batuan beku
DESCRIPTION
Penjelasan singkat mengenai batuan bekuTRANSCRIPT
7/21/2019 Batuan Beku
http://slidepdf.com/reader/full/batuan-beku-56de02c9dfb96 1/16
BAB I
BATUAN BEKU
I.1. Pengertian Dasar
Batuan beku menurut Leet & Judson (1958) merupakan kempulan mineral silikat yang
terbentuk dari hasil proses pendinginan dan pemadatan magma, tersusun oleh Kristal yang
saling mengunci (interlocking) dalam suatu mineral atau campuran beberapa mineral silikat
utama diantara olivine, augit, hornblende, biotit, anortit, albit, ortoklas, muskovit, dan kuarsa.
Pengertian yang diberikan Turner dan Verhoogen (1960) menegaskan bahwa batuan
beku sebagai hasil pemadatan magma yang sebelumnya merupakan suatu massa batuan cair
bersifat mobil dan panas. Apabila magma dapat melalui suatu celah atau lubang pada
permukaan bumi akan disebut sebagai lava.
Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi batuan beku luar
(ekstrusi) dan batuan beku dalam (intrusi). Hal ini nantinya akan menyebabkan perbedaan pada
tekstur masing-masing batuan tersebut.
A. Batuan beku luar (Ekstrusi)
Batuan beku ekstrusi adalah batuan beku yang proses pemebekuannya berlangsung
dipermukaan bumi. Baik di darat maupun di bawah muka air laut. Akibat dari proses
pembekuan yang relative cepat, batuan yang terbentuk berukuran halus. Magma yang keluarke permukaan disebut lava. Ada 2 (dua) jenis lava yang terdapat di alam, yaitu; Lava Aa dan
Lava Pahoehoe.
LAVA AA
Aa (dibaca “ah-ah”) merupakan bentuk umum
dari lava Hawai. Lava aa lebih dingin, lengket,
dan mengalir lambat.
LAVA PAHOEHOE
Pahoehoe (dibaca “pah-hoy-hoy”)
merupakan bahasa Hawai untuk tali. Lava ini
sangat cair dan mengalir cepat.
Gambar I.1. Jenis-Jenis lava yang terdapat di alam (Turner, 2006)
7/21/2019 Batuan Beku
http://slidepdf.com/reader/full/batuan-beku-56de02c9dfb96 2/16
B. Batuan beku dalam (Intrusi)
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung
dibawah permukaan bumi. Akibat dari proses pembekuan yang relativ lambat, batuan yang
terbentuk berukuran kasar.
Gambar I.2. Jenis-jenis batuan beku dalam (Hamblin & Eric, 2003)
1. Sill adalah tubuh batuan intrusi benbentuk tabular yang menerobos tubuh batuan
lain dengan arah relatif sejajar terhadap pola struktur batuan seperti perlapisan
atau foliasi.
2. Dike adalah tubuh batuan intrusi berbentuk tabularyang kedudukannya menerobos
relatif memotong terhadap tubuh batuan diatasnya.
3.
Laccolith adalah bentuk pelamparan tubuh batuan intrusi dengan kedudukan
bagian dasar relatif datar dan bagian puncak membentuk mirip kubah.
4. Ring dike adalah semacam dike dengan bentuk pola terobosan melalui celah
berbentuk tabung.
5. Batolith adalah tubuh intrusi besar dengan ukuran luas dapat mencapai ribuan mil
persegi.
7/21/2019 Batuan Beku
http://slidepdf.com/reader/full/batuan-beku-56de02c9dfb96 3/16
I.1.1. Magma
Magma menurut Gary et al (1972) didefinisakan sebagai material batuan leleh yang
terbentuk secara alamiah, berasal dari dalam bumi dan memiliki kapabilitas sebagai intrusi dan
ekstrusi; batuan beku dapat terbentuk melalui proses pembekuan dan proses-proses lain
yang berhubungan dengannya.
Definisi lain mengenai magma adalah merupakan cairan atau larutan silikat pijar yang
terbentuk secara alamiah bersifat mobil, memiliki suhu antara 900-1200 atau lebih dan berasal
dari kerak bumi bagian bawah atau selubung bumi bagian atas (Turner & Verhoogen, 1960).
Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air, CO2,
chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma, dan
non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan
beku.
I.1.2. Differensiasi dan Asimilasi Magma
Differensiasi magma adalah semua proses magmatisme yang dapat menghasilkan
berbagai variasi / jenis perubahan komposisi magma atau batuan. Proses ini dapat membentuk
perubahan komposisi dalam satu atau lebih fasa kristalisasi, namun melalui proses
segregasi atau fraksionasi susunan kimianya, laju perubahan sifat kimia magma/batuan
tersebut tetap terjaga secara konstan. Sedangkan asimilasi adalah semua prosesmagmatisme yang juga menghasilkan sifat dan komposisi magma atau batuan baru, melalui
interaksinya dengan batuan dinding.
Proses differensiasi dan asimilasi tidak lepas dari proses fraksionasi komposisi
kimia larutan magma. Proses fraksionasi adalah pemisahan antara bagian yang leleh (liquid)
dengan bagian yang telah mengkristal (solid) dalam larutan magma, sehingga menyisakan
material leleh kritis dalam beberapa persen.
Selain itu, pencampuran magma (magma mixing) juga mempengaruhi magma di dalamperjalannya sehinga menjadikan komposisi magma bervariasi. Proses asimilasi menyebabkan
percampuran massa magma dengan fragmen-fragmen batuan dinding membentuk xenolith
dan atau xenokris, oleh proses difusi magma terhadap batuan dinding.
7/21/2019 Batuan Beku
http://slidepdf.com/reader/full/batuan-beku-56de02c9dfb96 4/16
Gambar 1.3. Ilustrasi proses differensiasi dan asimilasi pada magma (Hamblin & Eric, 2003)
Berikut merupakan proses-proses yang terjadi pada saat magma mulai mendingin, yang
termasuk dalam diferensiasi magma antara lain:
1.
Fragsinasi
adalah pemisahan kristal dari larutan magma,karena proses kristalisasi berjalan
tidak seimbang atau kristal-kristal pada waktu pendinginan tidak dapat mengikuti
perkembangan. Komposisi larutan magma yang baru ini terjadi terutama karena adanya
perubahan temperatur dan tekanan yang menyolok dan tiba-tiba.
2. Crystal Settling/Gravitational Settling adalah pengendapan kristal oleh gravitasi dari
kristal-kristal berat Ca, Mg, Fe yang akan memperkaya magma pada bagian dasar waduk.
Disini mineral silikat berat akan terletak dibawah mineral silikat ringan
3. Liquid Immisibility adalah larutan magma yang mem punyai suhu rendah akan pecah
menjadi larutan yang masing-masing akan membeku membentuk bahan yang heterogen.
7/21/2019 Batuan Beku
http://slidepdf.com/reader/full/batuan-beku-56de02c9dfb96 5/16
4. Crystal Flotation adalah pengembangan kristal ringan dari sodium (Na) dan potassium (K)
yang akan memperkaya magma pada bagian atas dari waduk magma.
Gambar I.4. Differensiasi magma (Anonim, 2010)
5.
Vesiculation adalah proses dimana magma yang mengandung komponen seperti CO2,
SO2, S2, Cl2, dan H2O sewaktu naik kepermukaan membentuk gelembung-gelembung gas
dan membawa serta komponen volatile Sodium (Na) dan Potasium(K).
6. Difussion adalah bercampurnya batuan dinding dengan magma didalam waduk magma
secara lateral.
7/21/2019 Batuan Beku
http://slidepdf.com/reader/full/batuan-beku-56de02c9dfb96 6/16
I.2. Klasifikasi Batuan Beku
Jenis batuan beku dapat dibedakan berdasarkan; 1. Berdasarkan tekstur dan komposisi
mineralnya, 2. Berdasarkan kandungan kimiawinya.
A.
Klasifikasi berdasarkan tekstur dan komposisi mineral.
Berdasarkan ukuran besar butir dan tempat terbentuknya , batuan beku dapat dibagi
menjadi tiga : yaitu Batuan beku volkanik, Batuan beku korok (hypabisal) dan Batuan beku
plutonik.
1. Batuan beku vulkanik
Batuan beku vulkanik adalah batuan beku yang terbentuk di atas atau di dekat
permukaan bumi (intrusi dangkal). Menurut (Williams, 1983), batuan beku yang
berukuran kristal kurang dari 1 mm adalah kelompok batuan volkanik, terutama kehadiran
masa gelas.
2. Batuan beku korok (hypabisal)
Batuan beku korok adalah batuan yang terbentuk pada celah-celah atau pipa gunung
api. Proses pendinginannya berlangsung relatif cepat, sehingga batuannya terdiri atas
kristal-kristal yang tidak sempurna dan bercampur dengan massa dasar sehingga
membentuk struktur porfiritik.
3.
Batuan beku plutonikBatuan beku plutonik adalah batuan beku yang terbentuk jauh di bawah permukaan
bumi. Memiliki ukuran Kristal lebih dari 1 mm.
B. Klasifikasi berdasarkan kandungan kimianya
Menurut Hughes (1962), batuan beku dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan
kandungan kimianya (SiO2), yaitu:
1. Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contoh: Granit dan Riolit.
2.
Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52% - 66%. Contoh: Diorit danAndesit.
3.
Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% - 52%. Contoh: Gabro dan Basalt.
4. Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%. Contoh: Peridotit dan
Dunit.
7/21/2019 Batuan Beku
http://slidepdf.com/reader/full/batuan-beku-56de02c9dfb96 7/16
I.3. Struktur dan Tekstur
Struktur dan tekstur merupakan kunci untuk mengerti tentang sejarah batuan beku maupun
batuan yang lainnya. Struktur dan tekstur dari batuan beku yang kita amati akan member tahu
kita bagaimana magma berpindah, bagaimana proses kristalisasinya, pelepasan gas, apakah
batuan terbentuk saat letusan gunung api, sebagai aliran lava, atau jauh di bawah permukaan
bumi.
A. Struktur
Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan lapisan yang
jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku yang hanya dapat dilihat dilapangan,
yaitu:
1. Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut,
membentuk struktur seperti bantal.
2. Joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun
secara teratur tegak lurus arah aliran seperti columnar joint (kekar tiang) dan sheeting
joint (kekar berlembar).
Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh-contoh batuan (hand speciment
sample), yaitu:
1.
Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak menunjukkanadanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam
dalam tubuh batuan beku.
2. Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas
pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang
teratur.
3. Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-lubangnya
besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.4. Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral
sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.
5. Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan lain
yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.
7/21/2019 Batuan Beku
http://slidepdf.com/reader/full/batuan-beku-56de02c9dfb96 8/16
Pillow lava Columnar joint
Sheeting joint Masif
Vesikuler Skoria
Amigdaloidal Xenolitis
Gambar I.5. Jenis-jenis struktur pada batuan beku (Hamblin & Eric, 2003)
7/21/2019 Batuan Beku
http://slidepdf.com/reader/full/batuan-beku-56de02c9dfb96 9/16
B. Tekstur
Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineral-mineral
sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk
massa dasar dari batuan. Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal yang
penting, yaitu:
A. Drajat kristalisasi
Derajat kristalisasi merupakan keadaan proporsi antara massa kristal dan massa gelas dari
suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut. Drajat kristalisasi dalam
fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang
berbentuk gelas, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma.
Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:
1.
Holokristalin, yaitu apabila batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal.
2. Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi
terdiri dari massa kristal.
3. Holohialin, yaitu apabila batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.
B. Granularitas
Granularitas didefinisikan sebagai besar kristal (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya
dikenal dua kelompok tekstur ukuran kristal, yaitu:1.
Fanerik/Fanerokristalin
Batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh kristal yang berukuran
kasar. Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain secara
megaskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan
menjadi:
Halus ( fine), ukuran diameter kristal < 1 mm.
Sedang (medium), ukuran diameter kristal antara 1 – 5 mm.
Kasar (coarse), ukuran diameter kristal antara 5 – 30 mm.
Sangat kasar (very coarse), ukuran diameter Kristal > 30 mm.
7/21/2019 Batuan Beku
http://slidepdf.com/reader/full/batuan-beku-56de02c9dfb96 10/16
2. Afanitik
Batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh kristal yang berukuran
halus. Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata
telanjang sehingga diperlukan bantuan mikroskop/loupe.
Fanerik
Kristal-kristal yang terlihat dengan
mata telanjang (0,1 hingga 1 cm).
Pendinginan lambat, magma kental.
Afanitik
Kristal tidak terlihat dengan mata
telanjang (kurang dari 0,1 cm).
pendinginan cepat, cairan lava.
Gambar I.6. Granularitas pada batuan beku (Hamblin & Eric, 2003)
C. Bentuk kristal
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara
keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:
1.
Euhedral, apabila batas dari mineral merupakan bentuk asli dari bidang kristal.
2. Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
3. Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
Gambar I.7. Bentuk kristal dari pandangan dua dimensi (Owen et al, 2011)
7/21/2019 Batuan Beku
http://slidepdf.com/reader/full/batuan-beku-56de02c9dfb96 11/16
D. Hubungan antar kristal/relasi
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara
kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi dapat
dibagi menjadi dua:
1. Equigranular
Yaitu apabila secara relatif ukuran mineral yang membentuk batuan berukuran sama
besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga,
yaitu:
Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri
dari mineral-mineral yang euhedral.
Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri
dari mineral-mineral yang subhedral.
Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri
dari mineral-mineral yang anhedral.
2. Inequigranular
Yaitu apabila ukuran mineral yang membentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang
besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa
mineral atau gelas, antara lain terdiri dari:
Porfiritik, yaitu apabila mineral besar (fenokris) tertanam dalam massa dasar
mineral yang lebih halus.
Vitroverik, yaitu apabila fenokris tertanam dalam massa dasar berupa gelas
Equigranular Inequigranular
Gambar I.8. Hubungan/relasi antar Kristal pada batuan beku (Lutgens et al, 2012)
7/21/2019 Batuan Beku
http://slidepdf.com/reader/full/batuan-beku-56de02c9dfb96 12/16
I.4. Komposisi
Mineral-mineral penyusun batuan beku sebagian besar adalah mineral silikat. Pada
umumnya mineral-mineral silikat ini dikelompokkan menjadi dua: mineral silikat berwarna
cerah, atau mineral-mineral asam (Felsik ); dan mineral silikat berwarna gelap, atau mineral-
mmineral basa (Mafic). Fel pada felsic mengacu untuk feldspar; dan si pada felsic
mengindikasikan kandungan silika (SiO2) yang tinggi pada mineral-mineral asam, dimana miskin
akan besi (iron) sebagai penyebab pewarnaan gelap. Mineral-mineral asam pada batuan beku
umumnya adalah plagioklas feldspar, alkali feldspar, kuarsa, dan beberapa muskovit.
Mineral-mineral basa (mafic) kaya akan besi dan magnesium. M pada mafic mengacu
pada magnesium, dan f mengacu pada besi (iron, symbol kimia Fe). Besi cenderung untuk
menggelapkan warna keseluruhan dari mineral dan batuan yang mengandung besi. Mineral-
mineral basa pada batuan beku pada umumnya adalah olivine, piroksen, hornblende, dan
biotit.
Sedangkan menurut Huang (1962) dan Blatt, et al (2006), komposisi mineral penyusun
batuan beku dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
A. Mineral Utama (Primary minerals)
Mineral-mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan kehadirannya sangat
menentukan dalam penamaan batuan. Adapun yang termasuk mineral utama adalahmineral asam (felsic) dan mineral basa (mafic).
B. Mineral sekunder (Secondary minerals)
Mineral-mineral ini merupakan ubahan dari mineral utama dan tidak ada hubungannya
dengan pembekuan magma (non pirogenetik). Bisa terbentuk dari hasil pelapukan,
hidrotermal maupun metamorfisma terhadap mineral utama. Adapun yang termasuk
mineral sekunder adalah kalsit, serpentin, klorit, serisit, dan kaolin.
C.
Mineral tambahan ( Accessorys mineral )Mineral-mineral ini merupakan mineral yang terbentuk oleh kristalisasi magma, umunya
dalam jumlah sedikit (kehadiran mineral ini ± 5%). Adapun yang termasuk mineral
tambahan adalah hematit, magmatit, kromit, apatit, zikron, rutil, dan ilmenit.
7/21/2019 Batuan Beku
http://slidepdf.com/reader/full/batuan-beku-56de02c9dfb96 13/16
I.5. Deskripsi atau Pemerian
Dibutuhkan ketelitian dan kecermatan dalam melakukan deskripsi pada contoh batuan
yang akan diamati. Salam dalam pendeskripsian akan berpengaruh pada penentuan jenisa dan
nama batuannya. Berikut ini merupakan bagan alir sederhana yang menunjukkan tahapan dan
langkah-langkah dalam melakukan pendeskripsian pada batuan beku secara megaskopis.
Gambar I.9. Bagan alir penamaan batuan beku secara umum (Penyusun, 2016)
7/21/2019 Batuan Beku
http://slidepdf.com/reader/full/batuan-beku-56de02c9dfb96 14/16
Dimulai dari penentuan warna. Warna pada batuan beku sebagai indikasi komposisi
mineral utama penyusun batuan. Warna terang mencerminkan batuan beku asam, warna abu-
abu mencerminkan batuan beku intermediet, dan warna gelap mencerminkan batuan beku
basa-ultrasbasa. Sedangkan struktur dan tekstur akan mencerminkan lingkungan pembentukan
batuan beku dan proses-proses yang terjadi selama pembentukan batuan beku.
Sebagai contoh, batuan beku yang terbentuk di dalam bumi pada umumnya akan
memiliki struktur masif, dengan tekstur fanerik. Hal tersebut bisa terjadi karena pembekuan
magma di dalam bumi relatif lebih lambat dibandingkan dengan pembekuan lava di atas
permukaan, akibatnya pertumbuhan kristal mineral akan semakin sempurna dan besar-besar.
Dengan demikian, jika dalam pendeskripsian kita menemukan batuan dengan struktur massif
dan tekstur fanerik, maka batuan tersebut termasuk batuan beku dalam ( intrusive igneous
rocks). Jenis-jenis batuan beku dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar I.10. Jenis-jenis batuan beku berdasarkan tekstur dan komposisinya (Hamblin & Eric, 2003)
Tesktur afanitik mewakili batuan beku luar (extrusive) seperti riolit, andesit, basal, dan
komatit. Sedangkan tekstur fanerik mewakili batuan beku dalam (intrusive) seperti granit,
diorite, gabro, dan peridoti. Adapun berdasarkan komposisinya dibagi menjadi 4, yaitu; batuan
beku asam, intermediet, basa, dan ultrabasa.
7/21/2019 Batuan Beku
http://slidepdf.com/reader/full/batuan-beku-56de02c9dfb96 15/16
Contoh deskripsi batuan beku
Jenis batuan : Batuan beku
Warna : Putih kecoklatan
Struktur : Masif
Tekstur :
o Drajat kristalisasi : Holokristalin
o
Granularitas : Fanerik
o Bentuk kristal : Euhedral
o Hubungan kristal : Equigranular (Panidiomorfik granular)
Komposisi : - Kuarsa
- Plagioklas
- Biotit
- Hornblende
Nama : Granit
Hal-hal yang perlu diingat dalam pendeskripsi batuan beku
1. Tentukan terlebih dahulu jenis batuannya (seperti cara di atas)
2. Tentukan kelompok batuannya berdasarkan proporsi mineral-mineral asam dan basa.
3. Tentukan relasinya, kemudian menentukan nama batuan.
4.
Penulisan komposisi mineral pada batuan beku, tulislah mineral yang paling melimpah terlebuh
dahulu. Terakhir mineral yang paling sedikit yang ditulis.
5.
Jika pada saat pendeskripsian menemukan bataun yang memiliki hubungan kristal porfiritik,
maka setelah nama batuan ditambahkan kata “porfiri”, contoh; Granit porfiri.
7/21/2019 Batuan Beku
http://slidepdf.com/reader/full/batuan-beku-56de02c9dfb96 16/16
Daftar Pustaka
Blatt, H., Robert J.T., & Brent E.O., 2006, Petrology; Igneous, Sedimentary, and Metamorphic, 3rd
Edition, W. H. Freeman and Company, New York
Gary, M., McAfee, R. & Wolf, C.L., 1972, Glossary of Geology , American Geological Institute
Washington DC
Hamblin, W. K., dan Eric H. Christiansen, 2003, Earth’s Dynamic System, 10th
Ed, Prentice Hall,
New Jersey
Huang, W.T., 1962, Petrology , McGraw-Hill Book Company, New York
Lutgens, F. K., Edward J. Tarbuck, Dennis Tasa, 2011, Essentials of Geology , 11th
Ed, Precntice
Hall, New Jersey
Owen, C., Diane P., & Grenville D., 2011, Earth Lab Exploring the Earth Sciences 3rd
Edition,
Cengage Publishing Inc, USA
Turner, F.J., & J. Verhoogen, 1960, Igneous and Metamorphic Petrology , 2nd
Edition, McGraw-
Hill Book Co., Inc., New York