peran bahan pembenah tanah sebagai upaya restorasi …

61
TA/TL/2020/ ……….. TUGAS AKHIR PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI LAHAN KARST: STUDI KASUS DI PERSEMAIAN BUKIT PELNCING Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana (S1) Teknik Lingkungan AISYAH PUSPA KINASIH 16513133 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2020

Upload: others

Post on 25-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

TA/TL/2020/ ………..

TUGAS AKHIR

PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI

UPAYA RESTORASI LAHAN KARST: STUDI KASUS

DI PERSEMAIAN BUKIT PELNCING Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Derajat Sarjana (S1) Teknik Lingkungan

AISYAH PUSPA KINASIH

16513133

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2020

Page 2: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …
Page 3: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

TUGAS AKHIR

PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI

UPAYA RESTORASI LAHAN KARST: STUDI KASUS

DI PERSEMAIAN BUKIT PELNCING

Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia untuk

Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana (S1) Teknik

Lingkungan

AISYAH PUSPA KINASIH

16513133

Disetujui,

Dosen Pembimbing:

Dr. Joni Aldila Fajri, S.T., M.Eng.

NIK : 165131306

Tanggal

Dewi Wulandari, S.Hut., M.Agr., Ph.D.

NIK : 185130401

Tanggal :

Mengetahui,

Ketua Prodi Teknik Lingkungan FTSP UII

Eko Siswoyo, S.T., M.Sc. ES. Ph.D

NIK: 025100406

Tanggal:

Page 4: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

HALAMAN PENGESAHAN

PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI

UPAYA RESTORASI LAHAN KARST: STUDI KASUS DI

PERSEMAIAN BUKIT PELNCING

Telah diterima dan disahkan oleh Tim Penguji

Hari : Rabu

Tanggal : 18 November 2020

Disusun Oleh:

AISYAH PUSPA KINASIH

16513133

Tim Penguji:

Dr. Joni Aldila Fajri, S.T., M.Eng. ( )

Dewi Wulandari, S.Hut., M.Agr., Ph.D. ( )

Eko Siswoyo, S.T., M.Sc. ES. Ph.D ( )

Page 5: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …
Page 6: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar

akademik apapun, baik di Universitas Islam Indonesia maupun di perguruan tinggi

lainnya.

2. Karya tulis ini adalah merupakan gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri,

tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan Dosen Pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat orang lain, kecuali secara

tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan

nama penulis dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Program software komputer yang digunakan dalam penelitian ini sepenuhnya

menjadi tanggungjawab saya, bukan tanggungjawab Universitas Islam Indonesia.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian

hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya

bersedia menerima sangsi akademik dengan pencabutan gelar yang sudah diperoleh,

serta sangsi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi.

Yogyakarta, Juli 2020

Yang membuat pernyataan,

AISYAH PUSPA KINASIH

NIM: 16513133

Page 7: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

PRAKATA

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, atas berkat rahmat dan

karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Peran Bahan

Pembenah Tanah Sebagai Upaya Restorasi Lahan Karst: Studi Kasus di

Persemaian Bukit Pelncing ” ini yang dilaksanakan terhitung mulai Juli 2019.

Penyusunan laporan tugas akhir ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan,

bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT. yang berkat nikmat sehat, kekuatan, dan anugerah-Nya penulis

dapat menyelesaikan laporan tugas ini.

2. Keluarga penulis terutama ayah, mamak, maknon penulis yang selalu

memberikan dukungan secara moril dan materil mulai dari perencanaan dan

pelaksanaan penelitian hingga pada penyusunan laporan tugas akhir ini.

3. Bapak Dr. Joni Aldila Fajri, S.T., M.Eng. sebagai dosen pembimbing I atas

bimbingan dan arahan mulai dari perencanaan penelitian, pelaksanaan

penelitian, hingga penyusunan laporan tugas akhir ini.

4. Ibu Dewi Wulandari, S.Hut., M.Agr., Ph.D. sebagai dosen pembimbing II atas

bimbingan dan arahan mulai dari perencanaan penelitian, pelaksanaan

penelitian, hingga penyusunan laporan tugas akhir ini.

5. Bapak ibu laboran di Laboratorium Kualitas Lingkungan Teknik Lingkungan

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan atas dampingan dan bimbingannya

selama melakukan penelitian di laboratorium.

6. Laboratorium SEAMEO Biotrop Bogor yang telah membantu dalam

menganalisis sampel penelitian.

7. Teman-teman seperjuangan penelitian ini yaitu Tri, Dinda, Puspa, Aim, Nindy,

Adib, dan Naufal atas bantuannya dan dukungan penuh.

8. Penyemangat, pendukung dan pendengar keluhan penulis yang senantiasa ada

dan menemani penulis dikala susah dan senang yaitu Dinda Alifa, Dinda Latifa,

Nindy Prastiwi, Zehan Farandi, dan Risqi Sasqia

9. Sahabat dan teman-teman Program Studi Teknik Lingkungan angkatan 2016

atas doa dan dukungannya selama ini.

10. Pihak Panti Yatim Kreatif Mandiri, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa

Yogyakarta atas ketersediaan tempat dan waktunya dalam menunjang

keberhasilan penelitian ini.

11. Semua pihak yang telah membantu sampai pada saat ini yang tidak dapat

disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan tugas akhir ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang

membangun sangat diharapkan demi menjadikan laporan tugas akhir ini lebih baik.

Semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat

dijadikan sebagai referensi penelitian berikutnya.

Yogyakarta, Juli 2020

Aisyah Puspa Kinasih

Page 8: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

Page 9: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

ABSTRAK

AISYAH PUSPA KINASIH. Peran Bahan Pembenah Tanah Sebagai Upaya Restorasi

Lahan Karst: Studi Kasus di Persemaian Bukit Pelncing. Dibimbing oleh Dr. JONI

ALDILA FAJRI, S.T., M.Eng dan Dewi Wulandari, S.Hut., M.Agr., Ph.D.

Perubahan kondisi fisik pada zona karst oleh aktifitas manusia mengakibatkan

terjadinya Proses degradasi lahan, peningkatan erosi tanah dan kerusakan lingkungan

yang parah. Untuk menanggulangi hal itu pada Karst diwilayah Bukit Pelncing

Wukirsari, Imogiri, Bantul, D.I. Yogyakarta perlu dilakukan restorasi dengan cara

penanaman pohon. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bahan

pembenah tanah berupa pupuk kandang dan arang aktif terhadap tanaman. Dalam

penanaman pohon tanaman yang dipilih adalah Melaleuca leucadendron selain itu juga

dilakukan perlakuaan pada media tanam dengan bahan pembenah tanah. Media 1

dengan campuran tanah kapur dan batu kapur, Media 2 dengan tanah kapur, batu kapur

dan kompos, dan Media 3 dengan tanah kapur, batu kapur, kompos dan arang aktif.

Hasil dari penelitian ini menghasilkan Media 2 sebagai media paling optimum untuk

pertumbuhan tanaman dan Media 3 sebagai media yang hasilnya paling signifikan pada

pertumbuhan daun dan tunas.

Kata kunci: Bahan Pembenah Tanah, Karst, Melaleuca leucadendron

ABSTRACT

AISYAH PUSPA KINASIH. The Role of soil amendment as Efforts of Karst

Land Restoration: A Case Study in a Nursery at Bukit Pelncing. Supervised by Dr. Joni

Aldila Fajri, S.T., M.Eng. and Dewi Wulandari, S.Hut., M.Agr., Ph.D.

Changes in physical conditions in the karst zone by human activities result in the

process of land degradation, increased soil erosion and severe environmental damage.

To overcome this in the Karst in the region of Bukit Pelncing, Wukirsari, Imogiri,

Bantul, D.I. Yogyakarta needs to be Restoration by planting trees. The purpose of this

study was to see the effect of soil amendment materials in the form of manure and

activated charcoal on plants. In planting the selected plant tree is Melaleuca

leucadendron besides that treatment is also carried out on planting media with soil

amelioration material. Media 1 with a mixture of lime soil and limestone, Media 2 with

lime soil, limestone and compost, and Media 3 with lime soil, limestone, compost and

activated charcoal. The results of this study produce Media 2 as the most optimum

medium for plant growth and Media 3 as the media with the most significant results on

leaf and shoot growth.

Kata kunci: Soil amendment, karst, Melaleuca leucadendron

Page 10: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

Page 11: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …
Page 12: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

ii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ....................................................................................................... i

PRAKATA ............................................................................................................... i

ABSTRAK ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vi

BAB I ...................................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ................................................................................. 2

1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 2

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................... 2

1.5. Ruang Lingkup ........................................................................................ 3

BAB II ..................................................................................................................... 5

2.1. Karst ......................................................................................................... 5

2.2. Restorasi ................................................................................................... 6

2.3. Bahan Pembenah Tanah ........................................................................... 6

2.4. Vegetasi ................................................................................................... 8

2.5. Penelitian Terdahulu ................................................................................ 8

BAB III ................................................................................................................. 10

3.1. Waktu dan Tempat ................................................................................. 10

3.2. Tahapan Penelitian ................................................................................. 10

3.2.1. Persiapan Media Tanam ................................................................... 11

3.2.2. Penanaman Melaleuca leucadendra ................................................. 12

3.2.3. Pengujian karakteristik tanah ........................................................... 12

3.2.4. Perawatan dan Pengukuran Pertumbuhan Melaleuca leucadendra . 12

3.2.5. Pemanenan ........................................................................................ 13

3.3. Prosedur Analisis Data ........................................................................... 13

BAB IV ................................................................................................................. 14

4.1. Kondisi Lingkungan Lokasi Penelitian .................................................. 14

4.1.1. Karakteristik Tanah Sebelum Penanaman ........................................ 14

4.1.2. Analisis Nilai Pertumbuhan Tanaman .............................................. 15

Page 13: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

iii

iii

4.2. Analisis Pengaruh Bahan Pembenah Tanah pada Pertumbuhan Tanaman21

BAB V ................................................................................................................... 24

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 24

5.1. Kesimpulan ............................................................................................ 24

5.2. Saran ...................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... viii

LAMPIRAN ........................................................................................................... xi

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. xxv

Page 14: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

iv

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Penelitiah Terdahulu .............................................................................. 8

Tabel 4. 1 Karakteristik awal media tanam .......................................................... 14 Tabel 4. 6 Komposisi Media Tanam ..................................................................... 21

Page 15: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

v

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Peta Lokasi Penelitian ...................................................................... 10 Gambar 3. 2 Tahapan Penelitian ........................................................................... 11 Gambar 3. 3 Tahapan Persiapan Media Tanam .................................................... 11

Gambar 4. 1Grafik Hasil Analisis Data Ketinggian Tanaman pada Berbagai

Media..................................................................................................................... 16 Gambar 4. 2 Grafik Hasil Analisis Data Diameter (mm) Tanaman pada Berbagai

Media..................................................................................................................... 16 Gambar 4. 3Grafik Hasil Analisis Data Jumlah Daun Tanaman pada Berbagai

Media..................................................................................................................... 17

Gambar 4. 4 Grafik Hasil Analisis Data Jumlah Tunas Tanaman pada Berbagai

Media..................................................................................................................... 18

Gambar 4. 5Grafik Hasil Analisis Data Berat Basah Jaringan Atas Tanaman pada

Berbagai Media ..................................................................................................... 18 Gambar 4. 6Grafik Hasil Analisis Data Berat Basah Jaringan Akar Tanaman pada

Berbagai Media ..................................................................................................... 19

Gambar 4. 7Grafik Hasil Analisis Data Berat Kering Jaringan Atas Tanaman pada

Berbagai Media ..................................................................................................... 20

Gambar 4. 8Grafik Hasil Analisis Data Berat Kering Jaringan Akar Tanaman pada

Berbagai Media ..................................................................................................... 20

Page 16: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: ALAT DALAM PENELITIAN ........................................................ xi

Lampiran 2: BAHAN DALAM PENELITIAN ..................................................... xi Lampiran 3: Data Accuwesther (2019) ................................................................. xii Lampiran 4: Data Pengamatan Per Minggu ......................................................... xiii Lampiran 5: Data Berat basah dan Berat Kering Jaringan Tanaman ................... xvi Lampiran 6: Data pH dan EC .............................................................................. xvii

Lampiran 7: Data Kadar Air Tanah ................................................................... xviii Lampiran 8: Dokumentasi .................................................................................... xix Lampiran 9 : Data Statistik ................................................................................... xx

Page 17: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

vii

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

Page 18: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …
Page 19: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Luas wilayah karst di Indonesia jika di total mencapai ±140.000 km2 dimana 15%

dari total tersebut telah dilindungi. Kawasan karst di Gunung Sewu merupakan kawasan

karst yang wilayahnya mencakup 85 km dari barat di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta ke timur di Provinsi jawa Tengah (Widiyanti dan Dittmann, 2014).

Kawasan karst di Gunung Sewu telah di tetapkan sebagai satu-satunya yang menjadi

Global Geopark Network di Indonesia, peresmian Gunung Sewu sebagai Global

Geopark Network ini sejak tahun 2015 (UNESCO, 2015).

Karst adalah bentuk permukaan bumi yang ditandai dengan depresi tertutup,

drainase permukaan, dan gua (Khotimah et al., 2019). Kawasan karst sendiri terbentuk

dari batuan gamping dengan kandungan nutrisi yang rendah kecuali kalsium (Ca) dan

magnesium (Mg) yang cukup tinggi, serta tingkat pH yang tinggi dan kapasitas

penyimpanan air yang rendah (Hao et al., 2015). Kawasan karst Gunung Sewu memiliki

kondisi hidrologi yang unik dimana sistem air tanah di kawasan ini didominasi oleh

celah-celah hasil pelarutan batuan kapur sehingga menyebabkan kondisi kering di

permukaan (Cahyadi, 2010).

Kondisi permukaan wilayah karst yang kering mengakibatkan kelangkaan air

permukaan ditambah lagi dengan curah hujan di wilayah karst yang sangat fluktuatif

dan perubahan iklim yang ekstrem. Keadaan ini menjadikan wilayah karst tergolong

dalam kawasan kering yang kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan pertanian

maupun peternakan. Kondisi ini berdampak pada rendahnya pendapatan usahatani dan

tingginya angka kemiskinan (Khotimah et al., 2019). Untuk meningkatkan

perekonomian banyak dilakukan aktivitas seperti penebangan vegetasi, pemusnahan

tanah tertutup, penggalian batu kapur, penimbunan tanah tertutup, hingga pembangunan

aktivitas pertambangan. Aktifitas-aktifitas ini memiliki potensi yang besar dalam

mengubah kondisi fisik pada zona karst. Perubahan kondisi fisik pada zona karst dapat

mengakibatkan terjadinya Proses degradasi lahan (Ikhsan et al., 2019).

Proses degradasi lahan disertai dengan eksploitasi berlebihan oleh aktivitas manusia

dapat mengakibatkan peningkatan erosi tanah dan kerusakan lingkungan yang parah.

Kawasan karst yang mengalami peningkatan erosi tanah dan kerusakan lingkungan yang

parah dapat ditangani dengan restorasi menggunakan bahan pembenah tanah. bahan

pembenah tanah yang di gunakan dalan restorasi ini berupa arang aktif dan pupuk

kandang (Baer, et al., 2015).

Pengaplikasian arang aktif sebagai bahan pembenah dapat mempengaruhi

karakteristik dan kualitas tanah, termasuk ketersediaan hara, peningkatan KTK dan

kejenuhan basa dalam tanah (Setiawati et al., 2019). Untuk Pengaplikasian pupuk

kandang sebagai bahan pembenah tanah dapat meningkatkan indeks stabilitas agregat

karena adanya koloidal bahan organik yang berfungsi sebagai perekat partikel tanah.

Selain itu juga dapat meningkatkan pori tanah pada saat panen dan dapat meningkat

nilai C-organik pada pertumbuhan awal, pertumbuhan awal generatif, dan saat panen

(Widodo dan Kusuma, 2018). Untuk informasi terkait bahan pembenah tanah saat ini

masih kurang cukup dipahami. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk

Page 20: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

2

mempelajari kombinasi antar bahan pembenah tanah yang sesuai untuk di aplikasikan

dimana Melaleuca leucadendra sebagai vegetasi penguji dan pengujian di lakukan

dalam sekala persemaian.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka berikut adalah rumusan

masalah dari penelitian ini:

1. Bagaimana pengaruh bahan pembenah tanah berupa tanah kapur dan batu kapur

pada pertumbuhan tanaman Melaleuca leucadendra?

2. Bagaimana pengaruh bahan pembenah tanah berupa tanah kapur, batu kapur dan

pupuk organik pada pertumbuhan tanaman Melaleuca leucadendra?

3. Bagaimana pengaruh bahan pembenah tanah berupa tanah kapur, batu kapur, pupuk

organik dan arang aktif pada pertumbuhan tanaman Melaleuca leucadendra?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mempelajari dan menganalisis

pengaruh variasi bahan pembenah tanah terhadap pertumbuhan tanaman Melaleuca

leucadendra di Lahan Karst Bukit Plencing dalam skala persemaian.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-

pihak terkait seperti:

1. Perguruan Tinggi

Hasil dari penelitian dapat dijadikan sebuah referensi pembelajaran khususnya

pengetahuan tentang respon pertumbuhan tanaman dengan bahan pembenah tanah

guna restorasi pada lahan karst sebagai sarana dalam menghasilkan sarjana teknik

yang memiliki pengetahuan mendalam mengenai bahan pembenah tanah.

2. Masyarakat

Sebagai bahan referensi untuk penelitian mengenai bahan pembenah tanah guna

restorasi dan dapat juga sebagai bahan kajian penentuan hipotesisi lainnya yang

berkaitan dengan penelitian ini. Sebagai sumber informasi yang terpercaya

mengenai bahan pembenah tanah guna restorasi untuk pengembangn penelitian di

kawasan karst.

3. Pemerintah

Hasil dari penelitian diharapkan dapat menjadi suatu masukan dan pertimbangan

dalam pengambilan kebijakan mengenai bahan pembenah tanah guna restorasi di

kawasan karst. Agar dapat menemukan solusi dalam masalah-masalah dan

menetukan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan penelitian ini.

Page 21: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

3

3

1.5. Ruang Lingkup

Pelaksanaan penelitian ini difokuskan pada:

1. Skala persemaian di lahan karst di Bukit Plencing, Wukirsari, Imogiri, Bantul, D.I.

Yogyakarta

2. Vegetasi yang digunakan yaitu Melaleuca leucadendra.

3. Parameter penelitian yang diamati adalah karakteristik kimiawi tanah (pH, EC, N, P,

K, Ca, Mg) dan pertumbuhan tanaman atau parameter fisik.

4. Media tanam dari setiap vegetasi terdiri dari 3 jenis yaitu :

a. Tanah kapur + batu kapur (M1);

b. Tanah kapur + batu kapur + kompos (M2); dan

c. Tanah kapur + batu kapur + kompos + arang aktif (M3).

5. Penelitian akan dilaksanakan selama 6 bulan

Page 22: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

4

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

Page 23: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karst

Dikutip dari istilah bahasa jerman yang diturunkan dari bahasa slovenia, istilah

karst berarti lahan gersang berbatu. Istilah ini di negara asalnya tidak berkaitan dengan

batuan gemping dan proses pelarutan, namun saat ini istilah karst telah diadopsi untuk

istilah bentuk lahan hasil proses pelarutan. Istilah tersebut menggambarkan kondisi

yang sering ditemui di banyak daerah yang berbatuan karbonat atau batuan lain yang

memiliki sifat mudah larut (Husni dan Ansosry, 2018). Akibat terjadinya prose

pelarutan (solusional/karstifikasi) maka terbentuklah suatu sistem hidrologi yang unik.

Sistem hidrologi kawasan karst sangat dipengaruhi oleh porositas sekunder yang

menyebabkan air masuk ke dalam sistem aliran bawah tanah (Cahyadi, 2010).

Karst memiliki karakteristik kimia dan fisik. Karakteristik kimia karst yaitu

mengandung unsur hara (N, P, K, C) yang rendah kecuali kalsium (Ca) dan magnesium

(Mg) yang cukup tinggi, serta tingkat pH yang tinggi (Hao et al., 2015). Karakteristik

fisik karst yaitu bertekstur lempung debuan, struktur lapisan atas remah dengan

konsistensi gembur, dan semakin kebawah berstruktur gumpal dengan konsistensi

teguh. Karst juga memiliki solum yang tipis pada puncak dan semakin tebal pada

lembah (Wiyono et al., 2006). Untuk temperatur rata-rata tahunan pada karst berkisar

antar 23⁰C sampai dengan 30⁰C (Sudihardjo dan Pertanian, 2006).

Peraturan menteri energi dan sumber daya mineral republik Indonesia nomor 17

tahun 2012 menyebutkan bahwa karst adalah bentang alam yang terbentuk akibat

pelarutan air pada batu gamping dan / atau dolomit. Indonesia memiliki luas wilayah

karst mencapai ±140.000 km2, dimana 15% dari total wilayah tersebut telah di lindungi.

kawasan karst Gunung Sewu adalah salah satu kawasan karst yang terdapat di

Indonesia, wilayah karst ini mecakup 85 km dari barat di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta ke timur di Provinsi jawa Tengah (Widiyanti dan Dittmann, 2014).

Menurut keputusan menteri energi dan sumber daya mineral republik Indonesia

nomor: 3045 K/40/MEM/2014 bahwa yang termasuk dalam kawasan bentang alam

karst Gunung Sewu adalah Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Bantul, Kabupaten

Wonogiri, dan Kabupaten Pacitan. Untuk Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta meliputi Kecamatan Karangmojo, Kecamatan Nglipar,

Kecamatan Paliyan, Kecamatan Ponjong, Kecamatan Purwosari, Kecamatan Rongkop,

Kecamatan Girisubo, Kecamatan Saptosari, Kecamatan Semanu, Kecamatan

Tanjungsari, Kecamatan Tepus, dan Kecamatan Wonosari. Untuk bentang alam karst

Gunung Sewu pada Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi

Kecamatan Dlingo dan Kecamatan Imogiri.

Karstifikasi atau proses pembentukan bentuk lahan karst didominasi oleh proses

pelaruta. Dimana proses pelarutan batu gamping diawli oleh larutnya CO2 didalam air

membentuk H2CO3. Larutan H2CO3 tidak stabil terurai menjadi H- dan HCO3 2-. Ion H-

inilah yang selanjutnya menguraikan CaCO3 menjadi Ca2+ dan HCO32-. Secara ringkas

proses pelarutan dirumuskan dengan reaksi sebagai berikut:

Page 24: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

6

CaCO3 + H2O + CO2 → Ca2+ + 2 HCO3

(batu gamping) (air hujan) (larutan batu gamping)

Karstifikasi dipengaruhi oleh dua kelompok faktor, faktor pengontrol dan faktor

pendorong. Faktor pengontrol menentukan dapat tidaknya proses karstifikasi

berlangsung. Faktor sendangkan faktor pendorong menentukan kecepatan dan

kesempurnaan proses karstifikasi. Faktor pengontrol 1. Batuan mudah larut, kompak,

tebal, dan mempunyai banyak rekahan 2. Curah hujan yang cukup (>250 mm/tahun) 3.

Batuan terekspos di ketinggian yang memungkinkan perkembangan sirkulasi

air/drainase secara vertikal. Faktor pendorong 1. Temperatur 2. Penutupan hutan

(Haryono dan Adji, 2004).

2.2. Restorasi

Pegunungan karst Gunung Sewu tergolong dalam wilayah kering yang

kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan pertanian maupun pertenakan. Keadaan ini

berdampak pada rendahnya pendapatan usahatani dan tingginya angka kemiskinan di

wilayah tersebu (Khotimah et al., 2019). Untuk meningkatkan perekonomian dilakukan

aktifitas seperti penggalian batu kapur hingga pembangunan pertambangan batu kapur.

Aktifitas ini memiliki potensi yang besar dalam mengubah kondisi fisik pada zona karst.

Proses degradasi lahan disertai dengan eksploitasi berlebihan oleh aktivitas ini dapat

mengakibatkan peningkatan erosi tanah dan kerusakan lingkungan yang parah (Ikhsan

et al., 2019b).

Kawasan karst yang mengalami peningkatan erosi tanah dan kerusakan

lingkungan yang parah dapat di tangani dengan restorasi menggunakan bahan pembenah

tanah (Baer, et al., 2015). Restorasi didefinisikan sebagai upaya untuk memperbaiki

atau memulihkan kondisi dari suatu lahan yang rusak dengan membentuk struktur dan

fungsinya sesuai atau mendekati dengan kondisi semula (Harahap, 2016). Sedangkan

untuk restorasi ekosistem menurut Peraturan Menteri Kehutanan No. P.18//Menhut-

II/2004 menyebutkan bahwa Restorasi Ekosistem adalah upaya untuk mengembalikan

unsur biotik (flora dan fauna) serta unsur abiotik (tanah, iklim dan topografi) pada

kawasan hutan produksi sehingga tercapai keseimbangan hayati. Jadi dapat di katakan

bahwa restorasi ekologi adalah proses-proses pemulihan suatu ekosistem yang telah

menurun, rusak atau hancur (Harahap, 2016).

2.3. Bahan Pembenah Tanah

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 70/Permentan/SR.140/10/ 2011

yang dimaksud dengan bahan pembenah tanah adalah bahan-bahan sintetis atau alami,

organik atau mineral yang berbentuk padat atau cair yang mampu memperbaiki sifat

fisik, kimia, dan biologi tanah. Pada penelitian ini bahan pembenah tanah yang di pakai

adalah arang aktif dan pupuk kandang.

Arang aktif berasal dari proses pembakar dengan kondisi oksigen yang terbatas atau

sering di sebut juga dengan pirolisis. Bahan baku Arang aktif dari akan berpengaruh

terhadap luas permukaan, porositas dan jumlah gugus fungsional (Thies dan Rillig,

2012). Pengaplikasian arang aktif sebagai bahan pembenah tanah dapat meningkatkan

kandungan karbon karena arang aktif dikenal dengan kandungan karbon yang tinggi,

sehingga dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Kandungan karbon

dalam tanah dapat dijadikan sebagai indikator dalam kualitas tanah seperti kemantapan

agregat tanah retensi dan ketersediaan hara (C, K, Ca, Mg, Na dan P) (Ratmini et al.,

Page 25: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

7

7

2018). Arang aktif mempunyai kemampuan memegang air cukup tinggi, sehingga

peberiannnya ke dalam tanah akan mempengaruhi kemampuan tanah dalam memegang

air dengan demikian kemampuan tanah untuk menyediakan hara bagi tanaman akan

meningkat.(Ratmini et al., 2018). Berikut merupakan gambaran dari fungsi arang aktif

pada tanah yang ditunjukan gambar 1.

gambar 1. Gambar Kerja Arang Aktif pada Serapan Hara Tanaman (Naeem et al., 2017)

Berdasarkan Peraturan Mentri Pertanian Nomor: 70/Permentan/SR.140/10/ 2011

pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan, bagian

hewan dan limbah organik lainya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat

atau cair, dapat di perkaya dengan bahan mineral dan mikroba yang bermanfaat untuk

meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik,

kimia dan biologi tanah.

Terkait dengan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kompos adalah pupuk

organik yang berasal dari bahan organik contohnya kotoran kambing. bahan organik ini

telah didekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga bahan organik yang

belum dapat terurai secara sempurna atau terurai dengan waktu yang lama dapat

dimanfaatkan. Kompos yang telah matang memiliki ciri warna menjadi coklat

kehitaman dan tidak berbau. Bahan dari pembuatan kompos juga dapat mempengaruhi

kandungan unsur hara pada kompos (Arifiati et al., 2017).

Adijaya dan Rai Yasa (2014) menyatakan bahwa selain menurunkan berat volume

tanah (bulk density) pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan kadar air dan

meningkat total ruang pori tanah. Pemberian bahan organik juga dapat memperbaikan

agregat sehingga setruktur tanah menjadi remah.Setruktur tanah yang remah akan

menurunkan nilai berat isi tanah.

Perbedaan nilai berat isi tanah dikarenakan adanya proses perbaikan sifat fisik

tanah berkaitan dengan dekomposer yang merombak bahan organic (Widodo dan

Kusuma, 2018). Pemberian pupuk kandang pada tanah juga berpengaruh nyata terhadap

C-organik tanah (Adijaya dan Rai Yasa, 2014). peningkatan kandungan C- organik

tanah terjadi karena adanya pelepasan C-organik dari pupuk (Widodo dan Kusuma,

2018).

Page 26: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

8

2.4. Vegetasi

Melaleuca leucadendra merupakan spesies tanaman tropis dari suku Myrtaceae

yang berasal dari Australia dan terdistribusi secara luas ke beberapa negara lain seperti

Brazil, India, Cuba, serta Asia bagian Selatan termasuk Indonesia (Tran et al., 2013).

Melaleuca leucadendra memiliki klasifikasi Kingdom: Planta (tumbuhan), Divisio:

Magnoliophyta, Class: Magnoliopsida, Ordo: Myrtales, Famili: Myrtaceae, Genus :

Melaleuca (Meisarani dan Ramadhania, 2018). Tanaman Melaleuca leucadendra adalah

tanaman yang memiliki sifat dapat beradaptasi pada kondisi lahan yang bervariasi.

(Sumardi et al., 2018). Tanaman Melaleuca leucadendra juga digolongkan ke dalam

tanaman yang dapat bertahan hidup pada kondisi lahan yang kurang subur, dengan iklim

kering yang panjang, tahan terhadap suhu udara panas dan dapat tumbuh pada tanah

yang dangkal . Tanaman ini dapat ditemukan dari dataran rendah sampai pada

ketinggian 400 m dpl., dapat tumbuh di dekat pantai di belakang hutan bakau, dengan

tekstur dari lempung berliat sampai liat berlempung, pada pH 4-7. Tanaman kayu putih

ideal tumbuh pada iklim kering, curah hujan maksimum 2000 mm pertahun dengan

suhu minimum 22°C dan suhu maksimum 32°C (Sudaryono, 2010) Selain itu tanaman

Melaleuca leucadendra sangat tangguh dalam beradaptasi pada perubahan iklim (Tran

et al., 2013).

2.5. Penelitian Terdahulu

Untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan, berikut adalah beberapa

penelitian terdahulu yang pernah dilakukan: Tabel 2. 1 Penelitiah Terdahulu

No. Sumber Topik Metode Hasil

1. (Ratmini et al.,

2018)

pengaruh

pemberian arang

terhadap perbaikan

kesuburan tanah.

Studi literatur Biochar

merupakan salah

satu alternatif

yang dapat

dimanfaatkan

untuk

meningkatkan

kesuburan tanah

sub optimal.

Biochar dapat

meningkatkan

retensi air dan

hara dalam tanah

serta mampu

meningkatkan

ketersediaan

unsur-unsur hara

bagi tanaman.

2. (Setiawati et al.,

2019)

menganalisis

karakteristik tanah

setelah inkubasi

menggunakan

Analisis varian

(ANOVA) dua

arah pada tingkat

kepercayaan 5%

Dosis biochar

serbuk kayu

durian dan lama

inkubasi

Page 27: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

9

9

No. Sumber Topik Metode Hasil

biochar pada

berbagai dosis

digunakan untuk

menganalisis

pengaruh dosis

biochar terhadap

karakteristik

tanah

menggunakan

software SPSS

versi 16.0.

berpengaruh

positif terhadap

karakteristik tanah

sulfat asam.

Peningkatan dosis

biochar

mengakibatkan

peningkatan pH

tanah.

3. (Widodo dan

Kusuma, 2018)

Pengaruh

pemberian kompos

terhadap sifat fisik

tanah dan

mengetahui

hubungan sifat fisik

tanah dengan

pertumbuhan

tanaman jagung.

Data yang

diperoleh

Dianalisis

dengan

menggunakan

sidik ragam

(ANOVA)

dengan uji F

taraf 5%

menggunakan

aplikasi Genstat.

Pemberian

beberapa dosis

kompos dapat

meningkatkan

stabilitas agregat,

menurunkan

berat isi tanah, dan

meningkatkan pori

tanah pada saat

panen.

4. (Nazli et al.,

2018)

Mengetahui

pengaruh

pemberian berbagai

jenis bahan

amandemen

terhadap beberapa

sifat kimia tanah

gambut.

Rancangan

Acak Lengkap

non faktorial

dengan

delapan

perlakuan dan

tiga ulangan.

mempelajari

pengaruh

perlakuan

dilakukan

analisis ragam

dan untuk

mengetahui

perbedaan

pengaruh dalam

perlakuan

dilakukan uji

Duncan Multiple

Range Test

(DMRT).

Pemberian

berbagai jenis

bahan amandeman

tanah memberikan

pengaruh sangat

nyata terhadap pH

H2O, P tersedia,

KTK, dan KB.

Page 28: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

10

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian akan dilaksanakan di Bukit Plencig, Wukirsari, Imogiri, Bantul, D.I.

Yogyakarta dengan koordinat 7o54’04.2’’S 110o23’55.7’’E. Penelitian dilakukan pada

skala persemaian (nursery ) dengan luas lahan persemaian sebesar 70,4 m2 dan tinggi

bench pada persemaian adalah 0,4 m. Waktu penelitiaan untuk pembuatan media,

pengambilan data hingga menganalisis data berlangsung dari maret 2020 sampai Juni

2020 yaitu selama 6 bulan. Pengambilan data berupa pengukuran berat kering tanaman,

pengukuran pH awal tanah akan dilaksanakan di laboratorium kualitas lingkungan

Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia

(TL FTSP UII), dan untuk analisis paremeter kimia dilaksanakan di laboratorium

Seameo Biotrop Bogor. Pada penelitian ini tidak dilakukan pengontrolan pada variabel

micro climate karena lokasi persemaian sudah berada di area karst.

Gambar 3. 1 Peta Lokasi Penelitian

3.2. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian ini menjelaskan mengenai alur pelaksanaan penelitian secara

garis besar yang dapat dilihat melalui bagan alir berikut ini:

Page 29: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

11

11

Gambar 3. 2 Tahapan Penelitian

3.2.1. Persiapan Media Tanam

Gambar 3. 3 Tahapan Persiapan Media Tanam

Page 30: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

12

3.2.2. Penanaman Melaleuca leucadendra

Penanaman vegetasi dilakukan pada tiap-tiap media yang telah di buat. Vegetasi

yang akan ditanam pada tiap-tiap media yaitu Kayu Putih atau Melaleuca leucadendra

(Identitas Pada polybag dinotasikan dengan ML). Bibit yang digunakan sebagai

tanaman uji berusia 1,5 bulan yang berasal dari Seameo Biotrop Bogor.

3.2.3. Pengujian karakteristik tanah

Pengujian karakteristik bertujuan untuk mengetahui karakteristik tanah karst.

Pengujian yang dilakukan adalah Pengujian derajat keasaman (pH) tanah, konduktivitas

listrik (EC) dan kadar air. Pengujian dilakukan di laboratorium kualitas lingkungan

Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia

(TL FTSP UII). Pengujian pH dan EC dilakukan menggunakan ORP meter tipe PHT-

027 Sing One Monitor (AC 230V). Pada Pengujian pH, sampel tanah yang akan diuji

dilarutkan menggunakan aquades di dalam Erlenmeyer 250 ml. Kemudian sempel

digojok menggunakan Shaker selama 15 menit dengan kecepatan 150 rpm. Setelah itu,

dilakukan pengecekan pH dengan mencelupkan probe pH ke dalam sempel. Pada

Pengujian EC, sempel tanah yang akan diuji dilarutkan menggunakan aquades dan KCL

1 N di dalam Erlenmeyer 250 ml . Kemudian sempel digojok menggunakan Shaker

selama 15 menit dengan kecepatan 150 rpm. Setelah itu, dilakukan pengecekan EC

dengan mencelupkan probe EC ke dalam sempel.

Untuk Pengujian kadar air dilakukan metode gravimetric dengan rumus :

Kadar air (%) =massa tanah lembab(g)−massa tanah kering setelah dioven(g)

massa tanah kering setelah dioven(g)× 100

Metode gravimetric dilakukan dengan cara memasukkan 10 gr sampel tanah ke dalam

cawan porselin yang sudah ditimbang beratnya terlebih dahulu. Kemudia cawan

dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 105-110°C (Voroney, 2019).

setelah itu cawan didinginkan dengan dimasukan kedalam desikator selama 15 menit.

Lalu cawa ditimbang kembali dengan menggunakan timbangan analitik.

3.2.4. Perawatan dan Pengukuran Pertumbuhan Melaleuca leucadendra

Tahapan selanjutnya dari penelitian ini adalah perawatan dan pengamatan

perkembangan dari pertumbuhan tanaman Melaleuca leucadendra Untuk perawatan

tanaman pada media tanam dilakukan penyiraman dengan air dua kali sehari yaitu pada

pagi dan sore hari. Perawatan ini dilakukan tanpa penambahan bahan apapun pada

tanaman dan media tanam. Selain melakukan perawatan untuk tanaman pada media

tanam ditahapan ini juga di lakukan pengamatan pertumbuhan pada tanaman

Pengamatan pertumbuhan pada tanaman dilakukan setiap dua minggu sekali. Pada

pengamatan pertumbuhan tanaman parameter yang di investigasi berupa ketinggian

tanaman (cm), diameter batang tanaman (mm), jumlah daun, dan jumlah tunas.

Pengukuran ketinggian tanaman dilakukan dengan menggukur tinggi batang tanaman

dari pangkal batang menggunakan penggaris/mistar dan untuk pengukuran diameter

batang tanaman dilakukan dengan mengukur diameter batang menggunakan caliper.

Investigasi dari parameter pertumbuhan tanaman Melaleuca leucadendra dilakukan

selama ±10 mingg atau 3 bulan.

Page 31: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

13

13

3.2.5. Pemanenan

Tahapan pemanenan tanaman baru dilaksanakan setelah pengamatan pada

pertumbuhan tanaman dilakukan selama ±10 minggu. Pemanenan tanaman penguji

dilakukan dengan cara memisahkan antara bagian batang (shoots) dan akar (roots).

Pemisahan ini dilakukan dengan memotong tanaman penguji yang berjarak 1 cm dari

akarnya. Setalah dilakukan pemotongan, tumbuhan yang dipotong kemudian ditimbang.

Penimbangan dilakukan untuk semua bagian tanaman penguji yang berupa bagian

shoots dan roots tanaman.

Penimbangan tanaman bertujuan untuk menghitung biomassa tanaman. Pada

perhitungan Biomassa harus diketahui berat basah dan berat kering tanaman, untuk

perhitungan berat basah tanaman didapatkan dari berat tanaman sebelum pengovenan

dan berat kering tanaman didapatkan dari berat tanaman setelah pengovenan.

Pengovenan dilakukan selama 48 jam atau 2 hari dengan suhu oven 70⁰. Kemudian

dilakukan penimbangan, setelah dilakukan penimbangan bagian shoots dan roots

tanaman dimasukan kedalam amplop yang diberi identitas sesuai dengan polybag asal.

3.3. Prosedur Analisis Data

Untuk mengidentifikasi adanya pengaruh bahan pembenah tanah terhadap

pertumbuhan tanaman pada restorasi lahan karst yang terdegradasi maka perlu

dianalisis dengan cara analisis varian (ANOVA) dan analisis time series. Analisis

varian (ANOVA) merupakan metode untuk mengidentifikasi hubungan antara dua

atau lebih set data. analisis ini memiliki variabel bebas yaitu media tanam yang terbuat

dari beberapa bahan pembenah tanah. Untuk variabel terikat pada analisis ini adalah

pertumbuhan tanaman. analisis time series digunakan untuk pengukuran parameter

ketinggian, diameter, jumlah daun dan jumlah tunas. Pengukuran dilakukan setiap 2

minggu sekali selama 3 bulan .

Page 32: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

14

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Lingkungan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Bukit Plencig, Wukirsari, Imogiri, Bantul, D.I.

Yogyakarta dengan koordinat 7o54’04.2’’S 110o23’55.7’’E. Penelitian dilakukan pada

skala persemaian (nursery) yang berada di daerah karst langsung dengan luas lahan

persemaian sebesar 70,4 m2 dan tinggi bench pada persemaian adalah 0,4 m.

Persemaian berada pada daerah karst langsung agar tanaman dapat beradaptasi dengan

kondisi sebenarnya di daerah karst. Persemaian berlangsung dari bulan Juli sampai

dengan September 2019. Selama persemaian berlangsung tercatat suhu rata-rata

lingkungan persemaian adalah 25,5 oC dengan temperatur minimum 18,1 oC serta

temperatur maksimum 37,4 oC. Data dari Accuweather (2019) menunjukan bahwa

kondisi iklim selama penelitian berlangsung adalah musim kemarau dan tidak terjadi

hujan.

4.1.1. Karakteristik Tanah Sebelum Penanaman

terdapat tiga jenis media tanam yang tersusun dari beberapa bahan pembenah

tanah yang berbeda-beda. Media 1 tersusu dari tanah kapur dan batu kapur. Media 2

tersusun dari tanah kapur, batu kapur, dan pupuk kandang. Media 3 tersusun dari tanah

kapur, batu kapur, pupuk kandang, dan arang aktif. Karakteristik kimiawi media tanam

yang diidentifikasi meliputi pH H20, pH KCl, Daya Hantar Listrik (DHL), Kadar Air,

N-Total, P-Tersedia, K, Ca, dan Mg. Dengan hasil karakteritsik sebagai berikut: Tabel 4. 1 Karakteristik awal media tanam

Karakteristik Tanah Awal Satuan Media 1 Media 2 Media 3

pH H2O - 7,41 7,28 6,81

pH KCL - 5,92 6,45 6,54

Daya Hantar Listrik/EC (mS/m)

mS/cm 0,66 1,76 1,67

Kadar Air (%) % air 30 60 43

N -Total % 0,08 0,45 0,11

p - Tersedia Ppm 7,6 392,4 352,5

Kalium (K) Cmol/Kg 5,17 11,75 6,84

Kalsium (Ca) Cmol/Kg 3,84 5,74 4,04

Magnesium (Mg) Cmol/Kg 2,19 2,59 2,33

Sumber: Data Primer

Kawasan karst memiliki kandungan kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) yang

cukup tinggi sehingga kadar pH yang terkandung cukup tinggi. Berdasarkan data

karakteristik tanah awal pada Media 1, Media 2, dan Media 3 nilai pH mengalami

penurunan. Penurunan pH (pH H2O/pH aktual) dan pH KCL ( pH potensial) yang

awalnya tinggi dinetralkan atau diturunkan karenakan penambahan bahan pembenah

tanah. Selain Penurunan pH (pH H2O/pH aktual) dan pH KCL ( pH potensial) terdapat

Daya Hantar Listrik (DHL) atau EC, EC adalah ukuran dari jumlah garam yang terlarut

dalam nutrisi atau kepekatan pupuk. Berdasarkan data karakteristik tanah awal pada

Media 1, Media 2, dan Media 3 berturut-turut nilai EC adalah sebesar 0,66 mS/cm, 1,76

mS/cm, dan 1,67 mS/cm. Nilai EC pada Media 1 rendah hal ini dikarenakan Media 1

Page 33: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

15

15

tidak dipengaruhi oleh bahan pembenah tanah, sedangkan pada Media 2 dan Media 3

dipengaruhi oleh bahan pembenah yang mengandung nutrien. Nutrien dihasilkan oleh

nutrien yaitu pupuk kandang dan arang aktif (Pratiwi et al., 2015).

Penambahan bahan pembenah tanah juga mempengaruhi kelembaban tanah atau

kadar air dalam tanah hal ini ditunjukan dari data karakteristik tanah awal. Kadar air

dalam tanah Media 1 adalah yang paling rendah yaitu sebesar 29.54% karena tidak ada

penambahan bahan pembenah tanah pada Media 1. Sedangkan Media 2 dan Media 3

ditambahkan bahan pembenah tanah sehingga Media 2 dan Media 3 memiliki kadar air

dalam tanah sebesar 58.90% dan 42.72%.

Data karakteristik tanah awal Selain pH (pH H2O/pH aktual), pH KCL ( pH

potensial), EC, dan kadar air dalam tanah terdapat juga unsur hara lainya yaitu N-Total,

P-Tersedia, K, Ca, dan Mg. N-Total berfungsi sebagai perangsang pertumbuhan

tanaman secara keseluruhan, P-Tersedia berfungsi sepagai perangsang pertumbuhan

akar dan memperkuat batang, K berfungsi sebagai antibodi tanaman dan memperkuat

jaringan tanaman, Ca berfungsi untuk pertumbuhan tanaman dan Mg berfungsi untuk

pembentukan zat hijau daun (klorofil), karbohidrat, lemah dan senyawa minyak yang

dibutuhkan tanman serta berperan dalam transportasi P didalam Tanaman (Basuki and

Nuri Jelma, 2013).

4.1.2. Analisis Nilai Pertumbuhan Tanaman

Analisis nilai pertumbuhan tanaman dilakukanm menggunakan metode anova

(analysis of varian) dengan penggunaan aplikasi SPSS dan analisis time series.

Beberapa data yang dianalisis yaitu tinggi, diameter, jumlah daun, dan jumlah tunas

pada tanaman yang diukur setiap dua minggu sekali selama masa persemaia. Serta data

berat basah dan berat kering jaringan atas dan jaringan akar tanaman yang di ukur pasa

masa panen tanaman. Untuk analisis data menggunak metode anova dengan aplikasi

SPSS diperlukan beberapa persyaratan yaitu uji normalitas dan uji homogenitas terlebih

dahulu. Nilai hasil dari kedua uji tersebut harus berada diatas 0.05. Dari hasil analisis

beberapa data parameter yang di analisis telah memenuhi persyaratan Berikut adalah

hasil analisis data menggunakan metode anova:

1. Tinggi Tanaman

Penelitian ini menggunakan bibit yang berumur ± 1,5 bulan sehingga hasil

fotosintesis masih digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman

karena pertumbuhan tinggi tanaman cendrung terjadi di usia muda (Mawaddah et al.,

2012). Hasil analisis pertumbuhan tinggi tanaman dapat di lihat dari grafik pada

gambar 4.1. grafik menunjukan bahwa pertumbuhan tinggi Melaleuca leucadendra

yang diamati setiap dua minggu sekali memiliki perbedaan yang sangat jelas.

Pertumbuhan tinggi pada setiap media mengalami peningkatan yang sangat signifika.

Jika dilihat dari grafik pertumbuhan tinggi mengalami peningkatan dimulai dari

minggu ke 6. Kemudian pada minggu ke 8 tinggi tanaman pada media 2 yang

sebelumnya lebih rendah dari medai 1 pada minggu ke 8 tingginya melebih media 1

dan tinggi tanaman pada medai 3 yang sebelumnya sama dengan medai 1 pada

minggu ke 8 lebih tinggi dari medai 1 dan medai 2. Pertumbuhan tinggi Melaleuca

leucadendra ini mengalami peningkatan hinggak minggu ke 12.

Dari hasil analisis pertumbuhan tanaman pada grafik. media yang mengalami

pertumbuhan paling signifikan diantara kedua media lainnya adalah medai 3 hal ini

dapat di akibatkan oleh bahan pembenah tanah yang terkandung didalam masing-

masing media tanam.

Page 34: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

16

Gambar 4. 1Grafik Hasil Analisis Data Ketinggian Tanaman pada Berbagai Media

2. Diameter Tanaman

Hasil dari analisis pertumbuhan diameter tanaman dapat di lihat dari grafik pada

gambar 4.2. Pertumbuhan diameter Melaleuca leucadendra pada setiap media

mengalami peningkatan. Jika dilihat dari grafik peningkatan diameter yang signifikan di

mulai dari minggu ke 8 hingga minggu terakhir. Pertumbuhan diameter pada media 2

adalah yang paling besar jika dibandingkan dengan dua media lainya. Sedangkan untuk

medai 1 pertumbuhan diameter yang paling kecil. Hal ini menurut Mawaddah (2012)

dikarenakan pertumbuhan diameter tanaman akan terpenuhi jika keperluan hasil

fotosintesis untuk respirasi, pergantian daun, pergantian akar, dan tinggi telah terpenuhi.

Jadi pada media 2 keperluan hasil fotosintesis untuk respirasi, pergantian daun,

pergantian akar, dan tinggi telah terpenuhi sehingga pertumbuhan diameter dapat

terpenuhi.

Gambar 4. 2 Grafik Hasil Analisis Data Diameter (mm) Tanaman pada Berbagai Media

0

5

10

15

20

25

30

35

40

mingguke-0

mingguke-2

mingguke-4

mingguke-6

mingguke-8

mingguke-10

mingguke-12

Per

ub

ahan

Tin

ggiT

anam

an(c

m)

Ketinggian (cm)

Media 1

Media 2

Media 3

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

minggu ke-2

minggu ke-4

minggu ke-6

minggu ke-8

minggu ke-10

minggu ke-12

Dia

met

er T

anam

an (

mm

)

Diameter (mm)

Media 1

Media 2

Media 3

Page 35: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

17

17

3. Jumlah Daun Tanama

Hasil analisis pertumbuhan jumlah daun Melaleuca leucadendra pada penelitian

ini dapat dilihat dari grafik pada gambar 4.3. Dari grafik, kenaikan jumlah daun

mengalami peningkatan yang signifikan. Jika dilihat dari grafik peningkatan jumlah

daun dimulai dari minggu ke 4. Media 1 mengalami peningkatan jumlah daun yang

paling rendah jika dibandingkan dengan kedua medai lainya. Peningkatan jumlah daun

yang paling besar terdapat pada media 3 kemudian medai 2. Terdapat perbedaan jumlah

daun yang sangat banyak antara media 1 dengan media 2 dan media 3 hal ini bisa di

akibatkan oleh kandungan unsur hara didalam media1. Media 1 tidak di tambahkan

bahan pembenah tanah sehingga unsur hara yang terdapat di dalamnya jika di

bandingkan dengan media 2 dan media 3 yang di tambahkan arang aktif dan pupuk

kompos akan sangat berbeda. Menurut Wasis dan Megawati (2013) pertumbuhan daun

dan tunas dipengaruhi oleh unsur hara Nitrogen sehingga mempercepat pertumbuhan

dari daun dan tunas tersebut.

Gambar 4. 3Grafik Hasil Analisis Data Jumlah Daun Tanaman pada Berbagai Media

4. Jumlah Tunas Tanaman

Hasil dari analisis pertumbuhan tunas Melaleuca leucadendra dapat di lihat dari

grafik pada gambar 4.4. Grafik menunjukan kenaikan dan penurunan pada

pertumbuhan jumlah tunas tanaman uji. Kenaikan dan penurunan jumlah tunas akan

berbanding terbalik dengan kenaikan jumlah daun. karena setiap tunas akan menjadi

daun baru yang akan mengurangi jumlah tunas dan memperbanyak jumlah daun. Media

1 jika dilihat dari grafik mengalami peningkatan mulai dari minggu ke 4 terus naik

hingga minggu terakhir. Media 2 dilihat dari grafik mengalami peningkatan mulai dari

minggu ke 8 naik hingga minggu terakhir. Untuk media 3 dilihat dari grafik mengalami

peningkatan mulai dari minggu ke 6 naik hingga minggu ke 10 lalu mengalami

penurunan pada minggu terakhir. Dari ketiga media yang mengalami peningkatan

paling besar terjadi pada media 3.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

mingguke-0

mingguke-2

mingguke-4

mingguke-6

mingguke-8

mingguke-10

mingguke-12

Per

ub

ahan

Ju

mla

hD

aun

(hel

ai)

Jumlah Daun

Media 1

Media 2

Media 3

Page 36: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

18

Gambar 4. 4 Grafik Hasil Analisis Data Jumlah Tunas Tanaman pada Berbagai Media

5. Berat Basah Tanaman

Berat basah tanaman adalah berat tanaman setelah dipanen. Berat basah tanaman

dibagi menjadi dua yaitu berat jaringan atas tanaman dan berat jaringan akar

tanaman, berikut adalah hasil dari analisis berat basah tanaman:

a. Jaringan atas tanaman

berat basah jaringan atas tanaman pada M1, M2, dan M3 dari hasil analisis

berturut-turut mencapai 2.24, 5.70, dan 3.73. Jika di lihat dari grafik pada Gambar 4.5

berat basah jaringan atas tanaman pada M2 dibandingkan dengan M1 dam M3 adalah

yang paling besar yaitu berjumlah 5.70. berat basah jaringan atas tanaman pada M3

lebih besar jika dibandingkan dengan tanaman pada M1 yaitu mencapai 3.73.

Gambar 4. 5Grafik Hasil Analisis Data Berat Basah Jaringan Atas Tanaman pada Berbagai Media

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

mingguke-0

mingguke-2

mingguke-4

mingguke-6

mingguke-8

mingguke-10

mingguke-12

Per

ub

ahan

Tu

nas

Tan

aman

(bu

ah)

Jumlah Tunas

Media 1

Media 2

Media 3

Page 37: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

19

19

b. Jaringan akar tanaman

berat basah jaringan akar tanaman pada M1, M2, dan M3 dari hasil analisis berturut-

turut mencapai 0.52, 1.10, dan 0.80. Jika di lihat dari grafik pada Gambar 4.6 berat

basah jaringan akar tanaman pada M2 dibandingkan dengan M1 dam M3 adalah yang

paling besar yaitu berjumlah 1.10. berat basah jaringan akar tanaman pada M3 lebih

besar jika dibandingkan dengan tanaman pada M1 yaitu 0.80.

Gambar 4. 6Grafik Hasil Analisis Data Berat Basah Jaringan Akar Tanaman pada Berbagai Media

6. Berat Kering Tanaman

Berat kering tanaman adalah berat tanaman setelah dipanen yang kemudian

dilakukan pengovenan selama 48 jam pada suhu 70°C. Berat Kering Total (BKT)

tanaman merupakan indikator yang umum digunakan untuk mengetahui baik atau

tidaknya pertumhuhan tanaman karena BKT tanman dapat menggambarkan efisiensi

proses fisiologis di dalam tanaman. semakin baik atau semakain efisiensi proses

fisiologis di dalam tanaman maka tanaman semakin mampu menyerap unsur hara yang

tersedia (Mawaddah et al., 2012). BKT tanaman dibagi menjadi dua yaitu berat

jaringan atas tanaman dan berat jaringan akar tanaman, berikut adalah hasil dari analisis

berat basah tanaman:

a. Jaringan atas tanaman

berat kering jaringan atas tanaman pada M1, M2, dan M3 dari hasil analisis

berturut-turut mencapai 0.66, 1.70, dan 1.08. Jika di lihat dari grafik pada Gambar 4.7

berat kering jaringan atas tanaman pada M2 dibandingkan dengan M1 dam M3 adalah

yang paling besar yaitu berjumlah 1.70. berat kering jaringan atas tanaman pada M3

lebih besar jika dibandingkan dengan tanaman pada M1 yaitu mencapai 1.08.

Page 38: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

20

Gambar 4. 7Grafik Hasil Analisis Data Berat Kering Jaringan Atas Tanaman pada Berbagai Media

b. Jaringan akar tanaman

berat kering jaringan akar tanaman pada M1, M2, dan M3 dari hasil analisis

berturut-turut mencapai 0.24, 0.41, dan 0.27. Jika di lihat dari grafik pada Gambar 4.8

berat kering jaringan akar tanaman pada M2 dibandingkan dengan M1 dam M3 adalah

yang paling besar yaitu berjumlah 0.41. berat kering jaringan akar tanaman pada M3

lebih besar jika dibandingkan dengan tanaman pada M1 yaitu 0.27.

Gambar 4. 8Grafik Hasil Analisis Data Berat Kering Jaringan Akar Tanaman pada Berbagai

Media

Page 39: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

21

21

4.2. Analisis Pengaruh Bahan Pembenah Tanah pada Pertumbuhan Tanaman

Bahan pembenah tanah yang digunakan pada media tanaman penelitian ini

memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Bahan pembenah tanah yang

digunakan untuk membuat media tanama yaitu: Tabel 4. 2 Komposisi Media Tanam

Media Tanam Komposisi Bahan Pembenah Tanah

Media 1 (M1) 1 : 1 lime rock + line soil

Media 2 (M2) 1: 1 : 1 lime rock + line soil + pupuk kandang

kambing

Medai 3 (M3) 1 : 1 : 1/2 : 1/2

lime rock + line soil + pupuk kandang

kambing + arang aktif

Berdasarkan analisis menggunakan anova dan analisis time series, parameter

pertumbuhan tanaman yang diamati meliputi tinggi tanaman, diameter tanaman, jumlah

daun tanaman, jumlah tunas tanaman juga berat basah dan berat kering jaringan atas

dan jaringan akar tanaman. Hasil analisis, parameter menghasilkan respon yang

berbeda-beda pada setiap media.

Media 1 (M1) yang tersusun atas lime rock dan line soil dengan komposisi

perbandingan jumlah 1 : 1. Tanaman uji yang di tanaman pada media ini yaitu tanaman

Melaleuca leucadendron. Tanaman ini tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan

pada setiap parameter yang di ujikan jika dibandingkan dengan dua media lainnya.

Yaitu media 2 (M2) dan media 3 (M3) yang ditambahkan kompos dan arang aktif

seperti ditunjukan pada tabel komposisi media tanama. Hal ini mengakibatkan

perbedaan unsur hara yang terkandung di dalam M1, M2 dan M3. Unsur hara di dalam

M1 lebih sedikit jika dibandingkan dengan kedua media lainya. Hal ini dapat di lihat

dari tabel Karakteristik awal media tanam.

Media 2 (M2) yang tersusun atas lime rock, line soil dan pupuk kandang kambing

dengan komposisi perbandingan 1: 1 : 1. pupuk kandang pada Media tanam membantu

penyediaan hara makro dan mikro(Pasang et al., 2019).Tanaman uji yang di tanam pada

media ini memiliki respon pertumbuhan yang berbeda-beda pada setiap parameter.

Hasil analisis parameter pertumbuhan tanaman uji yaitu Melaleuca leucadendron

pada M2. Menunjukan bahwa tanaman uji memiliki respon yang paling besar pada

pertumbuhan diameter taman. Diameter tanaman pada M2 yang paling besar jika

dibandingkan dengan dua medai lainya. Pemberian pupuk kandang pada M2 yang

merupakan salah satu sumber bahan organik pada tanah sangat bermanfaat dalam

memeperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Selain itu, pemberian pupuk

kandang menambah ketersediaan Nitrogen, fosfat, kalium dan unsur mikro bagi

tanaman (Adijaya and Rai Yasa, 2014). Besarnya nilai ketebalan diameter tanaman pada

M2 dipengaruhi oleh unsur hara yaitu kalium. Lewenussa (2009) mengatakan bahwa

unsur hara kalium dapat meempercepat penebalan dinding tanaman sehingga akan

mempengaruhi diameter tanaman.

Untuk hasil parameter berat basah jaringa dan berat kering jaringan M2 adalah

yang paling besar jika dibandingkan dengan M1 dan M3. Berat basah jaringa atas dan

jaringan akar tanaman menunjukan massa tanaman/akar dan jumlah air yang diserap

oleh tanaman. Pada M2 nilai berat basah jaringan atas dan jaringan bawah tanaman

adalah yang paling tinggi. Penamabahan kompos pada M2 mempengaruhi perbaikan

Page 40: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

22

struktur dan tekstur tanah, meningkatkan daya serap tanah dan sebagai sumber zat

makan bagi tanaman (Pasang et al., 2019). Berat kering jaringan atas dan jaringan akar

tananam pada M2 juga yang paling tinggi jika dibandingkan dengan kedua media lainya

hal ini menunjukan bahwa M2 memiliki nilai BKT yang paling besar. Nilai BKT pada

tamanam menujukan nilai biomassa suatu tanaman. semakin besar nilai BKT, maka

semakin besar nilai biomasanya. Dengan demikian, semakin besar nilai biomassa, maka

akan semakin baik pula pertumbuhan tanaman(Mawaddah et al., 2012).

Media 3 (M3) yang tersusun atas lime rock, line soil, pupuk kandang kambing dan

arang aktif dengan komposisi perbandingan 1 : 1 : 1/2 : 1/2. Arang aktif yang

ditambahkan pada M3 memiliki kemampuan bertahan lama di dalam tanah atau

mampunyai efek yang relatif lama. Atau relatif resisten terhadap serangan organisme,

hal ini mengakibatkan proses dekomposisi pada arang aktif berjalan lambat(Nurida,

2014). Tanaman uji yang ditanam pada M3 juga memiliki respon yang berbeda-beda

pada setiap parameter.

Hasil analisis parameter pertumbuhan pada M3 didapatkan bahwa jumlah daun,

jumlah tunas dan tinggi tanaman adalah yang paling besar jika dibandingkan dengan

kedua media lainya yaitu M2 dan M1. Menurut Mawaddah (2012) hasil fotosintesis

pada pertumbuhan awal tanaman akan digunakan untuk memenuhi respirasi, pergantian

daun, pergantian akar dan tinggi tanamn. Ini sesuai dengan pernyataan Lewenussa

(2009) bahwa pertumbuhan daun,tunas dan tinggi tanaman akan di penuhi terlebih

dahuli sebelum memenuhi kebutuhan pertumbuhan yang lain hal itu yang

mengakibatkan jumlah daun dan jumlah tunas pada M3 yang terbesat. Hal ini

meunjukan bahwa tanaman pada M3 masih berada pada tahap pertumbuhan awal.

Analisis keseluruham media menunjukan respon pertumbuha tanaman yang

sangat berbeda- beda. Pada M1 pertumbuhan tanaman uji adalah yang paling rendah hal

ini dikarenakan M1 sebagai kontrol tidak ditambahkan bahan pembenah tanah. Berbeda

dari M2 dan M3 yang di tambahkan bahan pembenah tanah yaitu pupuk kandang

kambing dan arang aktif dengan komposisi yg berbeda. Hasil analisis menunjukan

diameter tanaman pada M2 adalah yang paling besar. Hal ini menurut Mawaddah

(2012) dikarenakan pertumbuhan diameter tanaman akan terpenuhi jika keperluan hasil

fotosintesis untuk respirasi, pergantian daun, pergantian akar, dan tinggi telah terpenuhi.

Jadi pada media 2 keperluan hasil fotosintesis untuk respirasi, pergantian daun,

pergantian akar, dan tinggi telah terpenuhi sehingga pertumbuhan diameter dapat

terpenuhi.Selain itu nilai berat basah dan berat kering jaringan tanaman M2 juga yang

paling tinggi. Nilai berat basah dan berat kering jaringan tanaman pada tamanam

menujukan nilai biomassa suatu tanaman. semakin besar nilai berat basah dan berat

kering jaringan tanaman, maka semakin besar nilai biomasanya. Dengan demikian,

semakin besar nilai biomassa, maka akan semakin baik pula pertumbuhan

tanaman(Mawaddah et al., 2012). Sedangkan untuk M3 hasil analisis menunjukan

bahwa jumlah daun, jumlah tunas dan tinggi tanaman adalah yang paling. Ini sesuai

dengan pernyataan Lewenussa (2009) bahwa pertumbuhan daun,tunas dan tinggi

tanaman akan di penuhi terlebih dahuli sebelum memenuhi kebutuhan pertumbuhan

yang lain hal itu yang mengakibatkan jumlah daun dan jumlah tunas pada M3 yang

terbesat. Hal ini meunjukan bahwa tanaman pada M3 masih berada pada tahap

pertumbuhan awal.

Hasil dari analisis keseluruhan pertumbuhan tanaman yang paling optimum

adalah M2 kemudian M3 lalu M1. Tanaman Melaleuca leucadendron pada M2 menjadi

yang paling optimum karna memiliki respon pertumbuhan diameter, berat basah dan

Page 41: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

23

23

berat kering jaringan yang baik dan paling signifikan. Sedangkan untuk M3 memiliki

respon paling baik pada jumlah daun, jumlah tunas dan tinggi tanaman yang hasilnya

tidak berbeda jauh dari M2. Hal ini dikarenakan komposis pada M3 yang terdiri dari

pupuk kandang kambing dan arang aktif. Komposisi pupuk kandang kambing pada M2

lebih banyak jika di bandingkan M3. Selain itu kandungan arang efek yang relatif lama.

Atau relatif resisten terhadap serangan organisme, hal ini mengakibatkan proses

dekomposisi pada arang aktif berjalan lambat(Nurida, 2014).

Page 42: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

24

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat diambil kesimpulan bahwa

pertumbuhan tanaman Melaleuca leucadendron yang paling optimum adalah M2

kemudian M3 lalu M1.karena M2 memiliki kadar unsur hara paling tinggi dengan hasil

analisis prameter pertumbuhan diameter tanaman, berat basah jaringan dan berat kering

jaringan tanama paling tinggi. M2 memiliki komposisi pupuk kandang kambing , lime

rock, dan lime soil dengan perbandingan 1 : 1 : 1 dilanjutkan dengan media 3 (M3)

dengan komposis pupuk kandang kambing, arang aktif, lime rock dan lime soil dengan

perbandingan 1 : 1 : ½ : ½. dan yang terakhir pada media 1 (M1) dengan komposisi

lime rock, dan lime soil dengan perbandingan 1 : 1 dan tanpa bahan pembenah tanah.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian beberapa saran dari penulis yaitu :

1. Waktu penamann tanaman uji dilakukan pada pagi hari agar tanaman tidak terkena

matahari siang yang mengakibatkan tanaman layu dan mati.

2. setelah melakukan penanaman, tanaman uji diletakan di tempat yang tidak terkena

matahari langsung agar tanaman tidak layu dan mati.

3. Melakuka pencabutan tanaman yang bukan tanaman uji (rumput) agar nutrisi yang

terdapat pada media tanam tidak terserap.

4. Pada saat pengamatan tanaman uji hasil pengamatan langsung disatukan kedalam

sebuah file agar tidah hilang.

5. Membuat pengkodean yang jelas pada media tanam agar tidak tertukar.

Page 43: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

25

25

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

Page 44: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

viii

DAFTAR PUSTAKA

Adijaya, I.N., Rai Yasa, I. made, 2014. PENGARUH PUPUK ORGANIK TERHADAP

SIFAT TANAH, PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG. Pros. Semin. Nas.

299–310.

Arifiati, A., Syekhfani, Nuraini, Y., 2017. Uji Efektifitas Perbandingan Bahan Kompos

Paitan (Tithonia Diversifolia) Tumbuhan Paku (Dryopteris Filixmas) dan Kotoran

Kambing Terhadap Serapan N Tanaman Jagung Pada Inceptisol. J. Tanah dan

Sumberd. Lahan 4, 543–552.

Basuki, W., Nuri Jelma, M., 2013. Pertumbuhan Semai Krey Payung ( Filicium

decipiens ) pada Media Bekas Tambang Pasir dengan Penambahan Arang dan

Pupuk NPK ( Growth of Krey Pertumbuhan Semai Krey Payung ( Filicium

decipiens ) pada Media Bekas Tambang Pasir dengan Penambahan Arang dan

Pupu.

Cahyadi, A., 2010. Pengelolaan Kawasan Karst Dan Peranannya Dalam Siklus Karbon

Di Indonesia. Semin. Nas. Perubahan Iklim di Indones. 1–14.

Hao, Z., Kuang, Y., Kang, M., 2015. Untangling the influence of phylogeny, soil and

climate on leaf element concentrations in a biodiversity hotspot. Funct. Ecol. 29,

165–176. https://doi.org/10.1111/1365-2435.12344

Harahap, F.R., 2016. RESTORASI LAHAN PASCA TAMBANG TIMAH DI PULAU

BANGKA. Society 4, 61–69. https://doi.org/10.33019/society.v4i1.36

Haryono, E., Adji, tjahyp nugroho, 2004. GEOMORFOLOGI DAN HIDROLOGI

KARST.

Husni, yuyu fajriyantil, Ansosry, 2018. Identifikasi Sungai Bawah Tanah Berdasarkan

Nilai Resistivitas Batuan Pada Danau Karst Tarusan Kamang ,. Bina Tambang 4,

212–222.

Ikhsan, F.A., Astutik, S., Kantun, S., Apriyanto, B., 2019a. The hazard of change

landscape and hydrogeology zone south karst mountain impact natural and human

activity in Region Jember. IOP Conf. Ser. Earth Environ. Sci. 243.

https://doi.org/10.1088/1755-1315/243/1/012036

Ikhsan, F.A., Astutik, S., Kantun, S., Apriyanto, B., 2019b. The hazard of change

landscape and hydrogeology zone south karst mountain impact natural and human

activity in Region Jember. IOP Conf. Ser. Earth Environ. Sci. 243, 1–7.

https://doi.org/10.1088/1755-1315/243/1/012036

Khotimah, Y.K., Supardi, S., Antriyandarti, E., 2019. Pemanfaatan Sumber Daya

Pertanian Lahan Kering di Pegunungan Karst Gunungkidul. Sumber Daya Pertan.

Berkelanjutan dalam Mendukung Ketahanan dan Keamanan Pangan Indones. pada

Era Revolusi Ind. 4.0 3, 50–57.

Lewenussa A. 2009. Pengaruh mikoriza dan bio organik terhadap pertumbuhan bibit

Cananga odorata (Lamk) Hook.fet & Thomas. Skripsi. Bogor; Fakultas

Kehutanan IPB.

Mawaddah, M., Mansur, I., Saria, L., 2012. Pertumbuhan kayuputih ( Melaleuca

leucadendron Linn .) dan Longkida ( Nauclea orientalis Linn .) pada kondisi

tergenang air asam tambang in flooded condition of acid mine water. J. Silvikultur

Page 45: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

ix

ix

Trop. 03, 71–75.

Meisarani, A., Ramadhania, Z., 2018. KANDUNGAN SENYAWA KIMIA DAN

BIOAKTIVITAS. Farmaka 14, 213–221.

Naeem, M., Ansari, A.A., Gill, S.S., 2017. Essential plant nutrients: Uptake, use

efficiency, and management. Essent. Plant Nutr. Uptake, Use Effic. Manag. 1–569.

https://doi.org/10.1007/978-3-319-58841-4

Nazli, K., Nurhayati, Zuraida, 2018. Pengaruh berbagai jenis bahan amandemen tahan

terhadap beberapa sifat kimia gambut 1, 15–22.

Nurida, neneng laela, 2014. Potensi Pemanfaatan Biochar untuk Rehabilitasi Lahan

Kering di Indonesia Potency of Utilizing Biochar for Dryland Rehabilitation in

Indonesia 57–68.

Pasang, Y.H., Jayadi, M., Rismaneswati, 2019. PENINGKATAN UNSUR HARA

FOSPOR TANAH ULTISOL MELALUI PEMBERIAN PUPUK

KANDANG,KOMPOS DAN PELET 8, 86–96.

Republik Indonesia. 2004. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.18/Menhut-II/2004

Kriteria Hutan Produksi Yang Dapat Diberikan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil

Hutan Kayu Pada Hutan Alam Dengan Kegiatan Restorasi Ekosistem. Departemen

Kehutanan. Jakarta.

Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Pertanian Nomor:

70/Permentan/SR.140/10/2011Tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati Dan

Pembenah Tanah. Departemen Pertanian. Jakarta.

Republik Indonesia. 2012. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor:

17 tahun 2012 Tentang Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst. Departemen

Energi dan Sumber Daya Mineral. Jakarta.

Republik Indonesia. 2012. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

Nomor: 3045 K/40/MEM/2014 Tentang Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst

Gunung Sewu. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Jakarta.

Pratiwi, P.R., Subandi, M., Mustari, E., 2015. Pengaruh Tingkat EC (Electrical

Conductivity) terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) pada

Sistem Instalasi Aeroponik Vertikal. J. Agro 2, 50–55.

https://doi.org/10.15575/163

Ratmini, N.P.S., Juwita, Y., Sasmita, P., 2018. Pemanfaatan Biochar Untuk

Meningkatkan Produktivitas Lahan Sub Optimal. Semin. Nas. Lahan Suboptimal

502–509.

Setiawati, E., Prijono, S., Mardiana, D., Soemarno, S., 2019. Pengaruh Biochar Serbuk

Kayu Durian Terhadap Karakteristik Tanah Sulfat Masam Dalam Mengurangi

Emisi Gas Metana. J. Tanah dan Sumberd. Lahan 6, 1251–1260.

https://doi.org/10.21776/ub.jtsl.2019.006.2.6

Sudaryono, 2010. Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Kayu Putih Kabupaten Buru,

Provinsi Maluku. J. Teknol. Lingkung. 11, 105–116.

https://doi.org/10.29122/jtl.v11i1.1228

Sudihardjo, A.M., Pertanian, F., 2006. Sekuen produktivitas lahan di wilayah karst

Page 46: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

x

karangasem, kecamatan ponjong, kabupaten gunungkidul. Ilmau Tanah Univ.

Gajah Mada 1–6.

Sumardi, S., Kartikawati, N.K., Prastyono, P., Rimbawanto, A., 2018. SELEKSI DAN

PEROLEHAN GENETIK PADA UJI KETURUNAN GENERASI KEDUA

KAYUPUTIH (Melaleuca cajuputi subsp. cajuputi) DI GUNUNGKIDUL. J.

Pemuliaan Tanam. Hutan 12, 65–73. https://doi.org/10.20886/jpth.2018.12.1.65-73

Thies, J.E., Rillig, M.C., 2012. Characteristics of biochar: Biological properties.

Biochar Environ. Manag. Sci. Technol. 85–105.

https://doi.org/10.4324/9781849770552

Tran, D.B., Dargusch, P., Moss, P., Hoang, T. V., 2013. An assessment of potential

responses of Melaleuca genus to global climate change. Mitig. Adapt. Strateg.

Glob. Chang. 18, 851–867. https://doi.org/10.1007/s11027-012-9394-2

Voroney, P., 2019. Soils for Horse Pasture Management. Horse Pasture Manag. 65–79.

https://doi.org/10.1016/b978-0-12-812919-7.00004-4

Widiyanti, W., Dittmann, A., 2014. Climate Change and Water Scarcity Adaptation

Strategies in the Area of Pacitan , Java Indonesia. Procedia Environ. Sci. 20, 693–

702. https://doi.org/10.1016/j.proenv.2014.03.083

Widodo, K.H., Kusuma, Z., 2018. PENGARUH KOMPOS TERHADAP SIFAT FISIK

TANAH DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG DI INCEPTISOL 5,

959–967.

Wiyono, Siradz, S.A., Hanudin, E.., 2006. APLIKASI SOIL TAXONOMY PADA

TANAH-TANAH YANG BERKEMBANG DARI BENTUKAN KARST

GUNUNG KIDUL. J. Ilmu Tanah dan Lingkung. 6, 13–26.

Page 47: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

xi

xi

LAMPIRAN

Lampiran 1: ALAT DALAM PENELITIAN

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Polybag ukuran 2 kg, sebagai wadah bagi media tanam.

2. Penggaris, berfungsi untuk mengukur ketinggian tanaman.

3. Caliper Digital, digunakan untuk mengukur diameter batang tanaman.

4. Autoklaf, digunakan untuk sterilisasi alat dan bahan.

5. Erlenmeyer, sebagai wadah sempel tanah

6. Timbangan analitik, untuk mengukur berat dari jaringan akar dan jaringan

atas tanaman.

7. Timbangan digital, digunakan untuk menimbang bahan kimia yang akan

digunakan.

8. Shaker, berfungsi untuk mengaduk campuran larutan agar homogen dengan

gerakan satu arah.

9. Ziplock Plastic, berfungsi untuk meletakkan bahan yang sudah di sterilisasi

untuk menghindari kontaminasi.

10. Oven, digunakan untuk memanaskan atau mengeringkan tanaman hasil

panen untuk mengukur kadar air.

11. Aluminium foil, untuk menutup gelas kimia saat memanaskan suatu larutan

atau selepas di sterilisasi.

12. Amplop coklat, untuk meletakan jaringan akar dan jaringan atas tanaman

hasil panen

13. Sarung tangan safety anti panas, untuk melindungi tangan dari kontak

langsung dengan benda panas terutama setelah di sterilisasi.

14. Pipet ukur, digunakan untuk memindahkan suatu cairan sesuai volume yang

diinginkan dari satu tempat ke tempat lainnya.

15. cawan porselin, digunakan untuk meletakan sempel tanah kedalam oven

16. ORP meter tipe PHT-027 Sing One Monitor (AC 230V), digunakan untuk

mengukur Ph dan EC

Lampiran 2: BAHAN DALAM PENELITIAN

Berikut merupakan bahan yang digunakan dalam penelitian.

1. Bibit Kayu Putih dan Eucalyptus, digunakan sebagai vegetasi penguji

dalam penelitian

2. Tanah kapur, batu kapur, arang aktif, dan pupuk kandang, digunakan

sebagai bahan campuran untuk pembenahan tanah

3. Aquadest, digunakan untuk melarutkan bahan-bahan kimia.

4. Kcl, digunakan untuk pengukuran EC

Page 48: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

xii

Lampiran 3: Data Accuwesther (2019)

Page 49: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

xiii

xiii

(lanjutan lampiran 3)

Lampiran 4: Data Pengamatan Per Minggu

Page 50: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

xiv

KODE TANAMAN

Tinggi (cm)

Sesudah 07/07/2019 13/07 2019 28/07/2019 10/08/2019 24/08/2019 07/09/2019 22/09/2019

CM1Ml1 11 12 13,7 14,6 14,8 20,7 29,3

CM1Ml2 15,5 16,5 20,6 24 29,7 43 54,2

CM1Ml3 11 11,4 15,6 16,5 17,5 23 28,1

CM1Ml4 7 7 9,2 11 21 29,5 36,5

CM1Ml5 6,5 6,5 7 7,8 10,5 13,8 18,7

CM2Ml1 11,5 11,5 12,3 15 20 31 45,6

CM2Ml2 10 10,5 14,5 18,9 26,5 41,5 63,4

CM3Ml1 8 8 8,5 11 13 20,5 33,2

CM3Ml2 14 14,5 17,5 19,8 24 36 50

CM3Ml3 12,5 13 17,5 23,3 29 36,5 56,3

KODE

TANAMAN Diameter (mm)

Sesudah 07/07/2019 13/07 2019 28/07/2019 10/08/2019 24/08/2019 07/09/2019 22/09/2019

CM1Ml1 - - 1,4 1,4 1,4 1,4 2

CM1Ml2 - - 1,4 1,6 2,5 2,6 3,2

CM1Ml3 - - 1,2 1,2 1,2 1,3 2

CM1Ml4 - - 1,2 1,3 1,8 2,2 2,6

CM1Ml5 - - 1,1 1,1 1,1 1,2 1,5

CM2Ml1 - - 1,4 1,7 1,9 1,9 3

CM2Ml2 - - 1,6 1,6 2,1 2,4 3,8

CM3Ml1 - - 1,1 1,3 1,3 1,4 2,3

CM3Ml2 - - 1,6 1,8 2,1 2,2 2,8

CM3Ml3 - - 1,6 1,6 1,7 2,2 2,7

KODE

TANAMAN Jumlah Daun

Sesudah 07/07/2019 13/07 2019 28/07/2019 10/08/2019 24/08/2019 07/09/2019 22/09/2019

CM1Ml1 12 10 13 17 22 30 41

CM1Ml2 19 19 27 30 40 53 86

CM1Ml3 7 10 18 27 22 29 51

CM1Ml4 8 9 13 15 32 43 56

CM1Ml5 6 10 7 11 23 35 48

CM2Ml1 11 13 12 19 26 47 71

CM2Ml2 2 13 18 23 33 73 104

CM3Ml1 6 8 5 13 22 35 59

CM3Ml2 23 23 30 36 38 73 99

CM3Ml3 10 16 23 32 40 100 159

Page 51: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

xv

xv

KODE TANAMAN

Tunas

Sesudah 7 Juli 2019 13 Juli 2019 28 Juli 2019 10 Agustus 2019 24/08/2019 07/09/2019 22/09/2019

CM1Ml1 1 1 2 3 1 1 2

CM1Ml2 1 1 1 1 1 11 13

CM1Ml3 1 1 1 1 1 3 8

CM1Ml4 1 1 1 1 1 1 4

CM1Ml5 1 1 1 3 6 6 6

CM2Ml1 1 1 1 2 1 3 3

CM2Ml2 5 1 1 3 7 12 15

CM3Ml1 1 1 1 4 2 5 5

CM3Ml2 1 2 2 2 6 7 8

CM3Ml3 1 1 1 1 7 15 17

Page 52: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

xvi

Lampiran 5: Data Berat basah dan Berat Kering Jaringan Tanaman

Kontrol

KODE TANAMAN

RFW (gram)

SFW (gram)

CM1Ml1 0,1 1,5

CM1Ml2 1,1 4,9

CM1Ml3 0,3 1,1

CM1Ml4 1,0 2,9

CM1Ml5 0,1 0,8

CM2Ml1 0,8 4,0

CM2Ml2 1,4 7,4

CM3Ml1 0,3 2,4

CM3Ml2 0,9 4,7

CM3Ml3 1,2 4,1

Kontrol

KODE TANAMAN RDW

(gram) SDW

(gram)

CM1Ml1 0,10 0,40

CM1Ml2 0,40 1,50

CM1Ml3 0,14 0,40

CM1Ml4 0,50 1,00

CM1Ml5 0,06 0,00

CM2Ml1 0,31 1,20

CM2Ml2 0,50 2,20

CM3Ml1 0,12 0,70

CM3Ml2 0,30 1,30

CM3Ml3 0,40 1,20

Page 53: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

xvii

xvii

Lampiran 6: Data pH dan EC

Media 1

Kode pH H2O pH KCl EC

M11 7,48 5,97 0,66

M12 7,40 5,93 0,63

M13 7,35 5,86 0,61

Rata-rata 7,41 5,92 0,63

Media 2

Kode pH H2O pH KCl EC

M21 7,30 6,38 1,73

M22 7,27 6,45 1,79

M23 7,28 6,53 1,77

Rata-rata 7,28 6,45 1,76

Media 3

Kode pH H2O pH KCl EC

M31 6,74 6,52 1,60

M32 6,81 6,54 1,65

M33 6,88 6,55 1,75

Rata-rata 6,81 6,54 1,67

Page 54: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

xviii

Lampiran 7: Data Kadar Air Tanah

Kode Berat Cawan (g) Berat Tanah (g) Berat Cawan +

Tanah (g)

Berat Cawan + Tanah Setelah Oven

(g)

Berat Tanah Setelah Oven (g)

Tanah Sebelum Tanam

M11 37,66 10 47,66 45,39 7,73

M12 41,05 10 51,05 48,84 7,79

M13 44,3 10 54,3 51,94 7,64

M21 45,44 10 55,44 51,75 6,31

M22 43,1 10 53,1 49,73 6,63

M23 41,73 10 51,73 47,77 6,04

M31 43,95 10 53,95 50,95 7,00

M32 47,92 10 57,92 54,95 7,03

M33 45,75 10 55,75 52,74 6,99

Page 55: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

xix

xix

Lampiran 8: Dokumentasi

Page 56: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

xx

Lampiran 9 : Data Statistik

1. Berat Basah Jaringan Atas Tanaman

a. Uji Normalitas

Dari Tabel 1, karena data yang digunakan ≤ 50, maka digunakan tabel

saphiro-wilk dimana pada bagian sig, tertera bahwa nilai sig > 0.05 yang

menyimpulkan bahwa data terdistribusi normal

Tabel 1 Uji Normalitas Berat Basah Jaringan Atas Tanaman

Tests of Normality

Kolmogorov-

Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Standardized Residual for Hasil .190 10 .200 .919 10 .346

a. Lilliefors Significance Correction

b. Uji Anova

• Uji Homogenitas

Data dibawah ini dapat dikatakan homogen karena nilai sig > 0.05

Tabel 2 Hasil Uji Homogenitas

• Hasil Anova

Berdasarkan Tabel 3, didapatkan data bahwa:

- Corrected model mendapatkan hasil sig > 0,05, sehingga

menandakan data signifikan.

- Data sig pada Perlakuan > 0,05, maka media berpengaruh

tidak signifikan. Tabel 3 Hasil Anova Berat Basah Jaringan Atas Tanaman

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Berat Basah Jaringan Akar

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 17,637a 2 8,819 3.078 .110

Intercept 131,871 1 131,871 46,020 ,000

Perlakuan 17,637 2 8,819 3,078 ,110

Error 20,059 7 2,866

Total 151,940 10

Corrected Total 37,696 9

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable: Berat Batang Tanaman

F df1 df2 Sig.

,931 2 7 ,438

Tests the null hypothesis that the error variance

of the dependent variable is equal across

groups.

a. Design: Intercept + Perlakuan

Page 57: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

xxi

xxi

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Berat Basah Jaringan Akar

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

a. R Squared = ,468(Adjusted R Squared = ,316)

2. Berat Basah Jaringan Akar Tanaman

a. Uji Normalitas

Dari Tabel 4, karena data yang digunakan ≤ 50, maka digunakan tabel

saphiro-wilk dimana pada bagian sig, tertera bahwa nilai sig > 0.05 yang

menyimpulkan bahwa data terdistribusi normal

Tabel 4 Uji Normalitas Berat Basah Jaringan akar Tanaman

Tests of Normality

Kolmogorov-

Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Standardized Residual for Hasil .201 10 .200 .885 10 .149

a. Lilliefors Significance Correction

b. Uji Anova

• Uji Homogenitas

Data dibawah ini dapat dikatakan homogen karena nilai sig > 0.05

Tabel 5 Hasil Uji Homogenitas

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable: Berat Akar Tanaman

F df1 df2 Sig.

,637 2 7 ,557

Tests the null hypothesis that the error variance

of the dependent variable is equal across groups.

a. Design: Intercept + Perlakuan

• Hasil Anova

Berdasarkan Tabel 6, didapatkan data bahwa:

- Corrected model mendapatkan hasil sig > 0,05, sehingga

menandakan data signifikan.

- Data sig pada Perlakuan > 0,05, maka media berpengaruh

tidak signifikan. Tabel 6 Hasil Anova Berat Basah Jaringan akar Tanaman

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Berat Basah Jaringan Akar

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model ,508a 2 ,254 1,134 .374

Intercept 5,667 1 5,667 25,301 ,002

Perlakuan ,508 2 ,254 1,134 ,374

Page 58: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

xxii

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Berat Basah Jaringan Akar

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Error 1,568 7 ,224

Total 7,260 10

Corrected Total 2,076 9

a. R Squared = ,245(Adjusted R Squared = ,029)

3. Berat Kering Jaringan Atas Tanaman

a. Uji Normalitas

Dari Tabel 7, karena data yang digunakan ≤ 50, maka digunakan tabel

saphiro-wilk dimana pada bagian sig, tertera bahwa nilai sig > 0.05 yang

menyimpulkan bahwa data terdistribusi normal

Tabel 7 Uji Normalitas Berat Kering Jaringan Atas Tanaman

Tests of Normality

Kolmogorov-

Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Standardized Residual for Hasil .211 10 .200 .951 10 .684

a. Lilliefors Significance Correction

b. Uji Anova

• Uji Homogenitas

Data dibawah ini dapat dikatakan homogen karena nilai sig > 0.05

Tabel 8 Hasil Uji Homogenitas

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable: Berat Batang Kering

Tanaman

F df1 df2 Sig.

1,388 2 7 ,311

Tests the null hypothesis that the error variance

of the dependent variable is equal across groups.

a. Design: Intercept + Perlakuan

• Hasil Anova

Berdasarkan Tabel 9, didapatkan data bahwa:

- Corrected model mendapatkan hasil sig > 0,05, sehingga

menandakan data signifikan.

- Data sig pada Perlakuan > 0,05, maka media berpengaruh

tidak signifikan. Tabel 9 Hasil Anova Berat Kering Jaringan Atas Tanaman

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Berat Basah Jaringan Akar

Page 59: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

xxiii

xxiii

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 1,551 a 2 ,775 2,635 ,140

Intercept 11,403 1 11,403 38,752 ,000

Perlakuan 1,551 2 ,775 2,635 ,140

Error 2,060 7 ,294

Total 13,071 10

Corrected Total 3,610 9

a. R Squared = ,429(Adjusted R Squared = ,266)

4. Berat Kering Jaringan Akar Tanaman

a. Uji Normalitas

Dari Tabel 10, karena data yang digunakan ≤ 50, maka digunakan tabel

saphiro-wilk dimana pada bagian sig, tertera bahwa nilai sig > 0.05 yang

menyimpulkan bahwa data terdistribusi normal

Tabel 10 Uji Normalitas Berat Kering Jaringan AkarTanaman

Tests of Normality

Kolmogorov-

Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Standardized Residual for Hasil ,233 10 ,132 ,890 10 ,169

a. Lilliefors Significance Correction

b. Uji anova

• Uji Homogenitas

Data dibawah ini dapat dikatakan homogen karena nilai sig > 0.05

Tabel 11 Hasil Uji Homogenitas

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable: Berat Akar Kering Tanaman

F df1 df2 Sig.

1,803 2 7 ,234

Tests the null hypothesis that the error variance

of the dependent variable is equal across groups.

a. Design: Intercept + Perlakuan

• Hasil Anova

Berdasarkan Tabel 12, didapatkan data bahwa:

- Corrected model mendapatkan hasil sig > 0,05, sehingga

menandakan data signifikan.

- Data sig pada Perlakuan > 0,05, maka media berpengaruh

tidak signifikan. Tabel 12 Hasil Anova Berat Kering Jaringan AkarTanaman

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Berat Basah Jaringan Akar

Page 60: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

xxiv

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model ,039a 2 ,020 ,644 ,554

Intercept ,816 1 ,816 26,756 ,001

Perlakuan ,039 2 ,020 ,644 ,554

Error ,214 7 ,031

Total 1,054 10

Corrected Total ,253 9

a. R Squared = ,155(Adjusted R Squared = ,086)

Page 61: PERAN BAHAN PEMBENAH TANAH SEBAGAI UPAYA RESTORASI …

xxv

xxv

RIWAYAT HIDUP

Aisyah puspa kinasih dengan nama panggilan puspa lahir di Tarempa,

Kabupaten Kepulauan Anamabas, Provinsi Kepulauan Riau pada tanggal 10 Maret

1997. Merupakan anak Kedua dari empat Bersaudara oleh pasangan Samad A.Md dan

Nurbayani S.Pd.Ing. Adapun jenjang pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis yaitu

pendidikan dasar di SDN 006 Tanjungpinang Barat Kepulauan Riau Kemudian, penulis

melanjutkan pendidikannya di SMPN 1 Palmatak Kabupaten Kepulauan Anambas dan

setelah itu dilanjutkan ke SMAS Pelita Nusantara Tanjungpinang Kepulauan Riau.

Sebagai mahasiswa Teknik Lingkungan FTSP UII, penulis diterima melalui

jalur mandiri pada Tahun 2016. Selama menempuh pendidikan, penulis juga berperan

aktif dalam beberpa kegiatan non akademik Kepanitiaan (organizing comitee), tim

kerja, hingga pengurus Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan.

Pada Juni 2019, penulis berkesempatan untuk belajar dan ikut serta dalam

penelitian yang digagaskan oleh dosen dan melaksanakan penelitian di Imogiri, Bantul

dan Laboratorium Bioteknologi Lingkungan untuk menyelesaikan studi di program

studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam

Indonesia.