bagian ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... ·...

72
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN 2013 UNIVERSITAS HASANUDDIN HASIL PENELITIAN KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA YANG DIRAWAT DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR PERIODE 1 JANUARI 2011—31 DESEMBER 2012 OLEH : Wisnu Adryanto (C 111 07 268) PEMBIMBING : Dr. dr. Sri Ramadhani, M. Kes. DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT & ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Upload: others

Post on 25-Mar-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN 2013 UNIVERSITAS HASANUDDIN

HASIL PENELITIAN KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA YANG DIRAWAT DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

PERIODE 1 JANUARI 2011—31 DESEMBER 2012

OLEH :

Wisnu Adryanto (C 111 07 268)

PEMBIMBING :

Dr. dr. Sri Ramadhani, M. Kes.

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT &

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2013

Page 2: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

PANITIA SIDANG UJIAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

Skripsi dengan judul “Karakteristik Penderita Malaria yang Dirawat

di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 1 Januari 2011—31

Desember 2012” telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim

Penguji Skripsi Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran

Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin pada :

Hari/Tanggal : Jumat, 22 Februari 2012

Waktu : 10.00 wita

Tempat : Ruang Seminar IKM-IKK FKUH PB.622

Ketua Tim Penguji :

(Dr. dr. Sri Ramadhani, M. Kes.)

Anggota Tim Penguji :

(Dr. dr. A. Armyn Nurdin, MSc.) (dr. Rum Rahim, M. Kes. )

Page 3: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN

KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN DIPERBANYAK

Skripsi dengan judul :

Karakteristik Penderita Malaria yang Dirawat di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 1 Januari 2011—31 Desember 2012

PEMBIMBING

Dr. dr. Sri Ramadhani, M. Kes.

Page 4: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

ABSTRAK

Wisnu Adryanto C111 07 268. Karakteristik Penderita Malaria yang Dirawat di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 1 Januari 2011—31 Desember 2012 (dibimbing oleh Dr. dr. Sri Ramadhani, M.Kes.)

Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih menjadi ancaman penduduk di daerah tropis/sub-tropis dan negara berkembang (termasuk Indonesia) maupun negara yang sudah maju. Di Sulawesi Selatan sendiri, terjadi peningkatan penderita malaria pada tahun 2010 dengan distribusi daerah yang tersebar. Terdapat berbagai faktor yang berhubungan dengan penderita malaria, baik faktor internal maupun eksternal.

Tujuan penelitian untuk mengetahui distribusi dari faktor-faktor tersebut, yakni jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, riwayat ke daerah endemis malaria hasil pemeriksaan mikroskopis (DDR), status anemia dan adanya komplikasi. Penelitian ini bersifat deskriptif cross sectional dengan menggunakan teknik total sampling dimana jumlah sampel sebanyak 37 pasien didapatkan.

Pasien malaria yang dirawat di RSUP dr.wahidin sudirohusodo paling banyak berjenis kelamin laki-laki (62,2%), rentang usia 30—39 tahun (29,7%), dengan tingkat pendidikan SMA/MA/Sederajat (27,0%). Selanjutnya pasien yang terbanyak adalah pegawai swasta (37,8%), semuanya memiliki riwayat ke daerah endemis malaria (100%), kadar Hb < 11 mg/dL (27%), hasil pemeriksaan DDR berupa P. Falciparum (54,1%), dan komplikasi terbanyak malaria biliosa (14%).

Diharapkan adanya promosi mengenai penyakit malaria terutama pada kelompok usia 20—29 tahun dan yang ingin berkunjung ke daerah endemis malaria. Serta perlunya dilakukan pemeriksaan yang lebih teliti mengenai faktor-faktor yang berpengaruh bagi yang positif menderita.

Kata Kunci: Karakteristik, penderita malaria, distribusi penderita malaria.

Page 5: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas Rahmat dan

Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan

skripsi ini sebagai salah satu syarat menyelesaikan kepaniteraan klinik di bagian

IKM dan IKK Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini adalah berkat bimbingan, kerja sama

serta bantuan moril dari berbagai pihak yang telah diterima penulis sehingga

segala rintangan yang dihadapi selama penelitian dan penyusunan ini dapat

terselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan

penghargaan secara tulus dan ikhlas kepada yang terhormat :

1. Dr. dr.Sri Ramadhany,M.Kes selaku pembimbing yang dengan kesediaan,

keikhlasan, dan kesabaran meluangkan waktunya untuk memberikan

bimbingan dan arahan kepada penulis mulai dari penyusunan proposal

sampai pada penulisan skripsi ini.

2. Staf pengajar Bagian IKM-IKK FK-UH yang telah memberikan bimbingan

dan arahan selama penulis mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian IKM-

IKK FK-UH.

3. Dr. Irawan Yusuf, Ph.D. selaku Ketua Bagian IKM-IKK FK-UH yang telah

memberikan banyak bimbingan dan bantuan selama penulis mengikuti

kepaniteraan klinik di Bagian IKM-IKK FK-UH.

4. Dekan Fakultas Kedokteran UH, para Pembantu Dekan, Staf Pengajar dan

Seluruh Karyawan yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada

penulis selama mengikuti kepaniteraan klnik di FK-UH.

Page 6: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

5. Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Sulawesi Selatan, beserta staf. Terima

kasih atas kelancaran yang diberikan.

6. Kepada direktur RS.DR. Wahidin Sudirohusodo, beserta staf yang telah

memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis selama mengadakan

penelitian.

7. Kedua Orang tua, saudara dan keluarga tercinta yang selalu memberikan

dorongan dan bantuan moril maupun materil selama penyusunan skripsi ini.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa apa yang telah dibuat ini masih sangat jauh dari

kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak

demi penyempurnaan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi semua

pembaca. Amin.

Makassar, Februari 2012

Penulis Wisnu Adryanto

Page 7: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL.............................................................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ ii

ABSTRAK........................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR......................................................................................... v

DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. x

DAFTAR SKEMA ............................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN 1-4

1.1. Latar Belakang......................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 2

1.3. Pertanyaan Penelitian ............................................................... 2

1.4. Tujuan Penelitian ..................................................................... 3

1.5. Manfaat Penelitian ................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5-23

2.1. Definisi Malaria ....................................................................... 5

2.2. Epidemiologi Penyakit Malaria ................................................ 5

2.3. Etiologi .................................................................................... 6

2.4. Patogenesis dan Patologi .......................................................... 7

2.5. Diagnosis ................................................................................. 11

2.5.1. Gejala Klinis.................................................................. 11

2.5.2. Laboratorium ................................................................. 16

2.5.2.1. Pemeriksaan Mikroskopis ................................ 16

2.5.2.2. Tes Antigen P-F Test ...................................... 17

2.5.2.3. Tes Serologi .................................................... 18

2.5.2.4. Pemeriksaan PCR ............................................ 18

2.6. Terapi....................................................................................... 18

Page 8: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

2.6.1. Pengobatan ACT ............................................................ 19

2.6.2. Pengobatan Non-ACT .................................................... 20

2.6.3. Pengobatan Malaria Berat ............................................... 21

2.7. Prognosis ................................................................................. 22

2.8. Pencegahan dan Vaksin Malaria ............................................... 22

BAB III KERANGKA KONSEP 24-31

3.1. DasarPemikiranVariabel yang Diteliti ...................................... 24

3.2. Kerangka Konsep ..................................................................... 27

3.3. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ............................... 28

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 32-33

4.1. Metode Penelitian .................................................................... 32

4.2. Populasi ................................................................................... 32

4.3. Sampel ..................................................................................... 32

4.4. Cara Pengambilan Sampel ........................................................ 32

4.5. Cara Pengolahan dan Penyajian Data........................................ 32

4.6. Etika Penelitian ........................................................................ 33

BAB V HASIL PENELITIAN 34-38

5.1. Lokasi Penelitian ...................................................................... 34

5.1.1. Gambaran Umum ........................................................... 34

5.1.2. Sejarah ........................................................................... 35

5.1.3. Visi, Misi, dan Motto RSUP Dr. Wahidin Sudirousodo... 36

5.1.4. Sumber Daya .................................................................. 36

5.2. Karakteristik Responden .......................................................... 38

BAB VI PEMBAHASAN 48-55

6.1. Usia.......................................................................................... 48

6.2. Jenis Kelamin ........................................................................... 49

6.3. Tingkat Pendidikan .................................................................. 49

Page 9: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

6.4. Pekerjaan ................................................................................. 50

6.5. Riwayat ke Daerah Endemis ..................................................... 51

6.6. Hasi Pemeriksaan DDR ............................................................ 53

6.7. Komplikasi ............................................................................... 54

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 56-58

A. Kesimpulan .............................................................................. 56

B. Saran ........................................................................................ 57

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... xiii

Page 10: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

DAFTAR TABEL Tabel Halaman

1 Distribusi Penderita Malaria Menurut Usia di RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo, Periode 1 Januari 2011—31 Desember 2012 ................. 38

2 Distribusi Penderita Malaria Menurut Jenis Kelamin di RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo, Periode .... 1 Januari 2011—31 Desember 2012 39

3 Distribusi Penderita Malaria Menurut Tingkat Pendidikan di RSUP

Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode 1 Januari 2011—31 Desember

2012 .................................................................................................... 39

4 Distribusi Penderita Malaria yang Memiliki Pekerjaan Menurut Jenis

Pekerjaannya di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode 1 Januari

2011—31 Desember 2012 .................................................................... 40

5 Distribusi Penderita Malaria Menurut Riwayat ke Daerah Endemis

Malaria/Berasal dari Daerah Endemis Malaria di RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo, Periode 1 Januari 2011—31 Desember 2012 ................ 40

6 Distribusi Penderita Malaria Menurut Kadar Hemoglobin Darah di

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode 1 Januari 2011—31

Desember 2012.................................................................................... 41

7 Distribusi Penderita Malaria Menurut Hasil Pemeriksaan DDR

diRSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode 1 Januari 2011—31

Desember 2012........................................................................................ 42

8 Distribusi Penderita Malaria dengan Komplikasi Menurut Jenis

Komplikasinya di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode Juli—

Desember 2012........................................................................................ 43

9 Distribusi Hasil Pemeriksaan DDR Menurut Usia Penderita Malaria di

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode 1 Januari 2011—31

Desember 2012........................................................................................ 44

10 Distribusi Hasil Pemeriksaan DDR Menurut Jenis Kelamin Penderita

Malaria di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode 1 Januari

2011—31 Desember 2012....................................................................... 45

Page 11: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

11 Distribusi Hasil Pemeriksaan DDR Menurut Komplikasi Penderita

Malaria di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode 1 Januari

2011—31 Desember 2012....................................................................... 45

12 Distribusi Hasil Pemeriksaan DDR Menurut Kadar Hemoglobin

Penderita Malaria di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode 1

Januari 2011—31 Desember 2012.......................................................... 46

Page 12: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

DAFTAR SKEMA

Skema Halaman

1 Skema Siklus Hidup Plasmodium ........................................................ 10

2 Perjalanan Klinis Malaria .................................................................... 13

3 Kerangka Konsep ................................................................................ 27

Page 13: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Salah satu penyakit menular yang menjadi masalah global dalam bidang

kesehatan adalah penyakit malaria. Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi

yang masih menjadi ancaman penduduk di daerah tropis/sub-tropis dan negara

berkembang (termasuk Indonesia) maupun negara yang sudah maju. World Health

Organization (WHO) menyatakan bahwa 300 sampai 500 juta kasus malaria

terjadi setiap tahun dan mengakibatkan 750.000—2.000.000 kematian dan lebih

dari 3.000 kematian anak terjadi setiap harinya. 1,2

Kegiatan penemuan penderita di Sulawesi Selatan sifatnya pasif dan

dilaksanakan oleh unit-unit pelayanan kesehatan (pustu, puskesmas dan rumah

sakit). Untuk tahun 2004, jumlah penderita klinis malaria sebanyak 12.009

penderita, angka tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 1,43% dibandingkan

dengan tahun 2003. Pada tahun 2008 jumlah penderita malaria klinis mengalami

penurunan menjadi 8.886 kasus dengan jumlah positif sebanyak 1.153 kasus

(12,98 %). Sedangkan untuk tahun 2010 jumlah penderita malaria klinis

mengalami peningkatan menjadi 11.305 kasus dengan jumlah positif sebanyak

1.963 kasus (17,36%). Kasus tertinggi di Kab. Bulukumba, Selayar, Pangkep, dan

Luwu Utara. Jumlah penderita malaria yang di konfirmasi laboratorium dengan

hasil positif terbesar di Kab. Bulukumba, Luwu Utara, Enrekang dan Selayar atau

API sebesar 0,24 per 1000 penduduk diperiksa sediaan darahnya sudah di atas

50% (tahun 2009 sebesar 75,61%, tahun 2010 sebesar 64,44. Hasil pengumpulan

data profil kabupaten/kota tahun 2011 jumlah penderita malaria tanpa

pemeriksaan sediaan darah sebesar 2.250 kasus, malaria dengan pemeriksaan

sedian darah sebesar 29.412 dengan CFR 0,00% adapun kabupaten yang tertinggi

dengan pemeriksaan sediaan darah yaitu kabupaten Bulukumba sebesar 5.184

kasus dan terendah di kabupaten Bantaeng Sebesar 139 kasus.3

Penanggulangan malaria dilakukan secara komprehensif dengan upaya

promotif, preventif dan kuratif. Hal ini bertujuan untuk menurunkan angka

kesakitan dan kematian serta mencegah KLB. Untuk mencapai hasil yang optimal

Page 14: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

upaya preventif dan kuratif tersebut harus dilakukan dengan berkualitas dan

terintegrasi dengan program lainnya. Indikator keberhasilan rencana strategis

kematian kesehatan tahun 2012-2014 adalah menurunkan angka kesakitan malaria

dan kematian penyakit malaria, pada tahun 2015 menjadi 1 per 1000. Indikator

lain perlu diperhatikan adalah target MDGs yaitu angka kemtian malaria dan

proporsi balita yang tidur dalam perlindungan kelambu berinsektisida dan

proporsi balita yang diobati. 4,5

I.2. Rumusan Masalah Dengan adanya masalah kesehatan dalam hal ini terhadap penyakit

malaria yang merupakan masalah global, maka sistem informasi tentang penyakit

tersebut sangat diperlukan. Dengan alasan ini, peneliti tertarik untuk meneliti

bagaimana karakteristik penderita malaria di R.S.U.P. dr. Wahidin Sudirohusodo

periode 1 Januari 2011—31 Desember 2012.

I.3. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut maka

pertanyaan penelitian ini adalah: 1. Bagaimana distribusi penderita malaria menurut usia yang.dirawat di

R.S.U.P. dr. Wahidin Sudirohusodo periode 1 Januari 2011—31 Desember

2012?

2. Bagaimana distribusi penderita malaria menurut jenis kelamin yang.dirawat

di R.S.U.P. dr. Wahidin Sudirohusodo periode 1 Januari 2011—31 Desember

2012?

3. Bagaimana distribusi penderita malaria menurut tingkat pendidikan

yang.dirawat di R.S.U.P. dr. Wahidin Sudirohusodo periode 1 Januari 2011—

31 Desember 2012?

4. Bagaimana distribusi penderita malaria menurut pekerjaan yang.dirawat di

R.S.U.P. dr. Wahidin Sudirohusodo periode 1 Januari 2011—31 Desember

2012?

5. Bagaimana distribusi penderita malaria menurut adanya riwayat ke daerah

endemis malaria (berasal dari daerah endemis malaria) yang.dirawat di

Page 15: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

R.S.U.P. dr. Wahidin Sudirohusodo periode 1 Januari 2011—31 Desember

2012?

6. Bagaimana distribusi penderita malaria menurut hasil pemeriksaan

mikroskopis (DDR) yang.dirawat di R.S.U.P. dr. Wahidin Sudirohusodo

periode 1 Januari 2011—31 Desember 2012?

7. Bagaimana distribusi penderita malaria menurut status anemia yang.dirawat

di R.S.U.P. dr. Wahidin Sudirohusodo periode 1 Januari 2011—31 Desember

2012?

8. Bagaimana distribusi penderita malaria menurut adanya komplikasi berupa

malaria berat yang.dirawat di R.S.U.P. dr. Wahidin Sudirohusodo periode 1

Januari 2011—31 Desember 2012?

I.4. Tujuan Penelitian I.4.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh

informasi mengenai karakteristik penderita penderita malaria di R.S.U.P. dr.

Wahidin Sudirohusodo periode 1 januari 2011–-31 Desember 2012.

I.4.2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik penderita malaria

menurut usia penderita.

2. Untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik penderita malaria

menurut jenis kelamin penderita.

3. Untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik penderita malaria

menurut tingkat pendidikan penderita.

4. Untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik penderita malaria

menurut pekerjaan penderita.

5. Untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik penderita malaria

menurut adanya riwayat ke daerah endemis malaria ( berasal dari

daerah endemis malaria).

6. Untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik penderita malaria

menurut hasil pemeriksaan mikroskopis (DDR).

Page 16: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

7. Untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik penderita malaria

menurut status anemia penderita.

8. Untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik penderita malaria

menurut adanya komplikasi berupa malaria berat.

I.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Aplikatif Manfaat aplikatif penelitian ini adalah sebagai sumber informasi

bagi para praktisi kesehatan mengenai penyakit malaria sehingga timbul

kepedulian untuk bekerja sama dalam mengurangi permasalahan penyakit

ini di masa yang akan datang

1.5.2 Manfaat Metodologis Manfaat metodologis penelitian ini adalah sebagai bahan masukan

bagi pihak instansi yang berwenang untuk digunakan sebagai dasar

pertimbangan dalam mengambil dan memutuskan kebijakan-kebijakan

kesehatan, khususnya dalam menanggulangi penyakit malaria.

1.5.3 Manfaat Teoritis

1. Sebagai tambahan ilmu, kompetensi, dan pengalaman berharga bagi

peneliti dalam melakukan penelitian kesehatan pada umumnya, dan

terkait tentang malaria pada khususnya.

2. Sebagai acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin melakukan

penelitian mengenai penyakit malaria.

Page 17: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh

plasmodium yang menyerang erirosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk

aseksual di dalam darah. Infeksi ini memberikan gejala klasik walaupun tidak

selalu ditemukan berupa demam, mengigil, dan berkeringat. Selain itu dapat pula

didapatkan adanya anemia ataupun splenomegali. Penyakit ini dapat berlangsung

akut ataupun kronik dan dapat pula terjadi komplikasi yang dapat menyebabkan

kematian. 1

2.2. Epidemiologi Penyakit Malaria

Infeksi malaria tersebar pada lebih dari 100 negara dibenua afrika, asia,

amerika (bagian selatan) dan daerah caribia. Lebih dari 1,6 triliun manusia

terpapar oleh malaria dengan dugaan morbiditas 200—300 juta dan mortalitas

lebih dari 1 juta pertahun. Beberapa daerah yang bebas malaria yaitu Amerika

Serikat, Kanada, negara di Eropa (kecuali Rusia), Israel, Singapura, Hongkong,

Jepang, Taiwan, Korea, Brunei dan Australia. Negara tersebut terhindar dari

malaria karena vektor kontrolnya bagus, namun di negara tersebut mulai banyak

dijumpai kasus malaria yang diimport karena pendatang dari negara malaria atau

penduduknya mengunjungi daerah malaria. 1

Spesies plasmodium pada manusia adalah plasmodium falciparum,

plasmodium vivax, plasmodium ovale dan plasmodium malariae. Jenis

plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah plasmodium falciparum

dan plasmodium vivax, sedangkan plasmodium malariae dapat ditemukan di

beberapa provinsi antara lain lampung, nusa tenggara timur dan papua.

Plasmodium ovale pernah ditemukan dinusa tenggara timur dan papua. 5

Menurut data riskesdas 2010, mendapatkan bahwa 86,4% penyebab

malaria adalah plasmodium falsifarum dan plasmodium vivax sebanyak 6,9%.

Dari hasil Riskesdas diperoleh Point prevalence malaria adalah 0,6%, namun hal

Page 18: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

ini tidak menggambarkan kondisi malaria secara keseluruhan dalam satu tahun

karena setiap wilayah dapat mempunyai masa-masa puncak (pola epidemiologi)

kasus yang berbeda-beda. Spesies parasit malaria yang paling banyak ditemukan

adalah Plasmodium falciparum (86,4%) sedangkan sisanya adalah Plasmodium

vivax dan campuran antara P. falciparum dan P. Vivax. Namun data sebaran

parasit perwilayah tidak diperoleh, sehingga tidak dapat diketahui jenis parasit

yang dominan per suatu wilayah. Menurut karakteristik umur, point prevalence

paling tinggi adalah pada umur 5-9 tahun (0,9%), kemudian pada kelompok umur

1-4 tahun (0,8%) dan paling rendah pada umur <1 tahun (0,3%). Sedangkan

menurut period prevalence, prevalens paling tinggi adalah pada kelompok umur

>15 tahun (10,8%), nomor dua paling tinggi pada kelompok umur 1-4 tahun

(10,7%) dan paling rendah tetap pada umur <1 tahun (8,2%). Dari data diatas

tampak kecenderungan kelompok yang berisiko tinggi terkena malaria bergeser

dari usia >15 tahun ke usia 1-4 tahun. Oleh karena itu perlu intervensi pencegahan

malaria pada usia 1-4 tahun, memperkuat promosi anak dibawah lima tahun tidur

dibawah kelambu berinsektisida serta menyediakan obat malaria yang sesuai

dengan umur balita.6

Untuk karakteristik jenis kelamin, tempat tinggal, pendidikan dan

pekerjaan, point prevalensi dan period prevalensi hampir sama. Pada point

prevalensi, prevalensi pada laki-laki sama dengan perempuan (0,6%), di

perdesaan (0,8%) dua kali prevalensi di perkotaan (0,4%). Kelompok pendidikan

tidak tamat SD (0,7%) dan tidak pernah sekolah (0,8%) merupakan dua kelompok

yang paling tinggi prevalensinya dan kelompok tamat PT merupakan kelompok

yang paling rendah prevalensinya (0,2%). Kelompok “sekolah” dan

petani/nelayan/buruh merupakan kelompok pekerjaan yang tertinggi

prevalensinya (masing-masing 0,7%) sedangkan yang paling rendah adalah

Pegawai/TNI/POLRI (0,3%).6

Page 19: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

2.3. Etiologi

Malaria disebabkan karena infeksi pada sel darah merah oleh parasit

protzoa dari genus plasmodium. Parasit ini mengadakan inokulasi kedalam tubuh

host-nya yaitu manusia melalui nyamuk anopheles betina. Empat spesies

plasmodium yang diketahui menginfeksi manusia adalah P.falciparum, P.vivax,

P.ovale dan P.malariae. 7

2.4. Patogenesis dan Patologi

Infeksi parasit malaria pada manusia mulai bila nyamuk anopheles betina

menggigit manusia dan nyamuk akan melepaskan sporozoit kedalam kedalam

pembuluh darah dimana sebagian besar dalam waktu 45 menit akan menuju kehati

dan sebagian kecil sisanya akan mati didarah. Didalam sel parenkim hati mulailah

perkembangan aseksual (intrahepatic achizogony atau pre-erythrocytes

schizogony). Perkembangan ini memerlukan waktu 5,5 hari untuk plasmodium

falciparum dan 15 hari plasmodium malariae. Setelah sel parenkim hati terinfeksi,

terbentuk sizont hati yang apabila pecah akan mengeluarkan banyak merozoit

kesirkulasi darah. Pada P.vivax dan ovale, sebagian parasit didalam sel hati

membentuk hipnozoit yang dapat bertahan sampai bertahun-tahun dan bentuk ini

menyebabkan terjadinya relaps pada malaria. 1

Setelah berada dalam sirkulasi darah merozoit akan menyerang eritrosit

dan masuk melalui reseptor permukaan eritrosit. Pada P.vivax reseptor ini

berhubungan dengan faktor antigen Duffy fya atau fyh. Hal ini menyebabkan

individu dengan golongan darah Duffy negatif tidak terinfeksi malaria vivax.

Reseptor untuk P.falciparum diduga suatu glycophorins, sedangkan pada

P.malariae dan P.ovale belum diketahui. Dalam waktu kurang dari 12 jam parasit

berubah menjadi bentuk ring, pada P.falciparum menjadi bentuk stereo-

headphones, yang mengandung kromatin dalam intinya dikelilingi sitoplasma.

Parasit tumbuh setelah memakan hemoglobin dan dalam metabolismenya

membentuk pigmen yang disebut hemozoin yang dapat dilihat secara

mikroskopik. Eritrosit yang berparasit menjadi lebih elastik dan dinding berubah

lonjong, pada P.falciparum dinding eritrosit membentuk tonjolan yang disebut

Page 20: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

knob yang nantinya penting dalam proses cytoadherence dan rosetting. Setelah 36

jam invasi kedalam eritrosit, parasit berubah menjadi sizont dan bila sizont pecah

akan mengeluarkan 6-36 merozoit dan siap menginfeksi eritrosit lain. Siklus

aseksual ini pada P.falciparum, P.vivax dan P.ovale ialah 48 jam dan pada

P.malariae adalah 72 jam. 1

Didalam darah sebagian parasit akan membentuk gamet jantan dan

betina, dan bila nyamuk menghisap darah menusia yang sakit akan terjadi siklus

seksual dalam tubuh nyamuk. Setelah terjadi perkawinan akan terbentuk zygote

dan menjadi lebih bergerak menjadi ookinet yang menembus dinding perut

nyamuk dan akhirnya menjadi bentuk oocyst yang akan menjadi masak dan

mengeluarkan sporozoit yang akan bermigrasi kekelenjar ludah nyamuk dan siap

menginfeksi manusia. 1

Setelah melalui jaringan hati P.falciparum melepaskan 18-24 merozoit ke

dalam sirkulasi. Merozoit yang dilepaskan akan masuk ke dalam sel RES di limpa

dan mengalami fagositosis serta filtrasi. Merozoit yang lolos dari filtrasi dan

difagositosis di limpa akan menginfiltrasi eritrosit. Selanjutnya parasit akan

berkembang biak secara aseksual dalam eritrosit. Bentuk aseksual parasit dalam

eritrosit (EP) inilah yang bertanggung jawab dalam patogenesa terjadinya malaria

pada manusia. Patogenesa malaria yang banyak diteliti adalah patogenesa malaria

yang disebabkan oleh P. Falciparum. 1

Patogenesis malaria falciparum sangat dipengaruhi oleh faktor

parasit dan faktor penjamu (host). Yang termasuk faktor parasit adalah intensitas

transmisi, densitas parasit, dan virulensi parasit. Sedangkan yang masuk dalam

faktor penjamu adalah tingkat endemisitas daerah tempat tinggal, genetik, usia,

status nutrisi, dan status imunologi. Parasit dalam eritosit (EP) secara garis besar

mengalami 2 stadium, yaitu stadium cincin pada 24 jam I dan stadium matur pada

24 jam II. Permukaan EP stadium cincin akan menampilkan antigen RESA (Ring-

erithrocyte surface antigen) yang menghilang setelah parasit masuk stadium

matur. Permukaan membran EP stadium matur akan mengalami penonjilan dan

membentuk knob dengan Histidine Rich-protein-1 (HRP-1) sebagai komponen

utamanya. Selanjutnya bila EP tersebut mengalami merogoni, akan dilepaskannya

Page 21: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

toksin malaria berupa GPI yaitu glikosilfosfatidilinositol yang merangsang

pelepasan TNF-α dan interleukin-1 (IL-1) dari makrofag. Dan selanjutnya akan

terjadi proses d bawah ini:

Sitoadherensi, ialah perlekatan antara EP stadium matur pada permukaan

endotel vaskuler. Perlekatan terjadi dengan cara molekul adhesif yang terletak di

permukaan knob EP melekat dengan molekul-molekul adhesif yang terletak di

permukaan endotel vaskuler. Molekul adhesif di permukaan knob EP secara

kolektif disebut PfEMP-1, P. falciparum erhitrocyte membrane protein-1.

Molekul adhesif di permukaan sel endotel adalah CD36, trombospondin,

interceluler-adhesion molecule-1 (ICAM-1), vascular cell adhesion molecule-1

(VCAM), endotel leucocyte adhesion molecule-1(ELAM-1), dan

glicosaminoglycan chondroitin sulfate A. PfEMP-1 merupakan protein-protein

hasil ekspresi genetik oleh sekelompok gen yang berada di permukaan knob. 1

Sekuestrasi. Sitoadherensi menyebabkan EP matur tidak beredar kembali

dalam sirkulasi. Parasit dalam eritrosit matur yang tinggal dalam jaringan

mikrovaskuler organ disebut EP matur yang mengalami sekuestrasi. Hanya P.

falciparum yang mengalami sekuestrasi, karena pada Plasmodium lainnya seluruh

siklus terjadi pada pembuluh darah perifer. Sekeuestrasi terjadi pada organ-organ

vital dan hampir semua jaringan dalam tubuh. Sekuestrasi tertinggi terdapat di

otak, diikuti dengan hepar dan ginjal, paru dan jantung, usus, dan kulit.

Sekuestrasi ini diduga memegang peranan utama dalam patofisiologi malaria

berat. 1

Rosetting, ialah berkelompoknya EP matur yang diselubungi 10 atau

lebih eritrosit yang non-parasit. Plasmodium yang dapat melakukan sitoadherensi

juga dapat melakukan rosetting. Rosetting menyebabkan obstruksi aliran darah

lokal/dalam jaringan sehingga mempermudah terjadinya sitoadherensi.1

Page 22: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

Gambar 1. Skema siklus hidup plasmodium

(Diambil dari kepustakaan 8)

Selain perubahan jaringan dalam patologi malaria yang penting ialah

keadaan mikro-vaskular dimana parasit malaria berada. Demam, anemia dan

splenomegali merupakan patologi yang umumnya terjadi pada malaria. Berikut

adalah keadaan patologi pada malaria:5

1. Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang

mengeluarkan bermacam-macam antigen, antigen ini akan merangsang sel-sel

makrofag, monosit atau limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokin,

antara lain TNF (tumor nekrosis factor). TNF akan dibawah aliran darah ke

hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh dan terjadilah

demam.

2. Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun

yang tidak terinfeksi. P.falciparum menginfeksi semua jenis sel darah merah,

sehingga anemia dapat terjadi pada infeksi akut dan kronis. Plasmodium

vivac dan P.ovale hanya menginfeksi sel darah merah muda yang jumlahnya

hanya 2% dari seluruh jumlah sel darah merah, sedangkan plasmodium

malariae menginfeksi sel darah merah tua yang jumlahnya hanya 1% dari

Page 23: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

jumlah sel darah merah. Sehingga anemia yang disebabkan oleh P.vivax,

Povale dan P.malariae umumnya terjadi pada keadaan kronis.

3. Splenomegali terjadi akibat plasmodium yang dihancurkan oleh sel-sel

makrofag dan limposit menyebabkan penambahan sel-sel radang sehingga

akan menyebabkan lien membesar.

Malaria akibat plasmodium falciparum mempunyai patogenesis yang

khusus. Eritrosit yang terinfeksi P.falciparum akan mengalami proses sekuestri

yaitu tersebarnya eritrosit yang berparasit tersebut kepembuluh kapiler alat tubuh.

Selain itu pada permukaan eritrosit yang terinfeksi akan membentuk knob yang

berisi antigen plasmodium falciparum. Pada saat terjadi proses sitoadherensi,

knob tersebut akan berikatan dengan reseptor sel endotel kapiler. Akibat dari

proses initerjadilah obstruksi (penyumbatan) dalam pembuluh darah kapiler yang

menyebabkan terjadinya iskemia jaringan. Terjadinya sumbatan ini juga didukung

oleh proses terbentuknya rosette yaitu bergrombolnya sel darah merah yang

berparasit dengan sel darah merah lainnya. Pada proses sitoaderensi ini diduga

juga terjadi proses imunologik yaitu terbentuknya mediator-mediator antara lain

sitokin (TNF,interleukin) dimana mediator tersebut mempunyai peranan dalm

gangguan fungsi pada jaringan tertentu. 1,5

2.5. Diagnosis

2.5.1 Gejala Klinis

Diagnosa malaria sering memerlukan anamnesa yang tepat dari

penderita tentang asal penderita apakah dari daerah endemik, riwayat

bepergian ke daerah endemik malaria, riwayat pengobatan kuratif maupun

preventif. Manifestasi klinik malaria tergantung pada imunitas penderita,

tingginya transmis infeksi malaria. Berat ringannya infeksi dipengaruhi oleh

jenis plasmodium (P.falciparum seringkali memberikan komplikasi), daerah

asal infeksi (pola resistensi terhadap pengobatan), umur (usia lanjut dan bayi

sering lebih berat), ada dugaan konstitusi genetik, keadaan kesehatan dan

nutrisi, kemoprofilaksis dan pengobatan sebelumnya. 1

Page 24: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

Tanda dan gejala klinis malaria tidak spesifik. Gejala klinik malaria

dicurigai sangatlah ditentukan oleh penyebab demam ataupun riwayat

demam. Diagnosis berdasarkan gejala klinis saja memiliki spesifitas yang

rendah. Kemungkinan penyebab lain dari demam dan kebutuhan pengobatan

tambahan harus diperhatikan baik-baik. WHO merekomendasikan untuk

diagnosis klinis malaria yang tidak memiliki komplikasi harus mengikuti: 7

1. Pada tempat dengan resiko malaria rendah, diagnosis klinis harus

berdasarkan kemungkinan terpaparnya malaria dan riwayat demam tiga

hari sebelumnya tanpa gejala dari penyakit berat lainnya.

2. Pada tempat dengan kemungkinan resiko malaria tinggi, diagnosis

klinis harus berdasarkan riwayat demam 24 jam sebelumnya dan/atau

adanya anemia, ditunjukkan oleh adanya pucat didaerah wajah atau

telapak tangan yang biasanya muncul pada anak kecil.

Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam periodik,

anemia dan splenomegali. Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing

plasmodium. Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam

berupa kelesuan, malaise, sakit kepala, sakit belakang, merasa dingin

dipunggung, nyeri sendi dan tulang, demam ringan, anoreksia, perut tak

enak, diare ringan dan kadang-kadang dingin. Keluhan prodromal sering

kali terjadi pad P.vivax dan oval, sedang pada P.falciparum dan

malariaekeluhan prodromal tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak. 1

Gejala klsik dari malaria atau disebut “Trias Malaria” secara

berurutan, yaitu:1

1. Periode dingin (15-60 menit): mulai menggigil, penderita sering

membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil

sering seluruh badan bergetar dan gigi saling terantuk, diikuti dengan

meningkatnya temperatur

2. Periode panas: penderita muka merah, nadi cepat dan panas tetap tinggi

dalam beberapa jam, diikuti dengan keadaan berkeringat.

3. Periode berkeringat: penderita berkeringat banyak dan temperatur turun

dan penderita merasa sehat. Trias malaria sering lebih terjadi pada

Page 25: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

P.vivax, pada P.falciparum menggigil dapat berlangsung berat ataupun

tidak ada.

Gambar 2. Perjalanan klinis malaria

(diambil dari kepustakaan 1)

Paroksisme demam pada malaria mempunyai interval tertentu,

ditentukan oleh waktu yang diperlukan oleh siklus aseksual / sizogoni darah

untuk menghasilkan sizon yang matang, yang sangat dipengarihu oleh

spesies Plasmodium yang menginfeksi. Demam terjadi menyusul pecahnya

sizon-sizon darah yang telah matang dengan akibat masuknya merozoit-

merozoit, toksin, pigmen, dan kotoran/debris sel ke peredaran darah.

Masuknya toksin-toksin, termasuk pigmen, ke darah memicu dihasilkannya

tumor necrosis faktor (TNF) oleh sel-sel makrofag yang teraktifkan.

Demam yang tinggi dan beratnya gejala klinis lainnya, misalnya pada

malaria falciparum yang berat, mempunyai hubungan dengan tingginya

kadar TNF dalam darah. Pada malaria vivax dan ovale sizon-sizon pecah

setiap 48 jam sekali sehingga demam timbul setiap hari ketiga, yang

terhitung dari serangan demam sebelumnya (malaria tertiana). Pada malaria

malariae pecahnya sizon terjadi setiap 72 jam sekali sehingga serangan pada

terjadi setiap hari keempat (malaria kuartana). Pada malaria falciparum

kejadiannya mirip dengan malaria vivax, hanya interval demamnya tidak

jelas, biasanya panas badan di atas normal tiap hari, dengan puncak panas

cenderung mengikuti pola malaria tertiana (disebut malaria subtertiana atau

malaria quotidian).9

Page 26: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

Pada anak-anak, bahkan pada anak-anak nonimun sekalipun, gejala

malaria tidaklah “klasik” seperti yang ditemukan pada orang dewasa. Pada

penderita anak, kenaikan panas badan cenderung lebih tinggi, sering disertai

muntah, kejang-kejang, dan dehidrasi cepat terjadi karena muntah-muntah

dan berkeringat. Oleh karena itu, gejala malaria pada anak bisa menyerupai

gejala penyakit lain yang bisa menyebabkan demam. Begitu pula anemia

cenderung menjadi lebih berat pada penderita anak. Malaria vivax yang

biasanya memberikan gejala yang ringan, pada penderita anak sering

menimbulkan gejala yang lebih berat. Namun biasanya, malaria

falciparumlah yang menyebabkan keadaan darurat pada penderita anak, baik

secara perlahan maupun secara cepat.9

Pada wanita hamil, terjadi penurunan daya pertahanan tubuh atau

imunitas karena kehamilan itu sendiri. Gejala-gejala malaria cenderung

menjadi lebih berat, terutama pada malaria falciparum. Malaria pada wanita

hamil sering menyebabkan hipoglikemia. Pada wilayah dengan tingkat

penularan P. falciparum yang rendah terjadi imunitas yang didapat yang

rendah pada penduduk sehingga wanita hamil di wilayah ini cenderung

menderita malaria berat. Akibatnya terjadi abortus, bayi mati dalam

kandungan atau kematian ibu sendiri. Sebaliknya pada wilayah dengan

tingkat transmisi P. falciparum yang tinggi terjadi imunitas yang tinggi, dan

wanita hamil cenderung menderita malaria asimptomatik, tetapi

menyebabkan anemia dan parasitemia pada peredaran darah plasenta. Kedua

kondisi ini menyebabkan berat badan bayi rendah dan angka mortalitas

neonatus yang tinggi. Malaria kongenital, walaupun jarang, mungkinterjadi

sebagai akibat berpindahnya infeksi parasit malaria dari ibu ke bayinya

melalui peredaran darah plasenta yang mengalami kerusakan. Berdasarkan

hal-hal di atas, diupayakan sebisanya agar wanita hamil nonimun tidak

memasuki wilayah endemis malaria. Bagi wanita hamil yang hidup di

wilayah endemis malaria perlu diberikan perlindungan secara khusus untuk

mencegah ditulari malaria.9

Page 27: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, manifestasi klinis yang

berat (malaria pernisiosa) biasanya disebabkan oleh P. falciparum dengan

mekanisme yang telah dijelaskan juga sebelumnya. Malaria berat ditandai

dengan salah satu gangguan patologi klinik atau lebih berikut ini: 9

1. Malaria dengan gangguan kesadaran (apati, delirium, stupor, dan koma)

atau GCS (Glasgow Coma Scale) < 14 untuk orang dewasa dan < 5

untuk anak-anak. Gangguan kesadaran menetap > 30 menit atau

menetap setelah panas turun.

2. Malaria dengan ikterus (billirubin serum > 3 mg%).

3. Malaria dengan gangguan fungsi ginjal (oligouria < 400 ml/24 jam atau

kreatinin serum > 3 mg%).

4. Malaria dengan anemia berat (Hb < 5 gr% atau hematokrit < 15%).

5. Malaria dengan edema paru (sesak napas, gelisah).

6. Malaria dengan hipoglikemia (gula darah < 40 mg%).

7. Malaria dengan gangguan sirkulasi atau syok (tekanan sistolik < 70

mmHg pada orang dewasa atau < 50 mmHg pada anak 1-5 tahun.

8. Malaria dengan hiperparasitemia (Plasmodium > 5%).

9. Malaria dengan manifestasi perdarahan (gusi, hidung, dan atau tanda-

tanda disseminated intravascular coagulation / DIC).

10. Malaria dengan kejang-kejang berulang, lebih dari 2 kali dalam 24 jam.

11. Malaria dengan asidosis (pH darah < 7,25 atau plasma bikarbonat < 15

mmol/L.

12. Malaria dengan hemoglobinuria makroskopik.

13. Malaria dengan hipertermia (suhu badan > 40oC).

14. Malaria dengan kelemahan yang ekstrem (prostration); penderita tidak

mampu duduk atau berjalan, tanpa adanya kelainan neurologi tertentu.

Malaria berat biasanya terjadi pada sekelompok individu yang

memiliki faktor resiko untuk menjadi malaria yang berat. Faktor-faktor

resiko terjadinya malaria berat antara lain: 9

1. Usia lanjut ( > 70 tahun),

2. Bayi / neonatus,

Page 28: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

3. Kehamilan atau masa pasca melahirkan (postpartum),

4. Kondisi dengan terjadinya penekanan terhadap sistem imun tubuh,

misalnya karena penyakit sistemik, seperti DM, gagal ginjal kronis, dan

pemakaian obat imunosupresan (misalnya prednison, obat sitostatistika)

dalam jangka waktu yang lama.

2.5.2 Laboratorium

Setelah menduga malaria berdasarkan klinis yang ada, maka kita

harus melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengkonfirmasi

keberadaan parasit malaria dalam tubuh pasien. Pemeriksaan mikroskopik

apusan darah tipis dan tebal merupakan gold standart untuk mengkonfirmasi

diagnosis malaria. Keuntungan dari pemeriksaan mikroskopik, yaitu: 10

1. Tingkat sensitivitasnya yang tinggi, yang mana memungkinkan

mendeteksi malaria pada kondisi densitas rendah serta mengetahui

jumlah dari parasit.

2. Memungkinkan untuk membedakan berbagai spesies parasit malaria

dan tahapan-tahapannya.

2.5.2.1 Pemeriksaan mikroskopis

2.5.2.1.1 Tetesan preparat darah tebal

Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit

malaria karena tetesan darah cukup banyak dibandingkan

preparat darah tipis. Sedian mudah dibuat khususnya untuk

studi di lapangan. Ketebalan dalam membuat sediaan perlu

untuk memudahkan identifikasi parasit. Pemeriksaan parasit

dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100 lapangan

pandangan dengan pembesaran kuat). Preparat dinyatakan

negatif bila setelah diperiksa 200 lapang pandangan dengan

pembesaran kuat 700-1000 kali tidak ditemukan parasit.

Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal dengan

menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Bila leukosit

Page 29: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

10.000/µL maka hitung parasitnya ialah jumlah parasit

dikalikan 50 merupakan jumlah parasit per mikro-liter darah.

1

2.5.2.1.2 Tetesan preparat darah tipis.

Digunakan untuk identifikasi jenis palsmodium, bila

dengan preparat darah tebal sulit ditentukan. Kepadatan

parasit dinyatakan sebagai hitumg parasit (parasit count),

dapat dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang mengandung

parasit per 1.000 sel darah merah. Hitung parasit penting

untuk menentukan prognosa penderita malaria, walaupun

komplikasi juga dapat timbul dengan jumlah parasit yang

minimal. Pengecatan dilakukan dengan cat Giemsa, atau

Leishman’s, atau Field’s dan juga Romanowsky. Pengecatan

Giemsa yang umum dipakai pada beberapa laboratorium dan

merupakan pengecatan yang mudah dengan hasil yang cukup

baik. 1

2.5.2.2 Tes Antigen: P-F test.

Yaitu mendeteksi antigen dari P. falciparum (histudine Rich

Protein II). Deteksi sangat cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan

latihan khusus, sensitivitasnya baik, dan tidak memerlukan alat

khusus. Deteksi untuk antigen vivax sudah beredar di pasaran yaitu

dengan metode ICT. Tes sejenis dengan mendeteksi laktat

dehidrogenase dari plasmodium (pLDH) dengan cara

immunochromatographic telah dipasarkan dengan nama tes

OPTIMAL. Optimal dapat mendeteksi dari 0-200 parasit/µL darah

dan dapat membedakan apakah infeksi P. falciparum atau P. vivax.

Sensivitasnya sampai 95% dan hasil positif salah lebih rendah dari

tes HRP-2. Tes ini sekarang dikenal sebagai tes cepat (rapid test).

Tes ini tersedia dalam berbagai nama tergantung pabrik pembuatnya.

(1)

Page 30: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

2.5.2.3 Tes serologi

Tes serologi ini mulai diperkenalkan sejak tahun 1962

dengan memakai tehnik indirect fluorescent antibody test. Tes ini

berguna mendeteksi adanya antibodi specifik terhadap malaria atau

pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang

bermanfaat sebagai alat diagnostik sebab antibodi baru terjadi

setelah beberapa hari parasitemia. Manfaat tes ini terutama untuk

penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer >1:200

dianggap sebagai infeksi baru; dab test >1:20 dinyatakan positif.

Metode-metode tes ini antara lain indirect haemagglutination test,

immunoprecipitation techniques, ELISA test, radio-immunoassay.1

2.5.2.4 Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)

Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknologi

amplifikasi DNA, waktu dipakai cukup cepat dan sensivitas maupun

spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit

sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tes ini baru dipakai

sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin. 1

2.6. Terapi

Semua individu dengan infeksi malaria yaitu mereka dengan

ditemukannya plasmodium aseksual di dalam darahnya maupun malaria klinis

tanpa ditemukan parasit malaria di dalam darahnya perlu diobati. Adapun prinsip

pengobatan malaria adalah: 1

1. Penderita tergolong biasa (tanpa komplikasi) atau penderita malaria

berat/dengan komplikasi. “penderita dengan komplikasi/malaria berat

memakai obat parenteral, malaria biasa diobati dengan per oral”;

2. Penderita malaria harus mendapatkan pebgobatan yang efektif, tidak terjadi

kegagalan pengobatan dan mencegah terjadinya transmisi yaitu dengan ACT

(Artemisinin base Combination Therapy);

3. Pemberian pengobatan ACT harus berdasarkan hasil pemeriksaan malaria

positif dan dilakukan monitoring efek/respon pengobatan;

Page 31: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

4. Pengobatan malaria klinis / tanpa pemeriksaan malaria memakai obat non-

ACT.

Secara global WHO telah menetapkan dipakainya pengobatan malaria

dengan memakai obat ACT (Artemisinin base Combination Therapy). Golongan

artemisinin (ART) telah dipilih sebagai obat utama karena efektif dalam

mengatasi plasmodium yang resisten dengan pengobatan. Selain itu artemisinin

juga bekerja membunuh plasmodium dalam semua stadium termasuk gametosit.

Juga efektif terhadap semua spesies. Laporan kegagalan terhadap ART belum

dilaporkan saat ini. 1

2.6.1 Pengobatan ACT(Artemisinin base Combination Therapy)

Penggunaan golongan artemisinin secara monoterapi akan

mengakibatkan terjadinya rekrudensi. Karena itu WHO memberikan

petunjuk penggunaan artemisinin dengan mengkombinasikan dengan obat

antimalaria yang lain. Hal ini disebut ACT(Artemisinin base Combination

Therapy). Kombinasi ini dapat berupa kombinasi dosis tetap (fixed dosei)

atau kombinasi tidak tetap (non-fixed dose). Kombinasi dosis tetap lebih

memudahkan dalam pemberian pengobatan. Contoh ialah “Co-Artem” yaitu

kombinasi artemeter (20 mg) + lumefantrine (120 mg), dengan dosis 4 tablet

2 x 1 sehari selama 3 hari. Kombinasi tetap lain ialah dihidroartemisinin (40

mg) + piperakuin (320 mg) yaitu “Artekin”, dengan dosis dewasa : dosis

awal 2 tablet, 8 jam kemudian 2 tablet, 24 jam dan 32 jam, masing-masing 2

tablet.1

Kombinasi yang tidak tetap, misalnya: artesunat + meflokuin,

artesunat + amodiakuin, artesunat + klorokuin, artesunat + sulfadoksin-

pirimetamin, artesunat pironaridin, dan kombinasi dengan obat jenis

lainnya. Dari kombinasi di atas yang tersedia di Indonesia saat ini adalah

kombinasi artesunat + amodiakuin dengan nama dagang “artesdiaquine”

atau artesumoon. Dosis untuk dewasa yaitu artesunat (50 mg/tablet) 200 mg

pada hari I-III (4 tablet). Untuk Amodiakuin (200 mg/tablet) yaitu 3 tablet

hari I dan II dan 1½ tablet hari III. 1

Page 32: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

Pengembangan terhadap pengobatan masa depan ialah dengan

tersedianya formula kombinasi yang mudah bagi penderita baik dewasa

maupun anak (dosis tetap) dan kombinasi yang paling poten dan efektif

dengan toksisitas yang rendah. 1

2.6.2 Pengobatan malaria dengan obat-obat non-ACT

Walaupun resistensi terhadap obat-obat standar golongan non-ACT

telah dilaporkan dari seluruh provinsi di Indonesia, beberapa daerah masih

cukup efektif baik terhadap klorokuin maupun sulfadoksin-pirimetamin

(kegagalan masih kurang 25%). Di beberapa daerah pengobatan

menggunakan obat standar seperti klorokuin dan sulfadoksin-pirimetamin

masih dapat digunakan dengan pengawasan terhadap respon pengobatan,

sebab perkembangan resistensi terhadap obat malaria berlangsung cepat dan

luas. Adapun obat-obat non-ACT ialah: 1

Klorokuin difosfat/sulfat, 250 mg garam (150 mg basa), dosis 25

mg basa/kgBB untuk 3 hari, terbagi 10 mg/kgBB hari I dan hari II, 5

mg/kgBB pada hari III. Pada orang dewasa biasa dipakai untuk P.

falciparum dan P. vivax.

Sulfadoksin-Pirimetamin (SP), (500 mg sulfadoksin + 25 mg

pirimetamin), dosis orang dewasa 3 tablet dosis tunggal (1 kali). Atau dosis

anak memakai takaran pirimetamin 1,25 mg/kgBB. Obat ini hanya dipakai

untuk P. falciparum dan tidak efektif utnuk P. vivax. Bila terjadi kegagalan

dengan obat klorokuin dapat menggunakan SP.

Kina sulfat : (1 tablet 220 mg), dosis yang dianjurkan adalah 3 x 10

mg/kgBB selama 7 hari, dapat dipakai untuk P. falciparum maupun P.

vivax. Kina dipakai sebagai obat cadangan untuk mengatasi resistensi

terhadap klorokuin dan SP. Pemakaian obat ini untuk waktu yang lama (7

hari) menyebabkan kegagalan untuk memakai sampai selesai.

Primakuin : (tablet 15 mg), dipakai sebagai obat pelengkap /

pengobatan radikal terhadap P. falciparum maupun P. vivax. P. falciparum

dosisnya 45 mg (3 tablet) dosis tunggal untuk membunuh gamet; sedangkan

Page 33: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

untuk P. vivax dosisnya 15 mg/hari selama 14 hari yaitu untuk membunuh

gamet dan hipnozoit (anti relaps)

Obat-obat tersebut dapat digunakan bila golongan artemisinin

belum tersedia dengan menggunakan kombinasikannya. Contoh kombinasi

ini adalah: klorokuin dengan SP, SP dengan kina, SP dengan

doksisiklin/tetrasiklin, kina dengan doksisiklin/tetrasiklin, atau kina dengan

klindamisin 1

2.6.3 Pengobatan penderita malaria berat.

Penanganan malaria berat tergantung kecepatan dan ketepatan

dalam melakukan diagnosis seawal mungkin. Sebaiknya penderita diduga

menderita malaria berat dirawat pada bilik intensif untuk dapat dilakukan

pengawasan serta tindakan-tindakan yang tepat. Prinsip penanganan malaria

berat adalah: 1

1. Tindakan umum dengan tujuan utama mempertahankan fungsi vital

berupa perawatan intensif lainnya di ruang intensif

2. Terhadap parasitemianyab dengan pemberian obat antimalaria (secara

IV) atau dengan Exchange transfussion (transfusi ganti).

3. Pemberian cairan/nutrisi

4. Penanganan terhadap gangguan fungsi organ yang mengalami

komplikasi.

Pemberian oabat anti malaria(OAM) pada malaria berat berbeda

dengan malaria biasa karena pada malaria berat diperlukan daya membunuh

parasit secara cepat dan bertahan cukup lama didarah untuk segera

menurunkan derajat parasitemia. Oleh karena itu dipilih pemakaian obat per

parenteral (IV per infus atau IM) yang berefek langsung dalam peredaran

darah dan kurang terjadinya resistensi. Obat-obat yang sering dipakai adalah

derivat artemisinin (artesunat, artemeter, atau artemisinin), kina, kinidin,

ataupun klorokuin. 1

Page 34: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

2.7. Prognosis

Pada infeksi malaria hanya terjadi mortalitas bila mengalami malaria

berat. Pada malaria berat, mortalitas tergantung pada kecepatan penderita tiba di

RS, kecepatan diagnosa dan penanganan yang tepat. Walaupun demikian

mortalitas penderita malaria berat di dunia masih cukup tinggi bervariasi 15-60%

tergantung fasilitas pemberi pelayanan. Makin banyak jumlah komplikasi akan

diikuti dengan peningkatan mortalitas, misalnya penderita dengan malaria serebral

dengan hipoglikemia, peningkatan kretinin, dan peningkatan billirubin

mortalitasnya lebih tinggi dari pada malaria serebral saja. 1

2.8. Pencegahan dan Vaksin malaria.

Tindakan pencegahan infeksi malaria sangat penting untuk individu yang

non-imun, khususnya pada turis nasional maupun internasional. Kemo-profilaksis

yang dianjurkan ternyata tidak memberikan perlindungan secara penuh. Oleh

karena itu masih sangat dianjurkan untuk memperhatikan tindakan pencegahan

untuk menghindarkan diri dari gigitan nyamuk yaitu dengan cara : 1

1. Tidur dengan kelambu sebaiknya dengan kelambu impregnated (dicelup

peptisida) : pemethrin atau deltamethrin).

2. Menggunakan obat pembunuh nyamuk (mosquitoes repellents : gosok, spray,

asap, atau elektrik.

3. Mencegah berada di alam bebas dimana nyamuk dapat menggigit atau harus

memakai proteksi (baju lengan panjang, kaus/stocking). Nyamuk akan

menggigit diantara jam 18.00- 06.00. Nyamuk jarang pada ketinggian di atas

2000 m,

4. Memproteksi tempat tinggal / kamar tidur dari nyamuk dengan kawat anti

nyamuk.

Bila akan digunakan kemo-profilaksis perlu diketahui sensivitas

plasmodium di tempat tujuan. Bila daerah dengan klorokuin sensitif (seperti

Minahasa) cukup profilaksis dengan 2 tablet klorokuin (250 mg klorokuin

difosfat) tiap minggu, 1 minggu sebelum berangkat dan 4 minggu setelah tiba

kembali. Profilaksis ini juga dipakai pada wanita hamil didaerah endemik atau

Page 35: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

pada individu yang terbukti imunitasnya rendah (sering terinfeksi malaria). Pada

daerah dengan resisten klorokuin dianjurkan doksisiklin 100 mg/hari atau

mefloquin 250 mg/minggu atau klorokuin 2 tablet /minggu ditambah proguanil

200 mg/hari. Obat baru yang dipakai untuk pencegahan yaitu primakuin dosis 0,5

mg/kgBB/hari, Etaquin, Atovaquone/Proguanil (Malarone) dan Azitromycin. (1, 3)

Vaksinasi terhadap malaria masih tetap dalam pengembangan. Hal ini

yang menyulitkan ialah banyaknya antigen yang terdapat pada plasmodium selain

pada masing-masing bentuk stadium pada siklus Plasmodium. Oleh karena yang

berbahaya adalah P. falciparum sekarang baru ditujukan pada pembuatan vaksin

untuk proteksi terhadap P. falciparum. Pada dasarnya ada 3 jenis vaksin yang

dikembangkan yaitu vaksin sporozoit (bentuk intrahepatik), vaksin terhadap

bentuk aseksual, dan vaksin transmission blocking untuk melawan bentuk

gametosit. Vaksin ini dengan teknologi DNA akan diharapkan memberikan

respon terbaik dan harga yang murah. 1

Page 36: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL

3.1. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Berdasarkan tinjauan kepustakaan dan maksud serta tujuan penelitian

maka dapat ditemukan beberapa hal yang berkaitan dengan malaria seperti: usia,

jenis kelamin, adanya kehamilan, riwayat ke daerah endemis/hidup di daerah

endemis, hasil pemeriksaan mikroskopis, derajat imunitas penderita, komplikasi,

dan terapi yang diberikan baik kuratif maupun kemoprofilaksis.

Pada penelitian ini, yang akan diteliti meliputi:

1. Usia

Adanya perkembangan usia meningkatkan kematangan sistem imunitas

yang mempengaruhi sistem kekebalan seseorang terhadap infeksi. Telah

dijelaskan di atas bahwa gejala dan prognosis penderita malaria pada anak

lebih berat dari orang dewasa.

2. Jenis Kelamin

Dari semua kepustakaan yang ada belum ada yang menyebutkan jenis

kelamin sebagai faktor resiko/kecenderungan tertentu terjadinya malaria.

Namun dengan adanya wanita hamil yang merupakan penderita malaria dengan

gejala lebih berat dengan prognosis yang lebih jelek, sehingga informasi

tentang penderita malaria wanita terutama wanita hamil menjadi penting.

3. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan secara tidak langsung dapat mempengaruhi seseorang

untuk mengetahui lebih banyak mengenai kondisi kesehatannya. Hal ini

tentunya berpengaruh dalam bagaimana tindakan pencegahan yang dilakukan

untuk terhindar dari suatu penyakit maupun tindakan pemeriksaan diri ke pusat

pelayanan kesehatan sedini mungkin bila mengalami gangguan kesehatan

dalam hal ini penyakit malaria.

Page 37: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

3. Pekerjaan

Pekerjaan berhubungan dengan tingkat status ekonomi seseorang

sehingga orang dengan status ekonomi yang tinggi, pada umumnya akan lebih

sering memeriksakan kesehatannya bila dibandingkan dengan orang dengan

tingkat ekonomi yang lebih rendah. Selain itu ada beberapa pekerjaan,

misalnya pekerjaan lapangan di daerah yang merupakan sarang nyamuk,

sehingga ia lebih rentan terpapar/tergigit oleh vektor malaria.

5. Riwayat ke daerah endemis/berasal dari daerah endemis malaria.

Infeksi malaria umumnya terjadi akibat penularan secara alami melalui

vektor nyamuk Anopheles betina sehingga lingkungan/daerah dengan tingkat

penularan yang tinggi (daerah endemis malaria) merupakan faktor resiko

seseorang terinfeksi malaria. Adanya riwayat ke daerah endemis malaria atau

bertempat tinggal di daerah endemis menyebabkan seseorang kontak dengan

vektor malaria dan terinfeksi malaria. Dalam hal ini riwayat ke daerah endemis

pada 12-40 hari sesuai dengan masa inkubasi keempat jenis Plasmodium

sebelum gejala muncul untuk pertama kali. Bila ternyata penderita tidak ada

riwayat bepergian keluar daerah, daerah tempat tinggalnya penting untuk

diketahui karena kemungkinan daerah tempat tinggalnya sekarang terdapat

vektor malaria yaitu nyamuk Anopheles betina dengan Plasmodium infektif di

dalamnya.

6. Hasil Pemeriksaan mikroskopis

Pemeriksaan mikroskopis merupakan gold standar diagnosis malaria.

Selain itu, pada pemeriksaan ini dapat ditentukan jenis Plasmodium yang

menjadi penyebab. Dalam penelitian ini, pemeriksaan mikroskopis yang

digunakan adalah periksaan tetesan preparat darah tebal (DDR) yang walaupun

mempunyai spesifisitas yang kurang bila dibandingkan dengan pemeriksaan

apusan darah tipis, namun pemeriksaan ini mempunyai sensitivitas yang lebih

tinggi sehingga merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan pada pasien yang

dicurigai menderita malaria.

Page 38: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

7. Status Anemia

Anemia merupakan suatu gejala yang sering didapatkan pada penderita

malaria yang terjadi akibat penghancuran sel darah merah yang terinfeksi

ataupun yang tidak terinfeksi malaria. Anemia itu sendiri adalah penurunan

jumlah massa eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk

membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Adanya

anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung

eritrosit. Dengan mengetahui kadar hemoglobin maka akan diketahui

bagaimana keadaan/derajat penghancuran sel darah merah yang terjadi.

8. Komplikasi

Tidak semua penderita malaria mengalami komplikasi. Komplikasi

malaria yang sebenarnya merupakan manifestasi klinis dari suatu malaria berat

selalu dihubungkan dengan malaria yang disebabkan oleh P. falciparum

dimana keadaan ini (telah disebutkan di bab II) menyebabkan prognosis

penderita menjadi lebih jelek dan bisa menyebabkan kematian. Selain infeksi

yang disebabkan oleh P. Falciparum, komplikasi malaria juga dapat

didapatkan pada infeksi jenis lain (terutama P. Vivax) bila menyerang orang

dengan imunitas yang rendah seperti anak-anak, ibu hamil, orang tua, dan

orang yang menderita penyakit-penyakit lain yang menurunkan sistem

imunitas.

Page 39: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

B. Kerangka Konsep

Berdasarkan konsep pemikiran yang dikemukakan, maka disusunlah pola

variable sebagai berikut.

Keterangan:

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

III.2. Definisi Operasional

1. Malaria

Adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang

menyerang erirosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di

dalam darah. Infeksi ini memberikan gejala klasik walaupun tidak selalu

ditemukan berupa demam, mengigil, dan berkeringat. Selain itu dapat pula

Malaria

Usia)

Jenis Kelamin

Tingkat Pendidikan

Pekerjaan

Mekanisme Kecelakaan

Waktu KecelakaanDerajat Imunitas

Tingkat Pencegahan

Riwayat ke Daerah Endemis

Kadar Hemoglobin

Komplikasi

Page 40: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

didapatkan adanya anemia ataupun splenomegali. Penyakit ini dapat

berlangsung akut ataupun kronik dan dapat pula terjadi komplikasi yang

dapat menyebabkan kematian. Malaria klinis adalah bila penderita

memiliki gejala khas malaria namun pada pemeriksaan darahnya tidak

ditemukan plasmodium. Pada penelitian ini kedua definisi tersebut

dimasukkan.

Kriteria objektif : diagnosis sesuai yang tercantum pada rekam medik

pasien.

2. Usia

Lamanya penderita hidup sejak dilahirkan sampai saat penderita berobat

sesuai dengan yang dicantumkan dalam rekam medik penderita, dengan

Kriteria objektif :

1. < 9 tahun

2. 10 - 19 tahun

3. 20 - 29 tahun

4. 30 - 39 tahun

5. 40 - 49 tahun

6. 50 - 59 tahun

7. > 60 tahun

3. Jenis Kelamin

Jenis kelamin penderita sesuai dengan yang dicantumkan dalam status

penderita. Dibedakan atas jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Kriteria objektif :

1. Laki-laki

2. Perempuan

Page 41: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

4. Tingkat pendidikan

Merupakan taraf untuk mengukur tingkat pendidikan tertinggi yang

sudah dilewati seseorang pada lembaga-lembaga pendidikan formal,

misalnya sekolah dan perguruan tinggi.

Kriteria objektif :

1. Belum sekolah

2. Tidak pernah sekolah / tidak lulus SD

3. SD/MI/Sederajat

4. SMP/MTs/Sederajat

5. SMA/MA/Sederajat

6. Universitas/Akademik

5. Pekerjaan

Merupakan aktivitas utama yang dilakukan untuk memperoleh

penghasilan.

Kriteria objektif :

1. Bekerja Ditulis jenis pekerjaannya

2. Tidak Bekerja

6. Riwayat ke daerah endemis/berasal dari daerah endemis malaria

Adanya riwayat ke daerah yang diketahui sebagai daerah endemis

malaria (12-40 hari sebelum gejala awal muncul) sesuai dengan apa yang

ditulis oleh dokter yang mengisi rekam medis penderita, jadi daerah

endemis yang dimaksud berdasarkan pengetahuan dokter tersebut.

Kemudian pada penelitian ini disebutkan pula daerah endemis yang

dimaksud sebagai data tambahan untuk variabel adanya riwayat ke daerah

endemis. Namun apabila pada status tidak didapatkan adanya riwayat ke

daerah endemis, maka yang diambil diambil adalah daerah tempat tinggal

penderita.

Page 42: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

Kriteria objektif :

1. Riw. ke daerah endemis ada (+), kemudian ditulis daerah

endemis sesuai yang tercantum pada rekam medis penderita.

2. Riw. ke daerah endemis tidak ada (-), kemudian ditulis daerah

tempat tinggal yang tercantum pada rekam medis.

7. Kadar hemoglobin Adalah jumlah zat yang berfungsi mengikat oksigen per satuan

volume darah yang didapatkan dari pemeriksaan laboratorium sediaan

darah penderita. Dalam penelitian ini, kadar hemoglobin < 5 g/dL

yang merupakan keadaan anemia berat dimasukkan juga dalam

variabel komplikasi.

Kriteria objektif :

1. > 13 g/dL

2. 11 - < 13 g/dL

3. 9 - < 11 g/dL

4. 7 - < 9 g/dL

5. 5 - < 7 g/dL

6. < 5 g/dL

8. Pemeriksaan mikroskopis

Merupakan hasil interpretasi dari pemeriksaan secara mikroskopik

apusan darah penderita malaria yang merupakan gold standar dalam

diagnosis malaria. Pada pemeriksaan apusan darah dapat berupa apusan

darah tipis maupun apusan darah tebal yang keduanya berfungsi untuk

mengetahui ada atau tidaknya parasit malaria dan untuk mengetahui jenis

dari parasit malaria tersebut. Dalam penelitian ini, pemeriksaan

mikroskopis yang digunakan adalah periksaan tetesan preparat darah

tebal (DDR) yang merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan pada

pasien yang dicurigai menderita malaria.

Kriteria objektif:

Page 43: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

1. Plasmodium falciparum

2. Plasmodium vivax

3. Plasmodium ovale

4. Plasmodium malariae

5. Mixed infection (terdapat > 1 jenis plasmodium)

9. Komplikasi

Merupakan penyulit yang timbul akibat malaria berat. Pada

penelitian ini didapatkan dari adanya komplikasi berupa bentuk

manifestasi dari malaria yang tertulis pada rekam medis penderita.

Kriteria objektif :

1. Ada komplikasi ditulis jenis komplikasi yang ada sesuai yang

telah dijelaskan pada Bab II.

2. Tidak ada komplikasi

Page 44: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipakai adalah jenis penelitian deskriptif dengan

menggunakan data sekunder.

4.2. Populasi

Semua penderita malaria yang pernah dirawat atau berobat di R.S.U.P.

dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

4.3. Sampel

Semua penderita penderita malaria yang pernah dirawat atau berobat di

R.S.U.P. dr. Wahidin Sudirohusodo periode 1 Januari 2011 – 31 Desember

2012.

4.4. Cara Pengambilan Sampel

Sampel diambil dengan cara ”total samplings” di mana semua responden

diambil menjadi sampel. Sampel berasal dari rekam medik R.S.U.P. dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Kriteria Seleksi:

Kriteria inklusi : Rekam medik pasien rawat inap atau rawat jalan penderita

malaria di R.S.U.P. dr. Wahidin Sudirohusodo periode 1 Januari 2011 – 31

Desember 2012 yang terdiagnosa malaria dan berobat.

Kriteria eksklusi : Rekam medik yang tidak memiliki variabel yang diteliti.

4.5. Cara Pengolahan dan Penyajian Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan sistem Excel dan SPSS,

metode statistik yang akan digunakan adalah distribusi frekuensi dan

hasilnya akan disajikan dalam bentuk tabel yang disertai dengan penjelasan.

Page 45: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

4.6. Etika Penelitian

Setiap subjek akan dijamin kerahasiaannya atas data yang diperoleh dari

rekam medik dengan tidak menuliskan nama pasien tetapi hanya berupa

inisial.

Sebelum melakukan penelitian maka peneliti akan meminta izin kepada

beberapa institusi terkait, antara lain : Sub Bagian Kesatuan Bangsa

Pemerintah Daerah Tingkat I Sul-Sel, Kepala RSUP dr. Wahidin

Sudirohusodo, Bagian Rekam Medik RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo.

Page 46: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Lokasi Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum

Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudrohusodo adalah

rumah sakit kelas A pendidikan dengan status Perjan Rumah sakit

berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.125 Tahun 2000,

dengan identitas sebagai berikut:

Nama Rumah Sakit : RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan Km.11, Tamalanrea Makassar (90245)

Telepon : Kantor (0411) 584675, (0411) 584677, Rumah Sakit (0411)

583333, 584888

Fax : (0411) 587676

Pemilikan : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo memiliki luas gedung 33.372 m2

dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Utara : Menuju ke Daya, terdapat kantor dan asrama kodam VII

dan jalan poros Makassar Pare-pare.

Sebelah Timur : Terdapat Kantor Dinas Departemen Kesehatan Propinsi

Sulawesi Selatan.

Sebelah Selatan : Terdapat tanah milik dan bangunan Lembaga Penelitian

Unhas yang diantarai DAM buatan.

Sebelah Barat : Terdapat perkuliahan dan perkantoran Unhas.

Merujuk pada peraturan tesebut Perjan RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo akan mengembangkan unggulan Pelayanan, Pendidikan, dan

Penelitian di bidang Kegawat Daruratan, Urologi, Kanker, Jantung, Lipid,

dan Endokrin beserta pelayanan penunjangnya.

Page 47: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

5.1.2 Sejarah

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo didirikan pada tahun 1947

dengan meminjam dua bangsal RS Jiwa yang telah berdiri sejak tahun 1925

sebagai bangsal bedah dan penyakit dalam yang merupakan cikal bakal

berdirinya RS Dadi. Kemudian pada tahun 1957, pemerintah daerah tingkat

I Sulawesi Selatan mendirikan RSU Dadi di Lokasi RSU Jiwa sebagai

Rumah sakit propinsi yang terletak di Jl. Bantaeng no.34 (kini Jl. Lanto Dg.

Pasewang).

Sejak tahun tersebut, baik RS Jiwa maupun RSU Dadi masing-

masing membangun gedung-gedung tanpa adanya satu perencanaan.

Melihat kondisi tersebut, Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan ketika itu

Prof. Dr. H. Akhmad Amiruddin dan Menteri Kesehatan RI, Dr. H.

Soewarjono Swoerjaningrat akhirnya bersepakat memindahkan RSU Dadi

ke Lokasi yang lebih strategis sebagai Rumah Sakit Rujukan dan Rumah

Sakit Pendidikan.

Pada tahun 1983 mulai dilaksanakan pembelian tanah di

Tamalanrea tidak jauh dari lokasi kampus Universitas Hasanuddin.

Pembangunan gedung pertama pada tahun 1988 yaitu gedung administrasi.

Atas bantuan rektor Unhas yang menghibahkan tanah Unhas seluas 8 Ha

maka pada tahun 1990 pembangunan gedung-gedung mulai dilaksanakan

dengan kapasitas 2100 tempat tidur. Rumah sakit ini mulai dioperasikan

pada tahun 1993 dengan status Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) kelas A

sesuai dengan SK Menteri Kesehatan RI no.283/Menkes/SK/III/1992,

disebut RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, karena notabene Dr. Wahidin

Sudirohusodo masih memiliki hubungan emosional dengan cucu Karaeng

Galesong.

Pada tahun 1994, RSUP ini dijadikan RS swadana sesuai

Keputusan Menteri Kesehatan No.999/Menkes/SK/X/1995 tertanggal 16

oktober 1995, Keputusan Dirjen Pelayanan Medis No.0001311864 tentang

petunjuk Teknis Penyusulan Penetapan dan Tata Cara Pengelolaan

Keuangan sebagai unit Swadana.

Page 48: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

Seiring dengan perkembangan dan kemajuan ini, pada bulan

Januari 1998 lalu RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo mendapat pengakuan

akreditasi Rumah Sakit Pusat, dan mulai 1 April tahun 1999 statusnya

berubah dari lembaga swadaya menjadi pengguna PNPB. Sejak bulan

Januari 2002 status RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo di ubah menjadi

PERJAN (Perusahaan Jawatan).

5.1.3 Visi, Misi, dan Motto RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Visi dari RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo yaitu “Menjadi Rumah

Sakit rujukan tertinggi di Kawasan Timur Indonesia yang mandiri, prima

serta unggul dalam teknologi, manajemen, dan sumber daya manusia”.

Misi dari RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo yaitu:

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna yang prima,

professional, dan terjangkau.

2. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian yang berkualitas yang

mendukung pelayanan paripurna.

3. Menyelenggarakan pelayanan rujukan medis dan kesehatan tertinggi

di Kawasan Timur Indonesia.

Yang menjadi motto rumah sakit ini adalah: “Dengan budaya

SIPAKATAU kami melayani dengan hati” yang berarti bahwa dalam

memberikan pelayanan setiap karyawan harus saling menghargai dan

memperlakukan orang lain sebagaimana dirinya sendiri ingin dihargai dan

diperlakukan oleh orang lain.

5.1.4 Sumber Daya

a. Tenaga

Jumlah tenaga yang tersedia di Perjan RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo sekarang ini sebesar 1.579 orang.

Page 49: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

b. Potensi Perjan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo saat ini:

Jenis Pelayanan yang dapat diberikan adalah kemampuan

pelayanan sub spesialistik yang meliputi:

1. Pelayanan sub spesialistik Bedah

2. Pelayanan sub spesialistik Penyakit Dalam

3. Pelayanan sub spesialistik Kesehatan Anak

4. Pelayanan sub spesialistik Telinga, Hidung, dan Tenggorokan

5. Pelayanan sub spesialistik Mata

6. Pelayanan sub spesialistik Neurologi

7. Pelayanan sub spesialistik Kulit Kelamin

8. Pelayanan sub spesialistik Anastesi

9. Pelayanan sub spesialistik Radiologi

10. Pelayanan sub spesialistik Kardiologi

11. Pelayanan sub spesialistik Pulmonologi

c. Sarana dan Prasarana

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo memiliki luas tanah 8,4 ha

dengan luas gedung 28416.8 m2 yang terdiri dari: kantor, rawat jalan, rawat

darurat, rawat inap (Lontara 1-4; Pavilium Palem, Sawit dan Pinang),

Cardiac Centre, Perawatan Intensif, Hemodialisa, Endoskopi dan Bedah

Pusat (COT), Rehabilitasi Medik, Tindakan Khusus (Lithotripsy, Prostatron,

Hyperbarik Chamber), Laboratorium, Farmasi, Utility, Wisma, kamar

jenasah, selasar, taman, halaman, jalan dan tempat parker, transportasi dan

alat komunikasi (ambulance 3 buah, mobil jenasah 3 buah, mobil dinas 10

buah, motor 3 buah, telepon 25 satuan sambungan dan faximile 2 buah).

Fasilitas Tempat Tidur (TT):

Kapasitas tempat tidur 559 TT + 20 TT (bayi)

1. VIP A1, A2, A3, B1 34 TT

2. Kelas I 54 TT

3. Kelas II 176 TT + 11 TT (isolasi)

4. Kelas III 264 TT

Page 50: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

5. Perawatan Intensif 20 TT

5.2 Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar, bertempat di bagian Rekam Medik. Pengumpulan data dimulai

pada tanggal 5 sampai 23 Februari 2012. Proses pengumpulan data

dilakukan dengan melihat data sekunder rekam medik penderita malaria

yang teregistrasi pada periode 1 Januari 2011 sampai dengan 31 desember

2012. Selama masa periode tersebut jumlah pasien penderita malaria

sebanyak 89 pasien. Dari total 89 pasien ini yang diambil sebagai sampel

penelitian sebanyak 37 pasien dengan menggunakan besar sampel dan

pemilihan sampel secara acak dengan menggunakan SPSS 17.0

Tabel 1 Distribusi Penderita Malaria Menurut Usia Di RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo, Periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012

N0. Umur Penderita Malaria

N %

1. < 9 1 2,7

2. 10 - 19 4 10,8

3. 20 - 29 10 27,00

4. 30 - 39 11 29,7

5. 40 - 49 7 18,9

6. 50 - 59 2 5,4

7. > 60 2 5,4

Jumlah 37 100,00

Sumber : data sekunder (rekam medik penderita)

Tabel 1 di atas menunjukkan distribusi penderita malaria menurut

usia, dimana frekuensi penderita malaria tertinggi pada kelompok usia 30-39

tahun yaitu sebanyak jumlah 11 kasus (29,7%) dan terendah pada kelompok usia

< 9 tahun dengan jumlah 4 kasus (2,7%).

Page 51: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

Tabel 2 Distribusi Penderita Malaria Menurut Jenis Kelamin Di RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo, Periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012

N0. Jenis Kelamin Penderita Malaria

N %

1. Laki-Laki 23 62,2

2. Perempuan 14 37,8

Jumlah 37 100,00

Sumber : data sekunder (rekam medik penderita)

Bila ditinjau dari jenis kelamin, sesuai pada tabel 2 di atas

memperlihatkan bahwa frekuensi penderita malaria lebih banyak terjadi pada laki-

laki dengan jumlah 23 kasus (62,2%), sedangkan pada perempuan didapatkan 14

kasus (37,8%).

Tabel 3

Distribusi Penderita Malaria Menurut Tingkat Pendidikan Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012

N0. Tingkat Pendidikan Penderita Malaria

N %

1. Belum Sekolah 1 2,7

2. SD/MI/Sederajat 7 18,9

3. SMP/MTs/Sederajat 9 24,3

4. SMA/MA/Sederajat 10 27,0

5. Universitas/akademik 10 27,0

Jumlah 37 100,00

Sumber : data sekunder (rekam medik penderita)

Pada Tabel 3 di atas diperlihatkan distribusi penderita malaria

menurut tingkat pendidikan terakhir yang telah diselesaikan penderita. Frekuensi

penderita malaria terbanyak pada kelompok SMA/MA/Sederajat dan

SMP/MTs/Sederajat yaitu masing-masing sebanyak 10 kasus (27,0%) dan terkecil

pada kelompok Belum Sekolah/Tidak Tamat SD yaitu sebanyak 1 kasus (2,7%).

Page 52: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

Tabel 4 Distribusi Penderita Malaria Yang Memiliki Pekerjaan Menurut Jenis Pekerjaannya Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode 1 Januari

2011 – 31Desember 2012

N0. Jenis Pekerjaan Penderita Malaria Memiliki Pekerjaan

N %

1. Tidak Bekerja 9 24,3

2. Pegawai Negeri 6 16,2

3. Pegawai Swasta 14 37,8

4. Penebang Kayu 1 2,7

5. Siswa 4 10,8

6. Mahasiswa 1 2,7

7.

8.

Petani

Pedagang

1

1

2,7

2,7

Jumlah 37 100,0

Sumber : data sekunder (rekam medik penderita)

Sedangkan distribusi jenis pekerjaan pada kelompok penderita yang

bekerja dapat dilihat pada Tabel 4 di atas. Pada tabel tersebut diperlihatkan bahwa

penderita malaria paling banyak ditemukan dengan jenis pekerjaan pegawai

swasta yaitu sebanyak 14 kasus 37,8%).

Tabel 5

Distribusi Penderita Malaria Menurut Riwayat Ke Daerah Endemis Malaria / Berasal Dari Daerah Endemis Malaria Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo,

Periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012

N0.

Riw. Ke Daerah Endemis

Malaria/Asal Daerah Endemis

Malaria

Penderita Malaria

N %

1. Ada 37 100,00

2. Tidak Ada 0 0,00

Jumlah 37 100,00

Sumber : data sekunder (rekam medik penderita)

Page 53: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

Adanya riwayat ke daerah endemis malaria atau daerah tempat tinggal

endemis malaria merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam

terjadinya penyakit malaria. Tabel 5 di atas memperlihatkan distribusi penderita

malaria berdasarkan faktor tersebut, dimana semua penderita yang menjadi

sampel pada penelitian ini mempunyai riwayat ke daerah endemis malaria /

berasal dari daerah endemis malaria yaitu sebanyak 37 kasus (100%).

Tabel 6

Distribusi Penderita Malaria Menurut Kadar Hemoglobin Darah Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode 1 Januari 2011 – 31

Desember 2012

N0. Kadar Hemoglobin Penderita Malaria

N %

1. > 13 mg/dL 6 16,2

2. 11 - < 13 mg/dL 7 18,9

3. 9 - < 11 mg/dL 10 27,0

4. 7 - < 9 mg/dL 6 16,2

5. 5 - < 7 mg/dL 7 18,9

6. < 5 mg/dL 1 2,7

Jumlah 37 100,00

Sumber : data sekunder (rekam medik penderita)

Berdasarkan nilai atau kadar hemoglobin darah penderita malaria yang

diperlihatkan pada tabel 6 di atas didapatkan bahwa frekuensi penderita malaria

terbanyak pada kelompok kadar Hb 9 - < 11 mg/dL yaitu sebanyak 10 kasus

(27,0%) dan terendah pada kelompok Hb < 5 mg/dL.

Page 54: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

Tabel 7 Distribusi Penderita Malaria Menurut Hasil Pemeriksaan DDR Di

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012.

N0. DDR Penderita Malaria

N %

1. P. Falciparum 20 54,1

2. P. Vivax 17 45,9

3. P. Ovale 0 0,00

4. P. Malariae 0 0,00

5. Mixed Infection 0 0,00

Jumlah 37 100,00

Sumber : data sekunder (rekam medik penderita)

Tabel 7 di atas memperlihatkan distribusi penderita malaria

berdasarkan hasil pemeriksaan DDR darah penderita dimana didapatkan frekuensi

tertinggi pada kelompok dengan hasil DDR P. Falciparum yaitu sebanyak 20

kasus (54,1%) dan terendah pada kelompok dengan hasil DDR P.vivax dengan 17

kasus (45,9%). Pada penelitian ini kelompok dengan hasil DDR P. Ovale dan P.

malariae tidak didapatkan pada penelitian ini.

Page 55: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

Tabel 8 Distribusi Penderita Malaria Dengan Komplikasi Menurut Jenis Komplikasinya Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode 1

Januari 2011 – 31 Desember 2012

N0. Jenis Komplikasi

Penderita Malaria Dengan

Komplikasi

N %

1. Malaria Cerebral 3 8,1

2. Malaria Biliosa 14 37,8

3. GGA 4 10,8

4. Pansitopeni 1 2,7

5.

6

Mixed

Tidak Ada Komplikasi

1

14

2,7

37,8

Jumlah 37 100,0

Sumber : data sekunder (rekam medik penderita)

Pada penelitian ini juga didapatkan distribusi penderita malaria yang

mengalami komplikasi menurut jenis komplikasi yang terjadi yang diperlihatkan

pada tabel 8 di atas. Tampak bahwa komplikasi yang paling banyak ditemukan

adalah berupa Malaria biliosa yaitu sebanyak 14 kasus (37,8%). beserta.

Page 56: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

Tabel 9 Distribusi Hasil Pemeriksaan DDR Menurut Usia Penderita Malaria Di RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo, Periode 1 Januari 2011—31 Desember 2012

NO. Usia

DDR

P. F P. V MI Jumlah

N % N % N % N %

1. < 9 1 2,7 0 0 0 0 1 2,7

2. 10 - 19 4 10,9 0 0 0 0 4 10,8

3. 20 - 29 3 8,1 7 18,9 0 0 10 27,0

4. 30 - 39 5 13,5 6 16,2 0 0 11 29,7

5. 40 - 49 5 13,5 2 5,4 0 0 7 18,9

6. 50 - 59 1 2,7 1 2,7 0 0 2 5,4

7. > 60 0 0 2 5,4 0 0 2 5,4

Jumlah 19 51,4 18 48,65 0 0 37 100,00

Sumber : data sekunder (rekam medik penderita)

Ket : - P. F = Plasmodium Falciparum

- P. V = P. Vivax

- MI = Mixed Infection

Tabel 9 di atas memperlihatkan distribusi hasil pemeriksaan DDR darah

penderita menurut usia penderita malaria. Pada penderita malaria dengan hasil

DDR berupa P. Falciparum paling banyak ditemukan pada kelompok usia 30-39

tahun dan usia 40-49 tahun yaitu sebanyak 5 kasus (13,5%), sedangkan pada

penderita dengan hasil DDR P. Vivax paling banyak didapatkan pada kelompok

usia 20-29 tahun yaitu sebanyak 7 kasus (18,9%). Adapun hasil DDR berupa

Mixed Infection tidak diderita oleh semua kelompok umur tersebut.

Page 57: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

Tabel 10 Distribusi Hasil Pemeriksaan DDR Menurut Jenis Kelamin Penderita

Malaria Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode 1 Januari 2011—31 Desember 2012

NO. Jenis

Kelamin

DDR P. F P. V MI Jumlah

N % N % N % N %

1. Laki-laki 13 35,4 10 27,1 0 0 23 62,2

2. Perempuan 7 18,9 7 18,9 0 0 14 37,8

Jumlah 20 54,1 17 45,9 0 0 37 100,00

Sumber : data sekunder (rekam medik penderita)

Pada tabel 10 di atas diperlihatkan distribusi hasil pemeriksaan DDR

darah penderita malaria menurut jenis kelaminnya dimana semua jenis hasil

pemeriksaan DDR ditemukan lebih banyak pada laki-laki yaitu sebanyak 13 kasus

(35,4%) berupa P. Falciparum dan 10 kasus (27,2%) P. Vivax.

Tabel 11 Distribusi Hasil Pemeriksaan DDR Menurut Komplikasi Penderita Malaria Di

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode 1 Januari 2011—31 Desember 2012

NO. Hasil DDR

Komplikasi Jumlah

Ada Tidak Ada

N % N % N %

1. P. Falciparum 14 37,8 6 16,2 20 54,1

2. P. Vivax 9 24,32 8 21,62 17 45,9

3. Mixed Infection 0 0 0 0 0 0

Jumlah 23 62,2 14 37,8 37 100

Sumber : data sekunder (rekam medik penderita)

Pada tabel 11 di atas diperlihatkan distribusi adanya komplikasi atau

tidak pada penderita malaria berdasarkan hasil pemeriksaan DDR darah penderita.

Ternyata penderita malaria yang mengalami komplikasi pada penelitian ini selain

Page 58: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

dengan hasil DDR berupa P. Falciparum dengan frekuensi tertinggi yaitu

sebanyak 14 kasus (37,8%), juga didapatkan pada penderita dengan hasil DDR P.

Vivax yaitu sebanyak 9 kasus (24,32%).

Tabel 12 Distribusi Hasil Pemeriksaan DDR Menurut Kadar Hemoglobin Penderita Malaria Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode 1 Januari 2011—31

Desember 2012

No. DDR

Kadar Hemoglobin (mg/dL) Jumlah

>13 11-<13 9-<11 7-<9 5-<7 <5

N % N % N % N % N % N % N %

1. P. F 2 5,4 2 5,4 7 18,9 4 10,8 5 13,5 0 0 20 54,2

2. P. V 4 10,8 5 13,5 3 8,1 2 5,4 2 5,4 1 2,7 17 45,8

3. MI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah 6 16,2 7 18,9 1

0 37,1 6 16,2 7 18,9 1 2,7 37

10

0

Sumber : data sekunder (rekam medik penderita)

Tabel 12 di atas memperlihatkan distribusi hasil pemeriksaan DDR

darah penderita menurut Kadar Hemoglobin. Pada penderita malaria dengan hasil

DDR berupa P. Falciparum paling banyak ditemukan pada kelompok usia dengan

kadar 9-<11 mg/dL dan pada penederita dngan hasil DDR berupa P.Vivax banyak

ditemukan pada kelompok dengan kadar Hemoglobin 11-<13..

Page 59: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

BAB VI PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Rekam Medik RSUP dr. Wahidin

Sudirohusodo dari tanggal 5 - 23 Februari 2013 dengan tujuan untuk memperoleh

informasi tentang karakteristik penderita malaria pada pasien rawat inap maupun

rawat jalan pada periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012 di Rumah Sakit

tersebut.

Adapun karakteristik yang diteliti meliputi usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, pekerjaan, kadar hemoglobin darah, hasil pemeriksaan DDR, riwayat

kedaerah endemis dan komplikasi yang terjadi pada penderita malaria. Pada

pengumpulan sampel didapatkan 37 sampel penelitian yang memenuhi kriteria

seleksi dari 89 penderita malaria yang tercatat pada Bagian Rekam Medik RSUP

dr. Wahidin Sudirohusodo periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012. Jumlah

sampel ini sangat sedikit bila dibandingkan dengan jumlah total penderita malaria

yang tercatat, hal ini disebabkan karena pada penelitian ini digunakan data

sekunder (rekam medik penderita) yang sebagian besar tidak mengandung

variabel yang diteliti sehingga banyak yang tidak memenuhi kriteria seleksi.

Namun setiap subjek pada penelitian ini (penderita malaria) mempunyai peluang

yang bisa dikatakan sama untuk tidak memiliki variabel yang diteliti, dimana

kelengkapan keterangan pada rekam medik yang dijadikan variabel ditentukan

oleh petugas yang mengisi rekam medik (kepatuhan dan kedisiplinannya untuk

mengisi) dan subjek itu sendiri (kemauan untuk mengikuti prosedur yang ada)

yang tidak dipengaruhi / mempengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi

karakteristik penderita malaria yang diteliti sehingga sampel yang ada pada

penelitian ini cukup representatif.

Berikut ini adalah pembahasan mengenai hasil yang diperoleh pada

penelitian ini, yaitu:

6.1. Usia

Berdasarkan distribusi penderita malaria menurut usia, dimana frekuensi

penderita malaria tertinggi pada kelompok usia 30-39 tahun (29,7%), kemudian

Page 60: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

pada kelompok usia 20-29 tahun (27%), dan terendah pada kelompok usia < 9

tahun (2,7%). Walaupun dari beberapa beberapa kepustakaan (1,2,5) menyatakan

bahwa malaria dapat menyerang semua usia tanpa membedakan kelompok usia,

namun dari data hasil penelitian ini didapatkan bahwa malaria lebih banyak terjadi

pada kelompok usia produktif (20-29 dan 30-39) dimana kelompok ini lebih

sering berada di luar rumah dan lebih banyak melakukan aktivitas bepergian ke

daerah lain termasuk ke daerah yang termasuk endemis malaria sehingga mereka

memiliki faktor resiko yang lebih tinggi berkontak dengan vektor malaria. Hal ini

juga cukup sesuai dengan penelitian (Hadzamawaty, dkk) di Mamuju pada 2012

yang mendapatkan jumlah penderita malaria terbanyak pada usia 23-30 tahun

(29,5%). Namun hasil ini agak berbeda dengan survei Riskesdas tahun 2010

(Arsunan, dkk) dimana kecenderungan kelompok yang berisiko tinggi terkena

malaria yaitu kelompok berusia 1-4 tahun. Hasil ini mungkin saja didapatkan

karena adanya perbedaan metode yang digunakan. Pada penelitian ini digunakan

subjek yang menunjukkan gejala klinis malaria (penderita malaria) yang

memeriksakan dirinya di Rumah Sakit, sedangkan pada survei malariometrik

digunakan subjek penduduk secara acak pada suatu daerah yang dicurigai

endemis malaria tanpa melihat keadaan klinisnya. Selain itu, anak-anak pada

daerah dengan tingkat penularan yang tinggi biasanya masih mempunyai imunitas

(umumnya bersifat tidak permanen) terhadap malaria yang diturunkan dari ibunya

sehingga walaupun terdapat parasit malaria di dalamnya tidak memperlihatkan

gejala klinis malaria (malaria asimptomatik). Kenudian dengan bertambahnya usia

sistem imunitasnya akan meningkat sehingga kemampuan untuk menekan dan

menghancurkan parasit malaria dalam tubuhnya. Hal ini akan menyebabkan

kurangnya parasit rate pada orang dewasa di daerah endemis.

6.2. Jenis kelamin

Bila ditinjau dari jenis kelamin penderita, didapatkan jumlah penderita

malaria lebih banyak terjadi pada laki-laki (62,2%) dibandingkan pada perempuan

(37,8%). Dari beberapa kepustakaan (1,2,5,11) yang ada tidak didapatkan

perbandingkan angka kejadian malaria berdasarkan jenis kelamin, karena secara

Page 61: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

teoritis malaria dapat menyerang manusia tanpa membedakan jenis kelaminnya.

Namun berdasarkan Data dan Informasi Dinas Kesehatan Provinsi Sul-Sel tahun

2007 didapatkan kejadian malaria juga lebih banyak pada laki-laki dibandingkan

perempuan, walaupun perbedaannya tidak terlalu jauh yaitu 537 kasus pada laki-

laki (58,88%) dan 375 kasus pada perempuan (41,12%) dari 912 kasus yang

dilaporkan. Kemudian bila ditinjau hasil pemeriksaan DDR berdasarkan jenis

kelamin penderita, didapatkan bahwa distribusi semua jenis hasil DDR penderita

lebih banyak pada laki-laki dari pada perempuan. Hal ini sesuai dengan hasil

distibusi penderita malaria menurut jenis kelaminnya, dimana lebih banyak

ditemukan pada laki-laki. Adanya hasil yang lebih tinggi pada laki-laki mungkin

disebabkan karena laki-laki lebih banyak yang bekerja (terutama di luar rumah /

atau bepergian ke daerah endemis) daripada wanita sehingga mempunyai faktor

resiko untuk terinfeksi malaria, bukan karena jenis kelaminnya.

6.3. Tingkat pendidikan

Distribusi penderita malaria menurut tingkat pendidikan terakhir yang

telah diselesaikan penderita didapatkan frekuensi tertinggi pada kelompok tingkat

pendidikan SMA/MA/sederajat dan Universitas/sederajat (10,0%) dan terendah

pada kelompok tingkat pendidikan belum sekolah (2,7%). Di satu sisi semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kesadaran untuk

melakukan pemeriksaan dan mendapatkan pelayanan kesehatan sehingga dapat

diketahui penyakit yang dideritanya sehingga semakin tinggi pula laporan

kasusnya. Namun di sisi lain semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang

semakin tinggi pula pengetahuan seseorang tentang penyakit dalam hal ini

penyakit malaria sehingga semakin tinggi pula perilaku menjaga kesehatan

terutama tindakan pencegahan agar tidak menderita penyakit. Hal ini menjadikan

surveilans penyakit malaria berdasarkan tingkat pendidikan tidak begitu

berpengaruh. Namun dari hasil penelitian ini didapatkan frekuensi lebih tinggi

pada kelompok SMA/sederajat dan kelompok Universitas/Akademik, dimana

kelompok ini mempunyai peluang lebih tinggi mendapatkan pekerjaan.

Sebagaimana kita ketahui bahwa kebutuhan tenaga kerja lebih banyak pada

Page 62: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

daerah-daerah yang masih terpencil seperti Irian Jaya dimana daerah ini juga

merupakan daerah yang kebanyakan merupakan daerah endemis malaria.

6.4. Pekerjaan

Dari data distribusi penderita malaria yang digolongkan menurut

pekerjaan penderita, didapatkan jumlah kasus lebih banyak pada penderita malaria

yang memiliki pekerjaan / bekerja daripada yang tidak memiliki pekerjaan. Dari

penderita malaria yang memiliki pekerjaan, jenis pekerjaan pegawai swasta yang

mempunyai frekuensi tertinggi (37,8%). Hal ini cukup sesuai dengan asumsi yang

menyatakan bahwa orang yang mempunyai pekerjaan terutama pekerjaan di luar

ruangan / lapangan (khususnya daerah rawa-rawa atau hutan) dan sering

melakukan perjalanan ke luar kota (daerah endemis malaria) mempunyai faktor

resiko lebih tinggi untuk kontak dengan vektor malaria yang kebanyakan terdapat

pada daerah tersebut. Dalam hal ini pegawai swasta (pengusaha/pedagang)

memiliki kecenderungan untuk lebih sering berkunjung atau membuka usaha pada

daerah masih terpencil (yang sebagian besar merupakan daerah endemis malaria)

dimana kegiatan ekonomi masih kurang sehingga mempunyai banyak kesempatan

untuk berhasil dan memperoleh keuntungan yang lebih dibanding berusaha di

daerah yang sudah maju / ramai. Namun selain faktor resiko tersebut masih

banyak faktor-faktor lain seperti daerah tempat tinggal apakah merupakan daerah

endemis atau tidak, jadi walaupun tidak bekerja orang juga dapat kontak dengan

vektor malaria. Tentunya, selain itu distibusi pekerjaan penduduk pada suatu

daerah juga mempengaruhi bagaimana distribusi pekerjaan pada penderita malaria

daerah tersebut. Seperti pada penelitian (Hadzamawaty,dkk) di Mamuju tahun

2008 yang mendapatkan jenis pekerjaan pada penderita malaria adalah petani

(38,1%), dimana sebagian besar penduduk di daerah tersebut merupakan petani.

6.5.Riwayat ke daerah endemis

Berdasarkan adanya riwayat ke daerah endemis malaria atau

berasal (bertempat tinggal) dari daerah endemis malaria (selanjutnya hanya

disebut riwayat ke daerah endemis) didapatkan hasil bahwa semua sampel pada

Page 63: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

penelitian ini mempunyai riwayat tersebut (100%). Ini sesuai dengan teori yang

disebutkan pada kepustakaan bahwa adanya riwayat ke daerah endemis

merupakan faktor yang sangat penting untuk terjadinya penyakit malaria

(terinfeksi oleh parasit malaria). Dimana pada daerah endemis malaria banyak

ditemukan parasit malaria baik pada vektor maupun host (manusia), sehingga

perpindahan parasit dari vektor ke host ataukah dari host ke vektor yang kemudian

berpindah lagi ke host membuat suatu lingkaran yang seakan berjalan terus.

Dengan kenyataan ini, menyebabkan seseorang yang berkunjung ke daerah

endemis ataukah bertempat tinggal di daerah endemis dapat terinfeksi malaria.

Pada penelitian ini tidak didapatkan penderita malaria yang tidak

mempunyai riwayat ke daerah endemis. Ini terjadi karena tidak adanya penegasan

(dalam rekam medik penderita yang tidak terdapat keterangan mengenai riwayat

ke daerah endemis) bahwa penderita tidak mempunyai riwayat ke daerah endemis

malaria dalam 12-40 hari terakhir (masa inkubasi penyakit malaria). Inilah yang

menjadi kekurangan dalam peneitian yang menggunakan data sekunder seperti

rekam medik yang sangat bergantung pada dokter yang mengisi rekam medis

tersebut. Tidak adanya riwayat ke daerah endemis malaria sebenarnya sangat

mungkin ada bila daerah tempat tinggal penderita yang sebelumnya diketahui

bukan daerah endemis malaria menjadi daerah endemis (daerah dimana vektor

dan parasit malaria ada dan dapat menular secara alamiah). Hal ini menjadi sangat

penting karena menjadi informasi perubahan status suatu daerah yang sebelumnya

bukan daerah endemis menjadi daerah endemis dan sebagai landasan dalam

melakukan studi vektor dan survei malariometrik (bila kejadian malaria menjadi

cukup tinggi pada daerah tersebut) untuk penetapan yang lebih tegas dan disertai

bukti. Selain itu dapat pula menjadi pertimbangan dalam pengambilan kebijakan

kesehatan terutama untuk mencegah dan memberantas penyakit malaria.

Sayangnya dalam penelitian ini, tidak didapatkan hasil yang demikian. Ini dapat

terjadi karena 2 hal, yaitu :

1. Memang kenyataannya bahwa semua penderita malaria pada populasi

yang diteliti mendapatkan infeksi malaria dari daerah yang telah

ditetapkan/diketahui sebagai daerah endemis malaria, atau

Page 64: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

2. Kemungkinan ada penderita malaria yang mendapat infeksi malaria dari

daerah yang belum atau tidak ditetapkan/diketahui sebagai daerah

endemis malaria, namun hal tersebut tidak diketahui yang ditandai

dengan tidak adanya penegasan yang tercantum pada rekam medik

penderita bahwa ia tidak mempunyai riwayat ke daerah endemis dalam

12-40 hari terakhir.

Dengan adanya kenyataan tersebut sekiranya diperlukan untuk melakukan

penelitian selanjutnya, terutama mengenai riwayat ke daerah endemis malaria

dengan menggunakan data primer sehingga didapatkan hasil yang lebih valid.

6.6.Kadar Hemoglobin dan Status Anemia

Berdasarkan distribusi penderita malaria menurut kadar hemoglobin

darah penderita, didapatkan frekuensi penderita malaria tertinggi pada kelompok

dengan kadar Hb 9-<11 mg/dL yaitu sebanyak 10 kasus (27,0%), sedangkan

terendah pada kelompok dengan kadar Hb < 5 mg/dL yaitu sebanyak 1 kasus

(2,7%). Lalu didapatkan pada kelompok dengan kadar Hb 9-<11 bahwa

P.Falciparum lebih banyak ditemukan pada kelompok ini (18,9%). Hal ini

mungkin sesuai teori yang menyebutkan bahwa malaria menyebabkan kadar

hemoglobin darah menurun akibat hancurnya sel-sel darah merah yang terinfeksi

malaria sehingga pada penderita malaria cenderung untuk menurun. Namun ini

cukup sesuai dengan pengukuran kadar hemoglobin dari anak yang positif

terinfeksi parasit malaria (usia < 10 tahun) pada penelitian survei malariometrik di

kabupaten Nias / Sumatera Utara tahun 2005 (Syafruddin,dkk) dimana didapatkan

jumlah yang lebih banyak pada anak dengan kadar Hb > 10 mg/dL yaitu sebanyak

pada kelompok 28 dari 36 kasus yang ditemukan (77,78%). Adanya variasi

penderita malaria berdasarkan kadar hemoglobin disebabkan karena derajat

penghancuran eritrosit (penurunan kadar Hb) ditentukan oleh banyak faktor, yaitu

: virulensi dan jenis parasit malaria serta keadaan imunitas host (penderita).

Sesuai dengan kepustakaan (1, 3, 11) yang menyatakan bahwa parasit

malaria menyebabkan adanya penurunan jumlah eritrosit pada penderita yang

terinfeksi dan diantara jenis plasmodium yang ada, P. Falciparum yang

Page 65: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

menyebabkan derajat penghancuran eritrosit yang paling tinggi karena menyerang

semua jenis usia eritrosit dari yang paling muda sampai yang paling tua,

kemudian fase eritrositer aseksual dari P. Falciparum lebih cepat dibandingkan

dengan jenis lain sehingga frekuensi penyerangan terhadap sel darah merah lebih

tinggi dari jenis lainnya. Selain itu pada infeksi oleh P. Falciparum juga lebih

banyak ditemukan mediator infalamasi seperti TNF α (termasuk IL-1, IL-3, IL-6,

lympotoxin, dan interferon-gamma) yang dalam konsentrasi tinggi dapat

menyebabkan supresi terhadap eritropoiesis pada sumsum tulang. Pada penderita

dengan hasil DDR negatif didapatkan jumlah penderita yang tidak mengalami

anemia yang paling banyak, hal ini dapat disebabkan karena jumlah parasit

(parasitemia) yang sedikit dimana tidak dapat terdeteksi dengan pemeriksaan

DDR sehingga penghancuran eritrosit juga sedikit ataukah penderita salah

diagnosis (menderita penyakit lain yang bukan disebabkan oleh parasit malaria).

6.7.Hasil Pemeriksaan DDR

Bila dilihat dari distribusi penderita malaria berdasarkan hasil

pemeriksaan DDR darahnya didapatkan frekuensi tertinggi pada penderita dengan

hasil DDR P. Falciparum (54,1%), yang diikuti pada penderita dengan hasil DDR

berupa P. Vivax (45,9%) pada penderita. Dengan melihat data-data di atas dapat

disimpulkan bahwa hasil ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pada

wilayah yang beriklim tropis (termasuk Indonesia) paling sering ditemukan

infeksi parasit P. Falciparum sebagai penyebab malaria yang kemudian diikuti

dengan infeksi yang disebabkan oleh parasit P. Vivax. Pada tahun 1996 (harijanto)

juga menyebutkan bahwa dari 100 ribu kasus malaria didapatkan P. Falciparum

sebagai penyebab terbanyak (65,9%). Selain itu penelitian survei malaria pada

8.816 anak usia < 10 tahun di Mozambik tahun 2002 mendapatkan hasil DDR

berupa P. Falciparum yang paling banyak (52,4%).

Hal ini juga cukup sesuai dengan hasil estimasi kejadian malaria di dunia menurut

WHO, dimana didapatkan 91% dari seluruh kasus disebabkan oleh P.

Falciparum. Selain itu, dari penelitian secara survei pada anak-anak di

Mozambik, dimana didapatkan 52,4% dari 8.816 sampel yang diteliti disebabkan

Page 66: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

oleh P. Falciparum. Sedangkan kelompok dengan hasil DDR P. Ovale dan P.

malariae tidak didapatkan pada penelitian ini. Hal ini sesuai dengan teori yang

menyatakan bahwa angka kejadian malaria yang disebabkan oleh kedua jenis ini

sangat jarang ditemukan.

Pada penelitian ini juga didapatkan hasil pemeriksaan DDR. Hal ini dapat terjadi

akibat adanya kesalahan dalam pemeriksaan mikroskopis (DDR), baik dalam

teknik pemeriksaan sampel, maupun dalam waktu pengambilan sampel. Kedua

hal tersebut dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan, sehingga didapatkan hasil

negatif, padahal sebenarnya dalam darah penderita terdapat parasit malaria. Selain

itu, hasil DDR negatif mungkin dapat terjadi akibat adanya kesalahan diagnosis

pada penderita (penderita menderita penyakit lain, seperti infeksi virus pada

sistem respiratorius, influenza, demam dengue, dan infeksi bakterial lainnya

seperti pneumonia, demam tifoid, dan infeksi saluran kencing).

6.8.Komplikasi

Berdasarkan distribusi penderita malaria menurut jenis komplikasi

yang terjadi pada penderita malaria, didapatkan frekuensi penderita paling banyak

pada kelompok yang mendapatkan malaria biliosa (37,8%) dan GGA(10,8%).

Selain itu pada penelitian ini didapatkan pula komplikasi berupa malaria cerbral

(8,1%), malaria pansitopeni (2,7%) dan mixed (2,7%).

Bila ditinjau dari kejadian komplikasi berdasarkan hasil pemeriksaan

DDR sampel darah penderita malaria didapatkan bahwa dari sampel yang

menderita komplikasi didapatkan hasil DDR berupa P. Falciparum yang

terbanyak (54,1%), namun selain itu didapatkan pula pada penderita dengan hasil

DDR berupa P. vivax (45,9%). Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan

bahwa komplikasi yang terjadi pada penderita malaria dalam hal ini kejadian

malaria berat paling banyak atau bahkan hanya disebabkan oleh P. Falciparum.

Kemudian hasil ini juga sesuai dengan teori lain yang menyatakan bahwa malaria

yang disebabkan parasit jenis lain seperti P. vivax dapat pula menyebabkan

malaria berat bila terjadi pada pasien dengan keadaan khusus seperti anak-anak,

ibu hamil, orang tua, ataupun dengan immnodefisiensi. Hal tersebut sesuai dengan

Page 67: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

hasil penelitian ini dimana kejadian malaria berat yang disebabkan P. vivax juga

terjadi pada anak-anak dan ibu hamil (bukan merupakan variabel yang diteliti

namun terdapat pada rekam medis penderita).

Page 68: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian mengenai karakteristik penderita

malaria di R.S.U.P. dr. Wahidin Sudirohusudo periode 1 Januari 2011 - 31

Desember 2012 dengan jumlah sampel sebanyak 38 kasus, maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Penderita malaria paling banyak ditemukan pada kelompok usia 30-39

tahun yaitu sebesar 29,7%. Kemudian pada kelompok usia 20-29 tahun

(27%).

2. Penderita malaria lebih banyak ditemukan pada laki-laki daripada

perempuan dengan persentase sebesar 62,2%.

3. Penderita malaria paling banyak ditemukan pada kelompok dengan

tingkat pendidikan SMA/MA/sederajat dan Universitas/Akademik yaitu

masing-masing sebesar 27%.

4. Penderita malaria lebih banyak ditemukan pada kelompok yang bekerja

sebagai pegawai sawasta yaitu sebesar 37,8%.

5. Semua penderita malaria mempunyai riwayat ke daerah endemis malaria

atau bertempat tinggal di daerah endemis malaria.

6. Penderita malaria paling banyak ditemukan pada kelompok dengan kadar

Hb 9-<11mg/dL yaitu sebesar 27%.

7. Penderita malaria paling banyak ditemukan pada kelompok dengan hasil

DDR berupa P. Falciparum yaitu sebesar 54,1%.

8. Penderita malaria dengan komplikasi terbanyak yaitu malaria biliosa

14%.

Page 69: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

B.Saran

Setelah melakukan penelitian mengenai karakteristik penderita

malaria di R.S.U.P. dr. Wahidin Sudirohusudo periode 1 Januari 2011 - 31

Desember 2012 maka dapat diberikan saran berupa :

1. Diharapkan adanya usaha promosi dan pencegahan di bidang kesehatan

khususnya mengenai penyakit malaria terutama pada kelompok usia 30-

29 tahun dan 20-39 tahun terutama yang ingin berkunjung ke daerah

endemis malaria untuk menekan jumlah kejadian dan penyebaran

malaria.

2. Sebaiknya pada pasien yang dicurigai menderita malaria dilakukan

pemeriksaan yang lebih teliti terutama mengenai faktor-faktor yang

berpengaruh; seperti riwayat ke daerah endemis, kadar hemoglobin, dan

pemeriksaan mikroskopis darah, ataupun komplikasi yang terjadi. Hal ini

dapat membantu untuk penegakan diagnosis malaria.

3. Perlu kiranya Tenaga Kesehatan baik itu dokter, perawat, ataupun

pegawai rekam medis yang bertugas di R.S.U.P. dr. Wahidin

Sudirohusudo untuk mengisi status pasien secara lengkap terutama

identitas, anamnesis faktor-faktor resiko yang berpengaruh, pemeriksaan

fisis dan pemeriksaan penunjang, serta diagnosis pasien. Mengenai

keterangan klinis seharusnya tetap ditulis walaupun tidak ditemukan pada

pasien (dalam hal ini terutama mengenai riwayat ke daerah endemis

malaria) sehingga memberikan informasi yang lebih jelas. Selain itu

diperlukan pula adanya keseragaman dalam pengisian status pasien agar

didapatkan data yang lebih objektif.

4. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang

lebih mendalam tentang faktor resiko tindakan pencegahan, penetapan

daerah endemis tempat pasien mendapatkan infeksi malaria dengan

mengambil penelitian data primer, maupun keefektifan terapi pada

penderita malaria melalui penelitian analisis. Selain itu diharapkan pula

dilakukannya penelitian di rumah sakit lain maupun sarana kesehatan

Page 70: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

lainnya seperti Puskesmas untuk memperoleh data yang lebih banyak

tentang distribusi penderita malaria.

Page 71: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Harijanto PN. Malaria. In: Sudoyo AW,eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006: 1732-44.

2. Jafar N, Taslim N, Ansar. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia di Daerah Endemik Mlaria Kabupaten Mamuju. JST Kesehatan 2012; 1:18-26.

3. Agusyanti. Situasi Malaria di Sulawesi Selatan. [online] 2012 Juni 12 [cited 2013 January 23]; 1-3. Available from: URL: http://dinkes-sulsel.go.id/new/index.php?option=com_content&task=view&id=881&Itemid=102.

4. Dinkes RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Jakarta: Dirjen P2M & PL; 2008.

5. Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Tiga Persen Penduduk SulBar Penderita Malaria. [online] 2012 July 23 [cited 2013 January 23]; 1-3. Available from: URL: http://menkokesra.go.id/content/tiga-persen-penduduk-sulbar-penderita-malaria.

6. Laihad FJ, Harijanto P. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Jakarta : Penerbit Kementrian Kesehatan RI Bakti Husada : 2011.

7. WHO. Guidlines For The Treatment of Malaria 2012. Switzerland: World Health Organization: 2010.

8. Zein U. Penanganan Terkini Malaria Falciparum. Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Sumatera Utara. 2006: 1-13.

9. Sutisna P. Malaria Secara Ringkas: Dari Pengetahuan Dasar Sampai Terapan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.

10. National Institute of Malria Research. Guidlines For diagnosis & Treatment of Malaria in India. India : Goverment of India ; 2009

Page 72: BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama Lengkap : Wisnu Adryanto

Stambuk : C 111 07 268

Tempat Tanggal Lahir : Palu, 22 April 1990

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Cambajawayya no.24, Makassar

Email : [email protected]

Nama Orang Tua

Ayah : Darmadji, SE, MT

Ibu : Budi Tasik Wulan

Pekerjaan Orang Tua

Ayah : Pegawai Negeri Sipil

Ibu : Tidak Bekerja

Riwayat Pendidikan : - SD Negeri Tlogomas 3 Malang (1995-2001)

- SLTP Negeri 8 Malang (2001-2004)

- SMU Negeri 3 Malang (2004-2007)

- Fakultas Kedokteran UNHAS Makassar Tahun 2007

Makassar, Oktober 2013

Wisnu Adryanto