bahan restorasi 2

Upload: tyara-a-fernanda

Post on 09-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 bahan restorasi 2

    1/6

    Keunggulan Semen Glass Ionomer Sebagai Bahan Restorasi

    MADE ASRI BUDISUARIPeneliti Puslitbang Pelayanan Kesehatan

    Pendahuluan

    Karies gigi merupakan suatu penyakit yang mengenai struktur jaringan keras gigi yang ditandaidengan kerusakan pada email, dentin, serta sementum sehingga terbentuk kavitas (Kerr dan Ash,1960). Gigi berperan sangat penting terhadap estetik wajah dan kepribadian seseorang. Di sampingitu, gigi juga berfungsi sebagai alat untuk berbicara, mengunyah, serta menelan. Ukuran, warna, danbentuk gigi sangat berpengaruh terhadap kecantikan atau estetik seseorang. Sehubungan denganhal tersebut, saat ini telah dikembangkan ilmu kedokteran gigi yang lebih mengutamakan estetika dibidang restorasi gigi.

    Pada manula atau orang-orang yang menyikat gigi dengan cara yang kurang benar, biasanyaditemukan adanya retraksi gingiva atau abrasi yang terdapat pada daerah servikal gigi. Ini dapatmenyebabkan sensitivitas gigi pada daerah tersebut meningkat terhadap rangsangan termis (panasmaupun dingin). Abrasi pada daerah servikal yang banyak ditemukan pada orang yang menyikat gigidengan cara yang kurang benar maupun retraksi gingiva yang sering ditemukan pada lanjut usia,memerlukan penanganan khusus, yang tidak memerlukan tambahan perlukaan jaringan keras gigiyang sehat. Oleh karena itu, pada kasus tersebut diperlukan suatu bahan restorasi yang tepat.

    Dewasa ini telah banyak dikembangkan bahan tumpatan untuk memperbaiki gigi yang rusak. Salahsatu bahan tumpatan tetap yang pada saat ini banyak digunakan oleh dokter gigi adalah semen glassionomer. Semen glass ionomer digunakan sebagai bahan tumpatan di kedokteran gigi sejak 1972.Beberapa kasus karies yang menggunakan bahan tumpatan ini antara lain:

    1. Karies yang menyerang permukaan serviks gigi yang disebabkan oleh abrasi, yang menurutklasifikasi G.V. Black termasuk lesi kelas V. Abrasi servikal ini sering dijumpai pada gigianterior maupun gigi posterior.

    2. Karies yang terdapat pada akar. Karies ini banyak terjadi pada orang tua yang gingivanyatelah mengalami resesi dan dapat terjadi pada akar gigi yang emailnya tidak terkena karies.Pada karies tersebut tidak memungkinkan dilakukan preparasi atau pengambilan jaringanpada sekitar daerah tersebut.

    3. Karies pada kavitas kelas III. Menurut klasivikasi G.V. Black, karies kelas III adalah kariesyang menyerang permukaan aproksimal gigi-gigi anterior. Pada kasus ini, faktor estetiksangat diutamakan di samping faktor kekuatan dan keawetan dari bahan tumpatan.

    4. Semen glass ionomer juga dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan perlekatanamalgam (terutama pada kavitas kelas II menurut klasivikasi G.V. Black, yaitu karies yangterdapat pada interdental, baik karies yang terdapat pada mesial oklusal, distal oklusal,

    maupun mesial oklusal distal).5. Semen glass ionomer dapat juga digunakan sebagai fissure sealent(penutup fisur).

    Pengaplikasian penutup fisur pada fisur yang memang mempunyai risiko tinggi menjadikaries, sangat bermanfaat bagi pencegahan karies, terutama bagi pasien yang insidenkariesnya tinggi serta motivasinya rendah. Semen glass ionomer juga digunakan sebagairestorasi gigi sulung pada pit maupun fisure.

    Keunggulan Semen Glass Ionomer

    Keunggulan dari bahan restorasi glass ionomer antara lain:

    1. Mempunyai kekuatan kompresi yang tinggi.

    2. Bersifat adhesi.3. Tidak iritatif.

  • 7/22/2019 bahan restorasi 2

    2/6

    4. Mengandung fluor sehingga mampu melepaskan bahan fluor untuk mencegah karies lebihlanjut.

    5. Mempunyai sifat penyebaran panas yang sedikit.6. Daya larut yang rendah.7. Bersifat translusent atau tembus cahaya.8. Perlekatan bahan ini secara fisika dan kimiawi terhadap jaringan dentin dan email.

    9. Di samping itu, semen glass ionomer juga bersifat bikompabilitas, yaitu menunjukkan efekbiologis yang baik terhadap struktur jaringan gigi dan pulpa. Kelebihan lain dari bahan iniyaitu semen glass ionomer mempunyai sifat anti bakteri, terutama terhadap kolonistreptococcus mutant(mount, 1995).

    Karena keunggulan-keunggulan tersebut di atas maka bahan tumpatan semen glass ionomer banyakdigunakan sebagai bahan tumpatan tetap oleh dokter gigi dewasa ini. Pada manula sering kaliditemukan kavitas kelas V atau karies yang terdapat pada akar, karena pada manula biasanya seringdidapatkan adanya retraksi gingiva yang disebabkan proses degenerasi. Karies yang terdapat padaakar juga ditemukan pada orang-orang yang cara menyikat giginya kurang baik dan benar, sehinggamenyebabkan abrasi pada daerah servikal. Oleh sebab itu, bahan semen glass ionomer diunggulkansebagai bahan tumpatan pada kasus tersebut, karena bahan tumpatan semen glass ionomermerupakan bahan restorasi yang memenuhi persyaratan estetika, bersifat adhesi, serta mempunyai

    sifat biokompabilitas.

    Menurut Sockwell dan Heymann, l985 (cit. Raphael Triendra Untara), bahan tumpatan yangmemenuhi persyaratan estetika adalah yang sewarna atau hampir mendekati warna gigi, baik gigianterior maupun posterior tanpa mengesampingkan faktor kekuatan, keawetan, dan biokompabilitasdari bahan tersebut. Di samping itu, bahan tumpatan semen glass ionomer mempunyai estetik yanglebih baik dibandingkan dengan tumpatan semen silikat, meskipun jika dibandingkan dengan resinkomposit faktor estetik dari bahan ini masih kurang baik. Dewasa ini dengan berkembangnya bahantersebut, faktor estetik tidak lagi menjadi masalah. Penggunaan semen glass ionomer dengan sinar

    juga mulai banyak digunakan. Hal ini akan menghemat waktu dokter gigi, waktu tindakan klinik lebihsingkat, serta mempunyai peningkatan PH yang relatif cepat. Karena itu, bahan ini jugadirekomendasikan sebagai bahan yang dapat meningkatkan perlekatan amalgam dengan jaringangigi.

    Beberapa Bahan Restorasi Gigi Plastis

    Tujuan restorasi gigi tidak hanya membuang penyakit dan mencegah timbulnya kembali karies, tetapijuga mengembalikan fungsinya. Bahan-bahan restorasi gigi yang ideal pada saat ini masih belum adameskipun berkembang pesat. Untuk dapat diterima secara klinis, kita harus mengetahui sifat-sifatbahan yang akan kita pakai sehingga jika bahan-bahan baru keluar di pasaran, kita dapat segeramengenali kebaikan dan keburukan dibanding dengan bahan yang lama. Dua sifat yang sangatpenting yang harus dimiliki oleh bahan restorasi adalah harus mudah digunakan dan tahan lama.Sedangkan sifat-sifat yang lainnya adalah:

    1. Kekuatan tensilnya cukup.

    2. Tidak larut dan tidak mengalami korosi dalam mulut.3. Sifat eksotermisnya rendah dan perubahan volume selama pengerasannya dapat diabaikan.4. Tidak toksik dan tidak iritasi terhadapjaringan pulpa serta gingiva.5. Mudah dipotong dan dipoles.6. Derajat keausannya sama dengan email.7. Mampu melindungi jaringan gigi sekitar dari serangan karies sekunder.8. Koefisien muai termiknya sama dengan email dan dentin.9. Difusi termiknya sama dengan pada email dan dentin.10. Penyerapan airnya rendah.11. Adhesif terhadap jaringan gigi.12. Radio opak.13. Warna translusensinya sama dengan email.14. Tahan lama dalam penyimpanan.

    15. Murah.

  • 7/22/2019 bahan restorasi 2

    3/6

    Bahan Restorasi Plastik

    Beberapa bahan restorasi plastik yang selama ini banyak digunakan di kedokteran gigi antara lainamalgam, silikat, komposite, dan semen glass ionomer. Bahan-bahan tersebut memiliki kekurangandan kelebihan masing-masing.

    Dental Amalgam

    Merupakan bahan yang paling banyak digunakan oleh dokter gigi, khususnya untuk tumpatan gigiposterior. Sejak pergantian abad ini, formulasinya tidak banyak berubah, yang mencerminkan bahwabahan tambalan lain tidak ada yang seideal amalgam. Kelemahan utama amalgam terletak padawarnanya dan tidak adanya adhesi terhadap jaringan gigi. Walaupun sifat fisik dan kimia bahantumpatan amalgam sebagian besar telah memenuhi persyaratan ADA specification no. l,perlekatannya dengan jaringan dentin gigi secara makromekanik seperti retention and resistenceform, dan undercuttidak dapat melekat secara kimia.

    Prinsip retention and resistance form(dove tail, box formdan retention groove) pada lesi kariesdaerah interproksimal, selain mengangkat jaringan karies juga mengangkat jaringan yang sehat untuk

    memperoleh retensi pada kavitas. Pada kavitas kelas II dengan isthmus dan garis sudut bagiandalam yang lebar, akan melemahkan kekuatan terhadap beban kunyah. Akibatnya, pasien banyakyang mengeluh karena seringkali adanya fraktur pada tumpatan kelas II, baik pada tumpatan MO(Mesial Oklusal), DO (Distal -, Oklusal), maupun MOD (Mesial - Oklusal - Distal).

    Amalgam dapat disimpan lama dan dibandingkan dengan bahan restorasi lain. Bahan ini tidak begitumahal dan sampai tingkat tertentu kesalahan dalam manipulasi masih menghasilkan tumpatan yangbaik. Jika dibuat oleh operator yang trampil dan lingkungannya mendukung, bahan tumpatan ini dapattahan lama, namun umur klinknya rata-rata 5 tahun. Amalgam cenderung mudah korosi di dalamlingkungan mulut karena strukturnya yang heterogen, permukaannya yang kasar, dan adanya lapisansenyawa oksida yang belum sempurna. Amalgam memerlukan beberapa jam untuk mencapaikekerasan penuhnya. Jika ini telah dicapai, kekuatan kompresifnya akan menyamai dentin.

    Resin Komposit

    Generasi resin komposit yang kini beredar mulai dikenal di akhir tahun enam puluhan. Sejak itu,bahan tersebut merupakan bahan restorasi anterior yang banyak dipakai karena pemakaiannyagampang, warnanya baik, dan mempunyai sifat fisik yang lebih baik dibandingkan dengan bahantumpatan lain. Sejak akhir tahun enam puluhan tersebut, perubahan komposisi dan pengembanganformulasi kimianya relatif sedikit. Bahan yang terlebih dulu diciptakan adalah bahan yang sifatnyaautopolimerisasi (swapolimer), sedangkan bahan yang lebih baru adalah bahan yang polimerisasinya

    dibantu dengan sinar. Resin komposit mempunyai derajat translusensi yang tinggi. Warnanyatergantung pada macam serta ukuran pasi dan pewarna yang dipilih oleh pabrik pembuatnya,mengingat resin itu sendiri sebenarnya transparan. Dalam jangka panjang, warna restorasi resinkomposit dapat bertahan cukup baik. Biokompabilitas resin komposit kurang baik jika dibandingkan

    dengan bahan restorasi semen glass ionomer, karena resin komposit merupakan bahan yang iritanterhadap pulpa jika pulpa tidak dilindungi oleh bahan pelapik. Agar pulpa terhindar dari kerusakan,dinding dentin harus dilapisi oleh semen pelapik yang sesuai, sedangkan teknik etsa untukmemperoleh bonding mekanis hanya dilakukan di email perifer.

    Semen Silikat

    Semen yang didasari oleh terbentuknya reaksi antara kaca silikat dengan asam telah digunakan dikedokteran gigi sejak lebih dari 100 tahun yang lalu. Warnanya sesuai dengan warna gigi dan cocokdigunakan untuk restorasi gigi anterior. Akan tetapi, karena kekuatan tensilnya kurang baik dansangat regas, bahan ini tidak dapat digunakan untuk restorasi sudut insisal dan permukaan oklusalgigi posterior. Di samping itu, semen ini mudah larut terhadap asam yang terdapat dalam plak yangmelekat di atasnya. Saat ini, semen silikat oleh dokter gigi mulai jarang digunakan karena banyak

    kekurangannya.

  • 7/22/2019 bahan restorasi 2

    4/6

    Semen Glass Ionomer

    Sebelum ditemukan semen glass ionomer oleh Wilson dan Kent pada 1972, semen silikat merupakanbahan tumpatan plastis aterior yang paling banyak digunakan. Di samping itu, resin komposit jugatelah berkembang dengan pesat sehingga menjadi tumpatan plastis anterior yang paling banyakdipakai. Walaupun demikian, pemakaian glass ionomer tetap meningkat, khususnya karena bahan ini

    beradhesi ke dentin dan email. Sejak pertama kali diperkenalkan, bahan ini dapat diperoleh dalamtipe yang mengeras lebih cepat, tidak mudah larut, lebih translusens, dan estetikanya dapat diterima.

    Semen glass ionomer terbentuk karena reaksi antara bubuk kaca alumino-silikat yang khusus dibuatdengan asam poliakrilat. Setelah tercampur, pasta semen ini ditumpatkan ke kavitas pada saat bahanmasih belum mengeras. Semen glass ionomer yang berisi logam perak dalam bubuknya telahdikembangkan serta dikenal dalam nama generiknya, yaitu cermet. Semen semacam ini mempunyaiketahanan terhadap abrasi dan keradiopakannya, sehingga dapat digunakan pada gigi posterior.Walaupun demikian, penggunaannya hanya pada kavitas yang masih terlindung, karena semen initidak sekuat amalgam. Keunikan lain dari bahan semen glass ionomer adalah kemampuannya untukberikatan dengan dentin dan email secara kimia sehingga menghasilkan penutupan yang baik. Bahanini juga mempunyai sifat khas melepaskan fluor sehingga bersifat antikaries. Dengan demikian,bahan ini direkomendasikan untuk digunakan secara luas pada abrasi serviks, tanpa harusmelakukan preparasi kavitas. Keadaan ini, misalnya, terjadi pada situasi tidak adanya email untukretensi resin komposit, atau kalaupun ada hanya sedikit sekali. Semen glass ionomer dapatdigunakan sebagai restorasi tunggal atau dapat dipakai sebagai basis dan di atasnya dilapisi olehresin komposit (teknik sandwich).

    Menurut Mujiono, cit Mc. Lean et al (1985) dan Tyas et al (1989), semen glass ionomer juga dapatmeningkatkan perlekatan resin komposit, yaitu sebagai perantara untuk menambah retensi tumpatankomposit. Dengan cara memberikan etsa asam pada semen glass ionomer, akan terjadi erosi danpermukaan semen menjadi kasar. Kekasaran permukaan ini dapat memberi retensi mekanisterhadap resin komposit.

    Di samping itu, semen glass ionomer juga dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan

    perlekatan amalgam dengan jaringan dentin gigi, terutama pada karies di bagian interproksimal. Dibagian ini pengangkatan jaringan keras sebagai retensi kurang memungkinkan, karena dapatmenyebabkan melemahnya struktur gigi akibat jaringan sehat tinggal sedikit. Semen glass ionomerdapat ditumpatkan di kavitas yang dalam tanpa mengiritasi pulpa, sekalipun tanpa diberi pelapik.Namun, agar tidak timbul reaksi yang tidak diinginkan pada kavitas dengan dentin, sebaiknya tetapdigunakan pelapik. Biokompabilitas dari bahan ini sangat tinggi walaupun semennya bersifat sangatasam. Hal ini mungkin disebabkan oleh besarnya molekul polyanion sehingga asam tidak dapatmemasuki tubulus. Namun, peradangan tetap timbul jika semen langsung diletakkan di atas pulpayang terbuka.

    Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari bahan tumpatan ini, harus dijaga kontaminasi antarabahan ini dengan saliva selama penumpatan dan sebelum semen mengeras sempurna. Kontaminasidengan saliva akan sangat berbahaya karena semen akan mudah larut dan daya adhesinya akan

    menyusut. Untuk itu, kavitas harus dijaga agar tetap kering dengan mengusahakan isolasi yangefektif. Setelah selesai penumpatan, tumpatan sebaiknya ditutup dengan lapisan pernis yang kedapair selama beberapa jam setelah penumpatan dilakukan. Hal ini untuk mencegah desikasi karenahilangnya cairan atau semen melarut karena menyerap air.

    Karena adanya beberapa keunggulan dari bagian tersebut itulah maka semen glass ionomer saat inisecara luas digunakan oleh dokter gigi, terutama pada kavitas servikal yang sering terjadi padamanula dan orang yang menyikat gigi dengan cara yang kurang baik dan benar, serta pada kariesyang pengambilan jaringan gigi yang sehat sebagai retensi kurang memungkinkan.

    Semen glass ionomer merupakan bahan tumpatan baru di bidang ilmu konservasi gigi yangdikembangkan dalam beberapa tahun terakhir ini. Semen glass ionomer digunakan sebagai bahan

    restorasi tetap di kedokteran gigi sejak 1972, serta disempurnakan dari tahun ke tahun sehinggamenjadi bahan restorasi yang memenuhi persyaratan baik estetik maupun kekuatan serta keawetan.

  • 7/22/2019 bahan restorasi 2

    5/6

    Kekurangan Bahan Semen Glass Ionomer

    Di samping beberapa keunggulan yang dimiliki oleh bahan glass ionomer yang telah kita bicarakan diatas, yaitu tidak iritatif, bersifat adhesi, dan mempunyai sifat biokompabilitas yang tinggi. Bahan ini

    juga mempunyai kekurangan jika dibandingkan dengan bahan tumpatan lain, misalnya dalam halestestik. Bahan ini masih kurang baik bila dibandingkan dengan resin komposit. Demikian juga

    ketahanan terhadap abrasi juga kurang baik, terutama pada daerah kontak oklusal yang luas. Didaerah tersebut akan mudah terjadi fraktur akibat kekuatan geser yang tinggi. Di samping itu, glassionomer juga bersifat porous dan sulit dipulas sehingga menghasilkan permukaan tumpatan yangkurang halus. Oleh karena itu, dewasa ini telah dikembangkan teknik restorasi sandwich yang padahakikatnya semen glass ionomer diaplikasikan dahulu dengan resin komposit, atau pada tumpatangigi posterior yang menggunakan amalgam. Glass ionomer juga dapat membantu meningkatkanperlekatan amalgam dengan jaringan gig,i menggunakan bahan ini sebagai basis atau liner padakavitas sebelum ditumpat amalgam. Dengan demikian, bahan ini dapat menghambat kerusakan tepi,mengurangi preperasi jaringan sehat gigi, meningkatkan dukungan mahkota gigi, serta meningkatkanresistensi terhadap fraktur.

    Kesimpulan

    Penggunaan bahan semen glass ionomer untuk restorasi gigi sebaiknya menggunakan bahanrestorasi yang tepat. Bahan tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan, misalnya tidak iritatif,bersifat adhesi, mengandung fluor sehingga dapat mencegah karies yang lebih lanjut, sertamempunyai sifat biokompabilitas yang baik.

    Karies yang disebabkan abrasi pada daerah servikal ataupun lesi kelas V, menurut klasifikasi G.V.Bkack, ditemukan pada manula, pada orang yang kurang baik dan benar cara menyikat giginya, sertapada kasus di mana preparasi jaringan sehat gigi kurang memungkinkan. Akibatnya, preparasinyadiusahakan untuk tidak mengambil jaringan yang sehat sehingga penggunaan semen glass ionomerdiunggulkan sebagai bahan restorasi pada kasus-kasus tersebut. Karena bahan restorasi inimempunyai kemampuan untuk berikatan dengan dentin dan email secara kimia, maka tidakdiperlukan pengambilan jaringan yang sehat dalam preparasi kavitasnya.

    Walaupun semen glass ionomer dapat ditumpatkan di kavitas dalam tanpa mengiritasi pulpa sertatanpa diberi lapisan pelapik, agar tidak menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan sebaiknya bahanpelapik tetap diberikan. Di samping itu, untuk mendapatkan hasil yang baik dari bahan restorasi ini,haruslah diperhatikan adanya isolasi pada daerah kerja, karena bahan restorasi ini sangatberpengaruh terhadap kontaminasi cairan mulut (saliva).

    Ada 2 cara untuk mencegah kontaminasi dengan cairan mulut, yaitu menggunakan rubber dam danmemakai gulungan kapas (cotton roll).

    Saran

    Banyak kegagalan terjadi karena teknik pengerjaan yang buruk. Oleh karena itu, operator (doktergigi) harus dapat menghilangkan atau paling tidak memperkecil hal-hal yang dapat menyebabkankegagalan. Operator disarankan untuk:

    1. Memilih bahan restorasi yang tepat untuk suatu kasus, khususnya untuk restorasi gigi kelas Vdan pada manula, sebagai basis dari tumpatan kelas II dari tumpatan amalgam dan tekniksandwich dari tumpatan komposite, semen glass ionomer direkomendasikan untuk restorasitersebut.

    2. Cara manipulasi bahan yang baik.3. Teknik isolasi pada saat penumpatan dilakukan.4. Preparasi yang cukup.

    Apabila operator memperhatikan hal-hal tersebut di atas maka akan memperkecil faktor-faktorkegagalan.

  • 7/22/2019 bahan restorasi 2

    6/6

    Daftar Pustaka

    1. Ali Nurdin, Penggunaan semen Glass Ionomer sebagai upaya meningkatkan perlekatantumpatan amalgam dengan jaringan gigi, Majalah Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, vol34 nomor 3a, Agustus, 2001.

    2. Cecilia G. J. Lunardi, Soeyatmi Iskandar, Sri Kunarti Prijambodo, Resin komposit untuk

    restorasi gigi posterior simposium sehari Mempertahankan Gigi Selama Mungkin, Surabaya:FKG, 1989.

    3. Henry Lee, Modern method of restorative dentistry, Chicago, Berlin, Rio de Janeiro, TokyoQuintescence Publishing Co., 1982.

    4. John F. Mc. Cabe,Applied Dental Materials, seven edition Oxfrod, London, EidenburghBoston, Melbourne, Berlin, Blackwell Scientific Publication Vienna, 1990.

    5. Moch. Mujiono, Kekuatan Geser Resin Komposit pada Semen Ionomeri Gelas yang dietsa,Majalah Kedokteran Gigi Universitas Airlanggavol. 29, no 3, Juli-September 1996.

    6. Narlan Sumawinata, Restorasi Gigi, edisi 2, Jakarta Kedokteran EGC, 1993.

    7. Raphael Tri Endra Untara, Perbedaan integritas marginal gingival antara restorasi semeionomer kaca dan resin komposit teknik sanwich pada erosi - abrasi servikal: LaporanPenelitian, Yogyakarta, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada, 1998.

    8. Rasinta Tarigna, Kesehatan Gigi dan mulut, edisi revisi, cetakan IV, Jakarta, Kedokteran

    ECG, 1995.