jumat, 8 oktober 2010 | media indonesia kanal banjir … filekanal banjir timur belum optimal t...

1
Kanal Banjir Timur belum Optimal T UMPUKAN sampah plastik, styrofoam , bangkai bantal dan kasur, kayu, bambu, hingga pakaian terlihat meng- gunung di Pintu Air I Mala- ka Sari, Duren Sawit, Jakarta Timur, kemarin. Tumpukan sampah itu tertahan memben- tuk delta (daratan kecil di te- ngah sungai) di aliran KBT. Pemandangan serupa terlihat di Pintu Air II Ujung Menteng, Cakung, Jakarta Timur. Kebe- tulan sebelumnya Jakarta dan Bogor hujan sehingga sebagian sampah itu hanyut ke laut. “Jika tidak ada hujan lebat, air KBT berwarna hitam dan bau menyengat,” tutur Sudono, penjaga Pintu Air Malaka Sari, kemarin. Media Indonesia yang mengikuti pers tour KBT mera- sakan bau tidak sedap. Sudono mengatakan sedikit- nya empat truk sampah setiap hari diangkut dari Pintu Air Malaka Sari. Jika tidak, akan merusak pintu air dan meng- hambat laju air ke laut. Melihat gunungan sampah di KBT, Kepala Pelaksana Satuan Kerja Non Vertikal Pengelo- laan Sumber Daya Air Cili- wung Cisadane Kementerian Pekerjaan Umum Parno ME cemas. KBT tidak bakal bisa berfungsi maksimal bila warga tetap membuang sampah ke sungai. Saat ini sungai-sungai yang mengalir di Sunter, Cipinang, Buaran, Jati Kramat, dan Ca- kung sudah menyambung ke KBT. Asal sampah tentu tidak jauh dari lima wilayah itu. Parno mengingatkan sampah tidak hanya merugikan kese- hatan, tapi juga memacetkan saluran air (drainase). Air hujan akan terhambat sehingga me- nimbulkan genangan. Ia mencontohkan Cipinang Melayu yang kerap banjir mes- kipun Jakarta tidak hujan. Hal itu disebabkan saluran air ter- sumbat oleh sampah. Sampah menyempitkan badan sungai. “Kami sudah melihat akar masalah Kelurahan Cipinang Melayu selalu banjir karena sa- luran air tersumbat,” katanya. Selain persoalan sampah, KBT belum maksimal kare- na sekitar 1.500 meter masih dangkal. Pendangkalan terda- pat di Kelurahan Malaka Sari sepanjang 700 meter, Ujung Menteng sepanjang 300 meter, dan Rawabebek sepanjang 500 meter. Di tiga lokasi itu, lebar KBT masih 20 meter dari idealnya 75-100 meter. Untuk menuntaskan proyek KBT, pengerukan membutuh- kan dana Rp500 miliar yang akan diambil dari APBN 2011. Cuma genangan Menanggapi keluhan ma- syarakat terkait dengan banjir, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menilai hingga saat ini Ibu Kota belum banjir. “Bukan banjir, tapi genangan,” cetus- nya seusai mengikuti acara pi- sah sambut Kapolda Metro Jaya dari Komjen Timur Pradopo kepada Irjen Sutarman di Polda Metro Jaya, kemarin. Foke meminta warga mem- bedakan banjir dengan genang- an. “Banjir itu selama satu dua hari, kemudian mendam di situ. Sedangkan genangan, air lewat. Hal ini saya jelaskan agar ada pemahaman,” katanya. Ia mencontohkan Kebon Nanas di Jalan DI Panjaitan yang sering terjadi genangan, lalu diperbaiki dan sekarang tidak ada lagi. “Tapi Anda catat yang akan atau sedang dikerjakan, se- mentara yang sudah dikerja- kan Anda lupakan,” belanya. (FD/J-1) [email protected] 6 | Megapolitan JUMAT, 8 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA Cuaca dan Solar Menambah Derita Nelayan L AIN lubuk lain ikannya. Lain di televisi, lain pula kenyataannya. Pejabat di televisi berkata pasokan bahan bakar minyak lancar kepada nelayan. Di lapangan, nelayan sudah lama menjeritkan bahwa pasokan masih kurang dari kebutuhan mereka. “Pasokan solar sangat sedikit dibandingkan kebutuhan. Kadang-kadang kami tidak bisa melaut karena keterbatasan solar. Otomatis penghasilan kami berhenti,” keluh Akmad Mulyana, nelayan di Cilincing, Jakarta Utara, kemarin. Meskipun berperan sebagai kebutuhan primer, solar bagaikan barang mewah di Cilincing. Pasokan sebanyak 64 ribu liter per bulan dipastikan tak dapat mencukupi kebutuhan 600 nelayan tradisional yang bermukim di ujung Jakarta tersebut. Pasalnya, satu nelayan minimal menghabiskan 120 liter solar per bulan. Sehingga, setidaknya mereka membutuhkan 72 ribu liter solar per bulan. Nah, ketika kebutuhan masih jauh panggang dari api, Perkampungan Nelayan Cilincing mendapat kabar jatah mereka bakal dikurangi per Desember 2010. Koperasi Mina Perdana Samudera di Jalan Rekreasi RT 003/ RW 04 Nomor 39, Kelurahan Cilincing, Kecamatan Cilincing, Jakut, selaku penyalur solar kepada nelayan mendapat surat dari Pertamina awal bulan ini. Isinya, solar yang dapat dipasok hanya 48 ribu liter. “Kami mendapat surat edaran pasokan solar dikurangi per Desember. Padahal untuk 64 ribu liter saja kami sudah meminta penambahan. Kami bingung mengapa justru jawabannya mengurangi dari 64 ribu liter,” cetus Akmad yang juga menjabat ketua koperasi tersebut. Pengurangan jatah akan melegalkan pasar gelap di kampung tersebut. Berdasarkan pantauan, banyak warga menjual solar dalam bentuk drum. Solar ilegal ini dijual dengan harga bervariasi, mulai dari Rp3.800-Rp4.200 per liter. Harga tersebut sedikit di bawah harga resmi (Rp4.500 per liter). Solar ilegal diperoleh penjualnya dari tengah laut. Ada yang meniris dari kapal-kapal tongkang untuk kemudian dijual dengan harga lebih murah. Menjelang memasuki musim udang, banyak nelayan datang ke pasar gelap tersebut untuk membeli solar. “Kami tidak mau terlewat musim udang. Solar resmi enggak ada, kami beli solar di sini. Sama-sama solar kok,” terang Sabrun, salah satu nelayan yang membeli secara eceran. Solar itu akan ia simpan di rumah menunggu sampai cuaca memungkinkan turun ke laut. Dalam tiga hari terakhir, para nelayan terpaksa menambatkan perahu. Mereka tidak berani melaut karena cukup membahayakan. Bila ombak tetap tinggi dan angin kencang, Sabrun dalam waktu dekat ini akan memutuskan untuk banting setir. Anak dan istrinya sudah mengeluhkan seretnya pasokan dana untuk dapur. Seperti tahun lalu, ketika cuaca tidak bersahabat cukup lama, ia beralih menjadi pemulung agar dapur rumah tangga tetap mengepul. (Asni Harismi/J-1) DPRD Minta Kemiringan Jembatan Layang Diteliti DPRD Kota Tangerang men- desak Kementerian Pekerjaan Umum (PU) bertanggung ja- wab atas miringnya jembatan layang Cibodas. Selain miring, jembatan yang diresmikan Januari 2010 itu mulai retak. Jembatan layang Cibodas dibangun Ditjen Bina Marga Kementerian PU dengan pelak- sana PT Nugraha Adi Taruna dan PT Rama Abadi Pratama. Jalan layang sepanjang 770 me- ter dengan lebar 30 meter itu menghabiskan dana Rp40,6 mi- liar. Anggaran ditanggung ber- sama oleh Pemkot Tangerang sebesar Rp16 miliar dan APBN sejumlah Rp24,6 miliar. “Kami minta Kementeri- an PU segera melakukan pe- nyelidikan. Apabila dalam pe- nyelidikan ditemukan adanya pelanggaran yang menyalahi bestek, PU harus mempro- ses pemborong ke jalur hu- kum,” tegas Ketua DPRD Kota Tangerang Herry Rumawatine di Tangerang, kemarin. Apabila kerusakan karena faktor alam, Kementerian PU harus segera memperbaiki. Jembatan layang Cibodas seti- ap hari padat dilalui kendara- an. “Kami khawatir jembatan layang di Jalan Gatot Subroto itu ambrol,” lanjutnya. Sebelumnya, Rabu (6/10), Wali Kota Tangerang Wahidin Halim mengirim surat ke kan- tor Kementerian PU berkaitan dengan kondisi jembatan. Ia meminta ahli dari Kementerian PU mengecek kondisi jembatan layang. Bila dalam 14 hari ke depan permintaan tersebut ti- dak ditanggapi, adik mantan Menlu RI Hasan Wirayuda itu akan melaporkan masalah ter- sebut kepada Presiden. Jalan Gatot Subroto meru- pakan akses utama Jakarta- Tangerang-Merak. Setiap hari sejak pukul 05.30 WIB hingga pukul 21.30 WIB, jalan layang padat dilalui kendaraan. Wakil Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah men- jelaskan petugas DPU Pemkot Tangerang menemukan ba- nyak ketidaksempurnaan pada konstruksi badan jalan yang telah mengalami penurunan sekitar 10 cm. (SM/J-1) MENGISI SOLAR: Seorang petugas SPBU mengisi bahan bakar solar ke sebuah kapal nelayan di Kampung Nelayan Muara Angke, Jakarta Utara, beberapa waktu lalu. Harga solar yang melambung tinggi membuat mereka kini memilih solar ilegal karena harganya lebih terjangkau. Kami khawatir jembatan layang di Jalan Gatot Subroto itu ambrol.’’ Herry Rumawatine Ketua DPRD Kota Tangerang ISTANA BALON: Seorang anak bermain di istana balon di dekat sebuah apartemen di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat, kemarin. Minimnya lahan bermain untuk anak-anak dimanfaatkan sebagian orang untuk berbisnis. Misalnya, istana balon yang ditempatkan pada lahan seadanya disediakan untuk anak dengan tarif Rp5.000 per 15 menit. Kanal Banjir Timur (KBT) sudah tembus ke laut, namun belum mengurangi banjir di Jakarta. Muhammad Fauzi MI/RAMDANI MI/ROMMY P

Upload: vophuc

Post on 22-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JUMAT, 8 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA Kanal Banjir … fileKanal Banjir Timur belum Optimal T UMPUKAN sampah plastik, styrofoam, bangkai bantal dan kasur, kayu, bambu, hingga pakaian

Kanal Banjir Timur belum Optimal

TUMPUKAN sampah plastik, styrofoam , bangkai bantal dan kasur, kayu, bambu,

hingga pakaian terlihat meng-gunung di Pintu Air I Mala-ka Sari, Duren Sawit, Jakarta Timur, kemarin. Tumpukan sampah itu tertahan memben-tuk delta (daratan kecil di te-ngah sungai) di aliran KBT.

Pemandangan serupa terlihat di Pintu Air II Ujung Menteng, Cakung, Jakarta Timur. Kebe-tul an sebelumnya Jakarta dan Bogor hujan sehingga sebagian sampah itu hanyut ke laut.

“Jika tidak ada hujan lebat, air KBT berwarna hitam dan bau menyengat,” tutur Sudono, penjaga Pintu Air Malaka Sari, kemarin. Media Indonesia yang

mengikuti pers tour KBT mera-sakan bau tidak sedap.

Sudono mengatakan sedikit-nya empat truk sampah setiap hari diangkut dari Pintu Air Malaka Sari. Jika tidak, akan merusak pintu air dan meng-hambat laju air ke laut.

Melihat gunungan sampah di KBT, Kepala Pelaksana Satuan Kerja Non Vertikal Pengelo-laan Sumber Daya Air Cili-wung Cisadane Kementerian Pekerjaan Umum Parno ME cemas. KBT tidak bakal bisa berfungsi maksimal bila warga tetap membuang sampah ke sungai.

Saat ini sungai-sungai yang mengalir di Sunter, Cipinang, Buaran, Jati Kramat, dan Ca-kung sudah menyambung ke KBT. Asal sampah tentu tidak jauh dari lima wilayah itu.

Parno mengingatkan sampah

tidak hanya merugikan kese-hatan, tapi juga memacetkan saluran air (drainase). Air hujan akan terhambat sehingga me-nimbulkan genangan.

Ia mencontohkan Cipinang Melayu yang kerap banjir mes-kipun Jakarta tidak hujan. Hal itu disebabkan saluran air ter-sumbat oleh sampah. Sampah menyempitkan badan sungai. “Kami sudah melihat akar masalah Kelurahan Cipinang Melayu selalu banjir karena sa-luran air tersumbat,” katanya.

Selain persoalan sampah, KBT belum maksimal kare-na sekitar 1.500 meter masih dangkal. Pendangkalan terda-pat di Kelurahan Malaka Sari sepanjang 700 meter, Ujung Menteng sepanjang 300 meter, dan Rawabebek sepanjang 500 meter.

Di tiga lokasi itu, lebar KBT masih 20 meter dari idealnya 75-100 meter.

Untuk menuntaskan proyek KBT, pengerukan membutuh-kan dana Rp500 miliar yang akan diambil dari APBN 2011.

Cuma genangan Menanggapi keluhan ma-

syarakat terkait dengan banjir, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menilai hingga saat ini Ibu Kota belum banjir. “Bukan banjir, tapi genangan,” cetus-nya seusai mengikuti acara pi-sah sambut Kapolda Metro Jaya dari Komjen Timur Pradopo kepada Irjen Sutarman di Polda Metro Jaya, kemarin.

Foke meminta warga mem-bedakan banjir dengan genang-an. “Banjir itu selama satu dua hari, kemudian mendam di situ. Sedangkan genangan, air lewat. Hal ini saya jelaskan agar ada pemahaman,” katanya.

Ia mencontohkan Kebon Nanas di Jalan DI Panjaitan yang sering terjadi genangan, lalu diperbaiki dan sekarang tidak ada lagi.

“Tapi Anda catat yang akan atau sedang dikerjakan, se-mentara yang sudah dikerja-kan Anda lupakan,” belanya. (FD/J-1)

[email protected]

6 | Megapolitan JUMAT, 8 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA

Cuaca dan Solar Menambah Derita Nelayan

LAIN lubuk lain ikannya. Lain di televisi, lain pula kenyataannya. Pejabat di televisi berkata pasokan bahan bakar minyak lancar

kepada nelayan. Di lapangan, nelayan sudah lama menjeritkan bahwa pasokan masih kurang dari kebutuhan mereka.

“Pasokan solar sangat sedikit dibandingkan kebutuhan. Kadang-kadang kami tidak bisa melaut karena keterbatasan solar. Otomatis penghasilan kami berhenti,” keluh Akmad Mulyana, nelayan di Cilincing, Jakarta Utara, kemarin.

Meskipun berperan sebagai kebutuhan primer, solar bagaikan barang mewah di Cilincing. Pasokan sebanyak 64 ribu liter per bulan dipastikan tak dapat mencukupi kebutuhan 600 nelayan tradisional yang bermukim di ujung Jakarta tersebut.

Pasalnya, satu nelayan minimal menghabiskan 120 liter solar per bulan. Sehingga, setidaknya mereka membutuhkan 72 ribu liter solar per bulan. Nah, ketika kebutuhan masih jauh panggang dari api, Perkampungan Nelayan Cilincing mendapat kabar jatah mereka bakal dikurangi per Desember

2010. Koperasi Mina Perdana Samudera di Jalan

Rekreasi RT 003/ RW 04 Nomor 39, Kelurahan Cilincing, Kecamatan Cilincing, Jakut, selaku penyalur solar kepada nelayan mendapat surat dari Pertamina awal bulan ini. Isinya, solar yang dapat dipasok hanya 48 ribu liter.

“Kami mendapat surat edaran pasokan solar dikurangi per Desember. Padahal untuk 64 ribu liter saja kami sudah meminta penambahan. Kami bingung mengapa justru jawabannya mengurangi dari 64 ribu liter,” cetus Akmad yang juga menjabat ketua koperasi tersebut.

Pengurangan jatah akan melegalkan pasar gelap di kampung tersebut. Berdasarkan pantauan, banyak warga menjual solar dalam bentuk drum. Solar ilegal ini dijual dengan harga bervariasi, mulai dari Rp3.800-Rp4.200 per liter. Harga tersebut sedikit di bawah harga resmi (Rp4.500 per liter).

Solar ilegal diperoleh penjualnya dari tengah laut. Ada yang meniris dari kapal-kapal tongkang untuk kemudian dijual dengan harga lebih murah. Menjelang memasuki musim udang, banyak nelayan datang ke pasar gelap tersebut untuk membeli solar.

“Kami tidak mau terlewat musim udang. Solar resmi enggak ada, kami beli solar di sini. Sama-sama solar kok,” terang Sabrun, salah satu nelayan yang membeli secara eceran. Solar itu akan ia simpan di rumah menunggu sampai cuaca memungkinkan turun ke laut.

Dalam tiga hari terakhir, para nelayan terpaksa menambatkan perahu. Mereka tidak berani melaut karena cukup membahayakan. Bila ombak tetap tinggi dan angin kencang, Sabrun dalam waktu dekat ini akan memutuskan untuk banting setir.

Anak dan istrinya sudah mengeluhkan seretnya pasokan dana untuk dapur. Seperti tahun lalu, ketika cuaca tidak bersahabat cukup lama, ia beralih menjadi pemulung agar dapur rumah tangga tetap mengepul. (Asni Harismi/J-1)

DPRD Minta Kemiringan Jembatan Layang Diteliti

DPRD Kota Tangerang men-desak Kementerian Pekerjaan Umum (PU) bertanggung ja-wab atas miringnya jembatan layang Cibodas. Selain miring, jembatan yang diresmikan Januari 2010 itu mulai retak.

Jembatan layang Cibodas dibangun Ditjen Bina Marga Kementerian PU dengan pelak-sana PT Nugraha Adi Taruna dan PT Rama Abadi Pratama. Jalan layang sepanjang 770 me-ter dengan lebar 30 meter itu menghabiskan dana Rp40,6 mi-liar. Anggaran ditanggung ber-sama oleh Pemkot Tangerang sebesar Rp16 miliar dan APBN sejumlah Rp24,6 miliar.

“Kami minta Kementeri-an PU segera melakukan pe-nyeli dikan. Apabila dalam pe-nyeli dikan ditemukan adanya pelanggaran yang menya lahi bestek, PU harus mempro-ses pemborong ke jalur hu-kum,” tegas Ketua DPRD Kota Tangerang Herry Rumawatine di Tangerang, kemarin.

Apabila kerusakan karena faktor alam, Kementerian PU harus segera memperbaiki. Jembatan layang Cibodas seti-ap hari padat dilalui kendara-an. “Kami khawatir jembatan layang di Jalan Gatot Subroto itu ambrol,” lanjutnya.

Sebelumnya, Rabu (6/10), Wali Kota Tangerang Wahidin

Halim mengirim surat ke kan-tor Kementerian PU berkaitan dengan kondisi jembatan. Ia meminta ahli dari Kementerian PU mengecek kondisi jembatan layang. Bila dalam 14 hari ke depan permintaan tersebut ti-dak ditanggapi, adik mantan Menlu RI Hasan Wirayuda itu akan melaporkan masalah ter-sebut kepada Presiden.

Jalan Gatot Subroto meru-pakan akses utama Jakarta-Tangerang-Merak. Setiap hari sejak pukul 05.30 WIB hingga pukul 21.30 WIB, jalan layang padat dilalui kendaraan.

Wakil Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah men-jelaskan petugas DPU Pemkot Tangerang menemukan ba-nyak ketidaksempurnaan pada konstruksi badan jalan yang telah mengalami penurunan sekitar 10 cm. (SM/J-1)

MENGISI SOLAR: Seorang petugas SPBU mengisi bahan bakar solar ke sebuah kapal nelayan di Kampung Nelayan Muara Angke, Jakarta Utara, beberapa waktu lalu. Harga solar yang melambung tinggi membuat mereka kini memilih solar ilegal karena harganya lebih terjangkau.

Kami khawatir jembatan layang di Jalan Gatot Subroto itu ambrol.’’

Herry RumawatineKetua DPRD Kota Tangerang

ISTANA BALON: Seorang anak bermain di istana balon di dekat sebuah apartemen di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat, kemarin. Minimnya lahan bermain untuk anak-anak dimanfaatkan sebagian orang untuk berbisnis. Misalnya, istana balon yang ditempatkan pada lahan seadanya disediakan untuk anak dengan tarif Rp5.000 per 15 menit.

Kanal Banjir Timur (KBT) sudah tembus ke laut, namun belum mengurangi banjir di Jakarta.

Muhammad Fauzi

MI/RAMDANI

MI/ROMMY P