium sesui indikasi dan

kebijakan setempat antara lain :

Page 18: BBLR

Gula darah sewaktu untuk mendeteksi secara dini adanya hipoglikmia pada bayi dengan

kondisi tertentu.

Diagnosa keperawatan:

Beresiko gangguan neurologik berhubungan dengan hipoglikemia.

Hasil yang diharapkan, hipoglikemia terdekteksi secara dini dan teratasi sehingga tidak terjadi kerusakan /

gangguan neurologik

Intervensi keperawatan:

a. Tingkatkan termoregulasi untuk memenuhi kebutuhan glukosa.

b. Observasi ketat kondisi umum bayi

c. Beri minum dan pengobatan segera sesuai kondisi bayi.

2. Bilirubin direk dan indirek, golongan darah ABO dan rhesus faktor, hb, ht, leko dan

trombosit, untuk yang ada indikasi.

Diagnosa keperawatan:

a. Potensial infeksi sehubungan dengan adanya perlukaan pada kulit.

Intervensi keperawatan :

Melakukan tindakan dengan memenuhi standart aseptik dan

antiseptik.

Menjaga kebersihan kulit bayi

Mengobservasi dan mencatat dengan baik sebelum dan sesudah

merawat setiap bayi.

Page 19: BBLR

b. Cemas (orang tua) berhubungan dengan prosedur pemeriksaan

laboratorium pada bayi.

Intervensi keperawatan:

Kaji pengetahuan dan kekhawatiran orang tua tentang perlunya pemeriksaan laboratorium.

Beri penjelasan dengan bahasa yang mudah diterima orang tua tentang

perlunya dan prosedur pemeriksaan.

Informasikan hasil pemikiran kepada orang tua secepat mungkin

Beri pendampingan dan dukungan sesuai kebutuhan.

Obat-obatanVitamin K Vitamin K penting untuk mempertahankan

mekanisme pembekuan darah yang normal.pada bayi yang baru lahir, karena

usus yang amsih steril, bayi belum mampu membentuk vitamin K nya sendiri untuk

beberapa hari pertama, begitu juga bagi bayi yang mendapat ASI aecara eksklusive juga beresiko mengalami kekurangan vitamin K Fakta menunjukan cukup banyak bayi baru

lahir mengalami pendarahan terutama di otak dan saluran cerna, oleh karena itu bayi

perlu diberi vitamin K sebagai tindakan pencegahan terhadap pendarahan.

Vitamin K yang diberikan yaitu vitamin K1

(phytonadione) untuk meningkatkan pembentukan promthrombin. Pemberiannya bisa secara parental, o,5 – 1 mg i.m dengan dosis satu kali segera setelah lahir (sebelum

24 jam). Pemberian vitamin K1 bisa juga secara oral denagan ketentuan 2 mg apabila

berat badan lahir lebih dari 2500 gram segera setelah lahir dan diulangi dengan

dosis yang sama (2 mg) pada hari keempat. Bila berat badan lahir kurang dari 2500 gram,

Page 20: BBLR

dosis yang dianjurkan adalah 1 mg dengan cara pemberian yang sama yaitu hari pertama dan ke empat setelah lahir.

Diagnosa keperawatan:

Beresiko aspirasi berhubungan dengan muntah setlah pemberian obat.

Inervensi keperawatan:

a. Beritahu orang tua (ibu) tentang kebijakan pemberian obat vitamin K1

b. Beri obat secara hati-hati agar tidak tersedak

c. Bayi ditidurkan pada posisi miring (side position) setelah minum

d. Observasi bayi secara rutin

<!--[if !supportLists]-->e. <!--[endif]-->Pada pemberian oral, ingatkan pada ibu perlu

dosis ulangan pada hari keempatTetes / zalf

mataPada bayi baru lahir yang normal, walaupun belum terdeteksi adanya masalah, kadang-kadang perlu juga membrikan obat-obatan tertentu sebagai tidakan pencegahan yang rutin. Obat profilaksis yang rutin dibberikan

adalah:

1. Vitamin K

2. Tetes / zalf mata

Pada bayi baru lahir secara rutin diberikan tetes mata nitrat perak 1% atau

eritromycin tetes mata untuk mencegah oftalmia neonatorum.

Pada situasi tidak tersedianya nitrat perak 1% atau erytromycin dapat diberikan obat tetes / zalf mata dari jenis antibiotika lain,

Page 21: BBLR

misalnya garamicin. Terramicin, kemicetin atau tetracilin tetes / zalf mata

Diberikan pada kedua belah mata, obat diteteskan pada bagian dalam dari

konjungtiva kelopak bawah mata. Dosis umumnya masing-masing mata satu tetes

Intervensi keperawatan:

a. Jaga kebersihan mata bayi

b. Cuci tangan secara rutin sebelum dan sesudah merawat bayi.

c. Pastikan obat yang dipakai tepat konsentrasinya dan dalam kondisi baik

d. Beri tetes / zalf mata setelah bayi kontak pertama dengan ibu, karena terutama zalf mata dianggap dapat menghambat proses bonding dan attachment karena mengaburkan

pandangan bayi (menghalangi eye contact)

e. Observasi tanda-tanda inveksi mata atau reaksi alergi

<!--[if !supportLists]-->f. <!--[endif]-->Dokumentasikan semua dengan

singkat dan tepat.

Page 22: BBLR

PENYULUHAN Penyuluhan diberikan pada ibu dan keluarga. Hasil yang diharapkan:

1. Ibu dan keluarga dapat mengerti serta menerapkan materi penyuluhan yang

diberikan

2. Dapat mendeteksi secara dini jika ditemukan kelainan

3. Bayi mendapatkan perawatan yang baik dirumah

Materi penyuluhan yang diberikan

1. Pemberian ASI ekslusif, perawatan payudara

2. Pemijatan pada bayi

3. Perawatan bayi: memandikan bayi, perawatan tali pusat, cara dan indikasi

menjemur bayi.

Metode

1. Ceramah

3. Simulasi / praktek

4. Diskusi dan tanya jawab

Tanda-tanda anatomis

Kulit keriput, tipis, penuh lanugo pada dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak

jaringan sedikit (tipis).

Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari

Pada bayi laki-laki testis belum turun.

Pada bayi perempuan labia mayora lebih menonjol.

Page 23: BBLR

Tanda fisiologis

Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar bayi tidak

menangis, bayi lebih banyak tidur dan lebih malas.

Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermi.

Penyebabnya adalah :

Pusat pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna.

<Kurangnya lemak pada jaringan subcutan akibatnya mempercepat terjadinya

perubahan suhu.

Kurangnya mobilisasi sehingga produksi panas berkurang.

Diagnosa Keperawatan

1. Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan

neuromuskuler.

2. Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturitas control dan pengatur

suhu tubuh dan berkurangnya lemak sub cutan didalam tubuh.

3. Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi).

4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d

ketidakmampuan tubuh dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran

cerna).

5. Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit,

imobilisasi.

6. Kecemasan orang tua b.d situasi krisis, kurang pengetahuan.