bahan asi

48
Minggu, 11 Maret 2012 KONSEP DASAR PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PENYULUHAN Diposkan oleh Luria Ingrassia di 10.46.00 PM 2.2 Konsep Dasar Pengetahuan 2.2.1 Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba dengan sendiri (Notoatmodjo, S 2003). Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang. Semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. Menurut WHO (World Health Organization), salah satu bentuk objek kesehatan

Upload: lodiakristinmanipada

Post on 11-Feb-2016

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bahan ASI

TRANSCRIPT

Page 1: bahan ASI

Minggu, 11 Maret 2012KONSEP DASAR PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PENYULUHANDiposkan oleh Luria Ingrassia di 10.46.00 PM

2.2    Konsep Dasar Pengetahuan

2.2.1    Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba dengan sendiri (Notoatmodjo, S 2003). Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang. Semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. Menurut WHO (World Health

Organization), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri (Wawan, A dan Dewi M, 2010).

Page 2: bahan ASI

2.2.2    Proses Adopsi Perilaku

                        Dari pengalaman dan penelitian terbuka bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) yang dikutip oleh Wawan, A dan Dewi. M (2010) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru). Di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

1.    Awareness (Kesadaran)     Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus

(objek).2.    Interest

     Dimana individu mulai menaruh perhatian dan mulai tertarik kepada stimulus.3.    Evaluation (Menimbang-nimbang)     Individu akan mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya,

hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.4.    Trial

     Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.  5.    Adoption

     Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).

2.2.3        Tingkatan Pengetahuan di dalam Domain Kognitif

                        Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6tingkatan, yakni:

1.     Tahu (Know)            Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk

ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Page 3: bahan ASI

            Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari, antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2.      Memahami (Comprehension)

                 Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.

3.      Aplikasi (Application)                 Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4.       Analisis (Analysis)                 Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam

komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

                 Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5.       Sintesis (Synthesis)                 Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6.       Evaluasi (Evaluation)                 Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi.

2.2.4        Cara Memperoleh Pengetahuan

Terdapat 2 cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu dengan cara kuno dan cara modern (Wawan, A dan Dewi M, 2010):1. Cara Kuno              

Page 4: bahan ASI

a.  Cara coba salah (Trial and Error)          Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka akan dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.b. Cara kekuasaan atau otoriter

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat, baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip oarang lain yang menerima, mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu, atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.2. Cara modernCara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer atau disebut dengan metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan nama penelitian ilmiah.

2.2.5        Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan menurut Wawan, A       dan Dewi. M

(2010):

1.    Faktor Internala. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi, misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut Y. B. Mantra, pendidikan dapat mempengaruhi seseorang, termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup, terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Notoatmodjo, S 2003), pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.b. Pekerjaan

Menurut Thomas (1993), pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan, terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekarjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan banyak tantangan. Sedangkan bekarja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

Page 5: bahan ASI

c. UmurMenurut Elizabeth B.H, usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

dengan berulang tahun. Sedangkan menurut Hurlock (1998), semakin cukup umur, tingkat kematangan, dan kekuatan seseorang  akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.

2.    Faktor Eksternala.    Lingkungan

Menurut Ann Mariner (1989), lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

b.    Sosial BudayaSistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi sikap dalam menerima

informasi.2.2.6        Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Wawan, A dan Dewi. M (2010), pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:Baik, hasil persentase 76%-100%Cukup, hasil persentase 56%-75%Kurang, hasil persentase < 56%

2.3  Konsep Dasar Sikap2.3.1    Pengertian

Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang membahas unsur sikap, baik sebagai individu maupun kelompok. Banyak kajian dilakukan untuk merumuskan pengertian sikap, proses terbentuknya sikap, maupun perubahan. Banyak pula penelitian telah dilakukan terhadap sikap, kaitannya dengan efek dan perannya dalam pembentukan karakter dan sistem hubungan antar kelompok, serta pilihan-pilihan yang ditentukan berdasarkan lingkungan dan pengaruhnya terhadap perubahan.

Menurut Petty Cocopio (1986), sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek, atau issue (Saifuddin, A 2000).

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, S 2003). Sedangkan menurut Thomas dan Znaniecki (1920) yang dikutip  Wawan, A dan Dewi. M (2010) menegaskan bahwa sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu (purely physic inner state), tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual. Artinya, proses ini terjadi secara subyektif dan unik pada diri setiap individu. Keunikan ini dapat terjadi oleh adanya perbedaan individual yang berasal dari nilai-nilai dan norma yang ingin dipertahankan dan dikelola oleh individu.

Page 6: bahan ASI

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi  terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

2.3.2    Komponen Pokok Sikap

Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang (Wawan, A dan Dewi M, 2010), yaitu:

1.    Komponen kognitifMerupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Komponen kognitif

berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu yang dapat disamakan penanganan (opini), terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

2.    Komponen afektif (komponen emosional)Merupakan komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap

objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif.

3.    Komponen konatif (komponen perilaku atau action component)Merupakan komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek

sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

2.3.3        Tingkatan Sikap

                        Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan (Wawan, A dan Dewi M, 2010), yakni:

1.    Menerima (Receiving)Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

2.    Merespon (Responding)Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang

diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3.    Menghargai (Valuing)Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu

indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu yang mengajak ibu yang lain untuk pergi

Page 7: bahan ASI

menimbangkan anaknya ke Posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa sidik jari laten ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4.    Bertanggung jawab (Responsible)Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah

merupakan sikap yang paling tinggi.

2.3.4    Sifat Sikap

            Sifat sikap ada dua macam, dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Wawan, A dan Dewi M, 2010):

1.    Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu.

2.    Sikap negatif, terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.

2.3.5    Ciri-ciri Sikap

            Ciri-ciri sikap (Wawan, A dan Dewi M, 2010) adalah:1.    Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu

dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenis, seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

2.    Sikap dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

3.    Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

4.    Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5.    Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.2.3.6    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

                        Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap objek sikap   (Saifuddin, A 2000), antara lain:

1.    Pengalaman pribadiUntuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan

kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. 

2.    Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Page 8: bahan ASI

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

3.    Pengaruh kebudayaanTanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai

masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

4.    Media massa            Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita

yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5.    Lembaga pendidikan dan lembaga agamaKonsep moral dan ajaran dari lembaga pembaga pendidikan dan lembaga agama sangat

menentukan sistem kepercayaan, tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

6.    Faktor emosionalKadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi

sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

2.3.7    Cara Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo, S 2003).

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourable. Sebaliknya, pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang tidak favourable. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataanfavourable dan tidak favourable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif, yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali objek sikap (Saifuddin, A 2000).1.    Skala Thurstone

         Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan kontinum dari yang sangat unfavourable hingga sangatfavourable terhadap suatu objek sikap. Caranya dengan

Page 9: bahan ASI

memberikan orang tersebut sejumlah item sikap yang telah ditentukan derajatfavorabilitasnya. Derajat (ukuran) favorabilitas ini disebut nilai skala.2.    Skala Likert         Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradiasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Seperti halnya skala Thurstone, skala Likertdisusun dan diberi skor sesuai dengan skala interval sama (equal interval scale).3.    Skala Guttman

         Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya-tidak”; “pernah-tidak pernah”; “positif-negatif” dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa interval atau rasio dikotomi(dua alternatif). Dalam skala Guttman hanya terdapat dua interval. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ingin ditanyakan.4.    Unobstrusive Measures

Metode ini berakar dari suatu situasi dimana seseorang dapat mencatat aspek-aspek perilakunya sendiri atau yang berhubungan sikapnya dalam pertanyaan.5.    Pengukuran Involuntary Behaviour

Pengukuran dapat dilakukan jika memang diinginkan atau dapat dilakukan oleh responden. Dalam banyak situasi, akurasi pengukuran sikap dipengaruhi oleh kerelaan responden. Pendekatan ini merupakan pendekatan observasi terhadap reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi tanpa disadari dilakukan oleh individu yang bersangkutan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran sikap (Wawan, A dan Dewi M, 2010), yaitu:1. Keadaan objek yang diukur2. Situasi pengukuran3. Alat ukur yang digunakan4. Penyelenggaraan pengukuran5. Pembacaan atau penilaian hasil pengukuran

2.3.8    Faktor-faktor Perubah Sikap menurut Wawan, A dan Dewi. M (2010)

                        Perubahan sikap dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:1. Sumber dari pesan

Sumber pesan dapat berasal dari seseorang, kelompok, institusi. Dua ciri penting dari sumber pesan, yaitu:

Page 10: bahan ASI

a. KredibilitasSemakin percaya dengan orang yang mengirimkan pesan, maka kita akan semakin menyukai

untuk dipengaruhi oleh pemberi pesan. Dua aspek penting dalam kredibilitas, yaitu keahlian-keahlian dan kepercayaan saling berkaitan. Tingkat kredibilitas berpengaruh terhadap daya persuasif.

Jika kredibilitas tinggi, maka daya persuasif juga tinggi. Jika kredibilitas rendah, maka daya persuasif juga rendah.

b. Daya tarikKredibilitas masih perlu ditambah daya tarik dipengaruhi oleh daya tarik fisik, menyenangkan,

dan ada kemiripan.2. Pesan (isi dari pesan)

Umumnya berupa kata-kata dan simbol-simbol lain yang menyampaikan informasi. Ada tiga hal yang berkaitan dengan isi pesan, yakni:a.  Usulan

Merupakan suatu pernyataan yang kita terima secara tidak kritis. Pesan dirancang dengan harapan orang akan percaya, membentuk sikap, dan terhasut dengan apa yang dikatakan tanpa melihat faktanya, contoh: iklan di TV.b.  Menakuti

Cara lain untuk membujuk adalah dengan menakut-nakuti. Jika terlalu berlabihan maka orang menjadi takut, sehingga informasi justru dijauhi.c.  Pesan satu sisi dan dua sisi

Pesan satu sisi paling efektif jika orang dalam keadaan netral atau sudah menyukai suatu pesan. Pesan dua sisi lebih disukai untuk mengubah pandangan yang bertentangan.3. Penerima pesan     Beberapa ciri penerima pesan:

a.  Influenceability

Sifat kepribadian seseorang tidak berhubungan dengan mudahnya seseorang untuk dibujuk, meski demikian anak-anak lebih mudah dipengaruhi daripada orang dewasa. Orang berpendidikan rendah juga lebih mudah dipengaruhi daripada yang berpendidikan tinggi.b.  Arah perhatian dan penafsiran

Pesan akan berpengaruh pada penerima, tergantung dari persepsi dan penafsirannya. Yang terpenting pesan dikirim ke tangan orang pertama, mungkin dapat berbeda jika info sampai ke penerima kedua.

2.3.9    Kriteria Penilaian Sikap

Page 11: bahan ASI

                        Menurut Sugiyono (2010), pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:Baik, hasil persentase 76%-100%Cukup, hasil persentase 56%-75%Kurang, hasil persentase < 56%

2.4         Konsep Dasar Anak Sekolah

2.4.1    Pengertian Anak

                        Anak merupakan mahluk sosial, sama halnya dengan orang dewasa. Anak juga membutuhkan orang lain untuk bisa membantu mengembangkan kemampuannya. Karena pada dasarnya, anak lahir dengan segala kelemahan, sehingga tanpa ada orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal.

Menurut WHO, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun dan yang dimulai sejak konsepsi. Sedangkan menurut UU no.14 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak menyatakan bahwa anak adalah seseorang yang belum berumur 21 tahun dan belum menikah.

Menurut Rusdiono. H (2008), Lock. J (1989) mengemukakan bahwa anak merupakan pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Agustinus (1998) mengatakan bahwa anak bukanlah orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang diterima dari aturan-aturan yang bersifat memaksa.

2.4.2        Sekolah Dasar

                        Sekolah Dasar (disingkat SD) adalah jenjang paling dasarpada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah Dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun (Sudarwanto, 2005).                        Siswa adalah istilah bagi peserta didik yang menempuh pendidikan dasar dan menengah (Martutik, 2004).                        Berdasarkan dua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa sekolah dasar adalah peserta didik yang menempuh pendidikan pada jenjang paling dasar pada sistem pendidikan formal di Indonesia yang biasanya ditempuh dalam waktu 6 tahun.

2.4.3        Masa Anak-anak (Anak Sekolah)

                        Masa anak sekolah adalah periode anak-anak yang berusia antara 6 sampai dengan 10 atau 12 tahun. Perkembangan fisik pada anak sekolah cenderung berbeda dengan masa sebelumnya dan sesudahnya. Pertumbuhannya tangan dan kaki lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan togok. Pada masa ini kecenderungan pertumbuhan fisik ke arah tubuh tipe tertentu mulai terlihat, namun belum begitu jelas. Pada umumnya, baik anak laki-laki maupun perempuan mengalami peningkatan yang besar dalam hal minatnya melakukan aktivitas fisik. Anak sekolah

Page 12: bahan ASI

memerlukan aktivitas gerak yang beragam yang bisa meningkatkan kemampuan fisik, ketrampilan, kreativitas, serta sifat sosialnya (Widayatun, TR 2003).

2.4.4    Tugas-tugas Perkembangan

Salah satu dasar untuk menentukan apakah seorang anak telah mengalami perkembangan dengan baik atau tidak ialah melalui apa yang oleh Havighurst (1953) disebut tugas-tugas dalam perkembangan (developmental tasks). Mengenai ini Havighurst merumuskan sebagai berikut: “Tugas-tugas dalam perkembangan adalah tugas-tugas yang timbul pada atau kira-kira pada masa perkembangan tertentu dalam kehidupan seseorang yang bilamana berhasil akan menimbulkan kebahagiaan dan akan diharapkan berhasil pada tugas perkembangan berikutnya. Sebaliknya, bilamana gagal akan timbul ketidakbahagiaan pada diri pribadi yang bersangkutan, tidak diterima oleh masyarakatnya, dan mengalami kesulitan untuk mencapai tugas-tugas perkembangan selanjutnya.”

            Menurut Freud, tugas-tugas perkembangan ini bersumber pada tiga hal, yakni:1. Kematangan fisik2. Rangsangan atau tuntutan dari masyarakat3. Norma pribadi mengenai aspirasi-aspirasinya

Tugas-tugas perkembangan pada anak-anak kelompok umur 6 sampai 12 tahun, yaitu:1. Belajar kemampuan-kemampuan fisik yang diperlukan agar bisa melaksanakan permainan atau

olahraga yang biasa2.    Membentuk sikap-sikap tertentu terhadap dirinya sebagai pribadi yang sedang tumbuh dan

berkembang3.    Belajar bergaul dengan teman-teman seumurnya4.    Mengembangkan kemampuan-kemampuan dasar dalam membaca, menulis, dan menghitung5.    Mengembangkan nurani, moralitas, dan skala nilai6.    Memperolah kebebasan pribadi7.    Membentuk sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan institusi.       (Gunarsa, S 2000)

2.5 Penyuluhan

            Penyuluhan atau konseling merupakan salah satu jenis teknik pelayanan bimbingan diantara pelayanan-pelayanan lainnya, dan sering dikatakan sebagai inti dari keseluruhan pelayanan dalam bimbingan.             Pelayanan dengan konseling dimaksudkan untuk memberikan bantuan kepada individu dalam memecahkan masalahnya secara individual. James F. Adams menjelaskan bahwa ”Counseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana yang seorang (conselor) membantu yang lain (counselee), supaya ia dapat lebih baik memahami dirinya dalam

Page 13: bahan ASI

hubungan dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu pada waktu yang akan datang.”             Dengan memperhatikan definisi seperti diatas jelaslah bahwa konseling (counseling) merupakan salah satu teknik pelayanan dalam bimbingan secara keseluruhan, yaitu dengan memberikan bantuan secara individual (face to face relationship).            Terdapat beberapa teknik pengumpulan data untuk memahami klien,antara lain:

1.      Wawancara 2.      Observasi3.      Angket atau daftar isian 4.      Sosiometri5.      Pemeriksaan fisik dan kesehatan 6.      Test hasil belajar 7.      Test psikologis 8.      Biografi9.      Studi dokumenter 10.  Studi kasus 

            Penyuluhan kesehatan adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.             Agar dapat lebih dijamin keberhasilan proses belajar mengajar, maka ketika melaksanakannya diperlukan terjadinya berbagai macam alat bantu. Secara umum alat bantu tersebut dibedakan atas dua macam, yaitu:

1.       Alat peraga, yakni alat bantu guna memperjelaskan penyampaian materi pelajaran. 2.       Alat perlengkapan pelajaran, yakni alat bantu yang diperlukan untuk berlangsungnya proses

belajar mengajar.             Pada saat ini alat peraga sangat banyak macamnya yang secara sederhana dapat dibedakan atas:

1.      Alat peraga visual  a.       Peraga visual yang memerlukan bantuan proyektor, seperti slide dan film.b.      Peraga visual yang tidak memerlukan bantuan proyektor.2.      Alat peraga audio 

Diperlukan untuk menstimulir indera pendengaran, contoh: radio, pita suara, dan piringan hitam. 3.      Alat peraga audio visual 

Diperlukan untuk menstimulir indera pendengaran dan indera penglihatan, contoh : video dan film.(Saifuddin, A 2000)

Page 14: bahan ASI

PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG CARA MENYUSUI DI DESABAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangMenyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu di seluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI bahkan ibu yang buta huruf pun dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun demikian dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah (Utami Roeli, 2000).Pemberian ASI yang baik adalah sesuai kebutuhan bayi istilahnya on demand, kalau ASI diberikan pada saat anak sudah menangis sebenarnya itu sudah terlambat karena sudah kelamin. Keberhasilan menyusui harus diawali dengan kepekaan terhadap waktu yang tepat saat pemberian ASI. Kalau diperhatikan sebelum sampai menangis bayi sudah bisa memberikan tanda-tanda kebutuhan akan ASI berupa gerakan-gerakan memainkan mulut dan lidah atau tangan di mulut. Ketepatan waktu saja tidak cukup, tak jarang kegagalan dalam menyusui terjadi. Kegagalan biasanya disebabkan karena tehnik dan posisi yang kurang tepat bukan karena produksi ASI-nya yang sedikit. Kegagalan teknis menyusui bisa terjadi karena bayi yang bersangkutan pernah menggunakan dot (www.tabloidnakita.com).Kendala terhadap pemberian ASI telah teridentifikasi, hal ini mencakup faktor-faktor seperti kurangnya informasi dari pihak perawat kesehatan bayi, praktik-praktik rumah sakit yang merugikan seperti pemberian air dan suplemen bayi tanpa kebutuhan medis, kurangnya perawatan tindak lanjut pada periode pasca kelahiran dini, kurangnya dukungan dari masyarakat luas (Maribeth Hasselquist, 2006).Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai masalah, hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana, seperti cara menaruh bayi pada payudara ketika menyusui, isapan yang mengakibatkan puting terasa nyeri dan masih banyak lagi masalah lain. Untuk itu seorang ibu butuh seseorang yang dapat membimbingnya dalam merawat bayi termasuk dalam menyusui. Orang yang dapat membantunya terutama adalah orang yang berpengaruh besar dalam hidupnya atau disegani seperti suami, keluarga atau kerabat atau kelompok ibu-ibu pendukung ASI dan dokter atau tenaga kesehatan. Untuk mencapai keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai tehnik-tehnik menyusui yang benar (Soetjingsih, 1997).Jumlah bayi di Kabupaten Lampung Timur ada 21.795 bayi, yang di beri ASI Ekslusif 8.185 (37,55%) (Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Timur, 2005). Di desa Sidodadi dengan jumlah penduduk wanita 1.891 dan jumlah bayi sebanyak 85 bayi.Dari data di atas, terdapat jumlah bayi di Kecamatan Sekampung sebanyak 718 bayi dan 1.430 orang ibu yang menyusui. Di Desa Sidodadi terdapat 85 bayi dengan sasaran ibu yang menyusui sebanyak 170 orang. Berdasarkan hasil prasurvei pada periode bulan (Desember 2006 - Februari 2007) di Desa Sidodadi terdapat 58 orang ibu menyusui yang terbagi dalam 4 dusun yaitu Dusun 1 terdapat : 23 orang ibu menyusui, dari 23 orang ibu menyusui yang mengalami masalah seperti puting susu lecet ada 1 orang, payudara bengkak 18 orang, dan 4 orang lainnya tidak mengalami masalah. Dusun II terdapat 13 orang ibu menyusui, dari 13 orang ibu menyusui tersebut yang mengalami masalah seperti puting lecet ada 4 orang, payudara bengkak 1 orang, dan bendungan payudara ada 1 orang dan 7 orang lainya tidak mengalami masalah. Dusun III terdapat 9 orang ibu menyusui, dari 9 orang ibu menyusui tersebut yang mengalami masalah seperti puting lecet, ada 5 orang, bendungan payudara ada 1 orang dan 3 orang lainnya tidak mengalami masalah. Dusun IV terdapat 13 orang ibu menyusui dari 13 orang tersebut yang mengalami masalah seperti

Page 15: bahan ASI

puting lecet ada 6 orang, bendungan payudara 1 orang dan 6 orang lainnya tidak mengalami masalah. Dengan cara menyusui yang benar masalah-masalah seperti payudara bengkak, puting susu lecet, radang payudara, air susu kurang, bayi bingung puting (karena pemakaian dot atau kempeng) tidak ditemukan lagi/diminimalkan.Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan ibu menyusui tentang cara menyusui di Desa Sidodadi Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah “Bagaimanakah pengetahuan ibu menyusui tentang cara menyusui di Desa Sidodadi Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur tahun 2007”.

C. Ruang Lingkup Penelitian1. Sifat Penelitian : Deskriptif2. Subyek Penelitian : Ibu Menyusui3. Obyek Penelitian : Pengetahuan ibu menyusui tentang cara menyusui 4. Lokasi Penelitian : Desa Sidodadi Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur 5. Waktu Penelitian : Mei 20076. Alasan Penelitian : Dari hasil prasurvey bulan Desember 2006-Januari 2007 terdapat ibu yang mengalami puting susu lecet sebanyak 16 orang, bendungan payudara 3 orang, payudara bengkak 19 orang, di Desa Sidodadi Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur.

D. Tujuan PenelitianUntuk mengetahui pengetahuan ibu menyusui tentang cara menyusui di Desa Sidodadi Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur.

E. Manfaat PenelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat 1. Bagi Ibu Menyusui Penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan ibu tentang cara menyusui.2. Bagi Tempat PenelitiSebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran untuk lebih meningkatkan cara menyusui di Desa Sidodadi Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur.3. Bagi Peneliti Penelitian ini di harapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam penulisan karya tulis ilmiah sebagai penerapan ilmu yang didapat dengan proses pembelajaran secara nyata dalam membuat karya tulis ilmiah.4. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat melengkapi bacaan di perpustakaan sebagai acuan untuk penelitian sejenis dengan variabel penelitian yang lebih komplek.

Page 16: bahan ASI

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka1. PengetahuanPengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu : penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002). Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk diantaranya adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tau apa yang telah dipelajari antara lain, menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan, menyatakan dan sebagainya.b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan juga sebagai penggunaan atau aplikasi hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain.d. Analisis (analysis) Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menyebarkan materi untuk suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. e. Sintesis (synthesis), Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusu suatu formulasi baru dari formula-formula yang ada.

f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 1997).

2. MenyusuiIbu menyusui adalah ibu yang memberikan air susu kepada bayi dan sebagainya untuk diminum dari buah dada (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

3. Pengertian Air Susu Ibu (ASI)ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein lactase dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai bahan makanan utama bagi bayi (Soetjiningsih, 1997).Pada bayi normal bayi sudah dapat disusui segera setelah lahir. Lama disusi satu dua menit pada setiap payudara. Dengan menghisapnya bayi terjadi perangsangan pembuatan air susu dan secara tidak langsung rangsangan isap membantu proses pengecilan uterus. Air

Page 17: bahan ASI

susu yang pertama keluar disebut colostrum. Walau hanya dihisap beberapa tetes tetapi sudah cukup untuk kebutuhan bayi pada hari-hari pertama kehidupannya. Pada hari ke-3, bayi sudah harus menyusu selama 10 menit pada mamae ibu dengan jarak waktu 3-4 jam (Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 3).Pemberian ASI merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi pada umur 6 bulan pertama kehidupanya. Jika ada pemberian ASI masa ini bayi dapat kekurangan gizi dan mudah terserang penyakit. Keadaan ini akan berdampak pada anak dikemudian hari bahkan dapat berakibat pada kematian. Masalah pemberian ASI pada bayi muda cukup bulan biasanya berkaitan dengan jumlah asupan ASI yang kurang. Masalah pemberian ASI pada bayi kurang bulan biasanya berkaitan dengan jumlah asupan ASI yang kurang. Masalah pemberian ASI pada bayi kurang bulan biasanya terkait dengan reflek hisap yang belum sempurna (MTBS, Modul 6).

a. Reflek Pembentukan/Produksi dan Pengeluaran ASIPada ibu yang menyusui dikenal dengan 2 reflek yang masing-masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu :Reflek Prolaktin :“ Prolaktin : dirangsang hormon prolaktin kelenjar hipofise bagian depan di dasar otak. Proses pengisapan merangsang ujung syaraf disekitar payudara, saraf ini membawa pesan kebagian depan kelenjar hipophisa untuk memproduksi prolaktin, prolaktin dialirkan oleh darah ke kelenjar payudara untuk merangsang pembuatan ASI”.Reflek “Let Down”“Isapan bayi merangsang saraf sekitar payudara, saraf membawa pesan ke bagian belakang kelenjar hipofise, keluar hormon oksitosin dialirkan darah, kontraksi sel-sel mioepitel sekitar alveoli dan duktus lactiferous mendorong ASI keluar dari alveoli melalui duktus lactiferous melalui sinus lactiferus”.

b. Mekanisme MenyusuiBayi yang sehat memiliki 2 reflek intrinsic keberhasilan menyusui seperti : Reflek mencari (Rooting reflek)Puting atau tangan diletakkan pada pipi disekitar mulut, maka akan menimbulkan reflek mencari pada bayi. Reflek menghisap (Sucking reflek)Rahang menekan kalang payudara dengan bantuan bibir secara berirama, gusi akan menjepit kalang payudara dan sinus lactiferous, sehingga air susu akan mengalir. Reflek menelan (swallowing reflek)Pada saat air susu keluar dari puting susu akan disusul dengan gerakan menghisap sehingga air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan dan masuk ke lambung (Soetjiningsih, 1997)

4. Langkah-langkah Menyusui yang Benara. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan di sekitar payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan). Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu di depan.

Page 18: bahan ASI

Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi). Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.  Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.c. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah, jangan menekan puting susu atau kalang payudaranya saja.d. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara: Menyentuh pipi dengan puting susu atau,  Menyentuh sisi mulut bayi.

Gambar 1. Cara meletakkan bayi dan memegang payudara.

e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan puting serta payudara dimasukkan ke mulut bayi : Usahakan sebagian besar payudara dapat masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah payudara. Posisi yang salah, yaitu apabila bayi hanya mengisap pada puting susu saja, akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan puting susu lecet. Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau disangga lagi.

Cara Pengamatan Teknik Menyusui Yang BenarTeknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yang benar, dapat dilihat: bayi tampak tenang, badan bayi menempel pada perut ibu,  mulut bayi terbuka lebar, dagu menempel pada payudara ibu, sebagian besar payudara masuk ke dalam mulut bayi,  bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan, puting susu ibu tidak terasa nyeri, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus,  kepala tidak menengadah. (ASI, Soetjiningsih, 1997)f. Melepas isapan bayiSetelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya diganti dengan payudara yang satunya. Cara melepas isapan bayi: jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau,  dagu bayi ditekan ke bawah.g. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan di sekitar payudara; biarkan kering dengan sendirinya.h. Menyendawakan bayi.Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh - Jawa) setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi adalah: Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan,

Page 19: bahan ASI

Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan. (Mary Beth Hasselauist, 2006)

Gambar 2. Menyendawakan bayi

5. Tanda Bayi Cukup ASIBayi kencing setidaknya 6 x dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai kuning muda, bayi sering BAB berwarna kekuningan “berbiji”, bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan cukup tidur, menyusu 10-12 x dalam 24 jadi, payudara ibu terasa lembut setiap kali selesai menyusui. Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai menyusu. Bayi bertambah berat badannya. Tanda-tanda penyusuan yang tidak efektifa. Bibir bayi mengkerut meskipun ia menghisap dengan sedotanb. Bibirnya kelihatan tenggelam, karena jaringan susu tidak cukup mengisi mulutnya.c. Terdengar bunyi ceklekan selama menyusuid. Anda tidak mendengarnya menelane. Ia tergelincir dari payudara dengan penuh ketakutanf. Putting susu merasa sakit setelah menit pertama.(Mary Beth Hasselauist, 2006)g. Bayi mengisap dengan isapan yang cepat dan dangkalh. Dapat terlihat lakukan pada pipii. Bayi tampak belum kenyang dan tidak tenang, ia akan menangis dan mencoba untuk mengisap. (Emelia-Hamzah, 2001)

6. Masalah-masalah yang Timbul dalam Masa Laktasia. Puting datar atau terbenamMengatasinya dapat dilakukan dengan jalan menarik-narik puting, sejak hamil harus menyusui agar sering tertarik.

b. Puting lecet (sore or cracked nipples)Puting mengalami lecet, retak atau terbentuk celah. Hal ini dapat hilang dengan sendirinya jika ibu merawat payudara secara baik dan teratur. Caranya : Olesi puting susu dengan ASI setiap kali akan dan sudah menyusui, hal ini mempercepat sembuhnya lecet dan rasa perih Jangan menggunakan BH yang terlalu ketat Jangan membersihkan puting dan aerola dengan sabun, alcohol dan obat0obatan yang merangsang putting susu. Posisi menyusui yang bervariasi, jika dengan posisi yang sama dapat membuat trauma yang terus-menerus di tempat yang sama sehingga memudahkan terjadinya lecet.

Cara mengatasi puting lecet : Jika rasa nyeri dan lecet tidak terlalu berat, ibu dapat menyusui pada daerah yang tidak nyeri. Untuk mengurangi rasa sakit, oles puting susu dengan es beberapa saat. Proses menyusui dengan tenang dan bernafas dalam-dalam sampai ASI mengalir keluar dan rasa perih berkurang

Page 20: bahan ASI

Jika rasa nyeri berlangsung hebat atau luka semakin berat, putting yang sakit diistirahatkan selama 24 jam. ASI tetap dikeluarkan dengan tangan (diperah) dan diberikan kepada bayi.c. Payudara bengkak (Breast Engorgement)Terjadi karena hambatan aliran vena atau saluran kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara. Untuk mengatasinya : Kompres payudara dengan handuk hangat, masase ke arah putting, hingga payudara terasa lemas dan ASI dapat keluar melalui puting, hingga payudara terasa lemas dan ASI dapat keluar melalui puting. Susukan bayi tanpa dijadwal sampai payudara terasa kosong Urut payudara mulai dari tengah lalu kedua telapak tangan ke samping, ke bawah dengan sedikit ke atas dan lepaskan dengan tiba-tiba. Keluarkan ASI sedikit dengan tangan agar payudara menjadi lunak dan putting susu menonjol keluar Susukan bayi lebih sering

d. Saluran susu tersumbat (Obstructed duct)Timbul karena tekanan jari pada waktu menyusui, pemakaian BH yang terlalu ketat, adanya komplikasi payudara bengkak yang tidak segera diatasi. Jika ibu merasa nyeri, payudara dapat dikompres dengan air hangat sebelum menyusui dan setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak.

e. Mastitis dan Abses PayudaraMastitis adalah peradangan pada payudara. Bagian yang terkena menjadi merah, bengkak, nyeri dan panas. Suhu meningkat kadang-kadang disertai menggigil. Terjadi pada masa 1-3 minggu setelah melahirkan. Cara mengatasinya berkonsltasi pada dokter untuk mendapatkan terapi antibiotic dan obat penghilang rasa sakit. Ibu harus banyak beristirahat dan tetap menyusui bayinya.Mastitis yang tidak diobati akan berlanjut ke abses, ibu tampak kesakitan, payudara merah mengkilap, dan benjolan mengandung cairan berupa nanah. Sementara berhenti menyusu pada bagian yang terkena, susukan bayi pada payudara yang sehat. Dokter melakukan tindakan pengeluaran nanah dan memberi antibiotic serta obat penahan rasa sakit (Puspa Swara, 2003).

7. Beberapa masalah yang sering terjadi ketika bayi menyusuia. Bayi Bingung PutingKeadaan bayi yang mengalami nipple confusion karena diberi susu formula dalam botol bergantian dengan menyusu pada ibu. Bila bayi menyusu pada ibu, bayi harus bekerja keras untuk menarik dan mengurut puting dan aerola sehingga keluar ASI. Tidak demikian dengan dot, dot mempunyai lubang sehingga tanpa berusaha keras dapat menelan susu tanpa diisap. Tanda bingung putting antara lain : Bayi menghisap puting seperti menghisap dot Waktu menyusu terputus-putus/sebentar-sebentar menyusu Bayi menolak menyusu pada ibu.Cara mencegah puting susu antar lain usahakan bayi untuk menyusu pada ibu, proses menyusui lebih sering, lebih lama tanpa terjadwal, lakukan penyusuan dengan lebih sabar, teliti dan telaten.

b. Bayi enggan MenyusuBayi perlu mendapat perhatian khusus jika ia enggan menyusu terutama jika muntah, diare, mengantuk, kuning, dan kejang-kejang.Penyebab bayi enggan menyusu : Hidung tertutup lendir/ingus karena pilek sehingga sulit untuk mengisap / bernafas. Terlambat mulai menyusui, bayi ditinggal lama karena ibu sakit / bekerja Bayi di samping diberi ASI diberi dot juga

Page 21: bahan ASI

Bayi dengan prelateal feeding atau mendapat makanan tambahan terlalu dini. ASI kurang lancar/terlalu deras Bayi dengan frenulum linguage (tali lidah) pendek yang disebut dengan short tongue tie.

c. Bayi sering menangisMungkin karena lapar, takut, kesepian, bosan, popok basah / kotor. 84% dapat ditanggulangi dengan cara menyusui bayi dengan tehnik yang benar sampai tangis bayi dapat dihentikan, kecuali jika bayi sakit perlu mendapat penanganan tersendiri.

d. Bayi KembarBayi dapat disusukan bersama atau bergantian, jika bersamaan ibu dapat mengambil posisi “memegang bola”, kombinasi atau biasa. Posisi memegang bola : memegang kepala dengan satu tangan, badan bayi berada di lengan ibu dengan kedua kaki ke arah punggung ibu, dipakai pad saat menyusui secara bersamaan.Posisi kombinasi : satu bayi disusukan secara biasa, sedangkan bayi yang lain dengan posisi memegang bola. Posisi biasa : dengan cara memangku bayi dengan kepala/tengkuk berada pada siku ibu bagian dalam.

e. Bayi sumbingBayi dengan sumbing, langit-langit lembek (palatum mole) dapat menyusu tanpa kesulitan dengan cara : dengan memberikan posisi tegak atau berdiri agar ASI tidak masuk ke dalam hidung bayi. Apabila sumbing itu hanya pada bibir atas saja, bayi dapat menyusu sambil ibu menutup sumbing tersebut dengan jari agar bayi dapat menghisap dengan sempurna. Hal paling sulit terjadi jika sumbing ganda atau, yaitu pada langit-langit keras (palatum durum) dan bibir sehingga bayi sulit menghisap/menangkap puting susu dengan sempurna. Jika posisi seperti tersebut ASI dapat dikeluarkan dengan manual/pompa dan diberikan dengan sendok, pipet/botol dot, yang mempunyai bentuk seperti putting susu sapi atau kambing, jika sulit mendapatkannya, gunakan dua dot yang disambung sehingga ukuranya lebih panjang.

f. Ikterus pada neonatusIkterus patologi terjadi pada 24 jam pertama setelah bayi lahir. Hal ini terjadi karena infeksi atau terkena intoksikasi obat. Pada ikterus dini tindakan yang dikerjakan terapi sinar (phototheraphy). Dengan cara ini, energi sinar akan mengubah senyawa bilirubin menjadi senyawa yang mudah larut dalam air untuk dieksresikan (dikeluarkan).8. Keunggulan ASI terhadap Susu Lainnya.Keunggulan ASI terhadap susu lainnya antar lain : Murah, sehat, dan mudah dm memberikannya  Mengandung zat yang dapat meninggikan daya tahan anak terhadap penyakit. Mengandung cukup banyak makanan yang diperlukan oleh bayi Menyusui berarti menjalin kasih sayang ibu terhadap anak. Menyusui mempercepat ibu menjadi langsung kembali sesudah melahirkan(file : ii c :/ docume~1/micros~1/local~1/rem/oxe 1300e%.html).

B. Kerangka KonsepKerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005). Agar konsep dapat diamati, dan diukur maka konsep harus dijabarkan dalam variabel atas dasar tersebut maka sebagai variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu nifas tentang cara ibu menyusui.

Page 22: bahan ASI

Jika digambarkan dalam kerangka konsep adalah sebagai berikut :

Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian

C. Definisi Operasional VariabelDefinisi operasional digunakan untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel diamati atau diteliti. Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran dan pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen atau alat ukur (Notoatmodjo, 2005).

Tabel 1. Definisi Operasional 

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil ukur Skala1 Pengetahuan Hasil tahu dan ini terjadi melalui panca indera manusia(Notoatmodjo, 2003) Angket Kuesioner - Sangat baik(skor 29-35)- Baik (skor 22-28) - Cukup (skor 15-21) - Kurang(skor 8-14)- Sangat kurang(skor 0-7) Ordinal 2 Ibu Menyusui Ibu yang memiliki bayi usia 0-2 tahun dan masih menyusui 

Page 23: bahan ASI

Kisi–kisi Pertanyaan KuisionerNo. Sub Variabel Jumlah Soal Nomor Soal1 Pengertian ASI 7 1 – 72 Cara menyusui 7 8 – 143 Tanda bayi cukup ASI 7 15 – 214 Keunggulan ASI 5 22 – 265 Masalah-masalah yang terjadi jika cara menyusui salah 9 27 – 35JUMLAH 35 

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Jenis PenelitianJenis penelitian deskriptif, adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005).

B. Populasi dan Sampel1. PopulasiPopulasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo 2005). Berdasarkan pendapat di atas maka yang akan menjadi populasi dalam penelitian ini adalah ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0-2 tahun yang berada di Desa Sidodadi Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur. 

2. SampelSampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2002), selanjutnya menurut (Notoatmodjo 2005) sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara accidental, yaitu diambil dari responden atau kasus yang kebetulan ada. C. Instrumen PenelitianInstrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan data, instrumen ini dapat berupa pertanyaan (question), formulir observasi dan formulir-formulir lain yang berkaitan dengan penataan data dan lain-lain (Notoatmodjo, 2005).Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner. Kuisioner atau angket merupakan suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum/banyak orang (Notoatmodjo, 2002 ; 12).

D. Tehnik Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan wawancara, tehnik ini dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan tanggapan informasi jawaban dan sebagainya.

Page 24: bahan ASI

E. Pengolahan DataSetelah data terkumpul melalui angket atau kuisioner maka dapat dilakukan pengolahan data melalui beberapa tahapan sebagai berikut:1. Seleksi Data (Editing)Dimana penulis akan melakukan penelitian terhadap data yang diperoleh dan diteliti apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam penelitian.2. Pemberian Kode (Coding)Setelah dilakukan editing, selanjutnya penulis memberikan kode tertentu pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisis data.3. Pengelompokan Data (Tabulating)Pada tahap ini jawaban-jawaban responden yang sama dikelompokan dengan teliti dan teratur lalu dihitung dan dijumlahkan kemudian dituliskan dalam bentuk tabel-tabel. 

F. Analisa DataUntuk mengetahui pengetahuan responden digunakan skor maksimal setiap pertanyaan yang dijawab benar diberi skor 1 dan pertanyaan yang dijawab salah atau tidak dijawab diberi skor 0, sehingga dari 35 pertanyaan skor maksimal 35. Sangat Baik : jumlah skor 29-35 Baik : jumlah skor 22-28 Cukup : jumlah skor 15-21 Kurang : jumlah skor 8-14 Sangat Kurang : jumlah skor 0-7(Arikunto, 2005).Untuk menghitung distribusi frekuensi kategori pengetahuan digunakan rumus sebagai berikut :Keterangan:P = ProsentaseF = Frekuensi N = Jumlah keseluruhan responden100% = Konstanta(Eko Budiarto, 2002)

BAB IVHASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian 

Page 25: bahan ASI

1. Gambaran Umum Wilayah Penelitiana. Keadaan GeografiDesa Sidodadi berada di wilayah Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur dengan luas wilayah 368 Ha.Adapun batas-batas desa Sidodadi adalah sebagai berikut:- Sebelah utara berbatasan dengan Sumber Gede- Sebelah barat berbatasan dengan Bale Kencono- Sebelah selatan berbatasan dengan Sidomulyo- Sebelah timur berbatasan dengan Giri klopomulyo

Desa Sidodadi ini terbagi dalam 4 dusun yaitu dusun I dengan nama Kebumen, Dusun II Kuto Arjo, dusun III Magelangan dan Dusun IV bernama Gombong.

b. Demografi Jumlah penduduk Sidodadi pada tahun 2006 adalah 3.247 jiwa dengan jumlah laki-laki: 1685 jiwa dan wanita: 1562 jiwa, jumlah KK di desa Sidodadi adalah sebanyak 858 KK.

1) Saran Pendidikan Desa SidodadiSarana pendidikan yang ada di Desa Sidodadi terdiri dari SD/MI sebanyak 3 buah, SLTP/MTs sebanyak 1 buah.2) Keadaan Penduduk berdasarkan Agama yang dianutSebagian besar penduduk desa Sidodadi beragama islam, dengan jumlah ± 3.203 orang, Kristen 16 orang, dan Katholik 12 orang.3) Sarana Kesehatan Desa Sidodadi Sarana kesehatan yang ada di desa Sidodadi hanya terdapat 4 Posyandu, 1 Polindes. 

2. Hasil Penelitian Setelah dilakukan penelitian di desa Sidodadi kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur pada tanggal 16-23 Mei 2007, maka didapatkan hasil penelitian seperti terlihat pada tabel dibawah ini:Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu menyusui tentang Cara Menyusui di Desa Sidodadi Kec. Sekampung Kab. Lampung Timur tahun 2007.

No. Pengetahuan Jumlah Responden Persentase1. Sangat Baik 0 0%2 Baik 7 20%3 Cukup 26 74,29%4 Kurang 2 5,71%5 Sangat kurang 0 0%JUMLAH 35 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 35 orang responden yang berpengetahuan baik terdapat 7 orang (20%), cukup 26 orang (74,29%), kurang 2 orang (5,71%).B. PembahasanPengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu di seluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI bahkan ibu yang buta huruf pun dapat menyusui anaknya dengan baik (Roesli, Utami, 2000). Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai masalah, hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana, seperti cara menaruh bayi pada payudara ketika menyusui, isapan yang mengakibatkan puting terasa nyeri dan masih banyak lagi masalah lain. Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai masalah, hanya

Page 26: bahan ASI

karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana, seperti cara menaruh bayi pada payudara ketika menyusui, isapan yang mengakibatkan puting terasa nyeri dan masih banyak lagi masalah lain. Untuk itu seorang ibu butuh seseorang yang dapat membimbingnya dalam merawat bayi termasuk dalam menyusui. Orang yang dapat membantunya terutama adalah orang yang berpengaruh besar dalam hidupnya atau disegani seperti suami, keluarga atau kerabat atau kelompok ibu-ibu pendukung ASI dan dokter atau tenaga kesehatan. Untuk mencapai keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai tehnik-tehnik menyusui yang benar (Soetjingsih, 1997) 

Dari uraian diatas jelaslah bahwa pengetahuan ibu menyusui tentang cara menyusui sangatlah penting. Hasil penelitian di desa Sidodadi kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur tahun 2007 pada bulan Mei menunjukan bahwa dari 35 orang responden yang berpengetahuan baik 7 orang (20%), cukup 26 orang (74,29%), kurang 2 orang (5,71%).Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa pengetahuan ibu menyusui di desa Sidodadi kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur sebagian besar adalah berpengetahuan cukup. Walaupun masih terdapat ibu menyusui yang berpengetahuan kurang hal itu disebabkan karena masih ada ibu-ibu yang belum mengetahui tentang keunggulan ASI, cara menyusui, dan masalah-masalah yang terjadi jika cara menyusuinya tidak benar. Prosentase responden yang menjawab dengan benar, paling sedikit adalah nomor 26 yaitu 40% tentang keunggulan ASI, pertanyaan nomor. 9 yaitu 42,86% tentang posisi perut bayi pada saat menyusui, pertanyaan nomor 10 yaitu 45,71% tentang cara memegang payudara saat menyusui, pertanyaan nomor 12 yaitu 45,71% tentang alasan menyendawakan bayi, pertanyaan nomor 13 yaitu 42,86 tentang gambar menyendawakan bayi, pertanyaan nomor 14 yaitu 45,71% tentang perlekatan yang benar saat menyusui, pertanyaan nomor 25 yaitu 48,57% tentang berat badan bayi yang cukup ASI, dan pertanyaan nomor 31 yaitu 45,71% tentang masalah-masalah yang terjadi bila cara menyusuinya tidak benar.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. KesimpulanDari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pengetahuan ibu menyusui di desa Sidodadi kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur tahun 2007, bahwa dari 35 orang responden yang termasuk

Page 27: bahan ASI

dalam kategori yang berpengetahuan baik 7 orang (20%), cukup 26 orang (74,29%), kurang 2 orang (5,71%).

B. Saran1. Bagi Ibu MenyusuiDiharapkan kepada ibu-ibu menyusui untuk menambah pengetahuannya tentang cara menyusui agar tidak terjadi masalah-masalah dalam menyusui, sehingga dapat memberikan ASI sepenuhnya kepada bayi tanpa mengalami suatu masalah. 2. Bagi Tenaga KesehatanDiharapkan kepada bidan desa dan tenaga kesehatan lain dapat bekerjasama dengan kader dan dukun untuk melakukan penyuluhan atau bimbingan tentang keunggulan ASI, cara menyusui, masalah-masalah yang terjadi pada ibu-ibu yang memiliki bayi pada masa laktasi.

3. Bagi Peneliti lainnyaSebagai bahan masukan dan mengkaji hal-hal yang belum dapat dimunculkan atau dibahas dalam penelitian ini.

Senin, 16 Agustus 2010GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG CARA

Page 28: bahan ASI

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangMenyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu di seluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI bahkan ibu yang Walaupun demikian dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah (Utami Roesli, 2000).Pemberian ASI yang baik adalah sesuai kebutuhan bayi istilahnya on demand, kalau ASI diberikan pada saat anak sudah menangis sebenarnya itu sudah terlambat. Keberhasilan menyusui harus diawali dengan kepekaan terhadap waktu yang tepat saat pemberian ASI. Kalau diperhatikan sebelum sampai menangis bayi sudah bisa memberikan tanda-tanda kebutuhan akan ASI berupa gerakan-gerakan memainkan mulut dan lidah atau tangan di mulut. Ketepatan waktu saja tidak cukup, tak jarang kegagalan dalam menyusui terjadi. Kegagalan biasanya disebabkan karena teknik dan posisi yang kurang tepat bukan karena produksi ASI-nya yang sedikit. Kegagalan teknik menyusui bisa terjadi karena bayi yang bersangkutan pernah menggunakan dot (www.tabloidnakita.com). Kendala terhadap pemberian ASI telah teridentifikasi, hal ini mencakup faktor-faktor seperti kurangnya informasi dan praktik-praktik rumah sakit yang merugikan seperti pemberian air dan suplemen bayi tanpa kebutuhan medis, kurangnya perawatan tindak lanjut pada periode pasca kelahiran dini, kurangnya dukungan dari masyarakat luas (Maribeth Hasselquist, 2006).Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai masalah, hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana, seperti cara menaruh bayi pada payudara ketika menyusui, isapan yang mengakibatkan puting terasa nyeri dan masih banyak lagi masalah lain. Untuk itu seorang ibu butuh seseorang yang dapat membimbingnya dalam merawat bayi termasuk dalam menyusui. Orang yang dapat membantunya terutama adalah orang yang berpengaruh besar dalam hidupnya atau disegani seperti suami, keluarga atau kerabat atau kelompok ibu-ibu pendukung ASI dan dokter atau tenaga kesehatan. Untuk mencapai keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai teknik-teknik menyusui yang benar (Soetjingsih, 1997).Berdasarkan data dari Bidan Desa Tanjung Muda pada bulan (Januari 2009 - Februari 2009) terdapat 54 orang ibu menyusui, yang mengalami masalah 34 orang ibu menyusui dengan uraian: puting susu lecet 17 orang, payudara bengkak 12 orang, bendungan ASI 5 orang. Dengan banyaknya masalah seperti puting susu lecet, payudara bengkak dan bendungan ASI membuat Ibu merasa tidak nyaman dalam memberikan ASI kepada Bayinya bahkan ada 3 Orang Ibu berhenti memberikan ASI lagi kepada Bayinya.Dengan cara menyusui yang benar masalah-masalah seperti payudara bengkak, puting susu lecet, radang payudara, air susu kurang, bayi bingung puting (karena pemakaian dot atau kompeng) tidak ditemukan lagi/diminimalkan.Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan ibu menyusui tentang cara menyusui yang benar di Desa Tanjung Muda Kecamatan Hamparan Rawang Kabupaten Kerinci

B. Rumusan Masalah dan pertanyaan penelitian

Page 29: bahan ASI

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah: “ Masih rendahnya pengetahuan ibu menyusui tentang cara menyusui yang benar di Desa Tanjung Muda Pertanyaan peneliti adalah: Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang cara menyusui yang benar

C. Tujuan PenelitianUntuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang cara menyusui yang benar di Desa Tanjung Muda Kecamatan Hamparan Rawang Kabupaten Kerinci tahun 2009

D. Manfaat Penelitian1. Bagi Puskesmas RawangSebagai informasi bahwa di wilayah kerja Puskesmas Rawang ada ibu-ibu yang tidak menyusui dengan benar 2. Bagi Bidan Desa Untuk ibu bidan di desa Tanjung Muda agar lebih memberikan penyuluhan pada semua ibu-ibu menyusui serta mengajari cara menyusui yang benar 3. Bagi Peneliti LainPenelitian ini di harapkan dapat di gunakan sebagai acuan untuk melakukan penulisan Karya Tulis Ilmiah. 

E. Lingkup PenelitianPenelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang cara menyusui yang benar di Desa Tanjung Muda Kecamatan Hamparan Rawang Kabupaten Kerinci tahun 2009. Responden dalam penelitian ini adalah 54 orang ibu menyusui, pengumpulan data akan dilakukan pada bulan Juli 2009 melalui wawancara dengan menggunakan kusioner

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. PengetahuanPengetahuan adalah Hasil tahu dan ini terjadi melalui panca indra manusia ( Notoatmodjo, 2003 ).Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu : penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002). Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk diantaranya adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tau apa yang telah dipelajari antara lain, menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan, menyatakan dan sebagainya.2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.3. Aplikasi (application) 

Page 30: bahan ASI

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan juga sebagai penggunaan atau aplikasi hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain.4. Analisis (analysis) Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menyebarkan materi untuk suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5. Sintesis (synthesis), Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusu suatu formulasi baru dari formula-formula yang ada.

6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 1997).

B. Ibu Menyusui Ibu menyusui adalah ibu yang memberikan air susu kepada bayi dan sebagainya untuk diminum dari buah dada (Kamus Besar Bahasa Indonesia)1. Pengertian Air Susu Ibu (ASI)ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein lactase dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai bahan makanan utama bagi bayi (Soetjiningsih, 1997).Pada bayi normal bayi sudah dapat disusui segera setelah lahir. Lama disusui satu dua menit pada setiap payudara. Dengan menghisapnya bayi terjadi perangsangan pembuatan air susu dan secara tidak langsung rangsangan isap membantu proses pengecilan uterus. Air susu yang pertama keluar disebut colostrum. Walau hanya dihisap beberapa tetes tetapi sudah cukup untuk kebutuhan bayi pada hari-hari pertama kehidupannya. Pada hari ke-3, bayi sudah harus menyusu selama 10 menit pada mamae ibu dengan jarak waktu 3-4 jam (Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 3 ).Pemberian ASI merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi pada umur 6 bulan pertama kehidupanya. Jika ada pemberian ASI masa ini bayi dapat kekurangan gizi dan mudah terserang penyakit. Keadaan ini akan berdampak pada anak dikemudian hari bahkan dapat berakibat pada kematian. Masalah pemberian ASI pada bayi muda cukup bulan biasanya berkaitan dengan jumlah asupan ASI yang kurang. Masalah pemberian ASI pada bayi kurang bulan biasanya berkaitan dengan jumlah asupan ASI yang kurang. Masalah pemberian ASI pada bayi kurang bulan biasanya terkait dengan reflek hisap yang belum sempurna (MTBS, Modul 6) a. Reflek Pembentukan/Produksi dan Pengeluaran ASIPada ibu yang menyusui dikenal dengan 2 reflek yang masing-masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu :1) Reflek Prolaktin:“ Prolaktin: dirangsang hormon prolaktin kelenjar hipofise bagian depan di dasar otak. Proses pengisapan merangsang ujung syaraf disekitar payudara, saraf ini membawa pesan kebagian depan kelenjar hipophisa untuk memproduksi prolaktin, prolaktin dialirkan oleh darah ke kelenjar payudara untuk merangsang pembuatan ASI”.2) Reflek “Let Down”“Isapan bayi merangsang saraf sekitar payudara, saraf membawa pesan ke bagian belakang kelenjar hipofise, keluar hormon oksitosin dialirkan darah, kontraksi sel-sel mioepitel sekitar alveoli dan duktus lactiferous mendorong ASI keluar dari alveoli melalui duktus lactiferous melalui sinus lactiferus”.

Page 31: bahan ASI

b. Mekanisme MenyusuiBayi yang sehat memiliki 3 reflek intrinsic keberhasilan menyusui seperti : 1) Reflek mencari (Rooting reflek)Puting atau tangan diletakkan pada pipi disekitar mulut, maka akan menimbulkan reflek mencari pada bayi.2) Reflek menghisap (Sucking reflek)Rahang menekan kalang payudara dengan bantuan bibir secara berirama, gusi akan menjepit kalang payudara dan sinus lactiferous, sehingga air susu akan mengalir.3) Reflek menelan (swallowing reflek)Pada saat air susu keluar dari puting susu akan disusul dengan gerakan menghisap sehingga air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan dan masuk ke lambung (Soetjiningsih, 1997)2. Pembentukan dan Persiapan ASIPersiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air, lemak serta berkembangnya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan tegang dan sakit. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar, puting susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan aerola mamae makin menghitam.Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalana. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas tidak menumpuk.b. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi.c. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan operasi.

3. Langkah-langkah Menyusui yang BenarCuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar puting, duduk dan berbaring dengan santai.

Gambar 2.1. Cara meletakan bayi (Perinasia, 2004)

Gambar 2.2. Cara memegang payudara (Perinasia, 2004)

Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.

Gambar 2.3. Cara merangsang mulut bayi (Perinasia, 2004)

Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu.Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi membuka lebar.

Gambar 2.4. Perlekatan benar (Perinasia, 2004)

Gambar 2.5. Perlekatan salah (Perinasia, 2004)

4. Cara Pengamatan Teknik Menyusui Yang BenarTeknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjut¬nya atau bayi enggan

Page 32: bahan ASI

menyusu. Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yang benar, dapat dilihat:a. bayi tampak tenang,b. badan bayi menempel pada perut ibu, c. mulut bayi terbuka lebar,d. dagu menempel pada payudara ibu,e. sebagian besar payudara masuk ke dalam mulut bayi, f. bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan,

g. puting susu ibu tidak terasa nyeri,h. telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus, i. kepala tidak menengadah. (ASI, Soetjiningsih, 1997)

Gambar 2.6 cara menyusui yang benarj. melepas isapan bayiSetelah menyusui pada satu payudara sampai payudara terasa lembek, sebaiknya diganti dengan payudara yang satunya. Cara melepas isapan bayi:1) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau, 2) Dagu bayi ditekan ke bawah.k. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan di sekitar payudara; biarkan kering dengan sen¬dirinya.

l. menyendawakan bayi.Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh - Jawa) setelah menyusui. Cara menyen-dawakan bayi adalah:1) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan,2) Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan. (Mary Beth Hasselauist, 2006)

5. Posisi dan perlekatan menyusuiTerdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring

Gambar 2.7. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar (Perinasia,1994)

Gambar 2.8 Posisi menyusui sambil duduk yang benar (Perinasia, 1994)

Gambar 2.9. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar (Perinasia, 1994)Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara sepertimemegang bola bila disusui bersamaan, dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak tersedak.. Gambar 2.10. Posisi menyusui balita pada kondisi normal (Perinasia, 1994)

Page 33: bahan ASI

Gambar 2.11.Posisi menyusui bayi baru lahir di ruang perawatan (Perinasia,2004)

Gambar 2.12Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah (Perinasia, 2004)

Gambar 2.13. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh (Perinasia, 2004)

Gambar 2.14. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan (Perinasia, 2004)

6. Lama dan frekuensi menyusuiSebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bilabayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1 – 2 minggu kemudian.Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI.Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.

Gambar 2.15. Kutang (BH) yang baik untuk ibu menyusui (Perinasia, 2004)

7. Tanda Bayi Cukup ASIBayi kencing setidaknya 6 x dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai kuning muda, bayi sering BAB berwarna kekuningan “berbiji”, bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan cukup tidur, menyusu 10-12 x dalam 24 jadi, payudara ibu terasa lembut setiap kali selesai menyusui. Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai menyusu. Bayi bertambah berat badannya, adapun Tanda-tanda menyusui yang tidak efektif adalah:a. Bibir bayi mengkerut meskipun ia menghisap dengan sedotan b. Bibirnya kelihatan tenggelam, karena jaringan susu tidak cukup mengisi mulutnya.c. Terdengar bunyi ceklekan selama menyusuid. Anda tidak mendengarnya menelane. Ia tergelincir dari payudara dengan penuh ketakutanf. Putting susu merasa sakit setelah menit pertama.(Mary Beth Hasselauist, 2006) g. Bayi mengisap dengan isapan yang cepat dan dangkalh. Dapat terlihat lakukan pada pipii. Bayi tampak belum kenyang dan tidak tenang, ia akan menangis dan mencoba untuk mengisap. (Emelia-Hamzah, 2001)

8. Masalah-masalah yang Timbul dalam Masa Laktasia. Puting datar atau terbenamMengatasinya dapat dilakukan dengan jalan menarik-narik puting, sejak hamil harus

Page 34: bahan ASI

menyusui agar sering tertarik.

b. Puting lecet (sore or cracked nipples)Puting mengalami lecet, retak atau terbentuk celah. Hal ini dapat hilang dengan sendirinya jika ibu merawat payudara secara baik dan teratur. Caranya :1) Olesi puting susu dengan ASI setiap kali akan dan sudah menyusui, hal ini mempercepat sembuhnya lecet dan rasa perih2) Jangan menggunakan BH yang terlalu ketat3) Jangan membersihkan puting dan aerola dengan sabun, alcohol dan obat-obatan yang merangsang putting susu.4) Posisi menyusui yang bervariasi, jika dengan posisi yang sama dapat membuat trauma yang terus-menerus di tempat yang sama sehingga memudahkan terjadinya lecet, adapun cara mengatasi puting lecet:a. Jika rasa nyeri dan lecet tidak terlalu berat, ibu dapat menyusui pada daerah yang tidak nyeri. Untuk mengurangi rasa sakit, oles puting susu dengan es beberapa saat. Proses menyusui dengan tenang dan bernafas dalam-dalam sampai ASI mengalir keluar dan rasa perih berkurangb. Jika rasa nyeri berlangsung hebat atau luka semakin berat, putting yang sakit diistirahatkan selama 24 jam. ASI tetap dikeluarkan dengan tangan (diperah) dan diberikan kepada bayi.

c. Payudara bengkak (Breast Engorgement)Terjadi karena hambatan aliran vena atau saluran kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara. Untuk mengatasinya :1) Kompres payudara dengan handuk hangat, masase ke arah putting, hingga payudara terasa lemas dan ASI dapat keluar melalui puting, hingga payudara terasa lemas dan ASI dapat keluar melalui puting.2) Susukan bayi tanpa dijadwal sampai payudara terasa kosong3) Urut payudara mulai dari tengah lalu kedua telapak tangan ke samping, ke bawah dengan sedikit ke atas dan lepaskan dengan tiba-tiba.4) Keluarkan ASI sedikit dengan tangan agar payudara menjadi lunak dan putting susu menonjol keluar5) Susukan bayi lebih seringd. Saluran susu tersumbat (Obstructed duct)Timbul karena tekanan jari pada waktu menyusui, pemakaian BH yang terlalu ketat, adanya komplikasi payudara bengkak yang tidak segera diatasi. Jika ibu merasa nyeri, payudara dapat dikompres dengan air hangat sebelum menyusui dan setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak.

e. Mastitis dan Abses PayudaraMastitis adalah peradangan pada payudara. Bagian yang terkena menjadi merah, bengkak, nyeri dan panas. Suhu meningkat kadang-kadang disertai menggigil. Terjadi pada masa 1-3 minggu setelah melahirkan. Cara mengatasinya berkonsltasi pada dokter untuk mendapatkan terapi antibiotic dan obat penghilang rasa sakit. Ibu harus banyak beristirahat dan tetap menyusui bayinya.Mastitis yang tidak diobati akan berlanjut ke abses, ibu tampak kesakitan, payudara merah mengkilap, dan benjolan mengandung cairan berupa nanah. Sementara berhenti menyusu pada bagian yang terkena, susukan bayi pada payudara yang sehat. Dokter melakukan tindakan pengeluaran nanah dan memberi antibiotic serta obat penahan rasa sakit (Puspa Swara, 2003).

9. Beberapa masalah yang sering terjadi ketika bayi menyusuia. Bayi Bingung Puting

Page 35: bahan ASI

Keadaan bayi yang mengalami nipple confusion karena diberi susu formula dalam botol bergantian dengan menyusu pada ibu. Bila bayi menyusu pada ibu, bayi harus bekerja keras untuk menarik dan mengurut puting dan aerola sehingga keluar ASI. Tidak demikian dengan dot, dot mempunyai lubang sehingga tanpa berusaha keras dapat menelan susu tanpa diisap. Tanda bingung puting antara lain :1) Bayi menghisap puting seperti menghisap dot2) Waktu menyusu terputus-putus/sebentar-sebentar menyusu3) Bayi menolak menyusu pada ibu.Cara mencegah puting susu antar lain usahakan bayi untuk menyusu pada ibu, proses menyusui lebih sering, lebih lama tanpa terjadwal, lakukan penyusuan dengan lebih sabar, teliti dan telaten.b. Bayi enggan menyusuBayi perlu mendapat perhatian khusus jika ia enggan menyusu terutama jika muntah, diare, mengantuk, kuning, dan kejang-kejang.Penyebab bayi enggan menyusu :1) Hidung tertutup lendir/ingus karena pilek sehingga sulit untuk mengisap/ bernafas.2) Terlambat mulai menyusui, bayi ditinggal lama karena ibu sakit / bekerja3) Bayi di samping diberi ASI diberi dot juga4) Bayi dengan prelateal feeding atau mendapat makanan tambahan terlalu dini.5) ASI kurang lancar/terlalu deras6) Bayi dengan frenulum linguage (tali lidah) pendek yang disebut dengan short tongue tie.c. Bayi sering menangisMungkin karena lapar, takut, kesepian, bosan, popok basah / kotor. 84% dapat ditanggulangi dengan cara menyusui bayi dengan tehnik yang benar sampai tangis bayi dapat dihentikan, kecuali jika bayi sakit perlu mendapat penanganan tersendiri.d. Bayi KembarBayi dapat disusukan bersama atau bergantian, jika bersamaan ibu dapat mengambil posisi “memegang bola”, kombinasi atau biasa. Posisi memegang bola : memegang kepala dengan satu tangan, badan bayi berada di lengan ibu dengan kedua kaki ke arah punggung ibu, dipakai pad saat menyusui secara bersamaan.Posisi kombinasi : satu bayi disusukan secara biasa, sedangkan bayi yang lain dengan posisi memegang bola. Posisi biasa : dengan cara memangku bayi dengan kepala/tengkuk berada pada siku ibu bagian dalam.e. Bayi sumbingBayi dengan sumbing, langit-langit lembek (palatum mole) dapat menyusu tanpa kesulitan dengan cara : dengan memberikan posisi tegak atau berdiri agar ASI tidak masuk ke dalam hidung bayi. Apabila sumbing itu hanya pada bibir atas saja, bayi dapat menyusu sambil ibu menutup sumbing tersebut dengan jari agar bayi dapat menghisap dengan sempurna. Hal paling sulit terjadi jika sumbing ganda atau, yaitu pada langit-langit keras (palatum durum) dan bibir sehingga bayi sulit menghisap/menangkap puting susu dengan sempurna. Jika posisi seperti tersebut ASI dapat dikeluarkan dengan manual/pompa dan diberikan dengan sendok, pipet/botol dot, yang mempunyai bentuk seperti putting susu sapi atau kambing, jika sulit mendapatkannya, gunakan dua dot yang disambung sehingga ukuranya lebih panjang.

10. Keunggulan ASI terhadap Susu Lainnya. b. Murah, sehat, dan mudah memberikannya c. Mengandung zat yang dapat meninggikan daya tahan anak terhadap penyakit. d. Mengandung cukup banyak makanan yang diperlukan oleh bayie. Menyusui berarti menjalin kasih sayang ibu terhadap anak.f. Menyusui mempercepat ibu menjadi langsung kembali sesudah melahirkan(file : ii c :/ docume~1/micros~1/local~1/rem/oxe 1300e%.html).BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

Page 36: bahan ASI

A. Kerangka KonsepKerangka konsep penelitian ini mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Soetjiningsih tahun 1997 (hal. 2) untuk mencapai keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai teknik-teknik menyusui yang benar. Maka dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu menyusui tentang cara menyusui yang benar di desa Tanjung Muda Kecamatan Hamparan Rawang Kabupaten Kerinci Tahun 2009. Kerangka konsep adalah sebagai berikut :

Bagan. 1 Kerangka Konsep Penelitian

B. Definisi Operasional Defenisi operasional digunakan untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel diamati atau diteliti. Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran dan pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen atau alat ukur (Notoatmodjo, 2005).Tabel 1. Definisi Operasional No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil ukur Skala1 Pengetahuan Segala sesuatu yang ibu Ketahui tentang cara menyusui yang benar Wawancara Kuesioner - Sangat baik(skor 81-100)- Baik (skor 61-80) - Cukup (skor 41-60) - Kurang(skor 21-40)- Sangat kurang(skor 0-20) Ordinal 2 Ibu Menyusui adalah ibu yang memberikan air susu kepada bayi untuk diminum dari buah dada (Kamus Besar Bahasa Indonesia) 

BAB IVMETODE PENELITIANA. Desain PenelitianPenelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran ibu menyusui. Penelitian deskriptif, adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005).B. Populasi dan Sampel1. PopulasiPopulasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo 2005). Berdasarkan pendapat di atas maka yang akan menjadi populasi dalam penelitian ini adalah ibu menyusui yang berada di Desa Tanjung Muda Kecamatan Hamparan Rawang sebanyak 54 orang2. SampelSampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti apabila populasi < 100 maka seluruh populasi dijadikan sampel (Arikunto, 2002: 112) Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah semua Ibu menyusui yang berjumlah 54 Orang

Page 37: bahan ASI

C. Teknik Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan melakukan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara.D. Pengolahan DataSetelah data terkumpul melalui angket atau kuisioner maka dapat dilakukan pengolahan data melalui beberapa tahapan sebagai berikut:1. Seleksi Data (Editing)Dimana penulis akan melakukan penelitian terhadap data yang diperoleh dan diteliti apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam penelitian.2. Pemberian Kode (Coding)Setelah dilakukan editing, selanjutnya penulis memberikan kode tertentu pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisis data.3. ScoringUntuk mengetahui pengetahuan responden digunakan skor maksimal setiap pertanyaan yang dijawab benar diberi skor 1 dan pertanyaan yang dijawab salah atau tidak dijawab diberi skor 0, sehingga dari 20 pertanyaan skor maksimal 100.a. Sangat Baik : jumlah skor 81-100b. Baik : jumlah skor 61-80c. Cukup : jumlah skor 41-60d. Kurang : jumlah skor 21-40e. Sangat Kurang : jumlah skor 0-20(Arikunto, 2005).4. Pengelompokan Data (Tabulating)Pada tahap ini jawaban-jawaban responden yang sama dikelompokan dengan teliti dan teratur lalu dihitung dan dijumlahkan kemudian dituliskan dalam bentuk tabel-tabel. E. Analisis DataTeknik yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa univariate dimana data yang disajikan dalam betuk tabel berdasarkan Distribusi Frekwensi dari variabel yang di teliti meliputi gambaran Pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar. 

Keterangan:P = PresentaseF = Frekuensi N = Jumlah keseluruhan responden100% = Konstanta(Eko Budiarto, 2002)DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S 2003. Prosedur Penelitian Satu Pendekatan Praktek. Edisi V.Jakarta:Rineka \cipta

Azwar Azrul, 2005. Manajemen Laktasi. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI Dirjen Binkesmas Direktorat Gizi Masyarakat. 2004.Asi Eksklusif Untuk Ibu Bekerja.Jakarta

Hubertin, S, 2004.Konsep Penerapan ASI Eksklusif, Cetakan I. EGC:Jakarta.

Page 38: bahan ASI

Khairunniyah, 2004, Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Ditinjau Dari factor Motivasi,Laporan Tahunan Puskesmas Rawang , 2008

Notoatmodjo,S,2005Metodelogi Penelitian Kesehatan,Cetakan Ketiga.RinekaCipta :Jakarta.

Perinasia,1994.Melindungi,Meningkatkan dan Mendukung Menyusui,Cetakan Ke-2.Bina Rupa Akasara:Jakarta.

Pilliteri,Adele,2002.Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak.Jakarta:EGC Profil

Purwanti, 2004. Konsep Penerapan ASI ekslusif. Buku Kedokteran. Jakarta : EGC

Prawirohardjo Sarwono, 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternaldan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka

Roesli,Utami,2004.Mengenal ASI Eksklusif,Seri I.Jakarta.

Saifuddin,A.B,2001.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Matemal danNeonatal.JMPKKF-POGI dan Yayasan Bina Pustaka.Jakarta.

Soetjiningsih, 1977. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC

Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC: Jakarta

WHO,2003. Mastitis Penyebab dan Penatalaksanaan. Widya Medika. Jakartawww.sahabatnestle.co.id/home/hain/tksk/ndnmp.asp Diakses 25 juni 2009