bahasa indonesia uu perawat
TRANSCRIPT
TUGAS AKHIR
MATA KULIAH BAHASA INDONESIA
UNDANG-UNDANG KEPERAWATAN
DI INDONESIA
Disusun Oleh:
Devi Oktavia Utami
I31111041
KEPERAWATAN REGULER A
TAHUN 2012
A. Latar Belakang
Perawat merupakan salah satu profesi dalam dunia kesehatan.
Sebagai suatu profesi, tentunya pelayanan yang diberikan harus
professional. Oleh sebab itu para perawat harus memiliki kompetensi dan
memenuhi standar praktik keperawatan, serta memiliki kode etik dan
moral professional agar masyarakat dapat menerima pelayanan dan asuhan
keperawatan yang bermutu.
Perawat merupakan tenaga medis yang berada selama 24 jam
sehari disamping pasien. Hal ini tidak seperti tenaga medis lainnya seperti
dokter, ahli gizi, apoteker dan profesi lainnya. Ini membuat perawat
terpaksa melakukan tindakan medis yang bukan merupakan wewenangnya
demi keselamatan pasien. Fenomena ini tentunya sudah sering kita jumpai
di berbagai puskesmas terutama di daerah-daerah terpencil. Oleh karena
inilah perawat sangat memerlukan peraturan yang dapat mengatur,
melindungi, dan membantu perawat dalam melakukan tindakannya yaitu
undang-undang.
B. Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian peraturan perundang-undangan dan bagaimana
peraturan perundang-undangan yang efektif?
2. Apa pentingnya peraturan perundang-undangan bagi perawat?
3. Bagaimana tanggapan pemerintah dalam menghadapi tuntutan perawat
untuk segera mengesahkan peraturan perundang-undangan bagi
perawat?
4. Bagaimana harapan perawat dengan adanya Undang-undang
Keperawatan?
C. Pembahasan
1. Pengertian Peraturan Perundang-undangan
Secara etimologis Perundang-undangan berasal dari istilah
‘undang-undang’, dengan awalan ‘per’ dan akhiran ‘an’. Imbuhan Per-
an menunjukkan arti segala hal yang berhubungan dengan undang-
undang.
Sedangkan secara maknawi, pengertian perundang-undangan
belum ada kesepakatan. Ketidaksepakatan berbagai ahli sebagian besar
ketika sampai pada persoalan apakah perundang-undangan
mengandung arti proses pembuatan atau mengandung arti hasil
(produk) dari pembuatan perundang-undangan.
Menurut penulis istilah perundang-undangan adalah untuk
menggambarkan proses dan teknik penyusunan atau pembuatan
keseluruhan peraturan negara, sedangkan istilah peraturan perundang-
undangan adalah untuk menggambarkan keseluruhan jenis-jenis atau
macam peraturan negara. Dalam arti lain peraturan perundang-
undangan merupakan istilah yang dipergunakan untuk
menggambarkan berbagai jenis (bentuk) peraturan (produk hukum
tertulis) yang mempunyai kekuatan mengikat secara umum yang
dibuat oleh pejabat atau lembaga yang berwenang.
Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang
dibuat oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat
secara umum dan dibuat secara sistematis sesuai dengan jenis dan
hierarki yang didasarkan pada asas bahwa peraturan yang lebih rendah
tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi, proses
pembentukan undang-undang yang baik, harus diatur secara
komprehensif baik mengenai proses perencanaan, penyiapan,
pembahasan, pengesahan sampai dengan pengundangan.
Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia pengertian
peraturan perundangan-undangan adalah:
1. Ketentuan dan peraturan negara yang dibuat oleh pemerintah
(menteri, badan eksekutif, dan sebagainya), disahkan oleh
parlemen (Dewan Perwakilan Rakyat, badan legislatif, dan
sebagainya), ditandatangani oleh kepala negara (presiden, kepala
pemerintah, raja), dan mempunyai kekuatan yg mengikat.
2. Aturan yang dibuat oleh orang atau badan yang berkuasa.
3. Hukum (dalam arti patokan yang bersifat alamiah atau sesuai
dengan sifat-sifat alam)
Sering dijumpai banyak undang-undang yang kurang efektif
setelah undang-undang tersebut disahkan, bahkan banyak sekali
undang-undang yang baru disahkan menimbulkan pro dan kontra di
dalam masyarakat sampai adanya keinginan dibatalkannya undang-
undang tersebut, karena dianggap tidak sesuai dengan prosedur hukum
dan bertentangan dengan kaidah hukum, sehingga dalam menyusun
undang-undang diperlukan langkah-langkah:
a. Perencanaan yang matang dalam merumuskan suatu undang-
undang;
b. Harus melalui prosedur untuk mengantisipasi terjadinya cacat
hukum terhadap undang-undang tersebut;
c. Diperlukan kehati-hatian dalam merumuskan suatu undang-
undang;
d. Konsentrasi yang penuh terhadap bidang yang akan diatur.
Pembentukan peraturan perundang-undangan pada intinya
bagaimana suatu cara membuat suatu aturan yang baik agar bisa
bermanfaat bagi masyarakat luas, sehingga dalam pembentukan suatu
undang-undang di perlukan suatu ketelitian, keseriusan, kehati-hatian
serta kerjasama yang baik, sehingga tercipta suatu sistem yang baik
pula.
Undang-undang Praktik Keperawatan adalah undang-undang
yang diharapkan dapat mengatur, menjamin dan melindungi hak dan
kewajiban perawat. Adapun tujuan Undang-undang Praktik
Keperawatan adalah:
1. Tujuan utama : memberikan landasan hukum terhadap praktik
keperawatan untuk melindungi baik masyarakat maupun perawat
2. Tujuan khusus :
a. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan dan kesehatan yang diberikan oleh perawat.
b. Melindungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan perawat.
c. Menetapkan standar pelayanan keperawatan.
d. Menapis ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan.
e. Menilai boleh tidaknya perawat untuk menjalankan praktik
keperawatan.
f. Menilai ada tidaknya kesalahan dan atau kelalaian yang
dilakukan perawat dalam memberi pelayanan.
Adapun contoh BAB Satu Pasal Satu ayat satu sampai dua puluh
Rancangan Undang-undang Praktik Keperawatan nomor dua puluh
adalah:
(1) Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit
yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
(2) Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat melalui
kolaborasi dengan sistem klien dan tenaga kesehatan lain dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan
tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk
praktik keperawatan individual dan berkelompok.
(3) Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan baik langsung atau tidak langsung
diberikan kepada sistem klien di sarana dan tatanan kesehatan
lainnya, dengan menggunakan pendekatan ilmiah keperawatan
berdasarkan kode etik dan standar praktik keperawatan.
(4) Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program
pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri
yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan
peraturan perundang -undangan.
(5) Perawat terdiri dari perawat vokasional dan perawat profesional.
(6) Perawat vokasional adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan Diploma Tiga Keperawatan dan Sekolah Perawat
Kesehatan yang terakreditasi dan diakui oleh pejabat yang
berwenang.
(7) Perawat profesional adalah seseorang yang lulus dari pendidikan
tinggi keperawatan dan terakreditasi, terdiri dari ners generalis,
ners spesialis dan ners konsultan.
(8) Ners generalis adalah seseorang yang telah menyelesaikan
program pendidikan ners.
(9) Ners spesialis adalah seseorang yang telah menyelesaikan
program pendidikan spesialis keperawatan satu.
(10) Ners konsultan adalah seseorang yang telah menyelesaikan
program pendidikan spesialis keperawatan dua.
(11) Registered Nurse disingkat RN adalah perawat profesional yang
teregistrasi.
(12) Licensed Practical Nurse disingkat LPN adalah perawat
vokasional yang teregistrasi.
(13) Konsil Keperawatan Indone sia adalah suatu badan otonom yang
bersifat independen.
(14) Sertifikasi adalah proses pengakuan terhadap program
pendidikan dan pelatihan keperawatan dalam menyelenggarakan
program pendidikan dan pelatihan di seluruh Indonesia yang
dilaksanakan oleh organisasi profesi.
(15) Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap
kemampuan seorang perawat untuk menjalankan praktik
keperawatan di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi
oleh konsil keperawatan.
(16) Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap perawat yang telah
memiliki sertifikat kompetensi.
(17) Registrasi ulang adalah pencatatan ulang terhadap perawat yang
telah diregistrasi setelah memenuhi persyaratan yang berlaku.
(18) Surat Izin Praktik Perawat (SIPP) adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada
perawat yang akan menjalankan praktik keperawatan setelah
memenuhi persyaratan.
(19) SIPP Satu adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil
Keperawatan kepada perawat vokasional yang telah memenuhi
persyaratan.
(20) SIPP Dua adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil
Keperawatan kepada perawat profesional yang telah memenuhi
persyaratan.
2. Pentingnya Peraturan Perundang-undangan Bagi Perawat
Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu,
keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai,
mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal dan
kualitas hidup dari lahir sampai mati. Perawat bekerja dalam berbagai
besar spesialisasi di mana mereka bekerja secara independen dan
sebagai bagian dari sebuah tim untuk menilai, merencanakan,
menerapkan dan mengevaluasi perawatan.
Perawat sering kali terpaksa melakukan tindakan medis yang
bukan merupakan wewenangnya demi keselamatan pasien. Fenomena
ini tentunya sudah sering kita jumpai di berbagai puskesmas terutama
di daerah-daerah terpencil. Oleh karena inilah perawat sangat
memerlukan peraturan yang dapat mengatur, melindungi, dan
membantu perawat dalam melakukan tindakannya yaitu undang-
undang.
Fungsi di sahkannya suatu peraturan perundang-undangan adalah
agar mendapatkan kekuatan hukum mengikat serta diketahui oleh
masyarakat luas sehingga setiap orang dapat mengetahui dan
menerapkannya.
Adapun beberapa urgensi mengenai pengesahan Undang-undang
Keperawatan adalah:
1. Masalah kebijakan kesehatan di Indonesia terlalu kompleks dan
tidak akan efektif tanpa menyertakan perawat.
2. Keperawatan sebagai proporsi tenaga keperawatan terbesar, dengan
latar belakang pendidikan hingga doktoral di indonesia tidak
memiliki posisi dalam proses pengambilan keputusan strategis.
Akibatnya, pengontrolan kualitas dari mulai pendidikan dan
pengawalan mutu pelayanan keperawatan tidak bisa di
pertanggungjawabkan atau tidak terstandar.
3. Tanpa adanya Undang-undang Keperawatan, pemerintah akan lebih
susah untuk meningkatkan standar mutu dan pelayanan
keperawatan. Penelantaran mutu pelayanan keperawatan yang
rendah sama dengan menelantarkan masyarakat.
4. Adanya perbedaan tingkatan status pada beberapa bidang kesehatan
yang telah disalahartikan oleh masyarakat umum. Yaitu bahwa
profesi perawat lebih rendah daripada profesi dokter. Hal ini sama
sekali tidak benar. Semua profesi-profesi di bidang kesehatan
adalah sejajar dan merupakan teman sejawat yang saling
berhubungan dan membutuhkan satu sama lainnya.
Selain hal-hal diatas, masih ada beberapa alasan mengapa
Undang-undang Praktik Keperawatan dibutuhkan. Pertama, alasan
filosofi. Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam
peningkatan derajat kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan
pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan pemerintah dan swasta, dari
perkotaan hingga pelosok desa terpencil dan perbatasan. Tetapi
pengabdian tersebut pada kenyataannya belum diimbangi dengan
pemberian perlindungan hukum, bahkan cenderung menjadi objek
hukum. Perawat juga memiliki kompetensi keilmuan, sikap rasional,
etis dan profesional, semangat pengabdian yang tinggi, berdisiplin,
kreatif, terampil, berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika
profesi. Disamping itu, undang-undang ini memiliki tujuan, lingkup
profesi yang jelas, kemutlakan profesi, kepentingan bersama berbagai
pihak (masyarakat, profesi, pemerintah dan pihak terkait lainnya),
keterwakilan yang seimbang, optimalisasi profesi, fleksibilitas,
efisiensi dan keselarasan, universal, keadilan, serta kesetaraan dan
kesesuaian interprofesional (WHO, 2002).
Sebelum membahas lebih dalam tentang undang- undang praktik
keperawatan mari kita mengulas secara singkat beberapa undang-
undang yang ada di indonesia yang berkaitan peraktik keperawatan.
Undang-undang Nomor Enam tahun 1963 tentan Tenaga
Kesehatan. undang-undang ini merupakan penjabaran dari Undang-
undang Nomor Sembilan tahun 1960. Undang-undang ini
membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga
sarjana meliputi dokter, apoteker, dan dokter gigi. Tenaga perawat
termasuk tenaga yang bukan sarjana atau tenaga kesehatan dengan
pendidikan rendah. Undang-undang ini boleh dikatakan sudah usang,
karena dalam undang-undang ini juga tercantum berbagai jenis tenaga
sarjana keperawatan seperti sekarang ini.
Undang-undang Kesehatan Nomor Delapan Belas tahun 1964
mengatur tentang Wajib Kerja Paramedis. Pada pasal dua ayat tiga
dijelaskan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda, menengah, dan
rendah wajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah selama tiga
tahun. Dalam undang-undang ini, lagi- lagi posisi perawat dinyatakan
sebagai tenaga kerja pembantu bagi tenaga kesehatan akademis
termasuk dokter.
Dalam Surat Keputusan Menkes No. 262/Per/Vll/1979 tahun
1979 yang membedakan paramedis menjadi dua golongan yaitu
golongan medis keperawatan (termasuk bidan) dan paramdis non
keperawatan. Dari aspek hukum, suatu hal yang perlu dicatat di sini
bahwa tenaga bidan tidak terpisah tetapi juga termasuk katagori
keperawatan (Soekanto & Herkutanto, 1987; Sciortino, 1991).
Dalam Permenkes No. 363/Menkes/Per/XX/1980 tahun 1980,
pemerintah membuat suatu peryataan yang jelas perbedaan antara
tenaga keperawatan dan bidan.
Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 94/Menpan/1986, tangal empat bulan november tahun
1986 menjelaskan jabatan fungsional tenaga keperawatan dan sistem
kredit poin. Sistem ini menguntungan perawat, karena perawat bisa
naik pangkat dan tidak tergantung kepada pangkat/golongan
atasannya.
Undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 merupakan
undang-undang yang banyak memberi kesempatan bagi
perkembangan keperawatan termasuk praktik keperawatan
profesional, kerena dalam undang-undang ini dinyatakan tentang
standar praktik, hak- hak pasien, kewenagan, maupun perlindungan
hukum bagi profesi kesehatan termasuk keperawatan. Beberapa
peryataan Undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 yang dapat
dipakai sebagai acuan pembuatan Undang-undang Praktik
Keperawatan adalah: 1) Pasal 53 ayat empat menyebutkan bahwa
ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien ditetapkan
dengan peraturan pemerintah. 2) Pasal 50 ayat satu menyatakan bahwa
tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melaksanakan
kegiatan sesuai dengan bidang keahlian dan kewenangannya; Pasal 53
ayat empat menyatakan tentang hak untuk mendapat perlindungan
hukum bagi tenaga kesehatan (Jahmono, 1993).
Dari beberapa undang-undang diatas, dapat kita simpulkan bahwa
kebanyakan undang- ndang yang ada di indonesia yang berkaitan
dengan praktik keperawatan menyebutkan bahwa profesi perawat
hanya merupakan profesi yang dianggap berpendidikan rendah dan
sebagai profesi pembantu dokter. Hal ini tentunya sama sekali tidak
benar. Perawat-perawat di Indonesia sudah sangat banyak
menyandang gelar sarjana dan seperti yang telah penulis sebutkan
diatas, perawat dan dokter merupakan rekan kerja sejawat dan sejajar.
Pengalaman menunjukkan perawat banyak mendapatkan
hambatan untuk memberikan akses pelayanan berkualitas dan
pemerataan karena terbatas pada belum adanya sistem yang mengatur
dan memberikan jaminan perawat yang berkualitas dan belum
dipertegaskannya hal-hal yang boleh dan benar dilakukan perawat
yang berada pada kondisi-kondisi geografis di mana belum terjadi
pemerataan sumber-sumber pelayanan kesehatan.
3. Tanggapan Pemerintah Dalam Mengahadapi Tuntutan Bagi
Perawat
Setelah empat kali masuk Prolegnas dan kali ketiga Prolegnas
Inisiatif DPR RI, sampai hari ini belum ada perkembangan yang pesat
untuk proses pengesahan Undang-undang Keperawatan oleh DPR RI.
Sampai saat ini, pemerintah belum menunjukkan keseriusan dan
belum ada kesatuan kata dan perbuatan dalam mendukung Undang-
undang Keperawatan.
Pengembangan kesehatan masyarakat di Indonesia yang telah
dijalankan selama ini masih memperlihatkan adanya ketidaksesuaian
antara pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat dengan
tanggapan masyarakat, manfaat yang diperoleh masyarakat, dan
partisipasi masyarakat yang diharapkan. Meskipun di dalam Undang-
undang No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan telah ditegaskan bahwa
tujuan pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya adalah
meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatannya. Oleh karena itu pemerintah maupun pihak-pihak yang
memiliki perhatian cukup besar terhadap pembangunan kesehatan
masyarakat –termasuk perawat spesialis komunitas- perlu mencoba
mencari terobosan yang kreatif agar program-program tersebut dapat
dilaksanakan secara optimal dan berkesinambungan.
Selain dihadapkan pada masalah di atas dengan telah di tanda
tanganinya Mutual Recognition Agreement (MRA) di sepuluh negara
ASEAN terutama bidang keperawatan yang akan di berlakukan tahun
2010. Dimana diantara sepuluh negara Asean tersebut hanya tiga
negara yang belum memiliki Undang-undang Keperawatan yaitu;
Indonesia, Laos dan Vietnam. Maka dapat dibayangkan bahwa
masyarakat Indonesia akan menjadi sasaran empuk tenaga-tenaga
kesehatan asing, tenaga perawat dalam negeri terpinggirkan,
pengakuan rendah dan gaji yang tidak memadai.
4. Harapan Perawat Dengan Adanya Undang-undang Keperawatan
Perawat telah memberi konstribusi yang cukup besar dalam
pemberian pelayanan kesehatan, akan tetapi belum mendapat
pengimbangan dari perlindungan hukum, bahkan sering menjadi objek
dalam masalah hukum.
Dengan adanya peraturan perundang-undangan yang mengikat
dalam bidang keperawatan, maka perawat tidak perlu ragu dan takut
dalam melakukan segala tindakan yang menurutnya benar. Perawat
juga bisa lebih leluasa untuk bertindak dan bisa meningkatkan standar
mutu pelayanan dan pendidikan keperawatan mereka. Selain itu,
kesalahpahaman mengenai tingkatan status antara perawat dan dokter
juga bisa diselesaikan.
Disi lain, perawat Indonesia juga diharapkan mampu menjadi
komoditas pemenuhan tenaga kerja profesional global, yang mana hal
ini perlu dipersiapkan betul agar mereka dapat membawa nama bangsa
dan mampu bersaing di kancah global serta mendapat perlindungan
hukum yang cukup.
D. Simpulan
Perawat merupakan salah satu profesi yang bergerak pada bidang
kesehatan. Faktanya, perawat merupakan profesi yang paling banyak
ditemui di Indonesia dibandingkan profesi lainnya. Perawat sangat
diperlukan hampir disetiap daerah-daerah di Indonesia, tidak peduli di
kota, desa maupun daerah-daerah yang sulit dijangkau seperti dipelosok-
pelosok negeri. Sudah sejak lama pula perawat mengabdikan dirinya untuk
memajukan kesehatan di negeri ini.
Namun hal ini tidak sesuai dengan hak yang didapatkan oleh
perawat. Bahkan, sampai saat ini di Indonesia belum ada peraturan
perundang-undangan yang dapat mengatur, menjamin dan melindungi hak
dan kewajiban perawat. Hal ini tentunya sangat tidak sepadan dengan apa
yang telah perawat berikan untuk negeri ini. Oleh karena inilah perawat
sangat memerlukan peraturan yang dapat mengatur, melindungi, dan
membantu perawat dalam melakukan tindakannya yaitu Undang-undang
Keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.djpp.depkumham.go.id/htn-dan-puu/60-pembentukan-peraturan-
perundang-undangan-di-indonesia.html
Ditulis pada hari Senin, 28 Desember 2009 oleh Prof. Dr. Bagir Manan,
S.H.,MCL.
http://massofa.wordpress.com/2008/04/29/perundang-undangan-di-indonesia/
Ditulis pada tanggal 29 April 2008
http://hukumperawat.blogspot.com/
Ditulis pada hari Sabtu, 12 Desember 2009
http://id.berita.yahoo.com/aktivis-peranan-perawat-masih-terkendala-uu-
110207400.html
Ditulis pada hari Selasa, 10 Mei 2011
http://suma.ui.ac.id/2011/05/12/hacked-by-al3x-0wn5-166/
Ditulis pada tanggal 12 Mei 2011
http://puskesmassungkai.wordpress.com/2009/08/30/undang-undang-
keperawatan-hak-perawat-indonesia-untuk-mendapatkan-legislasi-profesi/
Ditulis pada tanggal 30 Agustus 2009 oleh Forum Puskesmas
http://www.4shared.com/get/m4sxjkpy/rancangan_undang-undang_kepera.html
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/09/22/ppni-menanti-uu-
keperawatan/
Ditulis pada tanggal 22 September 2011
http://www.medansatu.com/node/4131
Ditulis pada hari Jumat, 5 Augustus 2011