bahan tuto promkes
TRANSCRIPT
3. Bagaimana bentuk-bentuk komunikasi kesehatan?
Komunikasi Kesehatan :
merupakan bagian dari komunikasi antar-manusia yang berfokus pada bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok/masyarakat menghadapi isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk memelihara kesehatannya (Northouse and northouse, 1985).
• Fokus dalam komunikasi Kesehatan adalah ”transaksi” spesifik pada isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi transaksi tersebut. ( ”verbal”maupun ”non verbal”, ”lisan” atau ”tulisan”. ”personal” atau ”impersonal”)
• Komunikasi Kesehatan merupakan aplikasi dari konsep dan teori komunikasi dalam transaksi yang berlangsung antar-individu/kelompok terhadap isu-isu kesehatan.
Model-Model Komunikasi Di Dalam Komunikasi Kesehatan
• Komunikasi Kesehatan merupaka ilmu baru yang bersifat ”multidisipliner’ à disiplin utama Ilmu Komunikasi, maka di bawah ini akan dikemukakan beberapa model atau teori komunikasi yang relevan dengan Komunikasi kesehatan.
1. Model shannon-Weaver
• Salah satu kekuatan dari model ini, yakni dapat menjelaskan suatu proses penyampaian informasi dari sumber ke tempat tujuan secara rinci.
• Sedangkan kelemahannya adalah kurang dapat menjelaskan bagaimana hubungan ”transaksional” (timbal balik) antara sumber informasi dan penerima.
• Model ini hanya mampu menggambarkan proses penyampaian informasi satu arah (one way event), sedangkan komunikasi yang terjadi antar-manusia seharusnya berlangsung secara dua arah (two way event).
• Contoh aplikasi dari model ini adalah ketika proses komunikasi berlangsung antara ”perawat” dengan ”pasien”-nya, dimana perawat berperilaku ”aktif” sedangkan pasien dalam keadaan pasif atau bersifat sebagai ”pendengar” saja
2. Model S M C R
• Model ini menampilkan 4 (empat) variabel dalam komunikasi, yakni source (sumber), message (pesan), chanel (saluran), dan receiver (penerima).
• Model SMCR melihat proses komunikasi berlangsung berdasarkan keterampilan, sikap, pengetahuan dan latar belakang budaya yang berbeda dari sumber informasi
(source). Sementara itu, pesan (message) yang disampaikan biasanya mengandung elemen-elemen tertentu, seperti struktur, isi dan kode-kode yang unik.
• Pesan tersebut ditransfer melalui saluran yang melibatkan pendengaran, penglihatan, sentuhan, bau dan rasa. Kemudian penerima (receiver) menginterpretasikan pesan tersebut juga didasarkan pada keterampilan, sikap, pengetahuan dan latar belakang sosio budaya yang berbeda sehingga seringkali terjadi salah interpretasi dalam proses komunikasi.
3. Speech Communication Model
• Model ini pertama kali dikembangkan oleh Miller (1972) yang melihat bahwa proses komunikasi terdiri dari tiga variabel, yakni pembicara (speaker), pendengar (receiver) dan umpan balik (feed-back).
• Dalam hal ini, pembicara menyampaikan “pesan” (informasi) berdasarkan sikap tertentu, sedangkan pendengar meng interpretasikan pesan tersebut berdasarkan sikap yang berbeda. Kemudian pendengar memberikan umpan balik (baik positif maupun negatif) kepada pembicara.
• Demikian seterusnya sehingga terjadi proses komunikasi yang hidup dan dinamis.
KOMUNIKASI KESEHATAN MASYARAKAT SEBAGAI INTERVENSI PERUBAHAN PERILAKU
• Komunikasi Kesehatan Masyarakat saat ini sudah mengalami perubahan yang sangat pesat dan mendasar.
• Dari strategi yang bersifat partial Komunikasi Kesehatan telah bergeser kepada strategi komprehensif berdasarkan hasil studi empiris.
• Orientasinya yang semula berfokus pada ”hasil” atau produksi, kini telah berubah menjadi studi yang berorientasi pada klien (customer).
• Komunikasi Kesehatan saat ini juga telah memanfaatkan teknologi baru yang dimodifikasi dengan Komunikasi Pembangunan, prinsip-prinsip Pemasaran Sosial Analisis Perilaku seta manajemen yang berorientasi pada pelanggan.
• Komunikasi Kesehatan Masyarakat kini sudah menjadi disiplin ilmu yang berbasis aplikasi dilapangan dan berupaya untuk menumbuhkan ”sikap” serta mempengaruhi perilaku kesehatan secara sistematis dengan menggunakan metode komunikasi massa (mass communication).
• Disamping itu, komunikasi kesehatan telah menggunakan prinsip desain pengajaran Pemasaran Sosial Analisis Perilaku dan Antropologi Medis.
• Tujuan pokok dari program komunikasi kesehatan adalah Perubahan Perilaku Kesehatan dalam rangka meningkatkan Derajat Kesehatan.
• Dengan adanya intervensi komunikasi kesehatan juga diharapkan dapat menumbuhkan permintaan (demand) terhadap produk atau pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, seperti Keluarga Berencana, Kelangsungan Hidup Anak, Pencegahan Penyakit Infeksi yang aman dan efektif.
• Dalam proses ini, konsumen atau klien ditempatkan pada posisi yang penting dan dianggap menentukan.
Didalam upaya pendidikan kesehatan, terdapat sub bidang keilmuan pendidikan
kesehatan yaitu:
1. Komunikasi
Komuniaksi diperlukan untuk mengkondisikan faktor-faktor predisposisi. Komunikasi
kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku
kesehatan masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik
menggunakan komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa. Tujuan utama
komunikasi kesehatan adalah perubahan perilaku kesehatan masyarakat.
Bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam program-program kesehatan masyarakat
adalah komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) dan komunikasi massa (mass
communication).
a.Komunikasi Antar Pribadi
Adalah komunikasi langsung, tatap muka antara satu orang dengan orang lain baik perorangan
maupun kelompok. Komunikasi ini tidak melibatkan kamera, artis, penyiar, atau penulis
skenario.
Komunikasi antar pribadi dapat efektif bila memenuhi tiga hal di bawah ini, yaitu:
1 empathy, yakni menempatkan diri pada kedudukan orang lain (orang yang diajak
berkomunkasi)
2. Respect terhadap perasaan dan sikap orang lain
3. Jujur dalam menanggapi pertanyaan orang lain yang diajak berkomunikasi.
Metode komunikasi antar pribadi yang paling baik adalah konseling (councelling), karena di
dalam cara ini antara komunikator atau konselor dengan komunikan atau klien terjadi dialog.
Klien dapat lebih terbuka menyampaikan masalah dan keinginan-keinginannya, karena tidak
ada pihak ketiga yang hadir. Proses konseling ini dapat diingat secara mudah dengan akronim
ini.
G Greet clients warmly (menyambut klien dengan hangat)
A Ask clients about themselves (menyanyakan tentang keadaan mereka)
T Tell clients about their problem (menanyakan masalah-masalah yang mereka hadapi)
H Help clients solve their problem (membantu pemecahan masalah yang mereka hadapi)
E Explain how to prevent to have the same problem (menjelaskan bagaimana mencegah
terjadinya masalah yang sama)
R Return to follow-up (melakukan tindak lanjut terhadap konseling)
b. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah penggunaan media massa untuk menyampaikan pesan-pesan atau
informasi-informasi kepada khalayak atau masyarakat. Komunikasi di dalam kesehatan
masyarakat berarti meyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada masyarakat melalui berbagai
media massa (TV, radio, media cetak, dsb.), dengan tujuan agar masyarakat berperilaku hidup
sehat.
Di dalam perkembangan selanjutnya komunikasi massa tidak hanya terbatas pada penggunaan
media cetak dan media elektronik saja, melainkan mencakup juga penggunaan media
tradisional. Komunikasi massa dengan menggunakan media tradisional ini tampaknya lebih
efektif, karena erat dengan sosial budaya masyarakat setempat. Menyisipkan pesan-pesan
kesehatan melalui wayang kulit di daerah Jawa Tengah dan Yokyakarta, atau melalui wayang
golek di Jawa Barat, akan lebih efektif dari pada melalui TV Spot atau Radio Spot.
5.b. Bagaimana Strategi Promosi kesehatan pada kasus?
Dalam upaya penerapan promosi kesehatan dilakukan 3 strategi sebagai berikut ;
1. Advokasi kesehatan, yaitu : pendekatan kepada para pimpinan atau pengambil keputusan
agar dapat memberi dukungan , kemudahan, perlindungan pada upaya pembangunan
kesehatan.
2. Bina suasana, yaitu suatu upaya untuk menciptakan suasana kondusif untuk menunjang
pembangunan kesehatan sehingga masyarakat terdorong melakukan PHBS.
3. Gerakan masyarakat, yaitu upaya memandirikan masyarakat agar secara proaktif
mempraktikkan hidup bersih dan sehat secara mandiri.
Ketiga strategi tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan (sinergis) namun
ditandai dengan fokus yang berbeda, yaitu :
1. Advokasi kesehatan lebih diarahkan kepada sasaran tersier yang menghasilkan kebijakan.
2. Bina suasana lebih diarahkan kepada sasaran sekunder yang menghasilkan kemitraan dan
opini.
3. gerakan masyarakat lebih diarahkan pada sasaran primer yang menghasilkan kegiatan
masyarakat mandiri.
Tabel 1. Sasaran promosi kesehatan menurut tatanan
Tatanan Sasaran primer Sasaran sekunder Sasaran tersier Program
prioritas
Rumah tangga Ibu, Anggota
keluarga
Kader, PKK,
tokoh
masyarakat/agama,
LSM
Kader, PKK,
tokoh
masyarakat/agama,
LSM
KIA, Gizi,
Kesehatan
Lingkungan,
gaya hidup,
JPKM
Sekolah Seluruh siswa
dan mahasiswa
Guru, dosen,
karyawan, OSIS,
BP3, pengelola
kantin
Kepala sekolah,
dekan, pengelola
sekolah, pemilik
sekolah
Kesehatan
lingkungan,
gaya hidup,
gizi, JPKM
Tempat kerja Seluruh
karyawan
Pengurus/serikat
pekerja
Pengelola, pemilik
perusahaan
Kesehatan
lingkungan,
gaya hidup
Tempat umum Pengunjung,
pengguna jasa
Karyawan,
pengelola
Kepala daerah Kesehatan
lingkungan,
gaya hidup
Sarana
kesehatan
Petugas
kesehatan
Organisasi profesi
kesehatan,
kelompok peduli
kesehatan
Pimpinan/direktur,
kepala daerah,
BAPPEDA,
DPRD
Kesehatan
lingkungan,
gaya hidup
Strategi promosi kesehatan diarahkan untuk ;
1. mengembangkan kebijakan guna mewujudkan masyarakat yang sehat.
2. membina suasana, iklim dan lingkungan yang mendukung
3. memperkuat, mendukung dan mendorong kegiatan masyarakat
4. meningkatkan kemampuan dan keterampilan perorangan
5. mengupayakan pembangunan kesehatan yang lebih memberdayakan masyarakat.
Dalam mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di masyarakat diterapkan ketiga
strategi yang telah dikenal dengan strategi ABG.
1. Advokasi PHBS
2. Bina Suasana (social support)
3. Gerakan Masyarakat (empowermwnt)
Ad. 1 Advokasi PHBS
Advokasi PHBS adalah:
a. upaya untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui berbagai komunikasi
persuasif untuk memasyarakatkan PHBS yang ditujukan pada penentu kebijakan
b. Upaya untuk memepengaruhi individu melalui komunikasi persuasif untuk
memasyarakatkan PHBS
c. Berbagai bentuk komunikasi persuasif yang ditujukan pada penentu kebijakan
untuk memperoleh dukungan sumber daya, kemitraan dalam peningktan PHBS.
Advokasi PHBS dilakukan dengan:
- mempengaruhi pihak lain melalui jaringan kerja dan kemitraan
- mengambangkan peraturan, dan kebijakan yang mendukung
pembudayaan PHBS
Tingkat keberhasilan advokasi PHBS sanagat tergantung pada adanya komitmen pada penentu
kebijakan baik jajaran pemerintah maupun disetiap tatanan masyarakat. Selain itu advokasi
PHBS dilakukan disemua jenjang administrasi mulai daripusat, provinsi, kabupaten/kota,
kecamatan dan desa/kelurahan. Advokasi PHBS dapat dilakuakn melalui media massa secara
kontinu melalui televisis, radio, surat kabar, bahkan internet untuk menjangkau masyarakat lebih
luas.
Selama ini dalam melaksanakan advokasi PHBS dijumpai beberapa kendal anatara lain:
- para pembuat kebijakan, pengelola program masih belum mempunyai
persepsi yang sama dengan PHBS.
- Penyelenggara kesehatan masih mementingkan upaya kuratif, sedangkan
PHBS lebih menekankan pada upaya promotif preventif.
- Masih adanya budaya ketergantungan masyarakat terhadap petugas
dalam upaya kesehatan.
Advokasi kesehatan yangberhasil menuntut kemampuan seseorang atau kemampuan tim
bertindak secara advokator. Kemampuan sebagai advokator kesehatan dapat dipelajari dan
dibina. Secara umum menurut John Hopkins University (JHU), advokasi kesehatan ditempuh
melalui kerangka advokasi yang memuat 6 langkah yaitu:
a. Melakukan analisis
Yang temasuk dalam analisis adalah:
- Identifikasi masalah
- Identifikasi kebijakan yang ada
- Program-program komunikasi yang telah dilaksankan dalam mendukung
kebijakan sehat
- Perubahan kebijakan yang diinginkan oleh tingkat tertentu
- Stake holder (mitra kerja) yang terkait dengan perubahan kebijakan
- Jejaring untuk penentu kebijakan
- Sumber daya yang memungkinkan untuk melaksanakan kebijakan sehat.
b. Menyusun strategi
Yang termasuk dalam strategi adalah:
- membentuk kelompok kerja PHBS
- Identifikasi sasaran primer dan sekunder
- Mengembangkan tujuan “SMART” (Spesific/spesifik, Measurable/dapat
diukur, Appropriate/tepat, Realistic/nyata, Time bound/sesuai jadwal)
- Menentukan indikator
- Menyiapkan dukungan dana
- Menempatkan “issue” yang penting mendapat dukungan dari penentu
kebijakan
- Merencanakan perbaikan sarana komunikasi
c. Menggalang kemitraan
- Menyusun POA (Plan of Action) bersama ( dalam kasus ini kades,
Anggota Puskesmas, dll)
- Saling tukar menukar pengalaman dan informasi
- Mendelegasikan tanggung jawab
- Adanya kesinambungan kerjasama
Dalam menggalang kemitraan perlu memahami prinsip-prinsip:
- Kesetaraan (equity)
- Saling menguntungkan
- Keterbukaan (transparan)
d. Tindakan/pelaksanaan
Setelah 3 langkah terdahulu dilakuakn dengan seksam dan cermat.
Tindakan/pelaksanaan mengacu pada rencana yang telah disusun berdasrkan hasil
analisis, persiapan strategi yang telah dituangkan dalam plan of action yang
dipersiapkan bersama mitra, sudah terlibat mulai saat analisis.
Beberapa tindakan dalam pelaksnaan advokasi:
- melaksanakan rencana advokasi (plan of action)
- mengumpulkan pesan mitra
- menyajikan pesan yang tepat
- menepati jadwal
- mengenmbangkan jaringan komunikasi dengan mitra.
Adapun kegiatan yang bernuansa advokasi seperti seminar sehari, orientasi,
lobby, kampanye, sarassehan dan kegiatan lain yang sesuia dengan kondisi
setempat. Sedangkan waktu untuk melakukan advokasi dapat dipilih sesuai
dengan pesanyang akan disampaikan misalnya hari kesehatan sedunia 7 April.
Hari kesehatan Nasional 12 November, Hari sadar pangan gizi dan hari-hari lain
yang tepat, atau disesuiakan dengan kebutuhan mitra dan masyarakat setempat.
e. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan mengukur pencapaian tujuan (proses dan output)
melalui pengecekan dokumentasi tentang kegiatan-=kegiatan yang seharusnya
dilaksanakan, materi KIE yang telah diterbitkan dan disebarluaskan serta produk-
produk kebijakn yang diterbitkan.
f. Kesinambungan proses
Melaksanakan proses komunikasi secara terus-menerus dengan memanfaatkan
hasil evaluasi.
Dalam melakuakn advokasi kesehatan ada beberapa etika yang perlu diperhatikna
yaitu:
1. Mulai dengan sisi yang positif sasaran misalnya isu apa saja yang mendapat
perhatian khusus dari sasaran. Pintu masuknya tidak selalu harus dari
maslah-masalah kesehatan.
2. Mau kompromi, sabar dan tegar tidak menyalahkan sasaran
3. sampaikan pesan dan informasi dengan bahasa yang menggugah
4. Kemukakan hal-hal moratif sesuai dengan kebutuhan sasaran.
5. Gunakan visualisasi yang menarik dan mengesankan.
Untuk memeperoleh gambaran yang lebih mendalam tentang perbedaan
penyampaian pesan advokasi kesehatan dengan penyajian ilmiah dapat
mempelajari tabel dibawah ini.
Tabel 1. Perbedaan perumusan pesan antara advokasi dan penyajian ilmiah
ADVOKAS KESEHATAN PENYAJIAN ILMIAH
1. Pesan sederhana, dan tepat sasaran 1. Perlu penjelasan rinci
2. Penjelasan tambahan dapat
mengaburkan pesan pokok
2. Penjelasan tambahan diperlukan
supaya mantap
3. Bahasa teknis membingungkan
sasarn
3. Bahasa teknis dapat menambah
kejelasan dan ketepatan.
4. beberapa pesan pokok sudah cukup 4. pesan pokok dapat menjadi
beberapa makalah
5. fakta keseharian ditampilkan 5. harus objektif dan tidak bias
6. mendahulukan kesimpulan untuk
penyajian
6. uraian didahulukan, baru
kesimpulan
7. terlalu banyak fakta dan gambaran
tidak menyenangkan sasaran
7. bukti-bukti yang mendukung sangat
penting
8. persiapan dan kegiatan yang cepat
dan tepat lebih efisien
8. persiapan dan penelitian yang buru-
buru tidak akan berharga
9. fakta bahwa selebriti yang terkenal
mendukung kegiatan bisa
menguntungkan
9. fakta bahwa selebriti terkenal
mendukung penelitian tidak relevan
10. banyak yang percaya dilapangan
bahwa kebenaran politis itu subjektif
10. banyak yang percaya bahwa
kebenaran ilmiah itu objektif.
Ad. 2. Bina Suasana
Bina suasana adalah menjalin kemitraan untuk pembentukan opini publik dengan
berbagai kelompok opini yang ada di masyarakat seperti : tokoh masyarakat, tokoh agama,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dunia usaha/swasta, media massa, organisasi profesi
pemerintah dan lain-lain. Bina suasana dilakukan untuk sasaran sekunder atau petugas pelaksana
diberbagai tingkat administrasi (dari pusat hingga desa).
Strategi bina suasana perlu ditetapkan untuk menciptakan norma-norma dan
kondisi/situasi kondusif di masyarakat dalam mendukung PHBS. Bina suasana sering dikaitkan
dengan pemasaran sosial dan kampanye, karena pembentukan opini memerlukan kegiatan
pemasaran sosial dan kampanye. Namun perlu diperhatikan bahwa bina suasana dimaksud untuk
menciptakan suasana yang mendukung, menggerakkan masyarakat secara partisipatif dan
kemitraan.
Metode bina suasana dapat berupa :
- Pelatihan
- Semiloka
- Konferensi pers
- Dialog terbuka
- Sarasehan
- Penyuluhan
- Pendidikan
- Lokakarya mini
- Pertunjukkan tradisional
- Diskusi meja bundar (Round table discussiaon)
- Pertemuan berkala di desa
- Kunjungan lapangan
- Studi banding
- Traveling seminar
Kemitraan dalam kesehatan berarti menggalang partisipasi semua sektor untuk
meningkatkan harkat hidup dan derajat kesehatan, semua sektor, kelompok masyarakat, lembaga
pemerintah dan non pemerintah bekerjasama berdasarkan kesepakatan dan fungsi masing-
masing.
Untuk menjaga kelanggengan dan keseimbangan bina suasana diperlukan :
- forum komunikasi
- dokumen dan data yang up to date (selalu baru)
- mengikuti perkembanagan kebutuhan masyarakat
- hubungan yang terbuka, serasi dan dinamis dengan mitra
- menumbuhkan kecintaan terhadap kesehatan
- memanfaatkan kegiatan dan sumber-sumber dana yang mendukung
upaya pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat
- adanya umpan balik dan penghargaan
Ad. 3. Gerakan Masyarakat (Empowerment)
Strategi gerakan masyarakat adalah cara untuk menumbuhkan dan mengembangkan norma yang
membuat masyarakat mampu untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
Strategi ini tepatnya ditujukan pada sasaran primer agar berperan serta secara aktif dalam PHBS.
Yang dimaksud sasaran primer adalah masyarakat yang terkena masalah baik di kota maupun di
desa.
Contohnya di tatanan rumah tangga adalah para ibu, ditatanan institusi pendidikan adalah murid-
murid di sarana pelayanan adalah petugas kesehatan.
Pelaksanaan strategi gerakan masyarakat yang diharapkan adalah sebagai berikut :
a. pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam peningkatan kemampuan
masyarakat guna mengangkat harkat hidup, martabat dan derajat kesehatannya.
b. Peningkatan keberdayaan berarti peningkatan kemampuan dan kemandirianmasyarakat
agar dapat mengembangkan diri dan memperkuat sumber daya yang dimiliki untuk
mencapai kemajuan.
Oleh karena itu pemberdayaan masyarakat sangat ditentukan oleh pemahaman, kemahiran dan
semanagt dalam menerapkan pendekatan sosila kemasyarakatn.
Dengan demikian dalam era desentralisasi pemerintah pusat berperan dalam menentukan
standarisasi, regulasi, monitoring, dan evaluasi, sedangkan dearah bereperan dalam penyediaan
sumber daya yang meliputi “4M” (man, money, material and method) serta pelaksanaan
operasional dan pemantauan setempat.
Secara keseluruhan pendekatan gerakan masyarakat dilakuakn melaui; KIE, pengenmabang
institusi masyarakat, pendekatan hukum dan regulasi, penghargaan (intensif), serta peningkatan
ekonomi produktif (income generating)
Dalam melaksanakan gerakan masyarakat perlu memperhatikan karakteristik masyarakat
setempat yang dapat dikelompokkan sebagai bnerikut:
a. masyarakat pembina (caring community)
yaitu masyarakat yang peduli kesehatan, misalnya: LSM kesehatan, organisasi profesi
yang bergerak di bidang kesehatan.
b. Masyarakat setara (coping community)
Yauti masyarakat yang karena kondisinya kirang memadai sehingga tidak dapat
memelihara kesehatannya. Misalnya seorang ibu sadar akan pentingnya memeriksakan
kehamilan, teteapi karena keterbatasan ekonomi dan tidak adanya trannsportasi si ibu
tidak pergi ke sarana pelayan akesehatan.
5.e. Rancangan Kegiatan
PROGRAM PEMBERANTASAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DESA
MADUDU
Program Indikator
keberhasilan
Waktu
pelaksanaan
Promosi 1. Pemasangan poster 4 M Plus
2. Mengadakan penyuluhan kepada
ibu rumah tangga tentang DBD
3. Mengadakan penyuluhan kepada
siswa sekolah tentang DBD
4. Mengadakan penyuluhan kepada
masyarakat petani karet.
5. Menjaring kader kesehatan
penanganan DBD
20 poster tepasang
Semua IBU
RT/warga ikut
penyuluhan dan
melaksanakan
program yang
dianjurkan
2 sekolah
10% masyarakat
1 bulan
3 bulan
3 bulan
3 bulan
Preventif 1. Diagnosis dini kasus demam dan
penanganan klinis yang tepat
2. Reduksi kontak manusia-vektor
3. Pengendalian habitat larva di
rumah dan sekolah
4. Pengendalian larva di tempat-
tempat kosong, tempat
pembuangan sampah, tempat-
tempat umum (tepi jalan, taman,
perkuburan)
5. Upaya mengurangi tempat
perindukan nyamuk (pengelolaan
fisik temapat air-penutupan
tempat air kedap nyamuk,
rancangan yang benar tentang
system penyediaan air bersih,
95% terlaksana
80 % terlaksana
80 % terlaksana
75 % terlaksana
1 tahun
6 bulan
6 bulan
6 bulan
daur ulang ban bekas, botol, dan
kaleng)
6. Metode biologi pembasmi larva
nyamuk (ikan tempalo)
7. Fogging (pengasapan ke seluruh
rumah, fasilitas umum)
75 % terlaksana
95 %
3 bulan
3 bulan
Curative 1. Kesiapan tenaga medis dalam
menindak lanjuti keadaan darurat
2. Mengobati pasien dengan DBD
dengan segera
3. Rujuk ke RS bila stadium III-IV
Semua tenaga medis
90 % penderita
100 %
1 tahun
1 tahun
Rehabilitative Rujuk ke RS