bawal - website portal resmi loka penelitian perikanan ... reproduksi ikan... · jl. pasir putih...

15

Upload: hadieu

Post on 06-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAWAL, Widya Riset Perikanan Tangkap adalah wadah informasi perikanan,baik laut maupun perairan umum. Publikasi ini memuat hasil-hasil penelitian bidang “natural history”

(parameter populasi, reproduksi, kebiasaan makan dan makanan), lingkungan sumberdaya ikan danbiota perairan.

Terbit pertama kali tahun 2006 dengan frekuensi penerbitantiga kali dalam setahun, yaitu pada bulan:

APRIL, AGUSTUS, DESEMBER.

Ketua Redaksi:Drs. Bambang Sumiono, M.Si (Biologi Perikanan-P4KSI)

Anggota:Prof. Dr. Krismono, M.Si (Konservasi dan Lingkungan Sumberdaya Perairan-BP2KSI)

Dr. Ir. Mohammad Mukhlis Kamal M.Sc (Ikhtiologi-IPB)Dra. Sri Turni Hartati, M.Si (Lingkungan Sumberdaya Perairan-P4KSI)

Dr. Agus Djoko Utomo, M.Si (Biologi Perikanan-BRPPU)Ir. Sulastri (Limnologi-LIPI)

Mitra Bestari untuk Nomor ini:Prof. Dr. Ir. Wudianto, M.Sc. (Teknologi Penangkapan Ikan-P4KSI)

Prof. Dr. Ir. M.F. Rahardjo, DEA. (Ekologi Ikan-IPB)Ir. Duto Nugroho (Teknologi Penangkapan Ikan-P4KSI)Dr. Wijopriono, M.Sc. (Hidro Akustik Perikanan-P4KSI)

Lilis Sadiyah, Ph.D (Permodelan Perikanan-P4KSI)

Redaksi Pelaksana:Dra. Endang Sriyati

Darwanto, S.Sos

Desain Grafis:Amalia Setiasari, A.Md

BAWALWIDYARISET PERIKANAN TANGKAP

BAWAL-WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP diterbitkan oleh Pusat Penelitian PengelolaanPerikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan - Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan danPerikanan - Kementerian Kelautan dan Perikanan.

ISSN 1907-8226

Volume 7 Nomor 2 Agustus 2015

Nomor Akreditasi : 620/AU2/P2MI-LIPI/03/2015(Periode:April 2015-April 2018)

Alamat Redaksi/Penerbit:Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya IkanJl. Pasir Putih II, Ancol Timur Jakarta Utara 14430Telp. (021) 64700928; Fax. (021) 64700929

Email: [email protected]. Website: p4ksi.litbang.kkp.go.id.

i

KATAPENGANTAR

Widya Riset Perikanan Tangkap “BAWAL” merupakan wadah untuk menyampaikan informasi hasil penelitianyang dilakukan para peneliti dari dalam maupun luar lingkup Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan KonservasiSumber daya Ikan. Informasi-informasi tersebut sangat berguna bagi para pemangku kepentingan (stakeholders)terutama para pengambil kebijakan sebagai dasar dalam pengelolaan perikanan dan konservasi sumber daya ikan dilaut maupun perairan umum daratan.

Seiring dengan terbitnya Widya Riset Perikanan Tangkap Bawal Volume 7 Nomor 2 Agustus 2015 ini, kami ucapkanterima kasih kepada para Mitra Bestari atas kesediaannya dalam menelaah beberapa naskah.

Pada volume ini, Bawal menampilkan delapan artikel hasil penelitian perikanan di perairan umum daratan danperairan laut. Delapan artikel tersebut meliputi: Aspek biologi dan parameter populasi ikan tongkol abu-Abu (Thunnustonggol) di perairan Langsa dan Sekitarnya; Aspek reproduksi ikan oskar (Amphilophus citrinellus Günther, 1864) diWaduk IR.H. Djuanda, Jawa Barat; Pendugaan parameter populasi ikan cakalang (Katsuwonus pelamis, Linnaeus,1758) di Samudera Hindia Selatan Jawa; Biologi reproduksi ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) di Samudera HindiaBagian Timur; Kebiasaan makan dan luas relung beberapa jenis udang dan ikan di pesisir muara kakap, KalimantanBarat; Parameter populasi udang putih (Penaeus merguiensis) di perairan Sampit dan Sekitarnya, Kalimantan Tengah;Beberapa aspek biologi ikan nilem (Osteochillus vittatus) di Danau Talaga, Sulawesi Tengah.

Semua artikel pada edisi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan danteknologi bidang perikanan tangkap di Indonesia. Redaksi mengucapkan terima kasih atas partisipasi aktif para penulisdan semua pihak yang telah berkontribusi dalam edisi ini.

Redaksi

iii

i

iii

v-vi

vii

59-66

67-75

77-85

87-94

95-102

103-109

111-120

ISBN 1907-8226

BAWALWidya Riset Perikanan TangkapVolume 7 Nomor 2 Agustus 2015

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR...................................................................................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................................................................................

ABSTRAK....................................................................................................................................................................

LEMBARRALATVOLUME7 No.1APRIL2015............................................................................................................

Aspek Biologi dan Parameter Populasi Ikan Tongkol Abu-Abu (Thunnus tonggol) di Perairan Langsa danSekitarnyaOleh: Karsono Wagiyo dan Endah Febrianti..........................................................................................................................

Aspek Reproduksi Ikan Oskar (Amphilophus citrinellus Günther, 1864) di Waduk IR.H. Djuanda, JawaBaratOleh: Prawira A.R.P. Tampubolon, M. F. Rahardjodan Krismono........................................................................................

Pendugaan Parameter Populasi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis Linnaeus, 1758) di Samudera HindiaSelatan JawaOleh: Fathur Rochman, Budi Nugraha dan Arief Wujdi.........................................................................................................

Biologi Reproduksi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis Linnaeus, 1758) di Samudera Hindia Bagian TimurOleh: Irwan Jatmiko, Hety Hartaty dan Andi Bahtiar.............................................................................................................

Kebiasaan Makan dan Luas Relung Beberapa Jenis Udang dan Ikan di Pesisir Muara Kakap, KalimantanBaratOleh: Sri Endah Purnamaningtyas dan Dimas Angga Hedianto...........................................................................................

Parameter Populasi Udang Putih (Penaeus merguiensis) di Perairan Sampit dan Sekitarnya, KalimantanTengahOleh: Erfind Nurdin dan Duranta D. Kembaren...................................................................................................................

Beberapa Aspek Biologi Ikan Nilem (Osteochillus vittatus) di Danau Talaga, Sulawesi TengahOleh: Masayu Rahmia Anwar Putri, Yayuk Sugianti dan Krismono.....................................................................................

BAWALWIDYARISET PERIKANAN TANGKAP

Volume 7 Nomor 2 Agustus 2015

KUMPULANABSTRAK

v

ASPEKBIOLOGIDANPARAMETERPOPULASIIKANTONGKOLABU-ABU(Thunnustonggol)DIPERAIRANLANGSADANSEKITARNYA

Karsono Wagiyo dan Endah FebriantiBAWAL, Vol.7 No.2, Hal: 59-66

ABSTRAK

Ikan tongkol abu-abu (Thunnus tonggol) merupakan salahsatu jenis ikan pelagis yang bersifat oseanodromous, bernilaiekonomis tinggi dan hidup pada perairan neritik. Sampai saatini belum banyak diperoleh hasil penelitian ikan tongkol abu-abu di Selat Malaka, khususnya di Perairan Langsa. Penelitianini bertujuan untuk mengetahui aspek biologi dan parameterpopulasi tongkol abu-abu di perairan Langsa. Pengumpulan datadilakukan pada bulan Maret-September 2014. Analisisparameter populasi menggunakan program FAO-ICLARM StockAssessment Tools (FiSAT). Hasil penelitian parameter biologiikan tongkol abu-abu di perairan Langsa menunjukkan analisishubungan panjang-beratnya diperoleh pola pertumbuhan yangbersifat alometrik negatif dengan nilai b = 2,710. Nisbah kelaminjantan terhadap betina sebagai 1,18 :1,0. Dengan uji Chi-squarediperoleh rasio tersebut dalam kondisi seimbang. Musimpemijahan ikan betina berlangsung antara bulan Mei-Juni.Pengamatan isi lambung dengan metode index of preponderandiperoleh makanan utama ikan tongkol adalah ikan teri(Stolephorus spp.), diikuti oleh potongan ikan campur danpotongan udang. Panjang pertama kali ikan tongkol yangtertangkap dengan pukat cincin lebih besar dari panjang pertamakali matang gonada (L

c=40,34 cmFL > L

m=38,9 cmFL. Analisis

parameter populasi ikan tongkol abu-abu diperoleh panjangasimtotik (L”) sebesar 55,65cmFL, laju pertumbuhan (K) sebesar1,5/tahun. Laju kematian total (Z) sebesar 4,06/tahun, kematianalami (M) sebesar 1,99/tahun dan kematian karena penangkapan(F) sebesar 2,07/per tahun. Laju eksploitasi (E) pada saat inisebesar 0,51 atau berada dalam tingkat optimal.

KATAKUNCI: Tongkol abu-abu, aspek biologi,parameter populasi, Langsa

ASPEK REPRODUKSI IKAN OSKAR (Amphilophuscitrinellus Günther, 1864) DIWADUK IR H. DJUANDA,JAWABARAT

Prawira A.R.P. Tampubolon, M. F. Rahardjo dan KrismonoBAWAL, Vol.7 No.2, Hal: 67-75

ABSTRAK

Ikan oskar (Amphilophus citrinellus) merupakan ikan asingdi Waduk Ir. H. Djuanda yang saat ini merupakan ikan yangpaling banyak tertangkap di waduk tersebut. Penelitian inidilakukan pada Oktober 2011–Januari 2012 di Waduk Ir. H.Djuanda, Jawa Barat, dengan tujuan untuk mengetahui beberapaaspek yang berkaitan dengan pemijahan ikan oskar. Contoh ikanditangkap menggunakan jaring insang. TKG diamati secara visualdan fekunditas dihitung menggunakan metode gravimetrik. Totalikan contoh yang tertangkap selama penelitian berjumlah 460ekor yang berasal dari enam stasiun pengamatan. Hasil penelitian

menunjukkan panjang total dan bobot tubuh ikan berkisar antara62–210 mm dan 4,81–187,18 gram. Rasio kelamin ikan seimbang.Ukuran ikan jantan dan betina terkecil yang ditemukan matanggonad adalah 125 mm dan 121 mm. Ikan yang matang gonadpaling banyak ditemukan pada bulan Desember untuk ikanbetina dan Januari untuk ikan jantan. Fekunditas total berkisarantara 729–3.299 butir. Ikan oskar merupakan ikan pemijahbertahap.

KATAKUNCI: Oskar, pemijahan, kematangan gonad,fekunditas

PENDUGAAN PARAMETER POPULASI IKANCAKALANG (Katsuwonus pelamis, Linnaeus, 1758) DISAMUDERAHINDIASELATANJAWA

Fathur Rochman, Budi Nugraha dan Arief WujdiBAWAL, Vol.7 No.2, Hal: 77-85

ABSTRAK

Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) tergolong jenis ikantuna yang merupakan tangkapan utama di Samudera Hindia.Kajian dinamika populasi menjadi penting sebagai dasarpengelolaan perikanan, agar stok ikan dapat dimanfaatkan secaraberkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menyediakaninformasi tentang parameter populasi ikan cakalang di perairanSamudera Hindia Selatan Jawa. Pengambilan data dengan bantuanenumerator di pusat pendaratan ikan (Cilacap, Palabuhanratu,Tamperan-Pacitan, dan Sendang biru-Malang) selama periodeJanuari-Desember 2012 dengan jumlah sample total sebanyak3.118 ekor. Data frekuensi panjang (cmFL) selanjutnya dianalisismenggunakan program FiSAT II untuk menduga parameterpertumbuhan, mortalitas, dan rekrutmen. Hasil penelitianparameter populasi adalah sebagai berikut: panjang asimptotik(L

”) sebesar 80,85 cmFL dengan nilai K sebesar 1,1/tahun dan

nilai t0sebesar -0,110 tahun. Mortalitas alami (M) sebesar 1,44/

tahun, mortalitas total (Z) sebesar 2,99/tahun dan mortalitaskarena penangkapan (F) sebesar 1,55/tahun. Pola rekrutmen ikancakalang terjadi setiap tahun dengan puncaknya diduga padabulan April sampai dengan Agustus. Tingkat eksploitasi sebesar0,52/tahun, menyebar pada level yang optimum.

KATAKUNCI: Parameter populasi, cakalang, SelatanJawa

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN CAKALANG(Katsuwonuspelamis)DISAMUDERAHINDIABAGIANTIMUR

Irwan Jatmiko, Hety Hartaty dan Andi BahtiarBAWAL, Vol.7 No.2, Hal: 87-94

ABSTRAK

Cakalang (Katsuwonus pelamis) adalah salah satu hasiltangkapan penting bagi nelayan di Samudera Hindia. Penelitianini bertujuan untuk mengetahui perkembangan gonad dan panjangpertama kali matang gonad cakalang di Samudera Hindia. Sampelcakalang dikumpulkan dari beberapa tempat di Pantai Selatan

vi

Jawa yaitu: Palabuhanratu, Cilacap, Pacitan, Sendang Biru,Kedonganan, Tanjung Luar, Labuhan Lombok dan Oeba daribulan April 2012 sampai November 2013. Panjang cagak dari136 sampel berkisar antara 35-68 cm. Tingkat kematangan gonad(TKG) diamati secara histologi dan analisis Gonadosomatic index(GSI). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa TKG cakalangdidominasi oleh TKG IV sebesar 43%, diikuti dengan TKG III(21%), TKG I (17%), TKG II (16%) dan TKG V (2%). Panjangpertama kali matang gonad terjadi pada ukuran 42,9 cm.

KATAKUNCI: Cakalang, tingkat kematangan gonad,GSI, Samudera Hindia Bagian Timur

KEBIASAANMAKANDANLUASRELUNGBEBERAPAJENISUDANGDANIKANDIPESISIRMUARAKAKAP,KALIMANTANBARAT

Sri Endah Purnamaningtyas dan Dimas Angga HediantoBAWAL, Vol.7 No.2, Hal: 95-102

ABSTRAK

Sumberdaya udang dan ikan merupakan komoditas ekspordari sektor perikanan, dan merupakan sasaran dari penangkapan(target spesies) yang cukup penting bagi usaha penangkapan diKalimantan Barat. Makanan merupakan kunci pokok bagipertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Tujuan penelitian iniadalah untukmengevaluasi kebiasaan makandan luas relungbeberapajenis udang dan ikan di pesisir Muara Kakap, Kalimantan Barat.Pengambilan sampel kebiasaan makanan udang dan ikandiperoleh dari hasil tangkapan nelayan berada di TempatPelelangan Ikan dan dilakukan pengambilan sampel sebanyak 4kali (Maret, Juni, September, dan November 2012). Metodeanalisis yang digunakan untuk mengetahui kebiasaan makan ikanyang merupakan kombinasi antara analisis kualitatif dankuantitatif dengan menggunakan indeks bagian terbesar (Indexof Preponderance) dan estimasi tingkat trofik jenis ikan sertamenggunakan analisis pengelompokkan (dendrogram) kebiasaanmakannya berdasarkan pada jarak euklidean pautan lengkap(complete linkage). Hasil penelitian menunjukkan bahwakelompok udang di perairan ini umumnya sebagai pemakanbangkai (scavenger) berupa sisa-sisa organisme hewani maupunnabati yang berada di dasar perairan. Sedangkan kebiasaan makanikan di perairan banyak memanfaatkan krustasea, tumbuhan dancacing. sehingga peluang terjadinya kompetisi sangat rendah,baik makanan maupun ruang.

KATAKUNCI: Kebiasaan makan, ikan, udang danmuara kakap

PARAMETER POPULASI UDANG PUTIH (Penaeusmerguiensis) DI PERAIRAN SAMPIT DANSEKITARNYA,KALIMANTANTENGAH

Erfind Nurdin dan Duranta D KembarenBAWAL, Vol.7 No.2, Hal: 103-109

ABSTRAK

Udang putih (Penaeus merguiensis) merupakan salah satusumberdaya ekonomis penting di perairan Sampit. Pada saat inialat tangkap yang efisien untuk menangkap udang adalah lamparadasar (danishseine) dan jaring tiga lapis (trammel net). Penelitiantentang tingkat pengusahaan udang putih telah dilakukan dari

bulan Januari sampai bulan Nopember 2012. Penilaian estimasiparameter populasi udang putih menggunakan paket program“FAO – ICLARM Stock Assessment Tools” atau FISAT - II.Hasil analisis diperoleh nilai laju pertumbuhan (K) sebesar 1,45per tahun dengan panjang karapas asimtotik (CL”) 57,8 mm.Laju kematian total (Z) sebesar 5,70 per tahun, laju kematianalamiah (M) sebesar 1,93 per tahun dan laju kematian akibatpenangkapan (F) sebesar 3,77 per tahun. Tingkat pengusahaanudang putih di perairan Sampit telah mengalami lebih tangkap(over exploited) dengan nilai E sebesar 0,66. Udang putih sudahtertangkap terlebih dahulu sebelum mencapai ukuran pertamakali matang gonad (Lc=30,05 < Lm=39,4 mmCL). Kondisi inimengindikasikan perlunya dilakukan pengelolaan yang hati-hatidan bertanggungjawab. Salah satu cara yang dapat ditempuhadalah dengan menerapkan sistem penutupan musim tangkapan,khususnya pada bulan Maret dan September, karena pada saattersebut terjadi puncak pemijahan.

KATAKUNCI: Parameter populasi, udang putih,Sampit

BEBERAPA ASPEK BIOLOGI IKAN NILEM(Osteochillus vittatus) DI DANAUTALAGA, SULAWESITENGAH

Masayu Rahmia Anwar Putri, Yayuk Sugianti danKrismonoBAWAL, Vol.7 No.2, Hal: 111-120

ABSTRAK

Ikan nilem (Osteochillus vittatus) merupakan ikan introduksidi Danau Talaga, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Studitentang biologi populasi suatu spesiesakan membantu dalammemahami pengelolaannya. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui beberapa aspek biologi ikan nilem (Osteochillusvittatus)sebagai informasi dasar dalam langkah pengelolaansumberdaya ikan di Danau Talaga. Penelitian ini dilaksanakanpada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober Tahun 2013. Sampelikan nilem diperoleh dengan melakukan percobaan penangkapanmenggunakan 2 set jaring insang (ukuran mata jaring 1, 1½, 2, 3dan 4 inci). Ikan yang didapat, diukur panjang total (cm) danberatnya (g). Pengamatan isi perut dan gonad dilakukan dilaboratorium Biologi Ikan, Balai Penelitian Pemulihan danKonservasi Sumberdaya Ikan.Ikan nilem merupakan ikan yangdominan tertangkap di Danau Talaga dengan kisaran ukuranpanjang antara 11-22,7 cm dan ukuran berat antara 15,79 –171,43 g, dimana ikan dengan kelompok panjang antara 14-15cm mendominasi tangkapan. Pola pertumbuhan ikan nilembersifat alometrik negatif. Ikan nilem dikategorikan sebagai ikanherbivor dengan makanan utamanya adalah tumbuhan. Ikan nilemyang dominan tertangkap berada pada tingkat kematangan gonad(TKG) IV, dimana ukuran pertama kali matang gonad (L

m) baik

jantan atau betina lebih kecil dibandingkan Lm

ikan nilem padabeberapa referensi. Hal ini mengindikasikan bahwa ikan nilem diDanau Talaga matang gonad pada ukuran yang lebih kecil. Tipepemijahan ikan nilem di Danau Talagaadalah total spawner dandapat memijah sepanjang tahun.

KATAKUNCI: Nilem, makanan, pola pertumbuhan,kematangan gonad, tipe pemijahan,fekunditas

vii

LEMBAR RALAT VOLUME 7 NOMOR 1 APRIL 2015

NO PENULISAN AWAL PERBAIKAN HAL1. DAFTAR PUSTAKA

Atmadja, S.B. 1994. Tingkat kematangan gonad beberapaikan pelagis kecil dari Laut Jawa. J. Lit. Perikan. Ind.92: 1-8.

Hariati, T., M. Taufik & A. Zamroni. 2005. Beberapa aspekreproduksi ikan layang (Decapterus russelli) dan ikanbanyar (Rastrelliger kanagurta) di perairan SelatMalaka Indonesia. J. Lit. Perikan. Ind. 11 (2): 47-57.

Heyman, W., J. Azueta, O. Lara, I. Majil, D. Neal, B.Luckhurst, M. Paz, I. Morrison, K.L. Rhodes, B.Kjerve, B. Wade & N. Requena. 2004. Spawningaggreration monitoring protocol for the Meso-American Reef and the Wider Caribean. Version 2.0.Meso-American Reef System Project, Belize: 55 pp.

Holden, M.J & D.F.S. Raitt (eds.). 1974. Manual offisheries sciences. Part 2. Methods of resourceinvestigation and their application. FAO Fisheries

Hunter R.O & B. Machewich. 1985. Measurement ofSpawning Frequency in Multiple Spawning Fishesdalam Lasker R. (eds) An Egg Production Method forEstimating Spawning Biomass of Pelagic Fish:Application tothe Northern Anchovy, Engraulismordax. NOAA Technical Report NMFS 36.

James, P.B.R. & V.M. Baragi. 1980. Ovary as anIndicator of Frequency of Spawning in Fishes. Proc.Indian Nat. Sci. Acad. B 46 No.4. p. 479-489.

Merta, I.G.S. 1992. Dinamika populasi ikan lemuru,Sardinella lemuru Bleeker 1853 (Pisces: Clupeidae) diperairan Selat Bali dan alternatif pengelolaannya.Disertasi. Institut Pertanian Bogor, Bogor: xvi + 201pp.

Miller, B.S & A.W. Kendall Jr. 2009. The early life historyof marine fishes. University of California Press,Oakland: xi + 376 pp.

Oktaviani. 2013. Etnozoologi, biologi reroduksi, danpelestarian ikan lema Ratrelliger kanagurta (Cuvier,1816) di Teluk Mayalibit Kabupaten Raja AmpatPapua Barat Indonesia. Disertasi. Program StudiBiologi. Program Pascasarjana. Fakultas Matematikadan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia.Depok. xi + 128 pp.

Oktaviani, D., J. Supriatna, M.V. Erdmann & Abinawanto.2014. Maturity stages of Indian mackerel Rastrelligerkanagurta (Cuvier, 1817) in Mayalibit Bay, RajaAmapat, West Papua. Int. J. Aqu. Sci. 5 (1): p. 67-76.

Suryati, N.K., S. Makmur & S. Nurdawati. 2014. Biologirepoduksi ikan sumpit (Toxotes microlepis Gunther 1860)di perairan Sungai Musi Sumatera Selatan. Bawal 6 (3):119-126.

DAFTAR PUSTAKA

Atmadja, S.B. 1994. Tingkat kematangan gonad beberapa ikanpelagis kecil dari Laut Jawa. J. Lit. Perikan. Ind. 92: 1-8.

Hariati, T., M. Taufik & A. Zamroni. 2005. Beberapa aspekreproduksi ikan layang (Decapterus russelli) dan ikan banyar(Rastrelliger kanagurta) di perairan Selat Malaka Indonesia. J.Lit. Perikan. Ind. 11 (2): 47-57.

Heyman, W., J. Azueta, O. Lara, I. Majil, D. Neal, B. Luckhurst, M.Paz, I. Morrison, K.L. Rhodes, B. Kjerve, B. Wade & N.Requena. 2004. Spawning aggreration monitoring protocol forthe Meso-American Reef and the Wider Caribean. Version 2.0.Meso-American Reef System Project, Belize: 55 pp.

Holden, M.J & D.F.S. Raitt (eds.). 1974. Manual of fisheriessciences. Part 2. Methods of resource investigation and theirapplication. FAO Fisheries

Hunter R.O & B. Machewich. 1985. Measurement of SpawningFrequency in Multiple Spawning Fishes dalam Lasker R. (eds)An Egg Production Method for Estimating Spawning Biomassof Pelagic Fish: Application tothe Northern Anchovy,Engraulis mordax. NOAA Technical Report NMFS 36.

James, P.B.R. & V.M. Baragi. 1980. Ovary as an Indicator ofFrequency of Spawning in Fishes. Proc. Indian Nat. Sci. Acad .B 46 No.4. p. 479-489.

Merta, I.G.S. 1992. Dinamika populasi ikan lemuru, Sardinellalemuru Bleeker 1853 (Pisces: Clupeidae) di perairan Selat Balidan alternatif pengelolaannya. Disertasi. Institut PertanianBogor, Bogor: xvi + 201 pp.

Miller, B.S & A.W. Kendall Jr. 2009. The early life history ofmarine fishes. University of California Press, Oakland: xi + 376pp.

Oktaviani. 2013. Etnozoologi, biologi reroduksi, dan pelestarianikan lema Ratrelliger kanagurta (Cuvier, 1816) di TelukMayalibit Kabupaten Raja Ampat Papua Barat Indonesia.Disertasi. Program Studi Biologi. Program Pascasarjana.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. UniversitasIndonesia. Depok. xi + 128 pp.

Oktaviani, D., J. Supriatna, M.V. Erdmann & Abinawanto. 2014.Maturity stages of Indian mackerel Rastrelliger kanagurta(Cuvier, 1817) in Mayalibit Bay, Raja Amapat, West Papua. Int.J. Aqu. Sci. 5 (1): p. 67-76.

Suryati, N.K., S. Makmur & S. Nurdawati. 2014. Biologi repoduksiikan sumpit (Toxotes microlepis Gunther 1860) di perairanSungai Musi Sumatera Selatan. Bawal 6 (3): 119-126.

Wudji, A., Suwarso & Wudianto. 2013. Biologi reproduksi danmusim pemijahan ikan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker1853) di perairan Selat Bali. Bawal 5 (1): 49 -57.

Zamroni, A., Suwarso & N.A. Mukhlis. 2008. Biologi reproduksidan genetik populasi ikan kembung (Rastrelliger brachysoma,Famili scombridae) di Pantai Utara Jawa. J. Lit. Perikan. Ind.14 (2): 215-226.

Zamroni & Suwarso. 2011. Studi tentang bagi reprodusi beberapaspesies ikan pelagis kecil di perairan Laut Banda. Bawal. 3 (5):337-344.

56-57

87

BAWAL Vol.7 (2) Agustus 2015: 87-94

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis)DI SAMUDERA HINDIA BAGIAN TIMUR

REPRODUCTIVE BIOLOGY OF SKIPJACK TUNA(Katsuwonus pelamis) IN EASTERN INDIAN OCEAN

Irwan Jatmiko, Hety Hartaty dan Andi BahtiarLoka Penelitian Perikanan Tuna, Denpasar

Teregistrasi I tanggal: 10 September 2014; Diterima setelah perbaikan tanggal: 30 Juli 2015;Disetujui terbit tanggal: 05 Agustus 2015

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Cakalang (Katsuwonus pelamis) adalah salah satu hasil tangkapan penting bagi nelayan di Samudera Hindia.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan gonad dan panjang pertama kali matang gonad cakalangdi Samudera Hindia. Sampel cakalang dikumpulkan dari beberapa tempat di Pantai Selatan Jawa yaitu:Palabuhanratu, Cilacap, Pacitan, Sendang Biru, Kedonganan, Tanjung Luar, Labuhan Lombok dan Oeba daribulan April 2012 sampai November 2013. Panjang cagak dari 136 sampel berkisar antara 35-68 cm. Tingkatkematangan gonad (TKG) diamati secara histologi dan analisis Gonadosomatic index (GSI). Hasil penelitian inimenunjukkan bahwa TKG cakalang didominasi oleh TKG IV sebesar 43%, diikuti dengan TKG III (21%), TKGI (17%), TKG II (16%) dan TKG V (2%). Panjang pertama kali matang gonad terjadi pada ukuran 42,9 cm.

KATA KUNCI: Cakalang, tingkat kematangan gonad, GSI, Samudera Hindia Bagian Timur

ABSTRACT

Skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) is the one of the important catch for fishermen in the Indian Ocean. Theobjectives of this research are to investigate gonad maturity and length at first maturity for female cakalang inIndian Ocean. Skipjack tuna were sampled from several places in South Coast of Java i.e.: Palabuhanratu,Cilacap, Pacitan, Sendang Biru, Kedonganan, Tanjung Luar, Labuhan Lombok and Oeba from April 2012 toNovember 2013. Fork length of the sampled 136 fish ranged from 35 to 68 cm. Maturity stage (TKG) investigateusing histological analysis and Gonadosomatic index (GSI) calculation. The results showed that maturity stageof skipjacktuna dominated by TKG IV with 43%, followed by TKG III (21%), TKG I (17%), TKG II (16%) danTKG V (2%). Length at first maturity occurred at 42.9 cm.

KEYWORDS: Skipjack tuna, maturity stage, GSI, Eastern Indian Ocean

Korespondensi penulis:Loka Penelitian Perikanan TunaJl. Mertasari No.140, Banjar Suwung Kangin, Sidakarya, Denpasar Selatan, Bali-80223

PENDAHULUAN

Produksi cakalang di Indonesia merupakan yangterbesar diantara kelompok tuna yang lain. Hasil tangkapantuna mencapai 933.815 ton dari tahun 2001 hingga 2010.Dari total tangkapan tuna tersebut, produksi cakalangmerupakan yang tertinggi mencapai 52%, diikuti olehmadidihang (20%), tuna mata besar (15%), albakor (11%)dan southern bluefin tuna (1%) (FAO, 2012).

Cakalang merupakan highly migratory species yangdistribusinya dari perairan tropis hingga perairan subtropis(Collette dan Nauen, 1983). Spesies ini melakukanbeberapa kali pemijahan pada daerah dimana suhupermukaan laut lebih tinggi dari 24 ºC (Matsumoto et al.,1984). Penelitian tentang tingkat kematangan gonadmenggunakan analisis histologi masih sangat kurang diIndonesia.

Salah satu aspek untuk mendukung upaya pengelolaansumber daya ikan adalah pengetahuan dasar mengenaiaspek biologi reproduksi. Penelitian tentang biologireproduksi ikan dapat memberi data dan informasi pentingmengenai frekuensi pemijahan, keberhasilan pemijahan,lama pemijahan dan ukuran ikan ketika pertama kalimencapai kematangan gonad (Mardlijah & Patria, 2012).Penentuan tingkat kematangan gonad selainmenggambarkan siklus reproduksi, juga berkaitan denganpendugaan umur atau ukuran ikan mencapai matang gonaddan waktu pemijahan (Abidin, 1986). Pengamatan melaluianalisis histologi banyak digunakan untuk mengetahuibiologi reproduksi pada ikan tuna dan metode inimemberikan hasil yang akurat tentang status reproduksiikan tuna (Schaefer, 2001).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek biologireproduksi cakalang yaitu: tingkat kematangan gonad,dugaan musim pemijahan dan panjang pertama kali matanggonad (Lm).

88

METODE

Sampel gonad cakalang diperoleh dari hasil tangkapanarmada pancing ulur dan tonda yang beroperasi diSamudera Hindia Bagian Timur di selatanJawa.Pengambilan sampel gonad dilakukan di beberapapelabuhan ikan di Pantai Selatan Jawa, yaitu:Palabuhanratu, Cilacap, Pacitan, Sendang Biru,Kedonganan, Tanjung Luar, Labuhan Lombok dan Oeba(Gambar 1). Pengambilan sampel dilakukan setiap bulanselama 13 bulan yaitu mulai dari bulanApril-Agustus 2012,bulan Maret 2013 dan bulan Mei-November 2013. Sampel

gonad diambil dan diawetkan ke dalam larutan alkohol90% kemudian dianalisis di laboratorium histologi LokaPenelitian Perikanan Tuna Benoa. Pengumpulan datalainnya meliputi ukuran panjang cagak dan berat ikan darikeseluruhan sampel gonad yang diambil. Tingkatkematangan gonad diamati secara histologi dan analisisGonadosomatic index (GSI). Tingkat kematangan gonadcakalang dilakukan secara histologi mengikuti kriteriaperkembangan oosit oleh Davis et al. (1996) yang membagitingkat kematangan gonad betina menjadi 5 tingkat(Lampiran 1).

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel gonad ikan cakalang di Palabuhanratu (1), Cilacap (2), Pacitan (3), SendangBiru (4), Kedonganan (5), Tanjung Luar (6), Labuhan Lombok (7) dan Oeba (8).

Figure 1. Gonad of skipjack sampling sites in Palabuhanratu (1), Cilacap (2), Pacitan (3), Sendang Biru (4),Kedonganan (5), Tanjung Luar (6), Labuhan Lombok (7) and Oeba (8).

Tingkat kematangan gonad dianalisis dengan rumusGSI dari Afonso-Dias et al. (2005):

Keterangan:GSI = Gonadosomatic indexGw = berat gonad (gram)W = berat total (gram)

Panjang pertama kali matang gonad (Lm/Length at firstmaturity) dianalisis dengan metode Spearman – Karber(Udupa,1986):

Keterangan:m = logaritma ukuran pertama kali matang gonadxk = logaritma nilai tengah kelas terakhir dimana terjadi

matang gonad 100%

X = selisih logaritma nilai tengahPi = perbandingan matang gonad tiap kelas panjang

Keterangan:CL = Convidence limit (batas atas dan bawah)m = panjang ikan pertama kali matang gonadni = jumlah ikan pada kelas panjang ke-iqi = 1 – pi

HASIL

Penamatan terhadap 136 ekor cakalang ditemukanbahwa sebaran panjang cagak berkisar antara 35 – 68 cmdan didominasi dengan nilai tengah panjang 50 cm(Gambar 2).

100%Gw

GSI XBw

/ 2 ( )m xk X X pi

x qi2log 1.96

1

piCL anti m x

ni

Jatmiko, I., et al / BAWAL Vol. 7 (2) Agustus 2015: 87-94

89

Gambar 2. Frekuensi panjang cakalang (Katsuwonus pelamis) di Samudera Hindia.Panjang cagak merupakan nilaitengah dengan interval 3 cm.

Figure 2. Length frequency of skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) in Indian Ocean. Fork length is mid-lengthwith 3 cm intervals.

Pengamatan histologi menunjukkan bahwa gonadcakalang yang tertangkap terjadi pada semua tingkatkematangan gonad (TKG) dari TKG I hingga TKG V.PadaTKG I, perkembangan gonad masih dalam tahapoogenesisyaitu proses pembentukan sel telur (oosit). Seltelur masih berukuran kecil dan inti sel (nucleus) berbentukbulat atau oval dengan sitoplasma yang lebih tebal. TKGII, oosit mulai berkembang dan memasuki tahap awalvitellogenesisyaitu proses pengendapan kuning telur padatiap-tiap sel telur. Ukuran diameter oosit meningkat, intisel kelihatan bertambah besar dan kuning telur tersebar disekitar oosit dan inti sel.

TKG III, disebut juga advanced yolked stage atautahap permulaan matang gonad. Pada tahap ini jumlahdan ukuran butiran kuning telur semakin bertambah dannampak jelas di seluruh area oosit.Butiran minyak (oildroplet) mulai terlihat di dalam sitoplasma, inti selterkonsentrasi di sentral oosit dan zona radiata melebar.TKG IV, memasuki tahap awal matang gonadataumaturation. Butiran kuning telur sudah banyak

mencapai fully yolked oocytes, butiran minyak semakinbanyak menyebar dari sekitar inti sel sampai ke pinggiranoosit.Inti sel bermigrasi menuju sekeliling oosit danbiasanya tergantikan dengan beberapa butiran minyak.TKG V, merupakan tahap matang akhir atau hydratedstage. Kuning telur tergabung menjadi satu dan tampakseperti noda (Gambar 3).

Dari gambar 4 dapat diketahui bahwa cakalangmengalami matang gonad hampir sepanjang tahun denganpuncaknya terjadi pada bulan Juni dan Juli. PersentaseTKG pada masing-masing kelas panjang jugamenunjukkan bahwa TKG IV juga mendominasi jikadihubungkan dengan panjang cagak. TKG IV terdapatpadanilai tengah kelas panjang lebih dari 41 cm kecualipada nilai tengah kelas panjang 62 cm. Selanjutnya, TKGIV juga terdapat secara penuh (100%) pada nilai tengahkelas panjang 65 cm dan 68 cm. Selain itu, TKG I dan TKGII terdapat secara penuh pada nilai tengah kelas panjang35 cm dan 38 cm (Gambar 5).

Gambar3. Irisan histologi gonad ikancakalangdari TKG I hingga TKGV dengan perbesaran100x.uy=unyolked; py=partiallyyolked; fy= fully yolked.

Figure 3. Histological section of skipjack tuna gonads from TKG I to TKG V with 100x magnifications. uy = unyolked; py =partially yolked; fy = fully yolked.

BAWAL Vol.7 (2) Agustus 2015: 87-94

90

Gambar 4. Persentase tingkat kematangan gonad (TKG) cakalang.Figure 4. Percentage of maturity stage for skipjack tuna .

Gambar 5. Tingkat kematangan gonad (TKG) cakalang berdasarkan kelas panjang.Panjang cagak merupakan nilaitengah dengan interval 3 cm.

Figure 5. Maturity stage for skipjack tuna based on length class. Fork length is mid-length with 3 cm intervals.

Observasi makroskopis terhadap rerata nilaiGonadosomatic index (GSI) cakalang adalah 1,44 (0,71 –2,56). Sebaran GSI tiap bulan menunjukkan bahwa GSItertinggi terjadi pada bulan Oktober 2013, sedangkanterendah terjadi pada bulan Agustus 2012. Dari bulanSeptember 2012 hingga Februari 2013 dan bulanApril 2013tidak ada data karena keterbatasan anggaran penelitian

(Gambar 6). Perhitungan panjang pertama kali matang gonaddimulaipadaTKGIVdimana ikandikategorikansudahmatanggonad (Farley & Davis, 1999), dalam Mardijah dan Patria(2012). Berdasarkan perhitungan dengan metode Spearman– Karber (Udupa, 1986), panjang pertama kali matang gonadcakalang di Samudera Hindia adalah 42,9 cm dengan kisaranantara 41,6 – 44,3 cm(Lampiran 2).

Gambar 6. Sebaran GSI bulanan cakalang di Samudera Hindia dari bulan April 2012 hingga November 2013.Figure 6. Monthly GSI distributions of skipjack tuna in Indian Ocean from April 2012 to November 2013.

Jatmiko, I., et al / BAWAL Vol. 7 (2) Agustus 2015: 87-94

91

BAHASAN

Cakalang mempunyai sifat pemijahan asynchronous,dimana dalam satu irisan gonad terdapat beberapa ukuranoosit. Keadaan ini seperti yang terjadi pada ikan tuna siripkuning yang tertangkap di Pelabuhan Benoa – Bali(Andamari et al., 2012; Faizah & Prisantoso, 2010). Hal inijuga sejalan dengan penelitian yang dilakukan olehMatsumoto et al. (1984) yang menyatakan bahwa cakalangmelakukan pemijahan sepanjang tahun dan telurdikeluarkan secara bertahap dalam waktu yang panjang(partial spawner) (Effendie, 2002).

Secara umum, tingkat kematangan gonad (TKG)cakalang yang tertangkap di Samudera Hindia sudahdalam kondisi matang gonad (TKG III – V) sebesar66,91%.Persentase terbesar adalah TKG IV sebesar 43,38% diikutiTKG III (21,32%) dan TKG V (2,21%). Sedangkan cakalangyang belum matang gonad sebesar 33,09%, yang terdiridari TKG I (16,91%) dan TKG II (16,18%). Tingkatkematangan gonad ikan dipengaruhi oleh faktor internaldan faktor eksternal. Faktor internal antara lain spesies,umur dan ketersediaan hormon, sedangkan faktoreksternal antara lain suhu perairan dan jenis makanan(Effendie, 2002).

Dari analisis GSI dapat diketahui bahwa persentaseGSI tertinggi terjadi pada bulan Oktober. Hal inimenunjukkan bahwa pada bulan setelahnya (November)terjadi pemijahan karena menurut Widodo (1986), dalamMardijah dan Patria (2012), bahwa musim pemijahan terjadikira-kira satu bulan setelah persentase tertinggi ikan yangmatang gonad.Meskipun demikian, hal ini perlu dibuktikanlebih lanjut dengan melakukan penelitian selama satutahun secara penuh tanpa terputus untuk mengetahuimusim pemijahan cakalang di Samudera Hindia. Selain itu,waktu pemijahan ikan cakalang berlangsung dari bulanNovember hingga Desember yang dipengaruhi adanyaperairan hangat (Froese & Pauly, 2011).

Perhitungan ikan pertama kali matang gonad denganmetode Spearman – Karber (Udupa, 1986) diketahui bahwaukuran pertama kali matang gonad cakalang di SamuderaHindia adalah 42,9 cm dengan kisaran antara 41,6 – 44,3cm. Hasil ini hampir sama dengan ukuran panjang pertamakali matang gonad (L

m) cakalang yang tertangkap di

Samudera Hindia Bagian Barat, tepatnya di perairanMauritius yaitu 43 cm untuk betina dan 44 cm untuk jantan(Norungee & Kawol, 2011). Indian Ocean TunaCommission (IOTC) melaporkan bahwa ukuran panjangpertama kali matang gonad (L

m) cakalang adalah 38 cm,

sedangkan dalam kondisi matang gonad secara penuhpada ukuran panjang 44 cm (Indian Ocean TunaCommission, 2013).

Hasil dari penelitian ini lebih kecil dariukuran panjangpertama kali matang gonad (L

m) cakalang yang tertangkap

di Teluk Bone, Sulawesi Selatan yaitu 46,5 cm yang dicapaipada umur 6 bulan (Jamal, 2011). Meskipun demikian, hasildari penelitian ini lebih besar daripadaukuran panjangpertama kali matang gonad (L

m) cakalang yang tertangkap

di Samudera Hindia Bagian Barat yaitu 37,8 cm (Grande etal., 2010). Perbedaan hasil tersebut dapat terjadi karenadalam spesies yang sama juga terdapat kemungkinanmengalami ukuran panjang pertama kali matang gonadyang berbeda (Udupa, 1986) yang sangat terkait dengankesesuaian kondisi lingkungannya untuk pemijahannya(Lambert et al., 2003).

KESIMPULAN

Dari penelitian ini diketahui bahwa tingkat kematangangonad (TKG) cakalang yang tertangkap didominasi olehTKG IV sebesar 43% temuan ini menumjukan bahwapeluang pemijahan terjadi sepanjang tahun. Musimpemijahan cakalang di Samudera Hindia diperkirakanberlangsung mulai bulan November. Panjang pertama kalimatang gonad (Lm) cakalang adalah 42,9 cm dengankisaran panjang cagak antara 41,6 – 44,3 cm.

PERSANTUNAN

Penelitian ini dibiayai dari DIPA Loka PenelitianPerikanan Tuna T.A 2012/2013. Penulis mengucapkanterima kasih kepada Ir. Retno Andamari, M.Sc. yang telahmemberikan bimbingan selama proses analisis histologi.

DAFTARPUSTAKA

Abidin, A. Z. 1986. The reproductive biology of tropicalcyprinid from zoo lake. Kuala Lumpur, Malaysia. J.Fish. Biol. 29:381-392.

Alfonso-Dias, I., C. Reis & P.Andrade. 2005. Reproductiveaspects of Microchirus azevia (Risso, 1810) (Pisces:Soleidae) from the south coast of Portugal. ScientiaMarina. 69(2): 275-283.

Andamari, R., J.H. Hutapea & B.I. Prisantoso. 2012.Aspekreproduksi ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares).J.Ilmu.Tek.Kel.Tropis. 4 (1).89-96.

Collette, B.B. & Nauen, C.E. 1983. FAO speciescatalogue.Vol. 2. Scombrids of the world.An annotatedand illustrated catalogue of tunas, mackerels, bonitosand related species known to date. Food andAgriculture organization of the United Nations (FAO)Fisheries Synopsis number 125, volume 2.

Davis, T., J. Farley, M. Bravington & R. Andamari. 1996.Final Report: Size at first maturity and recruitment into

BAWAL Vol.7 (2) Agustus 2015: 87-94

92

egg production of southern bluefin tuna. CSIROMarine Research. 82 pp . (Unpublished).

Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Penerbit YayasanPustaka Nusantara. Yogyakarta.163 pp.

Faizah, R. & B. I. Prisantoso. 2010. Biologi reproduksi tunamata besar (Thunnus obesus) yang tertangkap diSamudera Hindia. BAWAL Widya Riset PerikananTangkap. Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan danKonservasi Sumberdaya Ikan..3(2): 129-137.

Froese, R. and Pauly D. (2011).FishBase: Katsuwonuspelamis.World Wide Web electronic publication.www.fishbase.org, version (12/2011).

FAO. 2012. Capture Production 1950-2010. Viewed 21March 2012, [www.fao.org].

Grande, M., H. Murua, I. Zudaire & M. Korta. 2010.Spawning activity and batch fecundity of skipjack,Katsuwonus pelamis, in the Western Indian Ocean.IOTC-2010-WPTT-47: 28 pp. (Unpublished).

Indian Ocean Tuna Commission. 2013. Report of theFifteenth Session of the IOTC Working Party onTropical Tunas. San Sebastian, Spain, 23-28 Oktober2013. 93 pp.

Jamal, M. 2011. Pemanfaatan Data Biologi Ikan Cakalang(Katsuwonus pelamis) dalam Rangka Pengelolaan

Perikanan Bertanggung Jawab di Perairan Teluk Bone.Jurnal Natur Indonesia. 14(1): 107-113.

Mardlijah, S. & M.P. Patria. 2012. Biologi reproduksi ikanmadidihang (Thunnus albacares Bonnatere 1788) diTeluk Tomini.J.Lit.Perikanan.Ind. Pusat PenelitianPengelolaan Perikanan dan Konservasi SumberdayaIkan: 4 (1).27-34.

Matsumoto, W.M., R.A. Skillman & A.E. Dizon. 1984.Synopsis of biological data on skipjack tuna,Katsuwonus pelamis. NOAA Tech.Rep.NMFS.Circ.451:1–92.

Norungee, D. & D. Kawol. 2011. Macroscopic study onsome aspects of the reproductive biology of skipjacktuna (Katsuwonus pelamis) in the Western IndianOcean.In: Proceeding Working Party on TropicalTunas of the IOTC 2011.

Schaefer, K.M. 2001. Assessment of skipjack tuna(Katsuwonus pelamis) spawning activity in the easternPacific Ocean. Fish.Bull. 99.343-350.

Udupa, K.S. 1986. Statistical method of estimating the sizeat first maturity in fishes. ICLARM, Metro Manila,Fishbyte. 4 (2).8-10.

Widodo, J.W. 1986. Dynamics pool models andmanagement of fisheries. Oseana XI.2: 36-47.

Jatmiko, I., et al / BAWAL Vol. 7 (2) Agustus 2015: 87-94

93

Lampiran 1. Kriteria tingkat kematangan gonadAppendix 1. The criteria of gonad maturity stage

BAWAL Vol.7 (2) Agustus 2015: 87-94

94

Lampiran 2. Perhitungan ukuran panjang pertama kali matang gonad (Lm) cakalang di Samudera HindiaAppendix 2. Calculations of length at first maturity (Lm) of skipjack tuna in Indian Ocean

Jatmiko, I., et al / BAWAL Vol. 7 (2) Agustus 2015: 87-94