bahan ko
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER
IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER
I. TUJUAN
a. Memahami prinsip kerja identifikasi metabolit sekunder.
b. Untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder dalam senyawa bahan
sampel alam.
II. TEORI
Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya
mempunyai kemampuan bioaktifitas dan berfungsi sebagai pelindung
tumbuhan tersebut dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu
sendiri atau lingkungannya. Secara umum kandungan metabolit sekunder
dalam bahan alam hayati dikelompokkan berdasarkan sifat dan reaksi khas
suatu metabolit sekunder dengan pereaksi tertentu.
Atas dasar ini, kandungan metabolit sekunder dapat dikelompokkan sebagai
berikut
1. Alkaloid
Merupakan suatu golongan senyawa organik yang terbanyak
ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuh-
tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua
alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya
bersifat basa dan dalam sebagian besar atom nitrogen ini bagian dari cincin
heterosiklik. Hampir semua alkaloid yang ditemukan dialam mempunyai
keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang
sangat berguna dalam pengobatan. Alkaloid dapat ditemukan dalam
berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit batang.
Sifat fisika dan kimia alkaloid :
a. Berupa kristal, amorf, dan ada yang cair (nikotina dan sparteina)
b. Tidak berwarna
c. Jika bersifat basa, larut dalam pelarut organik
d. Garam alkaloida larut dalam air, tidak larut dalam pelarut organic
Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut sifat seperti :
a. Alkaloida (alkaloid sejati)
Alkaloida mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik, berasal dari
asam amina.biasanya terdapat dalam tumbuhan sebagai asam organik.
b. Proto alkaloida
Proto alkaloida berasal dari asam amino, tetapi nitrogennya tidak terletak
pada cincin heterosiklik.
c. Asenda alkaloida
Asenda alkaloida tidak difotosintesis dari asam amino, 2 macam asenda
alkaloida yang terpenting adalah alkaloida steroida, misalnya konssina dan
alkaloid purina, misalnya koffeina.
2. Triterpenoid / Steroid
Triterpenoid merupakan senyawa yang kerangka karbonnya berasal
dari enam satuan isoprene dan secara biosinesis dirumuskan dari
hidrokarbon yang kebanyakan berupa alkohol, aldehid, dan asam
karbohidrat. Senyawa ini tidak berwarna, berbentuk kristal, bertitik leleh
tinggi dan bersifat optis aktif.
Steroid adalah golongan senyawa triterpenoid yang mengandung inti
siklopentana perhidrofenantren yaitu dari tiga cincin sikloheksana dan
sebuah cincin siklopentana.
3. Flavonoid
Merupakan senyawa metabolit sekunder yang banyak terdapat pada
tumbuh-tumbuhan. Selain itu, merupakan senyawa fenil propanoid dengan
kerangka karbon C6-C3-C6. Artinya kerangka karbonnya terdiri dari dua
gugus C6 disambung dengan rantai alifatik tiga karbon.
Sebagian besar senyawa flavonoid ditemukan di alam dalam bentuk
glikosida, dimana unit flavonoid terikat pada suatu gula.
4. Fenolik
Merupakan kelompok senyawa aromatik dengan gugus fungsi
hidroksil. Sisi dan jumlah grup hidroksil pada grup fenol diduga memiliki
hubungan dengan toksisitas relatif mereka terhadap mikroorganisme
dengan bukti bahwa hidroksitasi yang meningkat menyebabkan toksisitas
yang meningkat.
5. Saponin
Merupakan kelompok senyawa dalam bentuk glikosida terpenoid /
steroid. Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada
bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap
pertumbuhan.
Dikenal dua jenis saponin yaitu glikosida triterpenoid alkohol dan
glikosida struktur steroid tertentu yang mempunyai rantai samping
spiroketal. Kedua jenis saponin ini larut dalam air dan etanol tetapi tidak
larut dalam eter.
Saponin triterpenoid dapat mempunyai asam oleanolat sebagai
aglikonnya dan asam ini ditemukan juga bebas, meskipun demikian dalam
beberapa kasus, aglikonnya hanya dikenal sebagai sapogenin.
6. Kumarin
Merupakan kelompok senyawa fenol yang umumnya berasal dari
tumbuhan tinggi dan jarang ditemukan pada mikroorganisme, kumarin ini
mempunyai kerangka C6-C3.
Senyawa kumarin dibagi empat kelompok :
Kumarin sederhana dan turunannya yang berupa hasil hidroksidasi
alkoksida, glikosida. Contohnya : suberosin.
Furano kumarin jenis linear dan anguler, dimana terdapat subtitusi pada
posisi benzoid. Contohnya : angelicin.
Pyranokumarin analog dengan furano kumarin tapi memiliki cincin enzim
pada subtituennya. Contohnya : xantyletin.
Kumarin yang tersubtitusi pada cincin purin. Seperti 4-hidroksi kumarin.
7. Zat warna kuinon
Merupakan suatu heterosikel cincin terpadu yang strukturnya
berubah dengan naftalena, tetapi dengan nitrogen pada posisi isokaindina
adalah isomer 2-nya.
8. Karotenoid
Senyawa turunan dari isoprena yang berantai panjang. Karotenoid
adalah golongan senyawa kimia organik bernutrisi yang terdapat pada
pigmen alami tumbuhan dan hewan. Berdasarkan struktur kimianya,
karotenoid masuk kedalam golongan ttiterpenoid. Karotenoid merupakan
zat yang menyebabkan warna merah, kuning, orange, dan hijau pada buah
dan sayuran. Peran penting karotenoid adalah sebagai agen antioksidan dan
dalam sistem fotosintesis. Selain itu karotenoid juga dapat diubah menjadi
vitamin esensial.
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
A. Alat
1. Test tube : Tempat mereaksikan zat
2. Pipet tetes : Untuk mengambil zat
3. Plat tetes : Untuk mereaksikan zat
4. Lampu spritus : Untuk memanaskan
5. Lumpang : Untuk menggerus sampel
6. Lampu UV : Untuk melihat noda pada plat KLT
7. Plat KLT : Untuk uji kumarin
B. Bahan
1. Sampel bahan alam : Sebagai objek percobaan
2. CHCl3 : Untuk identifikasi triterpenoid
3. Reagen Dragenorf : Untuk uji warna golongan alkaloid
4. CH3OH (metanol) : Sebagai pelarut
5. FeCl3 : Untuk identifikasi fenolik
6. Anhidrida asetat : Untuk identifikasi triterpenoid
7. Reagen meyer : Untuk identifikasi alkaloid
8. HCl pekat : Untuk identifikasi flavonoid dan saponin
9. Serbuk Mg : Untuk identifikasi flavonoid
10. H2SO4 2 N : Untuk sampel alkaloid
11. H2SO4 pekat : Untuk identifikasi triterpenoid
12. Kloroform : Untuk identifikasi triterpenoid
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Sampel : daun segar berwarna hijau muda yaitu daun sukun
Identifikasi :
- Flavonoid
Ekstrak sampel + HCl pekat : warna kuning lemon
+ serbuk Mg : timbul gas, warna jadi orange terang
Positif flavonoid
- Fenolik
Sampel uji + FeCl3 : warna coklat (tak ada perubahan warna)
Tidak ada indikasi adanya fenolik
- Saponin
Sampel uji dikocok : tidak terjadi saponifikasi
Tidak ada indikasi adanya saponin
- Triterpenoid/steroid
Sampel : hijau pekat
Sampel + H2SO4 pekat : hijau terang
Positif steroid
Sampel H2SO4 pekat + anhidrida asam asetat : hijau berupa
gumpalan
kecil.
Positif triterpenoid
- Alkaloid
Sampel uji + reagen meyer : tak dijumpai endapan (negatif)
- Kumarin
Hasil ekstrak yang ditotolkan pada plat KLT , pada pengujian
dengan
UV terdapat garis warna merah.
Positif ada kumarin
Tabel
NO. Metabolit Sekunder Hasil
1. Flavonoid +
2. Fenolik -
3. Saponin -
4. Triterpenoid +
5. Steroid +
6. Alkaloid _
7 Kumarin +
4.2 Pembahasan
Uji identifikasi yang telah dilakukan diuji terhadap sampel segar daun
sukun. Untuk dapat menguji adanya kandungan metabolit sekundernya,
perlu pertama-tama untuk mengisolasi/ mengekstrak kandungan metabolit
tersebut. Pada pengerjaannya dilakukan dengan menggunakan metanol,
dimana metanol ini dapat melarutkan secara umum kandungan metabolit
sekunder dengan berbagai kepolarannya.
Pada preparasinya ekstrak tersebut difraksinasi lagi ke kelompok
polar dengan pelarut air dan kelompok non polar untuk metabolit yang
terlarut pada fraksi kloroform. Setelah itu baru dilakukan uji identifikasi
dari masing-masing fraksi. Pada fraksi air dapat diuji identifikasi metabolit
sekunder yang bersifat polar yaitu flavonoid, fenolik dan saponin.
Sementara pada fraksi kloroform dapat diuji identifikasi untuk triterpenoid
dan steroid.
Identifikasi dilakukan dengan pereaksi identifikasi yang dapat
bereaksi spesifik untuk masing-masing kelompok metabolit sekunder dan
dengan reaksi yang dapat diamati dengan jelas. Untuk uji identifikasi
kumarin dilakukan dengan KLT. Pada proses uji ini komponen-komponen
yang ada pada ekstrak metanol dari sampel dipisahkan secara kromatografi,
termasuk kumarin (jika ada sampel memang mengandung kumarin).
Jika sampel uji mengandung kumarin, kumarin akan terpisah dari
komponen lainnya secara kromatografi berupa bercak noda. Keberadaan
kumarin akan dapat diamati bila pada plat KLT, dimana plat dengan
penambahan NaOH dan deteksi menggunakan UV. Kumarin yang bereaksi
dengan NaOH akan terlepas gugus laktonnya dan dengan berikatan dengan
logam Na, sehingga terbentuk senyawa yang akan berfluorosensi merah-
orange bila diamati dengan lampu UV yang penampakan noda ini spesifik
untuk keberadaan kumarin pada sampel uji.
Untuk uji kumarin ini belum diketahui pereaksi kimia untuk uji
identifikasinya. Namun dapat diuji dengan pengamatan fluorosensinya
dengan lampu UV 365 nm. Atau dapat juga diuji dengan KLT dengan adanya
standar murni kumarin. Jika sampel dan kumarin standar dielusi pada plat
KLT yang sama maka noda dari sampel dengan harga Rf yang sama dengan
standar kumarin akan memberikan identifikasinya. Namun untuk cara ini
dibutuhkan standar murni dari kumarin tersebut.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pada percobaan metabolit sekunder, dapat disimpulkan bahwa pada sampel
daun sukun terdapat senyawa metabolit sekunder sebagai berikut :
a. Flavonoid
b. Triterpenoid dan steroid
c. Kumarin
Pada sampel tidak terdapat senyawa metabolit sekunder fenolik, alkaloid
dan saponin.
5.1 Saran
Untuk hasil selanjutnya didapatkan maksimum, disarankan kepada pratikan
selanjutnya agar :
a. Dalam penggerusan sampel benar-benar harus halus agar didapat hasil
yang diinginkan.
b. Pratikan harus teliti dalam melihat perubahan warna yang terjadi.
c. Berhati-hati saat meneteskan kloroform dan zat-zat berbahaya lainnya.
Tugas Sebelum Pratikum
1. Apa yang dimaksud dengan senyawa metabolit sekunder beserta contoh
dan gambarkan strukturnya !
Jawab : Senyawa metabolit sekunder adalah zat-zat atau senyawa yang
dihasilkan dari tumbuhan atau makhluk hidup dimana fungsinya belum
dapat diketahui secara pasti.
Contoh senyawa metabolit sekunder :
a. Alkaloid :
b. Triterpenoid
c. Steroid
2. Apa perbedaan metabolit sekunder dan metabolit primer ?
Jawab :
Metabolit primer adalah senyawa hasil metabolisme yang harus ada pada
makhluk hidup.
Metabolit sekunder adalah senyawa hasil metabolisme yang tidak selalu ada
pada makhluk hidup, biasanya dihasilkan pada tumbuhan.
3. Tuliskan pengamatan identifikasi metabolit sekunder secara teori !
Pengamatan identifikasi metabolit sekunder :
a. Flavonoid : orange
b. Fenolik : biru
c. Saponin : dikocok busa tidak hilang + HCl pekat
d. Triterpenoid : merah
e. Steroid : hijau
f. Kumarin : berfluorosensi
g. Alkaloid : ditambah pereaksi meyer timbul kabut
DAFTAR PUSTAKA
Djamal,Rusdi . 1990. Kimia Bahan Alam. Universitas Andalas : Padang.http ://www.chem-is-try.org.metabolit-sekunder.http ://elfiraworotitjan.wordpress.com
Diposkan oleh Yolani Syaputri di 00:36 Kirimkan Ini lewat Email
IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER - Tingkah Jurnal dalam ...
yolanisyaputri.blogspot.com/.../identifikasi-metabolit-sekunder.html30 Jan 2012 – b. Untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder dalam senyawa bahan sampel alam. II. TEORI. Senyawa metabolit sekunder merupakan ...
SOKLETASI
I. TUJUAN
Untuk mengekstraksi senyawa-senyawa / komponen-komponen yang terdapat
dalam sampel padat.
II. TEORI
Sokletasi adalah suatu metode atau proses pemisahan suatu komponen yang
terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan
menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan
terisolasi. Adapun prinsip sokletasi ini adalah penyaringan yang berulang-ulang
sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit.
Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya
adalah zat yang tersari. Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah
menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan
tersebut.
Pengambilan suatu senyawa organik dari suatu bahan alam padat disebut
ekstraksi. Jika senyawa organik yang terdapat dalam bahan padat tersebut dalam
jumlah kecil, maka teknik isolasi yang digunakan tidak dapat secara maserasi,
melainkan dengan teknik lain dimana pelarut yang digunakan harus selalu dalam
keadaan panas sehingga diharapkan dapat mengisolasi senyawa organik itu lebih
efesien. Isolasi semacam itu disebut sokletasi.
Metoda sokletasi merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan
perkolasi. Jika pada metoda pemisahan minyak astiri (distilasi uap), tidak dapat
digunakan dengan baik karena persentase senyawa yang akan digunakan atau
yang akan diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan
untuk maserasi ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang didapatkan
untuk pemisahan ini adalah sokletasi.
Ekstraksi komponen senyawa kimia yang terdapat dalam tumbuhan dapat
dilakukan dengan cara :
1. Maserasi
Maserasi merupakan proses penyarian senyawa kimia secara sederhana
dengan cara merendam simplisia atau tumbuhan pada suhu kamar dengan
menggunakan pelarut yang sesuai sehingga bahan menjadi lunak dan larut.
Penyarian zat-zat berkhasiat dari simplisia, baik simplisia dengan zat yang tidak
tahan pemanasan. Sampel biasanya direndam selama 3-5 hari, sambil diaduk
sesekali untuk mempercepat proses pelarutan komponen kimia yang terdapat
dalam sampel. Maserasi dilakukan dalam botol yang berwarna gelap dan
ditempatkan pada tempat yang terlindung cahaya. Ekstraksi dilakukan berulang-
ulang kali sehingga sampel terekstraksi secara sempurna yang ditandai dengan
pelarut pada sampel berwarna bening. Sampel yang direndam dengan pelarut tadi
disaring dengan kertas saring untuk mendapat maseratnya. Maseratnya
dibebaskan dari pelarut dengan menguapkan secara dengan rotary evaporator.
Kelebihan cara maserasi :
1. Alat dan cara yang digunakan sederhana
2. Dapat digunakan untuk zat yang tahan dan tidak tahan pemanasan.
Kelemahan cara maserasi ; banyak pelarut yang terpakai
2. Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan
pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu perkolator. Perkolasi
bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk
zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan pemanasan.
3. Digestasi
Digestasi adalah proses penyarian yang sama seperti maserasi dengan
menggunakan pemanasan pada suhu 30C – 40C. Cara ini dilakukan untuk
simplisia yang pada suhu biasa tidak tersari dengan baik. Jika pelarut yang dipakai
mudah menguap pada suhu kamar dapat digunakan alat pendingin tegak, sehingga
penguapan dapat dicegah.
4. Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati
dengan air pada suhu 90C selama 15 menit, kecuali dinyatakan lain, dilakukan
dengan cara sebagai berikut : simplisia dengan derajat kehalusan tertentu
dimasukkan kedalam panci dan ditambahkan air secukupnya, panaskan diatas
penangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu mencapai 90C sambil sesekali
diaduk, serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya
melalui ampas sehingga diperoleh volume infus yang dikehendaki.
5. Dekokta
Dekokta adalah suatu proses penyarian yang hampir sama dengan infus,
perbedaannya pada dekokta digunakan pemanasan selama 30 menit dihitung mulai
suhu mencapai 90C. Cara ini dapat dilakukan untuk simplisia yang mengandung
bahan aktif yang tahan terhadap pemanasan.
6. Sokletasi
Sokletasi merupakan suatu cara pengekstraksian tumbuhan dengan
memakai alat soklet. Pada cara ini pelarut dan simplisia ditempatkan secara
terpisah. Sokletasi digunakan untuk simplisia dengan khasiat yang relatif stabil
dan tahan terhadap pemanasan. Prinsip sokletasi adalah penyarian secara terus
menerus sehingga penyarian lebih sempurna dengan memakai pelarut yang relatif
sedikit. Jika penyarian telah selesai maka pelarutnya diuapkan dan sisanya adalah
zat yang tersari. Biasanya pelarut yang digunakan adalah pelarut yang mudah
menguap atau mempunyai titik didih yang rendah.
Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan,
sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontiniu akan membasahi sampel,
secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam labu dengan
membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah
membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan sehingga pelarut
tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik berbentuk cair atau
padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan
pelarut yang diinginkan.
Syarat-syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi :1. Pelarut yang mudah menguap, contoh : heksan, eter, petroleum eter, metil klorida
dan alkohol
2. Titik didih pelarut rendah.
3. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan.
4. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi.
5. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan.
6. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, pelarut itu bergantung padat
tingkatannya, polar atau non polar. Zat yang polar larut dalam pelarut polar dan
zat non polar larut dalam pelarut nonpolar
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan secara berurutan pelarut – pelarut
organik dengan kepolaran yang semakin menigkat. Dimulai dengan pelarut
heksana, eter, petroleum eter, atau kloroform untuk memisahkan senyawa –
senyawa terpenoid dan lipid – lipid, kemudian dilanjutkan dengan organik dan etil
asetat untuk memisahkan senyawa – senyawa yang lebih polar. Walaupun
demikian, cara ini seringkali tidak menghasilkan pemisahan yang sempurna dari
senyawa – senyawa yang diekstraksi.
Cara menghentikan sokletasi adalah dengan menghentikan pemanasan yang
sedang berlangsung. Sebagai catatan, sampel yang digunakan dalam sokletasi
harus dihindarkan dari sinar matahari langsung. Jika sampai terkena sinar
matahari, senyawa dalam sampel akan berfotosintesis hingga terjadi penguraian
atau dekomposisi. Hal ini akan menimbulkan senyawa baru yang disebut senyawa
artefak, hingga dikatakan sampel tidak alami lagi. Alat sokletasi tidak boleh lebih
rendah dari pipa kapiler, karena ada kemungkinan saluran pipa dasar akan
tersumbat. Juga tidak boleh terlalu tinggi dari pipa kapiler karena sampel tidak
terendam seluruhnya.
Dibanding dengan cara terdahulu ( distilasi ), maka metoda sokletasi ini lebih
efisien, karena:
1. Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam secara
berulang kali.
2. Waktu yang digunakan lebih efisien.
3. Pelarut lebih sedikit dibandingkan dengan metoda maserasi atau perkolasi.
Sokletasi dihentikan apabila :
1. Pelarut yang digunakan tidak berwarna lagi.
2. Sampel yang diletakkan diatas kaca arloji tidak menimbulkan bercak lagi.
3. Hasil sokletasi di uji dengan pelarut tidak mengalami perubahan yang spesifik.
Keunggulan sokletasi :
1. Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang.
2. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit.
3. Proses sokletasi berlangsung cepat.
4. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit.
5. Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali.
Kelemahan sokletasi :
1. Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang mudah
rusak atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan terjadi
penguraian.
2. Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan pereaksi
meyer, Na, wagner, dan reagen reagen lainnya.
3. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah menguap.
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
A. Alat
1. Alat soklet berfungsi untuk mengekstraksi senyawa-senyawa yang berada dalam
sampel padat.
2. Pemanas berfungsi untuk memanaskan sampel yang berada pada labu didih
3. Standar dan klem berfungsi untuk pemegang soklet.
4. Kertas saring berfungsi untuk membungkus sampel saat melakukan proses
sokletasi agar sampel tidak keluar dan menyumbat pipa kapiler.
B. Bahan
1. Pelarut n-heksana atau methanol digunakan untuk mengekstak senyawa-senyawa
atau komponen-komponen yang terdapat dalam sampel padat.
2. Hylocereus undatus (buah naga) merupakan sampel yang akan di ekstrak
senyawanya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada pratikum yang telah dilakukan, digunakan Hylocereus undatus (buah naga)
sebagai sampel untuk pengambilan senyawa-senyawa atau komponen-komponen
metabolit sekunder. Pengambilan senyawa-senyawa atau komponen-komponen ini
menggunakan metoda sokletasi, dimana proses sokletasi memiliki prinsip kerja
yakni penyaringan yang dilakukan berulang-ulang sehingga sampel terekstaksi
secara sempurna. Metoda sokletasi merupakan penggabungan antara metoda
ekstaksi maserasi dengan perkolasi.
Ini dikarenakan pada tahap awal, sampel direndam oleh pelarut yang
memiliki titik didih rendah dan sesuai dengan sifat sampelnya, hal ini lah yang
dilakukan pada metoda maserasi. Setelah pelarut penuh pada bagian dalam soklet,
pelarut akan turun ke labu didih yang telah disiapkan untuk proses pemanasan
melalui pipa kapiler. Labu dipanaskan dan pelarut akan menguap pada suhu
mencapai titik didih sehingga pelarut melewati kondensor. Uap kemudian akan
berubah wujud menjadi cair akibat adanya pendinginan yang dilakukan kondensor
sehingga pelarut akan turun dan mengenai sampel kembali.
Hal ini lah yang disebut dengan metoda perkolasi. Pelarut yang digunakan
pada percobaan ini adalah methanol. Dimana methanol memiliki titik didih 64,5C.
Digunakan methanol karena untuk mengekstrak senyawa-senyawa metabolit
sekunder yang bersifat polar seperti alkaloid, flafonoid dan kumarin. Didalam buah
naga, terdapat senyawa-senyawa atau komponen-komponen metabolit sekunder
seperti saponin, triterpenoid dan alkaloid.
Pada proses ini, sampel dipotong kecil-kecil dan dibungkus dengan
menggunakan kertas saring dalam bentuk silinder dan digantung dengan benang,
hal ini berguna agar sampel tidak menyumbat pipa kapiler yang berada pada alat
soklet. Pelarut yang digunakan sebanyak 1 ½ kali volume ekstraktor. Hal ini
berguna agar pada saat pelarut diuapkan, labu tidak kosong sehingga
pengekstraksiaan berjalan sempurna. Proses sokletasi di hentikan bila warna
pelarut pada soklet menjadi bening. Namun, pada percobaan kali ini pelarut tidak
sampai bening karena membutuhkan waktu yang lama. Hasil sokletasi yang
terdapat dalam labu kemudian dipanaskan kembali, ini berguna untuk
memekatkan atau mengeluarkan pelarutnya agar konsentrasi ekstrak lebih pekat.
Ini mempermudah saat pengkoloman. Kemudian hasil soklet dimasukkan ke dalam
botol katriol yang ditutup dengan Aluminium Foil yang sudah dilubangi. Hal ini
berguna untuk menguapkan pelarut kembali.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa, sokletasi merupakan suatu
metode pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara
penyaringan yang berulang-ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, dimana
cara sokletasi merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan perkolasi.
Pelarut yang digunakan memiliki ciri-ciri tersendiri yakni diantaranya memiliki
titik didih yang rendah sehingga mudah menguap dan memiliki sifat yang sama
dengan senyawa yang akan diisolasi (polar atau non-polar).
Pada pratikum sokletasi, digunakan Hylocereus undatus (buah naga)
sebagai sampelnya. Dalam sampel ini, terdapat senyawa-senyawa atau komponen-
komponen metabolit sekunder seperti saponin, triterpenoid dan alkaloid. Pada
proses sokletasi, warna pelarut yang awalnya bening berubah menjadi pink
kebeningan. Hal ini berarti senyawa-senyawa yang terdapat dalam sampel sudah
terekstrak. Namun, proses sokletasi diihentikan apabila pelarut yang digunakan
berubah warna menjadi bening.
5.2 Saran
1. Setelah proses sokletasi selesai dilakukan, jangan lupa untuk memanaskan hasil
soklet untuk menguapkan pelarutnya
2. Sampel yang dibungkus oleh selongsong hendaknya terendam oleh pelarut
TUGAS SEBELUM PRATIKUM
1. Bagaimana cara menghentikan proses sokletasi?
a. Pelarut yang digunakan tidak berwarna lagi
b. Sampel yang diletakkan di atas kaca arloji tidak menimbulkan bercak lagi
c. Hasil sokletasi di uji dengan pelarut tidak mengalami perubahan yang spesifik
2. Jelaskan golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuhan!
a. Alkaloid : kelompok senyawa yang mengandung nitrogen dalam bentuk gugus
fungsi amin
b. Flavonoid : kelompok fenil propanoid dengan kerangka karbon C6-C3-C6
c. Triterpenoid : kelompok senyawa turunan asam mevalonat
d. Fenolik : kelompok senyawa aromatik dengan gugus fungsi hidroksil
e. Saponin : kelompok senyawa dalam bentuk gikosida
f. Kumarin : kelompok fenil propanoid dengan senyawa benzene
3. Sebutkan kelebihan dan kelemahan sokletasi!
Keunggulan sokletasi :
a. Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang.
b. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit.
c. Proses sokletasi berlangsung cepat.
d. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit.
e. Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali.
Kelemahan sokletasi :
a. Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang mudah
rusak atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan terjadi
penguraian.
b. Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan pereaksi
meyer, Na, wagner, dan reagen reagen lainnya.
c. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah menguap.
DAFTAR PUSTAKA
Chasles, Wilcox. 1995. Prinsip Dasar Belajar Kimia. Padang: Unand
Davia. 1995. Organik Laporatury Techniques. Second edition, USA.
Fesenden. 1998. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Diposkan oleh Yolani Syaputri di 11:27
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Tidak ada komentar:
Poskan KomentarPosting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Pengikut
Arsip Blog
▼ 2012 (12)o ► Juli (1)o ► Mei (1)o ► April (2)o ▼ Januari (8)
IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI AMINA, KARBOHIDRAT,PROT... IDENTIFIKASI ALKOHOL, KARBONIL DAN ASAM KARBOKSILA... Kromatografi Kolom KROMATOGRAFI LAPIS TIPISI. TUJUANUntuk menentukan... Sokletasi DISTILASI TRAPPING I. TUJUANUntuk mengisolasi min... Distilasi Normal
► 2011 (1)
Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.
IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI AMINA, KARBOHIDRAT,
PROTEIN, DAN LEMAK
A. AMINA
I. TUJUAN
Mengenal identifikasi amina dan mengetahui pereaksi spesifiknya.
II. TEORI
Amina merupakan senyawa organik yang mengandung atom-atom nitrogen
trivalent yang terikat pada satu atom karbon atau lebih.
Contoh amina: RNH2, R2 NH, R3N
Amina tergolong ke dalam basa organik lemah yang dapat bereaksi
dengan asam membentuk garam yang dapat larut dalam air, tetapi dalam
keadaan bebas amina sulit atau hampir tidak larut dalam air kecuali dengan
senyawa amina yang berwujud gas. Amina merupakan turunan dari
amoniak dimana satu atau lebih atom hidrogennya diganti oleh gugus alkil.
Dengan R.U = R-NH2.
Amina dibagi 3, yaitu:
1. Amina Primer
1 atom H diganti dengan alkil
2. Amina Sekunder
2 atom H diganti dengan alkil
3. Amina Tersier
3 atom H diganti dengan alkil
Senyawa amina dapat membentuk suatu garam amonium garam, garam ini
dikelompokkan menjadi:
a. Garam Amina
Garam yang mengandung atom H
b. Garam Amonium Kuartener
Garam yang tidak ada atom H, karena ke 3 nya berikatan dengan alkil.
Sifat-sifat Amina:
1. Amina termasuk golongan basa. Karena itu dapat bereaksi dengan asam
R- NH2 + HCl → RNH2HCl
2. a. Amina primer dengan asam nitrat, mengahasilkan menghasilkan alkohol
dengan nitrogen .
R- NH2 HONO → ROH +N2 + H2O R-N-H → amina I
b. Amina sekunder dengan asam nitrat, menghasilkan nitrogamin.
c. Amina tersier tidak dapat bereaksi dengan asam nitrit.
3. Senyawa amina merupakan titik didih atau sifat fisik lainnya lebih besar
dibandingkan senyawa alkohoh dengan massa molekul yang bersamaan
atau hampir sama.
4. Senyawa amina mempunyai sifat polar dibandingkan hidrokarbon tapi
kurang polar dibanding alkohol.
5. Senyawa amina mempunyai bau yang spesifik
6. Garam dari amina mudah larut dalam air.
7. Sifat garam dari asam amina lemah dari basa amina kerena gugus NH2
terpengaruh oleh gugus COOˉ
Sifat Basa Amina
Sifat basa amina dipengaruhi oleh gugus alkil pendorong ē. Sifat basa
amina dipengaruhi oleh gugus alkil maka akan semakin basa dan
sebaliknya.
Bagian molekul yang paling reaktif dari suatu amina:
- NH2
- NHR
- NR2
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
a. Alat
- Tabung reaksi berfungsi untuk mencampurkan zat yang akan
dipraktikumkan.
- Pipet tetes berfungsi untuk memipet larutan yang diinginkan.
b. Bahan
- Anilin sebagai bahan amina
- Dimetilanin sebagai bahan amina
3.2 Skema Kerja
1. Reaksi dengan asam nitrit
Dimasukkan dalam tabung reaksi
Setelah dingin
2. Khusus untuk anilin
Dimasukkan dalam tabung reaksi
3. Amina dengan HCl
Dipanaskan
B. KARBOHIDRAT
I. TUJUAN
Mengenal identifikasi karbohidrat dan mengetahui pereaksi spesifiknya.
II. TEORI
Karbohidrat adalah suatu senyawa organik yang banyak terdapat pada tumbuh-
tumbuhan, hewan. Kabohidrat merupakan bagian yang digunakan sebagai jaringan
penunjang dari tumbuh-tumbuhan dan sumber tenaga bagi manusia dan hewan.
Kabohidrat dianggap sebagai senyawa antara atom karbon dan molekul air,
atau sebagai karbohidrat yang terhidrasi dan disebut “hidra arang”
Berdasarkan penguraian sakarida terbagi atas 4 bagian:
Monosakarida
Senyawa karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis lagi menjadi unit yang lebih
sederhana sekali.
Disakarida
Karbohidrat yang bisa dihidrolisis menjadi 2 monosakarida.
Oligosokarida
Kabohidrat yang dapat dihidrolisis menjadi besar dari 4 monosakorida.
Sifat umum dari monosakarida dan disalkarida
1. Merupakan kristal yang ada pada umumnya bewarna putih dan larut dalam air
karena mempunyai banyak gugus fungsi (alkohol, aldehid dan keton).
2. Mempunyai rasa manis karena umumnya senyawa ini mempunyai 3 gugus OH
yang berdampingan.
3. Bersifat optis aktif terutama senyawa karbohidrat yang menghasilkan asam.
4. Sedikit larut dalam alkohol tapi tidak larut dalam pelarut organik karena tidak
punya gugus yang sama.
Sifat Umum Polisakarida:
1. Berbentuk amorf, umumnya tidak larut dalam air
2. Tidak punya rasa
3. Tidak bersifat optis aktif
Identifikasi Karbohidrat:
1. Pereaksi Molish
2. Dengan Fehling A dan Fehling B
3. Dengan HNO3 pekat.. Menghasilkan atau mengoksidasi aldehid dengan CH2OH
Monosakarida dapat dibedakan atas:
Aldosa
Monosakarida yang memiliki gugus fungsi aldehid
Ketosa
Monosakarida yang memiliki gugus fungsi keton – C = O
Monosakarida juga digolongkan berdasarkan jumlah atom C dalam molekulnya.
Cotoh:
Triosa → monosakarida yang terdiri atas 3 atom C
Tetrasa → monosakarida yang terdiri atas 4 atom C
Pentosa → monosakarida yang terdiri atas 5 atom C
Monosakarida heksosaterdiri dari 2 molekul.
Glukosa yang mempunyai gugus aldehid
Fruktosa yang mempunyai gugus keton
Monosakarida menjadi atom C asimetris, sehingga memerlukan isomer optis
aktif misalnya D- glukosa dan L – glukosa, struktur molekul glukosa maupun
fruktosa dapat merupakan rantai panjang yang merupakan struktur molekul
siklohemiasetal atau melingkar.
Monosakarida = fruktosa > glukosa >glaktosa.
Disakarida = sukrosa > maltosa > laktosa
Secara umum : fruktosida > sukrosa > gukosa > maltosa > laktosa > glaktosa
Disakarida tersusun dari 2 molekul monosakarida contohnya:
Sukrosa yang terdiri dari 2 molekul monosakarida yaitu glukosa dan fruktosa.
Maltosa, terdiri dari glukosa dan glukosa
Laktosa , terdiri dari glukosa dan galaktosa
Adapula polisakarida yang tersusun oleh banyak molekul monosakarida . Contoh:
Amilum
Glikogen
Selulosa
III. PROSEDUR PERCOBAAN3.1 Alat dan Bahan
a) Alat
- Tabung reaksi berfungsi untuk mencampurkan zat yang akan dipraktikumkan.
- Pipet tetes berfungsi untuk memipet larutan yang diinginkan.
b) Bahan
-Gula pasir ( sukrosa ) digunakan sebagai sampel.
-Tepung kanji digunakan sebagai sampel.
-Larutan kanji digunakan sebagai sampel.
-Kertas saring digunakan sebagai sampel.
3.2 Skema kerja
1. Uji kelarutan
Masing-masing karbohidrat diuji kelarutannya dengan :
Air dingin, air panas, etanol panas, etanol dingin, Asam sulfat encer, asam sulfat pekat, asam klorida
encer
2. Tes molish
Karbohidrat ditambahkan 2-3 tetes α naftol 10%
↓Dikocok dan ditambahkan asam sulfat
pekat
sedikit demi sedikit
3. Reaksi dengan fenil hidrazin
Karbohidrat ditambahkan larutan fenil hidrazin
Sedikit demi sedikit
↓Diamati yang terjadi
4. Reaksi dengan fehling
Karbohidrat ditambahkan fehling A dan fehling B
↓Dipanaskan dan diamati
5. Reaksi dengan kertas saring
Kertas saring ditambahkan HCl encer
↓Dipanaskan dalam penangas air lalu disaring
↓ Fitrat diambil lalu dibagi menjadi 2 bagian
↓Bagian pertama ditambahkan fenil hidrozin
Bagian kedua ditambahkan fehling, diamati
6. Dengan kapas
Kapas ditambahkan HNO3 dan ditambah CH3COOH
↓Dipanaskan lalu dinginkan dan
diamati
C. PROTEIN
I. TUJUAN
Mengenali identifikasi protein dan mengetahui pereaksi spesifiknya.
II. TEORI
Protein merupakan senyawa politeptida dengan berat molekul besar yang
mengandung unsur C, H, N, O, dan juga menjadi unsur seperti protein dikenal
dengan nama zat putih telur yang merupakan senyawa yang sangat penting dalam
semua sel hidup, karena protein merupakan dinding sel.
Sifat protein ditentukan oleh asam amino penyusunnya oleh karena itu, sifat
protein = sifat aminonya.
Protein merupakan polimer alam yang tersusun dari asam-asam amino. Asam
amino memiliki 2 gugusan yaitu gugus karboksil yang bersifat asam dan gugus
amino yang bersifat basa, sedangkan asam amio bersifat amfoter.
Ikatan yang menghasilkan 2 molekul asam amino disebut ikatan peptida dan
senyawa yang terbentuk disebut dipeptida. Protein tersusun dari banyak ikatan
peptida atau polipeptida.
Asam amino ada 2 macam:
Asam yang tidak esensial
Asam yang tidak dapat larut disentesis dalam tubuh, jadi harus terdapat dalam
makanan sehari-hari.
Contoh:
- Leusin - Isoleusin
- Lusin - Fenil alanin
Asam amino non esensial
Yang dapat disintesis dalam tubuh.
Contoh:
- Glisin - Tirosin
- Alanin - Prolin
Protein dapat dibedakan berdasarkan bentuk dan fungsi biologisnya.
Berdasarkan bentuk protein dibedakan atas:
Protein Serat
Serabut panjang yang liat dan tidak larut dalam air
Protein Globular
Bentuknya agak bulat dan larut dalam air.
Berdasarkan Fungsi Biologisnya, dibedakan atas:
Enzim
Protein transpor
Protein nutrien dan penyimpanan
Protein kontraktil
Protein struktur
Protein pertahanan
Protein pengatur
Sifat-Sifat Asam Amina
Bersifat optis aktif kecuali glisin tidak mempunyai atom C asimetris, tidak bisa
memutar polimerisasi.
Ion zwitter
Molekul asam amino dapat mengalami reaksi intromolekul membentuk ion polar.
Berat molekul besar
Umurnya ± dari 20 asam amino
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
a) Alat
- Tabung reaksi berfungsi untuk mencampurkan zat yang akan dipraktikumkan.
- Pipet tetes berfungsi untuk memipet larutan yang diinginkan.
a) Bahan
- Putih telur digunakan sebagai sampel.
- Kuning telur digunakan sebagai sampel.
3.2 Skema Kerja
1. Tes biuret
Larutan protein 2 mL + 1 mL NaOH 10%
↓Kocok lalu tambahkan 2-3 CuSO4 10%
↓Amati
2. Tes xantoprotein
Larutan protein 2 mL + 5 tetes HNO3
↓Panaskan ,setelah dingin + NH4OH
↓Amati
3. Tes molish
Larutan protein + 2-3 tetes α naftol 10%
↓Amati
4. Tes milon
Larutan protein 1 mL + pereaksi milon
↓
Kocok lalu amati yang terjadi
↓Panaskan sampai mendidih
↓Dinginkan lalu + 1 tetes HNO2
↓Amati
5. Tes ninhidrin
Larutan protein 2 mL + 1 mL pereaksi ninhidrin
↓Panaskan lalu dinginkan
↓Amati
6. Urea
Urea dilelehkan
↓Setelah dingin + air sampai larut
↓
D. LEMAK
I. TUJUAN
Mengenal identifikasi lemak atau minyak dan mengetahui pereaksi spesifiknya.
II. TEORI
Lemak atau mimyak adalah ester dari gliserol atau disebut juga trigliserida yang
dibedakan jenuh atau tidaknya gugus alkil. Lemak sering dinamakan minyak. Pada
dasarnya lemak dan minyak itu adalah sama.
Sifat Lemak
Bersifat non polar
Tidak larut dalam air
Dapat larut dalam pelarut non polar seperti eter, karbon tetraklorida, dan
kloroform.
Perbedaan antara lemak dan minyak:
Lemak
Pada temperatur kamar, lemak berbentuk padat
Umumnya terdapat pada hewan
Mempunyai ikatan tunggal
Minyak
Pada temperatur kamar. Minyak berbentuk cair.
Umumnya terdapat pada tumbuh-tumbuhan
Mempunyai ikatan rangkap
Lemak adalah ester dari gliserol dan asam lemak (asam-asam karboksilat dengan
rantai alkil yang panjang)
Lemak disusun atas asam-asam lemak.
Senyawa jenuh
C11 H23 COOH (asam larutan / asam dedeknoat)
C13 H27 COOH (asam miristat / asam tetradekanoat)
C15 H31 COOH (asam palmilat / asam heksadekanoat)
C17H35 COOH (asam stearat / asam okta dekanoat)
Senyawa tidak jenuh
C17 H33 COOH (asam oleat / asam - 9 - okta dekanoat)
C17 H31 COOH (asam linoleat /asam 9, 12 - okta dekanoat)
C17 H29 COOH (asam linoleat / asam 9, 12, 15 - okta dekanoat)
Lemak yang mempunyai akil jenuh berwujud padat, yang memeiliki rantai
alkil tak jenuh berwujud cair (minyak), lemak tak jenuh ini disebabkan adanya
ikatan rangkap pada atom C.
Sifat Fisika Lemak
Sukar larut dalam pelarut polar, mudah larut dalam perut non polar.
Lemak memiliki titik didih yang tinggi dan kebanyakan bentuk padat .
Reaksi titik lebur asam nitrat lemaknya tinggi , makin tinggi pula titik lebur
minyak / lemak.
Minyak umumnya bersifat cair.
Sifat Kimia Lemak
Dapat teroksidasi sehingga menimbulkan bau / rasa.
Dapat terhidrolisis dengan bantuan enzim lipase. Larutan asam alkalin
menghasilkan gliserol dan asam lemak.
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
a) Alat
- Tabung reaksi berfungsi untuk mencampurkan zat yang akan dipraktikumkan.
- Pipet tetes berfungsi untuk memipet larutan yang diinginkan.
b) Bahan
- Minyak kelapa digunakan sebagai sampel.
- Minyak jagung digunakan sebagai sampel.
- Minyak bimoli digunakan sebagai sampel.
- Margarin digunakan sebagai sampel.
- Gajih sapi digunakan sebagai sampel.
3.2 Skema kerja
1. Reaksi dengan NaOH
Zat + NaOH 30%
↓Panaskan dalam penangas air + air
↓Kocok dan amati
2. Reaksi dengan Bronin danCCl4
Lemak dilarutkan dalam aseton /eter
↓+ bronin dalam CCl4 setetesdemi setetes
3. Reaksi dengan KMnO4
Lemak dilarutkan dalam aseton/eter + 1-2 tetes KMnO4
↓Amati yang terjadi
4. Reaksi dengan fehling
Zat + H2SO4 encer
↓Panaskan lalu tumpahkan dalam air
↓Terbentuk 2 lapisan, lapisan atas dibagi ke
dalam 3 tabung reaksi
↓Tabung 1 + KMNO4
↓Tabung 2 + heksan + NaOH
↓Tabung 3 + heksan + brom
↓Lapisan bawah + CuSO4
↓Kocok & amati
4.2 Pembahasan
A. AMINA
Pada reaksi dengan Asam Nitrit, senyawa anilin ditambah dengan HCl encer
sehingga warna larutan menjadi bening dan larut. Reaksi amina dengan Br dalam
CCl4, larutan akan berubah menjadi kuning bening, senyawa larut dan menjadi
panas. Reeaksi amina ditambah dengan HCl dan dipanaskan larutan akan menjadi
bening dan larut.
Jika senyawa warna ditambah dengan Asam Asetat anhidrida dan dipanaskan,
warna larutan akan menjadi bening dan larut.
B. KARBOHIDRAT
Uji kelarutan karbohidrat dengan beberapa pelarut tertentu, secara umum
karbohidrat tidak larut dan ada yang larut. Sukrosa, tepung kanji, dan larutan
kanji secara umum larut dalam pelarut tersebut. Sedangkan kertas saring tidak
larut dalam pelarut-pelarut tersebut. Percobaan ini dilkukan untuk mengetahui ada
atau tidaknya ikatan glikogen pada karbohidrat. Reaksi fenil hidrazin dilakukan
untuk mengetahui ada atau tidaknya senyawa karbonil di dalam karbohidrat.
Reaksi karbohidrat dengan fehling A dan fehling B dilakukan untuk mengetahui
adanya gugus aldosa dan ketosa di dalam karbohidrat.
C. PROTEIN
Pada protein, untuk menguji ada atau tidaknya ikatan peptida dalam protein
dilakukanlah uji biuret, yang mana jika mengandung ikatan peptide warna larutan
akan berubah menjadi ungu.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya gugus fenil (inti benzene) dalam protein,
dilakukanlah tes xanthoprotein. Jika mengandung gugus fenil, warna larutan akan
berubah menjadi kuning.
Senyawa protein direaksikan dengan pereaksi Ninhidrin, warna larutan akan
berubah menjadi ungu. Secara teori pada uji milon dan uji molish, jika senyawa
protein direaksikan dengan a-naftol dan pereaksi milon warna larutan akan
menjadi merah.
D. LEMAK
Pada uji kelarutan lemak dengan NaOH dan Br dalam CCl4, secara umum lemak
tidak larut dalam pelarut tersebut. Reaksi lemak dengan KMnO4, lemak juga tidak
larut.
Lemak ditambah dengan H2SO4 encer, senyawa lemak juga tidak akan larut.
Larutan tersebut dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama ditambah dengan
NaOH terbentuk emulsi dan dua lapisan. Bagian kedua ditambah dengan heksan
dan KMnO4, terbentuk tiga lapisan. Bagian kedua yang lain ditambah dengan
heksan dan Br/CCl4, terbentuklah dua lapisan.
Diposkan oleh Yolani Syaputri di 11:41
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Tidak ada komentar:
Poskan KomentarPosting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Pengikut
Arsip Blog
▼ 2012 (12)o ► Juli (1)o ► Mei (1)o ► April (2)o ▼ Januari (8)
IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI AMINA, KARBOHIDRAT,PROT... IDENTIFIKASI ALKOHOL, KARBONIL DAN ASAM KARBOKSILA... Kromatografi Kolom KROMATOGRAFI LAPIS TIPISI. TUJUANUntuk menentukan... Sokletasi DISTILASI TRAPPING I. TUJUANUntuk mengisolasi min...
Distilasi Normal
► 2011 (1)
IDENTIFIKASI ALKOHOL, KARBONIL DAN ASAM KARBOKSILAT
IDENTIFIKASI ALKOHOL, KARBONIL DAN ASAM KARBOKSILAT
A. ALKOHOL
I. TUJUAN
Mengenal pereaksi spesifik terhadap senyawa alkohol.
II. TEORI
Alkohol merupakan kelompok senyawa organik dengan gugus fungsi hidroksil (-
OH). Alkohol primer, sekunder, dan tersier sama-sama memiliki gugus metil pada
posisi alfa. Alkohol adalah komponen dari gugus hidroksil dengan pengikatan atom
karbon dengan gugus alkilnya sebanyak tiga buah dan satu tangan pada gugus
hidroksil. Pada pola sederhana, desain R-OH dengan “R” adalah gugus alkil dan
“OH” adalah gugus hidroksil yang terikat pada karbon. Hibridisasi sp3 ada 3 jenis
utama alkohol :
Alkohol primer
Alkohol tersier
Alkohol tersier
Nama-nama ini merujuk pada jumlah karbon yang terikat pada C-OH, contoh
alkohol primer adalah metanol dan etanol. Alkohol sekunder paling sederhana
adalah propandiol dan alkohol alkohol tersier sederhana adalah 2-metil-2-
propandiol.
a. Alkohol primer
Pada alkohol primer (1o), atom karbon yang membawa gugus –OH hanya terikat
pada satu gugus alkil. Ada pengecualian untuk metanol, CH3OH, dimana mmetanol
ini dianggap sebagai sebuah alkohol primer meskipun tidak ada gugus alkilnya
yang terikat pada atom karbon yang membawa gugus –OH.
b. Alkohol sekunder
Pada alkohol sekunder (2o), atom karbon yang mengikat gugus –OH berikatan
langsung dengan dua gugus alkil, kedua gugus alkil ini biasanya sama atau
berbeda.
c. Alkohol tersier
Pada alkohol tersier (3o) atom karbon yang mengikat gugus –OH berikatan
langsung dengan tiga gugus alkil, yang bisa merupakan kombinasi dari alkil yang
sama
atau berbeda.
Alkohol merupakan senyawa seperti air yang satu hidrogennya diganti oleh
rantai atau cincin hidrokarbon. Sifat fisis alkohol, alkohol mempunyai titik didih
yang tinggi dibandingkan alkana-alkana yang jumlah atom C nya sama. Hal ini
disebabkan antara molekul alkohol membentuk ikatan hidrogen. Rumus umum
alkohol R – OH, dengan R adalah suatu alkil baik alifatis maupun siklik. Dalam
alkohol, semakin banyak cabang semakin rendah titik didihnya. Sedangkan dalam
air, metanol, etanol, propanol mudah larut dan hanya butanol yang sedikit larut.
Alkohol dapat berupa cairan encer dan mudah bercampur dengan air dalam segala
perbandingan.
Berdasarkan jenisnya, alkohol ditentukan oleh posisi atau letak gugus OH
pada rantai karbon utama karbon. Ada tiga jenis alkohol antara lain alkohol
primer, alkohol sekunder dan alkohol tersier. Alkohol primer yaitu alkohol yang
gugus –OH nya terletak pada C primer yang terikat langsung pada satu atom
karbon yang lain contohnya : CH3CH2CH2OH (C3H7O). Alkohol sekunder yaitu
alkohol yang gugus -OH nya terletak pada atom C sekunder yang terikat pada dua
atom C yang lain. Alkohol tersier adalah alkohol yang gugus –OH nya terletak pada
atom C tersier yang terikat langsung pada tiga atom C yang lain .
Reaksi-reaksi yang terjadi dalam alkohol antara lain reaksi substitusi, reaksi
eliminasi, reaksi oksidasi dan esterifikasi. Dalam suatu alkohol, semakin panjang
rantai hidrokarbon maka semakin rendah kelarutannya. Bahkan jika cukup panjang
sifat hidrofob ini mengalahkan sifat hidrofil dari gugus hidroksil. Banyaknya gugus
hidroksil dapat memperbesar kelarutan dalam air .
Senyawa yang mempunyai rumus molekul sama disebut isomer. Keisomeran
dapat terjadi karena perbedaan struktur / karena konfigurasi. Struktur
menggambarkan bagaimana atom – atom saling berkaitan dalam satu molekul ,
yaitu menggambarkan ikatan , sedangkan konfigurasi menggambarkan susunan
ruang atom – atom dalam satu molekul .
Sifat fisika alkohol
1) Titik didih
Titik didih alkohol relatif tinggi. Hal ini merupakan akibat langsung dan daya
tarik intermolekuler yang kuat. Titik didih adalah ukuran dasar dari jumlah energi
yang diperlukan untuk memisahkan suatu molekul cair dari molekul terdekatnya.
Jika molekul terdekatnya molekul padat molekul tersebut sebagai ikatan hidrogen.
Dibutuhkan energi yang cukup besar untuk memisahkan ikatan tersebut. Setelah
itu molekul tersebut dapat terlepas dari cairan menjadi gas. Semakin besar massa
molekul relatif alkohol maka titik didih makin tinggi. Titik didih alkohol bercabang
lebih rendah daripada alkohol berantai lurus, meskipun massa molekul relatifnya
sama.
2) Kelarutan
Kepolaran dari ikatan hidrogen merupakan faktor yang menentuksn besarnya
kelarutan alkohol dan eter dalam air. Alkohol dengan massa molekul rendah larut
dalam air. Kelarutan dalam air ini lebih disebabkan oleh ikatan hidrogen antara
alkohol dan air. Dengan bertambahnya massa molekul relatif maka gaya-gaya Van
den Waals antara bagian-bagian hidrokarbon dari alkohol menjadi lebih efektif
menarik molekul-molekul alkohol satu sama lain. Oleh karena itu, semakin panjang
rantai karbon, semakin kecil kelarutannya dalam air.
Sifat Kimia
1) Dehidrasi alkohol
Dehidrasi (pelepasan air) merupakan reaksi yang melibatkan terlepasnya H dan
OH . Reaksi dehidrasi alkohol dapat membentuk alkena atau eter dan air. Asam
sulfat pekat berlebih dicampurkan dalam aklohol kemudian campuran tersebut
dipanaskan hingga 180oC, maka gugus hidroksil akan terlepas dan atom hidrogen
dari karbon terdekatnya juga terlepas, membentuk H2O.
2) Oksidasi alkohol
Oksidasi alkohol akan menghasilkan senyawa yang berbeda, tergantung jenis
alkoholnya.
3) Reaksi alkohol dengan logam Na dan K
Alkohol kering (tidak mengandung air) dapat bereaksi dengan logam Na dan K
tetapi tidak sereaksif air dengan logam Na dan K. Atom H dari gugus OH-
digantikan logam tersebut, sehingga terbentuk Na-Alkoholat.
Kegunaan alkohol
a. Kegunaan etanol
- Spirit (minuman keras) bermetil yang diproduksi dalam skala industri.
- Sebagai bahan bakar
- Sebagai pelarut
b. Kegunaaan metanol
- Sebagai sebua stok industri.
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Tabung reaksi → untuk tempat mereaksikan larutan dalam jumlah sedikit
2. Pipet tetes → untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit
3. Penangas air → untuk memanaskan larutan
3.1.2 Bahan
1. Metanol → senyawa yang akan diuji
2. Fenol → senyawa yang akan diuji
3. Etanol → senyawa yang akan diuji
4. Isopropanol → senyawa yang akan diuji
5. Etilen glikol → senyawa yang akan diuji
6. Tersier butanol → senyawa yang akan diuji
7. Gliserol → senyawa yang akan diuji
B. KARBONIL
I. TUJUAN
Untuk mengetahui reaksi spesifik senyawa karbonil (aldehid dan keton) dan
mengetahui pereaksi spesifiknya.
II. TEORI
Dalam kimia organik, gugus karbonil adalah sebuah gugus fungsi yang tersiri dari
sebuah atom karbon yang berikatan rangkap denggan sebuah atom oksigen C=O.
Istilah karbonil juga dapat merujuk ke karbon monoksida sebagai sebuah ligan
pada senyawa organik atau kompleks organologam (misalnya nikel karbonil),
dalam situasi ini karbon berikatan rangkap tiga dengan oksigen C=O. Senyawa
karbonil dikarakteristikan oleh jenis-jenis senyawa berikut :
- Senyawa aldehida
- Keton
- Asam karboksilat
- Ester
- Anida enon
- Asil klorida
- Anhidrida asam
Struktur umum dari gugus karbonil adalah R-CHO, senyawa karbonil lainnya
termasuk urea dan karbenat.
Reaktivitas karbonil lebih elektropositif daripada oksigen, sehingga rapatan
elektron akan tertarik dari karbon dan meningkatkan polaritas ikatan. Oleh karena
itu, karbon karbonil bersifat elektrofilik sehingga lebih reaktif terhadap nukleofil.
Selain itu, oksigen yang elektronegatif juga dapat bereaksi dengan elektrofil.
Hidrogen alfa pada senyawa karbonil lebih asam daripada ikatan OH yang biasa.
Sebagai contoh nilai pKa asetaldehida dan aseton adalah 16,7 dan 19. Gugus
karbonil dapat direduksi reagen hidrida seperti NaBHu dan LiAlHu dan oleh
reagen brinad.
Aldehid dan keton adalah senyawa-senyawa sederhana yang mengandung
sebuah gugus karbonil, sebuah ikatan rangkap CHO. Aldehid dan keton termasuk
senyawa yang sederhana. Jika ditinjau berdasarkan tidak adanya gugus-gugus
reaktif yang lain seperti –OH atau –Cl yang terikat langsung pada atom karbon
digugus karbonil, seperti yang bisa ditentukan misalnya pada atom-atom
karboksilat yang mengandung gugus –COOH.
Reaksi-reaksi penting dari gugus karbon
Atom karbon yang sedikit bermuatan positif pada gugus karbonil diserang oleh
nukleofil. Nukleofil merupakan sebuah ion bermuatan negatif atau bagian yang
bermuatan negatif dari sebuah molekul. Selalu reaksi berlangsung ikatan rangkap
C=O terputus. Efek murni dari pemutusan ikatan ini adalah bahwa gugus karbonil
akan mengalami reaksi adisi , seringkali diikuti dengan hilangnya sebuah molekul
air. Ini menghasilkan reaksi yang dikenal sebagai adisi, eliminasi, atau kondensasi.
Aldehid berbeda dengan keton karena memiliki sebuah atom hidrogen yang terikat
pada guguus karbonilnya. Ini menyebabkan aldehid sangat mudah teroksidasi.
Keton tidak memiliki atom hidrogen tersebut sehingga tidak mudah dioksidasi.
Keton hanya dioksidasi dengan menggunakan agen pengoksidasi kuat yang
memiliki kemampuan untuk memutus ikatan karbon-karbon.
Sifat fisika
1). Titik didih
Karbon dan oksigen pada gugus karbonil berbagi dua pasang elektron namun
pembagiannya tidak seimbang. Keelektronegatifan oksigen lebih besar untuk
mengikat pasangan elektron sehingga kerapatan elektron pada oksigen lebih besar
daripada karbon. Karbon lebih bermuatan positif sedangkan oksigen lebih
bermuatan negatif. Kepolaran ikatan rangkap pada karbonil oksigen lebih besar
daripada ikatan tunggal pada karbon oksigen. Perbedaan muatan pada molekul
menyebabkan terjadinya dipol. Kepolaran ikatan rangkap pada aldehid dan keton
sangat mempengaruhi titik didihnya. Oleh karena itu, titik didihnya relatif lebih
tinggi dibandingkan dengan senyawa nonpolar yang setara.
2). Kelarutan
Pada umumnya aldehid berfase cair, kecuali formaldehid yang berfase gas.
Aldehid suhu rendah mempunyai bau yang khas menyengat, sedangkan aldehid
suhu tinggi mempunyai bau yang enak sehingga digunakan untuk parfum dan
aroma tambahan. Atom hidrogen pada molekul air dapat membentuk ikatan
hidrogen dengan oksigen pada gugus karbonil, sehingga kelarutan aldehid hampir
sama dengan alkohol dan eter. Formaldehid dan asetaldehid larut dalam air,
sejalan dengan bertambahnya rantai karbon, kelarutan dalam air akan turun.
Sifat kimia
1). Oksidasi
Aldehid sangat mudah dioksidasi menjadi asm karboksilat, dengan pereaksi
fehling dan tollens yang disebut tes fehling dan tes tollens.
- Tes Fehling
Pereaksi yang digunakan dalam tes fehling terdiri dari campuran fehling A dan
fehling B. Fehling A terdiri atas larutan CuSO4 dan fehling B terdiri dari campuran
NaOH dengan natrium-kalium tartrat. Pereaksi fehling dibuat dengan
mencampurkan fehling A dan fehling B sehingga terbentuk ion kompleks Cu+2
dalam suasana basa.
- Tes Tollens
Pereaksi yang digunakan adalah campuran larutan AgNO3 da larutan NH3 yang
berlebihan membentuk ion kompleks Ag(NH3)2+. Aldehid akan teroksidasi menjadi
asam karboksilat dan ion perak (Ag+) akan tereduksi menjadi logam perak.
2). Tidak membentuk hidrogen
Aldehid
a. Sifat – sifat aldehid :
1). Senyawa-senyawa aldehid dengan jumlah atom C rendah (1 sampai 5
atom C)
mudah larut dalam air. Sedangkan senyawa aldehid dengan jumlah atom C
lebih
dari 5 sukar larut dalam air.
2). Aldehid dapat dioksidasi menjadi asam karboksilatnya
3). Aldehid dapat direduksi dengan gas H2 membentuk alkohol primernya.
b. Kegunaan Aldehid
1). Larutan formaldehid dalam air dengan kadar 40%dikenal dengan nama
formalin.
Zat ini banyak digunakan untuk mengawetkan spesies.
2). Formaldehid juga banyak digunakan sebagai :
- Insektisida dan pembasmi kuman
- Bahan baku pembuatan damar buatan
- Bahan pembuatan plastik dan damar sintetik seperti Galalit
3). Asetaldehid dalam kehidupan sehari-hari antara lain digunakan sebagai :
- Bahan untuk membuat karet dan damar buatan
- Bahan untuk membuat asam asetat (asam Cuka)
- Bahan untuk membuat alkohol
Keton
a. Sifat fisika keton :
1) Termasuk senyawa polar dan larut dalam air.
2) Titik didih alkanon / keton lebih tinggi disbanding yang lain.
3) Senyawa keton mempunyai sifat fisika hampir sama
b. Sifat kimia keton :
1) Antar senyawa keton tidak terjadi ikatan hidrogen.
2) Keton kurang reaktif dibandingkan dengan aldehid.
3) Keton merupakan reduktor yang sangat lemah.
c. Kegunaan Keton
1) Sebagai pelarut senyawa organik seperti lak, pembersih cat kayu, dan cat
kuku.
2) Bahan baku dalam industri pembuatan kloroform.
3) Bahan anti ledakan pada penyimpanan gas asetilen.
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Tabung reaksi → sebagai tempat mereaksikan larutan dalam jumlah
sedikit
2. Pipet tetes → untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit
3. Penangas air → untuk memanaskan larutan
3.1.2 Bahan
1. Aseton → senyawa yang akan diuji
2. Formalin → senyawa yang akan diuji
3. Asetaldehid → senyawa yang akan diuji
C. ASAM KARBOKSILAT
I. TUJUAN
Untuk mengenal pereaksi spesifik dari asam karboksilat.
II. TEORI
Asam karboksilat bila bereaksi dengan basa akan membentuk garam dan dengan
alkohol akan membentuk ester. Asam karboksilat banyak dijumpai dalam lemak
sehingga sering juga disebut sebagai asam lemak. Pembuatan asam karboksilat
dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti :
1. Oksidasi alkohol 1o, 2o, atau dengan aldehid
2. Oksidasi alkena
3. Okasidasi alkuna
4. Hidrolisa alkil sianida
5. Hidrolisa ester dengan asam
6. Hidrolisa asil halida
Asam karboksilat adalah segolongan senyawa organik yang dicirikan oleh
gugus karboksil yaitu nama yang berasal dari nama gugus fungsi karbonil dan
hidroksil. Gugus karboksil (juga ditulis –CO2H atau –COOH). Rumus umum asam
karboksilat adalah RCOOH. Asam karboksilat tergolong asam karena senyawa ini
mengion dalam larutan, meghasilkan ion karboksilat dan proton.
Empat asam karboksilat rantai lurus yang pertama adalah :
- Asam metanoat (asam format)
- Asam etanoat (asam asetat)
- Asam propanoat (asam propionat)
- Asam butanoat (asam butirat)
Suatu asam karboksilat adalah suatu senyawa organik yang mengandung
gugus karboksil, -COOH. Gugus karboksil mengandung gugus karbonil dan sebuah
gugus hidroksil. Antar aksi dari kedua gugus ini mengakibatkan suatu kereaktifan
kimia yang unik dan untuk asam karboksilat.
Asam format terdapat pada semut merah, lebah, jelatang, dan sebagainya.
Sifat fisika yaitu cairan, tidak berwarna, merusak kulit, berbau tajam, larut dalam
H2O
dengan sempurna. Sifat kimia yaitu asam paling kuat dari asam-asam karboksilat,
mempunyai gugus asam dan aldehid. Asam asetat (CH3COOH) merupakan asam
karboksilat yang paling penting diperdagangkan industri dan laboratorium. Bentuk
murninya disebut asam asetat glasial karena senyawa ini menjadi padat seperti es
bila didinginkan. Asam asetat glasial tidak berwarna, cairan mudah terbakar (titik
leleh 7oC, titik didih 800C dengan bau pedas mengigit. Dapat bercampur dengan
air dan banyak pelarut organik.
Sifat fisika
1). Pada umumnya titik didih asam karboksilat relatif tinggi. Titik didih asam
karboksilat relatif tinggi dibandingkan alkohol, aldehid, dan keton dengan massa
molekul relatif yang hampir sama. Hal ini karena terjadinya ikatan hidrogen antar
molekul.
2). Molekul asam karboksilat bersifat sangat polar
3). Asam karboksilat, empat anggota pertama mudah larut dalam air. Kelarutan
asam karboksilat makin menurun seiring dengan kenaikan jumlah atom karbon.
Adanya rantai bercabang menyebabkan kelarutan makin menurun.
4). Asam karboksilat dengan jumlah atom karbon rendah mempunyai bau asam,
sedangkan jumlah atom karbon empat hingga delapan berupa cairan tidak
berwarna yang mempunyai bau yang sangat tidak enak. Bau cuka merupakan bau
asam asetat, bau mentega adalah asam butirat. Asam kaproat terdapat pada
rambut dan keringat kambing. Asam dari C5 hingga C10 semuanya mempunyai bau
seperti kambing. Asam ini dihasilkan oleh bakteri kulit pada minyak keringat.
Asam diatas C10 merupakan padatan seperti wax/lilin, dan karena tingkat
penguapannya yang rendah, asam ini tidak berbau.
Sifat kimia
1). Asam lemah
Larutan asam karboksilat bersifat asam lemah. Larutan tersebut dapat
mmengubah lakmus biru menjadi merah.
2). Reaksi yang terjadi tergolong reaksi netralisasi. Asam karboksilat tergolong
asam lemah sehingga dalam air hanya terionisasi sebagian.
3). Reaksi esterifikasi
Asam karboksilat bereaksi dengan alkohol membentuk ester dan air.
Kegunaan asam karboksilat
- Asam format (asam metanoat) yang juga dikenal asan semut merupakan cairan
tidak berwarna dengan bau yang merangsang. Biasanya digunakan untuk :
a. Menggumpalkan lateks (getah karet)
b. Obat pembasmi hama
- Asam asetat atau sam etanoat yang dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan
nama asam cuka. Asam cuka banyak digunakan sebagai pegawet makanan, dan
penambah rasa makanan.
- Asam sitrat biasanya digunakan untuk pengawet buah dalam kaleng.
- Asam stearat, asam ini berbentuk padat, berwarna putih. Dalam kehidupan
sehari-hari terutama digunakan untuk membuat lilin.
Sifat – sifat asam karboksilat :
- Mempunyai bau yang merangsang
- Mempunyai 2 iakatan hidrogen antara sepasang molekul yang ditunjuk sebagai
dimer asam karboksilat.
Asam karboksilat dapat di bagi beberapa golongan.
1. Asam alkana karboksilat.
Dapat dinggap ebagai turunan alkana dengan 1/lebih atom hidrogen telah diganti
oleh gugus kardoksil.
Sifat-sifatnya:
Dengan logam alkali membentuk garam dan air H2
Dengan asam membentuk garam dan air
Dengan PCl5 / PCl3 Membentuk HCl
Sukar dioksidasi (kecuali asam format).
2. Asam Alkena Karboksilat.
Dapat dianggap sebagai turunan dari alkena dimana 1/lebih atom H diganti oleh
gugus karboksilat.
3. Asam Hidrosi Karboksilat
Senyawa ini menjadi gugus hidrosil dalam molekul-molekul disamping gugus
karboksilat. Sengandemikian senyawa ini bertindak sebagai asam. Asam hidroksil
merupakan asam yanglebih kuat dari asam karboksilat dengan jumlah C yang
sama.
Cara mengidentifikasi gugus karbonil:
Reaksi dengan Natrium bikarbonat
Reaksi dengan PCl3
Esterifikasi yang menimbulkan bau harum
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.2 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Tabung reaksi → sebagai tempat untuk mereaksikan larutan dalam jumlah
sedikit
2. Pipet tetes → untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit
3. Penangas air → untuk memanaskan larutan
3.1.2 Bahan
1. Asam asetat → senyawa yang akan diuji
2. Asam benzoat → senyawa yang akan diuji
3. Asam oksalat → senyawa yang akan diuji
4. Asam format → senyawa yang akan diuji
5. Asam salisilat → senyawa yang akan diuji
DAFTAR PUSTAKA
www. chem-is-try.org/identifikasi-gugus-karbonil/html
http://www.lehaw.blogspot.com/identifikasi_senyawa_alkohol/html
http://www.google.com/sulfat_sifat_asam_karboksilat/identifikasi_asam_karboksila
t.html
http://tutorialkuliah.blogspot.com/kuliah-tentang-asam-karboksilat.html
4.2 PEMBAHASAN
A. ALKOHOL
1. Uji Air Dalam Alkohol
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar air yang terkandung dalam
alkohol. Tahap pertama, dengan mengisi ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 ml
larutan sampel (metanol, fenol, etanol, isopropanol, etilen glikol, tersier butanol,
dan gliserol) dan CuSO4 anhidrat.
CuSO4 merupakan padatan putih, jika terkena air akan terbentuk garam
hidratnya akan berubah menjadi biru. Jadi jika alkohol mengandung air akan
diketahui dengan terjadinya perubahan warna biru. Hal tersebut menunjukkan
adanya air dalam setiap sampel alkohol.
2. Uji Esterifikasi
Pertama – tama yang dilakukan pada percobaan ini adalah memasukkan 2 ml
larutan sampel (metanol, fenol, etanol, isopropanol, etilen glikol, tersier butanol,
dan gliserol) ke dalam tabung reaksi, menambahkan 1 ml H2SO4 pekat dan sedikit
asam asetat. Mengocok dan memanaskan . Setelah itu larutan tersebut
dituangkan ke dalam air. Dari hasil pengamatan diperoleh hanya tersier butanol
yang memberikan bau harum yang menandakan terbentuknya ester.
3. Reaksi Oksidasi
Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml K2CrO4 dan beberapa tetes
H2SO4 pekat, kemudian mengocok, menambahkan 1 ml larutan sampel (metanol,
fenol, etanol, isopropanol, etilen glikol, tersier butanol, dan gliserol) ke dalam
tabung reaksi .Mengocok lalu dipanaskan didalam penangas air . Hasil percobaan
antara lain pada sampel metanol menghasilkan larutan berwarna biru, sedangkan
sampel isopropanol dan etilen glikol larutan berwarna biru muda, dan tersier
butanol menghasilkan larutan berwarna hijau . Perubahan warna yang dihasilkan
pada percobaan ini menunjukkan adanya reaksi oksidasi dengan kalium kromat
yang terjadi pada larutan sampel.
4. Iodoform Test
Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 2 ml larutan sampel (metanol, fenol,
etanol, isopropanol, etilen glikol, tersier butanol, dan gliserol) ke dalam tabung
reaksi. Kemudian ditambahkan ke dalam masing-masing tabung reaksi 2 ml iodin,
sambil mengaduk, ditambahkan NaOH hingga warna iodin berubah menjadi
kuning muda. Diamkan, bila belum terbentuk endapan kuning, maka tabung reaksi
dalam penangas air dipanaskan.
Uji iodoform reaksi antara sampel alkohol dengan iodin akan membentuk
larutan berwarna kuning. Hal ini disebabkan karena alkohol bereaksi dengan
hidrogen halida menghasilkan alkil halida. Berarti pada setiap sampel alkohol
mengandung iodoform.
5. Membedakan Alkohol Mono dan Alkohol Polihidroksi
Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 2 ml larutan sampel (metanol, fenol,
etanol, isopropanol, etilen glikol, tersier butanol, dan gliserol) ke dalam tabung
reaksi. Kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan kuprisulfat dan sedikit demi
sedikit larutan NaOH.
Hasil percobaan antara lain pada sampel metanol, fenol, etanol, isopropanol,
dan tersier butanol terdapat endapan biru, sedangkan pada sampel etilen glikol
dan gliserol warna larutan berubah menjadi biru. Jadi jika mono alkohol
ditambahkan larutan kuprisulfat dan larutan NaOH, akan terbentuk endapan biru.
Jika poli alkohol ditambahkan larutan kuprisulfat dan larutan NaOH, warna larutan
akan berubah menjadi biru.
6. Membedakan Alkohol Primer, Tersier, dan Sekunder
Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml larutan sampel (metanol, fenol,
etanol, isopropanol, etilen glikol, tersier butanol, dan gliserol) ke dalam tabung
reaksi dan ZnCl2/HCl. Kemudian mengocok larutan dan diamkan beberapa saat.
Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil secara berurutan antara lain
membentuk emulsi (larutan bening), membentuk emulsi (larutan keruh),
membentuk emulsi (larutan bening), membentuk emulsi (larutan bening),
membentuk emulsi (larutan bening), membentuk emulsi (larutan bening), dan
membentuk emulsi (larutan bening).
Uji ini bertujuan untuk membedakan alkohol primer, sekunder dan tersier.
Alkohol tersier bereaksi dan alkil klorida tersier akan membentuk lapisan keruh
yang terpisah. Alkohol sekunder terlarut karena pembentukkan ion oksonium dan
akhirnya terbentuk alkil klorida. Sedangkan alkohol primer sukar untuk menjadi
klorida dengan ZnCl2/HCl.
7. Alkohol Aromatis/Fenol
Percobaan ini terdiri dari dua tahap. Pertama, fenol ditambahkan dengan setetes
demi setetes brom/karbon tetraklorida. Hasil yang didapatkan yaitu warna larutan
berubah klorida. Ketika ditambahkan dengan larutan feri klorida, warna larutan
berubah menjadi ungu.
B. KARBONIL
1. Uji Gugus Karbonil
Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml senyawa karbonil ( aseton,
formalin, dan asetaldehid) ke dalam tabung reaksi dan menambahkan beberapa
tetes larutan fenil hidrazin. Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil
warna larutan pada aseton dan asetaldehid berubah menjadi merah bata, dan
formalin berubah warna menjadi coklat. Perubahan warna menunjukkan bahwa
masing – masing larutan mengandung gugus karbonil.
2. Membedakan Aldehid dengan Keton
a. Uji Fehling
Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml senyawa karbonil ( aseton,
formalin, dan asetaldehid) ke dalam tabung reaksi dan menambahkan pereaksi
Fehling A dan Fehling B. Kemudian dipanaskan di atas penangas air. Dari
percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil secara berurutan antara lain formalin
dan asetaldehid mereduksi reagen fehling membentuk endapan merah bata,
sedangkan aseton tidak mereduksi.
b. Uji Tollens
Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml senyawa karbonil ( aseton,
formalin, dan asetaldehid) ke dalam tabung reaksi dan menambahkan pereaksi
Tollens. Kemudian dipanaskan di atas penangas air. Dari percobaan yang
dilakukan, didapatkan hasil secara berurutan antara lain formalin dan asetaldehid
mereduksi reagen Tollens membentuk cermin perak, sedangkan aseton tidak
mereduksi.
3. Reaksi Oksidasi
Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml senyawa karbonil ( aseton,
formalin, dan asetaldehid) ke dalam tabung reaksi dan menambahkan dengan
beberapa tetes kalium bikromat dan asam sulfat pekat, kemudian dipanaskan di
atas penangas air. Setelah dingin, larutan tersebut ditambahkan dengan larutan
fenil hidrazin. Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil yaitu aseton dan
formalin membentuk gelembung gas dan warna larutan berubah menjadi biru,
sedangkan pada asetaldehid, warna larutan berubah menjadi coklat. Perubahan
warna yang dihasilkan pada percobaan ini menunjukkan adanya reaksi oksidasi
dengan kalium bikromat yang terjadi pada larutan sampel.
4. Iodoform Test
Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 2 ml larutan sampel (aseton,
formalin, dan asetaldehid) ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan ke
dalam masing-masing tabung reaksi 2 ml iodin, sambil mengaduk, ditambahkan
NaOH hingga warna iodin berubah menjadi kuning muda. Diamkan, bila belum
terbentuk endapan kuning, maka dipanaskan lagi tabung reaksi dalam penangas
air.
Uji iodoform reaksi antara sampel karbonil dengan iodin akan membentuk
larutan berwarna kuning. Hal ini disebabkan karena karbonil bereaksi dengan
hidrogen halida menghasilkan alkil halida. Berarti pada setiap sampel karbonil
mengandung iodoform.
C. ASAM KARBOKSILAT
1. Reaksi dengan Bikarbonat
Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml larutan sampel (asam asetat,
asam benzoat, asam oksalat, asam format, dan asam salisilat) ke dalam tabung
reaksi. Kemudian ditambahkan ke dalam masing – masing larutan beberapa tetes
natrium bikarbonat. Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil yaitu semua
larutan sampel berwarna bening dan membentuk gelembung gas. Gelembung gas
yang dihasilkan pada percobaan ini menunjukkan adanya reaksi antara larutan
sampel dengan natrium bikarbonat.
2. Membedakan Asam Mono dan Dikarboksilat
Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml larutan sampel (asam asetat,
asam benzoat, asam oksalat, asam format, dan asam salisilat) ke dalam tabung
reaksi. Kemudian ditambahkan ke dalam masing – masing larutan beberapa tetes
larutan ferosulfat dan larutan NaOH. Hasil percobaan yaitu pada larutan asam
mono karboksilat warna larutan berubah menjadi hijau, bening, dan jingga.
Sedangkan pada larutan dikarboksilat warna larutan berubah menjadi coklat.
3. Khusus untuk Asam Asetat
Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml larutan asam asetat ke dalam
tabung reaksi dan ditambahkan dengan larutan feri klorida. Hasil percobaan yaitu
warna larutan berubah menjadi orange. Perubahan warna yang dihasilkan pada
percobaan ini menunjukkan adanya reaksi antara larutan asam asetat dengan
larutan feri klorida.
4. Esterifikasi dan Hidroksamat Test
Percobaan ini dilakukan dengan memasukkan 1 ml larutan sampel (asam asetat,
asam benzoat, asam oksalat, asam format, dan asam salisilat) ke dalam tabung
reaksi. Kemudian ditambahkan ke dalam masing – masing larutan ditambahkan
alkohol dan asam sulfat pekat, lalu dipanaskan. Setelah itu, larutan ditambahkan
dengan 0,5 ml NaOH 2 % dan dipanaskan sampai mendidih, kemudian
ditambahkan dengan asam klorida encer, 1 ml etanol, dan beberapa tetes feri
klorida.
Hasil percobaan yaitu semua larutan sampel memberikan bau harum yang
menandakan terbentuknya ester. Sedangkan warna pada larutan berubah menjadi
merah bata yang menunjukkan bahwa larutan asam karboksilat bereaksi dengan
pereaksi pada uji hidroksamat.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
A. ALKOHOL
Dari percobaan alkohol, dapat disimpulkan bahwa :
Jika alkohol mengandung air, warna larutan akan berubah menjadi warna biru
dengan penambahan kupri sulfat anhidrat.
Pada reaksi alkohol dengan asam karboksilat, apabila terbentuk ester, akan timbul
bau harum pada larutan.
Pada reaksi oksidasi, apabila senyawa alkohol bereaksi dengan larutan kalium
kromat, akan terjadi perubahan warna pada larutan.
Pada uji iodoform, apabila senyawa alkohol bereaksi dengan iodoform, warna
larutan akan berubah dari coklat menjadi bening.
Untuk membedakan alkohol primer, sekunder, dan tersier ditambahkan ZnCl2/HCl.
Untuk membedakan antara mono alkohol dan poli alkohol, digunakan larutan
kuprisulfat dan larutan NaOH. Jika mono alkohol ditambahkan larutan kuprisulfat
dan larutan NaOH, akan terbentuk endapan biru. Jika poli alkohol ditambahkan
larutan kuprisulfat dan larutan NaOH, warna larutan akan berubah menjadi biru.
Alkohol aromatis atau fenol dapat dikenal dengan menambahkan brom/karbon
tetraklorida dan larutan feri klorida.
B. KARBONIL
Dari percobaan karbonil, dapat disimpulkan bahwa :
Untuk mengetahui adanya gugus karbonil pada senyawa, dapat dilakukan dengan
penambahan larutan fenil hidrazin.
Untuk membedakan aldehid dengan keton digunakan pereaksi fehling dan
pereaksi tollens. Aldehid dapat mereduksi pereaksi fehling dengan membentuk
endapan merah bata, sedangkan keton tidak. Aldehid juga dapat mereduksi
pereaksi tollens membentuk cermin perak, sedangkan keton tidak.
Jika senyawa karbonil bereaksi dengan kalium bikromat, akan terjadi perubahan
warna pada larutan yaitu berwarna coklat.
Jika senyawa karbonil bereaksi dengan iodoform, akan terjadi perubahan warna
pada larutan yaitu dari coklat menjadi bening.
C. ASAM KARBOKSILAT
Dari percobaan asam karboksilat, dapat disimpulkan bahwa :
Jika senyawa karboksilat bereaksi dengan bikarbonat, akan terbentuk gelembung
gas.
Untuk membedakan asam mono dan dikarboksilat, dapat diuji dengan larutan fero
sulfat atau garam mohr.
Jika larutan asam asetat bereaksi dengan larutan feri klorida, akan terjadi
perubahan warna menjadi orange.
Pembentukan ester ditandai dengan timbulnya bau harum pada larutan.
5.2 SARAN
Agar praktikum selanjutnya mendapatkan hasil yang maksimal dan lebih baik,
maka kepada praktikan selanjutnya disarankan agar :
Gunakan tabung reaksi yang bersih dan kering.
Berhati – hati dalam mencampurkan suatu larutan dengan larutan lain.
Jangan mencium secara langsung suatu larutan.
Bersabar dalam melakukan praktikum terutama saat memanaskan suatu larutan.
Apabila telah selesai melakukan percobaan, cuci tabung reaksi sampai bersih,
jangan sampai ada noda yang tertinggal.
Diposkan oleh Yolani Syaputri di 11:40
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Tidak ada komentar:
Poskan KomentarPosting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Pengikut
Arsip Blog
▼ 2012 (12)o ► Juli (1)o ► Mei (1)o ► April (2)o ▼ Januari (8)
IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI AMINA, KARBOHIDRAT,PROT... IDENTIFIKASI ALKOHOL, KARBONIL DAN ASAM KARBOKSILA... Kromatografi Kolom KROMATOGRAFI LAPIS TIPISI. TUJUANUntuk menentukan... Sokletasi DISTILASI TRAPPING I. TUJUANUntuk mengisolasi min... Distilasi Normal
► 2011 (1)
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
I. TUJUAN
Untuk menentukan jumlah komponen atau senyawa penyusun suatu campuran.
II. TEORI
Kromatografi adalah suatu metoda pemisahan campuran senyawa atau komponen
berdasarkan pada percobaan distribusi senyawa atau komponen-komponen yakni
antara dua fasa yaitu :
a. Fasa diam (adsorben atau lapisan penyerap)
Bertindak sebagai pemisah campuran. Contoh pelrut yang digunakan adalah
silika gel, alumunium oksida, selulosa. Namun yamg paling banyak digunakan
adalah slika gel dan alumunium oksida karena kadar air yang digunakan
berpengaruh nyata terhadap daya.
b. Fasa gerak (Eluen)
Bertindak sebagai pembawa campuran. Komponen-komponen campuran
akan bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda akibat hambatan dari fase
diam sehingga terjadi pemisahaan.
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari satu
sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran. Kromatografi digunakan untuk memisahkan
campuran dari substansinya menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk
kromatografi bekerja berdasarkan prinsip yang sama.
Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau
cairan yang didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak
mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen dari campuran
bersama-sama. Komponen-komponen yang berbeda akan bergerak pada laju yang
berbeda pula.
Pelaksanaan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah silika atau
alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang
keras. Gel silika atau alumina meupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi
lapis tipis seringkali mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour
dalam sinar ultraviolet. Prinsip kerja dari kromatografi lapis tipis adalah dengan
memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan
pelarut yang digunakan.
Bahan adsorben sebagai fasa diam dapat digunakan silika gel, alumina dan
serbuk selulosa. Partikel silika gel mengandung gugus hidroksil pada
permukaannya yang akan membentuk ikatan hidrogen dengan molekul polar
air. Pada kromatografi lapis tipis, sebuah garis digambarkan dibagian atas dan
bawah lempengan dan setetes pelarut dari campuran pewarna di tempatkan pada
garis yang telah ditentukan. Diberikan penandaan pada garis dilempengan untuk
menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika dilakukan dengan tinta, pewarna dari
tinta akan bergerak selayaknya kromatogram di bentuk.
Pada identifikasi noda atau penampakan noda, jika noda sudah bewarna
dapat langsung diperiksa dan ditentukan harga Rf. Rf merupakan nilai dari Jarak
relatif f pada pelarut. Harga Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh
komponen dibagi dengan jarak tempuh oleh eluen (fase gerak) untuk setiap
senyawa berlaku rumus sebagai berikut:
Rf = Jarak yang di tempuh komponen
Jarak yang ditempuh pelarut
Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam. Karena itu
Rf juga disebut faktor referensi.
Faktor yang mempengaruhi gerak dan harga Rf:
Sifat dari penyerap dan derajat aktivitas.
Struktur kimia dari senyawa dipisahkan.
Kerapan dari satu pasang penyerap.
Pelarut (derajat kemurnian) fase bergerak.
Syarat-syarat pelarut yang diinginkan dalam KLT :
Pelarut yang digunakan tergantung pada sifat zat yang akan dianalisa. Yang polar
akan larut pada pelarut polar.
Untuk komponen yang lebih polar.
Keuntungan KLT :
1. Waktu relatif singkat
2. Menggunakan inestasi yang kecil.
3. Paling cocok untuk analisis bahan alam dan obat.
4. Jumlah cuplikan yang dengan sedikit.
5. Kebutuhaan ruang minimum.
6. Penanganan sederhana.
7. Zat yang bersifat asam/basa kuat dapat dipisahkan dengan KLT.
Kelemahan KLT :
1. Hanya merupakan langkah awal untuk menentukan pelarut yang cocok
dengan pada kromatografi kolom
2. Noda yang terbetuk belum tentu senyawa murni.
III. PROSEDUR PERCOBAN
3.1. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Plat KLT digunakan sebagai media pada noda
2. Pipa kapiler digunakan sebagai alat untuk meneteskan hasil soklet pada KLT
3. Chamber digunakan untuk tempat proses pendorongan noda oleh eluen
B. Bahan
1. Hasil ekstrak soklet sebagai sampel yang akan di uji senyawanya
2. Pelarut atau eluen digunakan untuk mendorong noda pada KLT
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum yang telah dilakukan, digunakan hasil ekstraksi sampel buah naga
yang telah dilakukan dengan cara sokletasi. Kromatografi lapis tipis merupakan
salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin di deteksi dengan
memisahkan komponen-komponen berdasarkan kepolarannya. Kromatografi
digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-
komponennya.
Pelaksanaan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika
atau aluminia yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastk
yang keras. Gel silika (aluminia) merupakan fase diam. Fase diam untuk
kromatografi lapis tipis sering kali juga mengandung substansi yang mana dapat
berpendar dalam sinar ultraviolet.
Namun, pada percobaan ini, plat kromatografi lapis tipis tidak
mengeluarkan pendar flour. Ini bukan dikarenakan dalam buah naga terdapat
komponen-komponen atau senyawa-senyawa, tetapi dalam kesalahan
penyemprotan dengan larutan NaOH 1% dalam etanol : air (1:1).
Eluen yang praktikan lakukan mengalami perbandingan 1 : 9 antara
methanol : etil. Prinsip kerja dari kromatografi lapis tipis ini adalah dengan
memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan
pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk
plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin
dipisahkan.
Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan
mudah terbawa oleh fase gerak tersebut. Jarak antara jalannya pelarut bersigat
relative. Oleh karena itu, diperlukan suatu perhitungan tertentu untuk memastika
spot (noda) yang terbentuk memiliki jarak yang sama walaupun ukuran jarak
platnya berbeda. Nilai perhitungan tersebut adalag Rf. Nilai ini digunakan sbagai
perbandingan relati antara sampel. Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi suatu
komponen dalam fasa diam, sehingga nilai Rf sering juga di sebut faktor retensi.
Namun, pada praktikum yang telah dilakukan, noda tak tampak sehingga tak dapat
dilakukan perhitungan nilai Rf.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, prakktikan dapat menyimpulkan
bahwa KLT merupakan suatu metoda pemisahan campuran senyawa atau
komponen berdasarkan pada perbedaan distribusi senyawa atau komponen antara
dua fasa, yaitu fasa diam dan fasa gerak. Prinsip kerja dari KLT ini adalah dengan
memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan
pelarut yang digunakan.
Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen, maka sampel akan
mudah terbawa oleh fase gerak. Jarak antara jalannya pelarut bersifat relatif. Oleh
karena itu, diperlukan suatu perhitungan untuk memastikan noda yang terbentuk
memiliki jarak yang sama walaupun ukuran jarak plat nya berbeda. Nilai
perhitungan tersebut disebut dengan Rf. Dimana Rf merupakan jarak yang
ditempuh substansi dibagi dengan jarak yang ditempuh pelarut.
5.2 Saran
1. Totolan pada batas bawah tidak boleh terendam pelarut
2. Usahakan chamber tidak berongga saat dilakukan penarikan noda oleh eluen
3. Kuasai prosedur kerja dan jangan salah dalam penyemprotan NaOH 1% dalam
etanol : air (1:1)
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Khairil, dkk . 1996. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta : PMIPAUGM
Roy J. Gritter, James M. Bobbit, Arthur E. S., 1991. Pengantar Kromatografi. Penerbit ITB.
Bandung.
Underwood, AL dan JR. Day R.A. analisa kimiaa kuantitatif edisi keenam. Jakarta :
Erlangga.
http://greenhati.blogspot.com/2009/01/kromatografi- lapis-tipis.html
Diposkan oleh Yolani Syaputri di 11:30
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Tidak ada komentar:
Poskan KomentarPosting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Kromatografi Kolom
KROMATOGRAFI KOLOM
I. TUJUAN
Mempelajari cara pemisahan suatu campuran dengan kromotografi kolom.
II. TEORI
Kromatografi kolom adalah suatu metode pemisahan yang di dasarkan pada
pemisahan daya adsorbsi suatu adsorben terhadap suatu senyawa, baik
pengotornya maupun hasil isolasinya. Sebelumnya dilakukan percobaan tarhadap
kromatografi lapis tipis sebagai pencari kondisi eluen. Misalnya apsolsi yang cocok
dengan pelarut yang baik sehingga antara pengotor dan hasil isolasinya terpisah
secara sempurna.
Alat yang diinginkan adalah kolom gelas yang diisi dengan zat padat aktif
seperti alumino dan selika gel sebagai fase diam. Zat yang dimasukan lewat
puncak kolom akan mengalir kedalam zat penyerap. Zat diserap dari larutan
secara sempurna oleh zat penyerapan berupa pita sempit pada ujung kolom
dengan kecepatan yang berbeda, sehingga terjadi pemisahan dalam kolom. Hasil
pemisahan ini disebut kromatogram.
Umumnya pada kromatografi kolom digunakan campuran homogen seperti
campuran gas dilakukan pada suatu penyerap (absorbent). Komponen penyusun
campur akan diserap oleh adsoben adalah 1 : 50.
Metode ini dapat memisahkan zat dari 100 mg sampai 5 mg bahkan lebih.
Pemisahan campuran baik bila harga Rf = 0.6. Teknik kromatografi kolom paling
sesuai untuk pemisahan hasil isolasi dari pengotornya.
Pemisahan dengan kromatografi kolom biasanya digunakan absorben yang
paling umum : alumunium oksida (Al2O3) yang mempunyai daya absorsi atau
kereaktifan yang diatur secara cepat sehingga penggunaan memberikan hasil yang
baik. Seberapa jauh komponen itu dapat diserap absorben tergantun pada sifat
fisika komponen tersebut.
Bila campuran cairan dilakukan dengan kolom yang berisikan absorben,
komponen cairan lainya akan mengalir kebawah . Jadi semakin lemah
kemungkinan cairan itu teradsopsi semakin cepat komponen itu mengalir ke
bawah. Bila kecepatan gerak cairan itu lebih besar dari pada kecepatran absorbsi
oleh absorben.
Prinsip kerja kromatografi kolom adalah dengan adanya perbedaan daya
serap dari masing-masing komponen, campuran yang akan diuji, dilarutkan dalam
sedikit pelarut lalu di masukan lewat puncak kolom dan dibiarkan mengalir
kedalam zat menyerap. Senyawa yang lebih polar akan terserap lebih kuat
sehingga turun lebih lambat dari senyawa non polar terserap lebih lemah dan
turun lebih cepat. Zat yang di serap dari larutan secara sempurna oleh bahan
penyerap berupa pita sempit pada kolom. Pelarut lebih lanjut / dengan tanpa
tekanan udara masin-masing zat akan bergerak turun dengan kecepatan khusus
sehingga terjadi pemisahan dalam kolom.
Kromatografi kolom dilihat dari jenis fasa diam dan fasa geraknya dapat dibedakan :
Kromatografi Fase Normal
Kromatografi dengan kolom konvensional dimana fase diamnya “normal” bersifat
polar, misalnya silica gel, sedangkan fase geraknya bersifat non polar.
Kromatografi Fase Terbalik
Kromatografi dengan kolom yang fase diamnya bersifat non polar, sedangkan fase
geraknya bersifat polar; kebalikan dari fase normal.
Cara pengisian kolom terbagi dua , yaitu :
1. Cara basah
- Isi dasar kolom dengan kapas
- Masukkan eluen
- Campurkan dengan rata sebagai adsorben dan eluen menjadi homogen
- Jangan tersentuh atau diguncangkan ± 6 jam
- Setelah stabil, masukkan eluen dan zat, lalu keluarkan eluen
2. Cara kering- Isi tabung dengan kapas
- Masukkan eluen
- Masukkan adsorben kering sedikit demi sedikit
- Lalu di aduk
Faktor yang mempengaruhi kecepatan gerak zat: - Daya serap adsorben.
- Sifat pelarut.
- Suhu sistem kromotografi.
Kecepatan turunan sampel dipengaruhi oleh :
Tekanan didalam kolom semakin besar semakin cepat.
Panjang absorben, makin panjan makin cepat turunnya senyawa.
Ukuran artikel absorben.
Rongga udara dalam absorben.
Jika ada rongga udara dalam adsorben maka jalannya senyawa akan
terganggu.
Faktor yang mempengaruhi proses pemisahan:
- Daya serap adsoben.
- Jenis / sifat eluen.
- Suhu kromatografi.
- Pelarut yang digunakan.
III. PROSEDUR KERJA
3.1 Alat dan Bahan
Adapun bahan-bahan dan peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah
sebagai berikut :
a. Alat
Kolom kromatografi, alat gelas berupa kolom sebagai tempat fase diam dan media
proses kromatografi.
Botol vial, botol kecil dengan volume 10 mL sebagai wadah penampung hasil
pemisahan.
Standar dan klem, sebagai alat bantu untuk rangkaian alat kromatografi.
Gelas piala, sebagai wadah pelarut.
Batang pengaduk dan corong, sebagai alat bantu untuk mengalirkan pelarut ketika
memasukkannya ke dalam kolom.
b. Bahan
Hasil ekstrak buah naga (pada objek sokletasi) sebagai sampel uji.
Silika sebagai bahan untuk fase diam.
Eluent / fase gerak, berupa campuran heksan dengan etil asetat dengan
perbandingan tertentu.
Kapas, sebagai bahan pembatas dan penahan pada serbuk silika
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Data
Dari praktikum Kromatografi Kolom yang dilakukan didapatkan data-data sebagai
berikut :
Sampel : ekstrak buah naga (hasil dari objek sokletasi).
Jenis Eluen : campuran heksan dengan etil asetat, dengan sistem SGP (step gradien polarity)Tabel Pengamatan.
No
.
Perbandinga
Heksan : Etil Asetat
Warna Zat
1 10:0 bening
2 8:2 bening
3 6:4 Orange muda
4 4:6 orange muda
5 2:8 orange
6 0:10 orange
4.2 Pembahasan
Pemisahan ekstrak buah naga ini dilakukan dengan metode kromatografi kolom,
dengan sistem pelarut SGP (Step Gradieny Polarity). Langkah ini diambil karena
belum diketahui jenis eluen yang cocok dengan pemisahan ini.
Sistem pelarut SGP dilakukan dengan cara menggantikan / mengubah
kepolaran dari eluen yang digunakan secara bertahap. Eluen tersebut merupakan
campuran dua jenis pelarut dengan kepolaran berbeda. Dengan mengubah
perbandingan campurannya kita dapat menggeser tingkat kepolaran dari eluen ini.
Pada pengerjaannya di awali dengan satu jenis pelarut yaitu berupa heksan saja,
kemudian digeser tingkat kepolarannya dengan mencampurkannya dengan pelarut
etil asetat. Pencampuran dilakukan dengan perbandingan yang divariasikan secara
bertahap, hingga diakhiri dengan hanya menggunakan etil asetat saja sebagai
eluen. Dengan ini diharapkan dapat memberikan pemisahan yang lebih baik.
Eluen dialirkan untuk pemisahan komponen dengan kecepatan alir sekitar
100 tetesan per menitnya. Aliran eluen diatur agar tidak terlalu cepat agar
komponen dapat terpisah dengan. Alirannya pun diusahakan tidak terlalu lambat
agar proses tidak terlalu lama. Eluen mengalir mengelusi sampel menyusuri fase
diam di sepanjang kolom dengan memanfaatkan gaya gravitasi.
Dengan adanya perubahan tingkat kepolaran secara bertahap, keterikatan
komponen terhadap pelarut dan keterikatan masing-masing komponen terhadap
fase diam akan berubah-ubah, sesuai dengan sifat-sifat masing-masing komponen..
Komponen ini dibawa oleh pelarut dan tertampung pada vial penampung. Hasil
pemisahan dapat diakumulasikan dan masih dalam keadaan terlarut dalam pelarut.
Kita bisa saja mendapatkan komponen murninya dengan pemekatan, meskipun
hasilnya tidak terlalu banyak.
Untuk lebih memastikan tingkat kemurnian dari hasil pemisahan dapat kita
uji dengan metode Kromatografi Lapisan Tipis. Hasil yang ada pada masing-masing
vial tersebut kita uji dengan KLT sehingga bisa kita lihat apakah pada masing-
masing benar-benar hanya mengandung satu komponen.
Kelebihan dari metode ini jika dibandingkan dengan KLT adalah bahwa kita
dapat melakukan pemisahan untuk sampel dengan jumlah yang lebih banyak. Di
samping itu, kita juga bisa memperoleh hasil pemisahan tersebut dan
menampungnya.
Proses pemisahan pada kromatografi kolom ini bisa dikatakan sebagai
bentuk sederhana dari teknik kromatografi yang dilakukan dengan instrument
kinerja tinggi. Kita juga bisa melakukan pemisahan dengan jenis eluen lain, atau
dengan jenis absorben lainnya. Kolom di sini hanya sebatas berfungsi sebagai
wadah. Bahan yang digunakan sebagai fase diam dapat berupa macam, baik itu
dengan memanfaatkan prinsip partisi ataupun absorbsi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum ini dapat disimpulkan bahwa dengan kromatografi
kolom kita dapat memisahkan komponen penyusun dari suatu sampel bahan alam.
Hasil pemisahannya disimpan dalam 6 botol vial secara terpisah untuk masing-
masing jenis eluen.
5.2 Saran
Belum dapat dipastikan apakah pada masing-masing vial benar-benar hanya
terdapat satu jenis komponen. Untuk lebih memastikan kita dapat menguji masing-
masing vial dengan menggunakan metode Kromatografi Lapisan Tipis.
Tugas Sebelum Pratikum
1. Bagaimana cara memilih eluen untuk kromatografi kolom?
Jawab :
Dengan meneteskan pada plat lapis tapis, jika KLT hasilnya bagus dari totolan
suatu zat dan berbentuk bulatan maka eluen tersebut baik untuk kromatografi
kolom.
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses pemisahan?
Jawab :
- Pemilihan adsorben sebagai fase diam
- Kepolaran pelarut yang akan dipisahkan
- Laju elusi atau aliran fase gerak
3. Jelaska metoda pengelusian yang digunakan pada kromatografi kolom!
Jawab :
a. Step graden polarity, dimana noda yang tampak sehingga hasil kromatografi
kolom pada plat KLT sangat berdekatan.
b. Kokratik, dimana noda yang tampak sehingga hasil kromatografi kolom pada plat
KLT berimpit dengan kepolaran.
DAFTAR PUSTAKA
http://asyharstf08.wordpress.com/2010/02/25/kromatografi-kolom-dan-lapis- tipis
http://wiro-pharmacy-blogspot.com/2009/10/kuliah-kromatografi-kolom-bagian 1.html
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/pemurnian _material/
kromatografi
http://www.chem-is-try.org/wp-content/migrated_images/analisis/ column1.gif
Diposkan oleh Yolani Syaputri di 11:35
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Tidak ada komentar:
Poskan KomentarPosting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Pengikut
Arsip Blog
▼ 2012 (12)o ► Juli (1)o ► Mei (1)o ► April (2)o ▼ Januari (8)
IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI AMINA, KARBOHIDRAT,PROT... IDENTIFIKASI ALKOHOL, KARBONIL DAN ASAM KARBOKSILA... Kromatografi Kolom KROMATOGRAFI LAPIS TIPISI. TUJUANUntuk menentukan... Sokletasi DISTILASI TRAPPING I. TUJUANUntuk mengisolasi min...
Distilasi Normal
► 2011 (1)
Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.
SOKLETASI
Sokletasi adalah suatu metode / proses pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi.
Pengambilan suatu senyawa organik dari suatu bahan alam padat disebut ekstraksi. Jika senyawa organik yang terdapat dalam bahan padat tersebut dalam jumlah kecil, maka teknik isolasi yang digunakan tidak dapat secara maserasi, melainkan dengan teknik lain dimana pelarut yang digunakan harus selalu dalam keadaan panas sehingga diharapkan dapat mengisolasi senyawa organik itu lebih efesien. Isolasi semacam itu disebut sokletasi.
Adapun prinsip sokletasi ini adalah
Penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari. Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak diinginkan
Metoda sokletasi seakan merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan perkolasi. Jika pada metoda pemisahan minyak astiri ( distilasi uap ), tidak dapat digunakan dengan baik karena persentase senyawa yang akan digunakan atau yangakan diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk maserasi ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang didapatkan untuk pemisahan ini adalah sokletasi
Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontunyu akan membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotary evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan.
Syarat syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi :1. Pelarut yang mudah menguap Ex : heksan, eter, petroleum eter, metil klorida dan alkohol2. Titik didih pelarut rendah.3. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan.
4. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi.5. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan.6. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar.
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan secara berurutan pelarut – pelarut organik dengan kepolaran yang semakin menigkat. Dimulai dengan pelarut heksana, eter, petroleum eter, atau kloroform untuk memisahkan senyawa – senyawa trepenoid dan lipid – lipid, kemudian dilanjutkan dengan alkohol dan etil asetat untuk memisahkan senyawa – senyawa yang lebih polar. Walaupun demikian, cara ini seringkali tidak. menghasilkan pemisahan yang sempurna dari senyawa – senyawa yang diekstraksi.
Cara menghentikan sokletasi adalah dengan menghentikan pemanasan yang sedang berlangsung. Sebagai catatan, sampel yang digunakan dalam sokletasi harus dihindarkan dari sinar matahari langsung. Jika sampai terkena sinar matahari, senyawadalam sampel akan berfotosintesis hingga terjadi penguraian atau dekomposisi. Hal ini akan menimbulkan senyawa baru yang disebut senyawa artefak, hingga dikatakan sampel tidak alami lagi.
Alat sokletasi tidak boleh lebih rendah dari pipa kapiler, karena ada kemungkinan saluran pipa dasar akan tersumbat. Juga tidak boleh terlalu tinggi dari pipa kapiler karena sampel tidak terendam seluruhnya.
Dibanding dengan cara terdahulu ( destilasi ), maka metoda sokletasi ini lebih efisien, karena:1. Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam secara berulang kali.2. Waktu yang digunakan lebih efisien.3. Pelarut lebih sedikit dibandingkan dengan metoda maserasi atau perkolasi.
Sokletasi dihentikan apabila :1. Pelarut yang digunakan tidak berwarna lagi.2. Sampel yang diletakkan diatas kaca arloji tidak menimbulkan bercak lagi.3. Hasil sokletasi di uji dengan pelarut tidak mengalami perubahan yang spesifik.
Keunggulan sokletasi :1. Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang.2. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit.3. Proses sokletasi berlangsung cepat.4. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit.5. Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali.
Kelemahan sokletasi :1. Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang mudah rusak atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan terjadi penguraian.2. Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan pereaksi meyer, Na, wagner, dan reagen reagen lainnya.
3. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah menguap.Skema kerja1. Pasang alat soklet2. Haluskan dan keringkan sampel3. Bungkus sampel dengan kertas saring ( selongsong ), ikat dengan benang,masukkan ke dalam alat soklet4. Masukkan pelarut sebanyak 1,5 x volume ekstraktor soklet5. Lakukan sokletasi sampai pelarut tidak berwarna6. Keluarkan sampel, panaskan untuk memisahkan pelarut dari senyawa hasil ekstraksi
DISTILASI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Sejarah
Destilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar abad pertama
masehi yang akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh tingginya permintaan akan
spritus. Hypathia dari Alexandria dipercaya telah menemukan rangkaian alat untuk distilasi
dan Zosimus dari Alexandria-lah yang telah berhasil menggambarkan secara akurat tentang
proses distilasi pada sekitar abad ke-4 Bentuk modern distilasi pertama kali ditemukan oleh
ahli-ahli kimia Islam pada masa kekhalifahan Abbasiah, terutama oleh Al-Razi pada
pemisahan alkohol menjadi senyawa yang relatif murni melalui alat alembik, bahkan desain
ini menjadi semacam inspirasi yang memungkinkan rancangan distilasi skala mikro, The
Hickman Stillhead dapat terwujud. Tulisan oleh Jabir Ibnu Hayyan (721-815) yang lebih
dikenal dengan Ibnu Jabir menyebutkan tentang uap anggur yang dapat terbakar, ia juga
telah menemukan banyak peralatan dan proses kimia yang bahkan masih banyak dipakai
sampai saat kini. Kemudian teknik penyulingan diuraikan dengan jelas oleh Al-Kindi (801-
873).
B. Definisi
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan atau didefinisikan juga
teknik pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik didih. Dalam penyulingan,
campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke
dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.
Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan
proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan
menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan
Hukum Dalton.
C. Pembagian Destilasi
1. Distilasi berdasarkan prosesnya terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Distilasi kontinyu
b. Distilasi batch
2. Berdasarkan basis tekanan operasinya terbagi menjadi tiga, yaitu :
a. Distilasi atmosferis
b. Distilasi vakum
c. Distilasi tekanan
3. Berdasarkan komponen penyusunnya terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Destilasi system biner
b. Destilasi system multi komponen
4. Berdasarkan system operasinya terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Single-stage Distillation
b. Multi stage Distillation
Selain pembagian macam destilasi, dalam referensi lain menyebutkan macam –
macam destilasi, yaitu :
1. Destilasi sederhana
2. Destilasi bertingkat ( fraksional )
3. Destilasi azeotrop
4. Destilasi vakum
5. Refluks / destruksi
6. Destilasi kering
D. Aplikasi
Salah satu penerapan terpenting dari metode distilasi adalah pemisahan minyak mentah
menjadi bagian-bagian untuk penggunaan khusus seperti untuk transportasi, pembangkit listrik,
pemanas, dll. Udara didistilasi menjadi komponen-komponen seperti oksigen untuk penggunaan
medis dan helium untuk pengisi balon. Distilasi juga telah digunakan sejak lama untuk
pemekatan alkohol dengan penerapan panas terhadap larutan hasil fermentasi untuk
menghasilkan minuman suling.
BAB II
PEMBAHASAN
Pembagian destilasi telah dibahas secara ringkas pada bab sebelumnya. Namun dalam makalah
ini akan dibahas lebih spesifik mengenai Destilasi Sederhana. Destilasi sederhana atau destilasi
biasa adalah teknik pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki
perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini
untuk memperoleh senyawa murninya. Senyawa – senyawa yang terdapat dalam campuran akan
menguap pada saat mencapai titik didih masing – masing.
Gambar 1. Alat Destilasi Sederhana
Gambar di atas merupakan alat destilasi atau yang disebut destilator. Yang terdiri dari
thermometer, labu didih, steel head, pemanas, kondensor, dan labu penampung destilat.
Thermometer Biasanya digunakan untuk mengukur suhu uap zat cair yang didestilasi selama
proses destilasi berlangsung. Seringnya thermometer yang digunakan harus memenuhi syarat:
a. Berskala suhu tinggi yang diatas titik didih zat cair yang akan didestilasi.
b. Ditempatkan pada labu destilasi atau steel head dengan ujung atas reservoir HE sejajar dengan
pipa penyalur uap ke kondensor. Labu didih berfungsi sebagai tempat suatu campuran zat cair
yang akan didestilasi .
Steel head berfungsi sebagai penyalur uap atau gas yang akan masuk ke alat pendingin
( kondensor ) dan biasanya labu destilasi dengan leher yang berfungsi sebagai steel head.
Kondensor memiliki 2 celah, yaitu celah masuk dan celah keluar yang berfungsi untuk aliran uap
hasil reaksi dan untuk aliran air keran. Pendingin yang digunakan biasanya adalah air yang
dialirkan dari dasar pipa, tujuannya adalah agar bagian dari dalam pipa lebih lama mengalami
kontak dengan air sehingga pendinginan lebih sempurna dan hasil yang diperoleh lebih
sempurna. Penampung destilat bisa berupa erlenmeyer, labu, ataupun tabung reaksi tergantung
pemakaiannya. Pemanasnya juga dapat menggunakan penangas, ataupun mantel listrik yang
biasanya sudah terpasang pada destilator.
Pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan tekanan uap senyawa dalam
campuran. Tekanan uap campuran diukur sebagai kecenderungan molekul dalam permukaan
cairan untuk berubah menjadi uap. Jika suhu dinaikkan, tekanan uap cairan akan naik sampai
tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer. Pada keadaan itu cairan akan mendidih.
Suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer disebut titik didih. Cairan
yang mempunyai tekanan uap yang lebih tinggi pada suhu kamar akan mempnyai titik didih
lebih rendah daripada cairan yang tekanan uapnya rendah pada suhu kamar.
Jika campuran berair didihkan, komposisi uap di atas cairan tidak sama dengan komposisi pada
cairan. Uap akan kaya dengan senyawa yang lebih volatile atau komponen dengan titik didih
lebih rendah. Jika uap di atas cairan terkumpul dan dinginkan, uap akan terembunkan dan
komposisinya sama dengan komposisi senyawa yang terdapat pada uap yaitu dengan senyawa
yang mempunyai titik didih lebih rendah. Jika suhu relative tetap, maka destilat yang terkumpul
akan mengandung senyawa murni dari salah satu komponen dalam campuran.
Dalam diskusi yang lalu disinggung mengenai bagaimana aplikasi dari destilasi sederhana ini.
pada bab sebelumnya dibahas bahwa aplikasi destilasi secara umum yaitu pada pengolahan
minyak mentah, namun itu dengan destilasi vakum atau fraksional. Destilasi sederhana
digunakan untuk pemurnian senyawa yang biasanya telah diekstraksi. Misalnya ekstraksi padat-
cair dan.pada sintesis kloroform. Pada dasarnya prinsip atau metode pemisahannya sama.
Sintesis koroform tanpa ekstraksi, dengan mereaksikan kaporit dan aseton yang akan
menghasilkan kloroform.
Mula – mula kaporit dihaluskan menggunakan lumpang porselen dengan penambahan akuades
sedikit demi sedikit. Hal ini bertujuan untuk memperluas permukaan kaporit sehingga mudah
bereaksi. Setelah halus kaporit dituangkan ke dalam labu destilasi. Kemudian dimasukkan
aquades ke dalam penampung destilasi. Aquades berfungsi untuk mengurangi penguapan
destilat. Selanjutnya aseton dituang ke dalam corong pisah dan diencerkan dengan aquades yang
berfungsi sebagai media reaksi. Selanjutnya aseton diteteskan ke dalam labu destilasi yang berisi
kaporit. Dilanjutkan dengan pemanasan pada suhu 60 ˚C. Campuran yang menguap mengandung
kloroform dan air. Uap ini mengalir melewati tabung kondensor dan mengembun. Embun ini
mencair dan mengalir ke dalam penampung destilat yang telah berisi aquades. Destilat
didinginkan di dalam baskom berisi es untuk mengurangi penguapan klorofom. Klorofom yang
masih mengandung air dipisahkan dengan penambahan NaOH dalam corong pisah sehingga
terbentuk lapisan dimana klorofom lapisan bawah karena masa jenisnya lebih kecil. Kloroform
selanjutnya diteteskan kedalam CaCl anhidrat untuk mengikat air pada kloroform dan disaring.
Pada diskusi kemarin juga ditanyakan mengapa hasil klorofom yang diperoleh sangat sedikit.
Alasan pertama, pada dasarnya koloroform merupakan senyawa yang volatile dengan titik didih
yang rendah yaitu 60 ˚C oleh karenanya pemanasan harus konstan dan dijaga. Bila melewati titik
didihnya maka klorofom akan habis menguap dan terlarut ke dalam larutannya. Yang kedua
adalah pada proses pemisahan pada corong pisah dimana klorofom belum semuanya turun ke
bawah sehingga ketika dipisahkan pun hasilnya sedikit.
Ditanyakan pula pada diskusi tersebut mengenai perubahan fase tampak. Maksud dari fase
tampak ialah perubahan fase senyawa itu jelas. Yaitu kloroform atau senyawa lain yang kita
inginkan dalam suatu campuran dalam fase cair itu menguap sehingga senyawa tersebut dalam
fase gas kemudian terkondensasi menjadi embun lalu menetes menjadi air ( fase cair kembali ).
BAB III
PENUTUP
Berbagai campuran dapat dimurnikan dengan destilasi sederhana. Distilasi sederhana
merupakan salah satu metode yang digunakan untuk pemurnian dan pemisahan suatu larutan
yang berdasarkan pada perbedaan titik didih yang relative jauh. Aplikasinya seperti pada
sintesis kloroform dan ekstraksi padat – cair yang pemurniannya menggunakan destilator.
Selain itu salah satu penerapan terpenting dari metode distilasi adalah pemisahan minyak
mentah menjadi bagian-bagian untuk penggunaan khusus seperti untuk transportasi, pembangkit
listrik, pemanas, dll. Destilator terdiri dari thermometer, labu didih, steel head, pemanas,
kondensor, dan labu penampung destilat yang memiliki fungsi tertentu.
Pemisahan senyawa dengan destilasi bergantung pada perbedaan tekanan uap senyawa
dalam campuran. Tekanan uap campuran diukur sebagai kecenderungan molekul dalam
permukaan cairan untuk berubah menjadi uap. Jika suhu dinaikkan, tekanan uap cairan akan naik
sampai tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer. Pada keadaan itu cairan akan
mendidih. Suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer disebut titik
didih. Cairan yang mempunyai tekanan uap yang lebih tinggi pada suhu kamar akan mempnyai
titik didih lebih rendah daripada cairan yang tekanan uapnya rendah pada suhu kamar.
Jika campuran berair didihkan, komposisi uap di atas cairan tidak sama dengan komposisi pada
cairan. Uap akan kaya dengan senyawa yang lebih volatile atau komponen dengan titik didih
lebih rendah. Jika uap di atas cairan terkumpul dan dinginkan, uap akan terembunkan dan
komposisinya sama dengan komposisi senyawa yang terdapat pada uap yaitu dengan senyawa
yang mempunyai titik didih lebih rendah. Jika suhu relative tetap, maka destilat yang terkumpul
akan mengandung senyawa murni dari salah satu komponen dalam campuran.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/distilas
http://gedehace.blogspot.com/2009/03/ kuliah/destilasi/distilasi-part-1.html
http:// www-chem-is-try:org/sect=belajar&ext=destilation07-03
Ristiyani, Janik. 2008 .Laporan praktikum Kimia Organik II . Sintesis Klorofom .
Yogyakarta: Laboratorium UIN Sunan Kalijaga
Kromatografi Lapis TipisDitulis oleh Jim Clark pada 06-10-2007
Bagian ini merupakan pengantar ke topik kromatografi lapis tipis. Meskipun anda adalah seorang pemula yang mungkin lebih mengenal kromatografi kertas, penjelasan tentang kromatografi lapis tipis sama mudahnya dengan kromatografi kertas.
Pelaksanaan kromatografi lapis tipisLatar Belakang
Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi berkerja berdasarkan prinsip ini.
Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. Kita akan membahasnya lebih lanjut.
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras.
Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet, alasannya akan dibahas selanjutnya. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.
Kromatogram
Kita akan mulai membahas hal yang sederhana untuk mencoba melihat bagaimana pewarna tertentu dalam kenyataannya merupakan sebuah campuran sederhana dari beberapa pewarna.
Sebuah garis menggunakan pinsil digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada garis di lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini dilakukan menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram dibentuk.
Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan dalam sebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak berada.
Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut.
Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna.
Gambar menunjukkan lempengan setalah pelarut bergerak setengah dari lempengan.
Pelarut dapat mencapai sampai pada bagian atas dari lempengan. Ini akan memberikan pemisahan maksimal dari komponen-komponen yang berwarna untuk kombinasi tertentu dari
pelarut dan fase diam.
Perhitungan nilai Rf
Jika anda ingin mengetahui bagaimana jumlah perbedaan warna yang telah terbentuk dari campuran, anda dapat berhenti pada bahasan sebelumnya. Namun, sering kali pengukuran diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang tempuh oleh bercak warna masing-masing.
Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari gelas kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses penguapan.
Pengukuran berlangsung sebagai berikut:
Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Rf=jarak yang ditempuh oleh komponenjarak yang ditempuh oleh pelarut
Sebagai contoh, jika komponen berwarna merah bergerak dari 1.7 cm dari garis awal, sementara pelarut berjarak 5.0 cm, sehingga nilai Rf untuk komponen berwarna merah menjadi:
Jika anda dapat mengulang percobaan ini pada kondisi yang tepat sama, nilai Rf yang akan diperoleh untuk setiap warna akan selalu sama. Sebagai contoh, nilai Rf untuk warna merah selalu adalah 0.34. Namun, jika terdapat perubahan (suhu, komposisi pelarut dan sebagainya), nilai tersebut akan berubah. Anda harus tetap mengingat teknik ini jika anda ingin mengidentifikasi pewarna yang tertentu. Mari kita lihat bagaimana menggunakan kromatografi lapis tipis untuk menganalisis pada bagian selanjutnya.
Bagaimana halnya jika substansi yang ingin anda analisis tidak berwarna?
Ada dua cara untuk menyelesaikan analisis sampel yang tidak berwarna.
Menggunakan pendarflour
Mungkin anda masih ingat apa yang telah saya sebutkan bahwa fase diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi yang ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika diberikan sinar ultraviolet (UV). Itu berarti jika anda menyinarkannya dengan sinar UV, akan berpendar.
Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak pada kromatogram berada, meskipun bercak-bercak itu tidak tampak berwarna jika dilihat dengan mata. Itu berarti bahwa jika anda menyinarkan sinar UV pada lempengan, akan timbul pendaran dari posisi yang berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak sebagai bidang kecil yang gelap.
Sementara UV tetap disinarkan pada lempengan, anda harus menandai posisi-posisi dari bercak-bercak dengan menggunakan pinsil dan melingkari daerah bercak-bercak itu. Seketika anda mematikan sinar UV, bercak-bercak tersebut tidak tampak kembali.
Penunjukkan bercak secara kimia
Dalam beberapa kasus, dimungkinkan untuk membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan mereaksikannya dengan zat kimia sehingga menghasilkan produk yang berwarna. Sebuah contoh yang baik adalah kromatogram yang dihasilkan dari campuran asam amino.
Kromatogram dapat dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam amino menghasilkan senyawa-senyawa berwarna, umumnya coklat atau ungu.
Dalam metode lain, kromatogram dikeringkan kembali dan kemudian ditempatkan pada wadah bertutup (seperti gelas kimia dengan tutupan gelas arloji) bersama dengan kristal iodium.
Uap iodium dalam wadah dapat berekasi dengan bercak pada kromatogram, atau dapat dilekatkan lebih dekat pada bercak daripada lempengan. Substansi yang dianalisis tampak sebagai bercak-bercak kecoklatan.
Dalam metode lain, kromatogram dikeringkan kembali dan kemudian ditempatkan pada wadah bertutup (seperti gelas kimia dengan tutupan gelas arloji) bersama dengan kristal iodium.
Uap iodium dalam wadah dapat berekasi dengan bercak pada kromatogram, atau dapat dilekatkan lebih dekat pada bercak daripada lempengan. Substansi yang dianalisis tampak sebagai bercak-bercak kecoklatan.
Penggunaan kromatografi lapis tipis untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa
Anggaplah anda mempunyai campuran asam amino dan ingin menemukan asam amino-asam amino tertentu yang terkandung didalam campuran tersebut. Untuk sederhananya, mari kira berasumsi bahwa anda mengetahui bahwa campuran hanya mungkin mengandung lima asam amino.
Setetes campuran ditempatkan pada garis dasar lempengan lapis tipis dan bercak-bercak kecil yang serupa dari asam amino yang telah diketahui juga ditempatkan pada disamping tetesan yang akan diidentifikasi. Lempengan lalu ditempatkan pada posisi berdiri dalam pelarut yang sesuai dan dibiarkan seperti sebelumnya. Dalam gambar, campuran adalah M dan asam amino yang telah diketahui ditandai 1-5.
Bagian kiri gambar menunjukkan lempengan setelah pelarut hampir mencapai bagian atas dari lempengan. Bercak-bercak masih belum tampak. Gambar kedua menunjukkan apa yang terjadi setelah lempengan disemprotkan ninhidrin.
Tidak diperlukan menghitung nilai Rf karena anda dengan mudah dapat membandingkan bercak-bercak pada campuran dengan bercak dari asam amino yang telah diketahui melalui posisi dan warnanya.
Dalam contoh ini, campuran mengandung asam amino 1, 4 dan 5.
Bagaimana jika campuran mengandung lebih banyak asam amino daripada asam amino yang digunakan sebagai perbandingan? Ini memungkinkan adanya bercak-bercak dari campuran yang tidak sesuai dengan asam amino yang dijadikan perbandingan itu. Anda sebaiknya mengulangi eksperimen menggunakan asam amino lain sebagai perbandingan.
Bagaimana kromatografi lapis tipis berkerja?
Fase diam-jel silika
Jel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan jel silika, atom silikon berlekatan pada gugus -OH.
Jadi, pada permukaan jel silika terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si. Gambar ini menunjukkan bagian kecil dari permukaan silika.
Permukaan jel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya, sebagaimana halnya gaya van der Waals dan atraksi dipol-dipol..
Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel silika kemudian digunakan serupa untuk alumina.
Apa yang memisahkan senyawa-senyawa dalam kromatogram?
Ketika pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan melarutkan senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis dasar. Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana halnya pergerakan pelarut.
Bagaimana cepatnya senyawa-senyawa dibawa bergerak ke atas pada lempengan, tergantung pada:
Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut. Hal ini bergantung pada bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut.
Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya jel silika. Hal ini tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan jel silika.
Anggaplah bercak awal mengandung dua senyawa, yang satu dapat membentuk ikatan hidrogen, dan yang lainnya hanya dapat mengambil bagian interaksi van der Waals yang lemah.
Senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan melekat pada jel silika lebih kuat dibanding senyawa lainnya. Kita mengatakan bahwa senyawa ini terjerap lebih kuat dari senyawa yang lainnya. Penjerapan merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu substansi pada permukaan.
Penjerapan bersifat tidak permanen, terdapat pergerakan yang tetap dari molekul antara yang terjerap pada permukaan jel silika dan yang kembali pada larutan dalam pelarut.
Dengan jelas senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada lempengan selama waktu terlarut dalam pelarut. Ketika senyawa dijerap pada jel silika-untuk sementara waktu proses penjerapan berhenti-dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Itu berarti bahwa semakin kuat senyawa dijerap, semakin kurang jarak yang ditempuh ke atas lempengan.
Dalam contoh yang sudah kita bahas, senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan menjerap lebih kuat daripada yang tergantung hanya pada interaksi van der Waals, dan karenanya bergerak lebih jauh pada lempengan.
Bagaimana jika komponen-komponen dalam campuran dapat membentuk ikatan-ikatan hidrogen?
Terdapat perbedaan bahwa ikatan hidrogen pada tingkatan yang sama dan dapat larut dalam pelarut pada tingkatan yang sama pula. Ini tidak hanya merupakan atraksi antara senyawa dengan jel silika. Atraksi antara senyawa dan pelarut juga merupakan hal yang penting-hal ini akan mempengaruhi bagaimana mudahnya senyawa ditarik pada larutan keluar dari permukaan silika.
Bagaimanapun, hal ini memungkinkan senyawa-senyawa tidak terpisahkan dengan baik ketika anda membuat kromatogram. Dalam kasus itu, perubahan pelarut dapat membantu dengan baik-termasuk memungkinkan perubahan pH pelarut.
Ini merupakan tingkatan uji coba ? jika satu pelarut atau campuran pelarut tidak berkerja dengan baik, anda mencoba pelarut lainnya. (Berikan tingkatan dimana anda dapat berkerja, seseorang telah berkerja keras untuk anda dan anda hanya menggunakan campuran pelarut yang telah anda berikan dan segala sesuatunya akan berkerja dengan sempurna!)
Kromatografi KolomDitulis oleh Redaksi chem-is-try.org pada 06-10-2007
Bagian ini menunjukkan bagaimana prinsip yang sama yang digunakan dalam kromatografi lapis tipis yang dapat diterapkan pada skala besar untuk pemisahan campuran dalam kromatografi kolom. Kolom kromatografi seringkali digunakan untuk memurnikan senyawa di laboratorium.
Pelaksanaan kromatografi kolom
Kolom
Dalam kromatografi lapis tipis, fase diam adalah lapisan tipis jel silika atau alumina pada sebuah lempengan gelas, logam atau plastik. Kolom kromatografi berkerja berdasarkan skala yang lebih besar menggunakan material terpadatkan pada sebuah kolom gelas vertikal.
Berbagai ukuran kolom kromatografi digunakan dan jika anda membuka link pada halaman Kimia Organik dari situs Universitas Colorado, anda akan menemukan foto dari bermacam-macam kolom. Dalam laboratorium sekolah, seringkali dengan mudah digunakan buret biasa sebagai kromatografi kolom.
Penggunaan kolom
Anggaplah anda akan memisahkan campuran dari dua senyawa yang berwarna, yaitu kuning dan biru. Warna campuran yang tampak adalah hijau.
Anda akan membuat larutan jenuh dari campuran dengan menggunakan pelarut yang lebih disukai dalam kolom.
Pertama anda membuka kran penutup untuk membiarkan pelarut yang sudah berada dalam kolom mengering sehingga material terpadatkan rata pada bagian atas, dan kemudian tambahkan larutan secara hati-hati dari bagian atas kolom. Lalu buka kran kembali sehingga campuran berwarna akan diserap pada bagian atas material terpadatkan, sehingga akan tampak seperti gambar dibawah ini:
Selanjutnya tambahkan pelarut baru melalui bagian atas kolom, cegah sedapat mungkin jangan sampai merusak material terpadatkan dalam kolom. Lalu buka kran, supaya pelarut dapat mengalir melalui kolom, kumpulkan dalam satu gelas kimia atau labu dibawah kolom. Karena pelarut mengalir kontinyu, anda tetap tambahkan pelarut baru dari bagian atas kolom sehingga kolom tidak pernah kering.
Gambar berikut menunjukkan perubahan yang mungkin terjadi sejalan dengan perubahan waktu.
Penjelasan tentang apa yang terjadi
Ini mengasumsikan bahwa anda telah membaca penjelasan tentang apa yang terjadi pada kromatografi lapis tipis. Jika belum, ikuti link awal pada bagian atas halaman dan kembali pada bagian ini dan selanjutnya.
Senyawa biru lebih polar daripada senyawa kuning dan memungkinkan mempunyai kemampuan berikatan dengan hidrogen. Anda dapat mengatakan ini karena senyawa biru tidak bergerak secara sangat cepat melalui kolom. Itu berarti bahwa senyawa biru harus dijerap secara kuat pada jel silika atau alumina dibanding dengan senyawa kuning. Karena kurang polar, senyawa kuning menghabiskan waktu dalam pelarut, sehingga keluar dari kolom lebih cepat.
Proses pencucian senyawa melalui kolom menggunakan pelarut dikenal sebagai elusi. Pelarut disebut sebagai eluen.
Apakah anda hanya ingin mengumpulkan senyawa biru saja?
Sudah waktunya untuk mencuci senyawa biru melalui kecepatan bergeraknya pada waktunya! Namun, tidak ada alasan mengapa anda tidak dapat mengganti pelarut selama elusi.
Anggaplah anda menggantikan pelarut yang anda telah digunakan selama ini dengan pelarut yang lebih polar, setelah seluruh senyawa kuning selesai terkumpulkan. Ini akan mempunyai dua pengaruh, keduanya akan mempercepat senyawa biru melalui kolom.
Pelarut polar akan bersaing untuk mendapatkan ruang pada jel silika atau alumina dengan senyawa biru. Beberapa ruang untuk sementara dipergunakan oleh molekul-molekul pelarut pada permukaan fase diam, tidak menyediakan molekul-molekul biru untuk melekat dan ini akan cenderung menjaga pergerakannya dalam pelarut.
Akan ada atraksi yang lebih besar antara molekul-molekul pelarut polar dan molekul biru yang polar. Kecenderungan ini akan menarik molekul-molekul biru menempel pada fase diam kembali pada larutan.
Pengaruh total yaitu dengan bertambahnya kepolaran pelarut, senyawa biru akan menghabiskan waktu dalam larutan dan karenanya akan bergerak lebih cepat.
Lalu mengapa tidak menggunakan alternatif ini dalam tempat pertama? Jawabannya adalah jika senyawa-senyawa dalam campuran bergerak secara sangat cepat melalui kolom dari awal, anda mungkin tidak akan mendapatkan pemisahan yang baik
Bagaimana jika campuran yang anda miliki tidak berwarna?
Jika anda akan menggunakan kromatografi kolom untuk memurnikan produk organik, mungkin produk yang anda harapkan akan menjadi produk yang tidak berwarna, meskipun satu atau lebih dari pengotor berwarna. Mari kita berasumsi kasus terburuk yaitu segala sesuatunya tidak berwarna.
Bagaimana anda bisa mengetahui bahwa substansi yang anda diinginkan telah mencapai bagian bawah kolom?
Ini bukan merupakan pekerjaan yang cepat dan mudah! Apa yang akan anda kumpulkan dan apa yang keluar dari bawah kolom dalam seluruh rangkaian pipa yang berlabel. Bagaimana besar setiap sampel akan jelas tergantung pada bagaimana besar kolom yaitu-anda mungkin mengumpulkan 1 cm3 atau 5 cm3 sampel atau apapun itu besarnya yang sesuai.
Anda kemudian akan mengambil setetes dari setiap larutan dan membuatnya ke dalam kromatografi lapis tipis. Anda menempatkan tetesan pada garis dasar bersama dengan setetes senyawa murni dari senyawa yang sementara anda buat. Dengan mengulangi pekerjaan ini, anda dapat mengidentifikasi sampel yang mana yang dikumpulkan pada bawah kolom yang mengandung produk yang diinginkan dan hanya dibutuhkan.
Sekali anda mengetahui prosedur ini, anda dapat menggabungkan seluruh sampel yang yang mengandung produk senyawa murni dan menghilangkan pelarutnya. (Bagaimana anda memisahkan pelarut dari produk, tidak langsung relevan dengan topik ini dan akan bervariasi dan tergantung pada sifat dasar senyawanya. Saya tidak akan menyamaratakannya.)
Pemisahan Dengan Kromatografi Tipis dan Kromatografi KolomKata Kunci: Kromatografi Ion, Kromatografi Pemisahan
Ditulis oleh Adam Wiryawan pada 18-03-2011
a. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
KLT merupakan cara analisis cepat yang memerlukan bahan sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya. KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa yang hidrofobik seperti lemak dan karbohidrat. KLT dapat digunakan u ntuk menentukan eluen pada analisis kromatografi kolom dan isolasi senyawa murni dalam skala kecil.
Pelarut yang dipilih untuk pengembang pada KLT disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Sebagai fase diam digunakan silika gel, karena tidak akan bereaksi dengan senyawa atau pereaksi ayng reakstif.
Data yang diperoleh dari analisis dengan KLT adalah nilai Rf, nilai Rf berguna untuk identifikasi suatu senyawa. Nilai Rf suatu senyawa dalam sampel dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa murni.
Nilai Rf didefinisikan sebagi perbandingan jarak yang ditempuh oleh senyawa pada permukaan fase diam dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut sebagai fase gerak.
b. Kromatografi Kolom.
Kromatografi kolom digunakan untukdigunakan untuk memisahkan suatu campuran senyawa. Kolom yang terbuat dari gelas diisi dengan fase diam berupa serbuk penyerap (seperti selulosa, silika gel, poliamida). Fase diam dialiri (dielusi) dengan fase gerak berupa pelarut.
Sampel yang mengandung campuran senyawa dituangkan ke bagian atas dari kolom, kemudian dielusi dengan pelarut sebagai fase gerak. Setiap senyawa/komponen dalam campuran akan didorong oleh fase gerak dan sekaligus ditahan oleh fase diam. Kekuatan senyawa ditahan oleh fase diam akan berbeda dengan senyawa lainnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemisahan dengan kromatografi kolom adalah fase diam yang digunakan, kepolaran pelarut (fase diam), ukuran kolom (diamter dan panjang kolom), kecepatan alir elusi.
Gambar 18.22. Kolom kromatografi
Tutorial : Kromatografi Cair
1.Garis besar syarat-syarat instrumental dari High Performance Liquid Chromatograph modern2. Apa yang Anda ketahui tentang istilah-istilah berikut :
Normal Phase Chromatography Reverse Phase Chromatography -Isocratic Operation
-Gradient Elution-Flow Programming
-Porous-Pellicular-Hydrophyllic-Lipophyllic
3.Garis besar mekanisme yang merupakan dasar pemisahan dalam bentuk kromatografi berikut :
Kromatografi Cair Padat (Adsorpsi) Kromatografi Cair Cair ( utamanya bonded phase) Kromatografi Pasangan Ion Kromatografi Pertukaran Ion Size Exclusion Chromatography
Kata Pencarian Artikel ini:
Laporan Biokimia "Identifikasi Protein dan Asam Amino"
BAB I PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangProtein merupakan polimer alami yang terdiri dari sejumlah unit asamamino yang berikatan satu dengan lainnya lewat ikatan amida (atau peptida).Peptida ialah oligomer dari asam amino yang memiliki peranan penting dalam banyak proses biologis. Protein merupakan biomolekul yang sangat penting.Beberapa fungsi protein adalah sebagai katalisator (enzim), pengangkut dan penyimpanan, penyebab gerakan, pendukung sistem kekebalan, pembentuk dantransmisi implus saraf, pengontrol pertumbuhan dan deferensasi, pendukungkekuatan struktural, dan lain-lain. Protein ini disusun oleh asam-asam aminoyang juga mempunyai peranan penting dalam metabolisme zat hidup.Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya bahwa secara umum ada tigagugus yang reaktif pada asam amino yaitu gugus karboksil, gugus amino, dangugus rantai samping. Ketiga gugus ini dapat diidentifikasi melalui uji spesifik,diantaranya adalah dengan melalui tes ninhydrin, dan sebagainya. Akan tetapi,selain uji spesifik berdasarkan ciri khas reaksi kimianya, asam amino dapat puladiidentifikasi bahkan dipisahkan dengan beberapa metode, salah satunya adalahmelalui kromatografi lapis tipis (KLT).Protein dapat diperoleh dari makanan yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Beberapa makanan sumber protein adalah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, kedelai, gandum, jagung, dan buah-buahan. Tumbuhan membentuk protein dari CO2, H2O dan senyawa nitrogen. Hewan yang makan tumbuhan mengubah protein nabati menjadi protein hewani. Disamping digunakan untuk pembentukan sel-sel tubuh, protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi apabila tubuh kekurangan karbohidrat dan lemak.Uji protein dengan metode identifikasi protein secara kualitatif dapat menggunakan prinsif : Uji Biuret : pembentukan senyawa kompleks koordinat yang berwarna yang dibentuk oleh Cu²‡ dengan gugus –CO dan –NH pada ikatan peptida dalam larutan suasana basa. Pengendapan dengan logam : pembentukan senyawa tak larut antara protein dan logam berat. Pengendapan dengan garam : pembentukan senyawa tak larut antara protein dan ammonium sulfat. Pengendapan dengan alcohol : pembentukan senyawa tak larut antara protein dan alcohol. Uji koagulasi : perubahan bentuk yang ireversibel dari protein akibat dari pengaruh pemanasan. Denaturasi protein : perubahan pada suatu protein akibat dari kondisi lingkungan yang sangat ekstrim.
1.2. Tujuan
Melakukan analisis dan identifikasi protein dan asam amino.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA Protein Komposisi telur dapat dikatakan sangat beragam tergantung pada beberapa faktor, antara lain bangsa sapi, tingkat laktasi, pakan, interval pemerahan, temperaturdan umur sapi, akan tetapi angka rata-rata untuk semua jenis kondisi dan jenis sapi perahadalah sebagai berikut: kadar air 87,1%, lemak 3,9%, protein 3,4%, laktosa 4,8%, kadarabu 0,72% dan beberapa vitamin yang larut dalam lemak telur, yaitu vitamin A, D, Edan K (Abu bakar dkk, 2005).Protein merupakan polimer heterogen molekul-molekul asam amino. Dalamprotein globuler, rantai-rantai samping hidrofil dan polar berada di bagian luar dan rantaisamping hidrofob dan nonpolar berada di bagian dalam (Purwoko dkk, 2007).Protein memiliki makromolekul(BM > 40.000) dan termasuk juga kelompok makronutrien dengan Polipeptida rantaipanjang dengan salah satu ujungnya berupa asam karboksilat dan ujung lainnya gugusamina. Protein dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsi biologinya, yaitu sebagaienzim, protein transport, protein nutrient dan penyimpan, protein kontraktil atau motil,protein structural, protein pertahanan, dan protein pengatur.Protein dapat juga dibagi menjadi dua golongan utama berdasarkan bentuk dan sifat-sifat fisiknya, yaitu “protein globular” dan “protein serabut” (Lehninger, 1982). Berdasarkan komposisi kimianya,protein dibagi atas:1. Simple Protein: Merupakan protein yang hanya mengandung 1-alfa-asam amino atau derivatnya. Beberapa contoh Simple Protein antara lain: albumin, globulin, glutein, protamin, albuminoid, dan histon.2. Conjugated Protein: Merupakan protein yang bergabung dengan zat yang bukan protein. Zat yang bukan protein ini disebut gugus prostetik. Beberapa contoh Conjugated Protein antara lain: nukleoprotein, glikoprotein, fosfoprotein, lipoprotein, dan metalloprotein. Sifat-sifat struktural protein dianggap berada dalam 4 buah telurnan yaitu : a. Struktur primer : rangkaian asam amino dan lokasi setiap ikatan disulfida dikode dalam gen b. Struktur sekunder : pelipatan rantai polipeptida menjadimultiplikasi motif terikat hidrogen seperti struktur α-heliks dan β-pleated sheet. Kombinasi motif-motif ini dapat membentuk motif supersekunder. c. Struktur tersier : hubungan anta-domain struktural sekunder dan antar-residu yang letaknya terpisah jauh dalam pengertian struktur primer.
Sembilan puluh persen dari protein sel adalah enzim-enzim yang kepadanyalahtergantung struktur dasar yang menentukan fungsi sel. Fungsi protein dalam tubuhadalah membangun dan menjaga atau memelihara protein jaringan dan organ tubuh,menyediakan asam-asam amino makanan, menyediakan enegi dalam tubuh,menyediakan sumber lemak badan, menyediakan sumber gula darah, sumber glikogendarah, sumber enzyme tubuh, sumber beberapa hormon dalam tubuh, menyediakanbangunan dasar untuk setidak-tidaknya satu vitamin B komplek, menyediakankomponen tertentu dari DNA, RNA dan ATP (Triyono, 2007).
Pada umumnya asam amino diperoleh sebagai hasil hidrolisis protein, baikmenggunakan enzim maupun asam. Dengan cara ini diperoleh campuranbermacam-macam asam amino dan untuk menentukan jenis asam amino maupunkuantitas masing-masing asam amino perlu diadakan pemisahan antar asam aminotersebut. Ada beberapa metode analisis asam amino, misalnya metode gravimetri,kalorimetri, mikrobiologi, kromatografi, dan elektroforesis. Salah satu metode yangbanyak memperoleh pengembangan adalah metode kromatografi. Macam-macamkromatografi adalah kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, dan kromatografipenukar ion (Poejadi, 1994).Identifikasi Asam Amino Peptida dan protein merupakan polimer kondensasi asam amino denganpenghilangan unsur air dari gugus amino dan gugus karboksil. Jika bobot molekulsenyawa lebih kecil dari 6.000, biasanya digolongkan sebagai polipeptida .Asam amino merupakan komponen penyusun utama protein dan dibagi dalam duakomponen yaitu asam amino esensial dan asam amino non esensial. Asam aminoesensial tidak dapat diproduksi dalam tubuh sehingga sering harus ditambahkan dalambentuk makanan, sedangkan asam amino non esensial dapat diproduksi dalam tubuh.Asam amino umumnya berbentuk serbuk dan mudah larut dalam air, namun tidak larutdalam pelarut organik non polar (Sitompul, 2004).Asam amino dan protein secara umum mempunyai sifat-sifat fisik yang sama.Dari keseluruhan asam amino yang terdapat di alam hanya 20 asam amino yang yangbiasa dijumpai pada protein. Dari struktur umumnya, asam amino mempunyai dua gugus pada tiapmolekulnya, yaitu gugus amino dan gugus karboksil, yang digambarkan sebagai strukturion dipolar. Gugus amino dan gugus karboksil pada asam amino menunjukkan sifat-sifatspesifiknya. Karena asam amino mengandung kedua gugus tersebut, senyawa ini akanmemberikan reaksi kimia yang yang mencirikan gugus-gugusnya. Sebagai contoh adalahreaksi asetilasi dan esterifikasi (Girindra, 1993).
BAB IIIMETODOLOGI3.1. Alat dan bahan 3.1.1 Alat – Alat PraktikumTabung Reaksi Penjepit tabung reaksi Gelas Ukur 50 ml / 100 ml Pipet ukur 10 ml pakai pengisap
Gelas Piala 50 ml Corong 0,5 ml Rak tabung reaksi Gelas Ukur 25 ml Pipet ukur 5 ml pakai pengisap Erlenmeyer 50 ml Pipet tetes3.1.2 Bahan Praktikum Asam Nitrat ( HNO3) Urea ( CO(NH2)2) Asam Klorida (HCL) Natrium Hidroksida (NaOH) Kupri Sulfat(CuSO4) Aquades Putih telur Ekstrak susu Larutan Ninhidrin 0.2% HN03 pekat
3.2 Prosedur Kerja 3.2.1 Uji Adanya Unsur N Pada Protein Nitropgen akan mereaksi dengan NaOH membentuk senyawa amonia yang bersifat basa. Masukan sedikit bahan/sampel/contoh/cuplikan ke dalam tabung reaksi dan tambahkan kristal NaOH sebanyak dua kali jumlah bahan. Panaskan hati-hati dan perhatikan bau yang menyebar atau reaksi upaya pada kertas lakmus merah yang dibasahi air.3.2.2 Uji Biuret Masukkan 3 ml larutan protein ( konsentrasi protein 2 % ) ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 1 ml NaOH 40 %. Tambahkan setetes demi setetes lautan 0.5 % CuSO4 sehingga terjadi warna merah muda atau unggu. Selanjutnya pada tabung reaksi yang lain, panaskan 5 menit sedikit urea di dalam tabung reaksi di atas api kecil hingga cair dan mendidih( hati-hati jangan sampai mmenjadi arang). Tambahkan 1 ml NaOH 40 %. Tambahkan sedikit demi sedikit larutan 0.5 % CuSO4 amati apa yang terjadi.3.2.3 Uji Xanthoprotein Masukkan 1 ml larutan protein ( konsentrasi 2 % )ke dalam tabung reaksi. Tambahklan 1 ml HNO3 pekat.
Panaskan campuran sampai larutan menjadi kuning tua.hati-hati jangan sampai terhirupuap/ asap saat proses pernapasan. Dinginkan tabung dengan kran air mengalir. Tambahkan amonia hingga warnanya berubah menjadi jingga,atau tambahkan setetes demi setetes larutan NaOH pekat sampai larutan dalam tabung menjadi basa (uji dengan lakmus merah) dan amati perubahan warna yang terjadi.Catatan: Beberapa senyawa benzena juga memberi reaksi yang positif. Lakukan uji xanthoproteinini dengan larutan fenol 2 %
3.2.4 Uji Millon Masukkan 2 ml larutan protein ( konsentrasi 2 %) ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 1 ml pereaksi merkurisulfat(1 % HgSO4 dilarutkan dalam 10 % asam sulfat). Panaskan campuran ini,mungkin terbentuk endapan kuning. Dinginkan dengan tabung dengan air mengalir. Tambahkan 1 tetes larutan NaNO2 1 %. Panaskan lagi, endapan atau larutannya akan menjadi merah.3.2.5 Uji Nihindrin Atau Ph larutan protein 0,5 % sampai Ph 7. Ambil 1ml larutan tersebut ( dalam tabung reaksi),tambahklan 10 tetes larutan ninhidrin0.2 %. Panaskan pada suhu 100 celcius selama 10 menit. Amati perubahan yang terjadi.3.2.6 Pengendapan Protein 3.2.6.1 Pengendapan dengan mineral pekat Siapkan 2 buah tabung reaksi,masing-masing masukkan 1 ml HNO3 pekat dan 1 ml HCL pekat. Miringkan tabung-tabung tersebut dan tambahakan 1-1.5 ml larutan protein setetes demi setetes lewat dingding tabung. Tegakkan kembali tabung tersebut dan diamkan sejenak diperoleh cincinputih sebagai endapan protein. Kocok tabung reaksi kembali dan tambahkan kembali asam-asam tersebut. Pada tabung asam nitrat (HNO3)diperoleh endapan yang lebih banyak sedang pada asam klorida diperoleh larutan jernih endapan larut pada asam klorida(HCL)berlebihan. 3.2.7 Denaturasi, Flokasi dan Koagulasi Tuangkan 3 ml bahan/sampel ke dalam tabung reaksi. Panaskan sampai mendidih selama beberapa menit ( dengan api kecil). Amati dan jelaskan apa yang terjadi.
BAB IVHASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil PengamatanTabel 1.1 Hasil pengamatan unsur N pada proteinNO Bahan / Sampel Parameter AnalisaBau :1. Susu Berbau Tengik2. Kaldu Berbau Kaldu3. Putih Telur Berbau Tengik
Tabel 1.2 Hasil pengamatan uji warnaNo Bahan/sampel Uji warna Biuret Xanthoprotein millon nibhidrin1. Susu Ungu Orange Kuning Ungu2. Kaldu Biru Kuning Kuning Coklat Tua3. Putih Tekur Ungu Kuning endapan Kuning Biru Pekat
Tabel 1.3 pengamatan pengendapan dan denaturasi proteinNo Bahan/sampel Parameter analisis Mineral denaturasi HCL HNO3 1. Susu Endapan Putih Sedikit Endapan2. Kaldu Endapan Kuning Biru Tidak ada Endapan3. Putih Telur Endapan Kuning Banyak Endapan
4.2. Pembahasan Denaturasi protein dapat diartikan sebagai suatu perubahan terhadap struktur sekunder, tersier, dan kuarterner molekul protein tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan kovalen. Denaturasi terjadi karena terpecahnya ikatan hidrogen, interaksi hidrifobik, ikatan garam, dan terbentuknya lipatan molekul protein. Pada pengujian denaturasi protein ini yaitu3 tabung rekasi yang berisi larutan albumin masing-masing 1. Pada tabung pertama yang berisi larutan albumin ditambahkan dengan HCl 0,1 M, setelah ditambahkan HCl 0,1 M pada larutan albumin, yaitu larutan tetap berwarna putih keruh. Kemudian larutan tersebut dipanakan, setelah dipanaskan terjadi reaksi yaitu pada larutan terdapat 2 lapisan, lapisan atas berwarna bening dan lapisan bawah berwarna putih susu. Setelah larutan tersebut didinginkan lalu ditambahkan dengan Buffer asetat pH 4,7 (5 M), dan reaksi yang terjadi yaitu terdapat 2 lapisan pada larutan, lapisan atas berwarna putih keruh dan lapisan bawah terdapat endapan putih padat. Pada hal ini terjadi proses denaturasi karena terjadi endapan. Pada pH buffer 4,5 dan pH albumin 4,5 hal inilah yang membuat ikatan lebih cepat, dan membentuk endapan lebih banyak.2. Pada tabung yang kedua berisi larutan albumin ditambahkan dengan NaOH 0,1 M, reaksi
yang di dapat setelah penambahan NaOH pada larutan albumin yaitu warnanya tetap putih keruh. Kemudian larutan tersebut dipanaskan selama, setelah dipanaskan terjadi reaksi yaitu pada larutan terdapat 2 lapisan, lapisan atas berwarna bening kuning dan lapisan bawah berwarna putih susu padat. Setelah larutan tersebut didinginkan lalu ditambahkan dengan Buffer asetat pH 4,7 (5 M) dan reaksi yang terjadi yaitu terdapat 2 lapisan, lapisan atas berwarna bening dan lapisan bawah berwarna putih susu. Pada larutan ini juga lebih larut saat diaduk. Dibandingkan larutan albumin pada tabung yang pertama.3. Pada tabung yang ketiga berisi larutan albumin ditambahkan dengan Buffer asetat pH 4,5 (5 M), reaksi yang didapat setelah penambahan Buffer asetat yaitu pada larutan albumin tetap berwarna putih keruh. Kemudian pada larutan tersebut juga di panaskan selama dan reaksi yang terjadi pada larutan terebut adalah seluruh bagian larutan berwarna putih susu padat.Endapan yang paling banyak dihasilkan oleh HCl, dan yang paling sedikit pada NaOH. Buffer asetat menghasilkan endapan karena memiliki pH 4,7 yang sama dengan pH albumin yaitu 4,5-4,9. setiap protein mempunyai isolistrik yang berbeda-beda. Titik isolistrik protein mempunyai arti penting karena pada umumnya sifat fisika dan kimia erat hubungannya dengan pH isolistrik. Pada pH diatas titik isolistrik protein bemuatan negatif, sedangkan dibawah titik isolistrik, protein bermuatan positif. Titik isolisrtik pada albumin adalah pH 4,5-4,9. berdasarkan percobaan albumin berdenaturasi lebih banyak pada penambahan HCl, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada protein albumin, asam amino yang mendominasi adalah asam amino yang bersifat asam. Denaturasi protein meliputi ganguan dan kerusakan yang mungkin terjadi pada struktur sekunder dan sruktur tersier protein. Pada struktur protein tersier terdapat empat jenis interaksi yang membentuk ikatan pada rantai samping seperti ikatan hydrogen, jembatan garam, ikatan disulfide dan interaksi hidrofobik non polar, yang kemungkinan mengalami gangguan. Denaturasi yang umum ditemukan adalah proses presipitasi dan koagulasi protein seperti asam amino, protein yang larut dalam air akan membentuk ion yang mempunyai muatan positif dan negatif. Dalam suasana asam molekul protein akan membentuk muatan positif, sedangkan dalam suasana basa akan membentuk ion negatif . pada titik isolistrik protein mempunyai muatan psitif dan negatif yang sama, sehingg tidak bergerak kearah elektroda positif maupun negatif, apabila ditempatkan diantara dua elektroda tersebut.
BAB VPENUTUP
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil percobaan, didapat kesimpulan sebagai berikut : Pada sampel susu, kaldu daging dan putih telur setelah dilakukan uji unsur nitrogen (N) tidak tetdapat unsur nitrogen tersebut. Pada uji warna dapat dilakukan uji warna berupa Biuret, Xanthoprotein, Millon dan Ninhidrin untuk membuktikan adanya protein dalam suatu sampel tersebuut. Pada uji pengendapan dapat disimpulkan bahwa untuk membuktikan sampel mengandung protein atau tidak dap[at dilakukan uji mineral dan denaturasi. Pada percobaan uji mineral dapat dilakukan dengan dua macam larutan kuimia yaitu larutan Asam Klorida (HCL) dan larutan Asam Nitrat (HNO3).5.2. Saran Diharapkan agar praktikan lebih kondusif dan serius untuk mengikuti jalannya praktikum hingga selesai. Pahami dan dibaca terlebih dahulu buku penuntun praktikum agar praktikan tidak vakum, melainkan aktif dan kondusif. Lebih efisiensi waktu praktikum.
DAFTAR PUSTAKAAbubakar dan M. Ilyas, 2005. Mutu Telur Karamel Asal Telur Pecah Selama Penyimpanan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005.Girindra, Aisjah, 1993, Biokimia 1, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.Lehninger, Albert l. 1982. Dasar – Dasar Biokimia Jilid I. Erlangga. Jakarta.Poedjadi, Anna, 1994, Dasar-Dasar Biokimia, Universitas Indonesia. Jakarta.Purwoko, T., Handajani, N., S., 2007, Kandungan Protein Kecap Manis Tanpa Fermentasi Moromi Hasil Fermentasi Rhizopus oryzae dan R. oligosporus, BIODIVERSITAS, Vol 8, Nomor 2, Hal, 223-227.Rahmat, Mifta Nur, 2010, Ulasan Sekilas Mengenai KLT, Kendari: Zam-zam Office.Sitompul, S., 2004, Analisis Asam Amino dalam Tepung Ikan dan Bungkil Kedelai, Buletin Tekhnik Pertanian, Vol. 9, Nomor 1.Triyono, 2007, Pengaruh Tingkat Protein Ransum Pada Akhir Masa Kebuntingan Pertama Terhadap Performan Dan Berat Lahir Pedet Sapi Perah Peranakan Friesian Holstein (Pfh), Universitas sebelas Maret, Surakarta.
PERTANYAAN1.Jelaskan apa yang dimaksut dengan:a.Asam amino alfab.Proteinc.Protein sederhanad.Gugus fungsionale.Polipeptidaf.Ikatan peptidag.Protein majemuk2. Apakah protein globular itu?.Faktor apakah yang mempengaruhi bentuk dan kelratunannya,mengapa pula protein ini larut dalam air? 3. Bagaimanakah struktur protein serabut?4.Uraikan perbedaan antara turunan protein primer dengan turunan protein sekunder.5.Uji warna apakah yang kira-kira dapat menunjukkan telah terjadinya suatu hidrolisis sempurna protein.6. Sebutkan asam-asam amino yang memiliki : a. Cinein benzen b. Gugus hidroksifenil c. Gugus guanidium d, Gugus indol7. mengapa kulit kita akan bewarna kuning bila terkena asam nitrat?terangkan8. Coba terangkan apakah yang dimaksut dengan denaturasi protein itu? Dan faktor Penyebabnya
9.Putih telur dan susu sering digunakan sebagai zat penawar pada keracunan logam berat jelaskan .10. Asam pikrat dan asam tannat sering pula digunakan untuk pengobatan luka-luka bakar.mengapa?
JAWABAN
1. Jelaskan!a. Asam amino alfa adalah senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksil (-
COOH) dan amina (biasanya -NH2) yang terikat pada satu atom karbon (C) yang sama.b. Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptidac. Protein sederhana adalah protein yang pada hidrolisisnya hanya menghasilkan asam amino.d. Gugus fungsional adalah kelompok gugus khusus pada atom dalam molekul, yang berperan dalam memberi karakteristik reaksi kimia pada molekul tersebut. Senyawa yang bergugus fungsional sama memiliki reaksi kimia yang sama atau mirip.e. Polipeptida merupakan polimer yang tersusun dari beberapa peptida hasil pengikatan gugus karboksil (COOH) dengan gugus amino. Satu atau lebih polipeptida dapat membentuk protein, contohnya enzim.f. Ikatan peptida merupakan ikatan yang terbentuk ketika atom karbon pada gugus karboksil suatu molekul berbagi elektron dengan atom nitrogen pada gugus amina molekul lainnya. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi kondensasi, hal ini ditandai dengan lepasnya molekul air ketika reaksi berlangsung.[1] Hasil dari ikatan ini merupakan ikatan CO-NH,[2] dan menghasilkan molekul yang disebut amida.g. Protein majemuk adalah protein yang mengandung bukan hanya protein
2. Protein globular adalah protein yang berbentuk bulat, rantai peptidanya melilit padat. Protein globular dapat di pecah menjadi albumin, globulin dan histon. Protein ini larut dalam larutan garam dan encer, mudah berubah dibawah pengaruh suhu, konsentrasi garam dan mudah denaturasi.
3. Protein serabut bersifat tidak larut dalam air merupakan molekul serabut panjang dengan rantai polipeptida yang memanjang pada satu sumbu dan tidak berlipat menjadi bentuk globular.
4. Struktur primer adalah rantai polipeptida sebuah protein terdiri dari asam-asam amino yang dihubungkan satu sama lain secara kovalen melalui ikatan peptida yang membentuk rantai lurus dan panjang sebagai untaian polipeptida tunggal. Sedangkan struktur sekunder adalah protein sudah mengalami interaksi intermolekul, melalui rantai samping asam amino. Ikatan pembentuk struktur ini didominasi oleh ikatan hidrogen antar rantai samping yang membentuk pola tertentu bergantung pada orientasi ikatan hidrogennya
5. Uji warna Benedict
6. Sebutkan :a. Cincin bezena : fenilalanin, tirosin, dan triptofanb. Gugus hidroksifenil : tirosinc. Gugus guanidimium : arginind. Gugus indol : triptofan
7. Kulit akan kuning bila terkena asam nitrat karena terjadi proses nitrasi inti benzena pada asam amino penyusun kulit tersebut.
8. Denaturasi protein adalah kondisi di mana struktur sekunder, tersier maupun kuartener dari suatu protein mengalami modifikasi tanpa ada pemecahan ikatan peptida. Denaturasi dapat berupa rusaknya struktur tiga matra dari suatu protein. Hal-hal yang dapat menyebabkan
denaturasi di antaranya pemanasan, pH ekstrem, perlakuan mekanis, logam berat, dan pelarut organik.
9. Putih telur dan susu sering dapat digunakan sebagai antidotum atau penawar racun apabila orang keracunan logam berat karena protein dapat mengendapkan ion-ion positif seperti Ag+, Ca2+, Zn2+, Hg2+, Fe2+, Cu2+ dan Pb2+.
10. Karena bila asam pitrat dan asam tanat dioleskan pada permukaan atau daerah luka bakar, protein di tempat tersebut akan menggumpal dan bertindak sebagai lapisan pelindung serta menghalangi hilangnya sejumlah air yang dilepaskan dari daerah luka tersebut dan juga mengurangi kontak luka bakar tersebut dengan udara.
Rabu, 22 Februari 2012
Identifikasi Gugus Fungsi
Tanggal Percobaan : Selasa, 14 Februari 2012
Judul Percobaan : Identifikasi Gugus Fungsi
Tujuan Percobaan :
Dapat mengidentifikasi gugus fungsi senyawa karbondari hasil eksperimen.
Dapat mennuliskan struktur dan nama senyawa karbon berdasarkan gugus fungsinya.
Dasar Teori :
Gugus Fungsi
Gugus Fungsi adalah kedudukan kereaktifan kimia dalam molekul satu kelompok senyawa dengan
gugus fungsi tertentu menunjukan gejala reaksi yang sama. Sesuai kesamaan gejala reaksi tersebut,
maka dapat dikelompokan pada pengelompokan senyawa.
(Fessenden, 1986)
Tabel 2.1 Beberapa Contoh Gugus Fungsi
No. Struktur Gugus Rumus Umum Nama IUPAC / trivial Nama Gugus
1 -OH R-OH Alkanol / alcohol Hidroksil
2 -O- R-O-R’ Alkoksi alkana / Eter
3 Alkanal / aldehid Aldehid
4 Alkanon/keton Karbonil
5 Asam alkanoat/
karboksilat
Karboksil
6 Alkil alkanoat / ester Ester
7 -NH2 Amina Amin
(Purba, 1994)
1. Aldehid
Aldehid adalah persenyawaan dimana gugus fungsi karboksil diikat oleh gugus alkil. Aldehid
merupakan senyawa yang tersusun dari unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen yang bisa didapatkan
dari oksidasi alkohol primer, klorida, asam glikol/alkena, hidroformilass.
(Hart, 2003)
2. Alkohol
1. Alkohol Primer : gugus –OH terletak pada atom C primer (atom C yang mengikat hanya 1 atom C
lainnya).
Contoh :
CH3–CH2–CH2–CH2–OH
(1 butanol)
2. Alkohol Sekunder : gugus –OH terletak pada atom C sekunder.
Contoh :
(2 Butanol)
3. Alkohol Tersier : gugus –OH terletak pada atom C tersier.
Contoh :
(2Metil-2 propanol)
(Petrucci,1985)
3. Asam Karboksilat
Turunan hidrokarbon dengan sebuah atom karbon ujung yang mempunyai ikatan rangkap ke
oksigen dan sebuah gugus hidroksil disebut asam karboksilat yang diturunkan dari hidrokarbon alkana
yang mempunyai rumus molekul umum RCO2H yang menyatakan bahwa terdapat gugus karboksil .
(Brady,1994)
4. Hidrokarbon
Hidrokarbon merupakan persenyawaan organic yang paling sederhana yang hanya terdiri dari
atom karbon dan atom hidrogen .
Keluarga Hidrokarbon dapat digambar dalam diagram yang dilukiskan pada gambar berikut :
Hidrokarbon
Hidrokarbon Alifatik Hirokarbon Siklik
Jenuh Titik Jenuh Aromatik Alisiklik
Alkana Alkena Alkuna Sikloalkena
Sikloalkuna
Alat & Bahan :
Alat :
Tabung reaksi
Indikatoruniversal
Rak tabung
Pipet
Bunsen
Kaki tiga
Kasa kawat
Bahan :
Larutan H2SO4
Larutan NaoH
Larutan HCl pekat
Larutan NH4OH
Larutan AgNO3
Logam Na+
Prosedur :
1. IDENTIFIKASI TERHADAP SENYAWA HIDROKARBON TAK JENUH (IKATAN RANGKAP)
GAMBAR PROSEDUR PENGAMATAN
a. Dengan Brom
Cuci 2 buah tabung reaksi
hingga bersih dan kering.
Beri nama tabung A dan
tabung B
Tambahkan 5 tetes zat
sample A pada tabung A dan
sample B pada tabung B.
Tambahkan 7 tetes larutan
brom dalam CCl4
Pada larutan smple
A,larutannya berubah
menjadi berwarna orange.
Sedangkan pada larutan
sample B larutan tidak
berwarna
b. Dengan H2SO4
Cuci 2 buah tabung reaksi
hingga bersih dan kering.
Beri nama tabung A dan
tabung B
Tambahkan 5 tetes H2SO4
Tambahkan 5 tetes sample A
pada tabung A dan sample B
pada tabung B
Sample A : Tidak terdapat
endapan hitam
Sample B : Terdapat endapan
hitam
2. IDENTIFIKASI TERHADAP GUGUS ALKOHOL
GAMBAR PROSEDUR PENGAMATAN
a. Tes Indikator
Memasukan indikator
universal ke dalam masing-
masing tabung reaksi yang
berisi sample C dan D
Sample C ber-Ph = 6
Sample D ber-Ph = 7
b. Dengan Logam Na+
Cuci 2 buah tabung reaksi
hingga bersih dan kering.
Beri nama tabung C dan
tabung D
Memasukan logam Na+ ke
dalam masing-masing
sample.
Pada sample C terdapat gas
yang lebih banyak di
bandingkan dengan sample D
3. IDENTIFIKASI ERHADAP GUGUS ALDEHID
GAMBAR PROSEDUR PENGAMATAN
a. Tes Fehling
Memasukan indikator
universal ke dalam masing-
masing tabung reaksi yang
berisi sample E dan F.
Tambahkan 2 tetes sample E
pada tabung E dan sample F
pada tabung F
Panaskan di atas penangas
secara tidak langsung selama
5 menit
Pada sample E warna biru
tuanya menghilang dan
membentuk endapan
berwarna merah sedangkan
pada sample F warna biru
tuanya tetap ada.
b. Test Tollens
Cuci 2 buah tabung reaksi
hingga bersih dan kering.
Beri nama tabung E dan
tabung F
Tambahkan 1 ml larutan
AgNO3 0,5 M
Encerkan dengan NH4OH
tetes demi tetes sampai
endapan melarut
Tambahkan 1 ml zat sample
Kocok dan panaskan dalam
penangas air selama 5 menit
Pada larutan sample E saat di
panaskan terdapat cermin
perak yang berarti gugus
karbonil sedangkan pada
sample F larutan menjadi
putih keruh
4. IDENTIFIKASI TERHADAP GUGUS ASAM KARBOKSILAT
GAMBAR PROSEDUR PENGAMATAN
a. Tes Indikator
Cuci 2 buah tabung reaksi
hingga bersih dan kering. Beri
nama tabung G dan tabung H
Tambahkan 5 tetes zat sample
Cek Ph dengan lakmus atau
indikator universal
Sample G berpH =2
Sample H berpH= 4
b. Tes Esterifikasi
Cuci 2 buah tabung reaksi
hingga bersih dan kering. Beri
nama tabung G dan tabung H
Tambahkan 1 ml alkohol ke
dalam tabung reaksi tersebut
Tambahkan larutan H2SO4
pekat,diamkan selama 1
menit. Dinginkan dann
tambahkan 2 ml air.
Pada larutan G :Bau khas
seperti bau etanol sedangkan
sample H tidak terdapat bau
apapun.
Pembahasan :
Identifikasi terhadap senyawa hidrokarbon tak jenuh
Percobaan ini mereaksikan antara 5 tetes asam sulfat pekat dengan 5 tetes larutan sample,
kemudian didapat larutan bening tidak tercampur dengan memisah 2 lapisan, dikarenakan kekentalan
pada larutan sample yang cukup tinggi dan bereaksi dengan asam begitu juga dengan identifikasi
dengan Brom.
Pada identifikasi tersebut termasuk Hidrokarbon alifatik yaitu senyawa hidrokarbon dengan rantau terbuka
jenuh (ikatan tunggal) maupun tidak jenuh (ikatan rangkap).
Identifikasi terhadap gugus alkohol
Untuk identifikasi adanya gugus alkohol, dapat dilakukan dengan logam Na.. Alkohol tersier yang larut dalam air akan bereaksi dengan cepat dengan menggunakan CuSo4 anhidrous membentuk alkil yang tak larut dalam larutan berair. Adapun pada alkohol tersier terindikasikan dengan adanya pembentukan fasa cair kedua yang terpisah dari larutan semula di dalam tabung reaksi dengan segera setelah alkohol bereaksi. Alkohol sekunder berjalan lambat dan setelah pemanasan akan terbentuk fasa cair lapisan kedua biasanya setelah 10 menit. Alkohol primer dan metanol tidak dapat bereaksi pada kondisi ini.
Pada alkohol tersier, atom klor biasanya terikat pada atom karbon yang sebelumnya mengikat gugus –
OH. Pada alkohol sekunder, seringkali atom klor ini terikat pada atom karbon yang mengikat gugus
hidroksi. Namun penataan ulang dapat saja terjadi yang mengakibatkan terikatnya atom klor tidak
terjadi pada atom karbon yang sebelumnya mengikat –OH.
Identifikasi terhadap gugus aldehid
1. Test Fehling
Pereaksi fehling terdiri atas dua larutan :
a. Fehling A : terdiri dari larutan CuSO4
b. Fehling B : terdiri dari Kalium natrium nitrat dan Natrium hidroksida.
Bila Fehling A dan Fehling B dicampur dengan volume yang sama maka dihasilkan larutan biru tua.
Setelah sample dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan reagen Fehling A &
Fehling B masing-masing 1 mL. Lalu dipanaskan diatas Bunsen, terjadi perubahan warna menjadi orange
dan terjadi endapan. Pemanasan dilakukan karena pereaksi fehling kurang stabil pada larutan dingin
(temperatur rendah) sehingga dibutuhkan pemanasan agar Fehling stabil. Perubahan warna terjadi
karena senyawa aldehid dioksidasi menjadi asam karboksilat dan terbentuk endapan Cu2O berwarna
merah bata.
Reaksinya :
+ Cu2+ + NaOH H-COONa + Cu2O + 2H+
2. Test Tollen
Pereaksi Tollens digunakan untuk membuktikan adanya gugus aldehid bersifat reduktor. Reaksi
tersebut menunjukan hasil positif jika terbentuk endapan cermin perak. Kandungan Tollens A terdiri dari
AgNO3 dan Tollens B terdiri dari NH3 berelebih, sehingga jika dicampurkan endapan menjadi larut.
Zat sampel 1 mL di dalam tabung reaksi ditetesi 5 tetes Tollens A dan Tollens B lalu dikocok. Pengocokan
berfungsi untuk menimbulkan tumbukan antar partikel yang dapat mempercepat terjadinya reaksi
antara zat sampel dengan pereaksi Tollens. Kemudian larutan yang telah dikocok dipanaskan sampai
timbul gelembung. Pemanasan berfungsi untuk mempercepat reaksi. Perubahan yang terjadi warna zat
sampel berubah menjadi hitam dan terbentuk cermin perak di permukaan. Pemanasan dilakukan untuk
mengoksidasi aldehid sehingga terbentuk gugus karboksil (COO- ).
Identifikasi terhadap gugus asam karboksilat
Turunan hidrokarbon dengan sebuah atom karbon ujung yang mempunyai ikatan rangkap ke
oksigen dan sebuah gugus hidroksil disebut asam karboksilat yang diturunkan dari hidrokarbon alkana
yang mempunyai rumus molekul umum RCO2H yang menyatakan bahwa terdapat gugus karboksil .
a. Sifat fisika asam karboksilat
Titik didih asam karboksilat relatif lebih tinggi daripada titik didih –OH , -COH, titik leburnya juga
relatif tinggi, berbau, asam-asam yang berbobot molekul rendah larut dalam air maupun pelarut
organik.
(Keenan,1980)
b. Sifat kimia asam karboksilat
Merupakan asam lemah, lebih asam dari pada alkohol/fenol karena stabilisasi resonansi anion
karboksilatnya.
(Fessenden,1986)
Kesimpulan :
- Senyawa dapat dikelompokan berdasarkan gugus fungsinya, diantaranya alkohol (memiliki gugus
hidroksil), aldehid, keton (memiliki gugus karbonil), dan asam karboksilat (memiliki gugus karboksil).
- Senyawa dengan gugus fungsi tertentu reaktif terhadap reaksi tertentu. Senyawa aldehid reaktif dengan
pereaksi tollens dan fehling. Senyawa alkohol dan karboksilat bereaksi membentuk ester melalui reaksi
esterifikasi. Keton bereaksi dengan Natrium-nitroprusid, amonium klorida, dan amonia sesuai dengan uji
rothera.
May
26
[BIOKIMIA] Identifikasi,Klasifikasi dan Metabolisme Karbohidrat,Protein,Lypid
BAB I
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Ada tiga komponen penting penghasil energi yang sangat di butuhkan bagi setiap manusia :
karbohidrat, lemak, dan protein. Khususnya bagi negara Indonesia sendiri yang sangat terkenal dengan
gizi buruk sampai saat ini.
Karbohidrat sebagai zat gizi merupakan nama kelompok zat-zat organik yang mempunyai struktur
molekul yang berbeda-beda, meski terdapat persamaan-persamaan dari sudut kimia dan fungsinya.
Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya
rasa, warna, tekstur, dan lain-lain. Karbohidrat yang terasa manis disebut gula (sakar). Dari beberapa
golongan karbohidrat, ada yang sebagai penghasil serat-serat yang sangat bermanfaat sebagai diet
(dietary fiber) yang berguna bagi pencernaan manusia.
Lemak adalah sekelompok ikatan organik yang terdiri atas unsur-unsur Carbon (C), Hidrogen (H) dan
Oksigen (O), yang mempunyai sifat dapat larut dalam zat-zat pelarut tertentu (zat pelarut lemak), seperti
ether. Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi bersifat padat pada suhu kamar, sedangkan yang
mempunyai titik lebur rendah, bersifat cair. Lemak yang padat pada suhu kamar disebut lemak gaji,
sedangkan yang cair
pada suhu kamar disebut minyak.
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena yang paling erat hubunganya dengan prose-
proses kehidupan. Semua hayat hidup sel berhubungan dengan zat gizi protein. Nama protein berasal
dari kata Yunani protebos, yang artinya “yang pertama” atau “yang terpenting”. Di dalam sel, protein
terdapat sebagai protein struktural maupun sebagai protein metabolik. Protein struktural merupakan
bagian integral dari struktur sel dan tidak dapat diekstraksi tanpa menyebabkan disentegrasi sel
tersebut. Protein metabolik dapat diekstraksi tanpa merusak dapat diekstraksi tanpa merusak integritas
struktur sel itu sendiri.
Molekul protein mengandung unsur-unsur C, H, O, dan unsur-unsur khusus yang terdapat di dalam
protein dan tidak terdapat di dalam molekul karbohidrat dan lemak ialah nitrogen (N). Bahkan dalam
analisa bahan makanan dianggap bahwa semua N berasal protein, suatu hal yang tidak benar. Unsur
nitrogen ini di dalam makanan mungkin berasal pula dari ikatan organik lain yang bukan jenis protein,
misalnya urea dan berbagai ikatan amino, yang terdapat dalam jaringan tumbuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Identifikasi,Klasifikasi dan Metabolisme Karbohidrat
Karbohidrat yaitu senyawa organik terdiri dari unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Terdiri atas unsur C, H, O dengan perbandingan 1 atom C, 2 atom H, 1 atom O. karbohidrat banyak terdapat pada tumbuhan dan binatang yang berperan struktural & metabolik. sedangkan pada tumbuhan untuk sintesis CO2 + H2O yang akan menghasilkan amilum/selulosa, melalui proses fotosintesis, sedangkan Binatang tidak dapat menghasilkan karbohidrat sehingga tergantung tumbuhan. sehingga tergantung dari tumbuhan. karbohidrat merupakan sumber energi dan cadangan energi, yang melalui proses metabolisme.
Banyak sekali makanan yang kita makan sehari hari adalah suber karbohidrat seperti : nasi/ beras,singkung, umbi-umbian, gandum, sagu, jagung, kentang, dan beberapa buah-buahan lainnya, dll. Rumus umum karbohidrat yaitu Cn(H2O)m, sedangkan yang paling banyak kita kenal yaitu glukosa : C6H12O6, sukrosa : C12H22O11, sellulosa : (C6H10O5)n
A. Identifikasi Karbohidrat
Monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat mereduksi, terutama dalam suasana basa. Sifat sebagai reduktor ini dapat digunakan untuk keperluan identifikasi karbohidrat. Sifat mereduksi ini disebabkan oleh adanya gugus aldehid atau keton bebas dalam molekul karbohidrat. Sifat ini tampak
pada reaksi reduksi ion-ion logam misalnya dan ion yang terdapat pada pereaksi-pereaksi tertentu. Beberapa contoh pereaksi yang digunakan untuk mengidentifikasi karbohidrat adalah sebagai berikut :
1. Pereaksi Fehling
Pereaksi ini dapat direduksi selain oleh karbohidrat yang mempunyai sifat mereduksi, juga dapat direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi Fehling terdiri atas dua larutan, yaitu larutan Fehling A dan larutan Fehling B. larutan Fehling A adalah larutan CuSO4 dalam air, sedangkan larutan Fehling B adalah larutan garam KNatartrat dan NaOH dalam air. Kedua campuran ini tersimpan terpisah dan baru dicampur
menjelang digunakan untuk memeriksa suatu karbohidrat. Dalam pereaksi ini, ion direduksi
menjadi ion yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O yang berwarna merah bata.
2. Pereaksi Benedict
Pereaksi ini berupa larutan yang kemudian mengandung kuprisulfat, natriumkarbonat dan
natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion dari kuprisulfat menjadi ion yang kemudian mengendap sebagai Cu2O. Endapan yang terbentuk berwarna merah bata
B. Klasifikasi Karbohidrat
1. Monosakarida
terdiri atas 3-6 atom C dan zat ini tidak dapat lagi dihidrolisis oleh larutan asam dalam air menjadi karbohidrat yang lebih sederhana.
tidak dapat dihidrolisis ke bentuk yang lebih sederhana. Berikut macam-macam monosakarida : dengan ciri utamanya memiliki jumlah atom C berbeda-beda :
triosa (C3), tetrosa (C4), pentosa (C5), heksosa (C6), heptosa (C7). Triosa : Gliserosa, Gliseraldehid, Dihidroksi asetonTetrosa : threosa, Eritrosa, xylulosaPentosa : Lyxosa, Xilosa, Arabinosa, Ribosa, Ribulosa Hexosa : Galaktosa, Glukosa, Mannosa, fruktosa Heptosa : Sedoheptulosa
2. Disakarida
yaitu senyawanya terbentuk dari 2 molekul monosakarida yg sejenis atau tidak. Disakarida dapat dihidrolisis oleh larutan asam dalam air sehingga terurai menjadi 2 molekul monosakarida.
hidrolisis : terdiri dari 2 monosakatidasukrosa : glukosa + fruktosa (C 1-2)maltosa : 2 glukosa (C 1-4)trehalosa ; 2 glukosa (C1-1)Laktosa ; glukosa + galaktosa (C1-4)
3. Oligosakarida
yaitu senyawa yang terdiri dari gabungan molekul2 monosakarida yang banyak gabungan dari 3 – 6 monosakarida dihidrolisis : gabungan dari 3 – 6 monosakarida misalnya maltotriosa
4. Polisakarida
yaitu senyawa yang terdiri dari gabungan molekul- molekul monosakarida yang banyak jumlahnya, senyawa ini bisa dihidrolisis menjadi banyak molekul monosakarida. Polisakarida merupakan jenis karbohidrat yang terdiri dari lebih 6 monosakarida dengan rantai lurus/cabang.
Macam-macam polisarida :
1. Amilim/Tepung
Rantai a-glikosidik (glukosa)n : glukosan/glukan Amilosa (15 – 20%) : helix, tidak bercabang
Amilopektin (80 – 85%) : bercabang Terdiri dari 24 – 30 residu glukosa, Simpanan karbohidrat pada tumbuhan, Tes Iod : biru ikatan C1-4 : lurus ikatan C1-6 : titik percabangan
2. Glikogen
Simpanan polisakarida binatang Glukosan (rantai a) - Rantai cabang banyak Iod tes : merah
3. Insulin
pati pada akar/umbi tumbuhan tertentu, Fruktosan Larut air hangat Dapat menentukan kecepatan filtrasi glomeruli. Tes Iod negatif
4. Dekstrin dari hidrolisis pati
5. Selulosa (serat tumbuhan)
Konstituen utama framework tumbuhan tidak larut air - terdiri dari unit b Tidak dapat dicerna mamalia (enzim untuk memecah ikatan beta tidak ada) - Usus ruminantia,
herbivora ada mikroorganisme dapat memecah ikatan beta : selulosa dapat sebagai sumber karbohidrat.
6. Khitin
polisakarida invertebrata
7. Glikosaminoglikan
karbohidrat kompleks merupakan (+asam uronat, amina) penyusun jaringan misalnya tulang, elastin, kolagen Contoh : asam hialuronat, chondroitin sulfat
8. Glikoprotein
Terdapat di cairan tubuh dan jaringan terdapat di membran sel merupakan Protein + karbohidrat
Gula menunjukkan berbagai isomer Stereoisomer : senyawa dengan struktur formula sama tapi beda konfigurasi ruangnya
- Isomer D,L - Cincin piranosa, furanosa - Anomer a, b - epimer (glukosa, galaktosa, manosa) - Isomer aldosa, ketosa
C. Metabolisme Karbohidrat
Metabolisme karbohidrat di dalam tubuh perannya amat penting untuk menjaga sistem seimbang dan salah satu yang terpenting terjadi didalam liver.Menjaga kadar glukosa darah sepanjang hari merupakan salah satu peran penting Yang dimiliki liver.Ketika mengemban tugas rumit itu,liver melibatkan beberapa enzim yang akan bekerja bergantian agar liver glukosa darah berada pada batas normal.
Sebagai contoh :
Liver segera mengambil kelebihan glukosa darah yang jumlahnya meningkat setelah seseorang makan.Proses ini dinamakan glikolisis.Ketika jumlah gula darah berkurang,liver akan segera mengaktifkan jalur lain yang bertugas melakukan depolimerisasi glikogen (glikogenolisis),lalu mengirimkan glukosa kedalam darah agar disalurkan pada jaringan yang membutukan.
Dalam level tertentu adakalanya proses hepatik glukosa ini kelelahan.Hal ini bisa saja terjadi jika tidak makan selama beberapa jam. Jika hal ini terjadi,maka liver akan mengenali masalah ini dan segera mengaktifkan grup enzim yang bertugas mensintesis glukosa.
Kemampuan liver untuk mensintesa glukosa baru merupakan hal yang penting bagi hewan-hewan karnivora yang terkadang tidak makan selama beberapa jam
Berikut penjelasan singkat langkah-langkah dalam metabolisme karbohidrat
1. GlikolisisYaitu dimana glukosa dimetabolisme menjadi piruvat (aerob) menghasilkan energi (8 ATP)atau laktat (anerob)menghasilkan (2 ATP). selanjutnya Asetil-KoA --> siklus Krebs --> fosforilasi oksidatif --> rantai respirasi --> CO2 + H2O (30 ATP)
2. GlikogenesisYaitu proses perubahan glukosa menjadi glikogen. Di Hepar/hati berfungsi: untuk mempertahankan kadar gula darah. sedangkan di Otot bertujuan: kepentingan otot sendiri dalam membutuhkan energi.
3. GlikogenolisisYaitu proses perubahan glikogen menjadi glukosa. atau kebalikan dari Glikogenesis
4. Jalur Pentosa Posfat
Yaitu hasil ribosa untuk sintesis nukleotida, asam nukleat dan equivalent pereduksi (NADPH) (biosintesis asam lemak dan lainnya.)
5. GlukonegenesisYaitu senyawa non-karbohidrat (piruvat, asam laktat, gliserol, asam amino glukogenik) menjadi --> glukosa.
6. Triosa FosfatYaitu bagian gliseol dari TAG (lemak)
7. Piruvat & Senyawa antara Siklus Krebuntuk sintesis asam amino --> Asetil-KoA --> untuk sintesis asam lemak & kolesterol --> steroid
2. Identifikasi,Klasifikasi dan Metabolisme Protein
A. Identifikasi Protein
Protein adalah senyawa organik kompleks dengan berat molekul tinggi, protein merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Protein mengandung molekul karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus
Fungsi Protein
Sebagai Enzim
Hampir semua reaksi biologis dipercepat atau di bantu oleh suatu senyawa makromolekul spesifik yang disebut enzim, dari reaksi yang sangat sederhana seperti reaksi transportasi karbondioksida yang sangat rumit seperti replikasi kromosom. Protein besar peranannya terhadap perubahan-perubahan kimia dalam system biologis.
Alat Pengangkut dan Penyimpanan
Banyak molekul dengan MB kecil serta beberapa ion dapat diangkut atau dipindahkan oleh protein-protein tertentu.Misalnya hemoglobin mengangkut oksigen dalam eritrosit, sedangkan mioglobin mengangkut oksigen dalam otot.
Pengatur PergerakanProtein merupakan komponen utama daging, gerakan otot terjadi karena adanya dua molekul
protein yang saling bergeseran.
Penunjang MekanikKekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang disebabkan adanya kolagen, suatu protein
berbentuk bulat panjang dan mudah membentuk serabut
Pertahanan Tubuh atau ImunisasiPertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibody, yaitu suatu protein khusus yang dapat
mengenal dan menempel atau mengikat benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh seperti virus, bakteri, dan sel-sel asing lain.
Media Perambatan Impuls SarafProtein yang mempunyai fungsi ini biasanya berbentuk reseptor, misalnya rodopsin, suatu
protein yang bertindak sebagai reseptor penerima warna atau cahaya pada sel-sel mata
Pengendalian PertumbuhanProtein ini bekerja sebagai reseptor (dalam bakteri) yang dapat mempengaruhi fungsi bagian-
bagian DNA yang mengatur sifat dan karakter bahan. (Lehninger, 1996)
Struktur Protein
Struktur protein distabilkan oleh 2 macam ikatan yang kuat (peptida dan sulfida) dan dua macam ikatan yang lemah(hidrogen dan hidrofobik). Ikatan peptida adalah struktur primer protein yang berasal dari gabungan asam amino L-alfa oleh ikatan alfa-peptida. Bukti utama untuk ikatan peptida sebagai ikatan struktur primer dituliskan sebagai berikut:
Protease adalah enzim yang menghidrolisis protein, menghaslkan polipeptida sebagai produknya. Enzim ini juga menghidrolisis ikatan peptida protein.
Spektrum inframerah protein menunjukkan adanya banyak ikatan peptida Dua protein, insulin dan ribonuklease telah disintesis hanya dengan menggabungkan asam-asam amino
dengan ikatan peptida. Protein mempunyai sedikit gugus karboksil dan gugus amina yang dapat dititrasi.
Protein dan polipeptida sintetik bereaksi dengan pereaksi biuret, membentuk warna merah lembayung. Reaksi ini spesifik untuk 2 ikatan peptida atau lebih.
Penyediaan difraksi sinar X pada tingkat kekuatan pisah 0,2mm telah menyajikan identifikasi ikatan peptida pada protein mioglobin dan hemoglobin. (Winarno, 1997)
Sifat-sifat umum dari protein yaitu :
Reaksi warna
Asam amino : Ninhidrin
Protein : Biuret
Denaturasi protein : perubahan sifat protein sehingga tidak alamiah lagi /kerusakan protein. sebab sebab denaturasi protein yaitu :
secara fisis : dikocok, sinar, dingin, panas
secara kimiawi : + asam, basa, organik
Pada denaturasi : ikatan lemah hilang ikatan kuat masih
B. Klasifikasi Protein
Klasifikasi protein berdasar sifat protein :
Kelarutan : albumin, globulin, fibrinogen Bentuk : globuler, fibrosa Sifatnya dengan elektroforesis Sedimentasi : VLDL, IDL, LDL, HDL. Imunologis : Ig A, D, E, G, M. Struktur tiga dimensi : primer, sekunder, tertier, kuarterner Fungsi biologis : struktural, enzim
Untuk mengetahui kecukupan protein yaitu dengan mengukur keseimbangan nitrogen.
Keseimbangan nitrogen : perbedaan antara N yang masuk : keluar
Positif :Masuk > keluar contoh anak sedang tumbuh, ibu hamil
Negatif :Masuk < keluar contohnya pasien setelah operasi, kanker lanjut, kwashirkor,marasmus, makan protein.
C. Metabolisme Protein
Protein Tubuh
¾ zat padat tubuh terdiri dari protein (otot, enzim, protein plasma, antibodi, hormon) Protein merupakan rangkaian asam amino dengan ikatan peptide Banyak protein terdiri ikatan komplek dengan fibril → protein fibrosa Macam protein fibrosa: kolagen (tendon, kartilago, tulang); elastin (arteri); keratin (rambut,
kuku); dan aktin-miosin
Macam Protein
Peptide: 2 – 10 asam amino Polipeptide: 10 – 100 asam amino Protein: > 100 asam amino Antara asam amino saling berikatan dengan ikatan peptide Glikoprotein: gabungan glukose dengan protein Lipoprotein: gabungan lipid dan protein
Asam Amino
Asam amino dibedakan: asam amino esensial dan asam amino non esensial Asam amino esensial: T2L2V HAMIF (treonin, triptofan, lisin, leusin, valin → histidin, arginin,
metionin, isoleusin, fenilalanin) Asam amino non esensial: SAGA SATGA (serin, alanin, glisin, asparadin → sistein, asam aspartat,
tirosin, glutamin, asam glutamat)
Transport Protein
Protein diabsorpsi di usus halus dalam bentuk asam amino → masuk darah Dalam darah asam amino disebar keseluruh sel untuk disimpan Didalam sel asam amino disimpan dalam bentuk protein (dengan menggunakan enzim) Hati merupakan jaringan utama untuk menyimpan dan mengolah protein
Penggunaan Protein Untuk Energi
Jika jumlah protein terus meningkat → protein sel dipecah jadi asam amino untuk dijadikan energi atau disimpan dalam bentuk lemak
Pemecahan protein jadi asam amino terjadi di hati dengan proses: deaminasi atau transaminasi Deaminasi: proses pembuangan gugus amino dari asam amino Transaminasi: proses perubahan asam amino menjadi asam keto
Pemecahan Protein
1. Transaminasi:
alanin + alfa-ketoglutarat → piruvat + glutamat2. Diaminasi:
asam amino + NAD+ → asam keto + NH3
NH3 → merupakan racun bagi tubuh, tetapi tidak dapat dibuang oleh ginjal → harus diubah dahulu jadi urea (di hati) → agar dapat dibuang oleh ginjal
Ekskresi NH3
NH3 → tidak dapat diekskresi oleh ginjal NH3 harus dirubah dulu menjadi urea oleh hati Jika hati ada kelainan (sakit) → proses perubahan NH3 → urea terganggu → penumpukan NH3
dalam darah → uremia NH3 bersifat racun → meracuni otak → coma Karena hati yang rusak → disebut Koma hepatikum
Pemecahan Protein
Deaminasi maupun transaminasi merupakan proses perubahan protein → zat yang dapat masuk kedalam siklus Krebs
Zat hasil deaminasi/transaminasi yang dapat masuk siklus Krebs adalah: alfa ketoglutarat, suksinil ko-A, fumarat, oksaloasetat, sitrat
Singkatan Asam Amino
Arg, His, Gln, Pro: Arginin, Histidin, Glutamin, ProlinIle, Met, Val: Isoleusin, Metionin, ValinTyr, Phe: Tyrosin, Phenilalanin karboksikinase
Ala, Cys, Gly, Hyp, Ser, Thr: Alanin, Cystein, Glysin, Hydroksiprolin, Serin, ThreoninLeu, Lys, Phe, Trp, Tyr: Leusin, Lysin, Phenilalanin, Triptofan, Tyrosin
Siklus Krebs
Proses perubahan asetil ko-A → H + CO2 Proses ini terjadi didalam mitokondria Pengambilan asetil co-A di sitoplasma dilakukan oleh: oxalo asetat → proses pengambilan ini
terus berlangsung sampai asetil co-A di sitoplasma habis Oksaloasetat berasal dari asam piruvat Jika asupan nutrisi kekurangan KH → kurang as. Piruvat → kurang oxaloasetat
Rantai Respirasi
H → hasil utama dari siklus Krebs ditangkap oleh carrier NAD menjadi NADHH dari NADH ditransfer ke → Flavoprotein → Quinon → sitokrom b → sitokrom c → sitokrom aa3 → terus direaksikan dengan O2 → H2O + E
Rangkaian transfer H dari satu carrier ke carrier lainya disebut Rantai respirasiRantai Respirasi terjadi didalam mitokondria → transfer atom H antar carrier memakai enzim Dehidrogenase → sedangkan reaksi H + O2 memakai enzim OksidaseUrutan carrier dalam rantai respirasi adalah: NAD → Flavoprotein → Quinon → sitokrom b → sitokrom c → sitokrom aa3 → direaksikan dengan O2 → H2O + E
Fosforilasi Oksidatif
Dalam proses rantai respirasi dihasilkan energi yang tinggi → energi tsb ditangkap oleh ADP untuk menambah satu gugus fosfat menjadi ATPFosforilasi oksidatif adalah proses pengikatan fosfor menjadi ikatan berenergi tinggi dalam proses rantai respirasi
Fosforilasi oksidatif → proses merubah ADP → ATP
Kreatin Dan Kreatinin
Kreatin disintesa di hati dari: metionin, glisin dan argininDalam otot rangka difosforilasi membentuk fosforilkreatin (simpanan energi)
istirahatKreatin + ATP ↔ Fosforilkreatin → Kreatinin gerak urine
3. Identifikasi,Klasifikasi dan Metabolisme Protein
A. Identifikasi Lemak
Dasar Teori
Lilipida adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air tapi dapat diekstraksi dengan pelarut non polar seperti khloroform, eter, benzena, alcohol, aseton, dankarbondisulfid.Lipid juga merupakan kelompok senyawa beraneka ragam.Lemak dikenalmerupakan salah satu dari senyawa lipid.Adapun yang termasuk senyawa lipid antara lain kolesterol, steroid, dan terpenoid.
Pengertian Lemak
Lilipid berasal dari kata Yunani yang berarti lemak. Secara bahasa lipid merupakan lemak, sedangkan kalau dilihat dari stukturnya, lipid merupakan senyawa trimester yang dibentuk dari senyawa gliserol dan berbagai asam karboksilat rantai panjang. Jadi lemak disusun dari dua jenis molekul yang lebih kecil yaitu gliserol dan asam lemak. Gliserol adalah sejenis alkohol yang memiliki tiga karbon yang masing-masing mengandung sebuah gugus hidroksil.
Asam lemak memiliki kerangka karbon yang panjang, umumnya 16 sampai18 atom karbon, panjangnya salah satu ujung asam lemak itu adalah kepala yang terdiri atas suatu gugus karboksil dan gugus fungsional yang menyebabkan molekul ini disebut asamlemak, yang berikatan dengan gugus karboksilat itu adalah hidrokarbon panjang yang disebutekor.
Sifat dari lemak:
a) Hidrofobik (sulit untuk larut dalam air). b) Hanya larut dalam larutan non-polar seperti klorofom, eter, dan benzene.c) 1 gram lemak menghasilkan 39.06 kjoule atau 9,3 kcal.d)
Lemak terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen.
Fungsi utama lemak: Sebagai penyekat, bantalan dan cadangan energi. Fungsi penyekat tampak jelas pada membran sel. Seluruh sel mahluk hidup dibungkus oleh membranyang antara lain terdiri dari molekul-molekul lemak yang tersusun sedemikian rupa sehinggaisi sel terpisah dari dunia luar. Fungsi penyekat tampak jelas pula pada sel-sel syaraf. Baik selsyaraf maupun serat syaraf diliputi oleh sarung pembungkus yang disebut MIELIN, yangterutama terdiri atas lemak. Fungsi sebagai bantalan tampak misalnya pada jaringan bawahkulit, yang menebal ditempat-tempat tertentu dan juga disekitar berbagai alat didalam ronggatubuh dan dibelakang bola mata.
Lemak juga merupakan bentuk cadangan energi bagi tubuh.Senyawa ini dibentuk bila tubuh kelebihan makanan dan dipecah bila tubuh kekuranganenergi. Secara kasar tampak dalam bentuk perubahan berat badan atau dalam bentuk gemuk dan kurus.
Senyawa organik ini terdapat dalam semua sel dan berfungsi sebagai :
1. Penyimpan energi dan transpor
2. Struktur membrane
3. Kulit pelindung, komponen dinding sel
4. Penyampai kimia
Beberapa senyawa lipida mempunyai aktivitas biologis yang sangat penting dalam tubuh,diantaranya vitamin dan hormon. Ditinjau dari sudut nutrisi, lemak merupakan sumber kalori penting disamping berperan sebagai pelarut berbagai vitamin.a.
a) Lipid TerhidrolisisLipid terhidrolisis merupakan ester dari gliserol dengan suatu asam lemak atau asam fosfatyang mengikat etanolamin atau serin b.
b) Steroidmerupakan senyawa turunan (derivat) lipid yang tidak terhidrolisis. Senyawa yang termasuk turunan steroid, misalnya kolesterol, ergosterol, dan estrogen. Pada umumnya steroid berfungsi sebagai hormon. Steroid mempunyai struktur inti. Perbedaan jenis steroid yang satu dengan steroid yang lain terletak pada rantai samping (cabang) yang diikatnya.c.
c) TerpenoidSeperti halnya steroid, terpenoid juga merupakan derivat dari lipid. Senyawa ini umumnyaterdapat pada minyak atsiri, misalnya sitral (minyak sereh), geraniol (minyak mawar),limonen (jeruk), dan juga sebagai vitamin A.
Secara Kimia,Lemak terbagi tiga , yaitu:
Lemak Sederhana
Lemak jenis ini bila dihidrolisis akan menghasilkan alkohol, biasanya berupa gliserol,serta menghasilkan asam lemak. Contoh yang paling banak ditemukan adalah Triasil gliserolyang disebut juga Trigliserida (TG), yang ditemukan antara lain dalam serum, dalam minyak kelapa dan dalam berbagai minyak lain yang berasal dari mahluk hidup.
Lemak Majemuk
Lemak jenis ini bila dihidrolisis akan menghasilkan alkohol, asam lemak dan senyawalain seperti fosfat, asam amino, basa organik, sepert kolin atau betain. Umumnya lemak majemuk mengandung listrik atau paling tidak mempunyai pengkutuban muatan dalammolekulnya, sehingga menjadi lebih mudah berinteraksi dengan air.Lemak Majemuk ini ikut menyusun membran sel dan juga selubung sel dan serat syaraf.
Turunan Lemak
Yaitu berbagai senyawa yang diperoleh dari hidrolisis atau pemecahan kedua jenis lemak terdahulu. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Gliserol dan berbagai alkohol lain yang ikut menyusun lemak, asam lemak, dengan ikatan rangkap (ikatan tak jenuh) dan asam lemak tanpa ikatan rangkap (jenuh), kolesterol dan berbagai macam senyawa steroid seperti hormonsteroid (kortisol, prednison, estrogen, progesteron, testosteron, dan aldosteron).Meskipun bukan termasuk lemak, perlu juga
diketahui bahwa vitamin-vitamin A, D, E dan K sangat memerlukan lemak untuk dapat diserap dan digunakan tubuh. Karena vitamin-vitamin ini tidak larut dalam air dan hanya larut dalam lemak atau pelarut lemak.
Lipida dapat dikelompokkan menurut sifat kimia dan sifat fisiknya,antara lain
Lipida SederhanaKelompok ini disebut juga homolipida yaitu suatu bentuk ester yang mengandung karbon,
hydrogen, dan oksigen. Jika dihidrolisis, lipida yang termasuk ini hanya menghasilkan asam lemak dan alcohol.Lipida sederhana ini dapat dibagi kedalam tiga golongan, yaitu:
a.Lemak, ester asam lemak dan gliserol
b.Lilin, ester asam lemak
Lipida Majemuk Kelompok ini berupa ester asam lemak dengan alcohol yang mengandung gugus lain,contohnya fosfolipida, serebrosida (glikolipida), sulfolipida, amino, lipida, dan lipoprotein.
Derivat LipidaDerivat lipida merupakan hasil hidrolisis kelompok yang telah disebut terdahulu.Termasuk
kedalam golongan ini ialah asam lemak, gliserol, steroid, alcohol, aldehida, danketon.
Berdasarkan ada tidaknya ikatan rangkap, asam lemak terbagi menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Hewan-hewan tingkat yang lebih tinggi dapat mengadakan biosintesa asam-asam lemak jenuh dan yang mono tak jenuh dari sumber-sumber lain seperti karbohidrat.
Lemak ini merupakankomponen utama lemak simpanan pada sel-sel hewan dan tumbuhan, terutama pada jaringan adipose vertebrata. Sifat-sifat fisik lemak netral mencerminkan susunan asam lemak dari lemak.
B.Klasifikasi Lemak
Klasifikasi lemak dan minyak dapat ditinjau dari beberapa aspek, salah satunya yang adalah aspek kejenuhannya. Lemak dan minyak dapat dibedakan berdasarkan ikatan rangkapnya (jenuh dan tak jenuh). Jenuh jika hanya memiliki satu ikatan rangkap dan tak jenuh jika memiliki dua dan tiga ikatan rangkap. Berikut contohnya :
Asam Lemak Jenuh
Nama asam Struktur Sumber
Butirat CH3(CH2)2CO2H Lemak susu
Palmitat CH3(CH2)14CO2H Lemak hewani dan nabati
Stearat CH3(CH2)16CO2H Lemak hewani dan nabati
Asam Lemak Tak Jenuh
Nama asam Struktur Sumber
Palmitoleat CH3(CH2)5CH=CH(CH2)7CO2HLemak hewani dan
nabati
Oleat CH3(CH2)7CH=CH(CH2) 7CO2HLemak hewani dan
nabati
Linoleat CH3(CH2)4CH=CHCH2CH=CH(CH2)7CO2H Minyak nabati
Linolenat CH3CH2CH=CHCH2CH=CHCH2=CH (CH2) 7CO2H Minyak biji rami
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung ikatan tunggal pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak jenuh mempunyai rantai zig-zig yang dapat cocok satu sama lain, sehingga, sehingga biasanya berwujud padat. Sedangkan asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung satu ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya . asam lemak dengan lebih dari satu
ikatan dua tidak lazim,terutama terdapat pada minyak nabati,minyak ini disebut poliunsaturat. Trigliserida tak jenuh ganda (poliunsaturat) cenderung berbentuk minyal.
Sifat Fisika Lemak
Pada suhu kamar, lemak hewan pada umumnya berupa zat padat, sedangkan lemak dari tumbuhan berupa zat cair.
Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi mengandung asam lemak jenuh, sedangkan lemak yang mempunyai titik lebur rendah mengandung asam lemak tak jenuh. Contoh: Tristearin (ester gliserol dengan tiga molekul asam stearat) mempunyai titik lebur 71 °C, sedangkan triolein (ester gliserol dengan tiga molekul asam oleat) mempunyai titik lebur –17 °C.
Lemak yang mengandung asam lemak rantai pendek larut dalam air, sedangkan lemak yang mengandung asam lemak rantai panjang tidak larut dalam air.
Semua lemak larut dalam kloroform dan benzena. Alkohol panasmerupakan pelarut lemak yang baik.
Sifat Kimia Lemak
1. EsterifikasiProses esterifikasi bertujuan untuk merubah asam-asam lemak bebas dari trigliserida, menjadi
bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia yang disebut interifikasi serta penukaran ester (transesterifikasi)
2. HidrolisaDalam reaksi hidrolisis, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam-asam lemak bebas dan
gliserol. Reaksi ini mengakibatkan kerusakan lemak dan minyak. Hal ini terjadi disebabkan adanya sejumlah air dalam lemak dan minyak tersebut.
3. PenyabunanReaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa kepada trigliserida. Bila reaksi
penyabunan telah selesai, maka lapisan air yang mengandung gliserol dapat dipisahkan dengan cara penyulingan.
4. HidrogenasiProses hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai karbon asam lemak atau
minyak Setelah proses hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan disaring. Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhan.
5. Pembentukan ketonKeton dihasilkan melalui penguraian dengan cara hidrolisa ester.
6. OksidasiOksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan lemak atau
minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik pada lemak atau minyak.
C.Metabolisme Lipid/Lemak
Lipid yang kita peroleh sebagai sumber energi utamanya adalah dari lipid netral, yaitu trigliserid (ester antara gliserol dengan 3 asam lemak). Secara ringkas, hasil dari pencernaan lipid adalah asam lemak dan gliserol, selain itu ada juga yang masih berupa monogliserid. Karena larut dalam air, gliserol masuk sirkulasi portal (vena porta) menuju hati. Asam-asam lemak rantai pendek juga dapat melalui jalur ini.
Struktur miselus. Bagian polar berada di sisi luar, sedangkan bagian non polar berada di sisi dalam
Sebagian besar asam lemak dan monogliserida karena tidak larut dalam air, maka diangkut oleh miselus (dalam bentuk besar disebut emulsi) dan dilepaskan ke dalam sel epitel usus (enterosit). Di dalam sel ini asam lemak dan monogliserida segera dibentuk menjadi trigliserida (lipid) dan berkumpul berbentuk gelembung yang disebut kilomikron. Selanjutnya kilomikron ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan bermuara pada vena kava, sehingga bersatu dengan sirkulasi darah. Kilomikron ini kemudian ditransportasikan menuju hati dan jaringan adiposa.
Di dalam sel-sel hati dan jaringan adiposa, kilomikron segera dipecah menjadi asam-asam lemak dan gliserol. Selanjutnya asam-asam lemak dan gliserol tersebut, dibentuk kembali menjadi simpanan trigliserida. Proses pembentukan trigliserida ini dinamakan esterifikasi. Sewaktu-waktu jika kita membutuhkan energi dari lipid, trigliserida dipecah menjadi asam lemak dan gliserol, untuk ditransportasikan menuju sel-sel untuk dioksidasi menjadi energi. Proses pemecahan lemak jaringan ini dinamakan lipolisis. Asam lemak tersebut ditransportasikan oleh albumin ke jaringan yang memerlukan dan disebut sebagai asam lemak bebas (free fatty acid/FFA).
Secara ringkas, hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah asam lemak dan gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam lemak mengalami esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol menjadi trigliserida sebagai cadangan energi jangka panjang. Jika sewaktu-waktu tak tersedia sumber energi dari karbohidrat barulah asam lemak dioksidasi, baik asam
lemak dari diet maupun jika harus memecah cadangan trigliserida jaringan. Proses pemecahan trigliserida ini dinamakan lipolisis.
Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan asetil KoA. Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme karbohidrat dan protein, asetil KoA dari jalur inipun akan masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga dihasilkan energi. Di sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai trigliserida.
Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA. Asetil KoA mengalami kolesterogenesis menjadi kolesterol. Selanjutnya kolesterol mengalami steroidogenesis membentuk steroid. Asetil KoA sebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses ini dinamakan ketogenesis. Badan-badan keton dapat menyebabkan gangguan keseimbangan asam-basa yang dinamakan asidosis metabolik. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian.
Proses Metabolisme Lipid (Lemak) terdapat dalam semua bagian tubuh manusia terutama dalam otak
Beberapa peranan biologi dari lipid sebagai berikut.1. Sebagai komponen struktur membran.2. Sebagai lapisan pelindung pada beberapa jasad.3. Sebagai bentuk energi cadangan.4. Sebagai komponen permukaan sel yang berperan dalam proses kekebalan jaringan.5. Sebagai komponen dalam proses pengangkutan melalui membran
.
Lipid yang terdapat sebagai bagian dari makanan hewan merupakan campuran lipid yang sederhana (terpena dan steorida) dan yang kompleks (triasilgliserol, fosfolipid, sfingolipid, dan lilin) berasal dari tanaman maupun jaringan hewan. Dalam mulut dan lambung, lipid tadi belum mengalami pemecahan yang berarti. Setelah berada dalam intestin, lipid kompleks terutama triasilgliserolnya dihidrolisis oleh lipase menjadi asam lemak bebas dan sisa. Enzim lipase diaktifkan oleh hormon epineprin. Enzim ini dibantu oleh garam asam empedu (terutama asam kholat dan taurokholat) yang disekresikan oleh hati. Fungsi garam tersebut ialah mengemulsi makanan berlemak sehingga terbentuklah emulsi partikel lipid yang sangat kecil. Oleh karena itu, permukaan lipid menjadi lebih besar dan lebih mudah dihirolisis oleh lipase. Enzim ini tidak peka terhadap larutan lemak sempurna. Reaksi hidrolisisnya berlangsung sebagai berikut.
Berdasarkan reaksi tersebut dapat diketahui bahwa lipase pankreas hanya bisa menghidrolisis ikatan ester pada atom C nomor 1 dan 3 yang hasilnya asam lemak bebas dan monoasil gliserol. Dengan bantuan misel-misel garam empedu maka asam lemak bebas, monoasil gliserol, kolesterol, dan vitamin membentuk sebuah kompleks yang kemudian menempel (diabsorpsi) pada permukaan sel mukosal. Senyawa-senyawa tersebut selanjutnya menembus membran sel mukosal dan masuk ke dalamnya. Miselmisel garam empedu melepaskan diri dan meninggalkan permukaan sel mukosal.
Dalam sel mukosal, asam lemak bebas monoasil gliserol disintesis kembali menjadi triasil gliserol yang setelah bergabung dengan albumin, kolesterol, dan lain-lain membentuk siklomikron. Siklomikron tersebut pada akhirnya masuk ke dalam darah, kemudian sampai ke hati dan jaringan lain yang memerlukannya. Sebelum masuk ke dalam sel, triasil gliserol dipecah dulu menjadi asam lemak bebas dan gliserol oleh lipoprotein lipase. Katabolisme adalah proses penguraian dan pembebasan dari zat-zat organik.
Asam lemak adalah suatu senyawa yang terdiri atas panjang hidrokarbon dan gugus karboksilat yang terikat pada ujungnya. Asam lemak mempunyai dua peranan fisiologi yang penting, yaitu:
Pembentuk fosfolipid dan glikolipid yang merupakan molekul amfipotik sebagai komponen membran biologi
Sebagai molekul sumber energi.Proses metabolisme lemak sebagai komponen bahan makanan yang masuk ke dalam tubuh
hewan, dimulai dengan proses pencernaannya di dalam usus oleh enzim. Asam lemak bersenyawa kembali dengan gliserol membentuk lemak yang kemudian diangkut oleh pembuluh getah bening.
Selanjutnya, lemak disimpan di jaringan adiposa (jaringan lemak). Jika dibutuhkan, lemak akan diangkut ke hati dalam bentuk lesitin yang dihidrolisis oleh lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Gliserol diaktifkan oleh ATP menjadi gliserol fosfat dan akhirnya mengalami oksidasi, seperti glukosa. Rantai karbon asam lemak diolah di dalam mitokondria sehingga dihasilkan asetil koenzim yang selanjutnya dapat masuk ke dalam Siklus Krebs.
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan
1. Karbohidrat atau Hidrat Arang adalah suatu zat gizi yang fungsi utamanya sebagai penghasil enersi, dimana setiap gramnya menghasilkan 4 kalori.
2. Lemak, disebut juga lipid, adalah suatu zat yang kaya akan energi, berfungsi sebagai sumber energi yang utama untuk proses metabolisme tubuh.
3. Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar dalam tubuh sesudah air.
B. Saran
Karena dalam mempelajari kimia tentang karbohidrat,protein,lemak (lipid) ,masih banyak yang belum kita pahami, oleh karena itu kita harus terus mempelajari lebih dalam lagi tentang kimia lebih spesifik terutama dalam materi karbohidrat,protein,lemak(lipid),
Posted 26th May by Dewi Anggraini
0
Add a comment
Analis Kesehatan D3
Classic Flipcard Magazine Mosaic Sidebar Snapshot Timeslide
1.
May
26
[BIOKIMIA] Identifikasi,Klasifikasi dan Metabolisme Karbohidrat,Protein,Lypid
BAB I
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Ada tiga komponen penting penghasil energi yang sangat di butuhkan bagi setiap manusia :
karbohidrat, lemak, dan protein. Khususnya bagi negara Indonesia sendiri yang sangat terkenal
dengan gizi buruk sampai saat ini.
Karbohidrat sebagai zat gizi merupakan nama kelompok zat-zat organik yang mempunyai
struktur molekul yang berbeda-beda, meski terdapat persamaan-persamaan dari sudut kimia
dan fungsinya. Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan
makanan, misalnya rasa, warna, tekstur, dan lain-lain. Karbohidrat yang terasa manis disebut
gula (sakar). Dari beberapa golongan karbohidrat, ada yang sebagai penghasil serat-serat yang
sangat bermanfaat sebagai diet (dietary fiber) yang berguna bagi pencernaan manusia.
Lemak adalah sekelompok ikatan organik yang terdiri atas unsur-unsur Carbon (C), Hidrogen (H)
dan Oksigen (O), yang mempunyai sifat dapat larut dalam zat-zat pelarut tertentu (zat pelarut
lemak), seperti ether. Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi bersifat padat pada suhu kamar,
sedangkan yang mempunyai titik lebur rendah, bersifat cair. Lemak yang padat pada suhu kamar
disebut lemak gaji, sedangkan ya