bblr
DESCRIPTION
BBLRTRANSCRIPT
Kuliah Bidan
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
2.1 Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1
(satu) jam setelah lahir (3).
2.2 Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran
di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang
atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR
didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding
pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram (4). BBLR termasuk faktor utama dalam
peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta
memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan (1,2). Angka
kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu
berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR
dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka
BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada
sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% (2,3).
2.3 Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain
adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,
kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya
BBLR
Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
b. Komplikasi pada kehamilan.
Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-
eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
c. Usia Ibu dan paritas
Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu
dengan usia
d. Faktor kebiasaan ibu
Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol
dan ibu pengguna narkotika.
(2) Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
(3) Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi,
sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun (4,7).
2.4 Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain (8):
Hipotermia
Hipoglikemia
Gangguan cairan dan elektrolit
Hiperbilirubinemia
Sindroma gawat nafas
Paten duktus arteriosus
Infeksi
Perdarahan intraventrikuler
Apnea of Prematurity
Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR) antara lain (3,8):
Gangguan perkembangan
Gangguan pertumbuhan
Gangguan penglihatan (Retinopati
Gangguan pendengaran
Penyakit paru kronis
Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
2.5 Diagnosis
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka
waktu <> dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang (8).
2.5.1 Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari
etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR (3):
Umur ibu
Riwayat hari pertama haid terakir
Riwayat persalinan sebelumnya
Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
Kenaikan berat badan selama hamil
Aktivitas
Penyakit yang diderita selama hamilObat-obatan yang diminum selama hamil
2.5.2 Pemeriksaan Fisik
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain (3):
Berat badan
Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan
Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan
2.5.3 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain (3):
Pemeriksaan skor ballard
Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan.
Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit
dan analisa gas darah
Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan
kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi
sindrom gawat nafas
USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan
2.6 Penatalaksanaan/ terapi
2.6.1 Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 (3):
Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3
kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu
2.6.2 Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan
pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan
memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap
sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang
menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama (6):
Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara
apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap
paling kurang sehari sekali
Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama
3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan
keadaan bayi adalah sebagai berikut (3):
a. Berat lahir 1750 – 2500 gram
Bayi Sehat
Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah
merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh;
setiap 2 jam) bila perlu
Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas
menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
Bayi Sakit
Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum
seperti pada bayi sehat
Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil.
Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda
siap untuk menyusu
Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan
nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :
o Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi
telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar
berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila
keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk
menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak
b. Berat lahir 1500-1749 gram
Bayi Sehat
Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat
diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam
paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan
dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan
tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada
kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minum
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung
Bayi Sakit
Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan IV
secara perlahan
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
ASI setiap kali minum
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi
sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung
b. Berat lahir 1250-1499 gram
Bayi Sehat
Beri ASI peras melalui pipa lambung
Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.<!--[endif]-->
Bayi Sakit
Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan
intravena secara perlahan
Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI
setiap kali minum
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung
d. Berat lahir tidak tergantung kondisi
Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian
cairan intravena secara perlahan
Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI
setiap kali minum
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung
2.6.3 Suportif
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal (3):
Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi,
seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator
atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai
petunjuk
Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
Ukur suhu tubuh dengan berkala
Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :
Jaga dan pantau patensi jalan nafas
Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang,
gangguan nafas, hiperbilirubinemia
Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu
berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui
2.7 Pemantauan (Monitoring
2.7.1 Pemantauan saat dirawat
a. Terapi
Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu
b. Tumbuh kembang
Pantau berat badan bayi secara periodik
Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk
bayi dengan berat lair ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500
Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir) dan
telah berusia lebih dari 7 hari :
-Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180
ml/kg/hari
- Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar jumlah
pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
-Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI
hingga 200 ml/kg/hari
- Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu
2.7.2 Pemantauan setelah pulang
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan
mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai
berikut (3,4):
Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.
Hitung umur
Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala
Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST
Awasi adanya kelainan bawaan
2.8 Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah
yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan (3):
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun
kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko,
terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan,
dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim,
tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar
mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik!
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat
4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses
terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil
BAYI NORMAL
>I. DEFINISI Bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat,
pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat
badan 2500-4000 gram, nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan
FISIOLOGI Neonatus ialah bayi yang baru mengalami proseskelahiran dan harus menyesuaikan
diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstrautern. Beralih dari ketergantungan
mutlak pada ibu menuju kemandirian fisiologi.
Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan proses vital neonatus yaitu
maturasi, adaptasi dan toleransi. Selain itu pengaruh kehamilan dan proses persalinan
mempunyai peranan penting dalam morbiditas dan mortalitas bayi.
Empat aspek transisi pada bayi baru lahir yang paling dramatik dancepat berlangsung adalah pada sistem pernapasan, sirkulasi,
kemampuan menghasilkan sumber glukosaPENGKAJIANA. Data Subyektif 1. Identitas bayi : didasarkan pada informasi
dari ibu / pengasuhnya.
2. Riwayat kehamilan, proses persalinan dan umur kehmilan
3. Faktor sosial : alamat rumah, pekerjaan oramg tua, orang-orang yang tinggaal
serumah, saudara kandung dan sumber/faktor pendukung lain, penyalah gunaan obat/ napza dilingkungan dekat.
Data Obyektif Nilai Apgar : lima unsure yang dinilai : frekuensi denyut jantung, usaha nifas,
tonus otot, reflek dan warna.
a. Penilaian satu menit setelah lahir : untuk menilai derajat aspiksi.
b. Penilaian lima menit setelah lahir : untuk menentukan prognosa.
2. Pemeriksaan fisik untuk mendeteksi adanya kelainan bawaan, bayi diperiksa
secara sistematis dari : kepala, mata, hidung, muka, mulut, teling, leher, dada,
abdomen, punggung extemetis, kulit, genitalia dan anus.
3. Anteropometri :
a. Berat badan ditimbang dalam gram
bPanjang badan dalm cm, melalui ukuran fronto – occipito.
c. Lingkar perut dalam cm, ukuran melaui pusat
4. Refleks: moro, rooting, isap, menggenggam, babinski.
5. Keadaan umum:
a. Suhu
b. Pernapasan
c. Denyut nadi
d. Warna kulit
Data Laboratorium
Kalau perlu sesuai kebijakan setempat
Gula darah sewaktu
2. Bilirubin dan golongan darah : ABO dan Rhesus faktor
3. Hb, Ht, Lekosit dan Trombosit.Potensial komplikasi
1. Berat badn lahir rendah.
2. Aspirasi air ketuban
3. aspiksia
4. infeksi
5. Hipoglikemia
6. Hiperbilirubinemi
PENATALAKSANAAN
1. Mengeringkan dengan segera dan membungkus bayi dengan kain yang
cukup hangat untuk mencegah hipotermia.
2. Menghisap lendir untuk membersihkan jalan nafas sesuai kondisi dan kebutuhan.
3. Memotong dan mengikat tali pusat, memberi ntiseptik sesuai ketentuan
4. Bonding Attacment (kontak kulit dini) dan segera ditetekan pada ibunya.
5. Menilai apgar menit pertama dan menit kelima
6. Memberi identitas bayi: Pengecapan telapak kaki bayi dan ibu jari ibu,
pemasangan gelang nama sesuai ketentuan setempat
7. Mengukur suhu, pernafasan, denyut nadi.
8. Memandikan/membersihkan badan bayi, kalau suhu sudah stabil (bisa tunggu
9. Menetetesi obat mata bayi untuk mencegah opthalmia – neonatorum.
10. Pemerikksaan fisik dan antropometri.
11. Pemberian vitamin K oral/parenteral sesuai kebijakan setempat.
12. Rooming in (rawat gabung): penuh atau partial.
DIAGNOSAKEPERAWATAN
Neonatus cukup bulan sesuai
masa kehamilan
Hasil yang diharpkan: bayi sehat
Rencana tindakan
1. Mengeringkan dan membungkus bayi
2. Menghisap lendir sesui kondisi bayi
3. Memotong dan mengikat tali pusat dan diberi antiseptik.
4. Kontsk kulit dini dan ditetekan ke ibu untuk mendukung laktsi.
5. Menilai Apgar satu dan lima mnit setelah lahir.
6. Observasi keadaan umum bayi.Kurang efektifnya
jalan nafasHasil yang diharapkan : selama masa
transisi pernafasan normal.
Rencana tindakan:
1. Bebaskan jalan nafas : hisap lendir disekitar mulut dan hidung sesui kondisi
bayi
2. Nilai apgar satu menit pertama dan menit Atur posisi bayi : kepala agak ekstensi
4. Observasi pernafasan
Potensial hipotermi
Hasil yang diharapkan : hipotermi tidak terjadi (suhu bayi dalam batas normal >
36,5oC aksiler)
Rencana tindakan:
1. Keringkan badan bayi segera setelah lahir
2. Bungkus bayi dengan selimut yang hangat (hati-hati dengan ruangan ber AC)
3Kontak dini kulit
4. Metode kangguru
5. Semua tindakan dilakukan di bwah lampu sorot (kalau memungkinkan).
6. Observasi suhu tubuh bayi dan lingkungan.
7. Dokumentasikan hasil observasi dengan tepat dan jelas
8. Hindari evaporasi, konveksi, radiasi, konduksi, untuk mencegah bayi
kehilangan panas tubuh karena pengaruh lingkungan.
IMPLIKASIKEPERAWATAN
>Pemeriksaan Laboratorium
Pada bayi lahir normal umumnya tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium, namun kadang kadang dengan riwayat kehamilan
dan kondisi tertentu perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium sesui indikasi dan
kebijakan setempat antara lain :
Gula darah sewaktu untuk mendeteksi secara dini adanya hipoglikmia pada bayi dengan
kondisi tertentu.
Diagnosa keperawatan:
Beresiko gangguan neurologik berhubungan dengan hipoglikemia.
Hasil yang diharapkan, hipoglikemia terdekteksi secara dini dan teratasi sehingga tidak terjadi kerusakan /
gangguan neurologik
Intervensi keperawatan:
a. Tingkatkan termoregulasi untuk memenuhi kebutuhan glukosa.
b. Observasi ketat kondisi umum bayi
c. Beri minum dan pengobatan segera sesuai kondisi bayi.
2. Bilirubin direk dan indirek, golongan darah ABO dan rhesus faktor, hb, ht, leko dan
trombosit, untuk yang ada indikasi.
Diagnosa keperawatan:
a. Potensial infeksi sehubungan dengan adanya perlukaan pada kulit.
Intervensi keperawatan :
Melakukan tindakan dengan memenuhi standart aseptik dan
antiseptik.
Menjaga kebersihan kulit bayi
Mengobservasi dan mencatat dengan baik sebelum dan sesudah
merawat setiap bayi.
b. Cemas (orang tua) berhubungan dengan prosedur pemeriksaan
laboratorium pada bayi.
Intervensi keperawatan:
Kaji pengetahuan dan kekhawatiran orang tua tentang perlunya pemeriksaan laboratorium.
Beri penjelasan dengan bahasa yang mudah diterima orang tua tentang
perlunya dan prosedur pemeriksaan.
Informasikan hasil pemikiran kepada orang tua secepat mungkin
Beri pendampingan dan dukungan sesuai kebutuhan.
Obat-obatanVitamin K Vitamin K penting untuk mempertahankan
mekanisme pembekuan darah yang normal.pada bayi yang baru lahir, karena
usus yang amsih steril, bayi belum mampu membentuk vitamin K nya sendiri untuk
beberapa hari pertama, begitu juga bagi bayi yang mendapat ASI aecara eksklusive juga beresiko mengalami kekurangan vitamin K Fakta menunjukan cukup banyak bayi baru
lahir mengalami pendarahan terutama di otak dan saluran cerna, oleh karena itu bayi
perlu diberi vitamin K sebagai tindakan pencegahan terhadap pendarahan.
Vitamin K yang diberikan yaitu vitamin K1
(phytonadione) untuk meningkatkan pembentukan promthrombin. Pemberiannya bisa secara parental, o,5 – 1 mg i.m dengan dosis satu kali segera setelah lahir (sebelum
24 jam). Pemberian vitamin K1 bisa juga secara oral denagan ketentuan 2 mg apabila
berat badan lahir lebih dari 2500 gram segera setelah lahir dan diulangi dengan
dosis yang sama (2 mg) pada hari keempat. Bila berat badan lahir kurang dari 2500 gram,
dosis yang dianjurkan adalah 1 mg dengan cara pemberian yang sama yaitu hari pertama dan ke empat setelah lahir.
Diagnosa keperawatan:
Beresiko aspirasi berhubungan dengan muntah setlah pemberian obat.
Inervensi keperawatan:
a. Beritahu orang tua (ibu) tentang kebijakan pemberian obat vitamin K1
b. Beri obat secara hati-hati agar tidak tersedak
c. Bayi ditidurkan pada posisi miring (side position) setelah minum
d. Observasi bayi secara rutin
<!--[if !supportLists]-->e. <!--[endif]-->Pada pemberian oral, ingatkan pada ibu perlu
dosis ulangan pada hari keempatTetes / zalf
mataPada bayi baru lahir yang normal, walaupun belum terdeteksi adanya masalah, kadang-kadang perlu juga membrikan obat-obatan tertentu sebagai tidakan pencegahan yang rutin. Obat profilaksis yang rutin dibberikan
adalah:
1. Vitamin K
2. Tetes / zalf mata
Pada bayi baru lahir secara rutin diberikan tetes mata nitrat perak 1% atau
eritromycin tetes mata untuk mencegah oftalmia neonatorum.
Pada situasi tidak tersedianya nitrat perak 1% atau erytromycin dapat diberikan obat tetes / zalf mata dari jenis antibiotika lain,
misalnya garamicin. Terramicin, kemicetin atau tetracilin tetes / zalf mata
Diberikan pada kedua belah mata, obat diteteskan pada bagian dalam dari
konjungtiva kelopak bawah mata. Dosis umumnya masing-masing mata satu tetes
Intervensi keperawatan:
a. Jaga kebersihan mata bayi
b. Cuci tangan secara rutin sebelum dan sesudah merawat bayi.
c. Pastikan obat yang dipakai tepat konsentrasinya dan dalam kondisi baik
d. Beri tetes / zalf mata setelah bayi kontak pertama dengan ibu, karena terutama zalf mata dianggap dapat menghambat proses bonding dan attachment karena mengaburkan
pandangan bayi (menghalangi eye contact)
e. Observasi tanda-tanda inveksi mata atau reaksi alergi
<!--[if !supportLists]-->f. <!--[endif]-->Dokumentasikan semua dengan
singkat dan tepat.
PENYULUHAN Penyuluhan diberikan pada ibu dan keluarga. Hasil yang diharapkan:
1. Ibu dan keluarga dapat mengerti serta menerapkan materi penyuluhan yang
diberikan
2. Dapat mendeteksi secara dini jika ditemukan kelainan
3. Bayi mendapatkan perawatan yang baik dirumah
Materi penyuluhan yang diberikan
1. Pemberian ASI ekslusif, perawatan payudara
2. Pemijatan pada bayi
3. Perawatan bayi: memandikan bayi, perawatan tali pusat, cara dan indikasi
menjemur bayi.
Metode
1. Ceramah
3. Simulasi / praktek
4. Diskusi dan tanya jawab
Tanda-tanda anatomis
Kulit keriput, tipis, penuh lanugo pada dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak
jaringan sedikit (tipis).
Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari
Pada bayi laki-laki testis belum turun.
Pada bayi perempuan labia mayora lebih menonjol.
Tanda fisiologis
Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar bayi tidak
menangis, bayi lebih banyak tidur dan lebih malas.
Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermi.
Penyebabnya adalah :
Pusat pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna.
<Kurangnya lemak pada jaringan subcutan akibatnya mempercepat terjadinya
perubahan suhu.
Kurangnya mobilisasi sehingga produksi panas berkurang.
Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan
neuromuskuler.
2. Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturitas control dan pengatur
suhu tubuh dan berkurangnya lemak sub cutan didalam tubuh.
3. Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi).
4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d
ketidakmampuan tubuh dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran
cerna).
5. Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit,
imobilisasi.
6. Kecemasan orang tua b.d situasi krisis, kurang pengetahuan.