bagian anggaran 093 - kpk.go.id · cadangan persediaan c.2.5.2 14.313.265.949 15.707.236.863 ......
TRANSCRIPT
BAGIAN ANGGARAN 093
LAPORAN KEUANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
TAHUN ANGGARAN 2009
(Audited)
Jln. H.R Rasuna Said Kav. C.1 Kuningan Jakarta Selatan 12920 Telepon (62-21) 2557 8300, Faks (62-21) 528 92456, http://www.kpk.go.id
LAPORAN REALISASI ANGGARAN (AUDITED)
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2009 DAN 2008 (Dalam Rupiah)
TA 2009 TA 2008
Uraian Catatan Anggaran Realisasi
(Netto)
% Realisasi
terhadap Anggaran
Anggaran Realisasi
A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH B.2.1.
A.1 PENERIMAAN DALAM NEGERI 38.378.602.000 75.593.341.422 196,97 31.217.400.000 400.124.227.902
Penerimaan Perpajakan 0 0 0,00 0 0
Penerimaan Negara Bukan Pajak B.2.1.1. 38.378.602.000 75.593.341.422 196,97 31.217.400.000 400.124.227.902
A.2 HIBAH 0 0 0,00 0 0
JUMLAH PENDAPATAN DAN HIBAH (A.1 + A.2) 38.378.602.000 75.593.341.422 196,97 31.217.400.000 400.124.227.902
B. BELANJA B.2.2.
B.1 Rupiah Murni 315.235.856.000 220.948.475.584 70,09 232.612.922.000 190.494.601.875
Belanja Pegawai B.2.2.1 159.370.276.000 141.845.566.682 89,00 111.932.138.000 98.476.162.339
Belanja Barang B.2.2.2 117.611.497.000 61.829.471.162 52,57 83.870.058.000 61.574.248.828
Belanja Modal B.2.2.3 38.254.083.000 17.273.437.740 45,15 36.810.726.000 30.444.190.708
Pembayaran Bunga Utang 0 0 0,00 0 0
Subsidi 0 0 0,00 0 0
Hibah 0 0 0,00 0 0
Bantuan Sosial 0 0 0,00 0 0
Belanja Lain-lain 0 0 0,00 0 0
B.2 Pinjaman Luar Negeri 0 0 0,00 0 0
Belanja Pegawai 0 0 0,00 0 0
Belanja Barang 0 0 0,00 0 0
Belanja Modal 0 0 0,00 0 0
Pembayaran Bunga Utang 0 0 0,00 0 0
TA 2009 TA 2008
Uraian Catatan Anggaran Realisasi (Netto)
% Realisasi
terhadap Anggaran
Anggaran Realisasi
B.2 Pinjaman Luar Negeri (lanjutan) 0 0 0,00 0 0
Subsidi 0 0 0,00 0 0
Hibah 0 0 0,00 0 0
Bantuan Sosial 0 0 0,00 0 0
Belanja Lain-lain 0 0 0,00 0 0
B.3 Hibah 146.499.532.000 7.611.825.383 5,20 114.257.616.000 13.803.974.637
Belanja Pegawai B.2.2.1 0 0 0,00 0 0
Belanja Barang B.2.2.2 88.813.009.000 7.519.875.383 8,47 52.632.470.000 11.883.024.637
Belanja Modal B.2.2.3 57.686.523.000 91.950.000 0,16 61.625.146.000 1.920.950.000
Pembayaran Bunga Utang 0 0 0,00 0 0
Subsidi 0 0 0,00 0 0
Hibah 0 0 0,00 0 0
Bantuan Sosial 0 0 0,00 0 0
Belanja Lain-lain 0 0 0,00 0
JUMLAH BELANJA (B.1+B.2+B.3) 461.735.388.000 228.560.300.967 49,50 346.870.538.000 204.298.576.512
Jakarta, 31 Desember 2009
Sekretaris Jenderal Komisi Pemberantasan Korupsi, Bambang Sapto Pratomosunu NIP 19521107.197901.1.001
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2009 Audited
Lihat Catatan atas Laporan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan ini
NERACA (AUDITED)
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI NERACA
PER 31 DESEMBER 2009 DAN 2008 (dalam rupiah)
Uraian Catatan 31 Desember 2009 31 Desember 2008
ASET
Aset Lancar C.2.1
Kas di Bendahara Pengeluaran C.2.1.1 0 468.301
Kas di Bendahara Penerimaan C.2.1.2 0 0
Piutang Bukan Pajak C.2.1.3 640.633.330 112.991.922
Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan/TGR 0 5.465.000
Uang Muka Belanja C.2.1.4 249.002.600 45.314.500
Persediaan C.2.1.5 14.313.265.949 15.707.236.863
Jumlah Aset Lancar 15.202.901.879 15.871.476.586
Aset Tetap C.2.2
Peralatan dan Mesin C.2.2.1 126.990.225.832 121.579.366.765
Jalan, Irigasi, dan Jaringan C.2.2.2 40.749.350.665 30.664.870.329
Aset Tetap Lainnya C.2.2.3 42.102.682.588 41.710.925.545
Jumlah Aset Tetap 209.842.259.085 193.955.162.639
Aset Lainnya C.2.3
Aset Tak berwujud C.2.3.1 10.448.377.032 9.023.399.110
Aset Lain-lain C.2.3.2 188.612.622.680 157.446.461.122
Jumlah aset Lainnya 199.060.999.712 166.469.860.232
JUMLAH ASET 424.106.160.676 376.296.499.457
KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek C.2.4
Utang Kepada Pihak Ketiga C.2.4.1 3.119.555.905 4.714.486.429
Uang Muka Dari KPPN C.2.4.2 0 468.301
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 3.119.555.905 4.714.954.730
JUMLAH KEWAJIBAN 3.119.555.905 4.714.954.730
EKUITAS DANA
Ekuitas Dana Lancar C.2.5
Cadangan Piutang C.2.5.1 889.635.930 163.771.422
Cadangan Persediaan C.2.5.2 14.313.265.949 15.707.236.863
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang C.2.5.3 -3.119.555.905 -4.714.486.429
Jumlah Ekuitas Dana Lancar 12.083.345.974 11.156.521.856
Ekuitas Dana Investasi C.2.6
Diinvestasikan Dalam Aset Tetap C.2.6.1 209.842.259.085 193.955.162.639
Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya C.2.6.2 199.060.999.712 166.469.860.232
Jumlah Ekuitas Dana Investasi 408.903.258.797 360.425.022.871
JUMLAH EKUITAS DANA 420.986.604.771 371.581.544.727
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 424.106.160.676 376.296.499.457
Jakarta, 31 Desember 2009
Sekretaris Jenderal
Komisi Pemberantasan Korupsi,
Bambang Sapto Pratomosunu
NIP 19521107.197901.1.001
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA. 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum 1
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (AUDITED)
Rencana Strategis
A. PENJELASAN UMUM A.1. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
6. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat.
7. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER 51/PB/2006
tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga.
A.2. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBERANTASAN KORUPSI OLEH KPK
RENCANA STRATEGIS
KPK merupakan lembaga negara yang bersifat independen yang dalam
melaksanakan tugas dan kewenangannya bebas dari pengaruh kekuasaan
manapun. Berdasarkan Pasal 6 Undang Undang Nomor 30 Tahun 2002,
tugas KPK meliputi: melakukan koordinasi dan supervisi terhadap upaya
pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang
berwenang, melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan
terhadap tindak pidana korupsi, melakukan tindakan-tindakan pencegahan
tindak pidana korupsi, dan melakukan monitor terhadap penyelenggaraan
pemerintahan negara.
Visi
“Menjadi Lembaga yang Mampu Mewujudkan Indonesia yang Bebas dari
Korupsi”
Misi
a) Pendobrak dan Pendorong Indonesia yang Bebas dari Korupsi
b) Menjadi Pemimpin dan Penggerak Perubahan untuk Mewujudkan
Indonesia yang Bebas dari korupsi.
Tujuan
Berkurangnya Korupsi di Indonesia
Kebijakan
Kebijakan pemberantasan korupsi periode 2008-2011, adalah:
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA. 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum 2
1. Korupsi adalah kejahatan yang pemberantasannya harus dilakukan
secara komprehensif dan melibatkan semua pihak (everyone business),
konsisten, dan berkesinambungan.
2. KPK sebagai institusi pendorong upaya pemberantasan korupsi
merupakan lembaga yang disegani dan dihormati, bukan ditakuti.
3. Pemberantasan korupsi mengedepankan upaya preemtif
(penangkalan/menangani hulu permasalahan) dan preventif
(pencegahan) sehingga mampu menekan kebocoran keuangan negara.
4. Upaya represif untuk menimbulkan efek jera dan pengembalian
kerugian keuangan negara secara optimal.
Kebijakan dalam penentuan prioritas pelaksanaan tugas KPK adalah:
1. Kebijakan di Bidang Koordinasi dan Supervisi:
a. Menindaklanjuti MoU yang sudah dibuat antara KPK, Kejagung, dan
POLRI dengan tindakan nyata di lapangan:
Mengadakan pertemuan rutin dengan POLRI dan Kejagung
Mengevaluasi proses penanganan kasus yang ditangani oleh Polri
dan Kejagung
b. Mendorong penanganan kasus-kasus korupsi ke daerah (Polda dan
Kejati) dengan alternatif tindakan:
Diserahkan sepenuhnya sesuai kewenangan Polri dan Jaksa dalam
penanganan perkara
Digunakan kewenangan KPK namun dilaksanakan oleh instansi
penegak hukum di daerah.
c. Memantau penanganan kasus-kasus korupsi yang ditangani oleh Polri
dan Kejagung:
secara administratif
check on the spot
d. Mengambil alih penanganan kasus yang krusial atau yang tidak dapat
ditangani oleh Polri dan Kejagung.
2. Kebijakan di Bidang Penindakan:
a. Penindakan korupsi dilakukan bersama-sama dengan aparat penegak
hukum lainnya.
b. Menangani kasus-kasus yang belum selesai dikerjakan oleh Pimpinan
KPK yang lama.
c. Menanganani kasus-kasus yang menimbulkan dampak ikutan
kumulatif yang tinggi, sedangkan kasus-kasus dengan cakupan lokal
dilimpahkan kepada aparat penegak hukum daerah.
d. Menangani kasus-kasus korupsi di lingkungan aparat penegak hukum,
pemasukan dan pengeluaran keuangan negara, serta sektor
pelayanan publik.
e. Menindaklanjuti MoU dengan Dephan untuk mendorong penanganan
kasus-kasus korupsi di lingkungan TNI.
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA. 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum 3
3. Kebijakan di Pencegahan
a. Mendorong segenap instansi dan masyarakat untuk meningkatkan
kesadaran anti korupsi dan peran sertanya dalam pencegahan
korupsi di lingkungan masing-masing.
b. Melakukan deteksi untuk mengenali dan memprediksi kerawanan
korupsi dan potensi masalah penyebab korupsi secara periodik untuk
disampaikan kepada instansi dan masyarakat yang bersangkutan.
c. Mendorong lembaga dan masyarakat untuk mengantisipasi
kerawanan korupsi (kegiatan pencegahan) dan potensi masalah
penyebab korupsi (dengan menangani hulu permasalahan) di
lingkungan masing-masing.
4. Kebijakan di Bidang Pengawasan terhadap Penyelenggaraan Negara:
a. Melakukan kajian sistem administrasi negara dan sistem pengawasan
terhadap lembaga negara/pemerintah secara selektif untuk
mendorong dilaksanakannya perubahan sistem dan reformasi
birokrasi pada tingkat nasional.
b. Meningkatkan integritas dan efektifitas fungsi pengawasan pada
masing-masing instansi melalui restrukturisasi kedudukan, tugas dan
fungsi unit/lembaga pengawasan, agar pelaksanaan tugas dan
fungsinya dapat dilaksanakan secara independen dan bertanggung
jawab.
SASARAN
Sasaran Internal:
Pemantapan Kelembagaan KPK, berupa:
1. Pemantapan soliditas organisasi KPK yang mampu menyesuaikan diri
dengan perkembangan lingkungan strategis
2. Pemantapan mekanisme kerja KPK, baik tata kerja internal maupun
tata hubungan kerja dengan lembaga/instansi lain
3. Pemantapan sumber daya KPK yang rasional dan memiliki integritas
yang tinggi/handal
Sasaran Eksternal:
1. Terpeliharanya dan meningkatnya semangat anti korupsi pada segenap
komponen bangsa
2. Terdeteksi dan tertanganinya korupsi dan akar masalahnya pada
sektor pemasukan keuangan negara, pengeluaran keuangan negara,
pelayanan publik, penegakan hukum, dan lembaga pengawasan.
3. Terbangunnya wacana reformasi di bidang politik, ekonomi, hukum,
sosial, administrasi, dan birokrasi.
STRATEGI
Strategi besar yang dikembangkan dalam rangka mencapai visi,
misi, tujuan, kebijakan, dan sasaran adalah sebagai berikut:
1. Pelibatan semua pihak dalam pemberantasan korupsi, dimana KPK
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA. 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum 4
Pendapatan
menempatkan diri sebagai pemicu dan pendorong dalam
pemberantasan korupsi;
2. Pemberantasan korupsi dilakukan secara komprehensif menggunakan
pola deteksi - aksi dengan kegiatan: proaktif investigasi (deteksi),
preemtif, preventif, represif, dan rehabilitasi.
Adapun strategi operasional yang dipakai adalah sebagai berikut:
1. Strategi Penindakan dan koordinasi serta supervisi dengan lembaga
penegak hukum;
2. Strategi Pencegahan dan koordinasi serta supervisi dengan lembaga
negara/ pemerintah pusat dan daerah;
3. Strategi Monitoring dan supervisi instansi pelayanan publik;
4. Strategi Penggalangan Keikutsertaan Masyarakat;
5. Strategi Pembangunan Kelembagaan
Jika dikaitkan dengan pendekatan Balanced Scorecard (BSC), kelima
strategi tersebut dapat dipetakan sebagai berikut:
MenyelenggarakanKoordinasi
Penindakan TPK
Menyelenggarakan
KoordinasiPencegahan
TPKMewujudkanSistem
Pelaporan Kegiatan Pemberantasan
Korupsi
PE
RS
PE
KT
IF
IN
TE
RN
AL
MewujudkanSupervisi
Penindakan
TPK
MewujudkanSupervisi
Instansi PelayananPublik
Melaksanakan Penyelidikan, Penyidikan,
Penuntutan yangKuat & Proaktif
PenyelamatanKerugian Keuangan
Negara
Membentuk
Masyarakat Anti Gratifikasi Membangun
Transparansi PN
Kepada Publik
MembentukPemahaman Masyarakat
terhadap anti Korupsi
Terlaksananya studi tentang
Korupsi
MewujudkanPerbaikan
Sistem
PengelolaanAdministrasi
Lembaga &Pemerintah
KOORDINASI SUPERVISI LID, DIK, TUT PENCEGAHAN MONITOR
Terbentuknya
Perilaku Masyarakat Anti Korupsi
Percepatan Reformasi Layanan
Sektor Publik
Berkurangnya
Korupsi
PE
MA
NG
KU
kE
PE
NT
IN
GA
N
MelaksanakanPemeriksaan
Dumas Yang Efektif
MelaksanakanPemeriksaan
Gratifikasi YangEfektif
MelaksanakanPemeriksaan
LHKPN yangEfektif
MewujudkanDukungan
Informasi & Data
MewujudkanKerjasama
Daerah, Nasiolal& Internasional
Informasi PN
yang Handal
MenyediakanFasilitas
MenyediakanInfrastruktur
TI
Mewujudkan
ProduktifitasSDM yang
Tinggi
MenciptakanTransparansi
& Integritas
Membentuk
Citra lembagayang Baik diMata
Media
P &
p
Anggaran & Efektifitas
Pelaksanaan APBN Sesuai UU
Keuangan
Efektifitas Koordinasi
& SupervisiBidang
Penindakan
Dukungan Hukum
Kepercayaan Publik
terhadap KPK
KeberhasilanPenegakkan Hukum
Kasus Korupsi
Efektifitas Koordinasi
& SupervisiBidang
pencegahan
PENDAPATAN KPK
Realisasi Pendapatan yang dihasilkan KPK secara keseluruhan
adalah sebesar Rp144.794.582.222,00. Dari jumlah tersebut, sebesar
Rp75.593.341.422,00 merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP),
sedangkan sisanya sebesar Rp69.201.240.800,00 tidak masuk dalam
kategori PNBP, karena disetorkan ke beberapa kas daerah.
Dibandingkan dengan realisasi PNBP TA 2008, realisasi PNBP TA
2009 mengalami penurunan sebesar Rp324.530.886.480,00 atau minus
81,11 persen. Penurunan ini disebabkan oleh nilai kerugian keuangan
negara dari perkara yang ditangani. Pada TA 2008, KPK berhasil
mengeksekusi Uang Pengganti dari satu perkara dengan nilai Rp347,9
Milyar. Sedangkan sampai dengan berakhirnya TA 2009, KPK belum
mendapatkan perkara dengan nilai eksekusi yang menyamai TA 2008.
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA. 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum 5
Belanja
BELANJA KPK
Realisasi belanja KPK untuk TA. 2009 adalah sebesar
Rp229.260.890.513,00 atau 49,65 persen dari jumlah yang dianggarkan
dalam DIPA sebesar Rp461.735.388.000,00.
Menurut jenis belanja, realisasi tersebut berasal dari belanja
pegawai sebesar Rp142.151.426.434,00 atau 89,20 persen dari anggaran,
belanja barang sebesar Rp69.744.076.339,00 atau 33,79 persen dari
anggaran, dan belanja modal sebesar Rp17.365.387.740,00 atau 18,10
persen dari anggaran.
Sedangkan menurut sumber pembiayaan, realisasi belanja berasal
dari: (i) belanja rupiah murni sebesar Rp221.649.065.130,00 atau 70,31
persen dari anggaran; dan (ii) belanja hibah sebesar Rp7.611.825.383,00
atau 5,20 persen dari anggaran.
Rendahnya realisasi belanja KPK secara keseluruhan yaitu sebesar
49,65 persen secara umum disebabkan oleh belum optimalnya penyerapan
belanja rupiah murni dan rendahnya realisasi belanja dari hibah.
Belum optimalnya penyerapan Belanja rupiah murni KPK
disebabkan antara lain oleh:
a) Melesetnya target penerimaan pegawai baru KPK di tahun 2009,
dari yang direncanakan sebanyak 189 pegawai namun hanya terealisir
sebanyak 152 pegawai.
b) Adanya penghematan dari proses pengadaan barang dan jasa
sebesar Rp12,3 milyar;
c) Adanya masalah hukum yang menjerat pimpinan KPK dan kemudian
tuduhan hukum yang dikenakan kepada dua pimpinan KPK,
menyebabkan KPK harus membagi konsentrasi dalam waktu lama untuk
dapat menyelesaikan tugas pemberantasan korupsi dan menghadapi
situasi tersebut. Akibat dari masalah tersebut banyak kegiatan yang
tertunda sampai dengan akhir tahun 2009 seperti kegiatan pulbaket,
penyidikan, dan rapat kerja evaluasi.
d) Rencana pembangunan rumah tahanan yang dananya diblokir,
karena tidak mendapat ijin dari Kementerian Hukum dan HAM.
Sedangkan rendahnya realisasi anggaran hibah di KPK disebabkan
antara lain oleh:
a) Pihak donor belum memberikan barang atau jasa sebagaimana telah
ditetapkan dalam perjanjian (Grant Agreement), contohya USAid –
MCC, Uni Eropa
b) Pihak donor belum memberikan laporan mengenai nilai barang/jasa
yang telah diberikan kepada KPK; contohnya GTZ - Jerman;
c) Untuk donor yang berasal dari Uni Eropa, pihak Uni Eropa baru
memperoleh pemenang tender pelaksana proyek tersebut, sehingga
tahun 2009 belum ada realisasinya.
Sedangkan jika berdasarkan program, realisasi belanja dapat
dilihat pada tabel 1 berikut ini:
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA. 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum 6
Tabel 1 Realisasi Anggaran Berdasarkan Program
(dalam rupiah)
No Program Anggaran Realisasi %
1. Program Penerapan Kepemerintahan yang Baik
199.006.848.000 163.511.158.119 82,16
2. Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana Aparatur Negara
98.791.102.000 20.100.514.094 20,35
3. Rehabilitasi Dan Rekonstruksi NAD dan Nias
1.225.007.000 909.049.553 74,21
4. Program Perencanaan Hukum 43.356.060.000
4.367.455.665 10,07
5. Program Peningkatan Kesadaran Hukum dan HAM
39.849.002.000
24.178.467.597
60,68
6. Program Penegakan Hukum Dan HAM
26.568.600.000 9.765.917.564 36,76
7. Program Peningkatan Kualitas Profesi Hukum
52.938.769.000
6.428.327.921
12,14
JUMLAH 461.735.388.000 229.260.890.513 49,65
Secara keseluruhan, jika dibandingkan dengan TA 2008, realisasi belanja
TA 2009 lebih tinggi Rp24.548.950.219,00 atau 11,99 persen.
A.3. PENDEKATAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
Laporan Keuangan KPK TA 2009 merupakan laporan yang mencakup
seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh entitas pelaporan KPK
termasuk di dalamnya jenjang struktural di bawah KPK seperti eselon I
dan II. KPK merupakan satuan kerja dan tidak ada satuan kerja lain
dibawah lembaga KPK.
Laporan Keuangan dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi
(SAI), yang terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem
Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN).
SAI dirancang untuk menghasilkan Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga (LKKL) yang terdiri dari:
1. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran disusun berdasarkan penggabungan Laporan
Realisasi Anggaran seluruh unit organisasi yang berada di bawah KPK.
Laporan Realisasi Anggaran terdiri dari Pendapatan Negara dan
Belanja.
2. Neraca
Neraca disusun berdasarkan kompilasi data dari unit-unit terkait di
lingkungan KPK dan disusun melalui SAI.
3. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang
pendekatan penyusunan laporan keuangan, penjelasan atau daftar
terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan
Realisasi Anggaran dan Neraca dalam rangka pengungkapan yang
memadai.
Data BMN yang disajikan dalam neraca ini belum seluruhnya
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA. 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum 7
Kebijakan Akuntansi Pendapatan
Belanja Aset
diproses melalui SIMAK-BMN.
A.4. KEBIJAKAN AKUNTANSI
Laporan Realisasi Anggaran disusun menggunakan basis kas yaitu
basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya
pada saat kas atau setara kas diterima pada Kas Umum Negara (KUN) atau
dikeluarkan dari KUN.
Penyajian aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam Neraca diakui
berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan
timbulnya kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas
diterima atau dikeluarkan dari KUN.
Penyusunan dan penyajian LK TA 2009 telah mengacu pada Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan. Dengan demikian, dalam penyusunan LK KPK telah
diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan
pemerintahan.
Prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dalam penyusunan LK KPK
adalah:
(1) Pendapatan
Pendapatan adalah semua penerimaan KUN yang menambah ekuitas
dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang menjadi hak
pemerintah pusat dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah
pusat. Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada KUN. Akuntansi
pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan
membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya
(setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Pendapatan disajikan
sesuai dengan jenis pendapatan.
(2) Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran KUN yang mengurangi ekuitas dana
lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah pusat. Belanja
diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari KUN. Khusus
pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanja
terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut
disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).
Belanja disajikan di muka (face) laporan keuangan menurut klasifikasi
ekonomi/jenis belanja, sedangkan di Catatan atas Laporan Keuangan,
belanja disajikan menurut klasifikasi organisasi dan fungsi.
(3) Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat, serta dapat
diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non-keuangan yang
diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-
sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Dalam
pengertian aset ini tidak termasuk sumber daya alam seperti hutan,
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA. 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum 8
Aset Lancar Aset Tetap
kekayaan di dasar laut, dan kandungan pertambangan. Aset diakui
pada saat diterima atau pada saat hak kepemilikan berpindah.
Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Aset Tetap, dan Aset
Lainnya.
a. Aset Lancar
Aset Lancar mencakup kas dan setara kas yang diharapkan segera
untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam
waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset lancar
ini terdiri dari kas, piutang, dan persediaan.
Kas disajikan di neraca dengan menggunakan nilai nominal. Kas
dalam bentuk valuta asing disajikan di neraca dengan
menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca.
Piutang dinyatakan dalam neraca menurut nilai yang timbul
berdasarkan hak yang telah dikeluarkan surat keputusan
penagihannya.
Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) dan Tuntutan Ganti Rugi (TGR)
yang akan jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca
disajikan sebagai Bagian lancar TPA/TGR.
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau
perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan
operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan
untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat. Persediaan dicatat di neraca berdasarkan:
- harga pembelian terakhir, apabila diperoleh dengan pembelian,
- harga standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri,
- harga wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh
dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.
b. Aset Tetap
Aset tetap mencakup seluruh aset yang dimanfaatkan oleh KPK
maupun untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun. Aset tetap dilaporkan berdasarkan harga
perolehan.
Pengakuan aset tetap yang perolehannya sejak tanggal 1 Januari
2002 didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi, yaitu:
(a) Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan
peralatan olah raga yang nilainya sama dengan atau lebih dari
Rp300.000 (tiga ratus ribu rupiah), dan
(b) Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama
dengan atau lebih dari Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah).
(c) Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum
kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan sebagai biaya
kecuali pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan
aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang
bercorak kesenian.
Untuk BM/KN yang mempunyai nilai Aset Tetap di bawah Nilai
Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap sebagaimana tersebut di
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA. 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum 9
Aset Lainnya
atas dicatat didalam buku inventaris di luar pembukuan
(ekstrakomptabel). Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor:01/KM.12/2001 tentang Pedoman Kapitalisasi
Barang Milik/Kekayaan Negara Dalam Sistem Akuntansi
Pemerintah.
Perubahan Kebijakan Akuntansi
Berdasarkan surat Kanwil Ditjen Kekayaan Negara No. S.
122/WKN.7/2008 tanggal 6 Februari 2008 perihal Koreksi/Update
Data SABMN pada Satker dan Kementerian/Lembaga, setiap
instansi diminta untuk melakukan koreksi atas nilai aset tetap
yang diperoleh tahun 2004 ke bawah.
Sejak TA. 2007, Laporan Keuangan KPK telah menerapkan
kebijakan pemerintah tersebut di atas.
c. Aset Lainnya
Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar dan aset
tetap. Termasuk dalam Aset Lainnya adalah Tagihan Penjualan
Angsuran (TPA), Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang jatuh
tempo lebih dari satu tahun, Kemitraan dengan Pihak Ketiga, Dana
yang Dibatasi Penggunaannya, Aset Tak Berwujud, dan Aset Lain-
lain.
TPA menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan
aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintahan
yang dinilai sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara
penjualan aset yang bersangkutan setelah dikurangi dengan
angsuran yang telah dibayar oleh pegawai ke kas negara atau
daftar saldo tagihan penjualan angsuran.
TGR merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap bendahara/
pegawai negeri bukan bendahara dengan tujuan untuk menuntut
penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara sebagai
akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan yang
melanggar hukum yang dilakukan oleh bendahara/pegawai
tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugasnya.
TPA dan TGR yang akan jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah
tanggal neraca disajikan sebagai aset lancar.
Kemitraan dengan pihak ketiga merupakan perjanjian antara dua
pihak atau lebih yang mempunyai komitmen untuk melaksanakan
kegiatan yang dikendalikan bersama dengan menggunakan aset
dan/atau hak usaha yang dimiliki.
Dana yang dibatasi penggunaannya merupakan kas atau dana yang
alokasinya hanya akan dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan
tertentu seperti kas besi perwakilan RI di luar negeri, rekening
dana reboisasi, dan dana moratorium Nias dan NAD.
Aset tak berwujud merupakan aset yang dapat diidentifikasi dan
tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam
menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan
lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual. Aset Tak
Berwujud meliputi software komputer; lisensi dan franchise; hak
cipta (copyright), paten, goodwill, dan hak lainnya, hasil
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA. 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan - Umum 10
Kewajiban
Ekuitas Dana
kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang.
Aset lain-lain merupakan aset lainnya yang tidak dapat
dikategorikan ke dalam TPA, tagihan TGR, Kemitraan Dengan
Pihak Ketiga, maupun Dana yang Dibatasi Penggunaannya. Aset
lain-lain dapat berupa aset tetap KPK yang dihentikan dari
penggunaan aktifnya. Piutang pihak ketiga yang telah lewat jatuh
tempo 12 (dua belas) bulan dan piutang macet yang dialihkan
penagihannya kepada Departemen Keuangan cq. Ditjen Kekayaan
Negara, serta uang pengganti yang belum dibayar terpidana juga
termasuk dalam kelompok Aset lain-lain.
(4) Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara
lain karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman dari
masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintahan lain, atau
lembaga internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi karena
perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah. Setiap
kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari
kontrak yang mengikat atau peraturan perundang-undangan.
Kewajiban diklasifikasikan kedalam kewajiban jangka pendek dan
kewajiban jangka panjang.
a. Kewajiban Jangka Pendek
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek
jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu dua
belas bulan setelah tanggal pelaporan.
Kewajiban jangka pendek meliputi Utang Kepada Pihak Ketiga,
Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), Bagian Lancar Utang Jangka
Panjang, Utang Bunga (accrued interest) dan Utang Jangka Pendek
Lainnya.
b. Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika
diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari
dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban dicatat
sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai kewajiban pemerintah
pada saat pertama kali transaksi berlangsung.
Aliran ekonomi sesudahnya seperti transaksi pembayaran,
perubahan penilaian karena perubahan kurs mata uang asing, dan
perubahan lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan
dengan menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut.
(5) Ekuitas Dana
Ekuitas dana merupakan kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih
antara aset dan utang KPK. Ekuitas dana diklasifikasikan menjadi
Ekuitas Dana Lancar dan Ekuitas Dana Investasi. Ekuitas Dana Lancar
merupakan selisih antara aset lancar dan utang jangka pendek. Ekuitas
Dana Investasi mencerminkan selisih antara aset tidak lancar dan
kewajiban jangka panjang.
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA. 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Realisasi Anggaran 11
B. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN
REALISASI ANGGARAN
B.1. PENJELASAN UMUM LAPORAN REALISASI
Pendapatan KPK dapat dikategorikan sebagai Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) dan non PNBP. Pendapatan non PNBP merupakan pendapatan
yang dihasilkan dari pelaksanaan tugas dan fungsi KPK, namun tidak dapat
disetorkan ke kas negara karena berdasarkan putusan pengadilan yang
berkekuatan hukum tetap (inkracht) pendapatan tersebut harus disetorkan
ke kas daerah.
Pada TA 2009, realisasi Pendapatan yang dihasilkan KPK secara
keseluruhan adalah sebesar Rp144.794.582.222,00. Realisasi pendapatan
tersebut berasal dari PNBP dan non PNBP.
Realisasi PNBP adalah sebesar Rp75.593.341.422,00 atau 196,97 persen
dari estimasi pendapatan sebesar Rp38.378.602.000,00. Sedangkan sisanya
sebesar Rp69.201.240.800,00 tidak masuk dalam kategori PNBP.
Realisasi Belanja Negara untuk TA 2009 adalah sebesar
Rp229.260.890.513,00 atau 49,65 persen dari jumlah yang dianggarkan
dalam DIPA sebesar Rp461.735.388.000,00. Realisasi belanja tersebut
berasal dari realisasi belanja rupiah murni dan hibah.
Realisasi belanja rupiah murni adalah sebesar Rp221.649.065.130,00 atau
70,31 persen dari jumlah yang dianggarkan sebesar Rp315.235.856.000,00.
Sedangkan realisasi belanja hibah mencapai 7.611.825.383,00 atau 5,20
persen dari yang dianggarkan sebesar Rp146.499.532.000,00.
Realisasi Anggaran KPK disajikan dalam tabel 2 berikut ini:
Tabel 2 Realisasi Anggaran TA. 2009
(dalam rupiah)
No Uraian Anggaran Realisasi % Real. Angg
1 Pendapatan Negara dan Hibah 38.378.602.000 75.593.341.422 196,97
- Penerimaan Negara Bukan Pajak 38.378.602.000 75.593.341.422 196,97
2 Belanja Negara 461.735.388.000 229.260.890.513 49,65
- Belanja Rupiah Murni 315.235.856.000 221.649.065.130 70,31
- Belanja Hibah 146.499.532.000 7.611.825.383 5,20
B.2. PENJELASAN PER POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN
B.2.1. Pendapatan Keuangan Negara
Realisasi Pendapatan yang dihasilkan KPK secara keseluruhan adalah
sebesar Rp144.794.582.222,00. Dari jumlah tersebut, sebesar
Rp75.593.341.422,00 merupakan PNBP, sedangkan sisanya sebesar
Rp69.201.240.800,00 tidak masuk dalam kategori PNBP, dengan rincian
sebagai berikut:
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA. 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Realisasi Anggaran 12
Realisasi PNBP Rp75.593.341.422
Dasar Putusan Jenis Penyetoran Jumlah
MA No. 575K/PID.SUS/ 2008 tanggal 4 Juni 2008
Uang Rampasan, a.n. Hendy
Boedoro
Kas Pemkab Kendal
19.316.253.500
PN Tipikor Jakarta Pusat No.
27/Pid.B/TPK/2008/PN.JKT.PST tanggal 16 Maret 2009
Uang Rampasan,
a.n. Samsuri Aspar
Kas Pemkab
Kutai Kertanegara
950.000.000
PN Tipikor Jakarta Pusat No.
26/Pid.B/TPK/2008/PN.JKT.PST tanggal 18 Maret 2009
Uang Rampasan,
a.n. Setia Budi
Kas Pemkab
Kutai Kertanegara
25.291.775.000
PN Tipikor Jakarta Pusat No:
05/Pid.B/TPK/2009/PN.JKT.PST tanggal 30 Juni 2009
Uang Rampasan,
a.n. Dani Setiawan
Kas Pemprov
Jawa Barat
13.347.521.000
PN Tipikor Jakarta Pusat No: 09/Pid.B/TPK/2008/PN.JKT.PST,
tanggal 8 Oktober 2008
Uang Rampasan, a.n. Ramli
Kas Pemkot Medan
10.295.691.300
JUMLAH 69.201.240.800
Komposisi pendapatan yang disetorkan ke kas negara (PNBP) dengan yang
disetorkan ke kas daerah (non PNBP) untuk TA. 2009 dan 2008 dapat
dilihat pada grafik berikut:
Grafik 1
Realisasi Pendapatan KPK
Dibandingkan dengan realisasi PNBP TA 2008, realisasi PNBP TA 2009
mengalami penurunan sebesar Rp324.530.886.480,00 atau minus 81,11
persen. Penurunan ini disebabkan oleh nilai kerugian keuangan negara
dari perkara yang ditangani. Pada TA 2008, KPK berhasil mengeksekusi
Uang Pengganti dari satu perkara dengan nilai Rp347,9 Milyar. Sedangkan
sampai dengan berakhirnya TA 2009, KPK belum mendapatkan perkara
dengan nilai eksekusi yang menyamai TA 2008.
B.2.1.1. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Realisasi PNBP KPK TA 2009 adalah sebesar Rp75.593.341.422,00 atau
196,97 persen dari estimasi pendapatan sebesar Rp38.378.602.000,00.
PNBP ini berasal dari (a) PNBP Fungsional (penerimaan dalam rangka
pelaksanaan tugas dan fungsi KPK) adalah sebesar Rp75.081.048.628,00
dan (b) PNBP umum (penerimaan yang terdapat pada semua kementerian
negara/lembaga) adalah sebesar Rp512.292.794,00.
TA.2008
TA. 2009
412.393.900.970
144.794.582.222
97,02%
52,21%
2,98%
47,79%
Total Pendapatan Kas Negara Kas Daerah
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA. 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Realisasi Anggaran 13
(a) PNBP Fungsional
Rincian realisasi PNBP fungsional dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
(dalam rupiah)
Jenis Pendapatan 31 Desember
2009 31 Desember
2008 % Naik (Turun)
Pendapatan Jasa Giro 1.726.285.777 542.139.265 218,42
Pendapatan Hasil Denda 7.600.000.000 2.750.000.000 176,36
Pendapatan Ongkos Perkara 787.500 270.000 191,67
Pendapatan Uang Sitaan Hasil Korupsi
Yang Telah Ditetapkan Pengadilan
30.151.115.046 4.305.621.163 600,27
Pendapatan Gratifikasi Yang Ditetapkan
KPK Menjadi Milik Negara
1.283.798.263 3.446.731.957 (62,75)
Pendapatan uang pengganti TPK yang
ditetapkan Pengadilan
31.507.684.042 387.861.132.964 (91,88)
Pendapatan Penjualan Hasil Lelang TPK 2.623.055.500 0 -
Pendapatan Hasil Pengembalian Uang Negara
0 184.565.000 (100)
Pendapatan Penjualan Lainnya 188.322.500 0 -
JUMLAH 75.081.048.628 399.090.460.349 (81,19)
Khusus untuk pendapatan gratifikasi yang ditetapkan KPK menjadi milik
negara, telah terjadi penarikan kembali PNBP pada Bulan Juni 2009, dari
rekening kas negara ke rekening KPK qq. Gratifikasi sebesar Rp950.000,00.
Penarikan terjadi karena Bendahara Penerimaan KPK melakukan
penyetoran PNBP gratifikasi atas putusan yang sama sebanyak 2 (dua) kali
sehingga menyebabkan pendapatan gratifikasi dicatat lebih besar
Rp950.000,00.
(b) PNBP Umum
Rincian realisasi PNBP umum dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah
ini: (dalam rupiah)
Jenis Pendapatan TA 2009 TA 2008 % Naik
(Turun)
Pendapatan Jasa Giro 22.605.057 33.169.987 (31,85)
Pendapatan Denda Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan Pemerintah
258.505.198 272.697.983 (5,20)
Penerimaan Kembali Belanja Pegawai Pusat
TAYL
38.264.984 169.552.007 (77,43)
Penerimaan Kembali Belanja Lainnya RM TAYL 13.335.627 20.304.821 (34,32)
Penerimaan Kembali Belanja Lainnya TAYL 153.953.898 18.775.505 719,97
Pendapatan Pelunasan Ganti Rugi atas Kerugian yang Diderita Oleh Negara
5.465.000 1.075.000 408,37
Pendapatan Anggaran Lain-lain 20.163.030 518.192.250 (96,11)
JUMLAH 512.292.794 1.033.767.553 (50,44)
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA. 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Realisasi Anggaran 14
Realisasi Belanja Negara Rp229.260.890.513
Grafik 3 Realisasi PNBP Umum
B.2.2. Belanja Negara
Realisasi belanja KPK untuk TA. 2009 adalah sebesar
Rp229.260.890.513,00 atau 49,65 persen dari jumlah yang dianggarkan
dalam DIPA sebesar Rp461.735.388.000,00. Dibandingkan dengan TA 2008,
realisasi belanja KPK TA 2009 lebih tinggi Rp24.548.950.219,00 atau 11,99
persen.
Rendahnya realisasi belanja KPK secara keseluruhan yaitu sebesar 49,65
persen secara umum disebabkan oleh belum optimalnya penyerapan
belanja rupiah murni dan rendahnya realisasi belanja dari hibah. Realisasi
belanja rupiah murni sebesar Rp221.649.065.130,00 atau 70,31 persen dari
anggaran, sedangkan realisasi belanja hibah sebesar Rp7.611.825.383,00
atau 5,20 persen dari anggaran.
Belum optimalnya penyerapan Belanja rupiah murni KPK disebabkan
antara lain oleh:
a) Melesetnya target penerimaan pegawai baru KPK di tahun 2009, dari
yang direncanakan sebanyak 189 pegawai namun hanya terealisir
sebanyak 152 pegawai.
b) Adanya penghematan dari proses pengadaan barang dan jasa sebesar
Rp12,3 milyar;
c) Adanya masalah hukum yang menjerat pimpinan KPK dan kemudian
tuduhan hukum yang dikenakan kepada dua pimpinan KPK,
menyebabkan KPK harus membagi konsentrasi dalam waktu lama untuk
dapat menyelesaikan tugas pemberantasan korupsi dan menghadapi
situasi tersebut. Akibat dari masalah tersebut banyak kegiatan yang
tertunda sampai dengan akhir tahun 2009 seperti kegiatan pulbaket,
penyidikan, dan rapat kerja evaluasi.
d) Rencana pembangunan rumah tahanan yang dananya diblokir, karena
tidak mendapat ijin dari Kementerian Hukum dan HAM.
0 100 200 300 400 500 600
Jasa Giro
Denda Keterlambatan
Pen. Belanja Pegawai Pusat TAYL
Pen. Belanja Lainnya RM TAYL
Pen. Belanja Lainnya
Ganti Rugi
Pen. Anggaran Lain-lain
Jutaan rupiah
2008
2009
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA. 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Realisasi Anggaran 15
Realisasi Belanja Rp229.260.890.513
Sedangkan rendahnya realisasi anggaran hibah di KPK disebabkan antara
lain oleh:
a) Pihak donor belum memberikan barang atau jasa sebagaimana telah
ditetapkan dalam perjanjian (Grant Agreement), contohya USAid –
MCC, Uni Eropa
b) Pihak donor belum memberikan laporan mengenai nilai barang/jasa
yang telah diberikan kepada KPK; contohnya GTZ - Jerman;
c) Untuk donor yang berasal dari Uni Eropa, pihak Uni Eropa baru
memperoleh pemenang tender pelaksana proyek tersebut, sehingga
tahun 2009 belum ada realisasinya.
Komposisi realisasi belanja disajikan dalam grafik 4 berikut ini:
Grafik 4
Komposisi Alokasi Belanja TA 2009 dan 2008
Belanja
Realisasi belanja KPK untuk TA. 2009 adalah sebesar
Rp229.260.890.513,00 atau 49,65 persen dari jumlah yang dianggarkan
dalam DIPA sebesar Rp461.735.388.000,00. Dibandingkan dengan TA 2008,
realisasi belanja KPK TA 2009 lebih tinggi Rp24.548.950.219,00 atau 11,99
persen.
Realisasi belanja menurut jenis belanja terdiri dari (i) Belanja Pegawai,
(ii) Belanja Barang, dan (iii) Belanja Modal.
Rincian Anggaran dan realisasi belanja per jenis belanja menurut sumber
pembiayaan dapat dilihat pada tabel 3, 4, dan 5 berikut ini:
Tabel 3
Anggaran dan Realisasi Belanja TA 2009 per Jenis Belanja (Rupiah Murni dan Hibah)
(dalam rupiah)
Kode Jenis Belanja Jenis Belanja Anggaran Realisasi %
51 Belanja pegawai 159.370.276.000 142.151.426.434 89,20
52 Belanja Barang 206.424.506.000 69.744.076.339 33,79
53 Belanja Modal 95.940.606.000 17.365.387.740 18,10
JUMLAH 461.735.388.000 229.260.890.513 49,65
2009
2008
0,00
50,00
100,00
150,00
200,00
250,00
RupiahMurni
Hibah
221,64
7,61
190,90
13,80
Mily
ar
Ru
pia
h
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA. 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Realisasi Anggaran 16
Pengembalian Belanja
Tabel 4 Anggaran dan Realisasi Belanja TA 2009 per jenis Belanja
(Rupiah Murni)
(dalam rupiah)
Kode Jenis Belanja Jenis Belanja Anggaran Realisasi %
51 Belanja Pegawai 159.370.276.000 142.151.426.434 89,20
52 Belanja Barang 117.611.497.000 62.224.200.956 52,91
53 Belanja Modal 38.254.083.000 17.273.437.740 45,15
JUMLAH 315.235.856.000 221.649.065.130 70,31
Tabel 5
Anggaran dan Realisasi Belanja TA 2009 Per jenis belanja (Hibah)
(dalam rupiah)
Kode Jenis Belanja Jenis Belanja Anggaran Realisasi %
51 Belanja pegawai 0 0 0
52 Belanja Barang 88.813.009.000 7.519.875.383 8,47
53 Belanja Modal 57.686.523.000 91.950.000 0,16
JUMLAH 146.499.532.000 7.611.825.383 5,20
Pengembalian Belanja
Sampai dengan akhir TA 2009, terdapat pengembalian belanja sebesar
Rp700.589.546,00 yang berasal dari Belanja Pegawai dan Belanja Barang.
Rincian pengembalian belanja dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini:
Tabel 6
Pengembalian Belanja TA 2009
(dalam rupiah)
Akun Uraian Belanja Realisasi
Pengembalian
511311 Belanja Gaji Pokok Pejabat Negara 2.310.000
511323 Belanja Tunjangan Struktural Pejabat Negara 6.237.000
511332 Belanja Uang Kehormatan Pejabat Negara 650.000
511338 Belanja Tunjangan Fasilitas KPK Pejabat Negara 33.300.000
511511 Belanja Pokok Pegawai Non PNS 114.018.597
511512 Belanja Tunjangan Pegawai Non PNS 109.428.155
511519 Belanja Tunjangan Lainnya 39.916.000
521119 Belanja Barang Operasional Lainnya 13.191.949
521219 Belanja Barang Non Operasional Lainnya 32.274.804
524119 Belanja Perjalanan Lainnya 14.264.125
524219 Belanja Perjalanan lainnya – Luar Negeri 334.998.916
JUMLAH 700.589.546
Pengembalian belanja yang terkait dengan belanja pegawai terjadi
karena: (i) Penetapan tersangka kepada dua orang Wakil Ketua KPK pada
Bulan Oktober 2009, sehingga berlaku ketentuan 75%; (ii) beberapa
pegawai KPK yang kembali ke instansi asal pada pertengahan bulan,
sedangkan gaji telah dibayarkan untuk periode satu bulan sehingga untuk
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA. 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Realisasi Anggaran 17
Belanja Pegawai Rp142.151.426.434,00
Belanja Barang Rp69.744.076.339,00
kelebihan gaji yang telah diterima dikembalikan ke kas negara; (iii)
pengembalian tunjangan transportasi dari beberapa pegawai yang
mengikuti pendidikan kepemimpinan > 3 bulan; (iv) pengembalian
tunjangan insentif bulanan dari beberapa pegawai yang masa kerjanya < 1
tahun.
Pengembalian belanja barang disebabkan oleh adanya pengembalian biaya
pendidikan dan pelatihan beberapa pegawai, sedangkan pengembalian
belanja perjalanan dinas disebabkan terutama oleh penggunaan metode
langsung (SPM-LS Bendahara) untuk perjalanan dinas luas negeri yang
pembiayaannya secara riil (at cost).
B.2.2.1. Belanja Pegawai
Realisasi Belanja TA 2009 adalah sebesar Rp142.151.426.434,00 atau 89,20
persen dari anggarannya. Dibandingkan dengan TA 2008, realisasi Belanja
Pegawai TA 2009 lebih tinggi sebesar Rp43.284.049.908,00 atau 43,78
persen.
Belum optimalnya realisasi belanja pegawai disebabkan oleh melesetnya
target penerimaan pegawai baru KPK di tahun 2009, dari yang
direncanakan sebanyak 189 pegawai namun hanya terealisir sebanyak 152
pegawai.
Rincian realisasi Belanja Pegawai adalah sebagai berikut: (dalam rupiah)
Akun TA 2009 TA 2008 % naik (turun)
Belanja Gaji dan Tunjangan Pejabat Negara
4.993.380.611 0 0
Belanja Gaji dan Tunjangan Pegawai non PNS
137.158.045.823 98.867.376.526 38,73
Total 142.151.426.434 98.867.376.526 43,78
Untuk TA 2008, belum terdapat Akun Belanja Gaji dan Tunjangan Pejabat
Negara dalam Bagan Akun Standar, sehingga gaji pimpinan disatukan
dalam Akun Belanja Gaji dan Tunjangan Pegawai. Sedangkan untuk TA
2009, telah terdapat akun dimaksud dalam Bagan Akun Standar, sehingga
belanja pegawai dialokasikan sesuai dengan peruntukkannya masing-
masing.
B.2.2.2. Belanja Barang
Realisasi Belanja Barang TA 2009 adalah sebesar Rp69.744.076.339,00 atau
33,79 persen dari anggarannya. Dibandingkan dengan TA 2008, realisasi
Belanja Barang TA 2009 lebih rendah Rp3.735.346.721,00 atau minus 5,04
persen.
Rendahnya realisasi belanja barang secara keseluruhan yaitu sebesar 33,79
persen secara umum disebabkan oleh rendahnya penyerapan belanja
barang rupiah murni dan rendahnya realisasi belanja barang dari hibah.
Realisasi Belanja Barang Rupiah Murni sebesar Rp62.224.200.956,00 atau
52,91 persen dari anggarannya, sedangkan realisasi Belanja Barang Hibah
sebesar Rp7.519.875.383,00 atau 8,47 persen dari anggarannya.
Rendahnya realisasi belanja barang rupiah murni disebabkan antara lain oleh:
a) Adanya penghematan dari proses pengadaan barang dan jasa sebesar
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA. 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Realisasi Anggaran 18
Rp12,3 milyar;
b) Adanya masalah hukum yang menjerat pimpinan KPK dan kemudian
tuduhan hukum yang dikenakan kepada dua pimpinan KPK,
menyebabkan KPK harus membagi konsentrasi dalam waktu lama untuk
dapat menyelesaikan tugas pemberantasan korupsi dan menghadapi
situasi tersebut. Akibat dari masalah tersebut banyak kegiatan yang
tertunda sampai dengan akhir tahun 2009 seperti kegiatan pengumpulan
bahan dan keterangan (pulbaket), penyidikan, dan rapat kerja evaluasi.
Sedangkan rendahnya realisasi belanja barang hibah salah satunya
disebabkan oleh tidak masuknya realisasi hibah barang atau jasa yang
berasal dari World Bank – TF 090675 sebesar Rp5.669.465.000,00 yang
telah mendapat pengesahan dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
Departemen Keuangan (DJ PU).
Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 40/PMK.05/2009 tentang
Sistem Akuntansi Hibah, atas hibah yang terima dalam bentuk barang atau
jasa dan telah disahkan oleh DJ PU dalam bentuk Surat Pengesahan Hibah
berupa Barang atau Jasa (SPH-BJ), maka realisasi hibah dimaksud tidak
masuk dalam Laporan Realisasi Anggaran namun cukup diungkap oleh
kementerian/lembaga dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Sehingga realisasi sebenarnya dari belanja barang yang berasal dari hibah adalah sebesar Rp13.189.340.383,00 atau 14,85 persen dari anggarannya sebesar Rp88.813.009.000,00.
Rincian masing-masing realisasi Belanja Barang adalah sebagai berikut:
- Rupiah Murni: (dalam rupiah)
Akun TA 2009 TA 2008 % naik (turun)
Belanja Barang Operasional 16.717.341.471 31.908.890.516 (47,61)
Belanja Barang Non Operasional 10.145.624.035 10.426.677.004 (2,70)
Belanja Jasa 15.359.504.647 6.499.720.940 136,31
Belanja Pemeliharaan 6.288.671.348 6.430.372.869 (2,20)
Belanja Perjalanan Dalam Negeri 11.433.068.816 4.907.937.820 132,95
Belanja Perjalanan Luar Negeri 2.279.990.639 1.422.799.274 60,25
Jumlah 62.224.200.956 61.596.398.423 1,02
- Hibah:
(dalam rupiah) Akun TA 2009 TA 2008 % naik
(turun)
Belanja Barang Operasional 0 0
Belanja Barang Non Operasional 7.305.736.310 11.584.604.325 (36,94)
Belanja Jasa 0 5.400.000 (100)
Belanja Pemeliharaan 0 0 -
Belanja Perjalanan Dalam Negeri 214.139.073 293.020.312 (26,92)
Belanja Perjalanan Luar Negeri 0 0 0
Jumlah 7.519.875.383 11.883.024.637 (36,72)
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA. 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Realisasi Anggaran 19
Belanja Modal Rp17.365.387.740,00
B.2.2.3. Belanja Modal
Realisasi Belanja Modal TA. 2009 adalah sebesar
Rp17.365.387.740,00 atau 18,10 persen dari anggarannya. Dibandingkan
dengan TA 2008, Belanja Modal TA 2009 lebih rendah Rp13.170.752.968,00
atau minus 43,26 persen.
Rendahnya realisasi belanja modal secara keseluruhan yaitu sebesar 18,10
persen secara umum disebabkan oleh rendahnya penyerapan belanja
modal rupiah murni dan rendahnya realisasi belanja modal dari hibah.
Realisasi Belanja Modal Rupiah Murni sebesar Rp17.273.437.740,00 atau
45,15 persen dari anggarannya, sedangkan realisasi Belanja Modal Hibah
sebesar Rp91.950.000,00 atau 0,16 persen dari anggrannya.
Rendahnya realisasi belanja modal rupiah murni disebabkan antara lain oleh adanya pemblokiran dana rencana pembangunan rumah tahanan karena tidak mendapat ijin dari Kementerian Hukum dan HAM.
Sedangkan rendahnya realisasi belanja modal dari hibah disebabkan antara lain oleh belum diberikannya laporan mengenai nilai barang/jasa yang telah diberikan kepada KPK oleh pihak donor.
Rincian realisasi Belanja Modal adalah sebagai berikut:
- Rupiah Murni
(dalam rupiah)
Akun TA 2009 TA 2008 % naik (turun)
Belanja Modal Peralatan dan Mesin 15.622.797.201 22.720.099.211 (31,24)
Belanja Modal Gedung dan Bangunan 470.537.325 3.091.439.300 (84,78)
Belanja Modal Jaringan 8.500.000 - -
Belanja Modal Fisik Lainnya 1.171.603.214 4.632.652.197 (74,11)
Jumlah 17.273.437.740 30.444.190.708 (43,26)
- hibah: (dalam rupiah
Akun TA 2009 TA 2008 % naik (turun)
Belanja Modal Peralatan dan Mesin 91.950.000 1.920.950.000 (95,21)
Belanja Modal Gedung dan Bangunan 0 0 0,00
Belanja Modal Jaringan 0 0 0,00
Belanja Modal Fisik Lainnya 0 0 0,00
Jumlah 91.950.000 1.920.950.000 (95,21)
B.3. CATATAN PENTING LAINNYA
1. Penyelamatan Aset/Kekayaan Negara
a. Kajian Kegiatan Usaha Hulu Migas
Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan terhadap sektor hulu
minyak dan gas bumi (migas) dan rekomendasi perbaikan yang
disampaikan kepada BP Migas, KPK berhasil melakukan
penyelamatan keuangan negara sebesar USD237.595.475,89 atau
setara dengan Rp2.692.946.195.923,00) dari penyetoran dana
Abandonment and Site Restoration (ASR) dan koreksi pembebanan
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA. 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Realisasi Anggaran 20
insentif Kredit Investasi (Investment Credit).
b. Pemeriksaan Khusus KPK-BI
KPK bersama dengan Bank Indonesia telah melakukan Pemeriksaan
Khusus Bersama BI-KPK pada 6 (enam) Bank Pembangunan Daerah
atas informasi masyarakat mengenai dugaan pemberian
fee/premium dan fasilitas lain oleh bank kepada penyelenggara
negara (PN)/pegawai negeri terkait dengan penempatan dana
APBN/APBD/BUMN/BUMD pada bank. Berdasarkan hasil
pemeriksaan, terdapat pemberian fee/premium dan fasilitas lain
oleh bank kepada PN dan pegawai negeri sebesar
Rp360.311.000.000,00. Atas hal tersebut, BI telah mengirimkan
surat edaran kepada seluruh bank di Indonesia terkait larangan
pemberian fee/premium/fasilitas lainnya oleh bank kepada
PN/pegawai negeri.
c. Penertiban Barang Milik Negara
Penyelamatan potensi kerugian negara sebagai akibat pengalihan
hak aset/Barang Milik Negara pada 13 Kementerian
Negara/Lembaga sebesar Rp1.969.904.438.000,00 (sesuai penilaian
dari Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Departemen Keuangan),
dengan rincian sebagai berikut:
No Kementerian/Lembaga Persil yang Dinilai
Persil yang Belum Dinilai
Hasil Penilaian (Rp)
1. Kementerian Hukum & HAM
5 Persil 1 Persil 70.897.700.000
2. Kementerian Agama 7 Persil - 14.631.880.000
3. Sekretaris Negara Flat 3 wing - 104.818.331.000
4. Kementerian PU 3 Persil 1 Persil 10.455.648.000
5. Perum Bulog 9 Persil - 11.380.962.000
6. PT Kereta Api 1 Persil 20 Persil 6.479.187.000
7. BKKBN 1 Persil - 7.140.549.000
8. Kementerian Luar Negeri 45 Persil - 41.175.416.000
9. Kementerian Kesehatan 3 Persil 1 Persil 25.119.851.000
10. Kementerian Keuangan (DJP)
60 Persil - 1.652.615.583.000
11. Perum Pegadaian 27 Persil 6 Persil 16.176.211.000
12. Asuransi Jiwa Sraya 6 Persil - 9.013.120.000
13. Kementerian Pendidikan (Unibraw)
- 50 Persil
Jumlah 1.969.904.438.000
2. Hibah yang diterima KPK
Sesuai dengan:
a. Surat Edaran Direktur Jenderal Anggaran Nomor SE-54/A/2001
tentang Tata cara penatausahaan Hibah Luar negeri dalam rangka
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2006
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA. 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Realisasi Anggaran 21
tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah
serta Penerusan Pinjaman dan/Atau Hibah Luar Negeri; dan
c. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. 67/PB/2006
tentang Tata Cara Pembukuan dan Pengesahan atas Realisasi Hibah
Luar Negeri Pemerintah yang dilaksanakan secara langsung,
Semua hibah yang diterima KPK telah dimasukkan kedalam DIPA
setelah mendapat nomor register dari Departemen Keuangan. Hal ini
telah dilaksanakan KPK sejak tahun 2005.
Realisasi Hibah KPK sampai dengan 31 Desember 2009 adalah sebagai
berikut:
Jenis Belanja Pagu (Rp) Realisasi (Rp) %
ADB 0002 INO (SF) 1.225.007.000 909.049.553 74,21
DANIDA - Denmark 12.880.000.000 6.702.775.830 52,04
World Bank TF 090675 5.919.406.000 5.669.465.000 95,78
GTZ (Jerman) GTZ 26.461.345.000 0
Uni Eropa 35.229.640.000 0
USAID-MCC 64.784.134.000 0
Total 146.499.532.000 13.281.290.383 9,07
Penjelasan masing-masing hibah:
ADB 0002 INO (SF) Earthquake and Tsunami Emergency Support
Project (ETESP) sebesar Rp1.225.007.000,00 (closing date 31
Desember 2009) untuk kegiatan pencegahan korupsi di Nanggroe
Aceh Darussalam, antara lain untuk kegiatan sosialisasi pencegahan
korupsi, sewa kendaraan, sewa kantor, cetak buku, penyiaran
program dialog interaktif di media, pengiriman buku, cetak stiker,
pengadaan peralatan pendukung operasional (kamera, recorder,
handycam, printer, notebook, cetak warta KPK, cetak komik,
pengadaan buku. Untuk pengadaan yang terkait dengan belanja
modal, telah dimasukkan ke dalam BMN KPK.
Realisasi sebesar 31 Desember 2009 Rp 909.049.553,00, adalah
untuk membiayai pengadaan dan pengiriman materi sosialisasi anti
korupsi di Aceh (buku saku MUM, stiker, tas dll), perekaman
talkshow di TV, pengadan dan pengenalan modul anti korupsi,
perjalanan sosialisasi dan kampanye anti korupsi ke Aceh dan
kabupaten.
DANIDA (Denmark) Proyek Danish International Development
Agency Supporting Selected KPK sebesar Rp12.880.000.000,00
(closing date 31 Desember 2009) untuk kegiatan pelatihan bagi
anggota DPRD mengenai pencegahan korupsi dan fungsi
pengawasan DPRD, kampannye anti korupsi, serta pemahaman
konsep “conflic of interest” bagi pemangku kepentingan dalam
pemerintahan dan BUMN.
Realisasi sebesar Rp Rp6.702.775.830,00 adalah realisasi sampai
dengan bulan Juli 2009 yang telah diaudit oleh auditor external
Danida dan telah mendapat pengesahan dari Departemen
Keuangan. Realisasi tersebut antara lain untuk kegiatan
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA. 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Realisasi Anggaran 22
pencegahan meliputi kampanye, sosialisasi termasuk pengadaan
perangkat/materi sosialisasi, biaya konsultan, administrasi, audit.
Periode realisasi Agustus sampai dengan Desember 2009 sebesar
Rp2.924.052.875 sampai dengan batas waktu penyampaian SP3
belum diterima oleh KPK, sehingga akan dimintakan pengesahannya
(SP3) nya pada periode tahun 2010, setelah dilakukan revisi DIPA
2010, yang memuat pagu hibah Danida. Mengingat hibah tersebut
seharusnya sudah closing date tanggal 31 Desember 2010, maka
diperlukan perpanjangan closing date, sebelum pengajuan revisi
DIPA KPK 2010.
World Bank TF 090675 – Project Support to KPK sebesar Rp
USD510.000 dan IDR 2.199.810.000 (dalam DIPA
Rp5.919.406.000,00) untuk kegiatan pelatihan, Penerimaan
beasiswa S2 UI dan ITB, kampanye pendidikan anti korupsi dan
cetak buku laporan survey integritas KPK.
Realisasi sebesar Rp 5.669.465.000,00 untuk kegiatan pelatihan,
beasiswa S2 UI dan ITB, kampanye serta cetak buku laporan
tahunan.
GTZ (Jerman) GTZ, Project Support for Anti Corruption Clearing
House of KPK sebesar Rp26.461.345.000,00 (closing date 31
Desember 2009) untuk pengadaan peralatan kendaraan bermotor,
komputer, peralatan perkantoran, alat bantu audio visual, dan
bahan-bahan training untuk pelaksanaan training, biaya perjalanan
dalam rangka training, seminar, workshop.
Donor belum dapat memberikan angka realisasi secara actual untuk
tahun 2009 disebabkan karena proses audit yang dilakukan oleh
external auditor GTZ belum selesai.
Uni Eropa - To Strengthen the Rule of Law and Security in
Indonesia sebesar Rp35.229.640.000,00 (closing date 2011) untuk
kegiatan koordinasi dan supervisi di antara institusi/lembaga
penegak hukum; pemberantasan korupsi dengan fokus pencegahan
korupsi dan partisipasi masyarakat; tehnik investigasi, penuntutan
dan koordinasi melalui pelatihan dengan instansi terkait KPK, BPK,
Polisi, Pengadilan Tipikor; dan technical assistance untuk
meningkatkan efektivitas monitoring dan evaluasi sistem RAN PK.
Tahun 2009 belum ada realisasi, disebabkan karena pemenang
tender pelaksana proyek baru ada menjelang akhir tahun 2009.
USAID-MCC Millenium Challenge Corporation (MCC) Indonesia
/Control of Corruption Project sebesar Rp64.784.134.000,00
(closing date 31 Desember 2009) untuk pengadaan peralatan
communication/ terestrial trunking radio, court recording, serta
survey IPK dan penyuapan (briberry);
Belum ada realisasi disebabkan karena barang dan jasa
sebagaimana telah ditetapkan dalam perjanjian belum diterima
oleh KPK sampai dengan closing date 31 Desember 2009.
3. Informasi Pendapatan dan Belanja Secara Akrual
Informasi Pendapatan dan Belanja Secara Akrual KPK TA 2009 dapat
dilihat pada lampiran.
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Neraca 23
C. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA
C.1. POSISI KEUANGAN SECARA UMUM
Posisi keuangan per 31 Desember 2009 adalah sebagai berikut: Aset
sebesar Rp424.106.160.676,00 atau lebih tinggi 12,71 persen dibandingkan
dengan aset per 31 Desember 2008; kewajiban sebesar
Rp3.119.555.905,00 atau lebih rendah 33,84 persen dibandingkan
kewajiban per 31 Desember 2008; sedangkan Ekuitas Dana sebesar
Rp420.986.604.771,00 atau lebih tinggi 13,29 persen dibandingkan ekuitas
dana per 31 Desember 2008.
Komposisi Neraca per 31 Desember 2009 adalah sebagai berikut:
(dalam rupiah)
Uraian 31 Desember 2009
31 Desember 2008
Kenaikan/
(Penurunan)
Aset 424.106.160.676 376.296.499.457 47.809.661.219
Kewajiban 3.119.555.905 4.714.954.730 (1.594.930.524)
Ekuitas Dana 420.986.604.771 371.581.544.727 49.405.060.044
Jumlah Aset per 31 Desember 2009 sebesar Rp424.106.160.676,00 terdiri
dari Aset Lancar sebesar Rp15.202.901.879,00; Aset Tetap sebesar
Rp209.842.259.085,00; dan Aset Lainnya sebesar Rp199.060.999.712,00.
Jumlah Kewajiban per 31 Desember 2009 sebesar Rp3.119.555.905,00
merupakan kewajiban jangka pendek sebesar Rp Rp3.119.555.905,00.
Jumlah Ekuitas Dana per 31 Desember 2009 sebesar Rp420.986.604.771,00
terdiri dari Ekuitas Dana Lancar sebesar Rp12.083.345.974,00 dan Ekuitas
Dana Investasi sebesar Rp408.903.258.797,00.
Komposisi Neraca KPK dibandingkan dengan periode sebelumnya dapat
dilihat pada grafik 6 berikut ini:
Grafik 6
Struktur Neraca KPK per 31 Desember 2009 dan 2008
-
50,0
100,0
150,0
200,0
250,0
300,0
350,0
400,0
Aset Kewajiban Ekuitas Dana
424,1
3,1
420,9 376,2
4,7
371,5
Mil
ya
r R
up
iah
31 Desember 2009 31 Desember 2008
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Neraca 24
Kas di Bendahara
Pengeluaran Rp0,00
Kas di Bendahara Penerimaan Rp0,00
Piutang Bukan Pajak sebesar
Rp640.633.330,00
C.2 PENJELASAN PER POS NERACA
C.2.1 Aset Lancar
C.2.1.1 Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan kas yang dikuasai,dikelola, dan
dibawah tanggungjawab Bendahara pengeluaran (BP)/Bendahara
Pengeluaran Pembantu (BPP) yang berasal dari sisa Uang Persediaan (UP)
yang belum dipertanggungjawabkan atau disetorkan kembali ke Kas
Negara per tanggal neraca.
Sesuai dengan hasil pemeriksaan BPK, Kas di Bendahara Pengeluaran per
31 Desember 2009 adalah Rp0 (nihil).
C.2.1.2 Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara Penerimaan mencakup seluruh kas, baik di rekening
bank maupun uang tunai yang berada di bawah tanggungjawab Bendahara
Penerimaan yang belum disetorkan ke kas negara.
Saldo Kas di Bendahara Penerimaan per tanggal neraca adalah sebesar
Rp0,00. Tidak ada perbedaan Kas di Bendahara Penerimaan untuk TA.
2009 dan 2008.
C.2.1.3 Piutang Bukan Pajak
Piutang Bukan Pajak adalah semua kas atau klaim terhadap pihak lain atas
uang, barang, atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan
pada tanggal laporan keuangan dan diharapkan dapat diterima dalam
jangka waktu tidak lebih dari satu tahun.
Piutang Bukan Pajak per 31 Desember 2009 adalah sebesar
Rp640.633.330,00 dengan rincian sebagai berikut:
Piutang Pendapatan Gratifikasi Rp 11.600.000
Piutang Pendapatan Denda Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan Pemerintah
240.000.000
Piutang Lainnya Rp 389.033.330
J u m l a h Rp 640.633.330
Piutang Pendapatan Gratifikasi sebesar Rp11.600.000,00 merupakan
gratifikasi yang telah ditetapkan menjadi milik negara namun sampai
dengan 31 Desember 2009 belum diselesaikan pembayarannya oleh
penyelenggara negara, dengan rincian sebagai berikut:
No. Penyelenggara Negara SK Pimpinan Jumlah (rupiah)
1. Suryatati Abdul Manan 443A/01/12/2009 9.100.000
2. Noverisman Subing 458/01/12/2009 2.500.000
Seluruh Piutang Gratifikasi di atas telah dilunasi oleh para penyelenggara
ybs melalui penyetoran Pendapatan Gratifikasi ke kas negara oleh
Bendahara Penerimaan KPK pada tanggal 21 Januari 2010 dan 4
Februari 2010.
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Neraca 25
Uang Muka Belanja
Rp249.002.600
Persediaan Rp14.313.265.949,00
Piutang Pendapatan Denda Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan
Pemerintah sebesar Rp240.000.000,00 merupakan bagian lancar dari sisa
kewajiban PT Buanajasa Tehnikindo (PT BT) sebesar Rp905.000.000,00
yang diharapkan dapat direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan sejak
tanggal neraca. Kewajiban PT Buanajasa Tehnikindo (PT BT) kepada KPK
terkait dengan pelaksanaan putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia
(BANI) Nomor: 272/XII/ARB-BANI/2007 tanggal 31 Maret 2009.
Piutang lainnya sebesar Rp389.033.330,00 merupakan piutang yang
berasal dari hasil pemeriksaan BPK. Piutang dimaksud telah dilunasi
melalui penyetoran ke kas Negara pada tanggal 8 dan 11 Januari 2010.
Dibandingkan dengan TA 2008, saldo Piutang Bukan Pajak TA 2009 lebih
besar Rp527.641.408,00 atau 466.97 persen.
C.2.1.4 Uang Muka Belanja
Uang Muka Belanja merupakan pengakuan terhadap pembayaran yang
telah dilaksanakan namun prestasi pada akhir periode pelaporan belum
seluruhnya diserahkan.
Saldo Uang Muka Belanja per 31 Desember 2009 sebesar Rp249.002.600,00 merupakan pembayaran untuk:
Sewa bangunan gudang untuk menyimpan perangkat sosialisasi Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat untuk Bulan Januari s.d Maret 2010 sebesar Rp11.550.000,00.
Sewa PC Desktop dan Notebook pada Direktorat Pengolahan Informasi dan Data untuk Bulan Januari dan Februari 2010 sebesar Rp237.452.600,00
Dibandingkan dengan TA 2008, Uang Muka Belanja TA 2009 lebih besar
Rp203.688.100,00 atau 449,50 persen
C.2.1.5 Persediaan
Jumlah persediaan per 31 Desember 2009 sebesar Rp14.313.265.949,00
dengan rincian sebagai berikut:
Jenis Persediaan
Persediaan untuk dijual/diserahkan ke masyarakat Rp 11.968.724.923
Barang Konsumsi Rp 1.664.677.262
Amunisi Rp 476.014.000
Bahan Untuk Pemeliharaan Rp 145.538.964
Suku Cadang Rp 1.942.400
Pita Cukai, Materai dan Leges Rp 947.500
Bahan Baku Rp 38.972.220
Persediaan untuk tujuan Strategis/Berjaga-jaga Rp 3.971.800
Persediaan Lainnya Rp 12.476.880
Jumlah Rp 14.313.265.949
Dibandingkan dengan TA 2008, persediaan TA 2009 lebih rendah
Rp1.393.970.914,00 atau lebih rendah 8,87 persen.
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Neraca 26
Aset tetap Rp209.842.259.085,00
Dibandingkan dengan Laporan Keuangan KPK 2009 (Unaudited), nilai
persediaan pada Laporan Keuangan KPK 2009 (Audited) lebih rendah
sebesar Rp13.532.900,00 dengan penjelasan sebagai berikut:
Selisih persediaan antara Laporan Mutasi Barang Persediaan
dengan Berita Acara Pemeriksaan Fisik dari masing-masing
Deputi sehingga persediaan lebih catat sebesar Rp35.432.100,00,
selisih tersebut telah dilakukan koreksi pada Aplikasi SIMAK BMN.
Persediaan berupa buku survey integritas versi inggris dan
Indonesia kurang catat pada Laporan Persediaan sebesar
Rp21.899.200,00, nilai tersebut telah dimasukkan pada Aplikasi
SIMAK BMN berdasarkan hasil pemeriksaan BPK.
C.2.2 Aset Tetap
Jumlah aset tetap per 31 Desember 2009 sebesar Rp209.842.259.085,00
merupakan nilai aset tetap dengan menggunakan metode harga perolehan
dan belum memperhitungkan penyusutan.
Dibandingkan dengan TA 2008, nilai aset tetap TA 2009 mengalami
kenaikan sebesar Rp15.887.096.446,00.
Mutasi terhadap aset tetap adalah sebagai berikut: (dalam rupiah)
Saldo per 31 Desember 2008 193.955.162.639
Penambahan:
- Peralatan dan Mesin 5.410.859.067
- Jalan, Irigasi, dan Jaringan 10.084.480.336
- Aset tetap lainnya 391.757.043 15,887,096,446
209,842,259,085
Pengurangan: 0
Saldo per 31 Desember 2009 209,842,259,085
Nilai aset tetap pada SIMAK BMN adalah sebesar Rp167.955.318.161,00
sehingga terdapat selisih antara SIMAK BMN dan SAK sebesar
Rp41.886.940.924,00 yang disebabkan oleh:
Aset Tetap Dalam Renovasi sebesar sebesar Rp41.886.940.924,00 yang
berasal dari renovasi gedung tidak masuk ke dalam aplikasi SIMAK BMN,
namun diungkap di dalam Catatan Ringkas BMN. Tidak dapat masuknya
Aset Tetap Dalam Renovasi ke dalam aplikasi SIMAK BMN disebabkan
oleh terbatasnya fitur aplikasi dimaksud. Dimana aplikasi SIMAK BMN
hanya dapat menampung BMN yang secara hukum benar-benar dimiliki
oleh suatu kementerian/lembaga. Aset tetap dalam renovasi sesuai
Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan aset yang dimiliki
kementerian/ lembaga lain yang dimanfaatkan oleh suatu
kementerian/lembaga lainnya.
Selisih senilai Rp1.955.825.000,00 antara neraca SAK pada Laporan
Keuangan KPK 2009 (unaudited) dan SIMAK BMN berupa Peralatan dan
Mesin sebesar Rp1.920.950.000,00 dari realisasi hibah USAID dan
Reklasifikasi belanja barang ke belanja modal peralatan dan mesin
sebesar Rp34.875.000,00 telah dimasukkan ke dalam aplikasi SIMAK BMN
sesuai dengan hasil pemeriksaan BPK.
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Neraca 27
Peralatan dan Mesin Rp126.990.225.832,00
Penambahan aset tetap dan aset lainnya dibandingkan dengan realisasi
belanja modal terdapat selisih dengan rincian sebagai berikut:
Realisasi Belanja Modal TA 2009 Rp 17.365.387.740
Mutasi penambahan aset TA 2009 Rp 17.016.280.654
Selisih Rp 349.107.086
Mutasi penambahan aset tetap dan aset lainnya tidak sama dengan
belanja modal, disebabkan oleh:
1. Sejumlah Peralatan dan Mesin dengan nilai total sebesar
Rp1.705.000,00 tidak memenuhi nilai minimum kapitalisasi aset
sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor:
01/KM.12/2001, namun dicatat secara ekstrakomptabel pada Unit
Pengguna Barang.
2. Sejumlah barang dari Belanja Gedung sebesar Rp5.940.000,00 juga
tidak memenuhi nilai minimum kapitalisasi aset sehingga dicatat secara
ekstrakomptabel.
3. Reklasifikasi Belanja Peralatan dan Mesin ke Aset Lain-lain sebesar
Rp25.740.000,00.
4. Kesalahan pembebanan pada jaringan sebesar Rp8.500.000,00
5. Reklasifikasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin ke Aset Lain-lain
sebesar Rp47.190.000,00
6. Reklasifikasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin menjadi Aset Tak
Berwujud sebesar Rp2.277.000,00
7. Reklasifikasi dari Peralatan dan mesin ke Aset Tak Berwujud Sebesar
Rp377.341.714,00
8. Reklasifikasi masuk dari Aset Tak Berwujud Rp83.825.000,00
9. Reklasifikasi dari Peralatan dan mesin ke persediaan (Amunisi) sebesar
Rp901.605.100,00
10.Reklasifikasi masuk dari persediaan (Senjata Api) Rp381.305.100,00
11.Perolehan Lainnya barang gratifikasi Rp77.146.000,00
12.Hibah dari PT Grha Humanindo sebesar Rp478.915.628,00. Hibah
dimaksud diperoleh KPK sesuai Perjanjian Nomor:
01/SP/PPK.DGAH/KPK/2008 dimana PT Grha Humanindo akan
menyerahkan barang yang dipergunakan dalam pelaksanaan
pekerjaannya selesai pelaksanaan pekerjaan tersebut selesai.
C.2.2.1 Peralatan dan Mesin
Nilai Peralatan dan Mesin per 31 Desember 2009 sebesar
Rp126.990.225.832,00. Dibandingkan dengan TA 2008, nilai Peralatan dan
Mesin TA 2009 mengalami kenaikan sebesar Rp5.410.859.067,00.
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Neraca 28
Jalan, Irigasi, dan
Jaringan Rp40.749.350.665,00
Rincian mutasi/perubahan Peralatan dan Mesin adalah sebagai berikut:
Saldo per 31 Desember 2008 Rp 121.579.366.765
Penambahan: Rp 5.410.859.067
Pengurangan: Rp 0
Saldo 31 Desember 2009 Rp 126.990.225.832
Penambahan peralatan dan mesin apabila dibandingkan dengan realisasi
belanja modalnya terdapat selisih dengan rincian sebagai berikut:
Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin Rp 15.714.747.201
Mutasi penambahan aset TA 2009 Rp 5.410.859.067
Selisih Rp 10.303.888.134
Penambahan Peralatan dan Mesin tidak sama dengan Belanja Modalnya,
hal ini disebabkan oleh:
Reklasifikasi realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin menjadi
Belanja Modal Jaringan sebesar Rp10.084.480.336,00
Reklasifikasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin dengan nilai satuan
yang tidak memenuhi nilai minimum kapitalisasi aset menjadi barang
ekstrakomptabel dengan nilai total sebesar Rp1.705.000,00.
Hibah dari PT Grha Humanindo sebesar Rp478.915.628,00. Hibah
dimaksud diperoleh KPK sesuai Perjanjian Nomor:
01/SP/PPK.DGAH/KPK/2008 dimana PT Grha Humanindo akan
menyerahkan barang yang dipergunakan dalam pelaksanaan
pekerjaannya selesai pelaksanaan pekerjaan tersebut selesai.
Reklasifikasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin ke Aset Lain-lain
sebesar Rp47.190.000,00
Reklasifikasi realisasi Belanja Modal Gedung dan Bangunan menjadi
Belanja Modal Peralatan dan Mesin Rp115.259.288,00
Reklasifikasi realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin menjadi Aset
Lain-lain sebesar Rp25.740.000,00
Reklasifikasi realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin menjadi Aset
tak Berwujud sebesar Rp2.277.000,00
Reklasifikasi dari Peralatan dan mesin menjadi Aset Tak Berwujud
Sebesar Rp377.341.714,00
Reklasifikasi masuk dari Aset Tak Berwujud Rp83.825.000,00
Reklasifikasi dari Peralatan dan mesin ke Persediaan (Amunisi) sebesar
Rp901.605.100,00
Reklasifikasi masuk dari Persediaan (senjata api) Rp381.305.100,00
Perolehan Lainnya barang Gratifikasi Rp77.146.000,00
C. 2.2.2 Jalan, Irigasi dan Jaringan
Nilai Jaringan per 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp40.749.350.665,00.
Dibandingkan dengan TA 2008, nilai Jaringan TA 2009 mengalami kenaikan
sebesar Rp10.084.480.336,00.
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Neraca 29
Aset Tetap Lainnya Rp42.102.682.588,00
Rincian mutasi/perubahan Jaringan adalah sebagai berikut:
Saldo per 31 Desember 2008 Rp 30.664.870.329
Penambahan selama Tahun 2009 Rp 10.084.480.336
Pengurangan: 0
Saldo per 31 Desember 2009 Rp 40.749.350.665
Tidak ada perbedaan nilai Jaringan antara SIMAK BMN dan SAK.
Realisasi nilai Jaringan TA 2009 seluruhnya diperoleh dari reklasifikasi
Belanja Modal Peralatan dan Mesin, dengan rincian sebagai berikut:
No. SPM Jumlah
0007 2.452.243.297
0006 303.165.660
0027 4.625.240.352
0028 535.291.481
0032 1.937.643.935
0033 230.895.611
Jumlah 10.084.480.336
C.2.2.3 Aset Tetap Lainnya
Nilai Aset Tetap Lainnya per 31 Desember 2009 adalah sebesar
Rp42.102.682.588,00 terdiri dari Aset Tetap Dalam Renovasi sebesar
Rp41.886.940.924,00 dan Aset Tetap Lainnya sebesar Rp215.741.664,00.
Dibandingkan dengan TA 2008, nilai Aset Tetap Lainnya pada TA 2009
mengalami kenaikan sebesar Rp391.757.043,00.
C.2.2.3.1 Aset Tetap Dalam Renovasi (dalam rupiah)
Saldo per 31 Desember 2008 41.537.602.887
Penambahan:
- Pengembangan gedung SM I 44.554.995
- Pengembangan gedung SM II 304.783.042
349.338.037
Saldo per 31 Desember 2009 41.886.940.924
Nilai Aset Tetap dalam Renovasi per 31 Desember 2009 yang diungkap
pada Catatan Ringkas SIMAK BMN adalah sebesar Rp41.886.940.924,00
Sehingga tidak terdapat selisih pencatatan antara SIMAK BMN dan SAK.
Penambahan Aset Tetap dalam Renovasi apabila dibandingkan dengan
realisasi belanja modalnya terdapat selisih dengan rincian sebagai berikut:
BM Gedung dan Bangunan Rp 470.537.325
Mutasi penambahan aset TA 2008 Rp 349.338.037
Selisih Rp 121.199.288
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Neraca 30
Aset Lainnya Rp199.060.999.712,00
Selisih sebesar Rp121.199.288,00 disebabkan oleh:
Reklasifikasi realisasi Belanja Modal Gedung dan Bangunan menjadi
Peralatan dan Mesin sebesar Rp115.259.288,00
Menjadi barang Ekstrakomtabel sebesar Rp5.940.000,00
C.2.2.3.2 Aset Tetap Lainnya
(dalam rupiah)
Saldo per 31 Desember 2008 173.322.658
Penambahan:
- Buku database informasi Dit. PJKAKI
(SPM 00339)
19.051.679
- Literatur Hukum (SPM 00423) 3.431.400
- Buku database informasi Dit. PJKAKI
(SPM 01279)
9.719.325
- Literatur Biro Hukum (SPM 01381) 10.216.602
42.419.006
Pengurangan: 0
Saldo per 31 Desember 2009 215.741.664
C.2.3 Aset Lainnya
Nilai Aset Lainnya per 31 Desember 2009 adalah sebesar
Rp199.013.849.712,00 merupakan aset yang tidak dapat dikelompokkan
menjadi aset lancar dan aset tetap, terdiri dari Aset Tak Berwujud sebesar
Rp10.448.377.032,00 dan Aset Lain-lain sebesar Rp188.612.622.680,00.
Dibandingkan dengan TA 2008, nilai Aset Lainnya pada TA 2009 mengalami
kenaikan sebesar Rp32.591.139.480,00.
C.2.3.1 Aset tak Berwujud
Saldo Aset Tak Berwujud per 31 Desember 2009 adalah sebesar
Rp10.448.377.032,00 dengan rincian sebagai berikut: (dalam rupiah)
Saldo per 31 Desember 2008 Rp 9.023.399.110
Penambahan:
- Lisensi Editing Video Studio Pro X2 Rp 2.277.000
- Lisensi Server Sim Audit Rp 19.459.688
- Lisensi Soft SIM Audit Full Users Rp 173.470.000
- Software Computer Aplikasi Pendistribusian Surat Rp 22.600.000
- Lisensi Lainnya Rp 4.015.000
- Software Komputer - HRM Rp 28.600.000
- Software Komputer - Biro Hukum Rp 49.500.000
- Software - Perencanaan dan Keuangan Rp 37.620.000
- Perangkat Lunak Inda Rp 94.130.850
- Lisensi Bagi Perangkat Lunak Pengontrol Virtual SAN Rp 257.682.700
- Lisensi Perangkat Lunak PINDA Rp 42.240.000
- Perangkat Lunak Pinda Rp 20.955.000
- Perangkat Lunak LHKPN Rp 5.500.000
- Pengembangan Software DUMAS Rp 47.850.000
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Neraca 31
Utang kepada Pihak
Ketiga Rp3.119.555.905,00
- Pengembangan Aplikasi Renkeu Rp 1.980.000
- Software - Cyber Parkir Double Capture Rp 44.000.000
- Perangkat Lunak Comp. Forensic Rp 21.668.900
- Perangkat Lunak Comp.Forensic Rp 77.163.570
- Software - Pengembangan Sistem dan Prosedur Gratifikasi Rp 40.381.000
- Software - Pengadaan Redesign Website KPK Rp 42.900.000
- Pengembangan Soft.Sim Audit Tahap 2 Annual Support Dan Maintenance
Rp 9.130.000
- Software - Aplikasi Pengadaan Rp 39.462.500
- Software – Aplikasi Administrasi Biro Hukum Rp 48.875.000
- Reklasifikasi Aset Tak Berwujud Dari SIMAK BMN Rp 293.516.714
Jumlah Rp 10.448.377.032
Realisasi belanja untuk Jaringan sampai dengan 31 Desember 2009
diperoleh dari belanja modal berikut:
MAK Uraian Jumlah
536111 BM Fisik Lainnya Rp 1.129.184.208
532111 BM Peralatan dan Mesin Rp 2.277.000
Reklas dari SIMAK BMN Rp 293.516.714
Jumlah Rp 1.424.977.922
C.2.3.2 Aset Lain-lain
Saldo Aset Lain-lain per 31 Desember 2009 adalah Rp188.612.622.680,00 dengan rincian sebagai berikut:
Saldo per 31 Desember 2008 Rp 157.446.461.122
Penambahan:
Kenaikan uang pengganti dan biaya perkara Rp 34.732.081.558
Kewajiban PT BT 665.000.000
Reklasifikasi dari Belanja Modal peralatan & Mesin 72.930.000
Piutang dari gratifikasi yang belum tertagih 47.150.000
Pengurangan:
Penyesuaian piutang bukan pajak PT BT 4.351.000.000
Saldo per 31 Desember 2009 Rp 188.612.622.680
C.2.4 Kewajiban Jangka Pendek
C.2.4.1 Utang kepada Pihak Ketiga
Nilai Utang kepada Pihak Ketiga per 31 Desember 2009 sebesar
Rp3.119.555.905,00 berasal dari tagihan PT Infocipta Polanusa yang belum
terbayar sebesar Rp104.002.800,00 dan utang kompensasi pegawai KPK
tahun 2009 sebesar Rp Rp3.015.553.105,00.
Tagihan PT Infocipta Polanusa merupakan pembayaran termin III dan
belum dapat dibayarkan karena PT Infocipta Polanusa tidak dapat
memenuhi format Bank Garansi yang baru sebagaimana diatur dalam SE
KPPN Nomor: SE-12/WPB.12/KP.01/2009 tanggal 17 November 2009
perihal Langkah-langkah Menghadapi Akhir Tahun Anggaran 2009.
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Neraca 32
Uang Muka dari KPPN Rp0,00
Cadangan Piutang Rp889.635.930,00,00
Cadangan Persediaan Rp14,313.265.949,00
Dana yang Harus
Disediakan untuk Pembayaran Utang minus
Rp3.119.555.905,00
Dana diinvestasikan dalam Aset Tetap
Rp209.842.259.085
Utang kompensasi pada pegawai timbul karena :
1. adanya kebijakan di KPK bahwa tunjangan tersebut dapat
dibayarkan setelah para pegawai ybs memenuhi kewajiban hadir
di kantor dan mengisi timesheet. Hal ini berarti tunjangan
transport bulan sebelumnya dibayarkan pada bulan berjalan.
Namun karena penarikan data kehadiran dan pengisian timesheet
membutuhkan proses yang cukup, maka tunjangan transportnya
baru dapat dibayarkan dua bulan sesudah bulan yang harus
dibayarkan.
2. Perubahan SK kenaikan gaji TA 2009 yang sampai dengan
berakhirnya TA 2009 belum dibayarkan.
Dibandingkan dengan TA 2008, nilai Utang kepada Pihak Ketiga pada TA
2009 mengalami penurunan sebesar Rp1.594.930.524,00 atau 51,13
persen.
C.2.4.2 Uang Muka dari KPPN
Nilai Uang Muka dari KPPN per 31 Desember 2009 sebesar Rp0,00
merupakan penyeimbang akun Kas di Bendahara Pengeluaran.
Dibandingkan dengan TA 2008, nilai Uang Muka dari KPPN pada TA 2009
mengalami penurunan sebesar Rp468.301,00.
C.2.5 Ekuitas Dana Lancar
C.2.5.1 Cadangan Piutang
Nilai Cadangan Piutang per 31 Desember 2009 sebesar Rp889.635.930,00
merupakan penyeimbang Akun Piutang Bukan Pajak dan Uang Muka
Belanja. Dibandingkan dengan TA 2008, nilai Cadangan Piutang pada TA
2009 mengalami kenaikan sebesar Rp725.864.508,00. C.2.5.2 Cadangan Persediaan
Nilai Cadangan Persediaan secara total per 31 Desember 2009 sebesar
Rp14,313.265.949,00 merupakan penyeimbang Akun Persediaan.
Dibandingkan dengan TA 2008, nilai Cadangan Persediaan pada TA 2009
mengalami penurunan sebesar Rp1.393.970.914,00.
C.2.5.3 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang
Nilai akun tersebut per 31 Desember 2009 sebesar minus
Rp3.119.555.905,00 merupakan penyeimbang akun Utang kepada Pihak
Ketiga. Dibandingkan dengan TA 2008, nilai Dana yang harus Disediakan
untuk Pembayaran Hutang pada TA 2009 mengalami penurunan sebesar
minus Rp1.594.930.524,00.
C.2.6 Ekuitas Dana Diinvestasikan
C.2.6.1 Dana Diinvestasikan Dalam Aset Tetap
Nilai Dana Diinvestasikan Dalam Aset Tetap per 31 Desember 2009 sebesar
Rp209.842.259.085,00 merupakan penyeimbang akun Aset Tetap.
Dibandingkan dengan TA 2008, nilai Dana Diinvestasikan Dalam Aset Tetap
pada TA 2009 mengalami kenaikan sebesar Rp15.887.096.446,00.
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Neraca 33
Dana diinvestasikan dalam Aset Lainnya
Rp199.060.999.712,00
C.2.6.2 Dana Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya
Dana diinvestasikan dalam Aset Lainnya per 31 Desember 2009 sebesar
Rp199.060.999.712,00 merupakan penyeimbang akun Aset Lainnya.
Dibandingkan dengan TA 2008, nilai Dana Diinvestasikan Dalam Aset
Lainnya pada TA 2009 mengalami kenaikan sebesar Rp32.591.139.480,00. C.3.CATATAN PENTING LAINNYA
1. Lokasi dan Status Kantor KPK
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, KPK menempati beberapa
gedung, yaitu:
a. Gedung di Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-1 Kuningan, Jakarta Selatan.
Sampai dengan saat ini, tanah dan gedung yang di tempati KPK
masih dalam status izin penggunaan berdasarkan surat Menteri
Keuangan No. S-164/MK.06/2005 tanggal 20 April 2005.
b. Lantai 3 dan sebagian lantai dasar Gedung eks Bank Uppindo di Jl.
H.R. Rasuna Said Kav. C-19 Kuningan Jakarta Selatan untuk. Izin
penempatan sesuai surat Menteri Keuangan Nomor: S-07/
MK.06/2008 tanggal 14 Januari 2008.
c. Lantai 15 dan penggunaan bersama lantai 17 Gedung Kementerian
BUMN, Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13. Izin pinjam pakai sesuai
surat Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: S-
613/MBU/2009 tanggal 7 September 2009.
Selain gedung, Menteri Keuangan dengan surat nomor: S-06/MK.6/2009
tanggal 9 Januari 2009 dan Berita Acara Serah Terima Nomor: BAST-
02/KN/2009 tanggal 17 Februari 2009 menyerahkan kepada KPK
sebidang tanah seluas 8.294 m2 terletak di Jl. HR. Rasuna Said No. 565
Guntur Setiabudi (SHGB No. 556/Guntur). Berdasarkan penilaian dari
Direktorat Penilaian Kekayaan Negara, Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara Departemen Keuangan, tanah tersebut mempunyai nilai sebesar
Rp119.363.101.000,00.
KPK sedang mengurus balik nama sertifikat tanah tersebut, sehingga
tanah tersebut belum dapat dimasukkan ke dalam Aset Tetap KPK.
2. Utang KPK 2008
Berdasarkan hasil pemeriksaan Pengawasan Internal KPK, karena
ketidaklengkapan administrasi, maka dari utang-utang yang tercantum
dalam Neraca KPK per 31 Desember 2008, terdapat tagihan dari 3
penyedia barang dan jasa sejumlah Rp187.221.029,99 yang tidak dapat
dibayarkan. Atas permasalahan ini, ke-3 penyedia barang dan jasa
tersebut dapat menerima dan memahaminya.
3. Rekening Hibah
Selain Hibah ADB yang rekeningnya menjadi satu dengan rekening
Bendahara Pengeluaran, terdapat rekening hibah Danida yang dikelola
oleh Project Manager Hibah dan dipergunakan untuk menampung dana
hibah Danida, yaitu: rekening nomor: 025.01.002.25.008 pada Bank
Niaga Setiabudi Building atas nama KPK qq. Program Danida. Saldo
rekening per 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp177.192.272,35.
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Neraca 34
4. Titipan Uang Sitaan Tindak Pidana Korupsi dan Gratifikasi
Terdapat titipan uang sitaan dan gratifikasi yang belum mempunyai
putusan yang berkekuatan hukum tetap sehingga belum dapat
disetorkan ke kas negara. Titipan tersebut, diadministrasikan di Biro
Perencanaan dan Keuangan untuk uang sitaan dan gratifikasi, serta
Kedeputian Penindakan untuk titipan uang tindak pidana korupsi.
Sampai dengan 31 Desember 2009, rincian titipan uang yang belum
mempunyai kekuatan hukum tetap adalah sebagai berikut:
Kas di Brankas Pengelola Titipan uang Sitaan Biro
Perencanaan dan Keuangan, terdri dari:
Rupiah IDR 25.080.565.275,00
Dolar Amerika USD 351.657,00
Euro EUR 5.500,00
Kas di bank, dititipkan oleh Pengelola Titipan uang
Sitaan Biro Perencanaan dan Keuangan, terdiri dari:
Rupiah IDR 141.875.532.051,50
Dolar Amerika USD 284.025,30
Kas di Brankas Direktorat Penuntutan, terdiri dari:
Rupiah IDR 1.052.367.850,00
Dolar Amerika USD 1.159,00
Yen Jepang JPY 20.000,00
Dolar Australia AUD 50,00
Ringgit Malaysia RM 100,00
Dolar Singapura SGD 23,00
5. Piutang a.n. PT BT
Berdasarkan putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) Nomor:
272/XII/ARB-BANI/2007 tanggal 31 Maret 2009, PT Buanajasa
Tehnikindo (PT BT) diwajibkan membayar kepada negara cq. KPK
sebesar Rp1.145.000.000,00.
Gunawan Saputra sebagai diri pribadi dan selaku Direktur PT BT tidak
dapat melakukan pembayaran sekaligus. Ybs dalam Surat
Pernyataannya akan mencicil kewajibannya sampai dengan tahun 2013.
Cicilan pertama sebesar Rp240.000.000,00 telah dilaksanakan pada
tanggal 24 November 2009.
6. Benda Sitaan Hasil Korupsi
Dalam rangka memaksimalkan pengembalian kerugian keuangan
negara, KPK telah melakukan penyitaan terhadap harta milik para
tersangka tindak pidana korupsi. Agar Benda Sitaan tidak mengalami
penurunan nilai yang drastis, KPK menitipkan barang-barang tersebut
(kecuali tanah) pada Rumah Penyimpanan Barang Sitaan/Rampasan
Negara (RUPBASAN) Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen
Hukum dan HAM.
7. Denda yang Belum Dibayar
Dari kurun waktu 2005 s.d 2009, terdapat Uang Denda yang belum
dibayar para terpidana dengan rincian sebagai berikut:
Laporan Keuangan Komisi Pemberantasan Korupsi TA 2009 Audited
Catatan atas Laporan Keuangan – Pos-pos Neraca 35
(dalam rupiah)
Tahun Denda
2005 200.000.000
2006 2.250.000.000
2007 3.700.000.000
2008 1.350.000.000
2009 4.840.000.000
Jumlah 12.340.000.000
8. Aset Hilang
Per tanggal 31 Desember 2009 terdapat aset yang hilang berupa:
a. Satu unit laptop Merk Dell Lattitude D620 dengan nilai perolehan
Rp9.809.800,-
b. Satu unit laptop Merk IBM T42 dengan nilai perolehan
Rp18.225.531,-
c. Satu unit laptop Merk IBM T43 dengan nilai perolehan
Rp19.283.055,-
d. Satu unit telepon seluler Merk Nokia N-96 dengan nilai perolehan
Rp9.185.000,-
e. Satu unit sepeda motor Merk Honda Vario dengan nilai perolehan
Rp13.807.000.-
Atas kejadian tersebut dilakukan pemeriksaan oleh Direktorat
Pengawasan Internal dan saat ini menunggu keputusan dari Pimpinan
untuk tindak lanjutnya.
D. PENGUNGKAPAN PENTING LAINNYA
D.1 TEMUAN DAN TINDAK LANJUT TEMUAN BPK
Daftar temuan BPK dan tindak lanjutnya dapat dilihat pada lampiran.
D.2 REKENING PEMERINTAH
Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK tahun 2004 s.d 2008, tidak ditemukan
rekening pada KPK yang tidak dilaporkan pada Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat maupun Laporan Keuangan KPK.
Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 58 Tahun 2007 dan Peraturan
Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: 35/PB/2007, KPK telah
melakukan upaya-upaya penertiban dengan melakukan inventarisasi
terhadap rekening pada KPK. Hasil inventarisasi rekening pada KPK sampai
dengan 31 Desember 2009 menunjukkan adanya 215 rekening yang
dipertahankan, yang telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan.
Sedangkan rekening yang ditutup untuk periode Januari s.d Desember
2009 sebanyak 110 rekening. Rekening-rekening ditutup karena: (i)
perkara yang terkait dengan rekening tersebut telah mendapat putusan
yang telah berkekuatan hukum tetap; atau (ii) rekening tersebut batal
menerima transaksi. Saldo dari rekening yang ditutup disetor ke kas
negara dan kas daerah tergantung dari amar putusan majelis hakim.