aplikasi mulsa dan pembenah tanah untuk perbaikan sifat...

15
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 359 APLIKASI MULSA DAN PEMBENAH TANAH UNTUK PERBAIKAN SIFAT FISIK TANAH DAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KEDELAI DI LAHAN SUBOPTIMAL LAMPUNG Umi Haryati, Heri Wibowo, dan Wiwik Hartatik Balai Penelitian Tanah; Jl. Tentera Pelajar no. 12. Cimanggu, Bogor e-mail: [email protected] ABSTRAK Untuk meraih swasembada kedelai, ekstensifikasi telah dilakukan ke lahan sub-optimal karena terbatasnya lahan subur. Namun diperlukan teknologi yang tepat untuk peningkatan produktivitas tanah maupun tanaman. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh mulsa dan pembenah tanah terhadap produktivitas tanah dan tanaman kedelai. Penelitian dilaksana- kan pada tanah Ultisol di Desa Sukadana, Kec. Sukadana, Kab. Lampung Timur. Tanaman indikator adalah kedelai varietas Anjasmoro dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm. Petak perco- baan berukuran 5 m x 5 m. Penelitian menggunakan rancangan petak terpisah (split-plot design) dengan tiga ulangan. Perlakuan mulsa (tanpa mulsa = M-1 dan mulsa sisa tanaman jagung 10 t/ha =M2) sebagai petak utama dan pembenah tanah (SC-0 = kontrol, SC-1= Biochar I/SP 50 2,5 t/ha, SC-2 = Beta 2,5 t/ha, SC-3 = Biochar II/arang sekam 2,5 t/ha dan SC-4 = pupuk kandang 5 t/ha) sebagai anak petak. Variabel yang diamati adalah sifat fisik tanah, pertumbuhan dan hasil kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian mulsa sisa tanaman jagung sebanyak 10 t/ha tidak berpengaruh terhadap sifat fisik tanah. Pembenah tanah Biochar II (arang sekam) meningkatkan ruang pori total (RPT), pori drainase cepat (PDC) dan permeabilitas tanah pada lapisan atas (0–20 cm). Pemberian pembenah tanah berpe- ngaruh nyata terhadap ketahanan penetrasi tanah. Pemberian pupuk kandang memberikan pe- ngaruh yang paling baik terhadap penetrasi ketahanan tanah. Pemberian mulsa sisa tanaman jagung tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman kedelai. Pembenah tanah meningkatkan tinggi tanaman kedelai. Pemberian mulsa sisa tanaman jagung tidak berpengaruh terhadap perkembangan akar kedelai, namun pembenah tanah meningkatkan berat dan panjang akar kedelai. Pembenah tanah Biochar I dan Beta memberikan pengaruh terbaik terhadap berat dan panjang akar. Mulsa sisa tanaman jagung dan pembenah tanah tidak berpengaruh nyata ter- hadap hasil brangkasan kedelai. Pembenah tanah meningkatkan hasil biji kering kedelai dan pembenah tanah Biochar II (arang sekam) 2,5 t/ha dan pupuk kandang 5 t/ha memberikan hasil biji kering kedelai terbaik. Kata kunci: mulsa, pembenah tanah, sifat fisik tanah, produktivitas, kedelai ABSTRACT Mulch and soil conditioner application for soil physical and soybean producti- vities improvement in suboptimal land Lampung. Reaching soybean self suffcient, exten- sification has been conducted in suboptimal land due to the limited of fertile land. However, it is needed the proper technology for increasing soil productivity as well as plant productivity. The research aim was to study the effect of mulch and soil conditioner on soil and soybean produc- tivities. The research was conducted on Ultisol in Sukadana Village, Sukadana Subdistrict, East Lampung District. The indicator of soybean plant was Anjasmoro variety with planting distance of 40 cm x 15 cm and plot size was 5 m x 5 m. The research used a split plot design with three replications. Mulching treatments (without mulch = M-1 and maize crops residue mulch at a dose of 10 t/ha = M-2) as main plot and soil conditioner (SC-0 = control, SC-1= Biochar I/SP

Upload: duongdan

Post on 11-Mar-2019

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: APLIKASI MULSA DAN PEMBENAH TANAH UNTUK PERBAIKAN SIFAT ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2015/05/359... · komposit untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 359

APLIKASI MULSA DAN PEMBENAH TANAH UNTUK PERBAIKAN SIFAT FISIK TANAH DAN PENINGKATAN

PRODUKTIVITAS KEDELAI DI LAHAN SUBOPTIMAL LAMPUNG

Umi Haryati, Heri Wibowo, dan Wiwik Hartatik Balai Penelitian Tanah; Jl. Tentera Pelajar no. 12. Cimanggu, Bogor

e-mail: [email protected]

ABSTRAK Untuk meraih swasembada kedelai, ekstensifikasi telah dilakukan ke lahan sub-optimal

karena terbatasnya lahan subur. Namun diperlukan teknologi yang tepat untuk peningkatan produktivitas tanah maupun tanaman. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh mulsa dan pembenah tanah terhadap produktivitas tanah dan tanaman kedelai. Penelitian dilaksana-kan pada tanah Ultisol di Desa Sukadana, Kec. Sukadana, Kab. Lampung Timur. Tanaman indikator adalah kedelai varietas Anjasmoro dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm. Petak perco-baan berukuran 5 m x 5 m. Penelitian menggunakan rancangan petak terpisah (split-plot design) dengan tiga ulangan. Perlakuan mulsa (tanpa mulsa = M-1 dan mulsa sisa tanaman jagung 10 t/ha =M2) sebagai petak utama dan pembenah tanah (SC-0 = kontrol, SC-1= Biochar I/SP 50 2,5 t/ha, SC-2 = Beta 2,5 t/ha, SC-3 = Biochar II/arang sekam 2,5 t/ha dan SC-4 = pupuk kandang 5 t/ha) sebagai anak petak. Variabel yang diamati adalah sifat fisik tanah, pertumbuhan dan hasil kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian mulsa sisa tanaman jagung sebanyak 10 t/ha tidak berpengaruh terhadap sifat fisik tanah. Pembenah tanah Biochar II (arang sekam) meningkatkan ruang pori total (RPT), pori drainase cepat (PDC) dan permeabilitas tanah pada lapisan atas (0–20 cm). Pemberian pembenah tanah berpe-ngaruh nyata terhadap ketahanan penetrasi tanah. Pemberian pupuk kandang memberikan pe-ngaruh yang paling baik terhadap penetrasi ketahanan tanah. Pemberian mulsa sisa tanaman jagung tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman kedelai. Pembenah tanah meningkatkan tinggi tanaman kedelai. Pemberian mulsa sisa tanaman jagung tidak berpengaruh terhadap perkembangan akar kedelai, namun pembenah tanah meningkatkan berat dan panjang akar kedelai. Pembenah tanah Biochar I dan Beta memberikan pengaruh terbaik terhadap berat dan panjang akar. Mulsa sisa tanaman jagung dan pembenah tanah tidak berpengaruh nyata ter-hadap hasil brangkasan kedelai. Pembenah tanah meningkatkan hasil biji kering kedelai dan pembenah tanah Biochar II (arang sekam) 2,5 t/ha dan pupuk kandang 5 t/ha memberikan hasil biji kering kedelai terbaik.

Kata kunci: mulsa, pembenah tanah, sifat fisik tanah, produktivitas, kedelai

ABSTRACT Mulch and soil conditioner application for soil physical and soybean producti-

vities improvement in suboptimal land Lampung. Reaching soybean self suffcient, exten-sification has been conducted in suboptimal land due to the limited of fertile land. However, it is needed the proper technology for increasing soil productivity as well as plant productivity. The research aim was to study the effect of mulch and soil conditioner on soil and soybean produc-tivities. The research was conducted on Ultisol in Sukadana Village, Sukadana Subdistrict, East Lampung District. The indicator of soybean plant was Anjasmoro variety with planting distance of 40 cm x 15 cm and plot size was 5 m x 5 m. The research used a split plot design with three replications. Mulching treatments (without mulch = M-1 and maize crops residue mulch at a dose of 10 t/ha = M-2) as main plot and soil conditioner (SC-0 = control, SC-1= Biochar I/SP

Page 2: APLIKASI MULSA DAN PEMBENAH TANAH UNTUK PERBAIKAN SIFAT ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2015/05/359... · komposit untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah

Haryati et al.: Aplikasi Mulsa dan Pembenah Tanah untuk Perbaikan Sifat Fisik Tanah 360

50 at a dose of 2,5 t/ha, SC-2 = Beta at a dose of 2,5 t/ha, SC-3 = Biochar II/husk charcoal/ biochar at a dose of 2,5 t/ha dan SC-4 = livestock manure at a dose of 5 t/ha) as sub plot. The variabel to be measured were soil physical properties, plant growth (plant height) and soybeand yields. The research results showed that the aplication of 10 t/ha maize crops residue mulch did’nt affect on soil physical properties. The soil conditioner of Biochar II (husk charcoal/bio-char) increased total pore space (TPS), rapid drainage pore (RDP), and soil permeability on upper soil layer (0–20 cm). The aplication of soil conditioner affected on soil penetration signi-ficantly. Livestock manure gave the best effect on soil penetration. The aplication of 10 t/ha maize crops residue mulch did’nt affect on soybean height. Soil conditioner increased soybean height. The aplication of maize crop residue mulch didn’t affect on the development of plant root, while soil conditioner increased weight and root length of soybean. Soil conditioner of Biochar I and Beta gave the best effect on weight and root length of soybean. The maize crop residue mulch and soil conditioner didn’t significantly affect on soybean biomass. Soil conditio-ner increased dry grain yield of soybean and soil conditioner of Biochar II (husk charcoal/bio-char) at a dose of 2,5 t/ha and livestock manure at a dose of 5 t/ha gave the best dry grain yield of soybean.

Keywords: mulch, soil conditioner, soil physics properties, productivity, soybean

PENDAHULUAN Kedelai merupakan tanaman kacang-kacangan yang penting di Indonesia. Kontribusi-

nya dalam pemenuhan gizi masyarakat cukup besar karena merupakan sumber utama protein nabati, vitamin, dan mineral. Di samping itu penggunaan kedelai di Indonesia tidak hanya untuk satu macam produk olahan melainkan bermacam-macam seperti tempe, tahu, kecap, makanan ringan, dan minyak goreng. Kebutuhan kedelai terus me-ningkat setiap tahun seiring dengan tumbuhnya industri pengolahan makanan dan pakan ternak. Kebutuhan kedelai pada tahun 2008 mencapai 2,2 juta ton, sementara produksi dalam negeri hanya 35–40% kebutuhan, sehingga kekurangannya dipenuhi dari impor. Oleh karena itu, pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi kedelai di dalam negeri, bahkan pada tahun 2014 berupaya untuk meraih swasembada kedelai (Depar-temen Pertanian 2008).

Peningkatan permintaan kedelai tidak diiringi oleh peningkatan produksi dalam negeri. Pada periode 1992–2008 luas panen dan produksi nasional kedelai menurun masing-masing dari 1,6 juta ha dan 1,87 juta ton pada tahun 1992 menjadi 0,59 juta ha dan 0,78 juta ton pada tahun 2008. Pemerintah terpaksa harus mengimpor kedelai untuk mencu-kupi kebutuhan dalam negeri yang menghabiskan devisa ±5 triliun rupiah pada tahun 2008 (Hermanto 2010).

Pemerintah mencanangkan swasembada kedelai pada tahun 2014 untuk menghemat devisa dan mengurangi impor kedelai. Berbagai upaya telah dilakukan, termasuk upaya peningkatan produktivitas (intensifikasi) dan perluasan areal tanam (ekstensifikasi) ke luar Jawa.

Peluang peningkatan produksi kedelai cukup besar karena sumberdaya lahan di Indo-nesia sekitar 94,1 juta ha sebagian diantaranya sesuai untuk pertanian, untuk tanaman semusim di lahan kering seluas 25,1 juta ha. Berdasarkan kesesuaian lahan untuk tanaman kedelai di 17 provinsi, lahan yang sesuai untuk kedelai seluas 16,7 juta ha, domi-nan di lahan sawah sekitar 5 juta ha dan lahan terlantar seluas 5,5 juta ha, sisanya di lahan tegalan, perkebunan dan kebun campuran (Mulyani et al. 2009).

Page 3: APLIKASI MULSA DAN PEMBENAH TANAH UNTUK PERBAIKAN SIFAT ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2015/05/359... · komposit untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 361

Lahan suboptimal didefinisikan sebagai lahan yang telah mengalami degradasi atau lahan yang mempunyai tingkat kesuburan yang rendah dan tidak dapat mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal. Lahan suboptimal terdiri atas tanah mineral yang terdiri dari tanah mineral masam, baik lahan kering maupun lahan sawah bukaan baru.

Salah satu lahan suboptimal yang diusahakan untuk tanaman kedelai yaitu lahan kering masam. Luas lahan kering masam di Indonesia sekitar 191 juta hektar yang tersebar di Kalimantan (39 juta ha), Sumatera (29 juta ha), Papua dan Maluku (21 juta ha) serta Bali dan NTT (102 juta ha) (Puslitbangtanak 2000). Lahan kering masam Ultisols dan Oxisols seluas 59,9 juta ha menempati areal terluas di Indonesia. Lahan tersebut umumnya merupakan lahan suboptimal untuk budidaya tanaman kedelai karena bereaksi masam, kadar Al dapat ditukar dan fiksasi P tinggi, kandungan bahan organik, basa-basa dapat ditukar, kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa dan aktivitas biologi rendah. Faktor pembatas sifat fisik tanah yaitu BD tanah yang tinggi, kapasitas menahan air yang rendah dan mudah memadat.

Lahan suboptimal berupa lahan kering berlereng umumnya relatif peka terhadap erosi, namun sebagian besar petani belum menerapkan praktek konservasi tanah. Rendahnya penerapan konservasi tanah pada usahatani disebabkan sulit dalam pengerjaannya, lebih banyak memerlukan tenaga kerja dan mengurangi populasi tanaman (Haryati et al. 2000). Lahan suboptimal merupakan lahan yang telah terdegradasi, sehingga mempunyai tingkat kesuburan yang rendah yang tidak mampu mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal. Lahan suboptimal umumnya mempunyai kandungan C organik yang rendah, kandungan hara makro dan mikro rendah, sifat fisik tanah yang padat dan terbatasnya aktivitas mikroorganisme. Untuk meningkatkan produktivitas tanah pada lahan suboptimal khususnya untuk budidaya kedelai selain dengan pengapuran untuk mencapai kejenuhan aluminium 20% dan pemberian bahan organik diperlukan juga teknologi konservasi air berupa aplikasi mulsa dan pembenah tanah.

Penggunaan mulsa sisa tanaman untuk usahatani di lahan kering terbukti dapat meng-konservasi kelembaban tanah melalui pengurangan penguapan dari tanah (evaporasi) karena fungsi penutupannya pada permukaan tanah (Suwardjo 1981, Gupta dan Rajput 1999, Scholes et al. 1997, Brata 1995a 1995b, Noeralam 2002, Haryati et al. 2006, Haryati 2010).

Pembenah tanah merupakan bahan yang dapat digunakan untuk mempercepat pemu-lihan/perbaikan kualitas tanah. Bahan organik selain dapat berfungsi sebagai sumber hara, fungsinya sebagai pembenah tanah juga telah banyak dibuktikan (Suriadikarta et al. 2005, Rachman et al. 2006, Dariah dan Nurida 2011). Aplikasi pembenah tanah berupa formu-lasi pupuk kandang dan 20% zeolit (Beta) dapat meningkatkan stabilitas agregat tanah dan permeabilitas dan KTK (Dariah et al. 2010).

Integrasi teknik konservasi tanah dan air yang tepat untuk meningkatkan kelembaban tanah dan kapasitas tanah memegang air berupa aplikasi mulsa dan pembenah tanah secara simultan diperlukan untuk meningkatkan produktivitas kedelai pada lahan subop-timal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mulsa dan pembenah tanah terhadap produktivitas tanah dan tanaman kedelai di lahan kering suboptimal.

BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada tanah Ultisol di Desa Sukadana, Kecamatan Sukadana,

Kabupaten Lampung Timur pada musim tanam (MT) 2012. Tanaman indikator yang

Page 4: APLIKASI MULSA DAN PEMBENAH TANAH UNTUK PERBAIKAN SIFAT ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2015/05/359... · komposit untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah

Haryati et al.: Aplikasi Mulsa dan Pembenah Tanah untuk Perbaikan Sifat Fisik Tanah 362

digunakan adalah kedelai varietas Anjasmoro dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm. Petak percobaan berukuran 5 m x 5 m. Rancangan percobaan yang digunakan adalah ran-cangan petak terpisah dengan tiga ulangan. Perlakuan adalah sebagai berikut:

Petak utama adalah pemberian mulsa (M), yaitu M1 = Tanpa mulsa, M2 = Mulsa kon-vensional (disebar di permukaan tanah). Anak petak adalah pembenah tanah, yaitu SCo= Kontrol (tanpa pembenah tanah), SC1 = Biochar 1 (SP 50) 2,5 t/ha, SC2 = Beta 2,5 t/ha, SC3 = Biochar II (Arang Sekam) 2,5 t/ha, dan SC4 = Pupuk kandang 5 t/ha.

Sebelum ditanami, tanah diolah dengan cara dibajak 1-2 kali menggunakan traktor, kemudian digaru dan diratakan. Amelioran kapur dolomit diberikan dengan cara disebar di permukaan tanah, kemudian diaduk merata dengan tanah sampai kedalaman lapisan olah 0–20 cm. Kapur dolomit diberikan untuk menurunkan kejenuhan Al sampai <20% untuk menunjang pertumbuhan Rhizobium/nodulin. Kapur dolomit diberikan 7 hari se-belum tanam dan pembenah tanah (pupuk kandang, Beta, Biochar I, Biochar II) diberikan 15 hari sebelum tanam dengan cara disebar ke permukaan tanah, kemudian diaduk sampai kedalaman lapisan olah 5–15 cm. Pupuk dasar anorganik yang digunakan adalah 50 kg/ha ha Urea, 200 kg/ha SP-36 dan 150 kg/ha KCl. Pupuk dasar diberikan dengan cara dilarik 5–7 cm di samping tanaman. Mulsa yang digunakan adalah sisa tanaman jagung (brangkasan) sebanyak 10 t/ha dengan kadar air 14% atau kondisi kering lapang. Mulsa diberikan segera setelah penanaman kedelai.

Sebelum percobaan dimulai, dilakukan pengambilan ring sample dan sampel tanah komposit untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah awal. Analisis sifat fisik (ring sample) dan kimia tanah dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah dan Kimia Tanah Balai Penelitian Tanah. Variabel agronomis yang diamati adalah pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, bobot akar, jumlah bintil akar, bobot biji kering, bobot brangkasan kering). Sifat fisika tanah yang diamati adalah ketahanan tanah, fluktuasi kadar air tanah, PD (particle density), BD (bulk density), ruang pori total (RPT), pori drainase cepat (PDC), pori drai-nase lambat (PDL), pori air tersedia (PAT), kadar air tanah (pF 1, 2, 2,54 dan 4,2) dan permeabilitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat Fisik Tanah Awal Lokasi penelitian merupakan lahan bekas pertanaman jagung dan sisa tanaman

(brangkasan) dipergunakan sebagai mulsa. Hasil analisis sifat fisik tanah awal menunjuk-kan bahwa tanah lokasi penelitian mempunyai sifat fisik yang kurang mendukung untuk pertumbuhan tanaman. Tanah berstekstur lempung liat berpasir yang didominasi oleh partikel pasir 60% pada lapisan atas (0–20 cm) dan 49% pada lapisan bawah (20–40 cm), kandungan C-organik sangat rendah dengan nilai <1%, bulk density (BD) 1,34 g/cm pada lapisan atas dan 1,4 g/cm pada lapisan bawah, particle density (PD) termasuk sedang, ruang pori total tergolong sedang baik pada lapisan atas (45,2% vol) maupun pada lapisan bawah (43,1% vol). Pori drainase cepat tergolong sedang, baik pada lapisan atas maupun lapisan bawah, pori drainase lambat sangat rendah, baik pada lapisan atas maupun lapisan bawah. Stabilitas agregat sedang dan permeabilitas agak cepat, baik pada lapisan atas maupun lapisan bawah (Tabel 1).

Pada tanah bertekstur pasir, air akan mudah terdrainase dan mudah pula terevaporasi. Sebaliknya, pada tanah liat berat, drainase dan penyerapan air oleh tanaman lebih

Page 5: APLIKASI MULSA DAN PEMBENAH TANAH UNTUK PERBAIKAN SIFAT ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2015/05/359... · komposit untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 363

terhambat. Tanah bertekstur halus dan mempunyai struktur remah lebih mampu menahan air tersedia. Menurut Agus et al. (2005), tanah yang ideal untuk penyediaan air adalah yang selisih pori pada kondisi kapasitas lapang dan titik layu permanen cukup besar (18–23% volume).

Tabel 1. Sifat fisik tanah (Ultisol) awal lokasi penelitian di Desa Sukadana, Kec. Sukadana, Lam-pung Timur, 2012.

Sifat fisik tanah (0–20 cm) Kategori (20–40 cm) Kategori Tekstur (%) - Pasir - Debu - Liat

60 10 30

Lempung liat

Berpasir -

49 19 32

Lempung liat

berpasir -

C. organik (%) 0.13 Sangat rendah 0.16 Sangat rendah Kadar air (% vol) 24.1 Sangat tinggi 28.6 Sangat tinggi BD (g/cm) 1,3 Sedang 1,4 Sedang PD (g/cm) 2,52 Sedang 2,54 Sedang Ruang Pori Total (% vol) 45,2 Sedang 43,1 Sedang Pori Drainase - Cepat (% vol) - Lambat (% vol)

12,5 4.6

Sedang

Sangat rendah

10.6 4,7

Sedang

Sangat rendah

Air Tersedia (% vol) 9.51 Rendah 10.1 Rendah Agregat (%) 53.8 Sedang 61.8 Sedang Permeabilitas (cm/jam) 12.4 Agak cepat 12.2 Agak cepat

Pengaruh Mulsa dan Pembenah Tanah terhadap Sifat Fisik Tanah Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa interaksi antara mulsa dan pembenah tanah

tidak nyata terhadap sifat fisik tanah, baik pada lapisan atas (0–20 cm) (Tabel 2) maupun lapisan tanah bawah (Tabel 3). Dengan demikian, pembahasan akan dilakukan terhadap pengaruh tunggal dari masing-masing perlakuan (petak utama dan anak petak). Pemberian mulsa brangkasan jagung 10 t/ha (M-2) tidak berpengaruh terhadap semua sifat fisik tanah pada lapisan atas (0–20 cm) (Tabel 2). Hal ini karena mulsa sisa tanaman jagung baru diberikan selama satu musim pertanaman kedelai (±3 bulan), sehingga kontak antara bahan organik dan tanah belum memperbaiki sifat fisik tanah. Di samping itu mulsa brangkasan jagung sukar melapuk, sehingga interaksi antara bahan organik hasil dekomposisi belum cukup untuk dapat mengubah sifat fisik tanah.

Perlakuan pembenah tanah (SC) sebagai anak petak berpengaruh nyata terhadap beberapa sifat fisik tanah pada lapisan atas. Pemberian pembenah tanah berpengaruh nyata terhadap ruang pori total, pori drainase cepat, dan permeabilitas (Tabel 2). Biochar arang sekam sebanyak 2,5 t/ha (SC-3) meningkatkan ruang pori total (RPT). Hal ini karena biochar arang sekam secara fisik lebih porous dibanding bahan yang lain, sehingga jumlah pori dalam satuan volume yang sama dalam tanah lebih tinggi dibandingkan apabila tanah bercampur dengan bahan yang lain. Pemberian biochar arang sekam juga meningkatkan pori drainase cepat (Tabel 2). Distribusi ruang pori dalam tanah berpengaruh terhadap gerakan air dalam tanah. Peningkatan proporsi pori drainase berpengaruh terhadap kecepatan laju gerakan air dalam tanah (permeabilitas) (Tabel 2).

Page 6: APLIKASI MULSA DAN PEMBENAH TANAH UNTUK PERBAIKAN SIFAT ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2015/05/359... · komposit untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah

Haryati et al.: Aplikasi Mulsa dan Pembenah Tanah untuk Perbaikan Sifat Fisik Tanah 364

Tabel 2. Pengaruh mulsa dan pembenah tanah terhadap sifat fisik tanah (kedalaman 0–20 cm) pada Ultisol di Desa Sukadana, Kec. Sukadana, Lampung Timur, 2012.

Perlakuan Sifat fisik tanah

KA BD PD RPT PDC PDL AT AGR PERM (% vol) (g cm–3) (% vol) (%) (cmjam-1)

Petak Utama (pemberian mulsa) M-1 22,4 A 1,5 A 2,5 A 40,9 A 17,0 A 4,5 A 12,5 A 53 A 3,5 A

M-2 20,1 A 1,5 A 2,5 A 40,0 A 16,1 A 4,3 A 11,5 A 55 A 3,1 A

Anak petak ( pembenah tanah) SC-0 21,5 a 1,48 a 2,46 a 39,5 b 16,1 b 4,7 a 12,5 a 51 a 3,3 b SC-1 20,7 a 1,52 a 2,52 a 40,0 b 15,0 b 4,5 a 12,0 a 52 a 2,8 b SC-2 22,1 a 1,57 a 2,50 a 39,8 b 15,8 b 4,5 a 12,2 a 53 a 3,2 b SC-3 21,1 a 1,44 a 2,50 a 42,3 a 21,0 a 4,4 a 10,1 b 52 a 4,7 a SC-4 21,9 a 1,49 a 2,50 a 40,5 b 15,0 b 4,4 a 12,0 a 53 a 2,8 b

Keterangan : KA= Kadar air, BD = Berat Jenis, PD: Particle Density, RPT = Ruang Pori Total, PDC= Pori drainase cepat, PDL = Pori Drainase lambat , AT = Air tersedia, AGR = agregat, PRM = Permeabilitas. Angka yang diikuti huruf besar atau huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf 5 % DMRT.

Perlakuan yang lain (selain Biochar II /arang sekam), yaitu Biochar I (SP 50) 2,5 t/ha (SC-1), Beta 2,5 t/ha (SC-2) dan Pupuk kandang 5 t/ha) tidak nyata pengaruhnya terhadap sifat fisik tanah. Hal ini karena kandungan unsur-unsur yang berpengaruh ter-hadap sifat fisik tanah (misalnya C-organik, asam humat, asam fulvat) dalam ke-3 bahan tersebut belum cukup untuk dapat mengubah sifat fisik tanah secara nyata. Kandungan unsur-unsur di dalam masing-masing bahan tersebut disajikan pada Tabel 4. Haryati et al. (2013) menunjukkan bahwa pemberian mulsa dan pembenah tanah (Biochar I, Biochar II, Beta) sebanyak 2,5 t/ha belum berpengaruh terhadap hampir semua sifat fisik tanah.

Pemberian mulsa tidak berpengaruh nyata terhadap sifat fisik tanah pada lapisan bawah (20–40 cm) (Tabel 3). Hal ini karena mulsa sisa tanaman jagung hanya ditabur di atas permukaan tanah, sehingga tidak sampai berinteraksi dengan tanah pada lapisan 20–40 cm. Demikian pula pembenah tanah baik berupa Biochar I (SP 50)(SC-1) , Beta (SC-2), Biochar II (arang sekam) (SC-3) maupun pupuk kandang sebanyak 5 t/ha, tidak berpengaruh terhadap sifat fisik tanah pada lapisan bawah (Tabel 3).

Tabel 3. Pengaruh mulsa dan pembenah tanah terhadap sifat fisik tanah (kedalaman 20–40 cm) pada Ultisol di Desa Sukadana, Kec. Sukadana, Lampung Timur, 2012.

Perlakuan Sifat fisik tanah KA BD PD RPT PDC PDL AT AGR PERM (% vol) (g cm-3) (% vol) (%) (cmjam-1)

Petak Utama (pemberian mulsa) M-1 21,8 A 1,5 A 2,5 A 39,9 A 13,8 A 4,6 A 10,7 A 60,0 A 2,3 A M-2 20,3 A 1,5 A 2,5 A 39,9 A 13,2 A 4,4 A 10,0 A 61,5 A 2,1 A Anak petak (pembenah tanah)

SC-0 20,7 a 1,5 a 2,5 a 40,0 a 15,2 a 4,4 a 9,5 a 58,4 a 2,8 a SC-1 22,4 a 1,5 a 2,5 a 39,4 a 12,8 b 4,5 a 10,4 a 59,1 a 1,8 a SC-2 19,3 a 1,4 a 2,4 a 40,0 a 13,8 ab 4,6 a 10,8 a 61,5 a 2,3 a SC-3 21,6 a 1,5 a 2,5 a 39,0 a 11,6 b 4,6 a 11,2 a 62,3 a 1,3 a SC-4 21,3 a 1,5 a 2,5 a 41,5 a 14,3 a 4,3 a 9,3 a 59,4 a 2,7 a

Keterangan : KA= Kadar air, BD = Berat Jenis, PD: Particle Density, RPT = Ruang Pori Total, PDC= Pori drainase cepat, PDL = Pori Drainase lambat , AT = Air tersedia, AGR = agregat, PRM = Permeabilitas. Angka yang diikuti huruf besar atau huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf 5 % DMRT.

Page 7: APLIKASI MULSA DAN PEMBENAH TANAH UNTUK PERBAIKAN SIFAT ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2015/05/359... · komposit untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 365

Tabel 4. Sifat kimia tanah masing-masing pembenah tanah yang dipakai penelitian.

Pembenah Tanah

C-org. C/N

Asam humat

Asam fulfat N P2O5 K2O

(%) (%) Biochar I (SP 50) 1) - - - - - - - Beta 2) 25,46 23 0,8 0,93 1,10 1,34 1,87 Biochar II 3) 3,93 6 - - 0,66 0,17 0,42 Pupuk kandang 4) 25,37 - 1,52 2,45 1,53 2,51 9,97

Sumber: 1) tidak ada data ; 2) Dariah et al. (2010) ; 3) Nurida et al. (2008); 4) Dariah et al. (2011).

Pengaruh Mulsa dan Pembenah Tanah terhadap Kadar Air Tanah Pemberian mulsa sisa tanaman jagung sebanyak 10 t/ha tidak berpengaruh terhadap

fluktuasi kadar air tanah (Gambar 1). Hal ini karena mulsa sisa tanaman jagung sebanyak 10 t/ha tidak terlalu penuh menutupi permukaan tanah, sehingga evaporasi dari permuka-an tanah masih terjadi. Akibatnya, kelembaban tanah atau kadar air dalam tanah tidak terlalu berbeda dengan perlakuan tanpa mulsa (M-1). Perlakuan pembenah tanah tidak berpengaruh terhadap sifat fisik tanah dan salah satunya terhadap kapasitas tanah meme-gang air (air tersedia). Dengan demikian perlakuan pembenah tanah tidak berpengaruh terhadap kadar air tanah (Gambar 2).

Gambar 1. Pengaruh mulsa terhadap fluktuasi kadar air tanah.

Gambar 2. Pengaruh pembenah tanah terhadap fluktuasi kadar air tanah.

Page 8: APLIKASI MULSA DAN PEMBENAH TANAH UNTUK PERBAIKAN SIFAT ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2015/05/359... · komposit untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah

Haryati et al.: Aplikasi Mulsa dan Pembenah Tanah untuk Perbaikan Sifat Fisik Tanah 366

Pengaruh Mulsa dan Pembenah Tanah terhadap Ketahanan Penetrasi Tanah

Hasil analisis memperlihatkan bahwa interaksi antara mulsa dan pembenah tanah tidak nyata terhadap ketahanan penetrasi tanah. Pemberian mulsa sisa tanaman jagung seba-nyak 10 t/ha secara statistik tidak berpengaruh nyata terhadap ketahanan penetrasi tanah (Gambar 3). Terlihat bahwa garis antara perlakuan M-1 (tanpa mulsa) dan M-2 (mulsa brangkasan jagung 10 t/ha) yang hampir berimpit (Gambar 3). Hal ini karena penelitian dilaksanakan pada musim kemarau, sehingga apabila tanaman memerlukan air dilakukan penyiraman. Pengukuran ketahanan penetrasi tanah dilakukan 1 minggu sebelum tana-man dipanen dan pada saat itu tidak terlihat kelembaban tanah yang berbeda antara yang tidak diberi mulsa dan yang diberi mulsa brangkasan jagung. Dengan demikian ketahanan penetrasi tanah tidak berbeda.

Mulsa tidak berpengaruh terhadap fluktuasi kadar air tanah. Kadar air berbanding ter-balik dengan ketahanan penetrasi tanah. Semakin tinggi kadar air, semakin rendah keta-hanan penetrasi tanah dan akar tanaman semakin mudah menembus tanah. Terdapat hubungan yang sangat erat dengan ketahanan penetrasi tanah, sehingga mulsa tidak ber-pengaruh nyata terhadap ketahanan penetrasi tanah (Gambar 3).

Gambar 3. Pengaruh mulsa terhadap ketahanan tanah pada pertanaman kedelai pada Ultisol Sukadana, Lampung Timur.

Ketahanan penetrasi tanah memberikan respon yang berbeda terhadap perlakuan pembenah tanah. Pembenah tanah berupa pupuk kandang 5 t/ha(SC-4) hampir selalu memberikan nilai ketahanan penetrasi tanah yang paling rendah (Gambar 4). Hal ini karena pembenah tanah berupa pupuk kandang banyak mengandung bahan organik. Bahan organik tersebut berperan sebagai agen pengikat partikel tanah, sehingga agregasi tanah lebih baik yang mengakibatkan tanah mempunyai kemampuan memegang air yang lebih baik. Pembenah tanah terlihat berbeda pengaruhnya terhadap ketahanan penetrasi pada kedalaman 10 dan 15 cm dari permukaan tanah. Perlakuan SC-4 hampir selalu mempunyai nilai yang paling rendah, diikuti oleh SC-3, kemudian SC-2 dan SC-1 memberikan nilai ketahanan penetrasi yang paling tinggi. Hasil penelitian Haryati et al.

Page 9: APLIKASI MULSA DAN PEMBENAH TANAH UNTUK PERBAIKAN SIFAT ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2015/05/359... · komposit untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 367

(2013) juga menunjukkan bahwa pemberian pembenah tanah serupa berpengaruh positif nyata terhadap ketahanan penetrasi tanah.

Gambar 4. Pengaruh pembenah tanah terhadap ketahanan tanah pada pertanaman kedelai pada Ultisol Sukadana, Lampung Timur.

Pengaruh Mulsa dan Pembenah Tanah terhadap Pertumbuhan Tanaman Interaksi antara perlakuan mulsa dan pembenah tanah tidak nyata terhadap pertum-

buhan tinggi tanaman. Analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan yang nyata antara perlakuan tanpa mulsa dan mulsa sisa tanaman jagung terhadap tinggi tanaman (Gambar 5).

Gambar 5. Pengaruh mulsa terhadap tinggi tanaman kedelai pada Ultisol Sukadana, Lampung Timur.

Perlakuan pembenah tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 30 hari. Tanaman tertinggi dicapai pada perlakuan SC4, diikuti oleh SC1, SC2, SC3 dan teren-dah pada perlakuan SC0 pada saat tanaman berumur 45 HST. Nilai tanaman kedelai ter-tinggi diperoleh pada perlakuan SC2, diikuti oleh SC4, SC1, SC3 dan terendah pada perla-kuan SC0. Demikian juga halnya pada saat tanaman berumur 60 hst, tanaman tertinggi pada perlakuan SC2 kemudian diikuti oleh perlakuan SC4, SC1, SC3, dan nilai terendah

Page 10: APLIKASI MULSA DAN PEMBENAH TANAH UNTUK PERBAIKAN SIFAT ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2015/05/359... · komposit untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah

Haryati et al.: Aplikasi Mulsa dan Pembenah Tanah untuk Perbaikan Sifat Fisik Tanah 368

diperoleh pada perlauan SC0. Uraian di atas menunjukkan bahwa perlakuan pembenah tanah yang diberikan lebih baik dibandingkan dengan kontrol (SC0) (Gambar 6).

Gambar 6 Pengaruh pembenah tanah terhadap tinggi tanaman kedelai pada Ultisol Sukadana, Lampung Timur.

Pengaruh Mulsa dan Pembenah Tanah terhadap Perkembangan Akar Tanaman Kedelai

Interaksi antara mulsa dan pembenah tanah terhadap variabel perkembangan akar (berat, panjang dan jumlah bintil) tidak nyata. Pemberian mulsa sisa tanaman/ brangkasan tanaman jagung sebanyak 10 t/ha tidak berpengaruh nyata terhadap berat akar (Tabel 5), panjang akar (Tabel 6) maupun jumlah bintil akar kedelai (Gambar 7). Hal ini karena pemberian mulsa sisa tanaman jagung belum memberikan pengaruh yang kondusif bagi perkembangan akar dan sisa tanaman jagung agak sulit terdekomposisi sehingga belum berpengaruh terhadap berat akar tanaman kedelai.

Tabel 5. Pengaruh mulsa dan pembenah tanah terhadap berat akar tanaman kedelai pada Ultisol di Desa Sukadana, Kec. Sukadana, Lampung Timur, 2012.

Perlakuan Berat akar (g tanaman-1)

30 HST 45 HST 60 HST Petak Utama (mulsa) Tanpa mulsa (M-1 ) 1,4 A 2,2 A 3,4 A Mulsa sisa tanaman jagung (M-2) 1,4 A 2,2 A 3,4 A Anak petak (pembenah tanah) Tanpa pembenah/kontrol (SC-0) 1,8 a 2,4 a 2,4 b Biochar I (SP 50) 2,5 t/ha (SC-1) 1,4 a 2,3 a 4,4 a Beta 2,5 t/ha (SC-2) 1,6 a 2,4 a 4,4 a Biochar II (arang sekam) 2,5 t/ha (SC-3) 1,3 a 1,9 a 3,8 ab Pupuk kandang 5,0 t/ha (SC-4) 1,6 a 2,3 a 3,0 b

Keterangan : HST = hari setelah tanam. Angka yang diikuti huruf besar atau huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama berbeda pada taraf 5 % DMRT.

Page 11: APLIKASI MULSA DAN PEMBENAH TANAH UNTUK PERBAIKAN SIFAT ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2015/05/359... · komposit untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 369

Sampai tanaman berumur 45 HST, pembenah tanah belum berpengaruh terhadap berat akar kedelai. Pada umur 60 HST, pembenah tanah berpengaruh terhadap berat akar tanaman kedelai (Tabel 5). Pembenah tanah Biochar I (SP 50) dan Beta 2,5 t/ha mening-katkan berat akar tanaman kedelai. Biochar II (arang sekam) sebanyak 2,5 t/ha dan pupuk kandang 5 t/ha belum mampu meningkatkan berat akar kedelai (Tabel 5). Pembenah tanah juga tidak berpengaruh terhadap panjang akar tanaman kedelai pada umur 30 dan 45 HST, namun berpengaruh terhadap panjang akar tanaman pada umur 60 HST (Tabel 6). Pembenah tanah Beta sebanyak 2,5 t/ha meningkatkan panjang akar tanaman kedelai dan berbeda nyata dengan kontrol, namun tidak berbeda dengan pemberian Biochar II (arang sekam) sebanyak 2,5 t/ha. Pemberian Biochar I (SP 50), Biochar II dan pupuk kan-dang tidak berbeda nyata pengaruhnya terhadap panjang akar tanaman kedelai (Tabel 6).

Tabel 6. Pengaruh mulsa dan pembenah tanah terhadap panjang akar tanaman kedelai pada Ultisol di Desa Sukadana, Kec. Sukadana, Lampung Timur, 2012.

Perlakuan Panjang akar (cm)

30 HST 45 HST 60 HST Petak Utama (mulsa) Tanpa mulsa (M-1 ) 19,0 A 21,2 A 25,5 A Mulsa jagung (M-2) 19,0 A 21,2 A 25,5 A Anak petak (pembenah tanah) Tanpa pembenah (SC-0) 18,3 a 21,4 a 24,6 b Biochar I (SP 50) 2,5 t/ha (SC-1) 19,3 a 20,5 a 24,8 b Beta 2,5 t/ha (SC-2) 18,8 a 21,3 a 26,6 a Biochar II (arang sekam) 2,5 t/ha (SC-3) 18,7 a 20,5 a 25,7 ab Pupuk kandang 5,0 t/ha (SC-4) 19,6 a 21,0 a 24,3 b Keterangan : HST = hari setelah tanam. Angka yang diikuti huruf besar atau huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama berbeda pada taraf 5 % DMRT.

Pembenah tanah tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah bintil akar (Gambar 8). Hal ini karena pemberian pembenah tanah, baik berupa Biochar I, Beta, maupun Biochar II sebanyak masing-masing 2,5 t/ha dan pupuk kandang 5 t/ha belum mampu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan bintil akar tanaman kedelai.

Gambar 7. Pengaruh mulsa terhadap jumlah bintil akar kedelai pada Ultisol Sukadana, Lampung Timur.

Page 12: APLIKASI MULSA DAN PEMBENAH TANAH UNTUK PERBAIKAN SIFAT ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2015/05/359... · komposit untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah

Haryati et al.: Aplikasi Mulsa dan Pembenah Tanah untuk Perbaikan Sifat Fisik Tanah 370

Gambar 8. Pengaruh pembenah tanah terhadap jumlah bintil akar kedelai pada Ultisol Sukadana, Lampung Timur.

Pengaruh Mulsa dan Pembenah Tanah terhadap Hasil Kedelai Hasil analisis menunjukkan bahwa interaksi antara mulsa dan pembenah tanah tidak

nyata. Pemberian mulsa sisa tanaman jagung tidak berpengaruh nyata terhadap brangkasan kedelai (Tabel 7). Tabel 7 tersebut juga memperlihatkan bahwa pembenah tanah tidak berpengaruh nyata terhadap hasil brangkasan tanaman kedelai.

Tabel 7. Pengaruh mulsa dan pembenah tanah terhadap berat brangkasan kedelai pada Ultisol di Desa Sukadana, Kec. Sukadana, Lampung Timur, 2012.

Pembenah tanah

Berat brangkasan kedelai (t/ha) Rata-rata M-1

(tanpa mulsa) M-2

(mulsa jagung) Tanpa pembenah (SC-0) 4.30 4.57 4.45.a Biochar I (SP 50) 2,5 t/ha (SC-1) 5.00 4.27 4.71.a Beta 2,5 t/ha (SC-2) 5.10 4.47 4.79.a Biochar II (arang sekam) 2,5 t/ha (SC-3) 4.41 4.31 4.36.a Pupuk kandang 5,0 t/ha (SC-4) 4.26 5.05 4.66.a Rata-rata 4.62.A 4.56.A Keterangan : Angka yang diikuti huruf besar yag sama pada baris yang sama atau angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf 5 % DMRT.

Tidak terjadi interaksi yang nyata antara perlakuan mulsa dan pembenah tanah terha-dap bobot biji kering kedelai. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan yang nyata antara tanpa mulsa dan pemberian mulsa sisa tanaman jagung terhadap bobot biji kering kedelai, namun pembenah tanah berpengaruh nyata terhadap bobot biji kering kedelai (Tabel 8). Pemberian pupuk kandang 5 t/ha (SC-4) memberikan hasil biji kering kedelai tertinggi dan berbeda dengan kontrol (SC-0), namun tidak berbeda dengan perlakuan Beta 2,5 t/ha (SC-2) dan Biochar II (arang sekam) 2,5 t/ha (SC-3) . Pemberian Biochar I (SC-1) dan Beta (SC-2) tidak berbeda nyata dengan kontrol (SC-0) (Tabel 8).

Page 13: APLIKASI MULSA DAN PEMBENAH TANAH UNTUK PERBAIKAN SIFAT ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2015/05/359... · komposit untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 371

Tabel 8. Pengaruh mulsa dan pembenah tanah terhadap hasil biji kering kedelai pada Ultisol di Desa Sukadana, Kec. Sukadana, Lampung Timur, 2012.

Pembenah tanah Hasil biji kering (t/ha)

Rata-rata M-1 (tanpa mulsa)

M-2 ( mulsa jagung)

Tanpa pembenah (SC-0) 1,27 1,23 1,25 b Biochar I (SP 50) 2,5 t/ha (SC-1) 1,47 1,30 1,38 b Beta 2,5 t/ha (SC-2) 1,67 1,30 1,48 ab Biochar II (arang sekam) 2,5 t/ha (SC-3) 1,30 1,83 1,57 a Pupuk kandang 5,0 t/ha (SC-4) 1,90 1,27 1,58 a Rata-rata 1,52 A 1.39.A Angka yang diikuti huruf besar yag sama pada baris yang sama atau angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada taraf 5 % DMRT.

Dengan demikian pemberian Biochar II dan pupuk kandang memberikan pengaruh yang sama baiknya terhadap hasil biji kedelai. Hasil biji kering kedelai tertinggi mencapai 1,58 t/ha. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian beberapa peneliti (Endrizal et al. 2013, Jumakir dan Bobihoe 2013) yang memperlihatkan bahwa hasil biji varietas Anjasmoro yang ditanam pada lahan kering masam di Jambi memberikan produktivitas lebih tinggi (1,5–1,9 t/ha) dibandingkan varietas lainnya (Kaba, Burangrang, Wilis, Argomulyo). Bah-kan menurut Tamburian (2013), dengan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), varietas Anjasmoro dapat memberikan hasil biji kering 2,25 t/ha. Hasil biji kering kedelai terendah adalah 1,25 t/ha pada perlakuan kontrol. Hal ini juga dilaporkan oleh Sumanto dan Fakhrina (2013) yang menunjukkan bahwa kedelai varietas Anjasmoro yang ditanam di lahan kering di Tapin, Kalimantan Selatan, memberikan hasil biji kering 1,2 t/ha.

KESIMPULAN 1. Pemberian mulsa sisa tanaman jagung sebanyak 10 t/ha tidak berpengaruh terhadap

sifat fisik tanah. Pembenah tanah Biochar II (arang sekam) meningkatkan ruang pori total (RPT), pori drainase cepat (PDC), dan permeabilitas tanah pada lapisan atas (0–20 cm). Baik pemberian mulsa maupun pembenah tanah tidak berpengaruh terhadap sifat fisik tanah pada lapisan bawah (20–40 cm).

2. Pemberian mulsa dan pembenah tanah tidak berpengaruh nyata terhadap fluktuasi kadar air tanah. Pemberian mulsa sisa tanaman jagung tidak berpengaruh terhadap ke-tahanan penetrasi tanah, namun pemberian pembenah tanah berpengaruh nyata terhadap ketahanan penetrasi tanah. Pemberian pupuk kandang memberikan penga-ruh yang paling baik terhadap ketahanan penetrasi tanah.

3. Pemberian mulsa sisa tanaman jagung tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman ke-delai. Pembenah tanah meningkatkan tinggi tanaman kedelai.

4. Pemberian mulsa sisa tanaman jagung tidak berpengaruh terhadap perkembangan akar tanaman kedelai, namun pembenah tanah meningkatkan berat dan panjang akar kedelai. Pembenah tanah Biochar I dan Beta memberikan pengaruh terbaik terhadap berat dan panjang akar.

5. Mulsa sisa tanaman jagung dan pembenah tanah tidak berpengaruh nyata terhadap hasil brangkasan kedelai. Pembenah tanah meningkatkan hasil biji kering kedelai dan

Page 14: APLIKASI MULSA DAN PEMBENAH TANAH UNTUK PERBAIKAN SIFAT ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2015/05/359... · komposit untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah

Haryati et al.: Aplikasi Mulsa dan Pembenah Tanah untuk Perbaikan Sifat Fisik Tanah 372

pembenah tanah Biochar II (arang sekam) 2,5 t/ha dan pupuk kandang 5 t/ ha mem-berikan hasil biji kering kedelai terbaik.

DAFTAR PUSTAKA Agus, F., E. Surmaini dan N. Sutrisno. 2005. Teknologi Hemat Air dan Irigasi Suplemen. Teknologi

Pengelolaan Lahan Kering. Menuju Pertanian Produktif dan Ramah Lingkungan. Pusat Pene-litian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. Deptan.

Brata, K.R. 1995 a. Efektivitas mulsa vertikal sebagai tindakan konservasi tanah dan air pada perta-nian lahan kering di Latosol Darmaga. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia 5(1):13–19. IPB.

Brata, K.R. 1995 b. Peningkatan efektivitas mulsa vertikal sebagai tindakan konservasi tanah dan air pada pertanian lahan kering dengan pemanfaatan bantuan cacing tanah. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia 5(2): 69–75. Institut Pertanian Bogor.

Departemen Pertanian. 2008. Panduan Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Kedelai.

Dariah, A., Sutono dan N.L. Nurida. 2010. Penggunaan Pembenah Tanah Organik dan Mineral untuk Perbaikan Kualitas Tanah Typic Kanhapludults Tamanbogo Lampung. Jurnal Tanah dan Iklim No 31, Juli 2010. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Kementrian Pertanian.

Dariah, A., dan N.L. Nurida. 2011. Formula Pembenah Tanah Diperkaya Humat untuk Mening-katkan Produktivitas Tanah Ultisol Taman Bogo Lampung. Jurnal Tanah dan Iklim No 33, Juli 2011. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Kemen-terian Pertanian.

Endrizal, Jumakir dan Mildaerizanti. 2013. Kajian Pengelolaan Tanaman Terpadu Kedelai Pada Lahan Kering di Provinsi Jambi. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Pertanian Lahan Kering. Kupang, 4–5 September 2012. Buku I. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Kementrian Pertanian.

Gupta, R. K. and R. P. Rajput. 1999. Crop- Water Relationship Studies in Dryland Agriculture. In Singh et al., (eds). Fifty Years of Dryland Agricultural Research in India. Central Research Institut for Dryland Agriculture. Santoshnagar, Hyderabad–500 059.

Haryati, U., N. L. Nurida, H. Suganda, dan Undang Kurnia. 2000. Pengaruh arah bedengan dan tanaman penguat teras terhadap erosi dan hasil kubis (Brassica oleracea) di dataran tinggi. Hal. 411–424 dalam Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Tanah, Iklim dan Pupuk. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Haryati, U., K. Subagyono, S. H. Tala’ohu, Sutono, dan A. Adimihardja. 2006. Aplikasi mulsa dan teknik irigasi untuk tanaman cabai lahan kering pada Typic Kanhapludults Tamanbogo, Lampung. Hlm 31–46 Dalam Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor, 14–15 September 2006. Buku III. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.

Haryati, U. 2010. Peningkatan Efisiensi Penggunaan Air untuk Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan melalui Berbagai Teknik Irigasi pada Typic Kanhapludult Lampung. Desertasi. Program Studi Ilmu Tanah, Sekolah Pascasarjana, IPB. Bogor.

Haryati, U., W. Hartatik dan I. Juarsah. 2013. Inovasi teknik Konservasi Air Untuk Peningkatan Produktivitas Kedelai Pada Lahan Sub-optimal di Lampung. Prosiding Seminar Nasional Pertanian Ramah Lingkungan. Bogor, 29 Mei 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementrian Pertanian.

Hermanto. 2010. Inovasi Teknologi Memacu Produksi Kedelai, Meraih Swasembada. Sinar Tani. Ed 23–29 Juni 2010. No. 3360.

Jumakir dan J. Bobihoe. 2013. Perkembangan dan Produktivitas Kedelai Varietas Anjasmoro di Lahan Kering Iklim Basah (Kasus Desa Teluk Rendah Kabupaten Tebo-Jambi). Prosiding Seminar Nasional Inovasi Pertanian Lahan Kering. Kupang, 4–5 September 2012. Buku I. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian.

Page 15: APLIKASI MULSA DAN PEMBENAH TANAH UNTUK PERBAIKAN SIFAT ...balitkabi.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2015/05/359... · komposit untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014 373

Kementrian Pertanian. Mulyani, A., Sukarman, A. Hidayat. 2009. Prospek perluasan areal tanam kedelai di Indonesia. Hlm.

27–38 Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 3 No. 1. Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.

Noeralam, A. 2002. Teknik Pemanenan Air yang Efektif dalam Pengelolaan Lengas Tanah Pada Usahatani Lahan Kering. Desertasi Doktor. Program Pascasarjana. Institut pertanian Bogor.

Nurida, N. L., A. Dariah, dan A. Rachman. 2008. Kualitas Limbah Pertanian Sebagai Bahan Baku Pembenah Tanah Berupa Biochar Untuk Rehabilitasi Lahan. Prosiding Seminar Nasional dan Dialog Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor, 18–20 November 2008. Buku IV. Teknoogi Pengelolaan Lahan Rawa. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.

Puslitbangtanak. 2000. Atlas Arahan Tata Ruang Pertanian Indonesia Skala 1:1000000. Puslit-bangtanak. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.

Rachman, A., A. Dariah, dan D. Santoso. 2006. Pupuk Hijau. Hlm 41–58 Dalam Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.

Scholes, M.C., D. Powlson and G. Tian. 1997. Input control and organic matter dynamic. Geoderma 79: 25–47.

Suwardjo. 1981. Peranan Sisa-sisa Tanaman dalam konservasi Tanah dan Air pada Usahatani Tanaman Semusim. Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana, IPB. Bogor.

Suriadikarta, D. A., T. Prihatini, D. Setyorini, dan W. Hartatik. 2005. Teknologi pengelolaan bahan organik tanah. Hlm. 169–222 Dalam Teknologi Pengelolaan Lahan Kering. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.

Sumanto dan Fakhrina. 2013. Penampilan Galur Unggul Kedelai Lahan Kering Kabupaten Tapin Provinsi Kalimantan Selatan. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Pertanian Lahan Kering. Kupang, 4–5 September 2012. Buku I. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Kementrian Pertanian.

Tamburian, Y. 2013. Perbaikan Usahatani Kedelai Pada Lahan Kering Melalui Pendekatan PTT di Kabupaten Bolmong Provinsi Sulawesi Utara. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Pertanian Lahan Kering. Kupang, 4–5 September 2012. Buku I. Balai Besar Pengkajian dan Pengem-bangan Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Kementrian Pertanian.

DISKUSI Pertanyaan: 1. Albert Soplanit (BPTP Papua)

Tujuan tidak tercapai baik interaksi maupun mandiri?

Jawaban: 1. Karena mulsa yang diberikan baru, jadi belum ada kontak dengan fisik tanah

Pengaruh pembenah tanah ada sebagian parameter yang bisa diperbaiki. Interaksi mulsa x pembenah tanah, akan ditanyakan lebih lanjut.