batubara_mematikan
DESCRIPTION
batubaraTRANSCRIPT
Batubara Mematikan
Batubara sebagai bahan bakar telah digunakan sejak berabad-abad yang lalu. Pada awalnya ,
batubara mengubah sejarah dunia modern dengan mendorong Revolusi Industri di Inggris,
sejak itu batubara tak berhenti mengubah wajah dunia dengan berbagai jejak kerusakan yang
ditinggalkannya.
Sepanjang siklus pemanfaatannya batubara menimbulkan kerusakan yang tak dapat
diperbaiki pada bumi dan manusia di dalamnya. Siklus hidup batubara mulai dari bawah
tanah hingga ke limbah beracun yang dihasilkannya, biasanya disebut sebagai rantai
kepemilikan. Rantai kepemilikan ini memiliki tiga rantai utama—penambangan, pembakaran,
sampai ke pembuangan limbahnya. Setiap bagian dari rantai ini, menimbulkan daya rusak
yang harus ditanggung bumi dan manusia didalamnya.
Penambangan batubara
Penambangan batubara mengakibatkan meluasnya penggundulan hutan, erosi tanah,
kehilangan sumber air, polusi udara, dan rusaknya keutuhan sosial masyarakat yang tinggal di
dekat lokasi pertambangan. Penambangan batubara besar-besaran mengikis habis tanah,
menurunkan tingkat permukaan air, dan menghasilkan jutaan ton limbah beracun,serta
menggusur masyarakat adat dari tempat hidupnya dari generasi ke generasi sepanjang
puluhan tahun bahkan ratusan tahun.
Kerusakan lingkungan yang terjadi di Pulau Kalimantan, saat ini, adalah fakta hidup dan
bukti empiris tak terbantahkan dari begitu dasyatnya kerusakan yang diakibatkan oleh
pertambangan batubara.
Pembakaran batubara dan ancaman terbesar terhadap iklim kita
Pembakaran batubara meninggalkan jejak kerusakan yang tak kalah dasyat. Air dalam jumlah
yang besar dalam pengoperasian PLTU mengakibatkan kelangkaan air di banyak tempat.
Polutan beracun yang keluar dari cerobong asap PLTU mengancam kesehatan masyarakat
dan lingkungan sekitar. Partikel halus debu batubara adalah penyebab utama penyakit
pernapasan akut, merkuri perusak perkembangan saraf anak-anak balita dan janin dalam
kandungan ibu hamil yang tinggal di sekitar PLTU. Dan yang tak kalah penting, pembakaran
batubara di PLTU adalah sumber utama gas rumah kaca penyebab perubahan iklim seperti
karbon dioksida, sulfur dioksida, nitrogen dioksida, dan metana yang memperburuk kondisi
iklim kita.
Pertambangan batubara yang ditinggalkan dan limbah pembakaran batubara
Jejak kerusakan yang ditinggalkan oleh batubara tidak berhenti di saat pembakarannya. Di
ujung rantai kepemilikannya, terdapat pertambangan batubara yang ditinggalkan setelah
dieksploitasi habis, limbah pembakaran batubara, dan hamparan alam yang rusak tanpa
pernah akan bisa kembali seperti sediakala.
Pertambangan yang ditinggalkan pasca dieksploitasi habis, meninggalkan segudang masalah
untuk lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Lubang-lubang raksasa, drainase tambang
asam, dan erosi tanah hanya sebagian dari masalah. Hamparan alam yang rusak adalah adalah
kondisi permanen yang tak akan pernah pulih , sekeras apapun usaha yang dilakukan untuk
mengembalikannya.
Limbah pembakaran batubara sangat beracun, dan membahayakan kesehatan masyarakat,
tembaga, cadmium dan arsenic adalah sebagian dari zat toksik yang dihasilkan dari limbah
tersebut, yang masing-masing memicu keracunan, gagal ginjal, dan kanker.
Setiap rantai dalam siklus pemanfaatan batubara meyumbangkan kerusakan yang diakibatkan
oleh energi kotor ini—masing-masing dengan caranya sendiri. Kerusakan ini nyata dan
mematikan.
Fakta-Fakta Energi Batubara
Fakta-fakta umum mengenai energi batubara:
Batubara adalah sumber energi tak terbarukan.
Batubara, bersama minyak dan gas alam merupakan bahan bakar fosil.
Batubara terbentuk sekitar 300 juta tahun yang lalu.
Batubara adalah batuan sedimen yang mudah terbakar dan kebanyakan berwarna hitam,
sebagian besar terdiri dari karbon dan hidrokarbon.
Batubara membutuhkan jutaan tahun untuk terbentuk dan karenanya ia digolongkan sebagai
sumber energi tak terbarukan.
Pertambangan batubara menggunakan dua metode: tambang permukaan dan tambang bawah
tanah, pertambangan permukaan merupakan metode yang lebih dominan karena lebih murah
daripada pertambangan bawah tanah.
Batubara sebagian besar diangkut dengan kereta api.
Batubara, sebagaimana bahan bakar fosil lainnya, juga tidak dapat diterima secara ekologis
karena alasan CO2 dan pemanasan global.
Batubara diklasifikasikan menjadi empat jenis utama: lignit, subbitumen, bitumem, antrasit,
dan ranking batubara ditentukan oleh jumlah karbon yang dikandungnya.
Batubara utamanya digunakan untuk menghasilkan listrik.
Batubara biasanya memiliki dampak negatif terhadap lingkungan, pertambangan dapat
merusak air tanah dan permukaan, dan ketika batubara dibakar sebagai bahan bakar ia
melepaskan CO2 yang merupakan gas rumah kaca utama yang menyebabkan pemanasan
global.
Batubara disebut sumber energi "kotor" karena dampak negatif terhadap lingkungan.
Batubara bisa menjadi bahan bakar global yang paling menarik di tahun-tahun mendatang
berkat metode pemurnian batubara yang menghasilkan batubara yang lebih bersih,
menghilangkan sulfur dan unsur-unsur berbahaya lainnya.
Batubara digunakan pada skala besar di China dan Amerika Serikat.
Batubara dapat menjadi jawaban untuk masa depan hanya jika teknologi batubara "ultra-
bersih" memungkinkan.
Batubara harus relatif kering sebelum dapat dibakar dengan baik.
Konsumsi batubara dunia lebih dari 5,3 miliar ton per tahun yang tiga perempatnya
digunakan untuk pembangkit listrik.
Batubara sudah digunakan sejak zaman Perunggu (Inggris).
Total pangsa batubara dalam produksi listrik dunia sekitar 40%.
Tambang batubara bisa cukup untuk memenuhi kebutuhan energi dunia saat ini untuk 300
tahun ke depan.
Batubara mendapatkan perhatian lebih karena kenaikan harga minyak dan gas alam.
Batubara dapat dikonversi, seperti untuk bahan bakar bensin atau solar dengan beberapa
proses yang berbeda seperti misalnya proses Fischer-Tropsch, proses Bergius dan
proses Karrick.
Cadangan Batubara total kira-kira sekitar 998 miliar ton.
Batubara ditambang di lebih dari 100 negara.
Eksportir batubara besar adalah Australia dengan lebih dari 240 juta ton per tahun.
Batubara adalah alasan utama pertumbuhan ekonomi China dan juga menjadi masalah
lingkungan di China.
A. Dampak Pemanfaatan Energi Batubara
Dampak Batubara di hulu:
Penambangan batubara jenis tambang permukaan dilakukan dengan membuang tanah dan
batuan di atas lapisan batubara, atau “mengelupas” tanah yang mengganggu di permukaan.
Jumlah batubara yang diproduksi di tambang permukaan tidak hanya ditentukan oleh luas
lahan yang ditambang, tetapi juga oleh ketebalan endapan batubara. Proses pengelupasan
tanah tersebut menggunakan kombinasi bahan peledak dan peralatan pertambangan dan
dibuang ke lembah-lembah di dekatnya. Akibatnya, lanskap akan berubah, dan sungai dapat
dipenuhi dengan campuran batu dan tanah. Air yang mengalir dari lembah-lembah mungkin
mengandung polutan yang dapat membahayakan satwa di hilir perairan.
Penambangan batubara lainnya dapat dilakukan dengan cara pertambangan bawah tanah.
Jenis pertambangan ini memiliki dampak yang lebih rendah terhadap lingkungan secara
keseluruhan dibandingkan tambang permukaan. Dampak paling serius dari tambang bawah
tanah mungkin adalah gas metana yang harus dibuang keluar dari tambang untuk membuat
tambang aman bagi para pekerja. Metana adalah gas rumah kaca yang kuat, yang berarti
bahwa berdasarkan beratnya gas ini memiliki potensi memicu pemanasan global jauh lebih
tinggi dibandingkan gas rumah kaca lainnya. Selain itu, dampak lainnya adalah tanah di atas
terowongan tambang juga bisa runtuh, dan air asam dapat mengalir dari tambang bawah
tanah yang telah ditinggalkan. Penambangan batubara bawah tanah adalah profesi yang
berbahaya, penambang batubara dapat terluka atau tewas dalam kecelakaan pertambangan,
terutama di negara tanpa peraturan keselamatan dan prosedur yang ketat. Pekerja juga bisa
menderita penyakit paru-paru akibat debu batubara di tambang.
Dampak batubara di hilir:
Pembakaran batubara menghasilkan emisi yang mempengaruhi lingkungan dan kesehatan
manusia. Emisi utama yang dihasilkan dari pembakaran batubara adalah:
Sulfur dioksida (SO2), yang berkontribusi terhadap hujan asam dan penyakit pernafasan.
Nitrogen oksida (NOx), yang berkontribusi terhadap penyakit pernapasan dan asap.
Partikulat, yang berkontribusi terhadap asap, kabut, penyakit pernapasan dan penyakit paru-
paru.
Karbon dioksida (CO2), yang merupakan gas emisi rumah kaca utama dari pembakaran
bahan bakar fosil (batubara, minyak, dan gas alam).
Merkuri dan logam berat lainnya, yang telah dikaitkan dengan kerusakan baik neurologis dan
perkembangan pada manusia dan hewan. Konsentrasi merkuri di udara biasanya rendah dan
memiliki dampak yang kecil. Namun, ketika merkuri memasuki air – baik secara langsung
atau melalui deposisi dari udara – proses biologis mengubahnya menjadi metilmerkuri, suatu
bahan kimia yang sangat beracun yang terakumulasi pada ikan dan hewan (termasuk
manusia) yang makan ikan.
Fly ash dan bottom ash merupakan residu yang terjadi ketika batubara dibakar di pembangkit
listrik. Sebelum adanya awareness tentang iklim, fly ash langsung dilepaskan ke udara
melalui cerobong asap, namun saat ini harus ditangkap oleh perangkat kontrol polusi,
seperti scrubber. Fly ash umumnya disimpan pada pembangkit listrik batubara atau
ditempatkan di tempat pembuangan sampah.
Efek Lingkungan Batubara
Abu batubara bisa mencemari sumber air
Ada sejumlah efek yang merugikan kesehatan dan dampak lingkungan akibat pembakaran
batubara, khususnya di pembangkit listrik dan pertambangan batubara. Efek ini meliputi:
Pembangkit listrik berbahan bakar batubara mempersingkat umur hampir 24.000 jiwa per
tahun di Amerika Serikat, termasuk bagi 2.800 jiwa yang diakibatkan kanker paru-paru.
Menghasilkan ratusan juta ton produk limbah, termasuk fly ash, bottom ash, dan gas buang
desulfurisasi, yang mengandung merkuri, uranium, thorium, arsenik, dan logam berat lainnya.
Hujan asam dari batubara belerang tinggi.
Interferensi pada tingkat air tanah dan air permukaan akibat aktifitas pertambangan.
Kontaminasi tanah dan saluran air dan mengganggu rumah-rumah dengan limpahan fly ash.
Dampak dari penggunaan air pada aliran sungai dan dampak konsekuensial akibat
penggunaan lahan lainnya.
Gangguan Debu.
Subsidence terowongan, terkadang merusak infrastruktur.
Kebakaran bawah tanah tak terkendali yang dapat membakar selama beberapa dekade atau
abad.
Pembangkit listrik berbahan bakar batubara tanpa sistem penangkapan fly ash yang efektif
adalah salah satu sumber terbesar paparan radiasi bagi manusia.
Pembangkit listrik berbahan bakar batubara memancarkan merkuri, selenium, dan arsen, yang
berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
Pelepasan karbon dioksida, gas rumah kaca, menyebabkan perubahan iklim dan pemanasan
global menurut IPCC dan EPA. Batubara merupakan penyumbang terbesar peningkatan CO2
buatan manusia di atmosfer.
Kelebihan dan Kekurangan Batubara
Batubara merupakan salah satu sumber energi yang penting bagi umat manusia, yang
menyediakan cara mudah untuk menghasilkan energi dalam jumlah besar dan relatif murah.
Keberlimpahan dan biaya yang rendah dalam menggunakan Batubara telah membuatnya
menjadi pilihan bahan bakar utama untuk membangun pembangkit listrik di dunia.
Batubara sangat penting sebagai sumber energi dan merupakan bahan baku yang paling
penting bagi industri semen dan baja. Batubara juga digunakan dalam berbagai industri lain
seperti kertas, aluminium, kimia, transportasi dan farmasi. Meskipun begitu, batubara juga
memiliki konsekuensi negatif yang sangat besar karena merupakan sumber terbesar bagi
emisi karbon yang terjadi selama pertambangan dan pembakaran batubara.
Meskipun telah berpengalaman selama dua ratus tahun, penambangan batubara tetap
berbahaya dan bisa mengakibatkan kematian seperti di India dan China. Merkuri, Arsenik
dan polusi zat-zat berbahaya lainnya ke lingkungan juga menyebabkan penyakit dan
kematian. Namun bagi negara-negara seperti India dan China hanya ada sedikit alternatif lain
untuk mengubah kebijakan energi mereka. Sehingga pendukung penggunaan batubara di saat
ini masih lebih kuat dibandingkan orang-orang yang menentangnya. Hal ini terjadi karena,
meskipun batubara merupakan bentuk energi paling kotor dan menyebabkan banyak
kematian global, alasan utama adalah karena batubara itu murah. Ongkos sosial batubara
tidak ditambahkan secara eksplisit pada harga batubara sehingga membuatnya tampak murah.
Kelebihan dari Batubara
1) Keberlimpahan - Batubara hampir ada secara universal, dapat ditemukan di setiap benua
di lebih dari 70 negara, dengan cadangan terbesar di Amerika Serikat, Rusia, China dan India.
2) Sumber Energi yang Handal - Energi Berbasis batubara dapat dihasilkan hampir 24 × 7
jam, tidak seperti bentuk energi terbarukan seperti angin dan matahari yang
bersifat intermiten di alam.
3) Modal Investasi Rendah - Modal investasi yang dibutuhkan untuk pembangkit berbasis
batubara relatif rendah, $ 1-2/watt pada kapasitas termal. Sebagai catatan energi angin
sedikit lebih tinggi, sedangkan energi surya bahkan lebih tinggi lagi. Pertambangan batubara
juga cukup murah untuk dibangun dan pertambangan terbuka menyediakan batubara pada
harga yang sangat rendah.
4) Biaya rendah - Batubara merupakan salah satu bentuk energi termurah sehingga menjadi
pilihan di negara-negara berkembang seperti India dan China. Di India ada kemungkinan
untuk mendapatkan batubara murah hanya $ 20/ton, sementara harga internasional dari
berbagai jenis batubara di rentang $ 100/ton. Sebagai catatan listrik berbasis batubara dapat
diproduksi di 2-4c/KwH, menjadikannya sebagai sumber listrik termurah.
5) Faktor Beban Tinggi - Pembangkit listrik batubara memiliki faktor beban yang sangat
tinggi, lebih dari 80%. Mereka dapat menghasilkan daya listrik hampir 24/7 dan hanya
membutuhkan shutdownuntuk perawatan secara periodik. Pembangkit berbasis batubara yang
telah terlalu tua atau telah ditutup karena masalah lingkungan masih dapat digunakan sebagai
penghasil daya cadangan.
6) Potensi yang besar dibandingkan dengan Minyak - Batubara memiliki potensi energi
yang cukup besar dibandingkan dengan bahan bakar lain seperti minyak dan gas. Cadangan
batubara global diperkirakan sekitar 1 triliun ton yang berarti batubara dapat dikonsumsi pada
tingkat penggunaan saat ini selama 200 tahun.
7) Berbasis Industri Besar - Energi batubara telah hadir sejak awal revolusi industri dengan
perkembangan mesin uap berbasis batubara. Teknologi dan industrialisasi pada insustri dan
pembangkit listrik sudah dikembangkan dengan baik dan matang. Hal ini memungkinkan
penyebaran pembangkit batubara secara cepat di banyak lokasi di dunia.
8 Batubara ke Cairan dan Batubara ke Gas - Batubara sekarang dipandang sebagai
sumber bahan bakar transportasi karena minyak menjadi semakin langka dan mahal. Fasilitas
batubara cair sedang dibangun di India dan Cina meskipun teknologinya belum cukup matang
dan penggunaan teknologi ini masih dipertanyakan karena alasan lingkungan.
Kekurangan dari Batubara
1) Emisi Gas Rumah Kaca - Salah satu kekurangan terbesar energi batubara adalah karena
batubara melepaskan karbon dioksida yang telah diasingkan selama jutaan tahun di bawah
tanah. Penggunaan batubara mentransfer karbon dari bumi ke lingkungan yang mengarah ke
efek pemanasan global. Perjanjian Global telah gagal dalam membebankan biaya untuk
masalah ini, meskipun masing-masing negara berusaha mengatasinya dengan pajak dan
perdagangan karbon.
2) Kematian di Pertambangan Batubara - Pertambangan batubara telah mengakibatkan
ribuan kematian setiap tahun sejak manusia menemukan batubara. Sebagai catatan, kematian
akibat pertambangan batubara terjadi tidak hanya di negara-negara yang tidak memiliki
peraturan keselamatan yang baik seperti China, tetapi juga di negara-negara maju seperti
Amerika Serikat dan Selandia Baru .
3) Kerusakan Alam dan Pemandangan di Dekat Tambang Batubara - Pertambangan
batubara terbuka telah mengakibatkan kerusakan habitat dan pemandangan. Pertambangan
tersebut menyebabkan penggundulan pohon, dan polusi udara dan air di daerah sekitar
tambang. Kebakaran tambang bisa terjadi selama ratusan tahun di bawah tanah yang
membahayakan kehidupan di daerah-daerah sekitar.
4) Pemindahan Manusia karena Kehancuran Daerah Pertambangan - Di Bengal Barat,
India, orang-orang terpaksa mengungsi dalam jumlah besar karena terjadi lekukan di daerah
permukaan akibat penambangan batubara bawah tanah, yang telah menciptakan tempat-
tempat yang tidak aman dengan tanpa tanda peringatan.
5) Emisi dari Bahan Berbahaya seperti Sulfur Dioksida, Karbon Monoksida, Merkuri,
Selenium, Arsenik, dan Hujan Asam - Pembangkit termal memancarkan zat berbahaya
seperti merkuri dan sulfur dioksida yang menyebabkan bahaya kesehatan di kalangan
penduduk sekitar dan hujan asam. Meskipun peralatan modern telah mengurangi emisi dari
zat-zat berbahaya ini, polutan tersebut masih sangat berbahaya bagi manusia.
Manfaat dan Kegunaan Batubara
Pada tahun 1800-an, batubara secara harfiah mendorong industrialisasi dunia. Dewasa ini,
batubara menjadi sumber daya bagi lebih dari 35 persen listrik dunia dan digunakan untuk
memproduksi 70 persen baja dunia.
Produk antara batubara (byproduct) dapat digunakan untuk membuat segala macam produk,
dari bensin, parfum, kapur barus, hingga baking powder.
Hal terbaik dari batubara, bagaimanapun, adalah harganya yang rendah. Batubara merupakan
-dan akan terus menjadi- bahan bakar yang handal, dan irit .
Karena keterjangkauan dan kelimpahan, penggunaan batubara terus menjadi primadona,
terutama karena teknologi baru yang terus dikembangkan dan biaya untuk menghasilkan
sumber energi lainnya terus naik.
Batubara Untuk Membuat Kokas, Kokas untuk Membuat Baja
Produsen bir adalah orang yang pertama kali menggunakan kokas. Untuk memanggang biji-
bijian yang digunakan untuk membuat produk bir mereka, produsen bir mempelajari
bagaimana cara untuk memanaskan batubara pada temperatur yang sangat tinggi dengan
kondisi kedap udara.
Proses ini menyingkirkan byproduk yang tidak diinginkan seperti ter, minyak dan gas dari
batubara. Produk akhirnya adalah massa karbon yang hampir murni, bernama kokas. Kokas
bekerja dengan baik untuk memproduksi bir,tetapi yang lebih penting, kokas menjadi bahan
utama dalam produksi baja.
Dalam produksi baja, kokas dan bijih logam, seperti bijih besi, digabungkan dalam blast
furnace. Kokas menyediakan panas yang secara kimiawi mengubah bijih yang seperti batu
menjadi bentuk logam cair. Kokas juga membantu memisahkan gas dari logam cair.
Sementara gas naik di dalam tungku, logam cair tenggelam ke bawah dimana ia akan diambil
untuk diproses lebih lanjut menjadi baja.
Multi-purpose Batubara
Batubara dapat diubah menjadi banyak produk yang kita gunakan sehari-hari. Batubara dapat
diolah menjadi gas sintetis, yang kemudian dapat disempurnakan menjadi bensin, solar dan
minyak tanah. Bahkan, batubara bisa menjadi bahan baku untuk membuat plastik, pupuk,
film dan bahkan parfum!
Kandungan dan Sifat Batubara
Ada banyak jenis batubara. Batubara dapat dibedakan berdasarkan karakteristik fisik dan
kimia yang menentukan kecocokan penggunaannya.
Batubara terutama terdiri dari karbon. Batubara juga menghasilkan zat terbang/asiri (volatile
matter) ketika dipanaskan pada suhu dekomposisinya (penguraiannya). Selain itu, batubara
mengandung kadar air dan bahan mineral pembentuk abu. Karbon, hidrogen, nitrogen, sulfur
dan oksigen juga terdapat dalam batubara. Kombinasi dari unsur-unsur tersebut serta pangsa
dari zat terbangnya, air, dan abu sangat bervariasi diantara berbagai jenis batubara.
Kandungan karbon tetap dan zat terbang yang dihasilkannya menentukan nilai energi
batubara dan sifat pengokasannya dan menjadikannya mineral yang berharga di pasar dunia.
Kandungan karbon tetap umumnya mempengaruhi kandungan energi dari batubara. Semakin
tinggi kandungan karbon tetapnya, semakin tinggi kandungan energi dalam batubara tersebut.
Zat Terbang (Volatile Matter) adalah bagian sampel batubara yang kering udara (air dried)
yang dikeluarkan dalam bentuk gas selama tes pemanasan standar. Zat terbang merupakan
unsur positif untuk batubara termal tapi dapat menjadi sesuatu yang negatif untuk batubara
kokas.
Abu adalah ampas yang tersisa setelah pembakaran sempurna semua bahan batubara organik
dan dekomposisi bahan mineral yang terdapat dalam batubara. Semakin tinggi kandungan
abu, maka semakin rendah kualitas batubara. Kandungan abu yang tinggi berarti nilai
kalorinya lebih rendah (kandungan energi per ton batubara) dan peningkatan biaya
transportasi.
Sebagian besar batubara yang diekspor dicuci terlebih untuk mengurangi kandungan abu
(beneficiation) dan memastikan kualitas yang konsisten.
Kandungan (kadar) air menunjukan jumlah air yang ada dalam batubara. Biaya transportasi
meningkat dengan meningkatnya kadar air. Kelebihan kadar air dapat dibuang
setelahbeneficiation pada fasilitas preparasi, namun hal ini akan meningkatkan biaya
pengolahan.
Adanya kandungan sulfur meningkatkan biaya operasi dan pemeliharaan bagi pengguna akhir
(end-user). Jumlah sulfur yang tinggi menyebabkan korosi dan emisi dari sulfur dioksida
pada produsen baja dan pembangkit tenaga listrik. Kadar sulfur yang rendah pada batubara
tidak memerlukan instalasi alat desulfurisasi untuk memenuhi peraturan emisi yang ada.
Batubara di belahan bumi selatan umumnya memiliki kandungan sulfur yang rendah
dibandingkan dengan batubara di belahan bumi utara.
Dalam sistem peringkat, batubara berperingkat tinggi mempunyai tingkat kelembapan dan
penguapan lebih rendah. Batubara peringkat tinggi juga cenderung memiliki kandungan
karbon lebih tinggi dan kandungan energi yang tetap.
Sifat batubara lainnya seperti grindability (ketergerusan), vitrinite reflectance (pemantulan
vitrinit) dancrucible swelling number (indeks muai bebas) merupakan faktor penting ketika
kita akan melakukan penilaian kualitas batubara. Umumnya, batubara berperingkat tinggi
memiliki kualitas kokas yang tinggi. Batubara kokas tidak banyak tersedia dibandingkan
batubara termal, sehingga harganya lebih mahal.