bahan tambahan
TRANSCRIPT
BAHAN TAMBAHAN FARMASI
A. Definisi
Bahan tambahan adalah bahan-bahan yang diperlukan seperti bahan dasar, penyalut,
pewarna, penyedap, pengawet, pemantap dan pembawa yang dapat ditambahkan ke dalam
sediaan resmi untuk meningkatkan stabilitas, manfaat atau penampilan dan untuk
mempermudah pembuatan.
Zat-zat tambahan harus memenuhi syarat-syarat sbb.
1. Bahan tersebut tidak membahayakan dalam jumlah yang digunakan.
2. Tidak melebihi jumlah minimum yang diperlukan untuk memberikan efek yang
diharapkan.
3. Tidak mengurangi ketersediaan hayati, efek terapi atau keamanan sediaan resmi.
4. Tidak mengganggu dalam pengujian dan penetapan kadar.
B. Klasifikasi
1. Zat pengasam
Digunakan dalam preparat cairan, untuk memberikan medium asam guna kestabilan
produk. Contoh : asam asetat, asam hidroklorida, asam nitrat.
2. Zat pembasah
Digunakan dalam preparat cairan, untuk memberikan medium alkali guna kestabilan
produk. Contoh : larutan ammonia, ammonium karbonat, KOH, natrium borat,
Na2CO3, natrium hidroksida trolamin.
3. Adsorben
Suatu zat yang mampu memegang molekul lain pada permukaan pada permukaan
dengan cara fisika atau kimia (kemisorpsi). Contoh : selulosa serbuk, karbon aktif.
4. Antioksidan
Suatu zat yang menghambat oksidasi dan digunakan untuk mencegah peruraian
preparat dengan proses oksidasi. Contoh : askorbil palmitatbutilated hidroksianisol,
BHT, asam hipofosfor, monotiogliserol, propel galat, natrium bisulfit.
5. Zat pemberi warna
Digunakan untuk mewarnai preparat farmasi. Contoh : eritrosin (FD&C Red no.3),
caramel ferioksida merah.
6. Zat pengemulsi
Untuk meningkatkan dan yang terbagi menjaga dispersi partikel-partikel halus dari
suatu cairan dalam suatu pembawa yang saling tidak bercampur. Contoh : gom,
sorbitan monooleat, polioksietilen 50 stearat.
7. Zat pemberi rasa
Untuk memberikan rasa yang sedap dan wangi ke suatu preparat farmasi. Contoh :
minyak anisi, minyak kayu manis, coklat, mentol, minyak orange, minyak permen,
vanili.
8. Zat pengeras
Untuk meningkatkan kekentalan atau kekerasan dari suatu preparat farmasi, biasanya
salep. Contoh : setil alcohol, paraffin, cera alba, cera flava.
9. Surfaktan
Zat yang mengadsorbsi pada permukaan atau antarmuka untuk mengurangi tegangan
permukaan atau tegangan antarmuka. Dapat digunakan sebagai zat pembasah,
detergen atau zat pengemulsi. Contoh : benzalkonium klorida, nonoksinol 10,
oktoksinol 9, polisorbat 80, natrium laurel sulfat, sorbitan monopalmitat.
10. Zat pensuspensi
Untuk meningkatkan viskositas dan mengurangi laju sedimentasi dari partikel-partikel
terdispersi. Contoh : agar, bentonit, natrium CMC, tragakan, metal selulosa.
11. Zat pemanis
Untuk memaniskan suatu preparat. Contoh : dekstrosa, sakarin natrium, sukrosa.
12. Zat penyalut
Untuk melapisi tablet yang telah berbentuk untuk tujuan melindungi terhadap
peruraian obat dengan oksigen atmosfer atau kelembapan untuk memberikan pola
pelepasan yang dikehendaki untuk zat obat setelah pemberian, untuk membungkus
rasa dan bau dari zat obat, atau untuk tujuan estetik. Contoh : selulosa asetat, ftalat,
sukrosa.
13. Zat pengkilap
Untuk mengkilapkan tablet salut sehingga menarik. Contoh : cera carnauba, cera alba.
14. Propelan aerosol
Suatu zat yang mengembangkan tekanan dalam suatu wadah erosol dan melemparkan
produk tersebut keluar biala katupnya dibuka. Contoh : diklorofluorometan,
diklorotetrafluoroetan, trikloromonoflurometan.
15. Zat pendapar
Untuk menahan perubahan pH pada pendenceran dan penambahan asam atau alkali.
Contoh : kalium metafosfat, kalium dihirogen fosfat, natrium asetat.
16. Zat pengelat
Suatu zat yang membentuk kompleks stabil dengan logam. Zat pembentuk kelat
digunakan dalam sediaan farmasi cairan, sebagai penstabil untuk pembentuk
kompleks dengan logam berat yang dapat menyebabkan ketidakstabilan produk.
Contoh : dinatrium edetat, asam edetat.
17. Zat pelembap
Untuk mencegah keringnya preparat terutama salep dan krim karena kemampuan zat
tersebut untuk menahan lembap. Contoh : gliserin, propilenglikol, sorbitol.
18. Zat pelembut
Suatu cairan yang digunakan sebagai suatu zat yang ikut mengurangi ukuran partikel
dari suatu serbuk obat dengan menggiling bersama, biasanya dalam mortar. Contoh :
minyak mineral.
19. Dasar salep
Pembawa setengah padat dimana kedalam pembawa tersebut zat obat dicampur dalam
menyiapkan salep obat. Contoh : lanolin, salep hidrofilik, salep polietilenglikol,
petrolatum, salep putih, salep kuning.
20. Pelarut
Suatu zat untuk melarutkan suatu obat dalam preparat larutan. Contoh : alcohol,
isopropyl alcohol, minyak mineral, asam oleat, minyak kacang.
21. Dasar supositoria
Digunakan sebagai suatu pembawa, dimana zat obat dimasukan kedalamnya dalam
penyiapan supositoria. Contoh : oleum cacao, polietilenglikol campuran.
22. Zat pengisotoni
Digunakan untuk membuat larutan mempunyai sifat osmotis yang sama dengan cairan
fisiologis. Contoh : dekstrosa, natrium klorida.
C. Efek samping
Bahan aditif juga bisa membuat penyakit jika tidak digunakan sesuai dosis, apalagi
bahan aditif buatan atau sintetis. Penyakit yang biasa timbul dalam jangka waktu lama setelah
menggunakan suatu bahan aditif adalah kanker, kerusakan ginjal, dan lain-lain. Maka dari itu
pemerintah mengatur penggunaan bahan aditif makanan secara ketat dan juga melarang
penggunaan bahan aditif makanan tertentu jika dapat menimbulkan masalah kesehatan yang
berbahaya. Pemerintah juga melakukan berbagai penelitian guna menemukan bahan aditif
makanan yang aman dan murah.