bahan imunisasi 2

Upload: april-mitchell

Post on 10-Jan-2016

36 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sggfb

TRANSCRIPT

MAKALAHIMUNISASIDi ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Kedokteran Klinik

Di susun oleh :Kelompok 2Andri SutiawanDesmyati AlfaGina BayinahIndrawanTita

STIKes Karsa Husada GarutDIII KeperawatanKATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari sempurna dan disana sini masih banyak kekurangan dan, oleh sebab itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.Pada kesempatan ini juga kami tak lupa mengucapkan terima kasih.Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.Amin.

iDAFTAR ISIHalamanKATA PENGANTAR iDAFTAR ISI .. iiBAB I PENDAHULUANA.Latar Belakang 1B.Pembahasan Masalah . 2BAB II PEMBAHASANA.Pengertian Imunisasi . 3B.Tujuan Pemberian Imunisasi . 3C.Jenis-Jenis Imunisasi . 3D.Efek Imunisasi .. 9E.Penyakit Penyakit Yang Ditimbulkan Pada Anak Yang Tidak Di Imunisasi 14F. Imuisasi MMR .. 20G.Penyakit Yang Kemungkinan Akan Ada Bila Tidak Mendapat Imunisasi MMR 21H. Jadwal Pemberian Imunisasi . 28BAB III PENUTUPA.KESIMPULAN .. 33DAFTAR ISI .. 34

iiBAB IPENDAHULUAN

A.Latar BelakangTuhan menciptakan setiap makhluk hidup dengan kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap ancaman dari luar dirinya.Salah satu ancaman terhadap manusia adalah penyakit,terutama penyakit infeksi yang di bawa oleh berbagai macam mikroba seperti virus,bakteri,parasit,jamur.Tubuh mempunyaicara dan alat untuk mengatasi penyakit sampai batas tertentu. Beberapa jenis penyakit seperti pilek, batuk, dan cacar air dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Dalam hal ini dikatakan bahwa sistem pertahanan tubuh (sistem imun) orang tersebut cukup baikuntuk mengatasi dan mengalahkan kuman-kuman penyakit itu. Tetapi bila kumanpenyakit itu ganas, sistem pertahanan tubuh (terutama pada anak-anak atau padaorang dewasa dengan daya tahan tubuh yang lemah) tidak mampu mencegah kuman itu berkembangbiak sehingga dapat mengakibatkan penyakit berat yang membawa kepada cacat atau kematian.Apakah yang dimaksudkan dengan sistem imun? Kata imun berasal daribahasa Latin immunitasyang berarti pembebasan (kekebalan) yang diberikan kepada parasenator Romaw selama masa jabatan mereka terhadapkewajiban sebagaiwarganegara biasa dan terhadap dakwaanDalam sejarah istilah inikemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindunganterhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap penyaki menular. Sistem imunadalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yangdihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawanbenda asing seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya, yang masuk ke dalam tubuh.

1Kuman disebut antigen. Pada saat pertama kali antigen masuk ke dalam tubuh,maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi.Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat,karena tubuh belum mempunyai "pengalaman." Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalamjumlah yang lebih banyak.Itulah sebabnya pada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinas.Hal inidimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakittersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal.Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktifadalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikandengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnyaadalah imunisasi polio atau campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikansejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnyaadalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami lukakecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayitersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah placenta selamamasa kandungan, misalnya antibodi terhadap campak.B.Pembahasan Masalah :1.Pengertian Imunisasi2.Penyakit-penyakit yang di timbulkan pada anak yang tidak di imunisasi3.Imunisasi Mmr4.Penyakit-penyakit yang di timbulkan pada anak yang kemungkinan akan di alami bila tidak mendapat Imunisasi Mmr5.Jadwal pemberian imunisasi

2BAB IIPEMBAHASAN

A.Pengertian ImunisasiImunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit denganmemasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedangmewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yangberarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikankekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar daripenyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistemkekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadapserangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapiharus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangatmembahayakan kesehatan dan hidup anak.B.Tujuan Pemberian ImunisasiTujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untukmengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatanbahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya Beberapa penyakit yangdapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri,tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya.C.Jenis-Jenis Imunisasi1.BCG2.Hepatitis B3.Polio4.DTP5.Campak

31. Imunisasi BCGKepanjangan BCG ? Mungkin karena susah mengucapkannya makanya jarangyang hafal kepanjangannya. Bacillus Calmette-Guerin. BCG adalah vaksin untukmencegah penyakit TBC, orang bilang flek paru. Meskipun BCG merupakan vaksinyang paling banyak di gunakan di dunia (85% bayi menerima 1 dosis BCG padatahun 1993), tetapi perkiraan derajat proteksinya sangat bervariasi dan belum adapenanda imunologis terhadap tuberculosis yang dapat dipercaya.Royan said : maksudnya, kekebalan yang dihasilkan dari imunisasi BCG inibervariasi. Dan tidak ada pemerikasaan laboratorium yang bisa menilai kekebalanseseorang pada penyakit TBC setelah diimunisasi. Berbeda dengan imunisasihepatitis B, kita bisa memeriksa titer anti-HBsAg pada laboratotrium, bila hasilnya >10 g dianggap memiliki kekebalan yang cukup terhadap hepatitis B.Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kemampuan proteksi BCGberkurang jika telah ada sensitisasi dengan mikobakteria lingkungan sebelumnya,tetapi data ini tidak konsisten.Royan said : maksudnya, kalau sih anak sudah kemasukkan kuman TBCsebelum diimunisasi, proses pembentukan antibbodi setelah diimunisasi kurangmemuaskan.Karena itu, BCG dianjurkan diberikan umur 2-3 bulan) atau dilakukan ujituberkulin dulu (bila usia anak lebih dari 3 bulan.IDAI) untuk mengetahui apakahanak telah terinfeksi TBC atau belum (lihat jadwal imunisasi) Dan lagi, kekebalanuntuk penyakit TBC tidak diturunkan dari ibu ke anak (imunitas seluler), karena ituanak baru lahir tidak punya kekebalan terhadap TBC. Makanya ibu-ibu harus segeramemberikan imunisasi BCG buat anaknya.Perlu diketahui juga, derajat proteksi imunisasi BCG tidak ada hubungannyadengan hasil tes tuberkulin sesudah imunisasi dan ukuran parut (bekas luka suntikan)dilengan. Jadi tidak benar kalau parutnya kecil atau tidak tampak maka imunisasinyadianggap gagal.

4Imunsasi BCG diberikan dengan dosis 0,05 ml pada bayi kurang dari 1 tahun,dan 0,1 ml pada anak. Disuntikkan secara intrakutan.Royan said : maksudnya disuntikkan ke dalam lapisan kulit (bukan di otot).Bila penyuntikan benar, akan ditandai kulit yang menggelembung.BCG ulang tidak dianjurkan karena manfaatnya diragukan.BCG tidak dapatdiberikan pada penderita dengan gangguan kekebalan seperti pada penderita lekemia(kanker darah), anak dengan pengobatan obat steroid jangka panjang dan penderitainfeksi HIV.(Sumber : system imun,imunisasi,dan penyakit imun. Prof.Dr.dr. A. SamikWahab, Spa(K). Widya Medika)2.Imunisasi Hepatitis BImunisasi hepatitis B ini juga merupakan imunisasi yang diwajibkan, lebihdari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya. Jikamenyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejaklahir telah terinfeksi virud hepatitis B (VHB) dapat menyebabkan kelainan-kelainanyang dibawanya terus hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutanhati.Banyak jalan masuk virus hepatitis B ke tubuh si kecil. Yang potemsialmelalui jalan lahir. Cara lain melalui kontak dengan darah penderita, semisal transfusidarah. Bisa juga melali alat-alat medis yang sebelumnya telah terkontaminasi darahdari penderita hepatitis B, seperti jarum suntik yang tidak steril atau peralatan yangada di klinik gigi. Bahkan juga bisa lewat sikat gigi atau sisir rambut yang digunakanantar anggota keluarga.Malangnya, tak ada gejala khas yang tampak secara kasat mata. Bahkan olehdokter sekalipun. Fungsi hati kadang tak terganggu meski sudah mengalami sirosis.Anak juga terlihat sehat, nafsu makan baik, berat badan juga normal. Penyakit barudiketahui setelah dilakukan pemeriksaan darah.

5Upaya pencegahan adalah langkah terbaik. Jika ada salah satu anggotakeluarga dicurigai kena Virus Hepatitis B, biasanya dilakukan screening terhadapanak-anaknya untuk mengetahui apakah membawa virus atau tidak. Selain itu,imunisasi merupakan langkah efektif untuk mencegah masuknya virus hepatitis B.Jumlah Pemberian Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikanpertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga.Usia Pemberian Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat,kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan padausia 1 bulan, dan usia 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB,selain imunisasi tsb dilakukan tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalamwaktu sebelum usia 24 jamLokasi Penyuntikan Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler.Sedangkan pada bayi di paha lewat anterolateral (antero= otot-otot bagian depan,lateral= otot bagian luar). Penyuntikan di bokong tidak dianjurkan karena bisamengurangi efektivitas vaksin.Tanda Keberhasilan:Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan.Namun dapat dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah denganmengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya di atas1000, berarti daya tahanya 8 tahun; diatas 500, tahan 5 tahun; diatas 200 tahan 3tahun. Tetapi kalau angkanya cuma 100, maka dalam setahun akan hilang. Sementarabila angkanya 0 berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi.Tingkat Kekebalan: Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya setelah 3 kalisuntikan, lbih dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup.Indikator Kontra: Tak dapat diberikan pada anak yang sakit berat3.PolioImunisasi polio ada 2 macam, yang pertama oral polio vaccine atau yang sering dilihat dimana mana yaitu vaksin tetes mulut.

5Sedangkan yang keduainactivated polio vaccine, ini yang disuntikkan. Kalo yang tetes mudah diberikan,murah dan mendekati rute penyakit aslinya, sehingga banyak digunakan. Kalo yang injeksi efek proteksi lebih baik tapi mahal dan tidak punya efek epidemiologis. Selain itu saat ini MUI telah mengeluarkan fatwa agar pemakaian vaksin polio injeksi hanya ditujukan pada penderita yang tidak boleh mendapat vaksin polio tetes karena dayatahan tubuhnya lemah Polio atau lengkapnya poliomelitis adalah suatu penyakit radang yang menyerang saraf dan dapat menyebabkan lumpuh pada kedua kaki. Walaupun dapat sembuh, penderita akan pincang seumur hidup karena virus ini membuat otot-otot lumpuh dan tetap kecil.Di wikipedia dijelaskan bahwa Polio sudah dikenal sejak zaman pra sejarah. Lukisan dinding di kuil-kuil Mesir kuno menggambarkan orang-orang sehat dengan kaki layu yang berjalan dengan tongkat. Kaisar Romawi Claudius terserang polio ketika masih kanak-kanak dan menjadi pincang seumur hidupnya.Virus polio menyerang tanpa peringatan merusak system saraf menimbulkan kelumpuhan permanen,biasanya pada kaki.Sejumlah besar penderita meninggal karena tidak dapat menggerakkan otot pernapasan. Ketika polio menyerang Amerika selama dasawarsa seusai Perang Dunia II, penyakit itu disebut momok semua orangtua, karena menjangkiti anak-anak terutama yang berumur di bawah lima tahun. Disana para orang tua tidak membiarkan anak mereka keluar rumah, gedung-gedungbioskop dikunci, kolam renang, sekolah dan bahkan gereja tutup.Virus polio menular secara langsung melalui percikan ludah penderita ataumakanan dan minuan yang dicemari.Pencegahannya dengan dilakukan menelan vaksin polio 2 (dua) tetes setiapkali sesuai dengan jadwal imunisasi.

64.DTPDeskripsi Vaksin Jerap DTP adalah vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan tetanus yang dimurnikan, serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi yangteradsorbsi ke dalam 3 mg / ml Aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakansebagai pengawet. Potensi vaksin per dosis tunggal sedikitnya 4 IU pertussis, 30 IUdifteri dan 60 IU tetanus. Indikasi Untuk Imunisasi secara simultan terhadap difteri, tetanus dan batukrejan. Komposisi Tiap ml mengandung Toksoid difteri yang dimurnikan 40 LfToksoid tetanus yang dimurnikan 15 Lf B, pertussis yang di inaktivasi 24 OUAluminium fosfat 3 mg Thimerosal 0,1 mg. Dosis dan cara pemberiaan vaksin harus di kocok dulu untuk menghomogenkan suspensi. Vaksin harus disuntikkan secara intramuskuler atausecara subkutan yang dalam. Bagian anterolateral paha atas merupakan bagian yangdirekomendasikan untuk tempat penyuntikkan. (Penyuntikan di bagian pantat padaanak-anak tidak direkomendasikan karena dapat mencederai syaraf pinggul). Tidakboleh disuntikkan pada kulit karena dapat menimbulkan reaksi lokal. Satu dosisadalah 0,5 ml. Pada setiap penyuntikan harus digunakan jarum suntik dan syringeyang steril.Di negara-negara dimana pertussis merupakan ancaman bagi bayi muda,imunisasi DTP harus dimulai sesegera mungkin dengan dosis pertama diberikan padausia 6 minggu dan 2 dosis berikutnya diberikan dengan interval masing-masing 4minggu. Vaksin DTP dapat diberikan secara aman dan efektif pada waktu yangbersamaan dengan vaksinasi BCG, Campak, Polio (OPV dan IPV), Hepatitis B, Hib.dan vaksin Yellow Fever.Kontraindikasi Terdapat beberapa kontraindikasi yang berkaitan dengansuntikan pertama DTP. Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahiratau gejala-gejala serius keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi dari komponen pertussis. Imunisasi DTP kedua tidak boleh diberikan kepada anak yangmengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama DTP. 7Komponen pertussis harus dihindarkan, dan hanya dengan diberi DT untuk meneruskan imunisasi ini. Untukindividu penderita virus human immunodefficiency (HIV) baik dengan gejalamaupun tanpa gejala harus diberi imunisasi DTP sesuai dengan standar jadual tertentu.5.CampakImunisasi campak sebenarnya bayi sudah mendapatkan kekebalan campakdari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagipenyakit campak mudah menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemahgampang sekali terserang penyakit yang disebabkan virus Morbili ini. Untungnya campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itubiasanya tak akan terkena lagi.Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus air ludah (droplet)penderita yang terhirup melalui hidung atau mulut. Pada masa inkubasi yangberlangsung sekitar 10-12 hari, gejalanya sulit dideteksi. Setelah itu barulah munculgejala flu (batuk, pilek, demam), mata kemerahabn dan berair, si kecil pun merasasilau saat melihat cahaya. Kemudian, disebelah dalam mulut muncul bintik-bintikputih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami diare. satu-duahari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5 derajat celcius.Seiring dengan itu barulah muncul bercak-bercak merah yang merupakan cirikhas penyakit ini. Ukurannya tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil.Awalnya haya muncul di beberapa bagian tubuh saja seperti kuping, leher, dada,muka, tangan dan kaki. Dalam waktu 1 minggu, bercak-bercak merah ini hanya dibeberapa bagian tibih saja dan tidak banyak.Jika bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengansendirinya. Bercak merah pun akan berubah menjadi kehitaman dan bersisik, disebuthiperpigmentasi.

8Pada akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atau sembuhdengan sendirinya. Umumnya dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anaksembuh benar dari sisa-sisa campak. Dalam kondisi ini tetaplah meminum obat yangsudah diberikan dokter. Jaga stamina dan konsumsi makanan bergizi. Pengobatannyabersifat simptomatis, yaitu mengobati berdasarkan gejala yang muncul. Hingga saatini, belum ditemukan obat yang efektif mengatasi virus campak.Jika tak ditangani dengan baik campak bisa sangat berbahaya. Bisa terjadikomplikasi, terutama pada campak yang berat. Ciri-ciri campak berat, selainbercaknya di sekujur tubuh, gejalanya tidak membaik setelah diobati 1-2 hari.Komplikasi yang terjadi biasanya berupa radang paru-paru dan radang otak.Komplikasi ini yang umumnya paing sering menimbulkan kematian pada anak.Usia dan Jumlah Pemberian Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali diusia 6 tahun. Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karenaantibodi dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnyamenyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasicampak, maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella).D.Efek Imunisasi1.Efek ImunisasiImunisasi memang penting untuk membangun pertahanan tubuh bayi. Tetapi,orangtua masa kini seharusnya lebih kritis terhadap efek samping imunisasi yangmungkin menimpa Si Kecil.Pertahanan tubuh bayi dan balita belum sempurna. Itulah sebabnya pemberian imunisasi, baik wajib maupun lanjutan, dianggap penting bagi mereka untukmembangun pertahanan tubuh. Dengan imunisasi, diharapkan anak terhindar dariberbagai penyakit yang membahayakan jiwanya.

9Di lain pihak, pemberian imunisasi kadang menimbukan efek samping.Demam tinggi pasca-imunisasi DPT, misalnya, kerap membuat orangtua was-was.Padahal, efek samping ini sebenarnya pertanda baik, karena membuktikan vaksinyang dimasukkan ke dalam tubuh tengah bekerja. Namun, kita pun tidak bolehmenutup mata terhadap fakta adakalanya efek imunisasi ini bisa sangat berat, bahkanberujung kematian. Realita ini, menurut Departemen Kesehatan RI disebut "KejadianIkutan Pasca Imunisasi"(KIPI). Menurut Komite Nasional Pengkajian danPenanggulangan (KN PP) KIPI, KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yangterjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi.2.Tidak Ada yang Bebas Efek SampingMenurut Komite KIPI, sebenarnya tidak ada satu pun jenis vaksin imunisasiyang aman tanpa efek samping. Oleh karena itu, setelah seorang bayi diimunisasi, iaharus diobservasi terlebih dahulu setidaknya 15 menit, sampai dipastikan tidak terjadiadanya KIPI (reaksi cepat).Selain itu, menurut Prof. DR. Dr. Sri Rejeki Hadinegoro SpA.(K), untukmenghindari adanya kerancuan antara penyakit akibat imunisasi dengan yang bukan,maka gejala klinis yang dianggap sebagai KIPI dibatasi dalam jangka waktu tertentu."Gejala klinis KIPI dapat timbul secara cepat maupun lambat. Dilihat dari gejalanyapun, dapat dibagi menjadi gejala lokal, sistemik, reaksi susunan saraf pusat, sertareaksi lainnya," terang Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)ini.Pada umumnya, semakin cepat KIPI terjadi, semakin cepat gejalanya. Pada keadaan tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari (pasca-vaksinasi rubella), bahkan 42 hari (pasca-vaksinasi campak dan polio). Reaksi jugabisa diakibatkan reaksi simpang (adverse events) terhadap obat atau vaksin, atau kejadian lain yang bukan akibat efek langsung vaksin, misalnya alergi. "Pengamatanjuga ditujukan untuk efek samping yang timbul akibat kesalahan teknik pembuatan,pengadaan, distribusi serta penyimpanan vaksin. Kesalahan prosedur dan teknikpelaksanaan imunisasi, atau semata-mata kejadian yang timbul kebetulan," demikian Sri.

10Penelitian Vaccine Safety Committee, Institute of Medicine (IOM), AS,melaporkan, sebagian besar KIPI terjadi karena faktor kebetulan. "Kejadian yang memang akibat imunisasi tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan teknikpelaksanaan atau pragmatic errors)," tukas dokter yang berpraktek di RSUPN CiptoMangunkusumo ini.Stephanie Cave MD, ahli medis yang menulis "Yang Orangtua Harus Tahu tentang Vaksinasi Pada Anak" menyebutkan, peluang terjadinya efek samping vaksinpada bayi dan anak-anak adalah karena mereka dijadikan target imunisasi massal olehpemerintah, pabrik vaksin, maupun dokter. Padahal, imunisasi massal yang memilikisikap "satu ukuran untuk semua orang" ini sangat berbahaya. Karena, "Setiap anakadalah pribadi tersendiri, dengan bangun genetika, lingkungan sosial, riwayatkesehatan, keluarga dan pribadi yang unik, yang bisa berefek terhadap cara merekabereaksi terhadap suatu vaksin," demikian Cave.3.Beberapa Kejadian Pasca-ImunisasiSecara garis besar, tidak semua KIPI disebabkan oleh imunisasi. Sebagianbesar ternyata tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Untuk lebih jelasnya, berikutini beberapa faktor KIPI yang bisa terjadi pasca-imunisasi:a.Reaksi SuntikanSemua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusukan jarum suntik, baiklangsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi suntikanlangsung misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat suntikan.Sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, pusing, mual, sampaisinkope atau pingsan.b.Reaksi SuntikanGejala KIPI yang disebabkan masuknya vaksin ke dalam tubuh umumnya sudah diprediksi terlebih dahulu karena umumnya "ringan". Misal, demam pasca-imunisasi DPT yang dapat diantisipasi dengan obat penurun panas.

11 Meski demikian,bisa juga reaksi induksi vaksin berakibat parah karena adanya reaksi simpang didalam tubuh (misal, keracunan), yang mungkin menyebabkan masalah persarafan,kesulitan memusatkan perhatian, nasalah perilaku seperti autisme, hingga resikokematian.c.Faktor KebetulanSeperti disebut di atas, ada juga kejadian yang timbul secara kebetulan setelahbayi diimunisasi. Petunjuk "faktor kebetulan" ditandai dengan ditemukannya kejadiansama di saat bersamaan pada kelompok populasi setempat, dengan karakterisitikserupa tetapi tidak mendapatkan imunisasi.d. Penyebab tidak di ketahuiBila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan kedalam salah satu penyebab, maka untuk sementara dimasukkan ke kelompok"penyebab tidak diketahui" sambil menunggu informasi lebih lanjut. Biasanya,dengan kelengkapan informasi akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI.'Imunisasi itu Aman' Ilmu Pengetahuan atau Fiksi?Keraguan tentang aman-tidaknya imunisasi bukan sesuatu yang mengada-ada.Saat ini sudah ada puluhan ribu kejadian buruk akibat imunisasi yang dilaporkan, danpuluhan ribu lainnya yang tidak dilaporkan. Pada anak-anak, imunisasi (danantibiotik) bertanggung jawab untuk sebagian besar reaksi negatif dibanding obat-obat resep lainnya. Jadi realitanya, tidak ada obat yang aman untuk setiap anak. Dan,beberapa obat lebih berbahaya dari pada beberapa obat lainnya.Keamanan imunisasi seharusnya berlandaskan pada ilmu pengetahuan yangbaik, bukan hipotesa, pendapat, keyakinan perorangan, atau pengamatan. Namunfaktanya, hingga kini banyak yang tidak diketahui para ilmuwan tentang cara kerjaimunisasi di dalam tubuh pada tingkat sel dan molekul. Tes yang memadai untukimunisasi juga tidak ada. Yang juga kurang, adalah pengertian tentang efek jangkapanjang dari imunisasi massal bagi bayi dan anak-anak.

12Yang diketahui adalah, sejakakhir tahun 1950-an, ketika imunisasi massal mulai diwajibkan di Amerika Serikat,telah terjadi peningkatan kasus kelainan sistem imun dan persarafan, termasukkesulitan memusatkan perhatian, asma, autisme, diabetes anak-anak, sindromakeletihan menahun, kesulitan belajar, rematoid artritis, multipel sklerosis, danmasalah kesehatan yang menahun lainnya.Di Amerika Serikat dan tempat-tempat lain di dunia, adanya peningkatanbesar jumlah masalah medis yang terkait dengan imunisasi yang dilaporkan orangtuadan profesional kedokteran, telah mencetuskan suatu gerakan yang menuntutdilakukannya lebih banyak kajian yang lebih baik tentang potensi efek buruk jangkapanjang atau menahun dari imunisasi.Imunisasi kadang dapat mengakibatkan efek samping. Ini adalah tanda baikyang membuktikan bahwa vaksin betuk-betul bekerja secara tepat.Efek samping yang biasa terjadi adalah sebaagai berikut:1.BCGSetelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah ditempatsuntikan. Setelah 23 minggu kemudian pembengkakan menjadi abses kecildan kemudian menjadi luka dengan garis tengah 10 mm. Luka akan sembuhsendiri dengan meninggalkan luka parut yang kecil.2.DPTKebanyakan bayimenderita panaspada waktusoreharisetelah mendapatkan imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan hilang dalam waktu2 hari. Sebagian besar merasa nyeri sakit, kemerahan atau bengkak di tempatsuntikan.Keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu mendapatkanpengobatan khusus, akan sembuh sendiri.Bila gejala diatas tidak timbul tidakperlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak memberikan perlindungan danImunisasi tidak perlu diulang.3.POLIO :Jarang timbuk efek samping.

134.CAMPAK :Anak mungkin panas, kadang disertai dengan kemerahan 410hari sesudah penyuntikan.5.HEPATITIS :Belum pernah dilaporkan adanya efek samping.Perlu diingat efek samping imunisasi jauh lebih ringan daripada efek penyakitbila bayi tidak diimunisasi.E.Penyakit Penyakit Yang Ditimbulkan Pada Anak Yang Tidak Di ImunisasiImunisasi, tak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tapi juga ampuh untukmencegah dan menangkal timbulnya penyakit serta kematian pada anak-anak. Lalu mengapa kadangkala orangtua kerap mengabaikan tindakan penting tersebut?Bukankah lebih baik mencegah daripada mengobati?Sesuai dengan yang diprogramkan oleh organisasi kesehatan dunia WHO(Badan Kesehatan Dunia), Pemerintah Indonesia menetapkan ada 12 imunisasi yangharus diberikan kepada anak-anak. 5 Diantaranya merupakan imunisasi yang wajib diberikan sebab fungsinya adalah untuk mencegah anak dari serangan penyakit penyakit seperti:1.Tuberkulosis (TBC)Tuberkulosis, terutama TB paru, merupakan masalah yang timbul tidak hanyadi negara berkembang tetapi juga di negara maju. Tuberkulosis tetap merupakan salahsatu penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian, baik di negara berkembangmaupun di negara maju faktor resiko infeksi dan faktor resiko progresi infeksi menjadi penyakit( resiko penyakit ).Resiko Infeksi TB Faktor resiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah :anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TB aktif, daerah endemis,penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan, serta lingkungan yang tidak sehat.2.Hepatitis Byang disebabkan virus hepatitis B yang berakibat pada hatiPenyakit hepatitis B pada bayi menjadi kronik jauh lebih besar (lebih dari 90persen) dibandingkan kemungkinan pada orang dewasa. "Oleh karena itu, bagi bayivaksin hepatitis B mutlak perlu.

14Ciri-ciri penderita hepatitis B umumnya tak diketahui secara jelas karenapenderita seperti orang sehat. Akibatnya ia tak segera menyadari dirinya telah tertularvirus hepatitis B, bahkan sudah menularkannya kepada orang lain. "Sebaiknya,mereka yang memiliki gejala kuning pada mata, kulit, lesu, tak memiliki nafsu makanserta sakit lambung-seperti maag yang tak sembuh dalam tempo enam bulan-segeraperiksa ke dokter.Virus hepatitis B diketahui sebagai salah satu virus yang paling mudahmenular. Bahkan, penularan virus ini 100 kali lebih menular daripada HIV (viruspenyebab AIDS), dan diperkirakan menginfeksi 10 kali lebih banyak daripada HIV.Virus itu menyerang hati dan merusak organ tubuh secara tak langsung melaluigangguan sistem kekebalan. Pada serangan tahap awal masih bisa disembuhkan jikasegera diobati. Namun, jika penyakit berkembang lebih berat maka ia akan mencapaitahap hepatitis akut, sirosis (pengerasan hati), sampai kemudian mengakibatkanmunculnya kanker hati.3.Penyakit polio.Penyakit ini disebabkan virus, menyebar melalui tinja/kotoranorang yang terinfeksi. Anak yang terkena polio dapat menjadi lumpuh layuh.Poliomyelitis atau Polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yangdisebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakanpoliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus inidapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkanmelemahnya otot dan kadang kelumpuhan. Kata Polio sendiri berasal dari bahasaYunani yaitu , atau bentuknya yang lebih mutakhir , dari "abu-abu" dan "bercak". Virus Polio termasukgenus enteroviorus, famili Picornavirus. Bentuknya adalah ikosahedral tanpa sampuldengan genome RNA single stranded messenger molecule. Single RNA inimembentuk hampir 30 persen dari virion dan sisanya terdiri dari 4 protein besar(VP1-4) dan satu protein kecil (Vpg).

15 Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio menular melalui kontakantar manusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses.Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda danamat menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadidalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Penyebab penyakit polio terdiriatas tiga strain yaitu strain 1 (brunhilde) strain 2 (lanzig), dan strain 3 (Leon). Strain 1adalah yang paling paralitogenik atau yang paling ganas dan sering kali menyebabkan kejadian luar biasa atau wabah. Strain ini sering ditemukan di Sukabumi.Sedangkan Strain 2 adalah yang paling jinak. Penyakit Polio terbagi atas tigajenis yaitu Polio non-paralisis, Polio paralisis spinal, dan Polio bulbar. -Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif.Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh. -Polio Paralisis Spinal Jenis Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai.Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan palingsering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini akandiserap oleh kapiler darah pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh.Poliovirus menyerang saraf tulang belakang dan neuron motor -- yangmengontrol gerak fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, padapenderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanyaakan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat menyebar sepanjang serabut saraf. Seiringdengan berkembang biaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akanmenghancurkan neuron motor.

16Neuron motor tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yangberhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat.Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas -- kondisi ini disebutacute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menye-babkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks (dada) dan abdomen(perut), disebut quadriplegia. -Polio Bulbar Polio jenis ini disebabkan oleh tidakadanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang. Batang otakmengandung neuron motor yang mengatur pernapasan dan saraf kranial, yangmengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan bola mata; saraftrigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, danotot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yangmembantu proses menelan dan berbgai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah danrasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahanyang mengatur pergerakan leher. Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh persen penderta yang menderita poliobulbar akan meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematianbiasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim''perintah bernapas'' ke paru-paru.Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan;korban dapat ''tenggelam'' dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotanatau diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelummasuk ke dalam paru-paru. Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderitatelah menggunakan ''paru-paru besi'' (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yanglemah dengan cara menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalautekanan udara ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi,paru-paru akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar masuk paru-paru.Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat menyebabkan koma dankematian.

17Penyakit Polio dapat ditularkan oleh infeksi droplet dari oro-faring (mulut dantenggorokan) atau dari tinja penderita yang telah terinfeksi selain itu juga dapatmenular melalui oro-fecal (makanan dan minuman) dan melalui percikan ludah yangkemudian virus ini akan berkembangbiak di tengorokan dan usus lalu kemudianmenyebar ke kelenjar getah bening, masuk ke dalam darah serta menyebar ke seluruh tubuh.Penularan terutama sering terjadi langsung dari manusia ke manusia melaluifekal-oral (dari tinja ke mulut) atau yang agak jarang terjadi melalui oral-oral (mulutke mulut). Virus Polio dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan,bahkan dapat sampai berkilo-kilometer dari sumber penularannya.Penularan terutama terjadi akibat tercemarnya lingkungan leh virus polio daripenderita yang telah terinfeksi, namun virus ini hidup di lingkungan terbatas. VirusPolio sangat tahan terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap formaldehide danlarutan klor. Suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus tetapi pada keadaan bekudapat bertahun-tahun masa hidupnya.4.Penyakit campak (tampek)Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksivirus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis(peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkankarena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak.Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruamkulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.Penyebab Campak, rubeola, atau measles Adalah penyakit infeksi yang sangatmudah menular atau infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu kurang lebih 4haripertama sejak munculnya ruam. Campak disebabkan oleh paramiksovirus ( virus campak). Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun.Difteri disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphtheriae, suatu bakterigram positif yang berbentuk polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora.

18Gejala utama dari penyakit difteri yaitu adanya bentukan pseudomembran yangmerupakan hasil kerja dari kuman ini. Pseudomembran sendiri merupakan lapisantipis berwarna putih keabu abuan yang timbul terutama di daerah mukosa hidung,mulut sampai tenggorokan. Disamping menghasilkan pseudomembran, kuman inijuga menghasilkan sebuah racun yang disebut eksotoxin yang sangat berbahayakarena menyerang otot jantung, ginjal dan jaringan syaraf (www.blogdokter.net).Difteri dapat menyerang seluruh lapisan usia tapi paling sering menyeranganak-anak yang belum diimunisasi. Pada tahun 2000, di seluruh dunia dilaporkan30.000 kasus dan 3.000 orang diantaranya meninggal karena penyakit iniKata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berartimenegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otot tonik danhiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnyapunggung (opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan(wikipedia.org).Penyakit tetanus disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang terdapat ditanah, kotoran hewan, debu, dan sebagainya. Bakteri ini masuk ke dalam tubuhmanusia melalui luka yang tercemar kotoran. Di dalam luka bakteri ini akanberkembang biak dan membentuk toksin (racun) yang menyerang saraf.UNICEF (United Nations Childrens Fund/Dana PBB untuk Anak-Anak)menyebutkan dalam situsnya bahwa tetanus sangat berisiko terkena pada bayi-bayiyang dilahirkan dengan bantuan dukun bayi di rumah dengan peralatan yang tidaksteril; mereka juga beresiko ketika alat-alat yang tidak bersih digunakan untukmemotong tali pusar dan olesan-olesan tradisional atau abu digunakan untuk menutupluka bekas potongan (www.unicef.org).Angka kematian yang diakibatkan olehtetanus berkisar antara 15-25%. Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi bakterial yang menyerang sistem pernapasan yang melibatkan pita suara (larinks), trakea dan bronkial.

19Infeksi ini menimbulkan iritasi pada saluran pernapasan sehingga menyebabkan seranganbatuk yang parah. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis yangbersarang di saluran pernapasan dan sangat mudah tertular (www.warmasif.co.id).Pertusis dapat menyerang segala umur, 60 % menyerang anak-anak yangberumur kurang dari 5 tahun. Penyakit ini akan menjadi serius jika menyerang bayiberumur kurang dari 1 tahun. Biasanya pada bayi yang baru lahir dan keadaannyamenjadi lebih parah. Pada tahun 2000 diperkirakan 39 juta kasus terjadi dan 297.000kematian terjadi didunia yang diakibatkan oleh pertusis.5. Imunisasi MMR1.DefenisiImunisasi MMR adalah imunisasi kombinasi untuk mencegah penyakitCampak, Campak Jerman dan Penyakit Gondong. Pemberian vaksin MMR biasanya diberikan pada usia anak 16 bulan. Vaksin ini adalah gabungan vaksin hidup yang dilemahkan. Semula vaksin ini ditemukan secara terpisah, tetapi dalam beberapatahun kemudian digabung menjadi vaksin kombinasi. Kombinasi tersebut terdiri darivirus hidup Campak galur Edmonton atau Schwarz yang telah dilemahkan,Componen Antigen Rubella dari virus hidup Wistar RA 27/3 yang dilemahkan danAntigen gondongen dari virus hidup galur Jerry Lynn atau Urabe AM-9.2.TujuanTujuan diberikannya imunisasi MMR ini adalah untuk mencegah ataumengurangi terjadinya infeksi pada anak yang disebabkan penyakit-penyakit,gondongan dan rubela.

203.Efek SampingBeberapa ahli memang ada yang mengkhawatirkan dengan pemberian MMRini, dapat memberikan autisme yang disebabkan pelarut MMR mengandungTiomersal, tetapi dugaan tersebut tidak terbukti. Seperti yang dikemukakan AndrewWakefield tahun 1998, MMR tidak terbukti menyebabkan autisme karena sampelyang diteliti hanya pada 12 pasien. Itulah sebabnya hingga sekarang, MMR tetap aman untuk diberikan pada anak mengingat pentingnya imunisasi ini terhadapperlindungan anak, ungkapnya.Pencegahan sindrom rubela congenital merupakan tujuan pemberian imunisasirubela.Rubela adalah penyakit yang cukup berbahaya apabila terjadi diawalkehamilan, karena dapat menimbulkan kelainan jiwa, kelahiran prematur, dan cacatbawaan.Apabila cacat dari lahir, bayi dapat mengalami cacat dalam bentuk, tuli,kelainan mata, kalainan jantung, kelainan saraf, mikrosefali, dan retardasi mental.Untuk menghindar penyakit ini, ibu-ibu harus memiliki kekebalan rubela sejak kecil,sehingga diharapkan penyakit tersebut tidak akan terjadi pada bayi yang akandilahirkan.G.Penyakit Yang Kemungkinan Akan Ada Bila Tidak Mendapat ImunisasiMMRVaksin MMR merupakan vaksin yang diberikan kepada anak untuk mencegahpenyakit campak, gondongan, dan campak Jerman.1. Bedanya campak biasa dan campak jerman itu apa?Campak biasa, berbeda dari campak Jerman atau rubela. Campak Jermanumumnya memiliki dampak lebih ringan dan tidak fatal. Umumnya pun terjadi padaanak usia 5 sampai 14 tahun.Memang gejalanya hampir sama dengan campak biasa, seperti flu, batuk,pilek dan demam tinggi. Yang membedakan, bercak merah pada rubela tidak timbulterlalu banyak dan tidak separah campak biasa, juga cepat menghilang dalam waktu 3hari. Gejala lain, umumnya nafsu makan anak akan menurun karena terjadipembengkakan pada limpa.Justru kita harus lebih khawatir bila rubela menyerang wanita hamil karenavirusnya bisa menular pada janin melalui plasenta.

21Bila janin tertular maka anak yangdilahirkan akan mengalami sindrom rubela kongenital dengan kelainan-kelainan,misalnya mata bayi mengalami katarak, tidak bisa mendengar, terjadi pengapuran diotak, juga banyak terjadi anak-anak tumbuh dengan keterbelakangan perkembangan.Setiap anak perempuan harus mendapat vaksinasi rubela. Hal ini untukmengantisipasi terjadinya rubela serta melindungi janin yang dikandungnya kelak.Tak hanya pada perempuan, vaksinasi rubela pun penting bagi kaum pria. Gunanyamencegah agar tidak terserang rubela dan menulari sang istri yang mungkin tengahhamil nanti.2.Tidak Adanya Hubungan Antara Terjadinya Autisme Dengan Imunisasi Mmra).Akhir-akhir ini pada sebagian masyarakat tersebar informasi tentang dugaan adanya hubungan antara autisme dengan imunisasiMMR (Measles, Mumps,Rubella).b).Imunisasi adalah pemberian vaksin pada tubuh seseorang dengan tujuan untukmeningkatkan kekebalan terhadap penyakit infeksi tertentu. Pemerintah telah melaksanakan Program Imunisasi sejak lebih dari 30 tahun yang lalu dan telahberhasil menurunkan angka kesakitan dan angka kematian dari berbagaipenyakit menular.Program Imunisasi di Indonesia mencakup antara lainpemberian vaksin untuk meningkatkan kekebalan bayi terhadap penyakit tuberkolosa (vaksin BCG), difteria , batuk rejan, dan tetanus (vaksin DPT),poliomyelitis (vaksin Polio), campak (vaksin Campak), dan hepatitis B(vaksin Hepatitis B). Program Imunisasi juga mencakup pemberian vaksinuntuk meningkatkan kekebalan ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus (vaksinTT) dan peningkatan kekebalan anak sekolah dasar terhadap penyakit difteridan tetanus (vaksin DT).

22c).Autisme adalah gangguan petumbuhan anak yang kronik dengan gejala utamagangguan interaksi sosial, komunikasi, serta keterbatasan perhatian danaktifitas, biasanya terjadi pada usia di bawah 3 tahun.d).Vaksin MMR merupakan vaksin yang diberikan kepada anak dengan maksud untuk mencegah penyakit campak, gondongan dan campak Jerman (German measles). Di Indonesia, vaksin MMR telah digunakan untuk imunisasi anak diberbagai rumah sakit dan klinik, walaupun belum termasuk dalam jenis vaksin yang digunakan dalam Program Imunisasi Nasional.Vaksin MMR yang dipasarkan di Indonesia telah mendapat izin edar setelah dilakukan evaluasiterhadap efektifitas, keamanan, dan mutu vaksin oleh Komite Nasional PenilaiObat Jadi (KOMNAS POJ). Di negara-negara maju, vaksin MMR digunakansecara luas untuk imunisasi anak.e).Keamanan vaksin MMR telah dibuktikan dengan berbagai penelitian di luarnegeri. Penelitian yang dilakukan mencakup pengamatan pasca pemasaran(post marketing surveillance) selama 30 tahun terhadap 250 juta dosis vaksinMMR di lebih dari 40 negara di Eropa, Amerika Utara, Australia, dan Asia.Laporan terakhir mengenai keamanan vaksin telah pula dilakukan di Finlandiasejak tahun 1982 selama 14 tahun. Studi tersebut dilakukan pada 1,8 juta anakyang menggunakan 3 juta dosis vaksin MMR. Pemantauan dilakukan terhadapsemua kejadian serius setelah imunisasi dan hasilnya menunjukkan tidak adalaporan kasus autisme yang berhubungan dengan penggunaan vaksin MMR.Hasil tersebut sesuai dengan Specific hypothesis driven studies yang pernahdilakukan sebelumnya. Berdasarkan kajian tersebut diatas, DepartemenKesehatan dan Kesejahteraan Sosial, Badan Pengawas Obat dan Makanan,dan Ikatan Dokter Anak Indonesia mengambil kesimpulan bahwa tidak adakaitan antara kejadian autisme pada anak dengan imunisasi MMR.Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, Badan Pengawas Obat Dan Makanan, dan Ikatan Dokter Anak Indonesia akan terus memantau danmengkaji efektifitas serta keamanan semua vaksin yang digunakan diIndonesia, termasuk vaksin MMR.

23Masyarakat dan segenap tenaga kesehatandi Indonesia diharapkan tidak perlu khawatir mengenai keamanan vaksinMMR.3. Imunisasi Penyebab Autis ?Kekawatiran Terhadap Thimerosal Dan Autis Dr Widodo Judarwanto SpADari waktu ke waktu jumlah penyandang spektrum Autis tampaknya semakin meningkat pesat. Autis seolah-olah mewabah ke berbagai belahan dunia. Di beberapa negara terdapat kenaikan angka kejadian penderita Autisme yang cukup tajam. Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi danin teraksi sosial. Di Amerika Serikat disebutkan Autis terjadi pada 60.000 15.000anak dibawah 15 tahun. Kepustakaan lain menyebutkan angka kejadian autis 10-20kasus dalam 10.000 orang.Kontroversi yang terjadi akhir-akhir ini berkisar pada kemungkinan hubungan Autis dengan imunisasi anak. Banyak orang tua menolak imunisasi karena mendapatkan informasi bahwa beberapa jenis imunisasi khususnya kandungan Thimerosal dapat mengakibatkan Autis. Akibatnya, anak tidak mendapatkanperlindungan imunisasi untuk menghindari penyakit-penyakit justru yang lebihberbahaya. Penyakit tersebut adalah hepatitis B, Difteri, Tetanus, pertusis, TBC dansebagainya. Banyak penelitian yang dilakukan secara luas ternyata membuktikanbahwa Autis tidak berkaitan denganthimerosal.Memang terdapat teori ataukesaksian yang menunjukkan bahwa Autis dan berhubungan dengan thimerosal.Thimerosal atau Thiomersal adalah senyawa merkuri organik atau dikenalsebagai sodium etilmerkuri thiosalisilat, yang mengandung 49,6% merkuri. Bahan inidigunakan sejak tahun 1930, sebagai bahan pengawet dan stabilizer dalam vaksin,produk biologis atau produk farmasi lainnya. Thimerosal yang merupakan derivatdari etilmerkuri, sangat efektif dalam membunuh bakteri dan jamur dan mencegahkontaminasi bakteri terutama pada kemasan vaksin multidosis yang telah terbuka.

23Selain sebagai bahan pengawet, thimerosal juga digunakan sebagai agen inaktivasipada pembuatan beberapa vaksin, seperti pertusis aseluler atau pertusis whole-cell.Food and Drug Administration (FDA) menetapkan peraturan penggunaan thimerosalsebagai bahan pengawet vaksin yang multidosis untuk mencegah bakteri dan jamur.Vaksin tunggal tidak memerlukan bahan pengawet. Pada dosis tinggi, merkuri dan metabolitnya seperti etilmerkuri dan metilmerkuri bersifat nefrotoksis danneurutoksis.Senyawa merkuri ini mudah sekali menembus sawar darah otak, dandapat merusak otak.WHO (Worls Health Organization), FDA (Food and Drug Administration),EPA (US Enviromental Protection Agency), dan ATSDR Amerika Serikat (Agencyfor Toxis Substances and Disease Registry) mengeluarkan rekomendasi tentangbatasan paparan etilmerkuri yang masih bisa ditoleransi antara 0,1 0,47 ug/kg beratbadan/hari. Kandungan yang ada di dalam vaksin adalah etilmerkuri bukanmetilmerkuri. Etilmerkuri hanya mempunyai paruh waktu singkat di dalam tubuh,sekitar 1,5 jam, selanjutnya akan dibuang melalui saluran cerna. Sedangkanmetilmerkuri lebih lama berada di dalam tubuh.Pendapat yang mendukung Autis berkaitan dengan Thimerosal : Terdapatbeberapa teori, penelitian dan kesaksian yang mengungkapkan Autisme mungkinberhubungan dengan imunisasi yang mengandung Thimerosal. Toksisitas merkuripertama kali dilaporkan tahun 1960 di Minamata Jepang. Konsumsi ikan laut yangtercemari limbah industri, sehingga kadar merkuri yang dikandung ikan laut tersebutmencapai 11 mcg/kg dan kerang 36 mcg/kg (batas toleransi kontaminasi sekitar 1mcg/kg). Penelitian pada binatang ditemukan efek neurotoksik etilmerkuri dan metilmerkuri. Ditemukan kadarnya di dalam otak cukup tinggi pada metil merkuri. Hal inimenunjukkan bahwa merkuri dapat menembus sawar darah otak.Saline Bernard adalah perawat dan juga orang tua dari seorang penderitaAutisme bersama beberapa orang tua penderita Autis lainnya melakukan pengamatanterhadap imunisasi merkuri.

24Mereka bersaksi di depan US House of Representatif(MPR Amerika) bahwa gejala yang diperlihatkan anak Autis hampir sama dengan gejala keracunan merkuri Beberapa orang tua penderita Autis di Indonesiapun,berkesaksian bahwa anaknya terkena autis setelah diberi imunisasiPenelitian dan rekomendasi yang menentang Thimerosal menyebabkan AutisSedangkan penelitian yang mengungkapkan bahwa Thimerosal tidak mengakibatkanAutis juga lebih banyak lagi. Kreesten M. Madsen dkk dari berbagai intitusi didenmark seperti Danish Epidemiology Science Centre, Department of Epidemiology and Social Medicine, University of Aarhus, Denmark Institute for Basic PsychiatricResearch, Department of Psychiatric Demography, Psychiatric Hospital in Aarhus,Risskov, National Centre for Register-Based Research, University of Aarhus,Aarhus,Denmark, State Serum Institute, Department of Medicine, Copenhagen,Denmark mengadakan penelitian bersama terhadap anak usia 2 hingga 10 tahun sejaktahun 1970 hingga tahun 2000.Mengamati 956 anak sejak tahun 1971 hingga 2000 anak dengan autis. Sejakthimerosal digunakan hingga tahun 1990 tidak didapatkan kenaikkan penderita auitissecara bermakna.Kemudian sejak tahun 1991 hingga tahun 2000 bersamaan dengantidak digunakannya thimerosal pada vaksin ternyata jumlah penderita Autis malahmeningkat drastis. Kesimpulan penelitian tersebut adalah tidak ada hubungan antarapemberian Thimerazol dengan Autis.Stehr-Green P dkk, Department of Epidemiology, School of Public Health andCommunity Medicine, University of Washington, Seattle, WA, bulan Agustus 2003melaporkan antara tahun 1980 hingga 1990 membandingkan prevalensi dan insidenpenderita autisme di California, Swedia, dan Denmark yang mendapatkan ekposurdengan imunisasi Thimerosal. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa insidenpemberian Thimerosal pada Autisme tidak menunjukkan hubungan yang bermakna.Geier DA dalam Jurnal Americans Physicians Surgery tahun 2003menungkapkanbahwa Thimerosal tidak terbukti mengakibatkan gangguan neurodevelopment (gangguan perkembangan karena persarafan) dan penyakit jantung.

25 Melalui forumNational Academic Press tahun 2001, Stratton K dkk melaporkan tentang keamananthimerosal pada vaksin dan tidak berpengaruh terhadap gangguan gangguanneurodevelopment (gangguan perkembangan karena persarafan).Hviid A dkk dalam laporan di majalah JAMA 2004 mengungkapkanpenelitian terhadap 2 986 654 anak pertahun didapatkan 440 kasus autis. Dilakukanpengamatan pada kelompok anak yang menerima thimerosal dan tidak menerimathimerosal. Ternyata tidak didapatkan perbedaan bermakna. Disimpulkan bahwapemberian thimerosal tidak berhubungan dengan terjadinya autis.Menurut penelitian Eto, menunjukkan manifestasi klinis autis sangat berbedadengan keracunan merkuri. Sedangkan Aschner, dalam penelitiannya menyimpulkantidak terdapat peningkatan kadar merkuri dalam rambut, urin dan darah anak Autis.Pichichero melakukan penelitian terhadap 40 bayi usia 2-6 bulan yang diberi vaksinyang mengandung thimerosal dan dibandingkan pada kelompok kontrol tanpa diberithimerosal. Setelah itu dilakukan evaluasi kadar thimerosal dalam tinja dan darahbayi tersebut. Ternyata thimerosal tidak meningkatkan kadar merkuri dalam darah,karena etilmerkuri akan cepat dieliminasi dari darah melalui tinja. Selain itu masihbanyak lagi peneliti melaporkan hasil yang sama, yaitu thimerosal tidakmengakibatkan Autis.Bagaimana sikap kita sebaiknya ? Bila menyimak dan mengetahu kontroversitersebut tanpa memahami dengan jelas, maka masyarakat awam bahkan beberapaklinisipun jadi bingung. Bila terpengaruh oleh pendapat yang mendukung keterkaitanAutis dan imunisasi tanpa melihat fakta penelitian lainnya yang lebih jelas. Maka,akan mengabaikan imunisasi dengan segala akibatnya yang jauh lebih berbahayapada anak. Penelitian dalam jumlah besar dan luas tentang Thimerosal tidakmengakibatkan Autis secara epidemiologis lebih bisa dipercaya untuk menunjukan sebab akibat. Laporan beberapa penelitian dan kasus jumlahnya relatif tidakbermakna dan dalam populasi yang kecil.

25Hanya menunjukan kemungkinanhubungan tidak menunjukkan sebab akibat. Beberapa institusi atau badan kesehatan dunia yang bergengsi pun telah mengeluarkan rekomendasi untuk tetap meneruskanpemberian imunisasi MMR. Hal ini juga menambah keyakinan bahwa memangThimerosal dalam vaksin memang benar aman.Walaupun paparan merkuri terjadi pada setiap anak, namun hanya sebagian kecil saja yang mengalami gejala Autis. Peristiwa tersebut mungkin berkaitan dengan teori genetik, salah satunya berkaitan dengan teori Metalotionin.Metalothionein merupakan suatu rantai polipeptida liner tediri dari 61-68 asam amino, kaya sistein dan memiliki kemampuan untuk mengikat logam. Pada penderita Autis tampaknya didapatkan adanya gangguan metabolisme metalotionin. Gangguan metabolismetersebut dapat mengakibatkan gangguan ekskresi (pengeluaran) logam berat (merkuri). Menurut penelitian Eto, menunjukkan manifestasi klinis autis sangat berbeda dengan keracunan merkuri. Sedangkan Aschner, dalam penelitiannya menyimpulkantidak terdapat peningkatan kadar merkuri dalam rambut, urin dan darah anak Autis.Pichichero melakukan penelitian terhadap 40 bayi usia 2-6 bulan yang diberi vaksinyang mengandung thimerosal dan dibandingkan pada kelompok kontrol tanpa diberithimerosal. Setelah itu dilakukan evaluasi kadar thimerosal dalam tinja dan darahbayi tersebut. Ternyata thimerosal tidak meningkatkan kadar merkuri dalam darah,karena etilmerkuri akan cepat dieliminasi dari darah melalui tinja. Selain itu masihbanyak lagi peneliti melaporkan hasil yang sama, yaitu thimerosal tidakmengakibatkan Autis. Bagaimana sikap kita sebaiknya ? Bila menyimak dan mengetahu kontroversi tersebut tanpa memahami dengan jelas, maka masyarakat awam bahkan beberapa klinisi pun jadi bingung. Bila terpengaruh oleh pendapat yang mendukung keterkaitanAutis dan imunisasi tanpa melihat fakta penelitian lainnya yang lebih jelas. Maka,akan mengabaikan imunisasi dengan segala akibatnya yang jauh lebih berbahayapada anak.

26Penelitian dalam jumlah besar dan luas tentang Thimerosal tidakmengakibatkan Autis secara epidemiologis lebih bisa dipercaya untuk menunjukan sebab akibat. Laporan beberapa penelitian dan kasus jumlahnya relatif tidakbermakna dan dalam populasi yang kecil. Hanya menunjukan kemungkinanhubungan tidak menunjukkan sebab akibat.Beberapa institusi atau badan kesehatandunia yang bergengsi pun telah mengeluarkan rekomendasi untuk tetap meneruskanpemberian imunisasi MMR. Hal ini juga menambah keyakinan bahwa memangThimerosal dalam vaksin memang benar aman.Walaupun paparan merkuri terjadi pada setiap anak, namun hanya sebagiankecil saja yang mengalami gejala Autis. Peristiwa tersebut mungkin berkaitan denganteori genetik, salah satunya berkaitan dengan teori Metalotionin. Metalothionein merupakan suatu rantai polipeptida liner tediri dari 61-68 asam amino, kaya sisteindan memiliki kemampuan untuk mengikat logam. Pada penderita Autis tampaknyadidapatkan adanya gangguan metabolisme metalotionin. Gangguan metabolismetersebut dapat mengakibatkan gangguan ekskresi (pengeluaran) logam berat (merkuri,dll) dari tubuh anak autis.Gangguan itu mengakibatkan peningkatan logam beratdalam tubuh yang dapat mengganggu otak, meskipun anak tersebut menerimamerkuri dalam batas yang masih ditoleransi.Pada anak sehat bila menerima merkuri dalam batas toleransi, tidakmengakibatkan gangguan. Melalui metabolisme metalotionin pada tubuh anak, logamberat tersebut dapat dikeluarkan oleh tubuh. Tetapi pada anak Autis terjadi gangguan metabolisme metalotionin.Kejadian itulah yang menunjukkan bahwa imunisasi yangmengandung thimerosal harus diwaspadai pada anak yang beresiko Autis, tetapi tidakperlu dikawatirkan pada anak normal lainnya.Penelitian atau pendapat beberapa kasus yang mendukung keterkaitanAutisme dengan imunisasi, tidak boleh diabaikan bergitu saja. Sangatlah bijaksanauntuk lebih waspada, bila anak sudah mulai tampak ditemukan penyimpanganperkembangan atau perilaku sejak dini.

27Dalam kasus tersebut untuk mendapatkanimunisasi yang mengandung Thimerosal harus berkonsutlasi dahulu dengan dokteranak. Mungkin harus menunda dahulu imunisasi yang mengandung thimerosal sebelum dipastikan diagnosis Autis dapat disingkirkan. Dalam hal seperti ini, harus dipahami dengan baik resiko, tanda dan gejala autis sejak dini.Bila anak tidak beresiko atau tidak menunjukkan tanda tanda dini terjadinyaAutis maka tidak perlu kawatir untuk mendapatkan imunisasi tersebut. Kekawatiranterhadap imunisasi tanpa didasari pemahaman yang baik, akan menimbulkanpermasalahan kesehatan yang baru pada anak kita. Dengan menghindari imunisasi,beresiko terjadi akibat berbahaya dan dapat mengancam jiwa. Bila anak terkena infeksi yang seharusnya dapat dicegah dengan imunisasi.H. Jadwal Pemberian Imunisasi1.Jadwal pemberian Vaksin Hepatitis B diberikan dalam satu seri yang terdiridari 3 kali suntik.Pertama : Bila ibu adalah pembawa virus dalam darahnya, makavaksin harus diberikan paling lama 12 jam setelah lahir. Tetapi bila ibu bukan pembawa virus, bisa diberikan pada kontrol di bulan pertamaatau kedua.Kedua : Kalau yang pertama diberikan segera setelah lahir, yang keduadiberikan antara bulan pertama dan kedua. Bila yang pertamadiberikan setelah sebulan, maka yang kedua diberikan antara bulanketiga dan keempat.Ketiga : Diberikan pada usia 6 bulan untuk yang mendapatkan vaksinpertama sebelum usia 1 bulan. Untuk yang mendapatkan vaksinpertama setelah usia 1 bulan, diberikan pada usia antara 6 s/d 18 bulan.Resiko yang mungkin timbul Resiko serius yang berkaitan denganpemberian vaksin HBV sangat jarang terjadi. Biasanya efek sampinghanya bagian bekas suntik menjadi kemerah-merahan.Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badanringan. Bila ada reaksi alergi serius terhadap suntikan vaksin.

28Setelah pemberian Setelah vaksinasi panas badan anak mungkin naik,dan juga daerah sekitar bekas suntikan menjadi merah. Untuk itu andabisa memakai obat penurun panas (Tempra, Sanmol, dll), dan kompresdengan air hangat bagian bekas suntikan.2.Jadwal pemberianDiberikan sebagai satu seri yang terdiri dari 5 kali suntik.Yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 15 s/d 18 bulan dan terakhir saatsebelum masuk sekolah (4 s/d 6 tahun). Dianjurkan untuk mendapatkanvaksin Td (penguat terhadap difteri dan tetanus) pada usia 11 s/d 12 tahunatau paling lambat 5 tahun setelah imunisasi DTP terakhir. Setelah itudirekomendasikan untuk mendapatkan Td setiap 10 tahun.Resiko yang mungkin timbul Seringkali pemberian vaksin inimenimbulkan panas badan ringan atau panas di sekitar bekas suntikanyang diakibatkan oleh komponen pertussis dalam vaksin.Menunda pemberian : Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badanringan. Bila anak memiliki kelainan syaraf atau tidak tidak tumbuh secara normal, komponen pertussis dari vaksin dianjurkan untuk tidakdiberikan danhanya DT (difteri & tetanus) saja. Bila setelahmendapatkan vaksin DTP (DTaP) timbul gejala seperti dibawahkonsultasikan dengan dokter anak sebelum mendapatkan vaksinlainnya : kejang-kejang dalam 3 s/d 7 hari setelah imunisasi kejang-kejang yang makin memburuk dibanding sebelumnya apabila pernahmengalaminya reaksi alergi kesulitan makan atau gangguan padamulut, tenggorokan atau muka panas badan lebih dari 40 derajatCelcius (105 derajat Fahrenheit) pingsan dalam 2 hari pertama setelahimunisasi terus menangis lebih dari 3 jam di 2 hari pertama setelahimunisasiSetelah pemberian : Anak mungkin mengalami panas badan ringandan atau kemerah-merahan di sekitar bekas suntikan. Untuk mencegahpanas badan kadangkala dokter anak memberikan resep obat sebelumimunisasi.

29 Segera hubungi dokter anak anda apabila timbul gejala-gejala seperti diatas.3.HIB (Haemophilus Influenza Tipe B) Jadwal pemberian Diberikan pada usia2 bulan, 4 bulan dan sekitar 6 bulan. Setelah itu diberikan sebagai penguatpada usia 12 s/d 15 bulan.Resiko yang mungkin timbul Sangat sedikit sekali efek sampinganyang pernah ditemukan, kecuali kemerah-merahan dan nyeri padabagian bekas suntikan atau panas badan ringan.Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badanringan. Bila ada reaksi alergi setelah imunisasi, maka pemberianvaksin Hib berikutnya harus dihentikan.Setelah pemberian Persiapkan obat-obatan untuk penurun panas badanringan.4.POLIOJadwal pemberian Diberikan pada usia 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan, 12s/d 18 bulan dan saat sebelum masuk sekolah (4 s/d 6 tahun). Imunisasipertama dan kedua adalah IPV sedang dua terakhir dengan OPV. Namunapabila tidak ada gangguan dianjurkan untuk mendapatkan vaksin semuanyasecara IPV.Untuk itu konsultasikan dengan dokter anak anda mana yangterbaik untuk kasus anak anda.Resiko yang mungkin timbul Bagi anda yang belum pernahmendapatkan imunisasi polio pada saat balita dianjurkan untukimunisasi dengan IPV sebelum anak anda mendapatkan vaksin poliosecara OPV. Ini untuk mencegah penularan virus polio hidup yangterkandung dalam vaksin OPV ke anda.Menunda pemberian Apabila anak memiliki gangguan kekebalantubuh, vaksin IPV lebih baik daripada OPV. Sebagai catatan, untukanak-anak tipe ini harus dihindari kontak dengan anak lain yang barusaja menerima vaksin OPV sampai sekitar 2 minggu setelah vaksinasi.

30Vaksin IPV tidak boleh diberikan kepada anak yang memiliki alergiserius terhadap antibiotika neomycin atau streptomycin. Untuk itusebaiknya diberikan vaksin tipe OPV.Setelah pemberian Untuk IPV, sering menimbulkan panas badanringan dan nyeri atau kemerah-merahan di sekitar bekas suntikan.Untuk OPV tidak ada gejala pasca imunisasi apapun.5.BCG Jadwal pemberian Diberikan satu kali pada usia 2 bulan.Resiko yang mungkin timbul Jarang ditemui adanya reaksi berlebihanterhadap vaksin ini.Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badanringan.Setelah pemberian Seperti vaksin lainnya cukup siapkan obat penurunpanas, apabila tidak ada gejala lain yang serius.6.MMR / CAMPAK Jadwal pemberian Diberikan sebagai satu seri yang terdiridari dua kali pemberian. Yaitu pada usia 12 s/d 15 bulan dan saat sebelummasuk sekolah (4 s/d 6 tahun) atau pada usia 11 s/d 12 tahun.Resiko yang mungkin timbul Jarang sekali timbul masalah seriusakibat vaksin ini.Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badanringan. Bila memiliki alergi terhadap telur atau antibiotika neomycin.Bila menerima gamma globulin dalam selang waktu 3 bulan sebelumimunisasi. Bila memiliki gangguan kekebalan tubuh akibat kanker atausedang menjalani terapi kemo atau radiasi.Setelah pemberian Seperti vaksin lainnya cukup siapkan obat penurunpanas, apabila tidak ada gejala lain yang serius.

31Tabel jadwal imunisasi umum :

JADWAL PEMBERIANJENIS VAKSIN

Waktu LahirBCG,Hepatitis B (dosis I)

Umur 1BulanHepatitis B (dosis II)

Umur 2 BulanDPT dan Polio (dosis I)

Umur 3 BulanDPT dan Polio(dosis II)

Umur 4 BulanDPT dan Polio(dosis III)

Umur 5 BulanPolio (dosis IV)

Umur 6 BulanHepatitis (dosis III)

Umur 9 bulanCampak

Umur 15 BulanMMR

Umur 18 BulanDPT(dosis IV),Polio (dosis V)

Kls 1 SDDT(dosis I dan II)

32BAB IIIPENUTUPA.KESIMPULANImunisasi merupakan hal yang terpenting dalam usaha melindungi kesehatananak anda. Imunisasi bekerja dengan cara merangsang timbulmya kekebalan tubuhyang akan melindungi anak anda dari penyakit-penyakit sebagai berikut: polio,campak, gondongan, campak Jerman, influenza, tetanus, difteri dan pertusis (batukrejan).Tanpa pemberian vaksin, jumlah kematian anak-anak yang ditimbulkan olehpenyakit tersebut meningkat dan banyak orang yang mengalami komplikasi kroniksetelah menderita penyakit tersebut.

33DAFTAR PUSTAKA

1.Agung, I Gusti Ngurah, 2001. Statistika Analisis Hubungan KausalBerdasarkan Data Kategorik. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.2.http://eprints.ums.ac.id/888/1/2008v1n102.pdf 3.http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=15&id=4 4.http://syehaceh.wordpress.com/2008/05/12/imunisasi-dan-faktor-yang-mempengaruhinya/ 5.http://www.ictjogja.net/kesehatan/C5_1.htm 6.http://vinadanvani.wordpress.com/2008/02/20/jenis-imunisasi-yang-diawajibkan-dan-dianjurkan/ 7.http://m.infeksi.com/articles.php?lng=en&pg=15&id=13 8.http://www.litbang.depkes.go.id/~djunaedi/documentation/vol.32_No.2/imunisasi.pdf 9.www.google.com