banjir infrastruktur dan kedaulatan pangan umi hanik

3
umihanik.blogspot.com umihanik.blogspot.com Banjir, Infrastruktur, dan Kedaulatan Pangan Umi Hanik* Krisis pangan yang terjadi pada awal tahun 2008 menjadi peringatan penting bagi pemerintah Indonesia agar konsisten dalam menyusun kebijakan pangan. Situasi ini merupakan tanda-tanda awal terjadinya krisis pangan nasional yang terkait tidak hanya masalah kedelai tetapi juga masalah ketersediaan jagung, beras, sayur mayur, minyak sawit dan gula pada masa mendatang. Kondisi krisis pangan yang berakibat langsung pada rakyat miskin mengakibatkan kesulitan untuk mengakses kebutuhan pangan karena melambungnya harga-harga pangan. Hal-hal utama yang mempengaruhi terjadinya krisis pangan karena belum konsistennya kebijakan pertanian yang tidak memperhatikan keberlangsungan dan keberlanjutan pangan dalam jangka panjang. Artinya selama ini pemerintah hanya fokus pada pemenuhan kebutuhan pangan jangka pendek yakni melalui impor. Kebijakan yang instan tersebut berakibat pula pada terabaikannya infrastruktur pertanian dan pendukung pembangunan pertanian lainnya baik karena dimakan usia, tidak ada perawatan, kualitas konstruksi yang minim, atau karena bencana alam khususnya banjir. Bencana banjir dan tanah longsor yang tiap tahun melanda sebagian besar wilayah Indonesia dan baru-baru ini yakni pada akhir 2007 dan awal tahun baru 2008 terjadi di provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur menyita perhatian media nasional. Diungkapkan bahwa dari 5.590 1 sungai induk yang ada di Indonesia, sekitar 569 sungai diantaranya berpotensi menimbulkan banjir karena belum berjalannya normaliasi sungai dan pembangunan bendungan. Manajemen tata ruang yang tidak memperhatikan dampak lingkungan dan perubahan iklim secara alamiah karena pemanasan global menyebabkan bencana banjir besar. Bencana- bencana tersebut telah mengakibatkan ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal, harta benda, mata pencarian, kehilangan nyawa dan terendamnya jutaan hektar lahan pertanian, kehutanan, rusaknya infrastruktur jalan, bangunan, irigasi, bendungan yang hancur dan tentunya menurunnya produksi pangan nasional. Memperhatikan hal di atas nampaknya perlu bagi pemerintah untuk memperhatikan catatan- catatan berikut, yakni: pertama, perlu upaya serius dari pemerintah untuk membuat perencanaan dan pengelolaan pertanian yang berproyeksi untuk kemakmuran bersama ke depan. Kedaulatan pangan perlu menjadi prioritas yang dimasukkan dalam perencanaan pembangunan nasional. Kedaulatan pangan bagi Indonesia perlu menjadi isu pertahanan yang penting selain persenjataan dan kekuatan militer yang baik. Tanpa ketahanan pangan yang baik dan menyeluruh, pertahanan nasional menjadi rentan atas ancaman-ancaman dari luar. Kedua, Kebijakan ketahanan pangan nasional yang selama ini dianut oleh pemerintah masih belum optimal mengingat masih banyaknya kasus busung lapar di daerah, meningkatnya kisah kelaparan pada keluarga miskin dan bertumbuhnya balita dengan gizi buruk. Oleh karenanya ke depan diharapkan pemerintah dapat melakukan peningkatan produksi pertanian, pemberdayaan lahan dan kebijakan pertanian yang menyeluruh dalam mengatasi krisis ketahanan pangan nasional. Pemerintah harus mulai melakukan swasembada pangan dan mengurangi ketergantungan pemenuhan bahan-bahan pokok dari luar negeri. 1 Pidato Menteri Pekerjaan Umum tanggal 21 September 2005

Upload: umi-hanik

Post on 07-Jun-2015

528 views

Category:

Education


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Banjir infrastruktur dan kedaulatan pangan umi hanik

umihanik.blogspot.com

umihanik.blogspot.com

Banjir, Infrastruktur, dan Kedaulatan Pangan Umi Hanik*

Krisis pangan yang terjadi pada awal tahun 2008 menjadi peringatan penting bagi pemerintah Indonesia agar konsisten dalam menyusun kebijakan pangan. Situasi ini merupakan tanda-tanda awal terjadinya krisis pangan nasional yang terkait tidak hanya masalah kedelai tetapi juga masalah ketersediaan jagung, beras, sayur mayur, minyak sawit dan gula pada masa mendatang. Kondisi krisis pangan yang berakibat langsung pada rakyat miskin mengakibatkan kesulitan untuk mengakses kebutuhan pangan karena melambungnya harga-harga pangan. Hal-hal utama yang mempengaruhi terjadinya krisis pangan karena belum konsistennya kebijakan pertanian yang tidak memperhatikan keberlangsungan dan keberlanjutan pangan dalam jangka panjang. Artinya selama ini pemerintah hanya fokus pada pemenuhan kebutuhan pangan jangka pendek yakni melalui impor. Kebijakan yang instan tersebut berakibat pula pada terabaikannya infrastruktur pertanian dan pendukung pembangunan pertanian lainnya baik karena dimakan usia, tidak ada perawatan, kualitas konstruksi yang minim, atau karena bencana alam khususnya banjir. Bencana banjir dan tanah longsor yang tiap tahun melanda sebagian besar wilayah Indonesia dan baru-baru ini yakni pada akhir 2007 dan awal tahun baru 2008 terjadi di provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur menyita perhatian media nasional. Diungkapkan bahwa dari 5.5901 sungai induk yang ada di Indonesia, sekitar 569 sungai diantaranya berpotensi menimbulkan banjir karena belum berjalannya normaliasi sungai dan pembangunan bendungan. Manajemen tata ruang yang tidak memperhatikan dampak lingkungan dan perubahan iklim secara alamiah karena pemanasan global menyebabkan bencana banjir besar. Bencana-bencana tersebut telah mengakibatkan ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal, harta benda, mata pencarian, kehilangan nyawa dan terendamnya jutaan hektar lahan pertanian, kehutanan, rusaknya infrastruktur jalan, bangunan, irigasi, bendungan yang hancur dan tentunya menurunnya produksi pangan nasional. Memperhatikan hal di atas nampaknya perlu bagi pemerintah untuk memperhatikan catatan-catatan berikut, yakni: pertama, perlu upaya serius dari pemerintah untuk membuat perencanaan dan pengelolaan pertanian yang berproyeksi untuk kemakmuran bersama ke depan. Kedaulatan pangan perlu menjadi prioritas yang dimasukkan dalam perencanaan pembangunan nasional. Kedaulatan pangan bagi Indonesia perlu menjadi isu pertahanan yang penting selain persenjataan dan kekuatan militer yang baik. Tanpa ketahanan pangan yang baik dan menyeluruh, pertahanan nasional menjadi rentan atas ancaman-ancaman dari luar. Kedua, Kebijakan ketahanan pangan nasional yang selama ini dianut oleh pemerintah masih belum optimal mengingat masih banyaknya kasus busung lapar di daerah, meningkatnya kisah kelaparan pada keluarga miskin dan bertumbuhnya balita dengan gizi buruk. Oleh karenanya ke depan diharapkan pemerintah dapat melakukan peningkatan produksi pertanian, pemberdayaan lahan dan kebijakan pertanian yang menyeluruh dalam mengatasi krisis ketahanan pangan nasional. Pemerintah harus mulai melakukan swasembada pangan dan mengurangi ketergantungan pemenuhan bahan-bahan pokok dari luar negeri.

1 Pidato Menteri Pekerjaan Umum tanggal 21 September 2005

Page 2: Banjir infrastruktur dan kedaulatan pangan umi hanik

umihanik.blogspot.com

umihanik.blogspot.com

Ketiga, mengacu pada berbagai fenomena kerawanan pangan yang terjadi, Pemerintah perlu untuk segera melaksanakan program-program jangka pendek, menengah, dan panjang untuk pemenuhan pangan nasional untuk swasembada dalam rangka ketahanan pangan nasional antara lain melalui : Program jangka pendek yang diarahkan untuk peningkatan produksi dan pemenuhan kebutuhan pangan domestik • Pemenuhan kebutuhan pangan nasional dengan membanjiri supply pasar dengan

kebutuhan pokok (gula, kedelai, tepung terigu, minyak goreng, beras) dengan demikian harga-harga bahan pokok yang tadinya tidak terjangkau oleh masyarakat akan tertekan turun

• Mendorong BUMN-BUMN yang bergerak dibidang pertanian dan pangan untuk berkonsentrasi kepada pemenuhan pangan nasional sebagai public service obligation atau national obligation.

• Pemberian subsidi pupuk, obat-obatan pembasmi hama, dan bibit unggul kepada petani guna meningkatkan produksi pangan domestik

• Hasil produksi pangan domestik yang tidak mencukupi kebutuhan konsumsi pangan domestik dapat di-supply oleh komoditi pangan impor dengan jumlah yang sewajarnya dan dengan pengawasan yang ketat untuk menghindari dari praktek-praktek korupsi dan manipulasi. Namun pemenuhan kebutuhan ini sifatnya hanya temporer dan untuk menambah kekurangan pasokan domestik.

• Mendorong Kementerian UKM dan pihak perbankan nasional untuk melakukan reorientasi alokasi kredit usaha mikro, kecil dan menengah yang berpihak pada kelompok-kelompok usaha yang termarginalisasi termasuk dalam rangka penggalakan sektor informal lainnya.

Program jangka menengah dan panjang dalam rangka swasembada dan kedaulatan pangan nasional • Meratifikasi nota perjanjian antara pemerintah dengan IMF dan WTO terkait kebijakan

penghapusan subsisi pupuk bagi petani, liberalisasi produk pangan, dan pengurangan peran BULOG

• Reorientasi dan revitalisasi pertanian tanaman pangan untuk mencapai swasembada pangan dalam rangka kedaulatan pangan nasional melalui pemberian subsidi harga pupuk, obat-obatan, dan benih unggul, pembangunan fasilitas pengairan/ irigasi dan jalan desa yang memadai, penerapan alat-alat tehnologi pertanian, penyediaan lahan garap yang memadai bagi petani pangan (diarahkan ke luar Jawa-Bali), antisipasi banjir dengan pembangunan kanal, bendungan, situ dll

• Menanggulangi dan menormalisasi sungai-sungai yang berpotensi menimbulkan banjir seperti sungai Bengawan Solo, Ciliwung, Cisadane dan sungai lainnya.

• Perbaikan infrastruktur pertanian dan pendukungnya seperti irigasi, bendungan dan jalan-jalan desa. Proyek-proyek pembangunan kontruksi dengan kualitas baik harus menjadi prioritas.

• Pencegahan dan pengawasan manipulasi atas biaya-biaya pengerjaan proyek infrastruktur pertanian untuk mengantisipasi rendahnya kualitas bangunan dan jalan akibat mark-up.

• Moratorium dan penghijauan kembali selama 20 tahun terhadap hutan-hutan yang telah rusak dan gundul karena hutan yang rusak merupakan penyebab terbesar kerusakan lingkungan, banjir, dan longsor

*) Penulis adalah pemerhati kebijakan publik

Page 3: Banjir infrastruktur dan kedaulatan pangan umi hanik

Email Address : [email protected] Instant Messaging (with appointment) : [email protected] Online Page : http://umihanik.blogspot.com/ Facebook : http://www.facebook.com/umi.hanik1 Twitter : http://twitter.com/umihanik Citizenship : Indonesian

Professional Histories 1. The World Bank, Jakarta Office, May 2009 – Present; Monitoring & Evaluation (M&E)

Specialist for BOS KITA (Knowledge Improvement for Transparency and Accountability) Program 2. The House Of Representatives (DPR RI), November 2007 – June 2009; Expert Staff for

Commission VI, XI, and Budget Committee, In charge for National Awakening Party 3. National Development Planning Agency (Bappenas), April 2008 – March 2009; M&E Specialist

as a Technical Assistance for the Deputy of Development Performance Evaluation (DPE); under the AusAID-World Bank and GRS II CIDA activities

4. National Development Planning Agency (Bappenas), February 2006 – February 2008; M&E Specialist for PMU (Project Management Unit) of PNPM SPADA (Support for Poor and Disadvantage Area) Program

5. PT. Sinergi Pakarya Sejahtera (Sinergi Consulting), November 2005 – present; Associate Researcher for strategic project concerning planning and public policy research

6. National Development Planning Agency (Bappenas), March 2002 – October 2005; Assistant Specialist for State Minister Advisor on Macro Economics Studies

Educational Background Aug 1997 - Nov 2001, Bachelor of Economics, Faculty of Economics, University of Jember Aug 2007-Jan 2010, Master of Economics, Faculty of Economics, University of Indonesia

Summary Of Economics Legislation Advisory 1. Government Budget-Adjustment 2008 (APBN-P 2008) Law Draft, 2008 2. Transformation of Indonesian Export Bank to Export Financing Board (LPEI) Law Draft, 2008 3. Interruption material submission for the legislators during the interpellation of BLBI, 2008 4. Research development to support the inisiation of the interpellation for food inflation, 2008 5. Tax Package Draft Law (RUU KUP, PPh, PPN and PPn BM), 2008 6. Economic Crisis Mitigation Package Draft Law (Perpu 2, 3, 4/2008), 2008 7. RAPBN 2009 Law Draft, 2008 8. Fiscal stimulus package Law Draft to mitigate the economic crisis for the budget year of 2009 9. Free Trade Zone Law Draft, 2009 10. Research development to support the substance of interpellation for BBM subsidy issue in the

Budget Year of 2009, 2009 11. Other research and writing activities to support press conferences, discussion, public hearing.

Organization Background, Social And Community Involvement 1. 2009 – Present, Board of Forming Committee for the Indonesian Development Evaluation

Community (InDEC) 2. 2009-present, member of Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) 3. 2009–present, Treasurer for Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Hidayah Batu 4. 2004-present, Tresurer for The University of Jember Alumni Association, Jakarta Branch 5. March 2008-Present, Committee for the Indonesian Moslem Student Movement (PMII) Alumni

Association, National Committee 6. April 2008-June 2009, General Secretary for Expert Forum FKB DPR RI (FORTA) 7. August 2000–July2001, Chairman of Student Executive Board Faculty of Economic (FoE),

University of Jember (UoJ) 8. 2000-2001, Member of Indonesian Economics Student Senate Association (ISMEI) 9. 2000–2001, Head of External Affairs for the University Student English Forum (USEF), UoJ 10. 1999–2000, Head of Women Empowerment, Indonesian Moslem Student Movement (PMII),

Economics Branch, UoJ 11. 1998–2001, Reporter and writer for Campus Magazine ‘Tegalboto’ and News Paper ‘Tawang

Alun’, UoJ 12. 1997–2000, Presidium Committee for Islam and Environment Research Forum, FoE, UoJ

Personal Information Single, Moslem, Interested in writing, teaching, blogrolling-walking, and listening to top 40 music