bahan tambahan

3
Sumber 1 Studi-studi terkini melaporkan 97% wanita merasakan nyeri mulai dari intensitas yang ringan sampai dengan berat selama dan setelah abortus berlangsung dan frekuensinya terus meningkat setiap tahun. Dahulu kuretase sering menggunakan anestesi dengan blok paraservikal maupunintraservical. Namun, hal ini mulai ditinggalkan karena seringnya saat injeksi anestesi local menjadi periode nyeri paling hebat dari seluruh rangkaian prosedur dilatasi dan kuretase. Hal ini ditambah ketidaknyamanan pasien dengan tindakan tersebut dan kesuksesan tindakan ini sangat dipengaruhi skill dari operator yang melakukan blok paraservical tersebut. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan meskipun sudah diblok paraservical tetap saja sekitar 21.3-50% pasienmengeluhkan nyeri hebat pada saat kuretase berlangsung.Tindakan pencegahan ataumenghilangkan rasa nyeri yang berhubungan dengan dilatasi kuretase ini bisa dilakukan dengananestesi umum maupun anestesi lokal. Dan seiring dengan perkembangan waktu semakin banyakyang dikerjakan setelah diberikan anestesi terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan inervasi uteribagian atas tidak termasuk dalam daerah yang terblok dengan blok paraservikal maupun intraservikal. Salah satu komplikasi kuretase adalah perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu, letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan,

Upload: hardiyanti

Post on 15-Jul-2016

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bahan tambahan

TRANSCRIPT

Sumber 1Studi-studi terkini melaporkan 97% wanita merasakan nyeri mulai

dari intensitas yang ringan sampai dengan berat selama dan setelah abortus berlangsung dan frekuensinya terus meningkat setiap tahun. Dahulu kuretase sering menggunakan anestesi dengan blok paraservikal maupunintraservical. Namun, hal ini mulai ditinggalkan karena seringnya saat injeksi anestesi local menjadi periode nyeri paling hebat dari seluruh rangkaian prosedur dilatasi dan kuretase. Hal ini ditambah ketidaknyamanan pasien dengan tindakan tersebut dan kesuksesan tindakan ini sangat dipengaruhi skill dari operator yang melakukan blok paraservical tersebut.

Beberapa penelitian bahkan menunjukkan meskipun sudah diblok paraservical tetap saja sekitar 21.3-50% pasienmengeluhkan nyeri hebat pada saat kuretase berlangsung.Tindakan pencegahan ataumenghilangkan rasa nyeri yang berhubungan dengan dilatasi kuretase ini bisa dilakukan dengananestesi umum maupun anestesi lokal. Dan seiring dengan perkembangan waktu semakin banyakyang dikerjakan setelah diberikan anestesi terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan inervasi uteribagian atas tidak termasuk dalam daerah yang terblok dengan blok paraservikal maupunintraservikal.

Salah satu komplikasi kuretase adalah perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu, letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi serviks tidak boleh digunakan tekanan berlebihan. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis.

Pranom et al. (2005) dalam penelitiannya membandingkan penggunaan asam mefenamat oral 500 mg dua jam sebelum kuretase dan penggunaan paraservical blok untuk mengatasi nyeri pada prosedur kuretase. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa skala nyeri maksimum (menggunakan VAS 1-10) yang dialami pasien berkisar 7.5 dengan asam

mefenamat dan 6.5 dengan paraservical blok. Dan setelah prosedur selesai pasien tetap mengalami nyeri meskipun berkurang kadarnya. Belum lagi rasa kebas (numbness) yang dialami kelompok pasien dengan blok paraservical.

Paling penting yang harus diperhatikan yaitu antibiotik harus aktif terhadap bakteri yang

dapat menyebabkan ILO (Tabel 3).

 TABEL 

Umumnya infeksi postoperatif disebabkan oleh bakteri flora pasien itu sendiri.

Profilaksis tidak harus dapat menghambat semua jenis bakteri flora pasien tersebut.

Ada beberapa bakteri yang tidak bersifat patogen atau jumlahnya hanya sedikit atau

keduanya. Sangat penting untuk memilih antibiotik dengan spektrum sempit sesuai

dengan yang dibutuhkan untuk meminimalisir multi resisten terhadap antibiotik. Selain

itu antibiotik spektrum luas mungkin akan dibutuhkan kemudian jika pasien mengalami

sepsis yang serius. Oleh karena itu penggunaan sefalosporin generasi ketiga  seperti

ceftriaxone dan cefatoxime harus dihindari sebagai profilaksis pada operasi. (Munckhof

W. 2005)

Berikut ini adalah antibiotik yang sering digunakan sebagai profilaksis pada

operasi: (Munckhof W. 2005)

o   IV sefalosporin generasi pertama (cephazolin atau cephalotin)

o   IV gentamicin

o   IV atau Rektal metronidazole (jika disebabkan oleh baktri anaerobik)

o   Oral tinidazole (jika disebabkan oleh baktri anaerobik)

o   IV flucloxacillin (jika infeksi methicillin-susceptible staphylococcal)

o   IV vancomycin (jika infeksi methicillin-resistant staphylococcal)