bahan uas promkes okt 2014
DESCRIPTION
Bahan PromkesTRANSCRIPT
METODE DAN MEDIA PROMOSI KESEHATAN
Dosen Pemateri : H. Roestam Adjie Rochmat,SKP.M.Kes
A. METODE PROMOSI KESEHATAN
Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain dengan adanya promosi kesehtan tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku kesehatan dari sasaran.
Promosi/pendidikan kesehatan juga sebagau suatu proses dimana proses tersebut mempaunyai masukan (input) dan keluaran (output). Di dalam suatu proses pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan promosi, yakni perubahan perilaku, dipegaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan disamping faktor masukannya sendiri juga metode, faktor materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat bantu media yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Agar dicapai suatu hasil yang optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerja sama secara harmonis. Hal ini berarti bahwa untuk masukan (sasaran pendidikan) tertentu harus menggunakan cara tertentu pula. Materi juga harus disesuaikan dengan sasaran. Demikian juga alat bentu pendidikan disesuaikan. Untuk sasaran kelompok, maka metodenya harus berbeda dengan sasaran media massa dan sasaran individual. Untuk sasaran massa pun harus berbeda dengan sasaran individual dan sebagainya.
Dibawah ini diuraikan beberapa metode promosi atau poendidikan individual, kelompok dan massa (publik).
1. Metode Individual (Perorangan)
Dalam pendidikan kesehatan, metode yang bersifat individual ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya, seorang ibu yang baru saja menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi Tetanus Toxoid (TT) karena baru saja memperoleh/mendengarkan penyuluhan kesehatan. Pendekatan yang digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor lestari atau ibu hamil segera minta imunisasi, ia harus didekati secara perorangan. Perorangan disini tidak berarti hanya harus hanya kepada ibu-ibu yang bersangkutan, tetapi mungkin juga kepda suami atau keluarga ibu tersebut.
Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta membantunya maka perlu menggunakan metode (cara) ini.
Bentuk pendekatab ini, antara lain:
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)
1
Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diexploring dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dengan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).
b. Interview (wawancara)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apalagi belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
c. Metoda kelompok
Dalam memilih metode kelompok, harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran.
Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.
1. Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain ceramah dan seminar.
a. Ceramah
Metode ini baik untuk sasarn pendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal uang perlu diperhatikan dalam menggunakan metoda ceramah:
Persiapan:1. Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang
akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri.2. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun
dalam diagram atau skema.
3. Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide, transparan, sound sistem, dan sebagainya.
Pelaksanaan:
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu .2. Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
3. Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
2
4. Berdiri di depan (di pertengahan), seyogianya tidak duduk.
5. Menggunakan alat-alat bantu lihat (AVA) semaksimal mungkin.
b. Seminar
Metode ini hanya cocok untuk
pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topic yang dianggap penting dan dianggap hangat masyarakat.
2. Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain:
a. Diskusi Kelompok
dalam diskusi kelompok agar semua anggota klompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapt berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk di antara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus merasa dalam taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok mempunyai kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan yang dapat berupa pertanyaan-petanyaan atau kasus sehubungan dengan topic yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus mengarahkan dan megatur sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara, sehingga tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.
b. Curah Pendapat (Brain Storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sana dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaan pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan (curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart
3
atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari oleh siapa pun. Baru setelah semua anggota dikeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
c. Bola Salju (Snow Bailing)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka tiap 2pasang bergabung menjadi satu. Msreka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya, demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.
d. Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group) yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok lain, Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut, Selanjutnya hasil dan tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.
e. Role Ploy (Memainkan Peranan)
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat. Mereka memperagakan, misalnya bagaimana interaksi atau berkomunika sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
f. permainan Simulasi (Simulation Game)
Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diakusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan da lam beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli.
Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli, dengan menggunakan dadu, gaco (petunjuk arah), selain beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai narasumber.
Metode Massa
Metode pendidikan kesehatan secara massa dipakai untyuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukkan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik. Dengan demikian cara yang paling tepat adalah pendekatan massa. Oleh karena sasarn promosi ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pendekan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness atau kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi, dan belum begitu diharapkan untuk sampai pada perubahan perilaku. Namun demikian, bila kemudian dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku juga
4
merupakan hal yang wajar. Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya dengan menggunakan atau melaluimedia massa.
Beberapa contoh metode pendidikan kesehatan secara massa ini, antara lain :
1. Ceramah umum (public speaking)
Pada acar-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, Menteri Kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato dihadapan massa rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah satu bentuk pendekatan massa.
2. Pidato-pidato/ diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV maupun radio, pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa.
3. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan adalah juga merupakan pendekatan pendidikan kesehatan massa.
4. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab atau konsultasi tentang kesehatan adalah merupakan bentuk pendekatan promosi kesehatan massa.
5. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya juga merupakan bentuk promosi kesehatan massa. Contoh : billboard Ayo ke Posyandu
B. Media Dalam Promosi Kesehatan
Kata media berasal dari bahasa latin “medius” yang berarti tengah, perantara, atau pengantar. Secara harfiah dalam bahasa Arab, media berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartika sebagai alat bantu promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan oenyebarluasan informasi. Media promosi kesehatan adalah semua saranana atau upaya menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik melalui media cetak, elektronika, dan media luar ruang, sehingga pengetahuan sasaran dapat meningkat dan akhirnya dapat mengubah perilaku ke arah positif terhadap kesehatan (Soekidjo, 2005).
Alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan tulis dengan foto dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik secara kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran dan ide atau gagasan yang terkandung didalamnya harus dapat diterima oleh sasaran. Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan, antara lain :
1. Dapat menghindari kesalahan pengertian/pemahaman atau salah tafsir.2. Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap.
3. Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang mengesankan.
4. Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
5. Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.
5
a. Tujuan Media Promosi1. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.2. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
3. Media dapat memperjelas informasi.
4. Media dapat mempermudah pengertian.
5. Media dapat mengurangi komunikasi yang verbalistis.
6. Media dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap mata.
7. Media dapat memperlancar komunikasi.
b. Langkah-Langkah Penetapan Media
Langkah-langkah dalam merancang pengembangan media promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan tujuan
Tujuan harus relaistis, jelas, dan dapat diukur (apa yang diukur, siapa sasaran yang akan diukur, seberapa banyak perubahan akan diukur, berapa lama dan dimana pengukuran dilakukan). Penetapan tujuan merupakan dasar untuk merancang media promosi dan merancang evaluasi.
2. Menetapkan segmentasi sasaran
Segmentasi sasaran adalah suatu kegiatan memilih kelompok sasaran yang tepat dan dianggap sangat menentukan keberhasilan promosi kesehatan. Tujuannya antara lain memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, memberikan kepuasan pada masing-masing segmen, menentukan ketersediaan jumlah dan jangkauan produk, serta menghitung jenis dan penempatan media.
3. Memposisikan pesan (positioning)
Memposisikan pesan adalah proses atau upaya menempatkan suatu prosuk perusahaan, individu atau apa saja ke dalam alam pikiran sasaran atau konsumennya. Positioning membentuk citra.
4. Menentukan strategi positioning
Identifikasi para pesaing, termasuk persepsi konsumen, menentukan posisi pesaing, menganalisis preferensi khalayak sasaran, menetukan posisi merek produk sendiri, serta mengikuti perkembangan posisi.
5. Memilih media promosi kesehatan
Pemilihan media didasarkan pada selera khalayak sasaran. Media yang dipilih harus memberikan dampak yang luas. Setiap media akan memberikan peranan yang berbeda.
6
Penggunaan beberapa media secara seremoak dan terpadu akan meningkatkan cakupan, frekuensi, dan efektivitas pesan.
c. Penggolongan Media Kesehatan
Media dapat digolongkan menjadi dua, berdasarkan bentuk umum penggunaan dan berdasarkan cara produksi.
1. Berdasarkan bentuk umum penggunaan. Bahan bacaan : modul, buku rujukan/bacaan, leaflet majalah, buletin, tabloid, dan
lain-lain. Bahan peragaan : poster tunggal, poster seri, flip chart, transparansi, slide, film, dan
lain-lain.
2. Berdasarkan cara produksi
a. Media cetak.
Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Pada umumnya terdiri atas gambaran sejumlah kata, gambar, atau foto dalam tata warna. Contohnya poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, stiker, dan pamflet. Fungsi utamanya adalah memberi informasi dan menghibur. Kelebihan yang dimiliki media cetak antara lain tahan lama, mencakup banyak orang, biaya tidak terlalu tinggi, tidak perlu energi listrik, dapat dibawa, mempermudah pemahaman, dan meningkatkan gairah belajar. Kelemahannya tidak dapat menstimulasi efek suara dan efek gerak serta mudah terlipat.
b. Media elektronik.
Media elektronik aitu suatu media bergerak, dinamis, dapat dilihat, didengar, dan dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika. Contohnya televisi, radio, film, kaset, CD, VCD, DVD, slide show, CD interaktif, dan lain-lain. Kelebihan media elektronik antara lain sudah dikenal masyarakat, melibatkan semua pancaindra, lebih mudah dipahami, lebih menarik karena ada suara dan gambar, adanya tatap muka, penyajian dapat dikendalikan, janagkauan relatif lebih besar/luas, serta dapat diulang-ulang jika digunakan sebagai alat diskusi. Kelemahannya yaitu biaya lebih tinggi, sedikit rumit, memerlukan energi listrik, diperlukan alat canggih dalam proses produksi, perlu persiapan matang, peralatan yang selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan, dan perlu keterampilan dalam pengoprasian.
c. Media luar ruang
Media luar ruang yaitu suatu media yang penyampaian pesannya di luar ruang secara umum melalui media cetak dan elektronik secara statis. Contohnya papan reklame, spanduk, pameran, banner, TV layar lebar, dan lain-lain. Kelebihan media luar ruang diantaranya sebagai informasi umum dan hiburan, melibatkan semua pancaindra, lebih menarik karena ada suara dan gambar, adanya tatap muka, penyajian dapat dikendalikan, jangkauan relatif lebih luas. Kelemahannya yaitu biaya lebih tinggi, sedikit rumit, ada yang memerlukan listrik atau alat canggih, perlu kesiapan yang matang, peralatan yang selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan.
7
d. Jenis/Macam Media
Alat-alat peraga dapat dibagi dalam empat kelompok besar :
1. Benda asli.
Benda asli adalah benda yang sesungguhnya, baik hidup maupun mati. Jenis ini merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah dan cepat dikenal serta mempunyai bentuk atau ukuran yang tepat. Kelemahan alat peraga ini tidak selalu mudah dibawa kemana-mana sebagai alat bantu mengajar. Termasuk dalam alat peraga, antara lain benda sesungguhnya (tinja dikebun, lalat di atas tinja, dan lain-lain), spesimen (benda yang telah diawetkan seperti cacing dalam botol pengawet, dan lain-lain), sampel (contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti oralit, dan lain-lain).
2. Benda tiruan
Benda tiruan memiliki ukuran yang berbeda dengan benda sesungguhnya. Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan karena benda asli mungkin digunakan (misal, ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu berat, dan lain-lain). Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen, plastik, dan lain-lain.
3. Gambar atau media grafis
Grafis secara umum diartikan sebagai gambar. Media grafis adalah penyajian visual (menekankan persepsi indra penglihatan) dengan penyajian dua dimensi. Media grafis tidak termasuk media elektronik. Termasuk dalam media grafis antara lain, poster, leaflet, reklame, billboard, spanduk, gambar karikatur, lukisan, dan lain-lain.
e. Pesan Dalam Media
Pesan adalah terjemahan dari tujuan komunikasi ke dalam ungkapan atau kata yang sesuai untuk sasaran. Pesan dalam suatu media harus efektif dan kreatif. Oleh karena itu, pesan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut :
1. Memfokuskan perhatian pada pesan (command attention)
Ide atau pesan pokok yang merefleksikan strategi desain suatu pesan dikembangkan. Bila terlalu banyak ide, hal tersebut akan membingungkan sasaran dan mereka akan mudah melupakan pesan tersebut.
2. Mengklarifikasi pesan (clarify the message)
Pesan haruslah mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang efektif harus memberikan informasi yang relevan dan baru bagi sasaran. Kalau pesan dalam media diremehkan oleh sasaran, secara otomatis pesan tersebut gagal.
3. Menciptakan kepercayaan (Create trust)
8
Pesan harus dapat dipercaya, tidak bohong, dan terjangkau. Misalnya, masyarakat percaya cuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit diare dan untuk itu harus dibarengi bahwa harga sabun terjangkau atau mudah didapat di dekat tempat tinggalnya.
4. Mengkomunikasikan keuntungan (communicate a benefit)
Hasil pesan diharapkan akan memberikan keuntungan. Misalnya sasaran termotivasi membuat jamban karena mereka akan memperoleh keuntungan dimana anaknya tidak akan terkena penyakit diare.
5. Memastikan konsistensi (consistency)
Pesan harus konsisten, artinya bahwa makna pesan akan tetap sama walaupun disampaikan melalui media yang berbeda secara berulang; misal di poster, stiker, dan lain-lain.
6. Cater to heart and head
Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi yang efektif tidak hanya sekadar memberi alasan teknis semata, tetapi juga harus menyentuh nilai-nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan nyata.
7. Call to action
Pesan dalam suatu media harus dapat mendorong sasaran untuk bertindak sesuatu bisa dalam bentuk motivasi ke arah suatu tujuan. Contohnya, “Ayo, buang air besar di jamban agar anak tetap sehat”.
f. Imbauan Dalam Pesan
Dalam media promosi, pesan dimaksudkan untuk memengaruhi orang lain atau menghimbau sasaran agar mereka menerima dan melaksanakan gagasan kita.
1. Imbauan rasional
Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa manusia pada dasarnya makhluk rasional. Contoh pesan : “Datanglah ke posyandu untuk imunisasi anak Anda. Imunisasi melindungi anak dari penyakit berbahaya”. Para ibu mengerti isi pesan tersebut, namun kadang tidak bertindak karena keraguan.
2. Imbauan emosional
Kebanyakan perilaku manusia, terutama kaum ibu, lebih berdasar pada emosi daripada hasil pemikiran rasional. Beberapa hal menunjukan bahwa pesan dengan menggunakan imbauan emosional lebih berhasil dibanding dengan imbauan dengan bahasa rasional. Contoh : “Diare penyakit berbahaya, merupakan penyebab kematian bayi. Cegahlah dengan stop BAB sembarangan”. Kombinasikan hubungan gagasan dengan unsur visual dan nonverbal dalam poster, misalnya dengan gambar anak balita sakit, kemudian tertera pesan, “Lindungi anak Anda”.
9
3. Imbauan ketakutan
Hati-hati menggunakan imbauan dengan pesan yang menimbulkan ketakutan. Pesan ini akan efektif bila digunakan pada orang yang memiliki tingkat kecemasan tinggi. Namun, sebagian orang yang mempunyai kepribadian kuat justru tidak takut dengan imbauan semacam ini.
4. Imbauan ganjaran
Pesan dengan imbauan ganjaran dimaksudkan menjanjikan sesuatu yang diperlukan dan dinginkan oleh si penerima pesan. Teknik semacam ini cukup masuk akal karena pada kenyataannya orang akan lebih banyak mengubah perilakunya bila akan memperoleh imbalan (terutama materi) yang cukup.
5. Imbauan motivasional
Pesan ini dengan menggunakan bahasa imbauan motivasi yang menyebtuh sisi internal penerima pesan. Manusia dapat digerakan lewat dorongan kebutuhan biologis seperti lapar, haus, keselamatan, tetapi juga lewat dorongan psikologis seperti kasih sayang, keagamaan, prestasi, dan lain-lain.
g. Beberapa Media Grafis
Media grafis adalah penyajian visual dua dimensi yang dibuat berdasarkan unsur dan prinsip rancangan gambar dan sangat bermanfaat. Media grafis sangat efektif sebagai media penyampaian pesan.
a. Poster
Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan sedikit kata-kata. Poster merupakan pesan singkat dalam bentuk gambar dnegan tujuan memengaruhi seseorang agar tertarik atau bertindakan pada sesuatu. Makna kata-kata dalam poster harus jelas dan tepat serta dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih enam meter. Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain-lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau foto.
Poster terutama dibuat untuk memengaruhi orang banyak dan memberikan pesan singkat. Oleh karena itu, cara pembuatannya harus menarik, sederhana, dan hanya berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong untuk bertindak. Poster tidak dapat memberi pelajaran dengan sendirinya karena keterbatasan kata-kata. Poster lebih cocok digunakan sebagai tindak lanjut dari suatu pesan yang sudah disampaikan beberapa waktu yang lalu. Dengan demikian poster bertujuan untuk mengingatkan kembali dan mengarahkan pembaca ke arah tindakan tertentu sesuai dengan apa yang diinginkan oleh komunikator.
Berdasarkan isi pesan, poster dapat disebut sebagai thematic poster, tactical poster, dan practical poster. Thematic poster yaitu poster yang menerangkan apa dan mengapa, tactical poster menjawab kapan dan dimana; sedangkan practical poster menerangkan siapa, untuk siapa, apa, mengapa, dan dimana.
10
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan poster :1. Dibuat dalam tata letak yang menarik, misal besarnya huruf, gambar, dan warna yang
mencolok.2. Dapat dibaca (eye cather) orang yang lewat.
3. Kata-kata tidak lebih dari tujuh kata.
4. Mengunakan kata yang provokatif, sehingga menarik perhatian.
5. Dapat dibaca dibaca dari jarak enam meter.
6. Harus dapat menggugah emosi, misal dengan menggunakan faktor ini, bangga, dan lain-lain.
7. Ukuran yang besar: 50 x 70 cm, kecil : 35 x 50 cm.
Dimana tempat pemasangan poster :1. Poster biasanya dipasang ditempat-tempat umum dimana orang sering berkumpul,
seperti halte bus, dekat pasar, dekat toko/warung.2. Persimpangan jalan desa, kantor kelurahan, balai desa, posyandu, dan lain-lain.
Kegunaan poster :1. Memberikan peringatan, misalnya tentang selalu mencuci tangan dnegan sabun
setelah buang air besar dan sebelum makan.2. Memebrikan informasi, misalnya tentang pengolahan air dirumah tangga.
3. Memberikan anjuran, misalnya pentingnya mencuci makanan mentah dan buah-buahan dengan air bersih sebelum makan.
4. Mengingatkan kembali, misalnya cara mencuci tangan yang benar.
5. Memberikan informasi tentang dampak, misalnya informasi tentang dampak buang air besar (BAB) dijamban.
Keuntungan poster :
1. Mudan dibuat.
2. Singkat waktu dalam pembuatannya.
3. Murah.
4. Dapat menjangkau orang banyak.
5. Mudah menggugah orang banyak untuk berpartisipasi.
6. Bisa dibawa kemana-mana.
7. Banyak variasi.
Cara pembuatan poster :
11
1. Pilih subjek yang kan dijadikan topik, misal kesehatan lingkungan, sanitasi, PHBS, dan lain-lain.
2. Pilih satu pesan kesehatan yang terkait, misal keluarga yang menggunakan jamban untuk BAB.
3. Gambarkan pesan tersebut dalam gambar.
4. Pesan dibuat menyolok, singkat, cukup besar, dan dapat dilihat pada jarak enam meter, misalnya “Stop buang air besar sembarangan !”.
5. Buat dalam warna yang kontras sehingga jelas terbaca, misal kombinasi warna merah yang tidak bertabrakan yaitu biru tua-merah, hitam-kuning, merak kuning, biru tua-biru muda.
6. Hindarkan tambahan-tambahan yang tidak perlu ditulis.
7. Gambar dapat sederhana.
8. Perhatikan jarak huruf, bentuk dan ukuran.
9. Tes/uji poster pada teman, apakah poster sudah bisa memcapai maksudnya atau tidak.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain poster
Poster secara umum terdiri atas beberapa bagian, yaitu :1. Judul (head line)2. Subjudul (sub head line)
3. Body copy/copy writing, dan
4. Logo dan indentitas.
Judul harus dapat dibaca jeas dari jarak enam meter, mudah dimengerti, mudah diingat. Subjudul harus menjelaskan, melengkapi, dan menerangkan judul secara singkat. Poster juga memerlukan adanya ilustrasi. Ilustrasi ini harus atraktif berhubungan erat dengan judul dan terpadu dengan penampilan secara keseluruhan. Warna merupakan salah satu unsur grafis. Pengertian warna bisa meliputi warna simbolik atau rasa kejiwaan. Warna dapat dibagi menjadi tiga kelompok menurut jenisnya, yaitu warna primer (merah, kuning, biru), warna sekunder (hijau, kuning, lembayung), dan warna tersier (cokelat kemerahan, cokelat kekuningan, cokelat kebiruan). Warna sebagai simbol mempunyai arti tersendiri. Misalnya, merah berarti berani, putih berarti suci, kuning berarti kebesaran, hitam berarti abadi, hijau berarti harapan, dan merah muda berarti cemburu. Mengenal rasa warna dapat diartikan sebagai berikut merah adalah warna panas, biru adalah warna dingin, dan hijau adalah warna sejuk
a. Leaflet
Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat singkat, padat, mudah dimengerti, dan gambar-gambar yang sederhana. Leaflet atau sering juga disebut pamflet merupakan selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu masalah khusus untuk sasaran dan tujuan tertentu. Ukuran leaflet biasanya 20 x 30 cm yang berisi tulisan 200 – 400 kata. Ada beberapa leaflet yang disajikan secara berlipat.
12
Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah, misalnya deskripsi pengolahan air ditingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare serta pencegahannya, dan lain-lain. Isis harus bisa ditangkap dnegan sekali baca. Leaflet dpat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan-pertemuan dilakukan seperti pertemuan Focus Group Discussion (FGD), pertemuan posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain.
1. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat leaflet :2. Tentukan kelompok sasaran yang ingin dicapai.
3. Tuliskan apa tujuannya.
4. Tentukan isi singkat hal-hal yang mau ditulis dalam leaflet.
5. Kumpulan tentang subje yang kaan disampaikan.
6. Buat garis-garis besar cara penyajian pesan, termasuk didalamnya bagaimana bentuk tulisan gambar serta tata letaknya.
7. Buatkan konsepnya. Konsep dites terlebih dahulu pada kelompok sasaran yang hampir sama dengan kelompok sasaran, perbaiki konsep, dan buat ilistrasi yang sesuai dengan isi.
Kegunaan leaflet : Mengingat kembali tentang hal-hal yang telah diajarkan atau dikomunikasikan. Diberika sewaktu kampanye untuk memperkuat ide yang telah disampaikan.
Untuk memperkenalkan ide-ide baru kepa orang banyak.
Keuntungan leaflet :1. Dapat disimpan lama2. Sebagai referensi
3. Jangkauan dapat jauh
4. Membantu media lain
5. Isi dapat dicetak kembali dan dapat sebagai bahan diskusi
b. Papan Pengumuman
Papan pengumuman biasanya dibuat dari papan dengan ukuran 90 x 120 cm, biasa dipasang di dinding atau ditempat tertentu seperti balai desa, posyandu, masjid, puskesmas, sekolah, dan lain-lain. Pada papan tersebut gambar-gambar atau tulisan-tulisan dari suatu topik tertentu.
Bahan yang diperlukan : Tripleks ukuran 90 x 120 cm Kertas berwarna
Gunting
Paku payung
Huruf-huruf atau tulisan
13
Koleksi gambar-gambar dalam segala ukuran
Cara membuat papan pengumuman : Ambil kayu tripleks (plywood). Warnai bila diperlukan.
Beri bingkai pada sekeliling papan.
Paku di dinding gedung atau di tempat yang memungkinkan.
Letakkan pada tempat atau lokasi yang mudah dilihat.
Tuliskan judul yang menarik.
Cara menggunakan papan pengumuman : Tentukan jangka waktu pemasangan sehingga tidak membosankan, misal 1-2 minggu. Gunakan pada peristiwa-peristiwa tertentu saja, misal pada waktu pertemuan besar
atau hari libur.
Cari sumber untuk melengkapi tampilan, misal dari perpustakaan, kantor humas, dan lain-lain.
Keuntungan papan pengumuman : Dapat dikerjakan dengan mudah. Merangsang perhatian orang.
Menghemat waktu dan membiarkan pembaca untuk belajar masalah yang ada.
Merangsang partisipasi.
Sebagai review atau pengingat terhadap bahan yang pernah diajarkan.
c. Gambar Optik
Gambar optik mencakup foto, slide, film, dan lain-lain.
a. Foto
Foto sebagai bahan untuk alat peraga digunakan dalam bentuk album ataupun dokumentasi lepasan. Album merupakan foto-foto yang isinya berurutan, menggambarkan suatu cerita, kegiatan, dan lain-lain. Album ini bisa dibawa dan ditunjukkan kepada masyarakat sesuai dengan topik yang sedang didiskusikan. Misalnya album foto yang berisi kegiatan-kegiatan suatu desa untuk mengubah kebiasaan buang air besarnya menjadi di jamban. Dokumentasi lepasan yaitu foto-foto yang berdiri sendiri dan tidak disimpan dalam bentuk album. Menggambarkan satu pokok persoalan atau titik perhatian. Foto ini digunakan biasanya untuk bahan brosur, leaflet, dan lain-lain.
b. Slide
Slide pada umumnya digunakan untuk sasaran kelompok. Penggunaan slidecukup efektif karena gambar atau setiap materi dapat dilihat berkali-kali dan dibahas lebih mendalam. Slide
14
sangat menarik, terutama bagi kelompok anak sekolah dibanding dengan gambar, leaflet, dan lain-lain.
c. Film
Film merupakan media yang bersifat menghibur, disamping dapat menyisipkan pesan-pesan yang bersifat edukatif. Sasaran media ini adalah kelompok besar dan kolosal.
FAEDAH PROMOSI KESEHATAN Faedah Alat Bantu Promosi (Pendidikan) Secara terperinci, faedah alat peraga antara lain adalah sebagai berikut.
Menimbulakan minat sasaran pendidikan
Mencapai sasaran yang lebih banyak
Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman
Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain
Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para pendidik/pelaku pendidikan
Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan. Seperti diuraikan diatas bahwa pengetahuan yang ada pada seseorang diterima melalui indra. Menurut penelitian para ahli, indra yang paling banyak menyalurkan pengetahuanke dalam otak adalah mata. Kurang lebih 75% sampai 87% dari pengetahuan manusia diperoleh/disalurkan melalui mata. Sedangkan 13% samapi 25% lainnyatersalur melalui indra lain. Dari sini dapat disimpulkan bahwa alat-alat visual lebih mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi atau bahan pendidikan.
Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami, dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik. Orng yang melihat sesuatu yang memang diperlukan tentu akan menarik perhatiaanya, dan apa yang dilihat dengan penuh perhatian akan memberikan pengertian baru baginya, yang merupakan pendorong untuk melakukan/memakai sesuatu yang baru tersebut.
Membantu menegakan pengertian yang diperoleh. Didalam menerima sesuatu yang baru, manusia mempunyai kecenderungan untuk melupakan atau lupa terhadap pengertian yang telah diterima. Untuk mengatasi hal ini alat bantu akan membantu menegakan pengetahuan-pengetahuan yang telah diterima sehingga apa yang diterima akan lebih lama tersimpan didalam ingatan.
PROMOSI KESEHATAN DALAM KEPERAWATAN
Pemateri : H.Roestam Adjie Rochmat, SKP.M.Kes.
PROMOSI KESEHATANAdalah upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari,
15
oleh, untuk dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong diri sendiri serta mengembangkan kegiatan bersumber daya masyarakat.
PERAN PROMOSI KESEHATAN
1. Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan salah satu pilar bagi “Indonesia Sehat 2010”.
2. Promosi kesehatan adalah penopang utama bagi setiap pogram kesehatan.
3. Satu fungsi Puskesmas adalah sebagai pusat pemberdayaan masyarakat
STRATEGI PROMOSI KESEHATAN
A. GERAKAN PEMBERDAYAAN
B. BINA SUASANA
C. ADVOKASI Yang diperkuat oleh KEMITRAAN serta METODE DAN SARANA yang tepat GERAKAN PEMBERDAYAAN
PEMBERDAYAAN :adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti per-kembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).
SASARAN UTAMA PEMBERDAYAAN :
1. Individu2. Keluarga
3. Kelompok masyarakat
BINA SUASANA
BINA SUASANA :adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap perilaku tersebut. TIGA PENDEKATAN :
• Pendekatan Individu, • Pendekatan Kelompok, dan • Pendekatan Masyarakat Umum.
Bina Suasana Individu
16
• Bina Suasana Individu ditujukan kepada individu-individu tokoh masyarakat. • Dengan pendekatan ini diharapkan :– dapat menyebarluaskan opini yang positif terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan. – dapat menjadi individu-individu panutan dalam hal perilaku yang sedang diperkenalkan. Yaitu dengan bersedia atau mau mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut (misalnya seorang pemuka agama yang rajin melaksanakan 3 M yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur– demi mencegah munculnya wabah demam berdarah).– dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang kondusif bagi perubahan perilaku individu.
Bina Suasana Kelompok• Bina Suasana Kelompok ditujukan kepada kelompok-kelompok dalam masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun Warga (RW), Majelis Pengajian, Perkumpulan Seni, Organisasi Profesi, Orga-nisasi Wanita, Organisasi Siswa/Mahasiswa, Organisasi Pemuda, dan lain-lain. Pendekatan ini dapat dilakukan oleh dan atau bersama-sama dengan pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli.• Dengan pendekatan ini diharapkan kelompok-kelompok tersebut menjadi peduli terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan dan me-nyetujui atau mendukungnya.• Bentuk dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut bersedia juga mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan, mengadvokasi pihak-pihak yang terkait, dan atau melakukan kontrol sosial terhadap individu-individu anggotanya.
Bina Suasana Masyarakat Umum• Bina Suasana Masyarakat Umum dilakukan terhadap masyarakat umum dengan membina dan memanfaatkan media-media komunikasi, seperti radio, televisi, koran, majalah, situs internet, dan lain-lain, sehingga dapat tercipta pendapat umum yang positif tentang perilaku tersebut.Dengan pendekatan ini diharapkan :• media-media massa tersebut menjadi peduli dan mendukung perilaku yang sedang diperkenalkan. • Media-media massa tersebut lalu bersedia menjadi mitra dalam rangka menyebar-luaskan informasi tentang perilaku yang sedang diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum (opini publik) yang positif tentang perilaku tersebut. • Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan dirasakan pula sebagai pendukung atau “penekan” (social pressure) oleh individu-individu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan.
ADVOKASI• Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders).• Advokasi diarahkan untuk menghasilkan dukungan yang berupa kebijakan (misalnya dalam bentuk peraturan perundang-undangan), dana, sarana, dan lain-lain sejenis.Stakeholders yang dimaksud bisa berupa :• tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah.• tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh adat, dan lain-lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu “kebijakan” (tidak tertulis) di bidangnya.• Yang juga tidak boleh dilupakan adalah tokoh-tokoh dunia usaha, yang diharapkan dapat berperan sebagai penyandang dana non-pemerintah.• Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi
17
jarang diperoleh dalam waktu singkat.• Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan, yaitu (1) mengetahui atau menyadari adanya masalah, (2) tertarik untuk ikut mengatasi masalah, (3) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, (4) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, dan (5) memutuskan tindak lanjut kesepakatan. Dengan demikian, maka advo-kasi harus dilakukan secara terencana, cermat, dan tepat.• Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang, yaitu:• Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi• Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah• Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah• Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based• Dikemas secara menarik dan jelas• Sesuai dengan waktu yang tersedia
KEMITRAAN• Kemitraan harus digalang baik dalam rangka Pemberdayaan maupun Bina Suasana, dan Advokasi.• Kemitraan perlu digalang dengan individu-individu, keluarga, pejabat-pejabat atau instansi-instansi pemerintah yang terkait dengan urusan kesehatan (lintas sektor), pemuka atau tokoh masya-rakat, media massa, dan lain-lain.
KESETARAANKesetaraan berarti :• Tidak diciptakan hubungan yang bersifat hirarkhis.• Semua harus diawali dengan kesediaan menerima bahwa masing-masing berada dalam kedudukan yang sama (berdiri sama tinggi, duduk sama rendah).• Keadaan ini dapat dicapai apabila semua pihak bersedia mengembangkan hubungan kekeluargaan. Yaitu hubungan yang dilandasi kebersamaan atau kepentingan bersama. Adapun bila kemudian dibentuk struktur yang hirarkhis (dalam organisasi kelompok kemitraan, misalnya), adalah karena kesepakatan.
KETERBUKAAN• Di dalam setiap langkah diperlukan adanya kejujuran dari masing-masing pihak.• Setiap usul/ saran/komentar harus disertai dengan alasan yang jujur, sesuai fakta, tidak menutup-tutupi sesuatu.• Pada awalnya hal ini mungkin akan menimbulkan diskusi yang seru layaknya “pertengkaran”. Akan tetapi kesadaran akan kekeluargaan dan kebersamaan, akan mendorong timbulnya solusi yang adil dari “pertengkaran” tersebut.
SALING MENGUNTUNGKAN• Solusi yang adil ini terutama dikaitkan dengan adanya keuntungan yang didapat oleh semua pihak yang terlibat.• Perilaku sehat dan kegiatan-kegiatan kesehatan dengan demikian harus dapat dirumuskan keuntungan-keuntungannya (baik langsung maupun tidak langsung) bagi semua pihak yang terkait. Termasuk keuntungan ekonomis, bila mungkin.
METODE & SARANA • Terdapat dua hal yang menentukan keberhasilan komunikasi, yaitu:
18
(1) metode komunikasi, dan (2) sarana atau media pendukung komunikasi.
Metode komunikasi• Pemberdayaan dapat dilakukan dengan pilihan metode: ceramah & tanya jawab, dialog, demonstrasi, konseling, bimbingan, kerja kelompok, dan lain-lain.• Bina Suasana dapat dilakukan dengan metode-metode: penggunaan media massa, dialog, debat, seminar, kampanye, petisi/ resolusi, mobilisasi, dan lain-lain. • Advokasi dapat dilakukan dengan pilihan metode: seminar, lobi, dialog, negosiasi, debat, petisi/resolusi, mobilisasi, dan lain-lain.• Masing-masing metode memiliki keunggulan dan kelemahan, sehingga penggunaan gabungan beberapa metode sering dilakukan untuk memaksimalkan hasil.
Sarana komunikasi• Jika penerima informasinya berupa individu tertentu, dapat digunakan media seperti lembar-balik (flashcards), gambar-gambar/foto-foto dan skema yang berupa lembaran-lembaran.• Jika penerima informasinya berupa kelompok tertentu, dapat digunakan lembar-balik ukuran lebih besar, pertunjukan slides (melalui overhead projector, slide projector, komputer & LCD projector, atau lainnya), dan pertunjukan filem (melalui film projector, VCD player, komputer & LCD projector, atau lainnya).• Jika penerima informasinya berupa masyarakat umum atau individu-individu dan kelompok-kelompok di mana pun berada (tidak tertentu), dapat digunakan poster, leaflet, flyer, majalah, koran, buku, siaran radio, dan tayangan televisi.
PROMOSI KESEHATAN OLEH PUSKESMAS
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pemba-ngunan kesehatan nasional. Yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, dalam rangka mencapai Visi „Indonesia Sehat“.• Untuk mencapai tujuan tersebut, Puskesmas harus menyelenggarakan tiga fungsi, yaitu sebagai : (1) pusat peng-gerak pembangunan berwawasan kesehatan, (2) pusat pemberdayaan masyarakat, dan (3) pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat Pemberdayaan Individu• Pemberdayaan individu dilakukan oleh setiap petugas Puskesmas terhadap individu-individu yang datang memanfaatkan pelayanan Puskesmas. Selain itu juga terhadap individu-individu yang menjadi sasaran kunjungan (misalnya dalam upaya keperawatan kesehatan masyarakat atau usaha kesehatan sekolah).Pemberdayaan Keluarga• Pemberdayaan keluarga dilakukan oleh petugas Puskesmas yang melaksanakan kunjungan rumah terhadap keluarga. Yaitu keluarga dari individu pengunjung Pus-kesmas, atau keluarga-keluarga lain yang berada di wilayah kerja Puskesmas.Pemberdayaan Masyarakat Umum• Pemberdayaan juga dapat dilakukan terhadap sekelompok individu anggota
19
masyarakat, melalui upaya penggerakan atau pengorganisasian masyarakat (community organization/community development).
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Adalah :• Upaya meningkatkan kemauan, kesadaran dan kemampuan sehingga perorangan, keluarga dan masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatannya• Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat merupakan faktor penting yang dapat memacu percepatan keberhasilan tujuan pembangunan.
TUJUAN PHBSTujuan umumMeningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.
Tujuan khusus
1. Meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup bersih dan sehat bagi individu, keluarga dan masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan ibu dan anak, gizi, imunisasi, kesehatan lingkungan dan hal-hal yang berkaitan dengan perilaku dan gaya hidup serta dana sehat/JPKM
2. Meningkatkan peran serta masyarakat termasuk dunia usaha dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal khususnya KIA, gizi, imunisasi, kesling dan hal-hal berkaitan dengan perilaku dan gaya hidup
3. Meningkatkan peran media massa dalam pembangunan kesehatan dalam menyebar luaskan informasi kesehatan
4. Meningkatkan peran organisasi kemasyarakatan dan lembaga swadaya masyarakat dalam pembangunan kesehatan khususnya dalam upaya penyuluhan kesehatan.
5. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pennyelenggaraan dan pengembangan JPKM
Sasaran PHBS
1. Rumah Tangga : ibu, semua anggota keluarga mulai dari bayi, anak balita, remaja, orang dewasa dan lansia termasuk kepala keluarga.2. Institusi pendidikan :• Sekolah dasar (negeri/swata), madrasah Ibtidai’yah• SLTP (negeri/swasta), Madrasah Tsanawiyah• SLTA 9negeri/swasta), Madrasah Aliyah• PT• Lembaga pendidikan non formal lain3. Institusi kesehatan• Polindes, Pustu, Puskesmas• BKIA, BP swasta• Rumah bersalin• RSU dan RS swasta• Tampat-tempay praktek swasta
20
• Laboratorium medis dan kesehatan4. Tempat-tempat kerja• Kantor-kantor pemerintah• kantor-kantor swasta• pabrik• tempat-tempat home industri5. Tempat-tempat umum• Tempat ibadah• tempat hiburan• tampat wisata• pasar, terminal dll6. Warung-warung makanan/minuman• restoran, warung dll7. Pondok pesantren
INDIKATOR RUMAH TANGGA SEHAT :
1. Ibu hamil periksa ANC2. pertolongan persalinan oleh nakes
3. PUS ikut KB
4. bayi diberi ASI eksklusif
5. menjadi peserta dana sehat/JPKM
6. tidak merokok
7. makan sayur dan buah setiap hari
8. tersedia air bersih
9. tersedia jamban
10. melakukan aktifitas fisik setiap hari
11. kesesuaian luas rumah dengan jumlah penghuni
12. lantai rumah bukan dari tanah
13. tahu tentang AIDS
14. anggota keluarga kuku pendek
15. ganti baju sesuai aktifitas
16. membuang sampah di tempatnya
Pesan-pesan PHBS :
1. Periksakan kehamilan kepada petugas kesehatan minimal 4 x selama kehamilan dan minumlah tablet tambah darah sebutir sehari.
2. Gunakan jamban/wc untuk keperluan buang air besar
21
3. Minumlah air bersih yang sudah dimasak sampai mendidih
4. Bersihkan bak mandi seminggu sekali
5. Setiap hari mengkonsumsi makanan bergizi seimbang
6. Cucilah tangan sebelum menyentuh makanan
7. Hindari kebiasaan merokok
8. Hindari hubungan seksual diluar nikah
9. Ikutlah menjadi peserta nada sehat/JPKM
PENERAPAN PROMOSI KESEHATAN OLEH PUSKESMAS
Pemateri : H.Roestam Adjie Rochmat.SKP.M.Kes
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pemba-ngunan kesehatan nasional. Yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, dalam rangka mencapai Visi „Indonesia Sehat“.• Untuk mencapai tujuan tersebut, Puskesmas harus menyelenggarakan tiga fungsi, yaitu sebagai : (1) pusat peng-gerak pembangunan berwawasan kesehatan, (2) pusat pemberdayaan masyarakat, dan (3) pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat Pemberdayaan Individu• Pemberdayaan individu dilakukan oleh setiap petugas Puskesmas terhadap individu-individu yang datang memanfaatkan pelayanan Puskesmas. Selain itu juga terhadap individu-individu yang menjadi sasaran kunjungan (misalnya dalam upaya keperawatan kesehatan masyarakat atau usaha kesehatan sekolah).Pemberdayaan Keluarga• Pemberdayaan keluarga dilakukan oleh petugas Puskesmas yang melaksanakan kunjungan rumah terhadap keluarga. Yaitu keluarga dari individu pengunjung Pus-kesmas, atau keluarga-keluarga lain yang berada di wilayah kerja Puskesmas.Pemberdayaan Masyarakat Umum• Pemberdayaan juga dapat dilakukan terhadap sekelompok individu anggota masyarakat, melalui upaya penggerakan atau pengorganisasian masyarakat (community organization/community development).
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Adalah :• Upaya meningkatkan kemauan, kesadaran dan kemampuan sehingga perorangan, keluarga dan masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatannya• Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat merupakan faktor penting yang dapat memacu percepatan keberhasilan tujuan pembangunan.
22
TUJUAN PHBSTujuan umumMeningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.
Tujuan khusus
3. Meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup bersih dan sehat bagi individu, keluarga dan masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan ibu dan anak, gizi, imunisasi, kesehatan lingkungan dan hal-hal yang berkaitan dengan perilaku dan gaya hidup serta dana sehat/JPKM
4. Meningkatkan peran serta masyarakat termasuk dunia usaha dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal khususnya KIA, gizi, imunisasi, kesling dan hal-hal berkaitan dengan perilaku dan gaya hidup
3. Meningkatkan peran media massa dalam pembangunan kesehatan dalam menyebar luaskan informasi kesehatan
4. Meningkatkan peran organisasi kemasyarakatan dan lembaga swadaya masyarakat dalam pembangunan kesehatan khususnya dalam upaya penyuluhan kesehatan.
5. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pennyelenggaraan dan pengembangan JPKM
Sasaran PHBS
1. Rumah Tangga : ibu, semua anggota keluarga mulai dari bayi, anak balita, remaja, orang dewasa dan lansia termasuk kepala keluarga.2. Institusi pendidikan :• Sekolah dasar (negeri/swata), madrasah Ibtidai’yah• SLTP (negeri/swasta), Madrasah Tsanawiyah• SLTA 9negeri/swasta), Madrasah Aliyah• PT• Lembaga pendidikan non formal lain3. Institusi kesehatan• Polindes, Pustu, Puskesmas• BKIA, BP swasta• Rumah bersalin• RSU dan RS swasta• Tampat-tempay praktek swasta• Laboratorium medis dan kesehatan4. Tempat-tempat kerja• Kantor-kantor pemerintah• kantor-kantor swasta• pabrik• tempat-tempat home industri5. Tempat-tempat umum• Tempat ibadah• tempat hiburan• tampat wisata
23
• pasar, terminal dll6. Warung-warung makanan/minuman• restoran, warung dll7. Pondok pesantren
INDIKATOR RUMAH TANGGA SEHAT :
17. Ibu hamil periksa ANC18. pertolongan persalinan oleh nakes
19. PUS ikut KB
20. bayi diberi ASI eksklusif
21. menjadi peserta dana sehat/JPKM
22. tidak merokok
23. makan sayur dan buah setiap hari
24. tersedia air bersih
25. tersedia jamban
26. melakukan aktifitas fisik setiap hari
27. kesesuaian luas rumah dengan jumlah penghuni
28. lantai rumah bukan dari tanah
29. tahu tentang AIDS
30. anggota keluarga kuku pendek
31. ganti baju sesuai aktifitas
32. membuang sampah di tempatnya
Pesan-pesan PHBS :
10. Periksakan kehamilan kepada petugas kesehatan minimal 4 x selama kehamilan dan minumlah tablet tambah darah sebutir sehari.
11. Gunakan jamban/wc untuk keperluan buang air besar
12. Minumlah air bersih yang sudah dimasak sampai mendidih
13. Bersihkan bak mandi seminggu sekali
14. Setiap hari mengkonsumsi makanan bergizi seimbang
15. Cucilah tangan sebelum menyentuh makanan
16. Hindari kebiasaan merokok
17. Hindari hubungan seksual diluar nikah
24
18. Ikutlah menjadi peserta nada sehat/JPKM
PENERAPAN PROMOSI KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
Pemateri : H.Roestam Adjie Rochmat,SKP.M.Kes
A. Prinsip Dasar Promosi kesehatan bukan hanya diperlukan dalam pelayanan preventif dan promotif saja, melainkan juga diperlukan pada pelayanan kuratif dan rehabilitatif atau pelayanan rumah sakit. Dalam mengembangkan promosi kesehatan rumah sakit, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan yaitu:
Promosi kesehatan di rumah sakit dikhususkan untuk individu-individu yang sedang memerlukan pengobatan dan perawatan di rumah sakit.
Promosi kesehatan di rumah sakit pada prinsipnya adalah pengembangan pengertian atau pemahaman pasien dan keluarganya terhadap masalah kesehatan atau penyakit yang dideritanya.
Promosi kesehatan di rumah sakit juga mempunyai prinsip pemberdayaan pasien dan keluarganya dalam kesehatan.
Promosi kesehatan di rumah sakit pada prinsipnya adalah penerapan "proses belajar" kesehatan di rumah sakit.
B. Tujuan Promosi Kesahatan Di Rumah Sakit Sasaran promosi kesehatan di rumah sakit bukan hanya orang sakit atau pasien dan keluarga pasien saja, tetapi juga rumah sakit. Oleh sebab itu, promosi kesehatan di rumah sakit mempunyai bermacam-macam tujuan sesuai dengan sasaran yaitu tujuan bagi pasien, keluarga pasien, dan tujuan bagi rumah sakit.
1. Bagi Pasien, mengembangkan perilaku kehatan (healthy behavior), mengembangkan perilaku
2. pemanfaatan fasilitas kesehatan (healthy seeking behavior).
3. Bagi Keluarga, membantu mempercepat proses penyembuhan pasien, keliarga tidak terserang atau tertular penyakit, membantu agar tidak menularkan penyakit ke orang lain.
4. Bagi Rumah sakit, meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, meningkatkan citra rumah sakit, meningkatkan angka hunian rumah sakit Board Occupancy Rate (BOR).
25
C. Sasaran Promosi Kesehatan Di Rumah Sakit Sasaran promosi kesehatan rumah sakit adalah masyarakat rumah sakit, yang dikelompokkan menjadi kelompok orang yang sakit (pasien), kelompok orang yang sehat (keluarga pasien dan pengunjung rumah sakit), dan petugas rumah sakit.
D. Tempat Dan Kesempatan Promosi Kesehatan Di Rumah Sakit Tempat-tempat atau bagian-bagian pelayanan rumah sakit yang potensial dilakukan promosi kesehatan yaitu:
Di ruang tunggu Di kamar periksa
Di ruang perawatan
E. Materi Promosi Kesehatan Di Rumah Sakit Materi promosi kesehatan di rumah sakit adalah mencakup pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan yang disampaikan kepada pasien atau keluarga pasien. Materi promosi kesehatan di rumah sakit dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu:
1. Pesan kesehatan yang terkait dengan pemeliharaan dan pengingkatan kesehatan.2. Pesan-pesan kesehatan yang terkait dengan pencegahan serangan penyakit.
3. Pesan-pesan kesehatan yang terkait dengan proses penyembuhan dan pemulihan.
F. Bentuk Metode Promosi Kesehatan Di Rumah Sakit Untuk mengubah kesan tersebut bentuk atau pola promosi kesehatan dapat diklasifikasikan yaitu, pemberian contoh, penggunaan media, promosi atau penyuluhan langsung (Individual, kelompok, massa) dan penyuluhan secara langsung atau penyuluhan secara tidak langsung.
1. Konsep Perilaku
PEMBAHASAN
1. Konsep Perilaku
Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme
yang bersangkutan. Jadi perilaku manuasia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari
manusia itu sendiri. Oleh sebab itu perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat luas
mencakup berjalan, berbicara, berpakaian dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal
seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia.
26
Skinner ( 1933 ) mengemukakan bahwa perilaku merupakan hubungan antara
perangsang (stimulus) dan respon. Ia membedakan adanya dua stimulus :
1.1 Respondent response atau reflektife response ialah respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan tertentu. Perangsang semacam ini disebut elicting stimuli karena menimbulkan
respon yang relatif tetap misalnya makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya
yang kuat menyebabkan mata tertutup, menangis karena sedih, muka merah karena marah
dan lain sebagainya.
1.2 Operant response atau instrumental response ialah respon yang timbul dan
berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu . Perangsang semacam ini disebut
reinforcing stimuli atau reinforcer karena perangsang tersebut memperkuat respon yang telah
dilakukan oleh organisme. Oleh sebab itu perangsang ini mengikuti atau memperkuat
perilaku yang sudah dilakukan. Sebagai contoh apabila seorang anak belajar atau sudah
melakukan suatu perbuatan kemudian dia memperoleh hadiah maka dia akan lebih giat
belajar atau lebih baik lagi melakukan perbuatan tersebut. Dengan kata lain respon yang
diberikannya akan lebih intensif dan kuat.
Di dalam kehidupan sehari – hari respon yang pertama sangat terbatas keberadaanya
hal ini disebabkan hubungan yang pasti antara stimulus dan respon sehingga kemungkinan
untuk memodifikasinya sangat kecil, bahkan hampir tidak mungkin.
Sebaliknya respon yang kedua merupakan bagian besar daripada perilaku manusia dan
kemungkinan untuk memodifikasinya sangat besar.
2. Bentuk Perilaku
Secara operasional perilaku dapat diartikan sebagai respon organisme terhadap
rangsangan tertentu dari luar subyek. Respon ini berbentuk dua macam yaitu :
2.1 Bentuk pasif atau covert behaviour adalah respon internal yang terjadi di dalam diri
manusia dan tidak secara langsung bisa dilihat orang lain, misalnya berpikir, tanggapan, sikap
atau pengetahuan. Misalnya seorang ibu yang tahu bahwa membawa anak untuk diimunisasi
dapat mencegah penyakit tertentu akan tetapi dia tidak membawa anaknya ke puskesmas atau
posyandu.
27
2.2 Bentuk aktif atau overt behaviour , apabila perilaku ini jelas bisa dilihat. Misalnya
pada contoh di atas si ibu membawa anaknya ke posyandu atau puskesmas untuk diimunisasi.
3. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta
lingkungan. Secara lebih rinci perilaku kesehatan mencakup :
3.1 Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia merespon
baik secara pasif maupun aktif sehubungan dengan sakit dan penyakit. Perilaku ini dengan
sendirinya berhubungan dengan tingkat pencegahan penyakit
3.1.1 Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan misalnya
makan makanan bergizi, dan olahraga.
3.1.2 Perilaku pencegahan penyakit misalnya memakai kelambu untuk mencegah malaria,
pemberian imunisasi. Termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada orang
lain.
3.1.3 Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan misalnya usaha mengobati
penyakitnya sendiri, pengobatan difasilitas kesehatan atau pengobatan ke fasilitas kesehatan
tradisional.
3.1.4 Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan setelah sembuh dari penyakit
misalnya melakukan diet, melakukan anjuran dokter selama masa pemulihan.
3.2 Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan. Perilaku ini mencakup respon terhadap
fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat – obat.
3.3 Perilaku terhadap makanan. Perilaku ini mencakup pengetahuan, persepsi, sikap dan
praktek terhadap makanan serta unsur – unsur yang terkandung di dalamnya., pengelolaan
makanan dan lain sebagainya sehubungan dengan tubuh kita.
3.4 Perilaku terhadap lingkungan sehat adalah respon seseorang terhadap lingkungan
sebagai salah satu determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup
kesehatan lingkungan.itu sendiri.
4. Faktor Penentu ( Determinan ) Perilaku
28
Perilaku kesehatan seperti halnya perilaku pada umumnya melibatkan banyak faktor.
Menurut Lawrence Green ( 1980 ) kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua
hal pokok yaitu faktor perilaku dan di luar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri
dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :
4.1 Faktor pembawa ( predisposing factor ) didalamnya termasuk pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai – nilai dan lain sebagainya.
4.2 Faktor pendukung ( enabling factor ) yang terwujut dalam lingkungan fisik, sumber
daya, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana kesehatan.
4.3 Faktor pendorong ( reinforcing factor ) yang terwujut di dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan maupun petugas lain , teman, tokoh yang semuanya bisa menjadi
kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Dari faktor – faktor di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau
masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari
orang yang bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas kesehatan dan perilaku petugas
kesehatan juga mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Seseorang yang tidak
mau mengimunisasikan anaknya , dapat disebabkan karena dia memang belum tahu manfaat
imunisasi ( predisposing factor ), atau karena jarak posyandu dan puskesmas yang jauh dari
rumahnya ( enabling factor ) sebab lain bisa jadi karena tokoh masyarakat di wilayahnya
tidak mau mengimunisasikan anaknya ( reinforcing factor )
Model di atas dengan jelas menggambarkan bahwa terjadinya perilaku secara umum
tergantung faktor intern ( dari dalam individu ) dan faktor ekstern ( dari luar individu ) yang
saling memperkuat . Maka sudah selayaknya kalau kita ingin merubah perilaku kita harus
memperhatikan faktor – faktor tersebut di atas.
5. Upaya Perubahan Perilaku Kesehatan
Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan
perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan
atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya. Perubahan yang
dimaksud bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt behaviour.
Di dalam program – program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang
sesuai dengan norma – norma kesehatan diperlukan usaha – usaha yang konkrit dan positip.
29
Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku bias dikelompokkan menjadi tiga
bagian
5.1 Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan.
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau
melakukan perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan – peraturan / undang –
undang yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan perubahan yang cepat
akan tetapi biasanya tidak berlangsung lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan
kesadaran sendiri. Sebagai contoh adanya perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya
dengan membuat pagar rumah pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba / penilaian
selesai banyak pagar yang kurang terawat.
5.2 Pemberian informasi
Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan , cara
menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat.
Selanjutnya diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada
akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya.
Perubahan semacam ini akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan bersifat
lebih langgeng.
5.3 Diskusi partisipatif
Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian informasi
kesehatan bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa
masyarakat bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam
diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini memakan waktu yang lebih lama
dibanding cara kedua ataupun pertama akan tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar
perilaku akan lebih mantap dan mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih mantap.
Apapun cara yang dilakukan harus jelas bahwa perubahan perilaku akan terjadi ketika
ada partisipasi sukarela dari masyarakat, pemaksaan, propaganda politis yang mengancam
akan tidak banyak berguna untuk mewujutkan perubahan yang langgeng.
30
6. Program Kesehatan Terpadu Bagi Golongan Rawan dan Proses Terjadinya Perubahan
Perilaku.
Sejak tahun 1998 YIS bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Polewali Mandar
(dulu Polewali Mamasa disingkat Polmas). Cq. Dinas Kesehatan untuk melakukan program
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, seperti juga program kesehatan lainnya
diharapkan program bisa mensupport terjadinya perubahan perilaku dengan kegiatan –
kegiatan program yang berbasis dan dilaksanakan oleh masyarakat. Pelatihan – pelatihan
diharapkan membantu pembentukan predisposing factor dengan adanya peningkatan
pengetahuan maupun sikap masyarakat. Selain itu program juga memberikan dukungan
dengan adanya stimulan RF sanitasi yang dikelola oleh KSM ataupun dana pembuatan tepung
M3 yang dikelola oleh posyandu.
Dari uraian di atas nampak bahwa program sudah memberikan ruang bagi
predisposing factor dan enabling factor sebagai determinan terjadinya perubahan perilaku.
Meskipun pengetahuan mengenai penyakit dapat membantu perubahan perilaku, akan tetapi
perubahan perilaku mungkin kurang disukai oleh masyarakat karena terlalu sulit, butuh
waktu, biaya atau karena sebab lain. Pengalaman pendampingan Program Kesehatan Terpadu
di Polmas menunjukkan hal ini, seringkali beberapa anggota masyarakat sudah mengetahui
tentang akibat yang bisa ditimbulkan dari kebiasaan buang air besar sembarangan baik untuk
dirinya sendiri ataupun masyarakat lain akan tetapi pengetahuan itu belum cukup untuk
merubah perilaku buang air besar mereka.
Dalam kondisi seperti ini kegiatan RF sanitasi oleh KSM menjadi enabling factors
yang mendorong terjadinya proses perubahan perilaku, hal ini terlihat dengan mulainya
anggota masyarakat untuk membangun dan menggunakan jamban keluarga setelah sedikit
‘digelitik’ dengan kegiatan RF oleh kelompok yang pada dasarnya memang hanya sebagai
rangsangan / stimulan.
Pendekatan semacam ini cukup memberikan dampak lewat kesediaan beberapa
anggota untuk memulai proses ini meskipun di lingkungannya BAB ke jamban belum
menjadi way of life . Dari sisi ini diharapkan akan muncul perubahan – perubahan perilaku
lainnya untuk memutus mata rantai penularan penyakit yang bukan hanya tergantung dari
faktor jamban semata.
31
Untuk itulah satu tahun terakhir dikembangkan kegiatan Tim Kesehatan Masyarakat
yang memfokuskan kegiatannya untuk
melakukan pendidikan kesehatan di tingkat masyarakat dengan mendorong peran mereka di
dalam merencanakan, mengorganisir dan memfasilitasi proses diskusi kelompok /
penyuluhan bersama - sama dengan institusi posyandu, KSM ataupun institusi lainnya di
tingkat masyarakat.
Hal di atas bisa dilihat dari dua dimensi. Dimensi pertama bahwa kegiatan pendidikan
kesehatan yang dilakukan diharapkan bisa memberikan reinforcing stimuli kepada
masyarakat yang sudah dirangsang dengan kegiatan RF sanitasi sehingga respon mereka akan
semakin kuat. Hal ini menjadi sangat penting karena tidak selamanya respon yang diberikan
masyarakat untuk membangun jamban berdasarkan alasan kesehatan. Dimensi kedua
diharapkan dengan kegiatan pendidikan kesehatan akan bisa memunculkan perubahan –
perubahan perilaku kesehatan lainnya yang bisa memutus mata rantai penyebaran dan
terjadinya suatu penyakit.
Melihat perkembangan dan proses yang terjadi di dalam pelaksanaan program ada
beberapa hal yang seharusnya menjadi perhatian untuk lebih mendorong proses perubahan
perilaku kesehatan.
6.1 Terkait dengan determinan – determinan perilaku di atas, perlu langkah – langkah
untuk lebih memperkuat predisposing factor, enabling factor dan reinforcing factor, karena
faktor – faktor tersebut saling mempengaruhi.
Tantangan bagi dinas kesehatan dan jajarannya sebagai reinforcing factor di dalam
proses perubahan perilaku adalah bagaimana mereka mengimplementasikan paradigma sehat
secara mikro dengan menekankan upaya promotif dan preventif seperti tergambar di dalam
Visi dan Misi Indonesia Sehat 2010 dengan action di tingkat masyarakat. Hal ini menjadi
sangat penting karena sudah terlihat ada inisiatif dari masyarakat untuk melakukan beberapa
upaya perubahan perilaku dengan mengorganisir pertemuan kelompok ataupun penyuluhan
dengan niat baik untuk memperbaiki derajat kesehatan dan kondisi lingkungannya. Sangat
disayangkan kalau inisiatif – inisiatif ini tidak bisa ‘ditangkap’ dan dimaksimalkan oleh pihak
– pihak yang terkait demi terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, sebagai
salah satu misi pembangunan kesehatan.
32
6.2 Di tingkat masyarakat sendiri, diperlukan kerelaan dan niat baik dari semua pihak
untuk lebih mendorong terjadinya perubahan perilaku. Hal ini menjadi sangat penting karena
adanya dana stimulan sebagai enabling factor mempunyai dua dimensi yang pertama dalam
arti positif, apa yang sekarang sudah ada di tingkat masyarakat bias dimaksimalkan untuk
mendorong proses terjadinya perubahan perilaku. Dalam arti negatif adanya dana bias
menyulut konflik dan intrik yang tidak jarang justru melibatkan tokoh – tokoh kunci
( pengurus kelompok, tokoh masyarakat , aparat desa ) yang seharusnya menjadi refference
people di dalam proses perubahan perilaku.
6.3 Penyuluhan bukan sesuatu yang baru, sebagai upaya untuk merubah perilaku hal ini
sudah seringkali dilakukan akan tetapi seringkali pula perubahan perilaku yang diharapkan
belum muncul. Salah satu sebab dari kurang berhasilnya penyuluhan adalah karena ia bersifat
top – down, seringkali masyarakat dianggap sebagai tong kosong yang bisa diisi dengan ‘ide
– ide ‘ baru dengan menafikan ide , pengalaman atau pemahaman mereka tentang satu
masalah kesehatan. Untuk sekedar membentuk perilaku pasif ( covert behaviour ) cara ini
mungkin cukup manjur akan tetapi untuk membentuk perilaku aktif ( overt behaviour ) cara
diatas kurang efektif karena mengubah perilaku kesehatan itu lebih dari sekedar menambah
pengetahuan kesehatan masyarakat. Seringkali yang terjadi adalah bahwa masyarakat
menganggap ada nilai nilai lain yang lebih penting seperti perjuangan untuk bertahan hidup (
survival ), status, prestise, keindahan fisik dan lain sebagainya.
Ada dua dimensi yang bisa ditangkap dari uraian diatas yaitu :
• Untuk mendorong perubahan perilaku yang lebih efektif di perlukan interaksi pada
saat kegiatan penyuluhan dengan melakukan diskusi partisipatif, memadukan apa yang
diketahui oleh masyarakat dengan nilai – nilai kesehatan. Untuk melakukan hal ini tentunya
diperlukan ketrampilan memfasilitasi secara partisipatip, sehingga hal ini perlu menjadi
perhatian bagi semua stake holder baik di tingkat dinas dan puskesmas maupun di tingkat
masyarakat.
• Content materi pada saat penyuluhan / diskusi bisa lebih dikembangkan untuk lebih
memotivasi terjadinya perubahan perilaku dengan mengkombinasikan pendekatan kesehatan
dengan aspek – aspek yang lain, misalnya aspek religius, estetika, kenyamanan, penghargaan
diri , budaya dan lain sebagainya..
33
Pada akhirnya kita memang harus menyadari bahwa untuk mewujutkan terjadinya
proses perubahan perilaku ( kesehatan ) perlu keterlibatan , pengorbanan dan niat baik dari
semua komponen di atas, sehingga diperlukan kerjasama yang harmonis, efektif dan efisien
dalam mewujutkannya, karena meskipun upaya kesehatan sudah dilakukan secara maksimal,
peningkatan derajat kesehatan tidak akan optimal jika perilaku dan lingkungan belumlah
sehat.
Hal ini sejalan dengan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat
Indonesia yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu , adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Seperti sebuah kalimat bijak " Kamu bisa mengubah
dunia, jika kamu punya mimpi". Mimpi mungkin bisa disamakan dengan cita – cita. Visi
Indonesia Sehat 2010 yang diaplikasikan di dalam misi pembangunan kesehatan merupakan
mimpi dan cita – cita kita bersama. Satu hal untuk bisa mewujutkan mimpi ke alam nyata,
kita harus bangun dari tidur sehingga semuanya bukan hanya sekedar mimpi.
DAFTAR PUSTAKA
1. id.wikipedia.org/wiki/perilaku-manusia
2. aralia2008.files.wordpress.com/2008/08/perubahan-perilaku-dan-proses-
perubahannya
3. www.artikelingkunganhidup.
34
2. Aspek Sosial Budaya Yang Mempengaruhi Perilaku Dan Status Kesehatan
Proses Tejadinya Perilaku
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni.
1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu
2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
3. Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya).Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetanhuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting). Notoatmodjo, 2003 hal 122
Nilai-nilai sosial budaya adalah warisan adat istiadat dari leluhur negara tersebut yang telah berhasil dipertahankan hingga menjadi catatan sejarah. melalui proses perjuangan hidup manusia beribu-ribu tahun terhadap alam dan melawan berbagai ancaman, terbentuklah
35
budaya yang mengikuti pengembangan yang sesuai pada situasi dan tampat dimana budaya itu berkembang.
Jadi nilai-nilai sosial budaya itu bukan ada begitu saja, melainkan ada recordnya kronologinya, misalnya jepang yang konon lluhurnya banyak berasal dari "perompaK", menjadikan budaya jepang muncul "bushido". (sifat kesatriaan)hubungan sosial budaya sangat erat dengan negara, karena dalam dunia international, ada "penilaian". sebagai contoh, kalo negara dah dicap"negara teroris", maka tamatlah masa depannya. siapa yang mau ber"urusan"dengan teroris yg tidak mengenal "keprimanusiaan"?
Indonesia sudah sempat punya bad record. diantaranya peristiwa mei, bom bali, dll......jadi budaya aslinya telah digeser oleh bad image peristiwa2 buruk tersebut karena pengarauh budaya arab.atau buday barat yang import dan berusaha menghapus budaya lokal.
Budaya yang mempengaruhi kesehatan
Dalam teori HL Blum tentang status ksehatan,maka dijelaskan tentang beberapa faktor yang mempengaruhi status kesehatan,antara lain:lingkungan yang terdiri dari lingkungan fisik,sosial budaya,ekonomi,prilaku,keturunan,dan pelayanan kesehatan.Selanjutnya Blum juga menjelaskan,bahwa lingkungan sosial budaya tersebut tidak saja mempengaruhi status kesehatan,tetapi juga mempengaruhi perilaku kesehatan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa yang mempunyai latar budaya yang beraneka ragam.lingkungan budaya tersebut sangat mepegaruhi tingkah laku manusia yang memiliki budaya tersebut,sehingga dengan beranekaragam budaya,menimbulkan variasi dalam perilaku manusia dalam segala hal,termasuk dalam perilaku kesehatan.
Dengan masalah tersebut,maka petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dangan latar budaya yang beraneka ragam,perlu sekali mengetahui budaya dan masyarakat yang dilayaninya,agar pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat akan memberikan hasil yang optimal,yaitu meningkatkan kesehatan masyarakat.
Manusai adalah mahluk sosial yang dalam kehidupannya tidak bisa hidup sendiri sehingga membentuk kesatuan hidup yang dinamakan masyarakat.dengan definisi tersebut,Ternyata pengertian masyarakat masih dirasakan luas dan abstrak sehingga untuk lebih konkretnya maka ada beberapa unsur masyarakat,unsur masyarakat dikelompokan menjadi 2 bagian yaitu:kesatuan sosial dan pranata sosial.kesatuan sosial merupakan bentuk dan susunan dari kesatuan-kesatuan individu yang berinteraksi dengan kehidupan masyarakat.sedangkan yang dimaksud pranata sosial adalah himpunan norma-norma dari
36
segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat.norma-norma tersebut memberikan Petunjuk bagi tingkah laku seseorang yang hidup dalam masyarakat.
Kebudayaan.dalam pengertian yang terbatas,banyak orang yang memberikan definisi kebudayaan sebagai bangunan yang indah,candi,tari-tarian,seni suara dan seni rupa.
Taylor memberikan definisi kebudayaan sebagai keseluruhan yang komleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan,kepercayaan dan kemampuan kesenian.moral hukam adat istiadat dan kemampuan lain serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat.sedangkan menurut
Koentjaraningrat mendefinisikan bahwa kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang haus didapatkannya dengan belajar dan yang semuanya tesusun dalam kehidupan masyarakat.
Aspek Sosial Budaya Yang Mempengaruhi Perilaku Dan Status Kesehatan
Selanjutnya dijelaskan beberapa aspek sosial budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan status kesehatan.yang pertama yaitu:
1. Umur
2. jenis kelamin
3. Pekerjaan
4. Sosial ekonomi
Jika dilihat dari aspek umur,maka ada perbedaan golongan penyakit berdasarkan golongan umur.misalnya dikalangan balita banak yang menderita penyakit infeksi, sedangkan pada golongan dewasa atau usia lanjut lebih banyak menderita penyakit kronis.demikian juga dengan aspek golongan menurut jenis kelamin,dikalangan wanita lebih banyak menderit kanker payudara,sedangkan pada pria, lebih banyak menderita kanker prosat. Begitu juga dengan jenis pekerjaan,dikalangan petani lebih banyak menderita penyakit cacingan,karena aktifiasnya banyak dilakukan disawah,sedangkan pada buruh tekstil lebih banyak menderita penyakit salura pernafasan kaena banyak terpapar debu.keadaan sosial ekonomi juga mempengaruhi pada pola penyakit,bahkan juga berpengaruh pada kematian,misalnya angka kematian lebih tinggi pada golonga yang status ekonominya rendah dibandingkan dengan
37
status ekonominya tinggi.demikian juga obesitas lenih ditemukan pada kalangan masyarakat dengan status ekonoinya tinggi.
Menurut H Ray Elling(1970)ada beberapa faktor sosial yang berpengaruh pada perilaku kesehatan.antara lain
1. Self concept
2. image kelompok.
G.M foster menambahkan,bahwa identifikasi individu kepada kelompoknya juga berpengaruh terhadap perilaku kesehatan.
1. Pengaruh self concept kita ditentukan oleh tingkat kepuasan atau tidak kepuasan yang kita rasakan terhadap diri kita sendiri,terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita kepada orang lain,oleh karena itu,secara tidak langsung self concept kita cenderung mementukan,apakah kita akan menerima keadaan diri kita seperti adanya atau berusaha untuk mengubahnya.self concept adalah faktor yang penting dalam kesehatan,karena mempengaruhi perilaku masyarakat dan juga perilaku petugas kesehatan.
2. Pengaruh image kelompok.image seseorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok.sebagai contoh,seorang anak dokter akan terpapar oleh organisasi kedokteran dan orang-orang dengan pendidikan tinggi,sedangkan anak petani tidak terpapar dengan lingkungan medis,dan besar kemungkinan juga tidak becita-cita untuk menjadi dokter.
3. Pengaruh identifikasi kelompok sosialnya terhadap perilaku kesehatan. Identifikasi kelompok kecilnya sangat penting untuk memberikan keamanan psikologis dan kepuasan dalam pekerjaan mereka.
3. PEMASARAN SOSIAL DALAM PROMOSI KESEHATAN
Dosen Pemateri : H.Rustam Aji Rochmat,SKP.M.Kes
38
Produk Sosial Definisi :
Social Marketing secara sederhana diartikan sebagai strategi untuk mengubah sikap
dan perilaku sosial. Social marketing atau pemasaran sosial muncul karena adanya berbagai
macam permasalahan sosial yang membutuhkan suatu cara pencegaha ndan cara-cara
pencegahan permasalahan sosial tersebut diwujudkan dalam bentuk kampanye sosial.
Terminology pemasaran social (Social Marketing) pertama kali diperkenalkan tahun
1971, yaitu untuk membedakan penggunaan prinsip dan teknik pemasaran untuk memajukan
suatu perubahan social, ide atau prilaku.Setelah kata itu berkembang pengertiannya menjadi
suatu tekhnologi manaje menperubahan social yang melibatkandesain, Implementasidan
control dari program penerimaansuatu ide ataupraktik social dalamsatukelompokataulebih
target adopter.
PEMASARAN
Konsep pemasaran pada mulanya di terapkan di perusahaan-perusahaan besar di Negara
industri yang telah maju, dan berkembang sedemikain rupa sehingga menjadi penentu setiap
usaha. Penerapan konsep tersebut saat ini sudah meluas sampai ke luar bidan, yaitu bidang
politik dan social. Di bidang kesehatan, konsep pemasaran telah di terapkan di berbagai
negara untuk berbagai program. Indonesia telah menggunakan pendekataan ini dalam
penanggulangan diare melalui rehidraksi oral, imunisasi, penanggulan kekurangan vitamin A,
keluarga berencana dan lainnya.
PEMASARAN SOSIAL
Pemasaran Sosial adalah sebagai kegiatan yang direncanakan, dan diorganisasiknan
yang meliputi pendistribusian barang, penetapan harga dan dilakukan pengawasan terhadap
kebijakan-kebijakan yang telah dibuat yang tujuannya untuk mendapatkan tempat dipasar
agar tujuan utama dari pemasaran dapat tercapai.
1. Bauran Pemasaran
a. Konsumen
Adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,
baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak
untuk diperdagangkan. Dan konsumen atau pengguna bukan hanya merupakan sasaran
39
pokok, tetapi juga sebagai pengukur apakah kegiatan yang dilaksanakan cocok, diminati dan
berhasil.
b. Produk
Adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada suatu pasar untuk memenuhi
keinginan atau kebutuhan. Dan produk dibuat atau dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan
keinginan konsumen.
c. Harga
Adalah sebuah nilai pengganti yang harus dibayarkan seseorang, saat mendapatkan
produk yang memiliki manfaat untuknya. Dan harga bukan hanya meliputi uang yang harus
dibayarkan, tetapi juga hal – hal lain seperti waktu yang dikorban, gerakan fisik yang
diperlukan, gaya hidup yang barangkali harus berubah, dan batik atau ketentraman.
d. Tempat
Yang dimaksud dengan tempat ialah lokasi dimana produk yang dapat diperoleh.
Tempat atau jalur distribusi perlu diperhitungkan dengan baik.
e. Promosi
Adalah mengkomonikasikan keunggulan dan membujuk konsumen atau kelompok
sasaran untuk menggunakan produk yang ditawarkan. Produk yang menarik harus berjumlah
cukup, dan harus disertai komunikasi yang berkesinambungan dan terarah untuk memberikan
informasi, motivasi kepada konsumen. Efektivitas pemasaran sangat tergantung pada
efektivitas komunikasi, karena pada dasarnya promosi adalah komunikasi.
Tipe Produk Sosial
Produk Sosial terdapat 3 tipe :
A. Social Idea
Tipe produk social pertama adalah Gagasan Sosial berupa suatu kepercayaan (belief), sikap
(attitude), atau nilai (value).
1. Kepercayaan
Menurut Rousseau et al (1998), kepercayaan adalah wilayah psikologis yang merupakan
perhatian untuk menerima apa adanya berdasarkan harapan terhadap perilaku yang baik dari
orang lain. Kepercayaan konsumen didefinisikan sebagai kesediaan satu pihak untuk
menerima resiko dari tindakan pihak lain berdasarkan harapan bahwa pihak lain akan
melakukan tindakan penting untuk pihak yang mempercayainya, terlepas dari kemampuan
untuk mengawasi dan mengendalikan tindakan pihak yang dipercaya (Mayer et al, 1995).
40
2. Sikap
Sikap gagasan sosial yg dipasarkan Sikap adalah keadaan mental dan taraf dari kesiapan,
yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap
respons individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya (G.W. Allport,
1935, hal 10)
Beberapa definisi sikap para ahli:
a. L. I Thurstone (1946)
Sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang
berhubungan dengan objek psikologi (simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide, dan
sebagainya)
b. Zimbardo dan Ebessen
Sikap adalah suatu predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang,
ide/objek yang berisi komponen-komponen kognitif, afektif, dan behavior
Contoh :
Dalam Kampanye KB Bayi yang direncanakan kelahirannya akan lebih diperhatikan
dibandingkan bayi yang lahir akibat kehamilan mendadak
3. Nilai
Nilai adalah keseluruhan gagasan seseorang mengenai apa yang benar dan apa yang salah
gagasan sosial yg dipasarkan. Nilai adalah alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa “cara
pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara
pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan. Nilai memuat elemen pertimbangan yang
membawa ide-ide seorang individu mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan.
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi
manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan
manusia.
Contoh :
Kesehatan adalah Hak Azasi Manusia
B. Social Practice
Tipe produk social kedua adalah Praktik Sosial berupa peristiwa yang terjadi akibat aksi
perorangan, seperti yang ditunjukkan pada vaksinasi atau keikutsertaan (partisipasi politik)
dalam pemilihan umum. Juga bisa berupa pola perilaku yang sukar dirubah.
Praktik Sosial adalah Peristiwa yang terjadi akibat aksi perseorangan atau Kelompok.
Contoh :
· Vaksinasi PIN
41
· Pengumpulan Koin Kasus Prita
· Partisipasi Politik Pemilu
C. Social Difference
Tipe produk social ketiga adalah suatu tujuan perubahan social yang melibatkan produk
kasat mata (tangible product). Produk tangible menunjuk pada produk fisik yang menyertai
suatu kampanye social. Seperti pilkontrasepsi atau kondom yaitu alat-alat yang berguna
dalam menyempurnakan praktik social, dalam konteks praktik keluarga berencana.
Tangible Product Suatu tujuan perubahan sosial yang melibatkan produk nyata/kasat
mata produk fisik yg menyertai suatu kampanye sosial
Contoh :
· Program KB objek nyata seperti pil alat2 kontrasepsi, kondom atau foam yang distribusikan
dalam kampanye keluarga berencana atau sabuk pengaman untuk penjualan alat keamanan
berkendara. Namun, hali itu harus dipahami bahwa poduk utama bukanlah alat2 kontrasepsi
atau sabuk pengaman, ini adalah peralatan untuk menyelesaikan sebuah praktek sosial yang
dalam kasus ini adalah praktek keluarga berencana atau praktek aman berkendara. Produk
nyata mengacu pada bentuk produk yang diiringi dengan sebuah kampanye.
· Kapsul Vitamin A Bulan Vitamin A
· Tablet Fe Pencegahan Anemia Gizi
· Kampanye Kadarzi Pengenalan Kadarzi tdk sesederhana menolong konsumen mengetahui
dan mendorong minatnya memperbaiki gizi, namun lebih jauh lagi adalah untuk mengubah
pola kebiasaan makan masyarakat. Kegiatan bimbingan sosial seperti itu mungkin hanya
mengisi kegiatan pd tk. Sikap dan informasional Kegiatan bimbingan sosial seperti itu
mungkin hanya mengisi kegiatan pd tk. Sikap dan informasional, sedangkan pemasaran sosial
bertujuan membawa kepada tk. Perubahan sosial yang lebih tinggi, yaitu berkisar pada
konsep “beli”, “pakai” atau “laku”.
42
PRODUK SOSIAL
DEFENSI
Social Marketing secara sederhana diartikan sebagai strategi untuk mengubah
sikap dan perilaku sosial. Social marketing atau pemasaran sosial muncul karena
adanya berbagai macam permasalahan sosial yang membutuhkan suatu cara
pencegaha ndan cara-cara pencegahan permasalahan sosial tersebut diwujudkan
dalam bentuk kampanye sosial.
Terminology pemasaran social (Social Marketing) pertama kali diperkenalkan
tahun 1971, yaitu untuk membedakan penggunaan prinsip dan teknik pemasaran
untuk memajukan suatu perubahan social, ide atau prilaku.Setelah kata itu
berkembang pengertiannya menjadi suatu tekhnologi manaje menperubahan social
yang melibatkandesain, Implementasidan control dari program penerimaansuatu ide
ataupraktik social dalamsatukelompokataulebih target adopter.
PEMASARAN
Konsep pemasaran pada mulanya di terapkan di perusahaan-perusahaan besar di
Negara industri yang telah maju, dan berkembang sedemikain rupa sehingga menjadi
penentu setiap usaha. Penerapan konsep tersebut saat ini sudah meluas sampai ke luar
bidan, yaitu bidang politik dan social. Di bidang kesehatan, konsep pemasaran telah di
terapkan di berbagai negara untuk berbagai program. Indonesia telah menggunakan
pendekataan ini dalam penanggulangan diare melalui rehidraksi oral, imunisasi,
penanggulan kekurangan vitamin A, keluarga bere
43