bahaya sampah styrofoam

10
BAHAYA SAMPAH STYROFOAM Styrofoam adalah nama yang dipakai zat polistirena ketika diperdagangkan (Tyas, 2011). Polistirena adalah suatu polimer termoplastik yang terbentuk dari pelomerisasi stirena. Stirena merupakan suatu senyawa organik yang mempunyai rumus kimia C 8 H 8 yang berwujud cair, tidak berwarna, dan mirib seperti minyak. Monomer-monomer stirena bergabung menjadi polistirena melalui rekais polimerisasi adisi. Styrofoam pada umumnya memiliki warna putih, terlihat bersih, bentuknya sederhana, tidak mudah bocor, mampu mempertahankan bentuknya, dan ringan. Warnanya yang putih dan terlihat bersih menyebabkan styrofoam sering dugunakan wadah tempat makanan. Bentuknya yang sederhana, tidak mudah bocor, mampu mempertahankan bentuknya dan ringan menyebabkan banyak orang menggunakannya sebagai wadah peralatan elektronik dan peralatan lainnya yang mudah dibawa kemana-mana. Selain itu styrofoam juga mampu mempertahankan panas dan dingin sehingga benda didalamnya tetap terasa hangat atau dingin (Surami dan Marzuki. 2011). Makanan yang disimpan di sana juga tetap segar dan utuh. Tidak hanya itu, alasan dipilihnya styrofoam sebagai bahan pembungkus makanan terlebih karena biaya pengemasannya yang murah. Dengan segala kelebihannya itulah maka styrofoam selalu menjadi pilihan bagi para pedagang untuk membungkus makanan. Praktis, nyaman, ringan dan ekonomis merupakan alasan mengapa orang tertarik menggunakan styrofoam. Di pasaran harga styrofoam hanya sekitar Rp 400 per buah. Jauh lebih murah

Upload: leo-s-simanjuntak

Post on 16-Nov-2015

9 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

.

TRANSCRIPT

BAHAYA SAMPAH STYROFOAM

Styrofoam adalah nama yang dipakai zatpolistirena ketika diperdagangkan (Tyas, 2011). Polistirena adalah suatu polimer termoplastik yang terbentuk dari pelomerisasi stirena. Stirena merupakan suatu senyawa organik yang mempunyai rumus kimia C8H8 yang berwujud cair, tidak berwarna, dan mirib seperti minyak. Monomer-monomer stirena bergabung menjadi polistirena melalui rekais polimerisasi adisi. Styrofoam pada umumnya memiliki warna putih, terlihat bersih, bentuknya sederhana, tidak mudah bocor, mampu mempertahankan bentuknya, dan ringan. Warnanya yang putih dan terlihat bersih menyebabkan styrofoam sering dugunakan wadah tempat makanan. Bentuknya yang sederhana, tidak mudah bocor, mampu mempertahankan bentuknya dan ringan menyebabkan banyak orang menggunakannya sebagai wadah peralatan elektronik dan peralatan lainnya yang mudah dibawa kemana-mana. Selain itu styrofoam juga mampu mempertahankan panas dan dingin sehingga benda didalamnya tetap terasa hangat atau dingin (Surami dan Marzuki. 2011). Makanan yang disimpan di sana juga tetap segar dan utuh. Tidak hanya itu, alasan dipilihnya styrofoam sebagai bahan pembungkus makanan terlebih karena biaya pengemasannya yang murah. Dengan segala kelebihannya itulah maka styrofoam selalu menjadi pilihan bagi para pedagang untuk membungkus makanan. Praktis, nyaman, ringan dan ekonomis merupakan alasan mengapa orang tertarik menggunakan styrofoam. Di pasaran harga styrofoam hanya sekitar Rp 400 per buah. Jauh lebih murah dibanding daun pisang, yang umumnya dipakai oleh pedagang tradisional. Tak heran kalau produk-produk mulai dari sup sampai minuman ringan di restoran cepat saji menggunakan wadah ini. Cara Pembuatan Styrofoam:Styrofoam dibuat dari campuran 90-95% polistirena dan 5-10% gas seperti n-butana atau n-pentana. Dahulu, blowing agent yang digunakan adalah CFC (Freon), karena golongan senyawa ini dapat merusak lapisan ozon maka saat ini tidak digunakan lagi, kini digunakan blowing agent yang lebih ramah lingkungan. Polistirena dibuat dari monomer stirena melalui proses polimerisasi. Polistirena foam dibuat dari monomer stirena melalui polimerisasi suspensi pada tekanan dan suhu tertentu, selanjutnya dilakukan pemanasan untuk melunakkan resin dan menguapkan sisa blowing agent. Styrofoam merupakan bahan plastik yang memiliki sifat khusus dengan struktur yang tersusun dari butiran dengan kerapatan rendah, mempunyai bobot ringan, dan terdapat ruang antar butiran yang berisi udara yang tidak dapat menghantar panas sehingga hal ini membuatnya menjadi insulator panas yang sangat baik. Pada umumnya, semakin rendah kerapatan foam, akan semakin tinggi kapasitas insulasinya. Secara laboratorium dapat dibuat melalui dehidrogenasi etil benzene, yaitu dengan melewatkan etilena melalui cairan benzena dengantekanan yang cukup dan aluminiumklorida sebagai katalisnya. Etil benzena didehidrogenasi menjadi stirena dengan melewatkannya melalui katalis oksida aktif. Pada suhu sekitar 6000C stirena disuling dengan cara destilasi maka didapatkan polistirena.Reaksi yang terjadi sebagai berikut :Polistirena padat murni adalah sebuah plastik tak berwarna, keras dengan fleksibilitas yang terbatas yang dapat dibentuk menjadi berbagai macam produk dengan detil yang bagus. Penambahan karet pada saat polimerisasi dapat meningkatkan fleksibilitas dan ketahanan kejut. Polistirena jenis ini dikenal dengan nama High Impact Polystyrene (HIPS). Polistirena murni yang transparan bisa dibuat menjadi beraneka warna melalui proses compounding. Polistirena foam yang dihasilkan dari percampuran 90-95% polistirena dan 5-10% gas-gas tertentu seperti n-butana atau n-pentana. Dahulu, blowing agent yang digunakan adalah berupa senyawa CFC (Freon), karena golongan senyawa ini dapat merusak lapisan ozon oleh karnanya saat ini tidak dipergunakan lagi, kini yang digunakan adalah blowing agent yang lebih ramah lingkungan. Polistirena yang dibuat dari monomer stirena dilakukan melalui proses polimerisasi. Polistirena foam yang dibuat dari monomer stirena melalui polimerisasi suspensi pada tekanan-tekanan dan suhu tertentu, selanjutnya dilakukan pemanasan untuk melunakkan resin yang ada serta ikut menguapkan sisa-sisa blowing merupakan insulator-insulator yang baik. Sedangkan monomer polistirena foam merupakan bahan plastik yang memiliki sifat tertentu atau khusus dengan struktur yang tersusun dari beberapa butiran dengan kerapatan rendah, mempunyai bobot ringan, dan terdapat di dalam ruang-ruang antar butiran yang berisi udara minuman-minuman beralkohol atau bersifat asam juga meningkatkan laju migrasi.

Dampak dari Penggunaan Styrofoam:Perkembangan beberapa riset dan penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa ahli menunjukkan bahwa kemasan styrofoam yang digunakan untuk kemasan makanan ternyata memberikan dampak negatif bagi tubuh manusia. Hal ini disebabkan karena penggunana kemasan styrofoam sebagai kemasan makanan dapat memicu sel tumor dan kanker. Menurut penelitian para ahli, bahan pembentuk styrofoam yang disebut juga gabus, bersifat racun dan bisa mencemari makanan serta minuman. Terutama makanan yang masih panas dan berlemak ketika dimasukkan ke dalam wadah kemasan styrofoam tidak lama akan menyebabkan styrofoam terurai menjadi monomer-monomernya yang bersifat racun (Hidayat, 2011).Styrofoam merupakan salah satu golongan plastik yang merupakan polimer dan terdiri dari monomer-monomer penyusunnya. Polimer tersebut merupakan rantai panjang yang tersusun atas molekul-molekul kecil yang sebrulang (monomer). Monomer-monomer pada styrofoam dapat berpindah ke dalam makanan yang dibungkus dan selanjutnya berpindah ke dalam tubuh orang yang mengkonsumsinya. Monomer-monomer yang telah masuk ke dalam tubuh tidak larut dalam air sehingga tidak dapat dibuang keluar, baik melalui urine maupun kotoran, sehingga terjadi penumpukan bahan-bahan kimia di dalam tubuh.Penumpukan bahan-bahan kimia berbahaya dari plastik di dalam tubuh dapat memicu munculnya kanker. Bahkan, beberapa lembaga dunia seperti World Health Organization, International Agency for Research on Cancer, dan EPA (Enviromental Protection Agency) telah mengkategorikan styrofoam sebagai bahan karsinogen (bahan penyebab kanker) dan styrofoam juga ditemukan zat pengawet mayat (formalin). Berdasarkan penelitian, pembungkus berbahan dasar plastik rata-rata mengandung 5 ppm formalin. Satu ppm formalin adalah setara dengan satu miligram formalin per kilogram pelastik. Formalin pada plastik atau styrofoam ini, lanjutnya, merupakan senyawa-senyawa yang terkandung dalam bahan dasar plastik. Namun, zat racun tersebut baru akan luruh ke dalam makanan akibat kondisi panas, seperti saat terkena air atau minyak panas. Oleh sebab itu, hidangan panas yang akan disajikan ke dalam kotak styrofoam sebaiknya didinginkan terlebihdahulu dan diberi alas daun.Styrofoam berbahaya karena terbuat dari butiran-butiran styrene, yang diproses dengan menggunakan benzana. Padahal benzana termasuk zat yang bisa menimbulkan banyak penyakit. Benzana bisa menimbulkan masalah pada kelenjar tyroid, mengganggu sistem syaraf sehingga menyebabkan kelelahan, mempercepat detak jantung, sulit tidur, badan menjadi gemetaran, dan menjadi mudah gelisah. Dibeberapa kasus, benzana bahkan bisa mengakibatkan hilang kesadaran dan kematian. Benzena dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang mengandung benzena. Selanjutnya akan masuk ke sel-sel darah dan lama-kelamaan akan merusak sumsum tulang belakang. Akibatnya produksi sel darah merah berkurang dan timbullah penyakit anemia. Efek lainnya, sistem imun akan berkurang sehingga kita mudah terinfeksi. Pada wanita, zat ini berakibat buruk terhadap siklus menstruasi dan mengancam kehamilan. Dan yang paling berbahaya, zat ini bisa menyebabkan kanker payudara dan kanker prostat (Tyas, 2011). Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan. Semakin tinggi suhu makanan yang dimasukkan ke dalam styrofoam, semakin cepat terjadi perpindahan monomer stirena ke dalam makanan. Apalagi ke dalam makanan berwujud cair seperti bakso, mi ayam, sup, sayuran berkuah, dan sebagainya. Saat makanan panas dimasukkan ke dalam styrofoam, styrofoam akan menjadi agak sedikit lemas. Hal ini menunjukkan terputusnya ikatan-ikatan antar monomer stirena. Perpindahan monomer juga terjadi bila makanan atau minuman dalam wadah plastik terkena panas matahari secara langsung. Restoran-restoran siap saji dan tukang-tukang makanan di pinggir jalan, styrofoam digunakan untuk membungkus makanan yang baru dimasak. Bahkan ada restoran cepat saji yang memanaskan makanan yang telah terbungkus styrofoam di dalam microwave. Pemanasan ini menyebabkan banyak zat kimia yang pindah ke makanan dan akhirnya masuk ke dalam tubuh kita. Selain itu, apabila makanan berlemak yang disimpan dalam styrofoam maka bahan kimia yang terkandung dalam styrofoam akan mudah berpindah ke makanan. Perpindahannya akan semakin cepat jika kadar lemak dalam suatu makanan atau minuman makin tinggi. Selain itu, makanan yang mengandung alkohol atau asam (seperti lemon tea) juga dapat mempercepat laju perpindahan monomer stirena ke makanan.Styrene, bahan dasar styrofoam, memang bersifat larut dalam lemak dan alkohol. Karena itu, wadah dari jenis ini tidak cocok untuk tempat susu yang mengandung lemak tinggi. Begitu juga dengan kopi yang dicampur krim. Padahal, tidak sedikit restoran cepat saji yang menyuguhkan kopi panas dalam kemasan styrofoam. Makanan yang mengandung vitamin A tinggi sebaiknya juga tidak dipanaskan di dalam wadah styrofoam, karena stirena yang ada di dalamnya styrofoam dapat larut ke dalam makanan. Pemanasan akan memecahkan vitamin A menjadi toluena (pelarut stirena). Selain berefek negatif bagi kesehatan, styrofoam juga tidak ramah lingkungan. Hal ini menyebabkan styrofoam akan menumpuk begitu saja dan mencemari lingkungan. Styrofoam yang terbawa ke laut, akan dapat merusak ekosistem dan biota laut. Beberapa perusahaan memang mendaur ulang styrofoam. Namun sebenarnya, yang dilakukan hanya menghancurkan styrofoam lama, membentuknya menjadi styrofoam baru dan menggunakannya kembali menjadi wadah makanan dan minuman. Proses pembuatan styrofoam juga bisa mencemari lingkungan. Data EPA (Enviromental Protection Agency) menyebutkan, limbah berbahaya yang dihasilkan dari proses pembuatan styrofoam sangat banyak. Hal itu menyebabkan EPA mengategorikan proses pembuatan styrofoam sebagai penghasil limbah berbahaya ke-5 terbesar di dunia. Selain itu, proses pembuatan styrofoam menimbulkan bau yang tak sedap dan melepaskan 57 zat berbahaya ke udara. Dengan sifat-sifatnya seperti itu, sudah selayaknya kita lebih berhati-hati menggunakan styrofoam. Kalau hendak menggunakan styrofoam untuk menjaga makanan tetap hangat, sebaiknya makanan dimasukkan terlebih dahulu dalam wadah tahan panas dan dijaga tidak ada kontak langsung dengan styrofoam.Selain bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan styrofoam, ternyata terdapat sedikit penggunaan sampah styrofoam yaitu sebagai bahan baku pembuatan batako. Pembuatan batako dari styrofoam sangat sederhana sehingga tidak perlu keahlian khusus. Komposisinya 50% styrofoam, 40% pasir, dan 10% semen. Penggunaan styrofoam bisa menghemat 50% kebutuhan pasir ketimbang penggunaan batu bata. Bahan baku styrofoam juga lebih unggul dibandingkan dengan semen karena dalam styrofoam terkandung banyak serat. Ini membuat fondasi bangunan yang menggunakan styrofoam lebih kuat.Uji coba pernah dilakukan Universitas Gajah Mada terhadap batako dari styrofoam. Bahan material styrofoam ternyata tahan gempa. Maka dari itu, batako jenis ini disarankan sebagai bahan material rumah agar bangunan lebih kokoh. Sifat styrofoam yang mengikat akan membuat batako kuat (Surami dan Marzuki, 2011). Cocok untuk daerah rawan gempa dan bangunan yang tinggi. Bobotnya yang ringan menjadikan pemasangan batako ini juga lebih cepat.PENCEGAHAN:Sebenarnya banyak pencegaham yang dilakukan para pedagang atau penjual makanan , salah satunya adalah dengan melapisi styrofoam dengan plastik transparan. Sebenarnya hal ini akan menambah jumlah reaksi zat kimia yang terjadi pada pengemasan makanan bertambah banyak, karena plastik juga bahan yang berbahaya untuk pembungkus makanan, jadi langkah ini dianggap kurang cocok untuk mengurangi bahaya styrofoam. Jadi antisipasi yang dapat kita lakukan untuk mengurangi bahaya syrofoam bagi kesehatan kita adlah dengan membawa sendiri wadah yang akan kita gunakan untuk membungkus makanan dan segeralah pindahkan makanan yang sudah dibungkus dengan styrofoam kedalam wadah yang lebih aman sepeti piring kaca atau mangkuk kaca. Setelah itu kumpulkan bahan pembungkus makanan styrofoam ini agar nantinya dapa di daur ulang.Banyak sudah negara yang mengeluarkan peraturan untuk tidak menggunakan styrofoam contohnya kanada, korea, jepang dan masih banyak lagi.Simpulan: (1) Styrofoam merupakan nama dagang dari polistrirena yang terbuat dari reaksi polimerisasi adisi antar monomer-monomer stirena, styrofoam pada umumnya memiliki warna putih, terlihat bersih, bentuknya sederhana, tidak mudah bocor, mampu mempertahankan bentuknya, mudah dibawa, dan ringan.(2) Dampak dari penggunaan styrofoam bagi kesehatan manusia adalah dapat menyebabkan penyakit gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia yang bersifat karsinogen dalam makanan yang telah mereka konsumsi.

Saran:Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disarankan sebagai berikut.(1) Bagi masyarakat, hendaknya mengurangi pembelian makanan yang menggunaan styrofoam sebagai bahan kemasan makanan karena dapat mengganggu kesehatan manusia dan menyebabkan pencemaran lingkungan yang karena limbah dari styrofoam yang tidak ramah lingkungan.

(2) Bagi pemerintah, hendaknya mengeluarkan kebijakan agar masyarakat mengurangi penggunaan styrofoam sebagai bahan kemasan makanan dan memlakukan sosialisasi terhadap manfaat sampah styrofoam sebagai bahan baku pembuatan beton tahan gempa.