basuki

26
tugas mata kuliah kgd

Upload: cecep-setiawan

Post on 21-Oct-2015

6 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

tugas mata kuliah kgd

TUGAS

MATA KULIAH KGD

=HIPOGLIKEMIA=

DISUSUN OLEH:

B A S U K I

NPM : 095141003

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATANMITRA LAMPUNG

2012

DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………….............................................................

Daftar Isi……………………………………………………………………......................

Kata Pengantar……………………………………………………................................

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………..........................

A. Latar Belakang…………………………………………………..........................B. Tujuan...............................….........………………....................................C. Sistimatika penulisan ...……..................................................................

BAB II ISI…………………………………………………...…………….........................

A. Pengertian Hipoglikemia.........………………………………………...............B. Etiologi.............................................................................................. ...C. Tanda dan Gejala..................................................................................D.Patofisiologi..........................................................................................E. Pengkajian Primer.................................................................................F. Diagnosa Keperawatan dan Rencana Tindakan Keperawatan..................G.S O P Pemasangan Infus........................................................................H.Evaluasi Tindakan Pemasangan Infus.....................................................

BAB III PENUTUP………………………….............................................................

KESIMPULAN DAN SARAN…………………….............................................

Daftar Pustaka…………..........………………......................................................

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas

Berkat dan Rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Makalah KGD

Berjudul “HIPOGLIKEMIA” tepat pada waktunya, sebagai salah satu tugas

semester VI di UMITRA Lampung Program Study Keperawatan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam pembuatan Makalah ini dan Penulis menyadari

sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

Makalah KGD Berjudul “HIPOGLIKEMIA” ini. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan

pembuatan Makalah yang akan datang.

Semoga Makalah KGD Berjudul “HIPOGLIKEMIA” ini bermanfaat bagi

pembaca pada umumnya dan bagi mahasiswa UMITRA Lampung Program

study Keperawatan pada khususnya.

Bandar Lampung, 2012

PENULIS

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal-rendah) terjadi kalau kadar glukosa turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3mmol/L). Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Pada hipoglikemia berat (kadar glukosa darah hingga di bawah 10 mg/dl), dapat terjadi serangan kejang bahkan dapat terjadi koma (koma hipoglikemik).Pada sebagian besar kasus koma hipoglikemik yang ditemukan di tempat pelayanan kesehatan umum (klinik/RS) penyebab utamanya adalah karena terapi pemberian insulin pada pasien penderita diabetes mellitus. Pada penelitian survey yang dilakukan oleh Department of Neurology and Neurological Sciences, and Program in Neurosciences, Stanford University School of Medicine,terdapat setidaknya 93,2% penyebab masuknya seseorang dengan gejala koma hipoglikemik adalah mereka yang menderita diabetes mellitus dan telah menjalani terapi pemberian insulin pada rentang waktu sekitar 1,5 tahunan.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta penanganan kegawat daruratan pada HIPOGLIKEMIA.

C. Sistematika Penulisan

Pada penulisan makalah ini dibagi dalam tiga bab, setiap bab diuraikan secara singkat dan dalam bentuk makalah yakni :Bab satu terdiri dari pendahuluan yang berisikan latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan. Bab dua terdiri dari konsep dasar keperawatan dan asuhan keperawatan gawat darurat. Dan bab tiga berisi kesimpulan dan saran-saran.

BAB II ISI

A. DEFINISI

1.Pengertian : Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetic yang mengancam, sebagai akibat dari menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl. Adapun batasan hipoglikemia adalah:

Hipoglikemi murni : ada gejala hipoglikemi, glukosa darah < 60 mg/dl

Hipoglikemia =Hipoglikemia murni=True hypoglicemy=gejala

hipoglikemia apabila gula darah < 60 mg/dl.(Dr Soetomo ,1998)

Definisi kimiawi dari hipoglokemia adalah glukosa darah kurang

dari 2,2 m mol/l, walaupun gejala dapat timbul pada tingkat gula

darah yang lebih tinggi. (Petter Patresia A,1997)

Hipoglikemia adalah batas terendah kadar glukosa darah

puasa(true glucose) adalah 60 mg %,dengan dasar tersebut

maka penurunan kadar glukosa darah di bawah 60 mg%.

(Wiyono ,1999).

Hipoglikemia adalah glukosa darah rendah, terjadi pada atau

tergantung pada kadar gula atau glukosa di dalam tubuh lebih

rendah dari kebutuhan tubuh.(www.medicare.com)

Reaksi hipoglikemi : gejala hipoglikemi bila gula darah turun mendadak, misalnya dari 400 mg/dl menjadi 150 mg/dl

Koma hipoglikemi : koma akibat gula darah < 30 mg/dlHipoglikemi reaktif : gejala hipoglikemi yang terjadi 3 – 5 jam

sesudah makan

2. Anatomi Fisiologi

Pengaturan Kadar Glukosa DarahPeristiwa glukoneogenesis berperan penting dalam penyediaan energi bagi kebutuhan tubuh, khususnya sistem saraf dan peredaran darah (eritrosit). Kegagalan glukoneogenesis berakibat FATAL, yaitu terjadinya DISFUNGSI OTAK yang berakibat KOMA dan kematian. Hal ini terjadi bilamana kadar glukosa darah berada di bawah nilai kritis. Nilai normal laboratoris dari glukosa dalam darah ialah : 65 – 110 ml/dL atau 3.6 – 6.1 mmol/L. Setelah penyerapan makanan kadar glukosa darah pada manusia berkisar antara 4.5 – 5.5 mmol/L. Jika orang tersebut makan karbohidrat kadarnya akan naik menjadi sekitar 6.5 – 7.2 mmol/L. Saat puasa kadar glukosa darah turun berkisar 3.3 – 3.9 mmol/L.

Pengaturan kadar glukosa darah dilakukan melalui mekanisme metabolik dan hormonal. pengaturan tersebut termasuk bagian dari homeostatik. Aktivitas metabolik yang mengatur kadar glukosa darah dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : (1) Mutu dan Jumlah Glikolisis dan glukoneogenesis, (2) Aktivitas enzim-enzim, seperti glukokinase dan heksokinase.hormon penting yang memainkan peranan sentral dalam pengaturan kadar glukosa darah adalah insulin. insulin dihasilkan dari sel-sel b dari pulau-pulau langerhans pankreas dan disekresikan langsung ke dalam darah sebagai reaksi langsung bila keadaan hiperglikemia.

Proses pelepasan insulin dari sel B pulau Langerhans Pankreas dijelaskan sebagi berikut :

Glukosa dengan bebas dapat memasuki sel-sel B Langerhans karena adanya Transporter glut 2. glukosa kemudian difosforilasi oleh enzim glukokinase yang kadarnya tinggi. Konsentrasi glukosa darah mempengaruhi kecepatan pembentukan ATP dari proses glikolisis, glukoneogenesis, siklus Kreb dan Electron Transport System di mitokondria.

Peningkatan produksi ATP akan menghambat pompa kalium ( K+ pump) sehingga membran sel-sel B mengalami depolarisasi sehingga ion-ion Kalsium ( Ca2+ ) masuk ke dalam membran dan mendorong terjadinya eksositosis insulin. Selanjutnya insulin dibawa darah dan mengubah glukosa yang kadarnya tinggi menjadi glikogen.

Enzim yang kerjanya berlawanan dengan insulin adalah glukagon. glukoagon dihasilkan oleh sel-sel a langerhans pankreas. sekresi hormon ini distimulasi oleh keadaan

hipoglikemia. bila glukoagon yang dibawa darah sampai di hepar maka akan mengaktifkan kerja enzim fosforilase sehingga terjadi glukoneogenesis.

B. ETIOLOGI

1. Hipoglikemia pada DM stadium mellitus (DM)2. Hipoglikemia dalam rangka pengobatan

a. penggunaan insulinb. penggunaan sulfonylureac. bayi yang lahir dari ibu pasien DM

3. Hipoglikemia yang tidak berkaitan dengan DMa. hiperinsulinisme alimenter paska gastrektomi b. insulinoma c. penyakit hati beratd. tumor ekstrapan kreatik: vibrosarkoma, karsinoma ginjale. hipopituitarisme

Faktor predisposisiFaktor predisposisi terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat pengobatan insulin atau sulfonilutea yaitu :1) factor-faktor yang berkaitan dengan pasien

• pengurangan atau keterlambatan makan• kesalahan dosis obat• pelatihan jasmani yang berlebihan • perubahan tempat penyuntikan insulin• penurunan kebutuhan insulin• hari-hari pertama persalinan • penyakit hati berat• gastroparesis diabetic

2) factor yang berkaitan dengan dokter

• pengendalian gula darah yang tepat• pemberian obat obat yang mempnyai potensi hipoglikemik• penggantian jenis insulin

C. TANDA DAN GEJALA

Gejala gejala hipoglikemia terdiri dari dua fase,yaitu :

a. Fase I :gejala –gejala akibat aktivasi pusat autonom di hipotalamus sehingga hormon epinefrin di lepaskan.Gejala awal ini merupakan peringatan karna saat itu pasien masih sadar sehingga dapat di ambil tindakan yang perlu untuk mengatasi hipoglikemia lanjut.

b. Fase II :gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi otak , karna itu dinamakan gejala neurologis.

Penelitian pada orang bukan diabetes menunjukan adanya gangguan fungsi otak yang lebih awal dari Fase I dan dinamakan Fungsi otak subliminal.Disamping gejala peringatan dan neurologis,kadang-kadang hipoglikemia menunjukan gejala yang tidak khas.Kadang-kadang gejala fase adrenergic tidak muncul dan pasien langsung jatuh pada Fase gangguan fungsi otak.

Terdapat dua jenis hilangnya kewaspadaan yaitu akut dan kronik.Yang akut misalnya pada pasien DMTT dengan glukosa darah

terkontrol sangat ketat mendekati normal,adanya neuropati autonom pada pasien yang sudah lama menderita DM dan penggunaan bloker yang nonselektif.

Kehilangan kewaspadaan yang kronik biasanya ireversibel dan dianggap merupakan komplikasi DM yang serius.Sebagai dasar diagnosis dapat digunakan trias Whipple yaitu hipoglikemia dengan gejala-gejala saraf pusat ; kadar glukosa kurang dari 50mg% dan gejala akan menghilang dengan pemberian glukosa.

Faktor-faktor yang dap[at menimbulkan hipoglikemi berat dan berkepanjangan adalah sekresi hormon glucagon dan adrenalin ( pasien telah lama menderita DM ) ,adanya antibody terhadap insulin,blockade farmakologik,dan pemberian obat sulfonylurea.

D. PATOFISIOLOGI

Ketergantungan otak setiap saat pada glukosa yang disuplai oleh sirkulasi diakibatkan oleh ketidak mampuan otak untuk membakar asam lemak berantai panjang, kurangnya simpanan glukosa sebagai glikogen didalam otak orang dewasa, dan ketidak tersediaan keton dalam fase

makan atau posabsorbtif.

Puasa / intake kurang

Glikogenolisis

Deficit glikogen pada hepar

Gula darah menurun < 60 mg/dl

Penurunan nutrisi jaringan otak

Respon SSP

Respon Otak Respon Vegetatif

Kortek serebri Pelepasan norepinefrin &

kurang suplai energi ( < 50mg/dl) adrenalin

Kekaburan yang dirasa dikepala Takikardia, pucat, gemetar,Sulit konsentrasi / berfikir berkeringat

Gemetar

Kepala terasa melayang Tidak sadarGangguan proses berfikir Stupor, kejang, koma

E. PENGKAJIAN PRIMER

KONSEP KEPERAWATAN

1.      Pengkajian primer :  

a.       Airways : kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya

sputumatau benda asing yang menghalangi jalan nafas 

b.      Breathing : kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada

tidaknya penggunaan otot bantu pernafasanc.

c.       Circulation : kaji nadi, capillary refill

2.      Pengkajian sekunder

Pengkajian head to toe

a.       Data subyektif :

        Riwayat penyakit dahulu

        Riwayat penyakit sekarang

        Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan

kalori,infeksi atau penyakit-penyakit akut lain, stress yang

berhubungandengan faktor-faktor psikologis dan social, obat-obatan atau

terapi lainyang mempengaruhi glikosa darah, penghentian insulin atau

obat antihiperglikemik oral. 

b.      Data Obyektif

1)      Aktivitas / Istirahat

Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus

ototmenurun, gangguan istrahat/tidur Tanda : Takikardia dan takipnea

pada keadaan istrahat atau aktifitasLetargi/disorientasi, koma

2)      Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas

dankesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan

yanglama, takikardia.Tanda : Perubahan tekanan darah postural,

hipertensi, nadi yangmenurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena

jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung

3)      Integritas/ Ego

Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial

yang berhubungan dengan kondisi 

Tanda : Ansietas, peka rangsang

4)      Eliminasi

Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasanyeri/terbakar,

kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeritekan abdomen,

diare.Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat

berkembangmenjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin

berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus

lemahdan menurun, hiperaktif (diare)

5)      Nutrisi/Cairan

Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi

diet, peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat

badanlebih dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik

(Thiazid)Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek,

kekakuan/distensiabdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan

kebutuhanmetabolik dengan peningkatan gula darah), bau

halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)

6)      Neurosensori

Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada

otot, parestesi, gangguan penglihatanTanda : Disorientasi, mengantuk,

alergi, stupor/koma (tahap lanjut),gangguan memori (baru, masa lalu),

kacau mental, refleks tendondalam menurun (koma), aktifitas kejang

(tahap lanjut dari DKA).

7)      Nyeri/kenyamanan

Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)Tanda : Wajah

meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati

8)      Pernapasan

Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen

(tergantung adanya infeksi/tidak)Tanda : Lapar udara, batuk

dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi pernapasan meningkat 

9)      Keamanan

Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulitTanda : Demam, diaphoresis, kulit

rusak, lesi/ulserasi, menurunnyakekuatan umum/rentang gerak,

parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium

menurun dengan cukup tajam)

10)  Seksualitas

Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)Masalah impoten pada pria,

kesulitan orgasme pada wanita

11)  Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke,

hipertensi.Penyembuhan yang lambat, penggunaan obat sepertii steroid,

diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan

kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik

sesuai pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan

dalam pengaturan diit, pengobatan, perawatan diri, pemantauan

terhadapglukosa darah.

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN dan RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan gastric berlebihan, diare,

muntah, masukan di batasi, kacau mental, diuresis osmotic, intake

yang kurang

- Kemungkinan di buktikan      : peningkatan haluran urine,urine

encer, kelemahan, haus, penurunan BB tiba-tiba, kulit membrane

mukosa kering, turgor buruk, hipotensi, takikardia, perlambatan

pengisian kapiler.

- Hasil yang di harapkan dan Kriteria evaluasi : Mendemonstrasikan

hidrasia dekuat di buktikan oleh tanda vital yang stabil, nadi perifer

dapat di raba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluran urine

tepat secara individu.

- Intervensi:

a. Dapatkan riwayat pasien/orang terdekat sehubungan dengan

lamanya/intensitas gejala seperti muntah, pengeluaran urine

yang sangat berlebihan.

b. Pantau tanda-tanda vital

c. Frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot Bantu

nafas dan adanya periode apnoe dan munculnya sianosis.

d. Suhu, warna kulit/ kelembapannya.

e. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membrane

mukosa

f. Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine.

g. Ukur berat badan setiap hari

h. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500

ml/hari dalam batas yang dapat di toleransi jantung.

i. Tingkatkan lingkungan yang dapat menimbulkan rasa nyaman

j. Catat hal-hal yang dapat di laporkan seperti mual, nyeri

abdomen, muntah dan distensi lambung.

k. Observasi adanya perasaan kelelahan yang meningkat

edema, peningkatan berat badan, nadi tidak teratur, dan

adanya distensi pada vaskuler.

l. Berikan therapy cairan sesuai indikasi (kolaborasi)

m. Berikan kalium atau elektrolit yang lain melalui IV dan atau

melalui oral sesuai indikasi.

2. Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan

masukan oral, anoreksia, mual, lambung penuh,nyeri abdomen,

perubahan kesadaran.

- Kemungkinan di buktikan : Maloporkan masukan makanan tak

adekuat, kurang minat pada makanan, penurunan BB, lemah,

kelelahan.tonus otot buruk, diare

- Hasil yang di harapakan dan criteria evaluasi : Mencerna jumlah

kaori/nutrient yang tepat, menunjukkan tingkat energi seperti

biasanya.

- Intervensi :

a. Timbang BB setiap hari

b. Tentukan program diit dan pola makan pasien dan

bandingkan dengan makanan yang dapat di hasilkan pasien.

c. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdoment/perur

kenbung, mual, muntahan makanan yeng belum dapat di

cerna.

d. Beri diit TKTP/diit DM

e. Identifikasi makanan yang dapt di sukai/di kehendaki

termasuk kebutuhan etnik/cultural.

f. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai

dengan indikasi

g. Observasi adanya tanda-tanda hiperglikemia

h. Lakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan

“finger stiek”

i. Lakukan konsultasi dengan ahli diit.

3. Infeksi, resiko tinggi terhadap sepsis b/d kadar glukosa darah,

penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi, infeksi

pernafasan yang sebelumnya.

- Hasil yang di harapkan dan criteria evaluasi : Mengidentivikasi

intervensi untuk mencegah terjadinya infeksi, mendemontrasikan

teknik, atau gaya hidup untuk mencegah infeksi.

- Intervensi :

a. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan

b. Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci

tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan

dengan pasien.

c. Pertahankan teknik aseptic pada prosedur invasive

d. Pasang kateter/lakukan perawatan perineal dengan baik

e. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-

sungguh.

f. Awasi bunyi napas

g. Berikan tindakan kenyamanan pada pasien

h. Bantu pasien untuk melakukan oral hygine

i. Anjurkan untuk makan dan minum yang adekuat

4. Perubahan sensori perceptual b/d perubahan kimia endogen,

ketidak seimbangan insulin  glukosa dan atau eletrolit.

- Hasil yang di harapkan dan criteria evaluasi : Mempertahankan

tingkat mental seperti biasanya, mengenali dan mengkompensasi

adanya kerusakan sensori

- Intervensi :

a. Pantau tanda-tanda vital dan setatus mental

b. Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai

dengan kebutuhan

c. Jadwalkan intervensi keperawatan agar tidak terganggu

waktu istirahat pasien.

d. Pelihara aktivitas pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk

melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuanya

e. Lindungi pasien dari cidera (gunakan pengikat)ketika tingkat

kesadaran terganggu.

f. Evaluasi lapang pandang penglihatan sesuai dengan indikasi

g. Berika tempat tidur yang lembut

h. Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi.

5. kelelahan b/d penurunan produksi energi metabolic, perubahan

energi darah defisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi:status

hipermetabolik/infeksi.

- Kemungkinan di buktikan : Kurang energi yang berlebihan,

ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas seperti biasanya,

penurunan kinerja, kecendrungan terjadi kecelakaan.

- Hasil yang di harapakan dan criteria evaluasi : Mengungkapkan

peningkatan tingkat energi, menunjukkan penigkatan kemampuan

untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan.

- Intervensi:

a. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas

b. Berikan aktivitas alternative dengan periode istirahat yang

cukup/tanpa gangguan.

c. Pantau nadi/pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah

melakukan  aktivitas.

d. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas

sehari-hari sesuai dengan yang dapat di toleransi.

G. SOP PEMASANGAN INFUS

Pengertian:Pemasangan infus mencakup penusukan vena melalui transkutan dengan menggunakan jarum tajam

Tujuan:Untuk memberikan dan mempertahankan terapi cairan secara IV.

Peralatan:Larutan IV yang tepatJarum / kateter vena yang sesuai (besar jarum dengan vena yang akan ditusuk)TorniketSarung tangan sekali pakaiKasa 2x2 san salep povidon yodin Plester yang telah dipotong dan siap digunakan.Handuk untuk diletakkan dibawah klien.Tiang intra vena (standart infus)

Prosedur

1. cuci tangan2. Atur peralatan disamping yang bebas dari kusust atau di atas meja

tempat tidur3. Buka kemasan steril dengan menggunakan teknik aseptic. 4. Untuk pemberian cairan IV:

Periksa larutan IV menggunakan “lima benar” pemberian obat. Periksa cairan terhadap warna, kejernihan dan tanngal kedaluwarsaBila menggunakan larutan IV dalam botol, lepaskan penutup logam dan lempeng karet. Untuk kantung larutan IV plastik lepaskan lapisan plastik di atas port selang IV. Buka set infus, mempertahankan sterilitas pada kedua ujung.Pasang klem rol sekitar 2 sampai 4 cm di bawah bilik drip dan pindahkan klem rol pada posisi “off”Tusukan set infus kedalam kantung atau botol cairan.pertama lepaskan penutup pelindung kantung IV tanpa menyentuh lubangnya,kemudian lepaskan penutup pelindung dari paku penusuk selang, jangan menyentuh paku penusuk dan, tusukan paku kelubang kantung. Atau tusukkan penusuk ke penyumbat karet hitam dari botol. Bersihkan penyumbat karet dengan antiseptik sebelum ditusuk. Isi selang infus:- Tekan bilik drip dan lepaskan, biarkan terisi 1/3 sampai ½ penuh. - Lepaskan pelindung jarum dan klem rol untuk memungkinkan cairan memenuhi bilik drip melalui selang keadapter jaringan jarum. Kembalikan klem ke posisi of setelah selang terisi.- Pastikan selang bersih dari udara dan gelembung udara.- Lepaskan pelindung jarum.

5. Pilih jarum IV yang tepat6. Pilih tempat distal (ujung) vena yang digunakan.7. Letakkan torniket 10 sampai 12 cm diatas tempat penusukan.

Torniket harus menyumbat aliran vena, bukan arteri. Periksa adanya nadi distal.

8. Kenakan sarung tangan sekali pakai. Pelindung mata dan masker dapat digunakan untuk mencegah cipratan darah pada membran mukosa perawat.

9. Letakkan ujung adapter jarum perangkat infus dekat dengan kasa steril atau handuk.......

10. Pilih vena yang terdilatasi baik. 11. Bersihkan tempat insersi dengan gerakan sirkular yang kuat

menggunakan larutan povidon yodin: hindari menyentuh tempat yang telah dibersihkan: biarkan tempat tersebut mongering selama sedikitnya 30 detik. Bila klien alergi terhadap yodin, gunakan alcohol 70% selama 60 detik.

12. l;akukan pungsi vena. Tusuk dengan bevel (lubang jarum) menghadap ke atas pada sudut 20 sampai 30 derajat.

13. Perhatikan keluarnya darah yang menandakan jarum masuk ke vena. Dorong kateter ONC (over the needle cateter/surflo) kedalam vena lalu lepaskan stiletnya (jarum).

14. Tahan kateter dengan satu tangan, lepaskan torniket dan dengan cepat hubungkan adapter jarum dari perangkat pemberian cairan IV.

15. Lepaskan klem roler untuk memulai infus dan mempertahankan patensi aliran.

16. Amankan kateter atau jarum IV, • Pasang plester kecil di bawah kateter dengan sisi yang lengket menghadap ke atas dan silangkan plester di atas kateter.• Bila digunakan balutan kasa, oleskan salep povidon yodin ditempat pungsi vena. • Pasang plester kedua tepat menyilang hub (ujung) kateter.• Letakkan bantalan kasa 2x2 diatas tempat insersi dan hub kateter dan amankan plester 2,5 cm atau pasang balutan transparan diatas tempat tusukan. Jangan menutup hubungan antara selang IV dan hub kateter

17. Atur kecepatan aliran sampai tetesan yang tepat permenit.18. Tuliskan tanggal dan waktu pemsangan aliran serta ukuran

jarum pada balutan.19. Lepaskan sarung tangan. Singkirkan alat-alat (rapikan) dan

cuci tangan.20. catat pada catatan perawat jenis laruta, letak insersi,

kecepatan aliran, dan bagaimana toleransi klien terhadap prosedur.

Rasional

1. Mengurangi transmisi mikroorganisme2. Mengurangi risiko kontaminasi dan kecelakan3. Mencegah kontaminasi pada obyek steril4. a. Larutan IV adalah obat dan harus diperiksa hati-hati untuk

mengurangi risiko kesalahan, kandungan partikel atau yang telahkedaluwarsa untuk tidak digunakan. b. Memungkinkan masuknya selang infus kedalam cairan.c. Mencegah kontaminasi kedalam peralatan dan aliran darah.d. Jarak terdekat klem rol ke bilik memungkinkan pengaturan kecepatan aliran lebih akurat. Memindahkan klem pada posisi of mencegah penetesan cairan pada klien, perawat, tempat tidur atau lantai. • Mempertahankan kesterilan cairan dan Mencegah kontaminasi • Menciptakan efek penghisap cairan masuk ke ruang drip untuk mencegah udara masuk selang.

• Mengeluarkan udara dari selang dan memungkikan selang terisi oleh larutan. Penutupan klem mencegah kehilangan cairan yang tak disengaja.• Gelembung udara yang besar dapat bertindak sebagai emboli• Mempertahankan kesterilan system.

5. Untuk menghindari kerusakan vena akibat terlalu besar jarum.6. Bila terjadi kerusakan pada vena, tempat proksimal (lebih atas) dari

vena masih dapat digunakan.7. Tidak terdapatnya aliran arterial menghambat pengisian vena.8. Menurunkan pemajanan terhadap HIV, hepatitis dan organisme

yang ditularkan melalui darah. 9. Memungkikan penghubungan infus yang cepat, lancarpada jarum IV

setelah penusukan vena.10. Memudahkan insersi jarum kateter.11. Povidon yodin adalah antiseptik topical yang mengurangi

bakteri permukaan kulit. 12. Risiko penusukan dinding vena posterior dikurangi. 13. keluarnya darah menandakan jarum masuk vena. 14. Penghubungan cepat perangkat infus mempertahankan

patensi vena, kesterilan. 15. Memungkinkan aliran vena dan mencegah pembekuan vena.16. • Mencegah penglepasan kateter dari vena secara tidak

sengaja.• Mengurangi bakteri pada kulit dan menurunkan risiko infeksi.• Untuk fiksasi dan mencegah pengelapasan.• Melindungi tempat tusukan dari kontaminasi.

17. Mempertahankan kepatenan kecepatan aliran IV yang tepat.18. Memberikan kecepatan akses data seperti kapan pemasangan

dan kapan penggantian.19. Mngurangi transmisi mikroorganisme20. Diokumentasi dan berguna dalam aspek legal

H. EVALUASI TINDAKAN PEMASANGAN INFUS

Kewaspadaan perawat:Pungsi vena merupakan kontraindikasi di tempat yang menunjukkan tanda-tanda infeksi, ifiltrasi atau trombosis. Pungsi atau pemsangan infus juga dapat menyebabkan infeksi. Infeksi ditandai oleh adanya kemerahan, nyeri tekan, bengkak, dan hangat dan dingin pada jaringan sekitar.Trombosis ditandai oleh pembengkakan dan inflamasi sepanjang vena. Untuk menghindari perubahan letak jarum/kateter gunakan papan lengan/spalek

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetic yang mengancam, sebagai akibat dari menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl. Tanda dan gejala hipoglikemia terdiri dari Fase I,gejala –gejala akibat aktivasi pusat autonom di hipotalamus sehingga hormon epinefrin di lepaskan.Gejala awal ini merupakan peringatan karna saat itu pasien masih sadar sehingga dapat di ambil tindakan yang perlu untuk mengatasi hipoglikemia lanjut.Fase II,gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi otak , karna itu dinamakan gejala neurologis.Pengkajian khusus paha hipoglikemia adalah Airway: Tidak ada gangguan; Breathing: Merasa kekurangan oksige dan napas tersengal-sengal dan

Circulation: Kebas,kesemutan di bagian ekstremitas,keringat dingin,hipotermi, dan penurunan kesadaran

B. SaranUntuk memudahkan pemberian tindakan keperawatan dalam keadaan darurat secara cepat dan tepat, mungkin perlu dilakukan prosedur tetap/protokol yang dapat digunakan setiap hari. Bila memungkinkan , sangat tepat apabila pada setiap unit keperawatan di lengkapi dengan buku-buku yang di perlukan baik untuk perawat maupun untuk klien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito (1997), L.J Nursing Diagnosis, Lippincott , New YorK2. Marino (1991), ICU Book, Lea & Febiger, London3. Nelson (1993), Ilmu Kesehatan Anak, EGC, Jakarta4. Suparman (1988), Ilmu Penyakit Dalam , Universitas Indonesia,

Jakarta.5. Wong and Whaley (1996) Peiatric Nursing ; Clinical Manual, Morsby,

Philadelpia6. Waspadji S. Kegawatan pada diabetes melitus. Dalam: Prosiding

simposium: penatalaksanaan kedaruratan di bidang ilmu penyakit dalam. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2000. hal.83-4.