bawal - lp2t.kkp.go.id filebawal, widya riset perikanan tangkap adalah wadah informasi perikanan,...

15

Upload: lythien

Post on 18-Jul-2019

258 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAWAL - lp2t.kkp.go.id fileBAWAL, Widya Riset Perikanan Tangkap adalah wadah informasi perikanan, baiklaut maupun perairanumum. Publikasi ini memuat hasil-hasil penelitian bidang“natural
Page 2: BAWAL - lp2t.kkp.go.id fileBAWAL, Widya Riset Perikanan Tangkap adalah wadah informasi perikanan, baiklaut maupun perairanumum. Publikasi ini memuat hasil-hasil penelitian bidang“natural

BAWAL, Widya Riset Perikanan Tangkap adalah wadah informasi perikanan,baik laut maupun perairan umum. Publikasi ini memuat hasil-hasil penelitian bidang “natural history”

(parameter populasi, reproduksi, kebiasaan makan dan makanan), lingkungan sumberdaya ikan danbiota perairan.

Terbit pertama kali tahun 2006 dengan frekuensi penerbitantiga kali dalam setahun, yaitu pada bulan:

APRIL, AGUSTUS, DESEMBER.

Ketua Redaksi:Drs. Bambang Sumiono, M.Si (Biologi Perikanan-Puslitbangkan)

Anggota:Prof. Dr. Krismono, M.Si (Konservasi dan Lingkungan Sumberdaya Perairan-BP2KSI)

Dr. Ir. Mohammad Mukhlis Kamal M.Sc (Ikhtiologi-IPB)Dra. Sri Turni Hartati, M.Si (Lingkungan Sumberdaya Perairan-Puslitbangkan)

Dr. Agus Djoko Utomo, M.Si (Biologi Perikanan-BRPPU)Ir. Sulastri (Limnologi-LIPI)

Mitra Bestari untuk Nomor ini:Prof. Dr. Ir. M.F. Rahardjo, DEA. (Ekologi Ikan-IPB)Prof. Dr. Ali Suman. (Teknologi Penangkapan-BPPL)

Dr. Haryono. (Limnologi-LIPI)Dr. Lukman, M.Si. (Kimia Lingkungan-Limnologi LIPI)

Dr. Ir. Syahroma Husni Nasution, M.Sc. (Biologi Perikanan-Limnologi LIPI)

Redaksi Pelaksana:Dra. Endang Sriyati

Darwanto, S.Sos

Desain Grafis:Amalia Setiasari, A.Md

BAWALWIDYARISET PERIKANAN TANGKAP

BAWAL-WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP diterbitkan oleh Pusat Penelitian PengelolaanPerikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan - Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan danPerikanan - Kementerian Kelautan dan Perikanan.

ISSN 1907-8226

Volume 7 Nomor 3 Desember 2015

Nomor Akreditasi : 620/AU2/P2MI-LIPI/03/2015(Periode:April 2015-April 2018)

Alamat Redaksi/Penerbit:Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya IkanJl. Pasir Putih II, Ancol Timur Jakarta Utara 14430Telp. (021) 64700928; Fax. (021) 64700929

Email: [email protected]. Website: p4ksi.litbang.kkp.go.id.

Page 3: BAWAL - lp2t.kkp.go.id fileBAWAL, Widya Riset Perikanan Tangkap adalah wadah informasi perikanan, baiklaut maupun perairanumum. Publikasi ini memuat hasil-hasil penelitian bidang“natural

i

KATAPENGANTAR

Widya Riset Perikanan Tangkap “BAWAL” merupakan wadah untuk menyampaikan informasi hasil penelitianyang dilakukan para peneliti dari dalam maupun luar lingkup Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan KonservasiSumber daya Ikan. Informasi-informasi tersebut sangat berguna bagi para pemangku kepentingan (stakeholders)terutama para pengambil kebijakan sebagai dasar dalam pengelolaan perikanan dan konservasi sumber daya ikan dilaut maupun perairan umum daratan.

Seiring dengan terbitnya Widya Riset Perikanan Tangkap Bawal Volume 7 Nomor 3 Desember 2015 ini, kamiucapkan terima kasih kepada para Mitra Bestari atas kesediaannya dalam menelaah beberapa naskah.

Pada volume ini, Bawal menampilkan delapan artikel hasil penelitian perikanan di perairan umum daratan danperairan laut. Delapan artikel tersebut meliputi: Distribusi ukuran dan parameter populasi lobster pasir (Panulirushomarus) di perairan Aceh Barat; Parameter populasi dan pola rekruitmen ikan tongkol lisong (Auxis rochei Risso1810) di perairan Barat Sumatera; Aspek reproduksi ikan baung (Hemibagrus nemurus) di paparan Banjiran LubukLampam Kabupaten Ogan Komering Ilir; Karakteristik habitat ikan kerapu di Kepulauan Karimunjawa, JawaTengah;Struktur tingkat trofik komunitas ikan di Waduk Wadaslintang Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah; Parameterpopulasi ikan bawal putih (Pampus argenteus) di perairan Tarakan, Kalimantan Timur; Sebaran ukuran panjang dannisbah kelamin ikan madidihang (Thunnus albacares) di Samudera Hindia Bagian Timur; Sebaran dan hubunganparameter reproduksi ikan tuna madidihang (Thunnus albacares) dengan suhu dan klorofil-a di Laut Banda.

Semua artikel pada edisi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan danteknologi bidang perikanan tangkap di Indonesia. Redaksi mengucapkan terima kasih atas partisipasi aktif para penulisdan semua pihak yang telah berkontribusi dalam edisi ini.

Redaksi

Page 4: BAWAL - lp2t.kkp.go.id fileBAWAL, Widya Riset Perikanan Tangkap adalah wadah informasi perikanan, baiklaut maupun perairanumum. Publikasi ini memuat hasil-hasil penelitian bidang“natural

iii

i

iii

v-vi

121-128

129-136

137-146

147-154

155-163

165-174

175-182

183-191

193A

ISBN 1907-8226

BAWALWidya Riset Perikanan Tangkap

Volume 7 Nomor 3 Desember 2015

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR...................................................................................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................................................................................

ABSTRAK....................................................................................................................................................................

Distribusi Ukuran dan Parameter Populasi Lobster Pasir (Panulirus homarus) di Perairan Aceh BaratOleh: Duranta D. Kembaren dan Erfind Nurdin...................................................................................................................

Parameter Populasi dan Pola Rekruitmen Ikan Tongkol Lisong (Auxis rochei Risso 1810) di Perairan BaratSumateraOleh: Tegoeh Noegroho dan Umi Chodrijah.........................................................................................................................

Aspek Reproduksi Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) di Paparan Banjiran Lubuk Lampam Kabupaten

Ogan Komering Ilir

Oleh: Eko Prianto, Mohammad Mukhlis Kamal, Ismudi Muchsin dan Endi Setiadi Kartamihardja...................................

Karakteristik Habitat Ikan Kerapu di Kepulauan Karimunjawa, Jawa TengahOleh: Mujiyanto dan Amran Ronny Syam...........................................................................................................................

Struktur Tingkat Trofik Komunitas Ikan di Waduk Wadaslintang Kabupaten Wonosobo, Jawa TengahOleh: Khoirul Fatah dan Susilo Adjie.....................................................................................................................................

Parameter Populasi Ikan Bawal Putih (Pampus argenteus) di Perairan Tarakan, Kalimantan Timur

Oleh: Prihatiningsih, Nurainun Mukhlis, Sri Turni Hartati.................................................................................................

Sebaran Ukuran Panjang dan Nisbah Kelamin Ikan Madidihang (Thunnus albacares) di Samudera HindiaBagian TimurOleh: Arief Wujdi, Bram Setyadji dan Budi Nugraha.............................................................................................................

Sebaran dan Hubungan Parameter Reproduksi Ikan Tuna Madidihang (Thunnus albacares) dengan Suhudan Klorofil-a di Laut BandaOleh: Karsono Wagiyo, Ali Suman dan Mufti Petala Patria...................................................................................................

INDEKSPENULIS..............................................................................................................................................................

Page 5: BAWAL - lp2t.kkp.go.id fileBAWAL, Widya Riset Perikanan Tangkap adalah wadah informasi perikanan, baiklaut maupun perairanumum. Publikasi ini memuat hasil-hasil penelitian bidang“natural

BAWALWIDYARISET PERIKANAN TANGKAP

Volume 7 Nomor 3 Desember 2015

KUMPULANABSTRAK

v

DISTRIBUSIUKURANDANPARAMETERPOPULASILOBSTER PASIR (Panulirus homarus) DI PERAIRANACEHBARAT

Duranta D. KembarenBAWAL, Vol.7 No.3, Hal: 121-128

ABSTRAK

Penelitian tentang distribusi ukuran dan parameter populasilobster pasir di perairan Aceh Barat dilakukan pada bulan Aprilsampai November 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengkajistatus lobster di perairan Aceh Barat dilihat dari aspek distribusiukuran dan parameter populasinya. Pengamatan dan pengukuranlobster dilakukan di tempat pengumpul lobster dengan sistemsampling acak. Sebaran frekuensi panjang karapas selanjutnyaditabulasikan dan dianalisa dengan metode kurva logistik. Strukturukuran lobster yang tertangkap menunjukkan bahwa lobsterjantan dominan tertangkap dibawah ukuran nilai tengah 72,5mm dan sebaliknya diatas ukuran nilai tengah 72,5 mm yangdidominasi jenis kelamin betina. Lobster terlebih dahulutertangkap sebelum mencapai ukuran matang gonad (Lc = 65,8mm < Lm = 76,8 mm). Puncak musim pemijahan terjadi padabulan Mei dan Agustus. Panjang asimtosis (CL ) sebesar 119,5mm dengan laju pertumbuhan (K) 0,39/tahun serta laju kematiantotal (Z) 1,44/tahun, laju kematian alamiah (M) 0,67/tahun danlaju keamatian akibat penangkapan (F) 0,77/tahun. Lajueksploitasi sudah mengarah kepada penangkapan yang berlebih(E=0,54), oleh karena itu perlu dilakukan tindakan pengelolaanperikanan lobster yang berkelanjutan. Salah satu upaya yangdapat di tempuh adalah dengan menerapkan sistem penutupanmusim penangkapan lobster pada saat terjadinya puncak musimpemijahan.

KATAKUNCI: Distribusi ukuran, parameter populasi,Panulirus homarus, Aceh Barat

PARAMETERPOPULASIDANPOLAREKRUITMENIKAN TONGKOL LISONG (Auxis rochei Risso, 1810)diPERAIRANBARATSUMATERA

Tegoeh NoegrohoBAWAL, Vol.7 No.3, Hal: 129-136

ABSTRAK

Perikanan neritik tuna di perairan Barat Sumateraberkembang pesat beberapa dekade terakhir ini. Sementara belumbanyak diperoleh hasil penelitian tentang populasi ikan tongkollisong (Auxis rochei). Penelitian tentang parameter populasidan pola rekruitmen ikan tongkol lisong dilakukan pada bulanFebruari-Desember 2013 di beberapa lokasi pendaratan ikan diBarat Sumatera. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperolehlaju pertumbuhan, panjang asimptotik, laju kematian, lajueksploitasi, dan pola rekruitmen ikan tongkol lisong (Auxisrochei). Estimasi parameter populasi menggunakan model

analitik berdasarkan program “Electronic Length FrequencyAnalysis (ELEFAN 1)”. Data frekuensi panjang dikumpulkanberkesinambungan di beberapa tempat pendaratan utama. Hasilpenelitian menunjukkan panjang cagak ikan tongkol lisong yangtertangkap berada pada kisaran 11-42 cm FL. Parameterpertumbuhan Von Bertalanffy diperoleh nilai laju pertumbuhan(K) sebesar 0,54/tahun, panjang asimptotik (L ) sebesar 43,5cm FL, dan umur ikan pada saat panjang ke-0 (-t

0) sebesar -

0,076/tahun. Laju mortalitas total (Z) sebesar 1,96/tahun. Lajukematian karena penangkapan (F) sebesar 1,07/tahun, dan lajukematian alami (M) 0,89/tahun. Laju eksploitasi (E) tongkollisong di Barat Sumatera adalah 0,49/tahun atau berada padatingkat eksploitasi moderat. Pola rekrutmen tongkol lisong terjadidua kali dalam setahunnya, yaitu mencapai puncak pada bulanMaret dan Juni.

KATAKUNCI: Auxis rochei, parameter populasi, BaratSumatera

ASPEK REPRODUKSI IKAN BAUNG (Hemibagrusnemurus) DI PAPARANBANJIRAN LUBUK LAMPAMKABUPATENOGANKOMERINGILIR

Eko PriantoBAWAL, Vol.7 No.3, Hal: 137-146

ABSTRAK

Ikan baung (Hemibagrus nemurus) merupakan salah satujenis ikan ekonomis penting di perairan umum daratan Indonesiakhususnya Kabupaten Ogan Komering Ilir. Ikan ini memilikinilai ekonomis penting untuk ikan konsumsi. Pada tahun 2004hasil tangkapan ikan baung di Sumatera Selatan berjumlah 1.684,6ton sedangkan pada tahun 2005 berjumlah 899,5 ton. Penelitianini bertujuan untuk mengetahui aspek reproduksi ikan baung dipaparan banjiran. Lokasi penelitian di Lubuk Lampam KabupatenOgan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan dimulai bulanNopember 2012-Nopember 2013. Ikan sampel dikumpulkandari hasil tangkapan nelayandan hasil tangkapan percobaan denganmenggunakan alat tangkap jaring insang (gill net), pancing (poleand line), bubu dan bengkirai (traps). Analisis data meliputi:nibah kelamin, tingkat kematangan gonad, indek kematangangonad, ukuran pertama kali matang gonad, potensi reproduksidan pola reproduksi. Sampel ikan baung berjumlah 384 ekorterdiri dari jantan dan betina masing-masing sebanyak 118 dan266 ekor. Hasil penelitian menunjukkan nisbah kelamin ikanbaung yang ditemukan dalam penelitian baung 0,44:1, yangmenunjukkan nibah kelamin tidak seimbang. Nilai IKG ikanbaung betina berkisar 1,8-14.3% sedangkan ikan baung 1,3-3,9%.Ukuran pertama kali (Lm) ikan yang matang gonad untuk baungjantan (232 mm) dan betina (332 mm). Rata-rata fekunditasikan baung berjumlah 47.882+13.624 dengan pola pemijahannyaadalah serempak.

KATAKUNCI: Aspek reproduksi, ikan baung, LubukLampam

Page 6: BAWAL - lp2t.kkp.go.id fileBAWAL, Widya Riset Perikanan Tangkap adalah wadah informasi perikanan, baiklaut maupun perairanumum. Publikasi ini memuat hasil-hasil penelitian bidang“natural

vi

KARAKTERISTIK HABITAT IKAN KERAPU DIKEPULAUANKARIMUNJAWA,JAWATENGAH

MujiyantoBAWAL, Vol.7 No.3, Hal: 147-154

ABSTRAK

Perairan Kepulauan Karimunjawa merupakan pemasok ikankerapu bagi wilayah Pantai Utara Jawa. Permintaan dan hargapasar yang sangat tinggi mendorong nelayan lebih intensif dalammelakukan penangkapan ikan kerapu. Kegiatan penangkapanikan kerapu selama ini dilakukan pada malam hari dengan alatbantu kompresor dan tembak. Kegiatan tersebut merupakansalah satu usaha untuk mendapatkan jumlah tangkapan yangtinggi tanpa memperhatikan kelestarian habitat dasarperairannya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keeratanhubungan ikan kerapu dengan karakteristik habitatnya. Metodeyang digunakan adalah deskriptif eksploratif. Penelitiandilaksanakan selama 3 tahun (2011; 2012 dan 2013), waktusampling masing-masing tahun penelitian berdasarkan musim.Pengamatan visual sensus sepanjang garis transek pada duakedalaman 5-6 m dan 10-11 m. Hasil penelitian menunjukkanhabitat ikan kerapu pada kedalaman ±5-6 meter adalah non karangserta substrat mati lainnya. Selain itu, ikan-ikan kerapu cenderungbergerak ke perairan yang lebih dalam. Karakteristik habitatpada kedalaman ±10-11 meter menunjukkan ikan kerapu lebihmenyukai dasar perairan dengan habitat karang keras yangdidominasi oleh gundukan karang massive yang membentuk celahatau lubang-lubang. Perilaku ikan kerapu bergerak danberpasangan di tempat yang agak gelap (rendah visibilitas) denganintensitas cahaya yang rendah. Perbedaan habitat kehidupanikan kerapu pada kedalaman 5-6 dan 10-11 meter adalah dominasikarang jenis Pavona sp dengan tingkat visibilitas perairan yangrendah.

KATAKUNCI: Habitat, ikan kerapu, kepulauanKarimunjawa

STRUKTURTINGKATTROFIKKOMUNITASIKANDIWADUKWADASLINTANGKABUPATENWONOSOBO,JAWATENGAH

Khoirul FatahBAWAL, Vol.7 No.3, Hal: 155-163

ABSTRAK

Waduk Wadaslintang memiliki potensi perikanan yang cukupbesar baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya.Kegiatan penangkapan ikan di waduk Wadaslintang saat ini sudahcukup tinggi, yang akan berdampak langsung pada strukturkomunitas ikan yang menyebabkan pergeseran pola hubunganantara pemangsa, mangsa atau pesaing pada berbagai tingkattrofik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola hubunganantar kelompok ikan berdasarkan tingkat trofik dari tingkat trofikterendah sampai kepada ikan karnivor, sehingga diperolehgambaran peran kelompok ikan dalam komunitas. Penelitian inidilaksanakan pada bulan April, Juni, September dan Nopember2013 di perairan waduk Wadaslintang. Analisa data mencakupkomposisi hasil tangkapan dan kebiasaan makan ikan serta

tingkat trofik komunitas ikan. Analisis sidik ragam untukmengetahui perbedaan antar tingkat trofik. Ikan contoh diperolehdari nelayan dengan alat tangkap jaring, mulai dari ukuran 0,75– 4,5 inchi. Hasil penelitian diketemukan sebanyak 15 jenisikan yang didominasi oleh ikan nila dengan persentase beratmencapai 56,45%. Struktur komunitas ikan di perairan wadukWadaslintang tersusun atas tiga kelompok tingkat trofik yaituikan patin, nila, tawes dan melem mempunyai jenjang trofikterendah (<2,5), ikan bader dan brek mempunyai nilai jenjangtrofik sedang (2,5 – 3,49) dan ikan beong, betutu, palung danlele mempunyai nilai jenjang trofik tertinggi (>3,5). Kelompokikan pada tingkat trofik rendah < 2,5 sangat penting dalammenyokong komunitas ikan di perairan waduk Wadaslintangkarena akan mempengaruhi kelompok ikan dengan tingkat trofiktinggi.

KATA KUNCI: Komposisi ikan, makanan ikan, tingkattrofik,waduk Wadaslintang.

PARAMETER POPULASI IKAN BAWAL PUTIH(Pampus argenteus) DI PERAIRAN TARAKAN,

KALIMANTANTIMUR

PrihatiningsihBAWAL, Vol.7 No.3, Hal: 165-174

ABSTRAK

Ikan bawal putih (Pampus argenteus) mempunyai nilaiekonomis penting dan sebagai salah satu komoditas unggulan diperairan Tarakan. Informasi tentang biologi perikanan ikantersebut masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untukmengestimasi parameter populasi meliputi pertumbuhan, umur,mortalitas dan tingkat eksploitasi ikan bawal putih. Datafrekuensi panjang bulanan dikumpulan pada Februari –Nopember 2013 dengan bantuan enumerator. Sebaran frekuensipanjang ikan dipisahkan kedalam sebaran normal menggunakanmetode Bhattacharya pada progran FiSAT (FAO-ICLARM StockAssessment Tools). Estimasi parameter populasi dengan aplikasimodel analitik menggunakan program ELEFAN-1(ElectronicLength Frequency Analysis). Hasil penelitian menunjukkanukuran panjang ikan bawal putih berkisar antara 9,0 cm –35,0cmFL. Hubungan panjang-berat ikan bawal putih yang tertangkapdengan jaring insang bersifat allometrik negatif mengikutipersamaan W = 0,187L2,374. Nilai rata-rata panjang ikan padasaat pertama kali tertangkap (Lc) sama dengan ukuran pertamakali matang gonad (Lm). Laju pertumbuhan (K) sebesar 0,52/tahun dan panjang asimptotik (L ) sebesar 37,28 cmFL.Persamaan pertumbuhan dari Von Bertalanffy sebagai L

t= 37,28

(1 – e-0,52(t-+0,07)). Mortalitas alami (M) adalah 1,11/tahun,mortalitas karena penangkapan (F) = 1,65/tahun dan mortalitastotal (Z) = 1,65/tahun. Laju pengusahaan (E) sebesar 0,60 berartitingkat eksploitasinya sudah melebihi dari nilai optimal (E=0,5)atau populasi ikan bawal putih dalam keadaan lebih tangkap(over exploited). Untuk itu diperlukan kebijakan pengelolaansecara hati-hati dengan mempertimbangkan aspek biologi danaspek penangkapan yang sedang berjalan.

KATAKUNCI: Pampus argenteus, parameter populasi,Tarakan

Page 7: BAWAL - lp2t.kkp.go.id fileBAWAL, Widya Riset Perikanan Tangkap adalah wadah informasi perikanan, baiklaut maupun perairanumum. Publikasi ini memuat hasil-hasil penelitian bidang“natural

vii

SEBARAN UKURAN PANJANG DAN NISBAHKELAMINIKANMADIDIHANG(Thunnusalbacares)DISAMUDERAHINDIABAGIANTIMUR

Arief WujdiBAWAL, Vol.7 No.3, Hal: 175-182

ABSTRAK

Ikan madidihang atau tuna sirip kuning (Thunnus albacares)merupakan salah satu komoditas penting bagi industri perikanandi Indonesia dengan hasil tangkapan tertinggi dibandingkan jenistuna lainnya. Sebagai dasar pengelolaan sumberdaya ikan yangberkelanjutan, diperlukan data dan informasi tentang komposisiukuran layak tangkap yaitu membandingkan proporsi rata-rataikan tertangkap (Lc) dan matang gonad (Lm), serta nisbah kelaminsebagai indikator pendugaan kemampuan memijah. Pengumpulandata dilakukan melalui program observasi diatas kapal rawaituna yang berbasis di Benoa, Pelabuhanratu dan Bungus daribulanAgustus 2005 hingga November 2013. Penghitungan nisbahkelamin menggunakan uji Chi-Square (X2) dengan tingkatkepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwadistribusi ukuran panjang cagak ikan madidihang berkisar antara30-179 cm, modus ukuran 106-110 cm dan rata-rata 101,65 cm.Sebanyak 81,03% madidihang yang tertangkap berukuran lebihbesar daripada Lm yang berarti telah layak tangkap. Nisbahkelamin betina:jantan adalah 1:1,45 mengindikasikan dominansiikan jantan. Hubungan antara nisbah kelamin dengan panjangikan menunjukkan signifikansi dimana ikan betina semakinberkurang pada ukuran 120-180 cm, serta tidak ditemukan lagipada ukuran lebih dari 170 cm. Korelasi nisbah kelamin danpanjang cagak dapat dideskripsikan dengan persamaan regresisebagai berikut: 1,8013 - 0,0099 FL dengan nilai R2=0,8058.

KATAKUNCI: Ikan madidihang, sebaran panjang, nisbahkelamin, Samudera Hindia bagian timur

SEBARAN DAN HUBUNGAN PARAMETERREPRODUKSI IKANTUNA MADIDIHANG (Thunnusalbacares)DENGANSUHUDANKLOROFIL-aDILAUTBANDA

Karsono WagiyoBAWAL, Vol.7 No.3, Hal: 183-191

ABSTRAK

Laut Banda diketahui mempunyai kondisi lingkungan yangmendukung sebagai daerah pemijahan ikan tuna madidihang(Thunnus albacares). Sebaran parameter reproduksi danhubungannya dengan lingkungan perlu diketahui sebagai dasarpengelolaan sumberdaya yang lestari. Penelitian dilakukan tahun2011-2012 dengan basis pendataan di Bandaneira. Pengamatanparameter reproduksi dilakukan terhadap ikan sampel melaluiobservasi dan enumerasi. Suhu dan klorofil-a diperoleh darianalisis citra satelit. Penelitian mendapatkan persentase gonadmatang (100 %) dan indeks kematangan gonad tertinggi (3,75)serta nisbah kelamin seimbang, secara temporal ditemukan padabulan antara September-Desember, secara spasial ditemukan diPerairan Gunung Api dan Selatan Kepulauan Lease. Tingkatkematangan gonad dan indeks kematangan gonad meningkatterjadi pada saat suhu mulai menghangat dan klorofil-a mulaimenurun. Tingkat kematangan gonad dan indeks kematangangonad menurun terjadi pada saat awal penurunan suhu dan awalkenaikan klorofil-a.

KATAKUNCI: Ikan tuna madidihang, parameterreproduksi, suhu, klorofil-a dan LautBanda

Page 8: BAWAL - lp2t.kkp.go.id fileBAWAL, Widya Riset Perikanan Tangkap adalah wadah informasi perikanan, baiklaut maupun perairanumum. Publikasi ini memuat hasil-hasil penelitian bidang“natural

175

Korespondensi penulis:Loka Penelitian Perikanan TunaJalan Mertasari No.140, Banjar Suwung Kangin, Sidakarya, Bali. 80223

BAWAL Vol.7(3) Desember 2015: 175-182

SEBARAN UKURAN PANJANG DAN NISBAH KELAMIN IKAN MADIDIHANG(Thunnus albacares) DI SAMUDERA HINDIA BAGIAN TIMUR

LENGTH DISTRIBUTION AND SEX RATIO OF YELLOWFIN TUNA

(Thunnus albacares) IN THE EASTERN INDIAN OCEAN

Arief Wujdi, Bram Setyadji dan Budi NugrahaLoka Penelitian Perikanan Tuna

Teregistrasi I tanggal: 20 Agustus 2014; Diterima setelah perbaikan tanggal: 26 November 2015;Disetujui terbit tanggal: 01 Desember 2015

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Ikan madidihang atau tuna sirip kuning (Thunnus albacares) merupakan salah satu komoditas penting bagiindustri perikanan di Indonesia dengan hasil tangkapan tertinggi dibandingkan jenis tuna lainnya. Sebagai dasarpengelolaan sumberdaya ikan yang berkelanjutan, diperlukan data dan informasi tentang komposisi ukuranlayak tangkap yaitu membandingkan proporsi rata-rata ikan tertangkap (Lc) dan matang gonad (Lm), sertanisbah kelamin sebagai indikator pendugaan kemampuan memijah. Pengumpulan data dilakukan melalui programobservasi diatas kapal rawai tuna yang berbasis di Benoa, Pelabuhanratu dan Bungus dari bulan Agustus 2005hingga November 2013. Penghitungan nisbah kelamin menggunakan uji Chi-Square (X2) dengan tingkatkepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi ukuran panjang cagak ikan madidihang berkisarantara 30-179 cm, modus ukuran 106-110 cm dan rata-rata 101,65 cm. Sebanyak 81,03% madidihang yangtertangkap berukuran lebih besar daripada Lm yang berarti telah layak tangkap. Nisbah kelamin betina:jantanadalah 1:1,45 mengindikasikan dominansi ikan jantan. Hubungan antara nisbah kelamin dengan panjang ikanmenunjukkan signifikansi dimana ikan betina semakin berkurang pada ukuran 120-180 cm, serta tidak ditemukanlagi pada ukuran lebih dari 170 cm. Korelasi nisbah kelamin dan panjang cagak dapat dideskripsikan denganpersamaan regresi sebagai berikut: 1,8013 - 0,0099 FL dengan nilai R2=0,8058.

KATA KUNCI: Ikan madidihang, sebaran panjang, nisbah kelamin, Samudera Hindia bagian timur

ABSTRACT

Yellowfin tuna or YFT (Thunnus albacares) is one of the important commodity for the fishing industry inIndonesia because it has the highest catches compared with other tunas. In order to fisheries resourcesmanagement, it was necessary to monitor the size composition compared between proportion average sizecaptured (Lc) and maturity size (Lm) to meets the size eligibility, as well as the sex ratio as an indicator toestimate the ability of spawn. Data collected by scientific observers program which was following tuna longlineoperation mainly based in Benoa, Palabuhanratu and Bungus Fishing Port, from August 2005 to November2013. Chi-Square analysis with 95% confidence level also implemented to determine sex ratio between femaleand male. The result indicated that YFT were caught has size ranged between 30-179 cm, size mode rangedbetween 106-110 cm and the mean was 101,65 cm. Mostly YFT (81,03%) was greater than its maturity size (Lm)and that’s mean have been worthy to be captured. Sex ratio of (F:M) 1:1,45 was observed which indicates malewas dominant. Correlation between sex ratio and length proved to be significant where the female was diminishingin size between 120-180 cm, even female was no longer found in size more than 170 cm. Correlation between sexratio and length can described as a regression equation=1,8013 - 0,0099 FL; R2=0,8058.

KEYWORDS: Yellowfin tuna, size distribution, sex ratio, eastern Indian Ocean

PENDAHULUAN

Ikan madidihang atau tuna sirip kuning (Thunnusalbacares) merupakan jenis komoditas tuna yang memilikihasil tangkapan tertinggi dibandingkan dengan jenis tunalainnya di Indonesia. Hasil tangkapan keempat jenis tunadi Indonesia secara keseluruhan pada tahun 2004 hingga2011 mencapai 1.297.062 ton, dimana persentase hasiltangkapan ikan madidihang mendominasi hingga 69% daritotal hasil tangkapan. Selanjutnya hasil tangkapan diikuti

oleh tuna mata besar (Thunnus obesus) 24%, tuna albakora(Thunnus alalunga) 6% dan hasil tangkapan tuna siripbiru selatan (Thunnus maccoyii) memiliki persentasekurang dari 1% (Anonimus, 2012).

Ikan madidihang merupakan spesies yang bermigrasijauh (highly migratory species) yang distribusinya beradadi perairan tropis dan subtropis dan melimpah pada kolompermukaan dengan kisaran suhu 15-31° C (Collette &Nauen, 1983). Spesies ini dapat ditemukan di Samudera

Page 9: BAWAL - lp2t.kkp.go.id fileBAWAL, Widya Riset Perikanan Tangkap adalah wadah informasi perikanan, baiklaut maupun perairanumum. Publikasi ini memuat hasil-hasil penelitian bidang“natural

176

Atlantik, Hindia dan Pasifik, namun tidak ditemukan diLaut Mediterania (Anonimus, 1994). Sedangkanpenyebaran ikan madidihang di Indonesia meliputi perairanSamudera Hindia (barat Sumatera hingga selatan Jawa,Bali dan Nusa Tenggara), Selat Makasar, Laut Flores, TelukTomini, Laut Sulawesi, LautArafura, Laut Banda, perairansekitar Maluku dan Samudera Pasifik (Uktolseja et al., 1991;Wudianto & Nikijuluw, 2004).

Kondisi stok ikan madidihang di Samudera Hindiadalam keadaan baik (Anonimus, 2013a,b). Meskipundemikian, tingginya permintaan di pasar dunia dalambeberapa tahun terakhir berdampak terhadap pemanfaatanyang makin internsif. Menurut Anonimus (2013a), lajutangkap ikan madidihang yang tertangkap oleh armadapukat cincin menunjukkan trend peningkatan, sedangkandisisi lain laju tangkap armada rawai tuna cenderung stabil.Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka mewujudkanpengelolaan sumberdaya ikan tuna yang rasional danberkelanjutan adalah dengan memperhatikan aspekbiologinya (Andamari et al., 2012). Salah satunya denganpemantauan komposisi ukuran yang layak tangkap.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi ukurandan nisbah jenis kelamin ikan madidihang yang tertangkapoleh armada rawai tuna di Samudera Hindia bagian timur.Informasi ini dapat digunakan sebagai pintu masuk (entrypoint) pendugaan status pemanfaatan ikan madidihang

dikaitkan dengan kesempatan melakukan regenerasi(pemijahan) untuk menjaga kelestariannya di alam.

BAHANDANMETODEPengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian diperoleh melaluiprogram on-board scientific observer, yaitu kegiatanvalidasi terhadap teknik dan operasional kegiatanpenangkapan ikan secara langsung dengan mengikutikapal rawai tuna komersil yang beroperasi di SamuderaHindia bagian timur yang tersebar pada posisi geografis0-34o LS dan 76-129o BT. Data dikumpulkan pada bulanAgustus 2005 sampai November 2013 dengan mengikutikapal rawai tuna komersil yang berbasis di PelabuhanBenoa, Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)Palabuhanratu, dan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS)Bungus.

Kapal rawai tuna yang berbasis di Benoa beroperasidi selatan Jawa hingga Nusa Tenggara, kapal yang berbasisdiPPNPalabuhanratuberoperasidi baratdayaSelatSunda, dankapalyangberbasisdiPPSBungusberoperasidibaratKepulauanMentawai (Gambar 1). Data yang dikumpulkan meliputi posisipemasangan alat tangkap (setting), komposisi jenis hasiltangkapan,ukuranpanjangcagak(fork length)denganketelitian1 centimeter, dan jenis kelamin yang diamati berdasarkanpengamatan visual dengan cara pembedahan diatas kapal.

Gambar 1. Peta daerah penelitian periode 2005-2013 di Samudera Hindia bagian timurFigure 1. Map of research area from 2005 to 2013 in the eastern Indian Ocean

Keterangan/Remarks: bulatan hitam menunjukkan lokasi penangkapan rawai tuna/theblack dots showed as fishing ground of tuna longliner

Wujdi, A., et al/BAWAL Vol.7 (3) Desember 2015:175-182

Page 10: BAWAL - lp2t.kkp.go.id fileBAWAL, Widya Riset Perikanan Tangkap adalah wadah informasi perikanan, baiklaut maupun perairanumum. Publikasi ini memuat hasil-hasil penelitian bidang“natural

177

2( )2 O ei iX

ei

Analisis Data

Data ukuran panjang cagak, jenis kelamin dan posisipemasangan alat tangkap hasil pengamatan ditabulasidengan software Microsoft Excel, kemudian ditampilkandalam bentuk peta tematik berdasarkan koordinat denganukuran grid 5x5° lintang dan bujur menggunakan aplikasiArcGIS versi 10.1. Ukuran panjang cagak ikan yang diamatikemudian dibandingkan dengan panjang rata-rata matanggonad (L

m) yaitu 100 cm (Anonimus, 2013a) untuk

memperoleh komposisi ikan madidihang yang layaktangkap.

Nisbah kelamin ikan madidihang betina dan jantanditabulasi dan dihitung dengan menggunakan uji chi-square (X2). Hipotesis (H

0) dalam studi ini adalah nisbah

kelamin betina dan jantan dalam kondisi seimbang (1:1)pada tingkat kepercayaan 95%. Analisis chi-squaremenggunakan rumus sebagai berikut (Hedianto &Purnamaningtyas, 2013):

...................................................(1)

dimana:X2 = nilai chi-square

Oi

= frekuensi ikan jantan/betina hasil observasie

i= frekuensi yang diharapkan

HASIL DANBAHASANHasil

Sebaran Ukuran Panjang Cagak

Pencatatan data ikan madidihang yang tertangkaprawai tuna di Samudera Hindia pada tahun 2005-2013sebanyak 2.254 ekor, dan diantaranya dapat diukurpanjang cagaknya sejumlah 2.230 ekor. Ikan tersebutmemiliki panjang cagak berkisar antara 30-179 cm denganrata-rata 101,65 cm dan modus pada kelas panjang cagakantara 106-110 cm (Tabel 1 dan Gambar 2). Apabiladibandingkan dengan panjang rata-rata matang goand (L

m)

menurutAnonimus (2013a) adalah 100 cm, maka sebanyak81,03% madidihang telah layak tangkap yang tersebarmerata di Samudera Hindia, sedangkan 423 ekor (18,97%)belum layak tangkap yang banyak tertangkap di SamuderaHindia bagian barat Bengkulu (posisi geografis antara 3-8° LS dan 95-100° BT) dan di tengah wilayah SamuderaHindia bagian timur , yaitu pada posisi geografis antara18-23° LS dan 100-105° BT (Gambar 3).

Tabel 1. Jumlah spesimen, rerata dan variasi sebaran panjang ikan madidihangTable 1. Number of sample, mean, and variance of yellowfin length distribution

Gambar 2. Sebaran panjang ikan madidihang yang tertangkap di Samudera Hindia bagian timur.Figure 2. Length distribution of yellowfin tuna caught in the eastern Indian Ocean.Keterangan/Remarks: Garis putus-putus menunjukkan ukuran pertama matang gonad 100 cm/the dash line showed as

size at first maturity 100 cm (Anonimus, 2013a)

BAWAL Vol.7(3) Desember 2015: 175-182

Tahun/Year

nPanjang/Length (cmFL)

Min Mean Max sd SE2005 12 69 111,8 148 30,6 8,82006 579 54 117,1 162 21,6 0,92007 208 53 122,5 161 18,3 1,32008 448 45 131,9 172 28,4 1,32009 333 56 143,8 178 27,4 1,52010 184 30 131,9 178 28,4 2,12011 64 45 123,3 160 28,9 2,82012 197 61 104,4 179 21,5 1,52013 205 30 116,5 172 26,8 1,9Total 2.230 30 101,6 179 27,4 0,6

Page 11: BAWAL - lp2t.kkp.go.id fileBAWAL, Widya Riset Perikanan Tangkap adalah wadah informasi perikanan, baiklaut maupun perairanumum. Publikasi ini memuat hasil-hasil penelitian bidang“natural

178

Gambar 3. Sebaran spasial panjang cagak ikan madidihang dibandingkan dengan panjang pertama kali matang gonaddi Samudera Hindia bagian timur

Figure 3. Spatially-size distribution of yellowfin tuna compared its length at first maturity in Eastern IndianOcean

Nisbah Kelamin

Berdasarkan hasil pengamatan bahwa tidak semua ikanmadidihang yang tertangkap rawai tuna dapat diidentifikasiperbedaan jenis kelaminnya. Madidihang berjenis kelaminjantan sebanyak 932 ekor (41,79%); betina 645 ekor(28,92%); dan 653 ekor (29,28%) tidak diketahui jeniskelaminnya (unknown). Ikan madidihang betina berukuranantara 30-170 cm sedangkan ukuran pejantan berkisar 43-178 cm. Apabila dibandingkan dengan panjang rata-ratamatang gonad (L

m) madidihang di Samudera Hindia

menurutAnonimus (2013a) adalah 100 cm, maka sebanyak94,11% betina dan 93,47% jantan memiliki ukuran yang

lebih besar daripada Lm. Secara keseluruhan 93,73% ikan

madidihang yang tertangkap dengan rawai tunadiindikasikan sudah matang gonad.

Perbandingan nisbah kelamin betina dan jantan adalah1:1,45. Berdasarkan hasil uji chi-square pada tarafkepercayaan 95% menunjukkan adanya perbedaan yangnyata dimana nilai x2

hitung(52,89) lebih besar daripada x2

tabel

(3,84; á = 0,05; db=1). Secara statistik, nisbah kelaminbetina dan jantan pada ukuran 86-105 cm dan 121-150 cmberada pada kondisi seimbang (1:1). Nisbah kelamin jantanlebih dominan daripada betina pada ukuran 106-110 cm,116-120 cm dan ukuran lebih dari 150 cm (Gambar 4).

Gambar 4. Nisbah jenis kelamin ikan madidihang berdasarkan kelas panjangFigure 4. Sex ratio of YFT according to length classKeterangan/Remarks: Garis putus-putus menunjukkan ukuran pertama matang gonad (L

m) 100 cm/the dash line showed

as size at first maturity (Lm) 100 cm (Anonimus, 2013a)

Wujdi, A., et al/BAWAL Vol.7 (3) Desember 2015:175-182

Page 12: BAWAL - lp2t.kkp.go.id fileBAWAL, Widya Riset Perikanan Tangkap adalah wadah informasi perikanan, baiklaut maupun perairanumum. Publikasi ini memuat hasil-hasil penelitian bidang“natural

179

Nilai nisbah kelamin berfluktuasi seiring denganbertambahnya ukuran panjang dengan pola yang tidakberaturan pada ukuran kurang dari 120 cm, namuncenderung memiliki pola tertentu pada ukuran lebih dari120 cm. Nisbah kelamin mengalami penurunan pada selangukuran 120-180 cm. Hal ini berarti ikan betina akan semakinberkurang seiring bertambahnya ukuran. Penurunannisbah kelamin membentuk persamaan regresi, yaitunisbah kelamin = 1,8013 - 0,0099 FL dengan koefisiendeterminasi (R2) sebesar 0,8058. Ikan betina tidak lagiditemukan pada ukuran yang lebih besar, khususnya padaukuran panjang lebih dari 170 cm (Gambar 5).

Ikan madidihang berukuran lebih dari 100 cm yangtertangkap di Samudera Hindia sekitar Indonesia (posisigeografis antara 2o LU – 13o LS dan 90-125o BT) didominasioleh kelamin jantan (51,88%) dibandingkan betina(29,26%). Perbandingan jumlah ikan jantan dan betinayang tertangkap oleh armada rawai tuna Indonesiamengalami penurunan terutama yang tertangkap diluarZona Ekonomi Ekslusif Indonesia yaitu pada posisigeografis antara 13-38o LS dan 75-120o BT. Jumlah ikanmadidihang jantan yang tertangkap pada wilayah tersebutmemiliki prosentase 31,40% dibandingkan ikan betina,yaitu 27,81% (Gambar 6).

Gambar 5. Hubungan antara nisbah kelamin betina dan panjang cagak ikan madidihang yang tertangkap rawai tuna diSamudera Hindia Bagian Timur.

Figure 5. Relationship between female proportion and fork length of yellowfin tuna caught by tuna longline inEastern Indian Ocean.

Keterangan/Remarks: bulatan hitam menunjukkan batasan selang kelas 120d”FLd”180 yang digunakan dalam analisaregresi untuk mengetahui hubungan nibah kelamin dan panjang ikan/The black dots showedthe limit of interval class used for regression analysis to determine correlation between sexratio and length distribution (120d”FLd”180).

Gambar 6. Sebaran spasial nisbah kelamin ikan madidihang menurut ukuran panjang di Samudera Hindia bagian timur.Figure 6. Spatial distribution of sex ratio yellowfin tuna accordance with size in Eastern Indian Ocean.

BAWAL Vol.7(3) Desember 2015: 175-182

Page 13: BAWAL - lp2t.kkp.go.id fileBAWAL, Widya Riset Perikanan Tangkap adalah wadah informasi perikanan, baiklaut maupun perairanumum. Publikasi ini memuat hasil-hasil penelitian bidang“natural

180

Bahasan

Lebih dari separuh madididang yang tertangkapmemiliki ukuran yang lebih besar daripada ukuran matanggonad (L

m) sehingga nilai rata-rata ukuran yang tertangkap

(Lc) pada penelitian ini lebih besar daripada L

m. Hal ini

mengindikasikan bahwa sebagian besar madidihang yangtertangkap telah matang gonad dan berkesempatan untukmemijah. Besarnya ukuran hasil tangkapan madidihangpada penelitian ini dipengaruhi oleh jenis alat tangkapyang digunakan. Seluruh sampel madidihang ditangkapoleh rawai tuna yang merupakan alat tangkap pasif danselektif (Barata et al., 2011; Nugraha & Setyadji, 2013;Hutauruk, 2013). Rohit et al. (2012) melaporkan bahwamadidihang yang tertangkap rawai tuna di sepanjang pantaitimur India memiliki ukuran panjang antara 20-185 cmFLdengan rata-rata 101,9 cmFL dan tidak berbeda jauh denganrata-rata pada penelitian ini (101,65 cmFL). Nootmorn etal. (2005) juga melaporkan bahwa madidihang yangtertangkap oleh rawai tuna dan didaratkan di Phuket,Thailand memiliki ukuran panjang berkisar antara 95 -157cmFL. Muhammad & Barata (2012) melaporkan ikanmadidihang hasil tangkapan pancing ulur yang didaratkandi Kedonganan-Bali berukuran antara 81-170 cm.Sedangkan madidihang yang tertangkap oleh alat tangkapjaring seperti pukat cincin memiliki ukuran panjang dengankisaran yang lebih kecil. Madidihang yang tertangkappukat cincin di Teluk Tomini memiliki ukuran panjang cagakyang relatif kecilyaitu 10-80 cm(Mardlijah& Rahmat, 2012).

Sebaran ukuran ikan selain dipengaruhi oleh jenis alattangkap juga dipengaruhi oleh daerah penangkapannya.Ikan yang ditangkap pada perairan permukaan denganbantuan alat pengumpul ikan atau rumpon (fishaggregating device) memiliki ukuran panjang cagak yanglebih kecil. Merta et al. (2006) melaporkan ikan madidihangyang tertangkap oleh aktivitas perikanan yang beroperasidi kolom permukaan perairan dan berasosiasi denganrumpon didominasi oleh yuwana (juvenile) denganpersentase mencapai 98% dan modus ukuran panjangcagak antara 45-48 cm. Menurut Mardlijah & Rahmat(2012), ikan madidihang yang tertangkap di sekitar rumpondi Teluk Tomini berukuran antara 11-190 cmFL denganmodus antara 30-40 cmFL. Ikan madidihang yangtertangkap rawai tuna memiliki ukuran lebih besar karenaalat tangkap ini beroperasi pada kolom perairan yang lebihdalam untuk menjangkau swimming layer dengan sasaranikan yang bergerombol bebas sehingga lebih banyakmenggunakan taktik penangkapan berburu langsung dilaut terbuka. Taktik penangkapan ini juga merupakanbentuk penyesuaian terhadap permintaan pasar yangmenuntut ukuran ikan lebih besar sebagai bahan bakusashimi. Sedangkan tuna yang tertangkap di permukaandengan menggunakan rumpon cenderung memiliki ukuranpanjang yang lebih kecil sebagai bahan baku dalamindustri pengalengan ikan (Nootmorn, et al., 2005).

Nisbah kelamin betina dan jantan berada pada kondisiyang tidak seimbang dimana jantan lebih dominan daripadabetina. Hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitiansebelumnya oleh Rohit & Rammohan (2009) yangmelaporkan hasil tangkapan ikan madidihang di sekitarperairan Andhra (selatan India); Pradeep et al. (2014) diperaian Andaman dan Nicobar; Zhu et al. (2008) diSamudera Hindia bagian barat dan tengah; dan Marsac etal. (2006) yang melaporkan nisbah kelamin jantan lebihdominan daripada betina. Hasil pengamatan nisbah jeniskelamin pada penelitian ini berbeda dengan penelitianZudaire et al. (2010) di Samudera Hindia bagian barat dantengah yang melaporkan nisbah kelamin jantan dan betinaadalah seimbang (1:1). Namun demikian, proporsi ikanmadidihang jantan tetap mendominasi dengan tidakditemukannya ikan madidihang betina pada ukuranpanjang cagak diatas 155 cm.

Nisbah kelamin jantan mendominasi pada ukuranpanjang yang lebih besar, yaitu lebih dari 150 cm, bahkantidak ditemukan nisbah kelamin betina pada madidihangyang tertangkap dengan ukuran lebih dari 170 cm. MenurutMarsac, et al., (2006), 65% madidihang yang tertangkapdi Samudera Hindia bagian barat pada ukuran 144 cmadalah jantan. Fonteneau (2002) melaporkan bahwa jantanmulai dominan dibandingkan betina pada ukuran 154 cm.Dominasi madidihang jantan ini terjadi pada ukuran yanglebih besar dibandingkan dominasi jantan lainnya yangterjadi di Samudera Pasifik (134 cm) danAtlantik (146 cm).Dominasi nisbah kelamin jantan pada ukuran panjang yanglebih besar juga ditemukan di tiga samudera di dunia(Capisano, 1991; Schaefer, 1998; Timochina, 1992 dalamMarsac, et al., 2006). Dominasi jantan pada ukuran besarini diduga merupakan konsekuensi dari perbedaan lajupertumbuhan antara jantan dan betina dan ataudipengaruhi oleh perbedaan laju kematian alami dankematian akibat penangkapan, dimana jumlah biomassaantara kedua jenis kelamin terakumulasi pada ukuran yangberbeda (Fonteneau, 2002; Marsac, et al., 2006).

Informasi tentang nisbah kelamin dapat digunakanuntuk menduga kemampuan pemijahan suatu jenis ikan(Hamano & Matsuura, 1987). Oleh karena itu, untukmemperoleh pemahaman yang lebih baik tentang aspekreproduksi dan pemijahan ikan madidihang, diperlukaninformasi tentang pertumbuhan berbasis panjang ikanatau perkembangan harian/tahunan yang dapat diketahuimelalui otolith dan tulang sirip. Selain itu, juga diperlukandata yang berkesinambungan (time series data) mengenaiperkembangan tingkat kematangan gonad yang dapatdiketahui melalui pendekatan histologi dan indekskematangan gonad untuk memperoleh musim pemijahanikan madidihang. Hal ini sangat penting dilakukan untukmenunjang pengelolaan perikanan sehingga dapatditentukan ukuran dan waktu ikan saat memijah untukmempertahankan kelestariannya di alam.

Wujdi, A., et al/BAWAL Vol.7 (3) Desember 2015:175-182

Page 14: BAWAL - lp2t.kkp.go.id fileBAWAL, Widya Riset Perikanan Tangkap adalah wadah informasi perikanan, baiklaut maupun perairanumum. Publikasi ini memuat hasil-hasil penelitian bidang“natural

181

KESIMPULAN

Distribusi ukuran panjang cagak ikan madidihang(Thunnus albacares) yang tertangkap rawai tuna diSamudera Hindia bagian timur berkisar antara 30-179 cmdimana sebanyak 81,03% telah layak tangkap denganukuran lebih besar dari ukuran pertama kali matang gonad(L

m=100 cm). Nisbah kelamin madidihang yang tertangkap

berada dalam kondisi tidak seimbang denganperbandingan betina:jantan adalah 1:1,45. Jumlah ikanbetina semakin berkurang bersamaan dengan pertambahanukuran panjang cagaknya. Hubungan antara nisbahkelamin dan ukuran panjang dapat dideskripsikan denganpersamaan regresi yaitu nisbah kelamin betina = 1,8013 -0,0099 FL; R2=0,8058.

PERSANTUNAN

Tulisan ini merupakan kontribusi dari kegiatan programscientific observer pada kapal tuna longline di SamuderaHindia tahun 2005-2010 terselenggara atas kerjasamaantara Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan danKonservasi Sumberdaya Ikan dengan ACIAR-Australiamelalui ACIAR PROJECT FIS/2002/074. Tulisan ini jugamerupakan kontribusi kegiatan penelitian sumberdayaperikanan tuna di Samudera Hindia tahun 2011-2013 yangdibiayai oleh DIPA Balai Penelitian Perikanan Laut danLoka Penelitian Perikanan Tuna.

UCAPANTERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruhtenaga scientific observer di Loka Penelitian PerikananTuna yang telah membantu dalam proses pengumpulandata penelitian ini. Selain itu, penulis juga mengucapkanterima kasih kepada Drs. Bambang Sumiono, M.Si danDra. Sri Turni Hartati, M.Si atas saran dalam penyusunanmakalah ini.

DAFTARPUSTAKA

Andamari, R., J.H. Hutapea, & B.I. Prisantoso. 2012.Aspekreproduksi ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares).Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis 4 (1): 89-96.

Anonimus. 1994. World review of highly migratory speciesand straddling stocks. FAO Fisheries Department.Technical Paper No. 337. FAO. Rome: 70 p.

Anonimus. 2012. Statistik Perikanan Tangkap Indonesia2011. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap.Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta: 190 p.

Anonimus. 2013a. Report of the Sixteenth Session of theIOTC Scientific Committee. Indian Ocean Tuna

Commission. Busan, Republic of Korea 2-6 December2013. IOTC–2013–SC16–R[E]: 312 pp.

Anonimus. 2013b. ISSF Tuna Stock Status Update,2013(2): Status of the world fisheries for tuna. ISSFTechnical Report 2013-04A. International SeafoodSustainability Foundation, Washington, DC, USA: 88pp.

Barata,A., A.Bahtiar, & H.Hartaty. 2011. Pengaruhperbedaan umpan dan waktu setting rawai tunaterhadap hasil tangkapan tuna di Samudera Hindia.Jur.Lit.Perik.Ind 17 (2): 133-138

Collete, H.B. & C.E. Nauen. 1983. FAO Species Catalogue.Vol. 2. Scombrids of the world. An annonated andillustrated catalogue of tunas, mackerels, bonitos, andrelated species known to date. FAO Fisheries Synopsis.No. 125, Vol. 2. Rome, Italy: FAO Press: 137 pp.

Fonteneau,A. 2002. Estimated sex ratio of large yellowfintaken by purse seiners in theIndian Ocean: comparisonwith other oceans. IOTC Proceedings 5: 279-281

Fonteneau,A. 2005.An overview of yellowfin tuna stocks,fisheries and stock status worldwide. IOTC 7th Workingparty on tropical tunas Phuket-Thailand, 18-22 July2005: 37 p.

Hamano, T. & S. Matsuura. 1987. Sex ratio of the Japanesemantis shrimp in Hakata Bay. Nippon SuisanGakkaishi, 53 (12): 22-79.

Hedianto, D.A & S.E.Purnamaningtyas. 2013. Biologireproduksi ikan golsom (Hemichromis elongatus,Guichenot1861) di Waduk Cirata, Jawa Barat. BAWALWid.Ris.Perik.Tangkap 5 (3): 159-166.

Hutauruk, R.M. 2013. Perhitungan stabilitas kapalperikanan melalui pendekatan ukuran utama dankoefisien bentuk kapal. J.Perik. dan Kel.18 (1): 48-61.

Mardlijah, S. & E. Rahmat. 2012. Penangkapan juvenileikan madidihang (Thunnus albacares Bonnatere, 1788)di perairan Teluk Tomini. BAWALWid.Ris.Perik.Tangkap 4 (3): 169-176.

Marsac F, Potier M, Peignon C, Lucas V, Dewals P,Fonteneau A, Pianet R, & Ménard F. 2006. Updatedbiological parameters for Indian Ocean yellowfin tunaand monitoring of forage fauna of the pelagicecosystem, based on a routine sampling at the canneryin Seychelles. IOTC 8th Working party on tropical tuna,Seychelles, 24-28 July 2006: 15 p.

BAWAL Vol.7(3) Desember 2015: 175-182

Page 15: BAWAL - lp2t.kkp.go.id fileBAWAL, Widya Riset Perikanan Tangkap adalah wadah informasi perikanan, baiklaut maupun perairanumum. Publikasi ini memuat hasil-hasil penelitian bidang“natural

182

Merta, I.G.S., M. Nurhuda, & A. Nasrullah. 2006.Perkembangan perikanan tuna di Pelabuhanratu.J.Lit.Perik.Ind. 12 (2): 117-127.

Muhammad, N. & A. Barata. 2012. Stuktur ukuran ikanmadidihang (Thunnus albacares) yang tertangkappancing ulur di sekitar rumpon Samudera Hindiaselatan Bali dan Lombok. BAWALWid.Ris.Perik.Tangkap 4 (3): 161-167.

Nootmorn, P.,A. Yakoh, & K. Kawises. 2005. ReproductiveBiology of yellowfin tuna in the Eastern Indian Ocean.IOTC 7th Working Party on Tropical Tuna, Phuket-Thailand 18-22 July 2005: 8 p.

Nugraha, B. & B. Setyadji. 2013. Kebijakan pengelolaanhasil tangkapan sampingan tuna longline di SamuderaHindia. J.Kebijak.Perik.Ind 5 (2): 67-71

Pradeep.H.D, S.S.Shirke, S.K.Dwivedi, S.Ramachandran &Premchand. 2014. Distribution, abundance and biologyof yellowfin tuna, Thunnus albacares (Bonnaterre,1788) in the Andaman and Nicobar waters. Journal ofthe Andaman Science Association 19 (2):191-200.

Rohit, P. & K. Rammohan. 2009. Fishery and biologicalaspect of yellowfin tuna Thunnus albacares. AsianFisheries Science 22: 235-244.

Rohit, P., G.S.Rao, & K.Rammohan. 2012.Age, growth andpopulation structure of the yellowfin tuna Thunnusalbacares (Bonnaterre, 1788) exploited along the eastcoast of India. Indian Journal Fisheries 59 (1): 1-6.

Uktolseja J.C.B., B. Gafa & S. Bahar. 1991. Potensi danpenyebaran sumberdaya ikan tuna dan cakalang dalam:Martosubroto P., N. Naamin, B.B.A. Malik, (editor).Potensi dan Penyebaran Sumberdaya Ikan Laut diPerairan Indonesia. Jakarta: Direktorat JenderalPerikanan. Pusat Penelitian dan PengembanganPerikanan. Pusat Penelitian dan PengembanganOseanologi. Jakarta.

Wudianto & V.P.H. Nikijuluw. 2004. Guide to Invest onFisheries in Indonesia. Directorate of Capital andInvestment System. Ministry of Marine Affair andFisheries Republic of Indonesia: 17p.

Zhu G, Xu L, Zhou Y, Song L. 2008. Reproductive biologyof yellowfin tuna T.albacares in the west-central IndianOcean. Journal of Ocean University of China (EnglishEdition) 7: 327-332.

Zudaire, I., H. Murua, M. Grande, M. Korta, H.Arrizabalaga, J. Areso, & D. Molina. 2010.Reproductive biology of yellowfin tuna (Thunnusalbacares) in the western and central Indian Ocean.IOTC 12th Working party on tropical tuna, Victoria-Seychelles, 18-25 October 2010: 25p.

Wujdi, A., et al/BAWAL Vol.7 (3) Desember 2015:175-182