badan pendidikandan pelatihan keuanganuntuk mendidik dan melatih calon ar di lingkungan direktorat...

33
2018 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK berkoordinasi dengan LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA PUSAT PENELITIAN EKONOMI IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN HASIL PELATIHAN: STUDI KASUS PELATIHAN ACCOUNT REPRESENTATIVE (AR) DASAR Oleh: Maxensius Tri Sambodo Budi Harsono Adhitya Wira Witantra

Upload: others

Post on 13-Feb-2020

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

2018

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

berkoordinasi dengan

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA PUSAT PENELITIAN EKONOMI

IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN HASIL PELATIHAN: STUDI KASUS PELATIHAN ACCOUNT REPRESENTATIVE (AR) DASAR

Oleh: Maxensius Tri Sambodo

Budi Harsono Adhitya Wira Witantra

Page 2: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN HASIL PELATIHAN: STUDI KASUS PELATIHAN

ACCOUNT REPRESENTATIVE DASAR

Penulis: Maxensius Tri Sambodo

Budi Harsono Adhitya Wira Witantra

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK

dengan berkoordinasi dengan

LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA PUSAT PENELITIAN EKONOMI

2018

Page 3: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

1

Abstract

Pelatihan merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung kelangsungan hidup organisasi. Kebutuhan pelatihan yang efisien dan efektif mendorong Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) untuk menerapkan strategi Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Corporate University (Corpu). Penerapan strategi corpu yang telah berjalan kurang lebih tiga tahun, perlu dilakukan evaluasi sedini mungkin untuk segera mendapatkan informasi mengenai pengaruh kebijakan. BPPK telah melaksanakan evaluasi atas pelatihan dengan menggunakan alat survei yang menyeluruh. Namun, model evaluasi pelatihan tersebut cukup kompleks dan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, model evaluasi dalam kajian ini diarahkan tidak hanya sebagai pilot project untuk perubahan dalam evaluasi pelatihan, namun juga merupakan uji terhadap rumusan formula yang dapat memberikan informasi yang cepat berupa indikasi atas pengaruh kebijakan Pelatihan Account Representative (AR) Dasar terhadap tingkat pemahaman peserta untuk tahun 2015, 2016, dan 2018. Selain itu, pengujian formula tersebut sekaligus untuk menentukan tahun 2018 sebagai baseline evaluasi pelatihan untuk tahun berikutnya. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif statistik, histogram dan normal distribusi, box plot dan analysis of variance atas nilai ujian komprehensif Pelatihan Pelatihan AR Dasar. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pola pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar dan indikasi adanya kondisi yang berubah akibat penerapan kebijakan pelatihan selama tahun 2015, 2016, dan 2018. Selain itu, kajian ini juga akan menunjukkan penyebab adanya peserta yang memiliki nilai di luar pola pemahaman peserta terbentuk (outlier). Hasil kajian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar selama tahun 2015, 2016, dan 2018. Namun, terdapat beberapa peserta yang memiliki nilai jauh dari pola pemahaman yang terbentuk. Hal ini perlu dikaji lebih dalam atas indikasi faktor penyebab outlier tersebut adalah motivasi dan minat. Selain itu, peningkatan pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar dapat dikaitkan dengan perubahan kebijakan pelatihan yang meliputi tujuan pelatihan, kurikulum, syarat pengajar, komposisi pengajar, bentuk ujian, batas nilai kelulusan, pre-test dan post-test, model pelatihan, dan metode pembelajaran. Kata Kunci: tingkat pemahaman, faktor, kebijakan, outlier, evaluasi, corpu

Page 4: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

2

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) memiliki visi menjadi lembaga pendidikan dan

pelatihan terkemuka yang menghasilkan pengelola keuangan negara yang berkelas dunia. Salah satu misi

yang dilakukan adalah membangun sistem pendidikan dan pelatihan Sumber Daya Manusia Keuangan

Negara yang terintegrasi dalam mewujudkan corporate university (BPPK, 2017). Corporate university

(Corpu) dimaknai sebagai sebuah entitas pendidikan yang merupakan alat strategis yang dirancang untuk

membantu induk organisasi dalam mencapai tujuan organisasi melalui kegiatan-kegiatan yang

menumbuhkan learning knowledge dan wisdom bagi individu maupun organisasi (Allen, 2002).

Salah satu perwujudan strategi corporate university mengarahkan penyelenggaraan pelatihan dengan

menggunakan empat prinsip yaitu aplikatif, relevan, impactful, dan accessible. Aplikatif mengandung

makna agar program pelatihan dapat dengan mudah diaplikasikan dalam dunia kerja para pesertanya.

Relevan mengandung arti terdapat kesesuaian antara yang materi yang diajarkan dengan apa yang saat

ini menjadi tantangan bagi organisasi. Impactful dimaksudkan agar hasil pembelajaran memiliki dampak

pada peningkatan kinerja organisasi. Accessible dimaksudkan agar program pelatihan mudah diakses oleh

siapapun, dari manapun, dan kapan pun (BPPK, 2017).

Penulisan singkat ini mengarah pada pengukuran impactful yaitu terkait seberapa besar peningkatan

pemahaman individu peserta pada suatu pelatihan dengan harapan dapat mendukung pencapaian tujuan

organisasi. Kajian ini menganalisis tingkat pemahaman seluruh peserta pada suatu pelatihan sebagai

dasar pengambilan kebijakan berikutnya untuk memperbaiki pola pemahaman para peserta pelatihan

tersebut. Selanjutnya, akan dilakukan identifikasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pemahaman peserta pelatihan terutama terkait dengan kebijakan pelatihan.

Tingkat pemahaman peserta pelatihan dalam penelitian ini akan diukur menggunakan hasil nilai ujian

komprehensif pada suatu pelatihan. Ujian komprehensif dapat dikategorikan sebagai tes sumatif yang

dapat menggambarkan kemajuan peserta selama mengikuti pelatihan (Ratnawulan & Rusdiana, 2014).

Selain itu, tes sumatif dapat menyediakan informasi pengaruh atas suatu pelatihan terhadap peserta

(Adhim, 2015). Bentuk ujian komprehensif dalam penelitian ini adalah ujian tertulis studi kasus. Materi

yang diujikan dalam ujian komprehensif meliputi seluruh materi yang diberikan dalam kegiatan akademik

pelatihan (Pusdiklat Pajak, 2016a). Oleh karena itu, hasil ujian komprehensif sangat penting

menggambarkan peningkatan keterampilan dan pengetahuan peserta pelatihan, meskipun hasil nilai

ujian komprehensif bukan merupakan satu-satunya syarat kelulusan suatu pelatihan.

Pelatihan Account Representative (AR) Dasar akan menjadi pilot project awal penelitian untuk

menciptakan suatu model evaluasi yang fokus pada peningkatan pemahaman peserta pelatihan di

Pusdiklat Pajak. Pemilihan ini berdasarkan signifikansi fungsi AR sebagai ujung tombak dalam fungsi

penerimaan negara. AR adalah pegawai yang diangkat di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang

Page 5: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

3

bertugas melakukan fungsi pelayanan, konsultasi, pengawasan, dan penggalian potensi Pajak

(Kementerian Keuangan, 2015). Penelitian ini akan menyajikan pola nilai ujian komprehensif yang

terbentuk untuk memberikan indikasi adanya informasi penting yang dapat digunakan untuk

penyempurnaan penyelenggaraan pelatihan melalui perubahan kebijakan. Selanjutnya, akan dilakukan

identifikasi hubungan pola nilai ujian komprehensif dengan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

pemahaman peserta pelatihan terutama yang berkaitan dengan kebijakan Pelatihan AR Dasar.

1.2. Ruang Lingkup

Penelitian ini hanya akan berfokus pada Pelatihan AR Dasar. Hal ini berdasarkan peran yang sangat

strategis jabatan AR di lingkungan DJP dalam fungsi pengawasan dan konsultasi sehingga AR mampu

mengoptimalkan kompetensinya meningkatkan kepatuhan wajib pajak dan pengamanan target

penerimaan pajak di Indonesia. Data peserta yang diambil meliputi data tahun 2015, 2016, dan 2018. Data

2017 tidak dilakukan evaluasi melalui penelitian ini, mengingat model pelatihannya yang berbeda, yaitu

dengan pendekatan full e-learning.

1.3. Rumusan Masalah

Strategi Corpu telah diterapkan sejak tahun 2015 oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang diinisiai

oleh BPPK (BPPK, 2017). Tiga tahun semenjak penerapan strategi tersebut, telah banyak kebijakan

pelatihan yang telah diluncurkan. Penelitian ini diarahkan untuk dapat memperlihatkan indikasi

perkembangan pengaruh kebijakan selama penerapan strategi Kemenkeu Corpu terhadap nilai ujian

komprehensif Pelatihan AR Dasar.

Kajian ini diharapkan dapat memberikan gambaran salah satu prinsip Kemenkeu Corpu yaitu impactful

tentang seberapa efektif Pelatihan AR Dasar ini berkontribusi kepada peningkatan pemahaman seluruh

peserta. Model penelitian ini akan merumuskan formula umum tentang kualitas suatu jenis pelatihan

dengan cepat, mudah, dan obyektif. Dalam hal ini tahun 2018, akan dijadikan dasar untuk melihat

pengaruh kebijakan pelatihan selanjutnya di Pusdiklat Pajak dengan menggunakan formula yang telah

dirumuskan sebelumnya.

Selama ini evaluasi yang telah dilaksanakan menggunakan hasil survei yang dinilai sebagai evaluasi yang

komprehensif. Namun, model evaluasi tersebut selain kompleks, juga memakan waktu yang panjang dan

lama. Akibatnya, hasil yang diperoleh terkadang tidak dapat diproses secara langsung pada saat analisis

kebutuhan pembelajaran. Dengan pendekatan model evaluasi yang dirumuskan dalam penelitian ini,

hasilnya dapat menjadi stimulus penting membangun komunikasi antara Pusdiklat Pajak dengan DJP

untuk bersama-sama meningkatkan mutu pelatihan.

Page 6: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

4

1.4. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola perkembangan beserta indikasi kebijakan

pelatihan yang berpengaruh terhadap tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar. Adapun sub

pertanyaan yang perlu dijawab untuk mencapai tujuan tersebut adalah:

a. Bagaimanakah tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar dalam bentuk nilai ujian

komprehensif Pelatihan AR Dasar?

b. Berapakah “outliers” dari tingkat pemahaman dan kewajaran dalam bentuk nilai ujian komprehensif

Pelatihan AR Dasar?

c. Apakah potensi kemungkinan penyebab munculnya outliers?

d. Apakah faktor (kebijakan pelatihan) yang mungkin mempengaruhi hasil nilai evaluasi ujian

komprehensif Pelatihan AR Dasar?

Page 7: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

5

2. TINJAUAN PUSTAKA

Evaluasi pelatihan memiliki tujuan untuk melihat keberhasilan pelaksanaan pelatihan secara efektif dan

efisiensi (Hidayat & Nurasyiah, 2017). Hal ini sangatlah penting mengingat pelatihan merupakan salah satu

cara untuk meningkatkan level kompetensi pegawai dalam mendukung kinerja organisasi (Li &

Wiriyakitjar, 2018). Selain itu, pelatihan memiliki manfaat dan peran untuk mendukung kelangsungan dan

perkembangan organisasi (Yaqoot, Noor, & Isa, 2017). Namun, pengukuran efektifitas pelatihan

merupakan hal yang sulit dan menantang. Salah satu penyebabnya adalah kompleksitas dalam proses

dalam pelatihan itu sendiri (Punia & Kant, 2013).

Sejauh ini terdapat banyak model penelitian untuk mengukur efektifitas pelatihan. Setidaknya terdapat

tiga model pengukuran yaitu Kirkpatrick’s four level model, Noe’s model, and Swanson & Sleezer’s three

step model (Punia & Kant, 2013). Kirkpatrick’s four level model akan dipergunakan sebagai dasar evaluasi

untuk mengukur efektifitas dengan menggunakan data nilai ujian komprehensif. Hal ini dikarenakan,

model tersebut telah umum digunakan di lingkungan BPPK sehingga diharapkan dapat mudah dipahami

oleh pihak yang terkait dengan evaluasi pelatihan. Kirkpatrick’s Evaluation Model dibagi menjadi empat

level yaitu (Punia & Kant, 2013):

1. Level 1: evaluasi reaksi

2. Level 2: evaluasi belajar

3. Level 3: evaluasi perilaku

4. Level 4: evaluasi hasil

Evaluasi biasanya berkaitan dengan tiga istilah yang berbeda dalam pengertiannya yaitu tes, pengukuran

(measurement), dan penilaian (assessment). Tes adalah sebuah metode untuk menaksir besarnya

kemampuan seseorang secara tidak langsung dengan melihat respon seseorang atas pertanyaan atau

stimulus. Pengukuran adalah kuantifikasi dengan angka secara sistemik atas karakteristik dan keadaan

individu berdasarkan ketentuan yang telah ditentukan sebelumnya. Penilaian adalah penafsiran atas data

hasil pengukuran. Namun, evaluasi memiliki arti yang lebih luas yang mencakup dari pengertian tes,

pengukuran, dan penilaian (Widoyoko, 2009). Salah satu tujuan evaluasi atas hasil pelatihan adalah untuk

mengukur sejauh mana materi dikuasai dan dipahami oleh peserta serta adanya peningkatan

pengetahuan, sikap, dan perilaku peserta pelatihan (Hidayat & Nurasyiah, 2017). Berdasarkan penjelasan

tersebut, ujian komprehensif dapat dikategorikan sebagai salah satu alat evaluasi yang valid meskipun

hanya dapat menggambarkan kondisi pengetahuan peserta dimana merupakan level dua pada model

evaluasi Kirkpatrick.

Pentingnya pelatihan dalam organisasi mendorong perlunya mengetahui faktor-faktor yang dapat

meningkatkan efektifitas pelatihan. Hal ini mendorong banyaknya penelitian yang telah mengidentifikasi

dan juga membuktikan faktor yang mempengaruhi efektifitas pelatihan. Punia dan Kant (2013)

mengidentifikasi motivasi, perilaku, emotional intelligence, dukungan manajemen dan kolega, model

pelatihan, konten pelatihan, lingkungan, keterbukaan pengajar, kepercayaan diri, keterkaitan pelatihan

Page 8: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

6

dengan pekerjaan, dan kepercayaan diri sebagai faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas pelatihan.

Sayadi, Rajaeepour, Abedini, dan Gholami (2017) menyimpulkan bahwa desain pelatihan, mekanisme

pengelolaan pelatihan, lingkungan pelatihan (fasilitas), budaya organisasi, dan peran pengajar

mempengaruhi penyampaian pengetahuan kepada peserta dalam pelatihan. Berdasarkan lingkup atas

faktor-faktor tersebut penelitian ini akan mengidentifikasi perubahan kebijakan pelatihan selama tahun

2015, 2016, dan 2018 yang mungkin berpengaruh terhadap perkembangan tingkat pemahaman peserta

pelatihan.

Page 9: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

7

3. PELATIHAN AR DASAR

3.1. Deskripsi

Pelatihan Teknis Substantif Spesialisasi Account Representative Dasar (PTSS AR Dasar) dimaksudkan

untuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan

penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan, dan kreatif menggali potensi pajak, serta

menunjukkan interpersonal dan intrapersonal skills yang sesuai dalam rangka pelaksanaan tugas dan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya dengan sebaik-baiknya (Pusdiklat Pajak, 2015e; Pusdiklat Pajak

2016c; & Pusdiklat Pajak, 2018). Pelatihan AR Dasar memiliki sepuluh standar kompetensi yang wajib

dipenuhi meliputi pengantar perpajakan AR, standar prosedur operasi AR, perencanaan kerja AR,

penggalian potensi pajak, deteksi objek pajak, teknik dan metode analisis penghasilan dan biaya, kertas

kerja AR, visit dan kegiatan pasca visit, praktik pengawasan dan penggalian potensi, prosedur dan

penyusunan Surat Permintaan Penjelasan atas Data dan/atau Keterangan (SP2DK) dan konseling. Seluruh

standar kompetensi tersebut dijabarkan dalam kompetensi dasar (Pusdiklat Pajak, 2018).

3.2. Kondisi Pelatihan AR Dasar

Pelatihan AR Dasar menerapkan mekanisme asrama bagi pesertanya. Untuk tahun 2016 pelaksanaan

Pelatihan AR Dasar diasramakan di luar lingkungan Pusdiklat Pajak yaitu di Padjajaran Suite Resort

(Pusdiklat Pajak, 2016a; Pusdiklat Pajak, 2016b; & Pusdiklat Pajak, 2016c) karena kapasitas asrama sedang

terpakai untuk pelatihan lain sedangkan pembangunan asrama baru sedang dalam konstruksi. Hal ini

berbeda untuk Pelatihan AR Dasar tahun 2015 dan 2018 yang dilaksanakan menggunakan asrama

Pusdiklat Pajak (Pusdiklat Pajak, 2015a; Pusdiklat Pajak, 2015b; Pusdiklat Pajak, 2015c; Pusdiklat Pajak,

2015d; Pusdiklat Pajak, 2015e; Pusdiklat Pajak, 2015f; & Pusdiklat Pajak, 2018). Perbedaan ini mendorong

Pusdiklat Pajak untuk fokus menjaga kualitas penyelenggaraan Pelatihan AR Dasar dengan berorientasi

pada output yang spesifik berupa perubahan yang diharapkan atas peserta pelatihan pada tahun

tersebut.

Model pelaksanaan Pelatihan AR Dasar untuk tahun 2015, 2016, dan 2018 dapat dikategorikan sebagai

blended learning. Sebelum pelatihan dimulai, peserta diharapkan untuk dapat mengakses dan membaca

materi yang telah diunggah oleh panitia penyelenggara pelatihan sehingga peserta sudah mengetahui

pengetahuan dasar untuk persiapan mengikuti pelatihan AR (Pusdiklat Pajak, 2015f; Pusdiklat Pajak,

2016c; Pusdiklat Pajak 2018). Hal ini juga bertujuan untuk memastikan keseragamaan pengetahuan

minimal yang harus dimiliki peserta Pelatihan AR Dasar sebelum mengikuti pelatihan.

3.3. Kebijakan Pelatihan AR Dasar Tahun 2015, 2016, dan 2018

Perumusan kebijakan Pelatihan AR Dasar diselaraskan dengan kebijakan DJP dalam rangka meningkatkan

fungsi pengawasan terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Kebijakan yang dilakukan terkait penyelenggaraan

Pelatihan AR Dasar ini didasarkan pada dua kebutuhan DJP yaitu peningkatan jumlah AR (kuantitatif) dan

Page 10: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

8

peningkatan kompetensi yang dimiliki oleh seorang AR (kualitatif). Kebijakan Pelatihan AR Dasar selama

tahun 2015, 2016, dan 2018, diperoleh dari dokumen laporan penyelenggaraan pelatihan, notulen

penyusunan kurikulum, dan kerangka acuan pembelajaran. Berikut ini ringkasan kebijakan Pelatihan AR

Dasar 2015, 2016, dan 2018, sedangkan komparasi kebijakan pelatihan diantara tahun pelaksanan tersebut

disajikan dalam lampiran.

3.3.1. Kebijakan Peningkatan Kualitas Kurikulum

Tujuan Pelatihan

Secara umum tujuan Pelatihan AR Dasar sejak tahun 2015 sudah didasarkan pada kamus kompetensi

dasar, namun demikian mulai tahun 2016 hingga saat ini (2018) tujuan pelatihan sudah lebih fokus lagi

pada output yang diharapkan dari peserta setelah mengikuti pelatihan.

Kurikulum

Dari sisi substansi dan jumlah, terjadi perubahan yang signifikan terhadap mata pelatihan yang diajarkan

pada Pelatihan AR Dasar. Pada tahun 2015 ke 2016 dikarenakan adanya perubahan alur proses bisnis di

DJP dan pembagian jabatan AR menjadi dua yaitu AR Pelayanan (Waskon I) dan AR Pengawasan (Waskon

II, III, dan IV)) maka kurikulum pelatihan mulai tahun 2016 sampai dengan saat ini (2018) disesuaikan

dengan alur proses bisnis. Mata pelatihan Pengenalan Proses Bisnis WP dan Penggalian Potensi dibagi

menjadi tujuh mata pelatihan yang lebih rinci dan spesifik. Dengan menggunakan pembagian ini

penyampaian materi dapat menjadi lebih praktikal dan hasil pembahasan di kelas menjadi lebih memadai

dan sesuai dengan kondisi di dunia kerja.

Selain itu, untuk mengakomodasi dan memberi ruang untuk kebutuhan kompetensi baru yang harus

dikuasai AR (must know knowledge), pada tahun 2016 dilakukan penggabungan lima mata pelatihan yang

meliputi KUP, PPh, PPN, PBB P3 dan Bea Materai serta Analisa Laporan Keuangan menjadi Pengantar

Perpajakan AR Dasar. Perluasan ruang dan waktu pelatihan juga dilakukan melalui integrasi mata

pelatihan softskill intrapersonal dan interpersonal ke dalam masing-masing mata pelatihan, semisal

dilekatkan dalam role play. Dengan kombinasi tersebut, prioritas pengetahuan yang disampaikan dapat

diperingkat berdasarkan aktivitas yang akan paling sering dilakukan oleh AR.

3.3.2. Kebijakan Penjaminan Kualitas Pengajar

Syarat Pengajar

Dalam kaitan dengan kualitas pengajar, sejak tahun 2015 sampai dengan sekarang (2018) metode

pemilihan pengajar Pelatihan AR Dasar semakin baik, ditandai dengan makin spesifiknya persyaratan

pengajar yang tertuang dalam Kurikulum atau Kerangka Acuan Pembelajaran (KAP) pelatihan. Pada tahun

2015, persyaratan pengajar hanya sebatas penguasaan/keahlian terhadap materi saja. Namun, pada tahun

2016, mulai dipersyaratkan kemampuan mengajar dan pada tahun 2018 lebih spesifik lagi mensyaratkan

pengajar harus mengikuti Training of Trainer khusus untuk Pelatihan AR Dasar sehingga standardisasi

penyampaian materi tetap terjaga. Persyaratan ini dibutuhkan untuk menyeleksi pengajar terutama yang

Page 11: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

9

berasal dari eksternal Pusdiklat Pajak, mengingat jumlah Widyaiswara yang ada di Pusdiklat Pajak tidak

dapat memenuhi kebutuhan akan pelatihan tersebut.

Komposisi Pengajar

Selain persyaratan pengajar, ketentuan komposisi pengajar yang mengajar dalam Pelatihan AR Dasar di

tahun 2015 ke 2018 juga mengalami perbaikan dimana pada tahun 2015 untuk masing-masing mata

pelatihan hanya diampu oleh satu orang pengajar baik itu Widyaiswara ataupun pengajar dari DJP. Pada

tahun 2016 mulai dilakukan kebijakan pengajar secara tandem yaitu satu orang Widyaiswara dan satu

orang pegawai DJP agar terjadi keselarasan dalam menyampaikan materi diklat. Mulai tahun 2018, agar

materi pelatihan lebih menggambarkan dengan pelaksanaan tugas di dunia kerja, maka tandem juga

dilakukan dengan pemegang data utama yaitu dari Centre Tax of Analysis (CTA) DJP. CTA adalah unit

khusus di lingkungan DJP yang bertugas mengolah, menyajikan dan menganalisis data untuk mengukur

kepatuhan pajak, menghitung potensi pajak, dan mengidentifikasi proses bisnis dan modus

ketidakpatuhan pajak (DJP, 2015). Di dalam CTA, para ahli di bidang pajak melakukan analisis kasus-kasus

pajak mutakhir sehingga melalui peran CTA, peserta dapat memperoleh contoh kasus dengan data yang

lengkap, pembahasan yang lebih memberikan wawasan atas praktek dilapangan dan pemahaman

pendekatan penyelesaian kasus yang sesuai dan tepat. Selain itu, untuk meningkatkan jumlah studi kasus,

diputuskan di tahun 2018, ada pengajar tandem dari aparatur sipil negara (ASN) DJP. Hal ini selain sebagai

sarana on the job training (OJT) bagi pengajar ASN DJP, Widyaiswara memiliki kesempatan untuk up to

date materi atau kasus-kasus terkini. Kelas juga lebih hidup mengingat kasus-kasus yang tersedia menjadi

cukup banyak dan beragam.

3.3.3. Kebijakan Penyempurnaan Model Evaluasi Hasil Belajar

Bentuk Ujian

Pada tahun 2015, bentuk ujian pada Pelatihan AR Dasar adalah studi kasus per materi pelajaran dengan

lima pelajaran yang diujikan yaitu KUP,PPh,PPN, Analisis Laporan Keuangan dan PBB P3 dan Bea Meterai.

Kemudian, pada tahun 2016 peserta diarahkan untuk menggunakan sudut pandang yang holistic atas

jaringan aktivitas tata kelola administrasi pajak, melalui bentuk ujian yang memuat keterkaitan antar

materi, peraturan, dan juga SOP AR. Oleh karena itu, bentuk ujian tidak lagi per mata pelatihan namun

sudah berupa studi kasus komprehensif dengan sembilan mata pelajaran. Studi kasus yang komprehensif

berarti bahwa kasus yang harus diselesaikan peserta dengan menggunakan gabungan pengetahuan yang

diujikan.

Batas Nilai Ujian Komprehensif

Batas nilai sebagai syarat kelulusan pada tahun 2015 dan 2016 sama yaitu nilai akhir sebesar 65, artinya

peserta dengan nilai ujian komprehensif di bawah 65 masih memiliki kesempatan lulus jika komponen nilai

lainnya seperti nilai kehadiran dan aktifitasnya tinggi. Dengan peraturan Kepala BPPK yang ditetapkan

pada akhir tahun 2017, syarat kelulusan untuk diklat dengan sifat ujian komrehensif bertambah yaitu

minimum nilai ujian komprehensif sebesar 60 dan nilai akhir sebesar 65. Dengan syarat minimum pada

Page 12: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

10

nilai ujian komprehensif tersebut memungkinkan peserta akan berusaha lebih giat agar mendapat nilai

ujian di atas 65 agar dapat dinyatakan lulus. Selain itu, peningkatan kualitas batas nilai bawah ujian

komprehensif memicu tanggung jawab yang lebih besar bagi pengajar untuk mendorong peserta

mendapatkan nilai yang baik dalam ujian komprehensif.

Pre-test dan Post-test

Pada tahun 2018, diterapkankan juga mekanisme pre-test dan post-test dalam Pelatihan AR Dasar.

Mekanisme ini digunakan untuk mengetahui sebaran kesenjangan pengetahuan awal dari peserta

Pelatihan AR Dasar. Berdasarkan hasil ini baik pengajar dan panitia penyelenggara dapat mengetahui

peserta yang memerlukan perhatian khusus dalam proses pelatihan.

3.3.4. Kebijakan Penyempurnaan Model Pelatihan

Pada tahun 2018, Pusdiklat Pajak meningkatkan aspek penyeragaman mutu pengetahuan dasar bagi ASN

yang akan mengikuti pelatihan. Peserta diarahkan untuk mempelajari materi yang akan diajarkan dalam

pelatihan melalui materi video dalam KLC. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan batas minimum

pemahaman dari peserta dan mengurangi kesenjangan pengetahuan antar calon peserta.

3.3.5. Kebijakan Penyempurnaan Metode Pembelajaran

Dalam rangka membuat pelatihan lebih menarik, maka pada tahun 2018, Pusdiklat Pajak mengeluarkan

suatu kebijakan untuk memperbanyak aktivitas yang dapat meningkatkan perhatian peserta juga

mempermudah proses pemahaman misalnya: pembagian kelompok untuk melakukan kompetisi, dengan

menggunakan leaderboard (pengunaan elemen permainan), filosofi Pop Mie, penggalian potensi pajak

dengan alat bantu surat kabar, sehingga kebosanan dapat ditekan semaksimal mungkin. Tujuannya

adalah agar batas kemampuan konsentrasi belajar para peserta dapat menjadi lebih panjang.

Page 13: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

11

4. DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil nilai ujian komprehensif Pelatihan AR Dasar untuk

tahun 2015, 2016, dan 2018. Untuk tahun 2018, hasil nilai ujian komprehensif yang akan digunakan dalam

penelitian hanya sampai angkatan kedelapan dari sepuluh angkatan yang telah diselenggarakan. Untuk

angkatan kesembilan dan kesepuluh, hasil nilai ujian komprehensif pada saat pengumpulan data masih

dalam tahap pengolahan. Perlu juga menjadi catatan bahwa untuk lulus Pelatihan AR Dasar tidak hanya

bergantung pada nilai hasil ujian komprehensif namun gabungan dari nilai lain selama pelatihan

berlangsung. Syarat kelulusan ditingkatkan untuk periode tahun 2018, dimana peserta harus mendapat

nilai ujian komprehensif minimal 65 untuk dapat dinyatakan lulus (Pusdiklat Pajak, 2018).

Hasil nilai ujian komprehensif Pelatihan AR Dasar diperoleh dari Subbidang Pengelolaan Hasil Diklat dan

Evaluasi dan Pelaporan Kinerja Pusdiklat Pajak. Data hasil nilai komprehensif memuat tujuh variabel

meliputi nama peserta, nomor induk pegawai, asal unit (kantor), kelas, angkatan, nilai, dan tahun

pelatihan. Dari data yang tersedia, dapat juga diambil variabel (informasi) tambahan mengenai usia dan

tahun masuk bekerja masing-masing peserta yang secara implisit tercantum pada nomor induk pegawai.

Tabel 1 Ringkasan komparasi data jumlah angkatan, peserta, dan peserta tidak hadir Pelatihan AR

Dasar tahun 2015, 2016, dan 2018

Tahun Jumlah

Angkatan Jumlah Peserta

Jumlah Tidak Hadir/Ujian

Data dalam analisis

2015 6 602 32 Semua 2016 2 230 3 Semua 2017 Dikecualikan karena mekanisme penyelenggaraan full e-learning 2018 10 540 5 Sampai angkatan ke delapan

Sumber: Bidang Evaluasi dan Pelaporan Kinerja Pusdiklat Pajak

Tabel 2 Statistik deskriptif hasil ujian komprehensif Pelatihan AR Dasar tahun 2015, 2016, dan 2018.

Statistik Deskriptif 2015 2016 2018

N 570 227 535

Mean 71,73 73,89 81,05

Median 73 75 82

Mode 76 70 76

Std. Deviation 9,79 8,67 8,97

Variance 95,86 75,25 80,52

Skewness -0.42 -1.55 -1,54

Kurtosis -0.10 4,58 8,08

Minimum 37 30 17

Maximum 96 94 97

Range 59 64 80

Sum 40886,35 16774,00 43364,19

Page 14: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

12

4.2. Metodologi

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif atas studi kasus mengenai hasil nilai ujian komprehensif

Pelatihan AR Dasar. Kajian ini berfokus untuk mengidentifikasi tingkat pemahaman peserta dan

kewajarannya untuk periode 2015, 2016, dan 2018 serta menjadikan tahun 2018 sebagai baseline-nya.

Selanjutnya, penelitian ini akan melihat pola perkembangan tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR

Dasar dalam periode berikutnya sehingga terlihat indikasi kebijakan yang mempengaruhi perkembangan

tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar.

Melalui tingkat pemahaman yang baik, tingkat kepercayaan diri peserta dapat meningkat karena adanya

peningkatan kompetensi. Dengan demikian, perilaku peserta akan lebih produktif ketika kembali ke

lingkungan kerjanya. Kemudian, dari pemilihan metode dan penetapan baseline tersebut, penelitian akan

dilanjutkan secara berkesinambungan untuk memantau dampak secara berkala pengaruh kebijakan

Pelatihan AR Dasar terhadap perkembangan tingkat pemahaman peserta. Hasilnya akan menjadi

informasi yang sangat penting untuk menyusun kebijakan penyempurnaan kurikulum pelatihan yang

lebih sesuai.

4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif dapat memperlihatkan struktur data nilai hasil ujian komprehensif sehingga

dapat dilakukan perbandingan struktur data ketiga periode pelaksanaan Pelatihan AR Dasar. Analisis ini

diharapkan dapat memperlihatkan perkembangan tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar dari

segi struktur data. Adapun fokus pembahasan atas hasil statistik deskriptif meliputi mean, median, nilai

minimum dan maksimum, serta varian.

4.2.2. Analisis Histogram dan Tes Normality

Analisis histogram digunakan untuk melihat pola distribusi hasil nilai ujian komprehensif Pelatihan AR

Dasar. Pola distribusi data dapat menggambarkan kecenderungan pengumpulan dan pergerakan data

nilai ujian komprehensif. Selain itu, identifikasi pola distribusi akan membantu untuk menganalisa

kewajaran tingkat pemahaman peserta pelatihan. Penentuan distribusi statistik alamiah dari data hasil

nilai ujian komprehensif dapat dijadikan acuan untuk melihat apabila data tersebut menyimpang dari

distribusi alamiah dan dapat dilakukan analisa lebih lanjut atas penyebab penyimpangan dimaksud.

Distribusi statistik yang paling terkenal adalah normal distribusi (Rumsey, 2016). Selain itu, beberapa

contoh hasil nilai tes memiliki kecenderungan berbentuk seperti lonceng yang mendekati distribusi

normal (Ott & Longnecker, 2010). Oleh karena itu, penelitian ini akan mengasumsikan pola distribusi

alamiah dari nilai ujian komprehensif adalah normal distribusi dengan pengujian normality test.

4.2.3. Analisis Diagram Box Plot

Diagram box plot akan digunakan sebagai salah satu alat untuk melihat perkembangan tingkat

pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar. Selain, melalui diagram box plot akan terlihat nilai hasil ujian

yang menyimpang terlalu jauh dari data lainya dalam kelompok nilai peserta Pelatihan AR Dasar yang

disebut sebagai outlier. Penelitian ini menggunakan nilai yang melebihi Q3 + (1.5 x IQR) sebagai outliers

Page 15: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

13

atas dan nilai yang kurang dari Q1 – (1.5 x IQR) sebagai outliers bawah (Ott & Longnecker, 2010). Akan

tetapi dalam analisis lebih lanjut tidak semua outliers yang ditemukan dalam diagram box plot akan

dikategorikan sebagai nilai yang tidak wajar. Kewajaran nilai komprehensif akan juga ditentukan melalui

analisis tabel histogram dari nilai ujian komprehensif Pelatihan AR Dasar.

4.2.4. Uji Analysis of Varian (ANOVA)

Uji Analysis of Varian (ANOVA) akan dilakukan untuk melihat perbedaan nyata rata-rata dari tiga sampel

Pelatihan AR Dasar. Perbedaan rata-rata yang nyata dari ketiga sampel tersebut dapat dikaitkan dengan

“kondisi” yang berbeda pada setiap tahun pelaksanaan pelatihan AR. Penelitian ini akan berusaha

menjelaskan kondisi tersebut dengan pendekatan perubahan kebijakan pelatihan setiap tahun.

Ho= tidak ada perbedaan nyata rata-rata diantara nilai ujian komprehensif tahun 2015, 2016, dan 2018

H1= terdapat perbedaan nyata rata-rata diantara nilai ujian komprehensif tahun 2015, 2016, dan 2018

4.2.5. Kerangka Analisis

Gambar 1 Kerangka Penelitian

4.3. Hipotesis

Kebijakan pelatihan yang telah diterapkan di Pusdiklat Pajak bertujuan untuk meningkatkan kualitas

pelatihan. Studi kasus atas Pelatihan AR Dasar akan berusaha menunjukkan indikasi pengaruh kebijakan

dimaksud terhadap peningkatan kualitas pemahaman peserta yang tercermin pada nilai ujian

komprehensif melalui analisis statistik. Berdasarkan kebijakan yang telah diidentifikasi sebelumnya pada

subbagian (3.3), dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

2015 2016 2018

1. Perumusan tujuan pelatihan menjadi output yang lebih spesifik memiliki pengaruh

terhadap tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar

2. Perubahan kurikulum yang lebih praktikal memiliki pengaruh terhadap tingkat

pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar

3a. Standardisasi kemampuan mengajar

melalui persyaratan kemampuan

mengajar memiliki pengaruh terhadap

3b. Standardisasi kemampuan mengajar

melalui persyaratan kemampuan mengajar

pengajar dan sertifikat mengajar memiliki

Page 16: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

14

2015 2016 2018

tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR

Dasar

pengaruh terhadap tingkat pemahaman

peserta Pelatihan AR Dasar

4a. Penggabungan komposisi pengajar

dari akademisi (Widyaiswara) dan praktisi

(ASN DJP) memiliki pengaruh terhadap

tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR

Dasar

4b. Penggabungan komposisi pengajar dari

akademisi (Widyaiswara) dan praktisi

(ASN/CTA DJP) memiliki pengaruh terhadap

tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR

Dasar

5. Bentuk ujian studi kasus yang holistic menggabungkan keseluruhan mata pelatihan

memiliki pengaruh terhadap tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar

6. Penentuan batas nilai kelulusan ujian komprehensif memiliki pengaruh terhadap tingkat

pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar

7. Mekanisme pre-test dan post-test memiliki

pengaruh terhadap tingkat pemahaman

peserta Pelatihan AR Dasar

8. Penggunaan mekanisme blended learning

melalui video memiliki pengaruh terhadap

tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR

Dasar

9. Penggunaan prinsip elemen permainan

dalam pelatihan memiliki pengaruh terhadap

tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR

Dasar

Page 17: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

15

5. HASIL ANALISIS

5.1. Analisis Statistik Deskriptif

Dari tabel 2, nampak bahwa terjadi peningkatan rata-rata nilai hasil ujian Pelatihan AR Dasar dari tahun

2015, 2016, dan 2018 sebesar 71.73, 73.89 81.05 sedangkan jarak median ke mean -1.27, 1.11, dan 0.95

dengan median selalu lebih besar dari pada mean. Semakin kecil jarak median ke mean memberikan

indikasi pola pengumpulan tingkat pemahaman peserta pada level yang hampir sama. Namun demikian,

walaupun terjadi kenaikan pada rata-rata tapi terdapat penurunan dari nilai minimum. Jika pada tahun

2015 nilai paling rendahnya 37, maka pada tahun 2016 turun menjadi 30, dan makin menurun lagi pada

tahun 2018 yaitu terdapat nilai ujian sebesar 17. Demikian juga terjadi penurunan pada nilai yang paling

tinggi. Jika pada tahun 2015 nilai paling tinggi 96 maka pada tahun 2016 nilai paling tinggi turun menjadi

94, namun kembali naik pada tahun 2018 menjadi 97.

Kondisi pada tahun 2018 merupakan terbaik dari sisi nilai rata-rata yaitu sebesar 81.05 namun pada satu

sisi kondisi yang paling tidak baik dari sisi nilai yang paling rendah yaitu 17. Hal ini menjadikan jarak antara

nilai paling rendah dengan nilai paling tinggi sangat lebar yaitu sebesar 80, paling lebar diantara dua tahun

lainnya yaitu tahun 2016 sebesar 64 dan bahkan pada tahun 2015 hanya sebesar 59.

5.2. Analisis Distribusi Statistik dan Normality Test

Pada tahun 2015 terlihat kondisi komposisi nilai dalam gambar histogram memberikan pola distribusi yang

melenceng ke kanan yang artinya data terdistribusi cenderung normal namun masih belum optimal.

Artinya sebagian besar nilai pada komposisi di bawah rata-rata masih cukup banyak. Berbeda dengan di

tahun 2016 dengan nilai dibawah rata-rata sudah menurun dan lebih menurun lagi pada tahun 2018.

Namun ada hal yang cukup ekstrim, yaitu pada tahun 2016 terdapat satu nilai yang di luar garis normal

yaitu satu orang peserta bernilai 30, sementara pada tahun 2018 juga terdapat dua orang peserta dengan

nilai di luar grafik histogram yaitu bernilai 17 dan 20.

Page 18: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

16

Gambar 2 Histogram Hasil Ujian Komprehensif Pelatihan AR Dasar

Garis distribusi normal yang terlihat pada histogram diatas dibuat dengan berdasarkan asumsi bahwa

hasil ujian komprehensif Pelatihan AR Dasar terdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji normalitas

menggunakan uji Shapiro-Wilk Normality Test. Hasil tes menunjukkan nilai p-value dari ketiga sampel hasil

ujian komprehensif Pelatihan AR Dasar lebih kecil dari significant value 0.05 (H1 diterima), sehingga data

hasil ujian komprehensif peserta Pelatihan AR Dasar tidak terdistribusi normal.

Tabel 3 Hasil uji Shapiro-Wilk Test untuk hasil ujian komprehensif Pelatihan AR Dasar tahun 2015, 2016,

dan 2018

Uji Shapiro-Wilk Normality Test 2015 2016 2018

w 0.98 0.88 0.92

p-value 0.0000 0.0000 0.0000

5.3. Analisis Diagram Box Plot

Berdasarkan hasil diagram 1 box plot, terlihat tidak terlalu ada perbedaan nilai tengah dari nilai evaluasi

Pelatihan AR Dasar tahun 2015, 2016, dan 2018. Outliers nilai bawah banyak ditemukan pada tahun 2016

2015 2016

2018

Page 19: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

17

sedangkan pada tahun 2018, batas atas range box plot mendekati nilai outliers pada tahun sebelumnya

(2016).

Diagram 1 Box Plot hasil ujian komprehensif Pelatihan AR Dasar tahun 2015, 2016, dan 2018

Pada periode 2015 dan 2016 variasi nilai pada distribusi pengumpulan nilai ujian komprehensif cenderung

menurun terlihat dari lebar jarak batas bawah dan atas yang mengecil di tahun 2016. Untuk tahun 2018,

meskipun box terlihat sedikit melebar namun tidak terlampau signifikan, bahkan nilai batas atas dan

bawah dari box cenderung naik dari periode sebelumnya. Di sisi lain, median dari nilai ujian komprehensif

pelatihan AR pada tahun 2015, 2016, dan 2018 cenderung naik dan mendekati nilai rata-ratanya.

5.4. Analisis kondisi kebijakan Pelatihan AR Dasar periode 2015, 2016, dan 2018.

Analisis ANOVA dilakukan untuk melihat perbedaan mean dari ketiga data berdasarkan waktu

pelaksanaan pelatihan tersebut. Berdasarkan hasil analisis dengan (p-value=0.000)1 dapat dinyatakan

bahwa Ho ANOVA ditolak dan H1 ANOVA diterima dimana terdapat perbedaan mean yang nyata dari

ketiga data sesuai tabel 4.

Tabel 4 Hasil ANOVA

Nilai Ujian Komprehensif

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 25033.380 2 12516.690 145.223 .0001

Within Groups 114545.401 1329 86.189

Total 139578.781 1331

Page 20: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

18

Post-hoc tes dilanjutkan atas hasil analisis ANOVA untuk menentukan data yang berbeda dari ketiga data

tersebut. Post-hoc test menggunakan uji Games-Howell karena asumsi varian yang homogen tidak

terpenuhi dalam analisis ANOVA dengan hasil levene test, didapatkan p-value=0.000. Oleh karena itu, Ho

levene test ditolak dan H1 levene test diterima yang menyatakan terdapat perbedaan varian yang nyata

diantara ketiga data time series tahun 2015, 2016, dan 2018.

Tabel 5 Hasil Uji Games-Howell: Multiple Comparisons

Dependent Variable: Nilai Ujian Komprehensif (I)

Tahun (J) Tahun

Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

Games-Howell

2015 2016 -2.16* .71 .007 -3.83 -.50

2018 -9.32* .56 .000 -10.65 -8.00

2016 2015 2.16* .71 .007 .50 3.83

2018 -7.16* .69 .000 -8.79 -5.53

2018 2015 9.32* .56 .000 8.00 10.65

2016 7.16* .69 .000 5.53 8.79

*. Perbedaan rata-rata signifikan atau terbukti nyata pada nilai kurang dari 0.05.

Dari hasil uji Games-Howell dengan p-value < 0.05 (pada kolom Sig, tabel 5) didapatkan bahwa H1 diterima

sehingga keseluruhan kelompok data tersebut berbeda nyata rata-rata nilai Pelatihan AR Dasar satu sama

lain. Hal ini menunjukkan adanya indikasi kondisi yang berubah yang menyebabkan perbedaan nyata

tersebut. Salah satu penyebab perbedaan ini dapat disebabkan oleh perubahan kebijakan Pelatihan AR

Dasar khususnya dalam bidang kurikulum dari tahun ke tahun. Perubahan kebijakan pelatihan ini juga

kemungkinan menyebabkan kenaikan nilai ujian komprehensif peserta Pelatihan AR Dasar.

5.5. Analisis kewajaran hasil ujian komprehensif.

Berdasarkan hasil diagram box plot ditemukan 17 outlier bawah yang merupakan fokus dari penelitian ini

sebagai kategori temuan menarik perlu menjadi perhatian khusus. Tabel 6 menunjukan detail outliers

yang dihasilkan dari analisa box plot.

Tabel 6 Daftar Outliers berdasarkan Diagram Box Plot

No Nilai L/P Usia Masa Kerja

Akt Keterangan

2015

1 37 P 31 12 VI AR di Wilayah Riau dan Kepulauan Riau 2 40 P 29 9 V Bukan AR dan telah berpindah dari kantor sebelumnya ke

Wilayah Sulawesi Selatan 3 41 P 39 18 V Bukan AR dan tetap di kantor sebelumnya 4 43 L 32 12 V Bukan AR dan tetap di kantor sebelumnya

2016

1 30 P 37 11 I Bukan AR dan tetap di kantor sebelumnya 2 40 P 32 13 I AR dan sudah berpindah dari kantor sebelumnya, namun

masih di wilayah yang sama 3 45 L 32 13 I Bukan AR dan tetap di kantor sebelumnya 4 45 L 32 13 I Bukan AR dan tetap di kantor sebelumnya

Page 21: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

19

No Nilai L/P Usia Masa Kerja

Akt Keterangan

5 50 P 33 13 II AR dan sudah berpindah dari kantor sebelumnya, namun masih di wilayah yang sama

6 49 L 33 12 II Bukan AR (di bidang teknologi informasi) dan tetap di kantor sebelumnya

7 53 L 38 17 II Bukan AR dan sudah berpindah di dari kantor sebelumnya namun masih di Wilayah yang sama Sumatra Utara

8 55 L 30 9 II AR dan sudah berpindah dari kantor sebelumnya, namun masih di wilayah yang sama

9 55 P 40 20 II Bukan AR dan sudah berpindah di dari kantor sebelumnya namun masih di Wilayah yang sama

2018

1 17 P 27 4 VII Bukan AR dan tetap di kantor sebelumnya 2 20 P 47 20 IV Bukan AR (di bidang teknologi informasi) dan tetap di

kantor sebelumnya 3 45 P 46 24 III Bukan AR dan tetap di kantor sebelumnya 4 50 P 31 12 III Bukan AR dan tetap di kantor sebelumnya

Meskipun ditemukan 17 outliers dari diagram box plot data nilai ujian komprehensif Pelatihan AR Dasar,

penelitian ini masih melakukan “filter” berdasarkan nilai yang terletak jauh dari kurva normal pada tabel

histogram untuk menentukan nilai yang diluar kewajaran. Dari data sampel hasil ujian komprehensif

pelatihan AR tahun 2015, 2016, dan 2018 diperoleh tiga nilai yang ”tidak wajar” yaitu peserta dengan nilai

30 di tahun 2016 dan nilai 17 dan 20 di tahun 2018.

Page 22: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

20

6. DISKUSI, KESIMPULAN, REKOMENDASI, PENELITIAN LEBIH LANJUT, DAN

KETERBATASAN

6.1. Diskusi

Dalam penelitian ini tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar diukur mengggunakan nilai ujian

komprehensif. Secara umum, nilai ujian dapat mencerminkan kemampuan teknis dari peserta ujian karena

mengukur respon peserta secara peserta menggunakan pertanyaan (Widoyoko, 2009). Akan tetapi,

terdapat potensi beberapa peserta pelatihan tidak dapat mengeluarkan kemampuannya pada saat ujian

karena faktor non-teknis seperti kondisi yang tidak fit atau manajemen emosi yang buruk (nervous atau

tidak fokus). Selain itu, ada potensi peserta tidak memiliki motivasi untuk mengikuti Pelatihan AR Dasar

sehingga secara sengaja tidak mengerjakan ujian secara serius. Oleh karena itu, tingkat kelulusan

Pelatihan AR Dasar tidak hanya menggunakan nilai hasil ujian komprehensif, namun juga menggunakan

nilai lain seperti nilai tugas dan nilai aktivitas di kelas.

Asumsi distribusi normal dalam penentuan kewajaran tingkat pemahaman peserta pelatihan perlu dikaji

ulang, meskipun beberapa hasil nilai dari tes memiliki kecenderungan berbentuk lonceng atau distribusi

normal (Ott & Longnecker, 2010). Hal ini dikarenakan normality test menunjukkan bahwa nilai ujian

komprehensif tidak terdistribusi normal. Dalam kondisi ideal suatu ujian komprehensif, tingkat

keruncingan (kurtosis) dari kurva distribusi diharapkan cenderung meruncing yang menjelaskan sebagian

besar (hampir 75% peserta) mendapatkan nilai yang hampir mirip atau selisih nilai peserta tidak terlampau

jauh. Di sisi lain, tidak ada peserta yang memiliki nilai jauh dibawah rata-rata, namun terdapat peserta

yang akan memiliki nilai jauh diatas rata-rata sehingga kecondongan data dalam distribusi akan mengarah

ke kanan atau positif. Berdasarkan hal tersebut, setidaknya terdapat tiga distribusi yang mendekati pola

tersebut yaitu chi, chi-square, dan dagum distribution.

Model dan konten pelatihan serta keterbukaan pengajar telah terbukti mempengaruhi efektivitas

pelatihan (Punia dan Kant (2013). Selain itu, desain pelatihan, mekanisme pengelolaan pelatihan,

lingkungan pelatihan (fasilitas), dan peran pengajar dapat mempengaruhi efektivitas penyampaian

pengetahuan (Sayadi, Rajaeepour, Abedini, & Gholami, 2017). Dengan adanya bukti-bukti tersebut,

penelitian ini mungkin dapat diarahkan untuk tidak hanya mengukur indikasi pengaruh kebijakan yang

telah dibuat oleh Pusdiklat Pajak yang meliputi konten pelatihan (kurikulum), pengajar, model evaluasi

dan pelatihan, dan metode pembelajaran, tetapi menguji lebih rinci menguji pengaruh kebijakan tersebut

terhadap efektifitas pelatihan. Namun demikian, kajian ini bukan tanpa manfaat yang nyata. Hasil dari

penelitian ini dapat digunakan sebagai early warning system atas potensi masalah sistemik yang ada baik

di lingkungan Pusdiklat Pajak atau DJP sehingga dapat dirumuskan tindakan preventif untuk

menanggulangi masalah tersebut.

Penelitian ini merupakan pre-eliminary untuk dapat dijadikan dasar (baseline) evaluasi selanjutnya

mengingat pengukuran tingkat pemahaman peserta dapat memicu perilaku yang produktif dikarenakan

Page 23: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

21

peserta telah memiliki bekal kompetensi untuk membantu pelaksanaan tugasnya ketika kembali ke

kantor. Hal ini juga sejalan dengan fungsi kajian ini sebagai early warning system, dimana ketika peserta

tidak dapat menyadari potensi masalah pada bidang kerjanya, perlu menjadi indikasi dan analisis lebih

lanjut penyebab peserta tidak menunjukkan perilaku yang diharapkan setelah mengikuti pelatihan.

Berdasarkan Kirkpatrick’s Evaluation Model, analisis dimaksud dapat dikategorikan sebagai evaluasi level

tiga yaitu evaluasi perilaku.

Adapun potensi masalah pada bidang kerja peserta dapat diidentifikasi dengan melakukan kajian-kajian

explorasi yang sederhana atas data sekunder yang dimiliki pada kantor peserta. Selanjutnya, berdasarkan

early warning system, hasil evaluasi pelatihan, dan analisis ekplorasi data dapat ditindaklanjuti dengan

evaluasi level empat Kirkpatrick’s Evaluation Model sebagai validasi peningkatan pemahaman selama

mengikuti pelatihan dapat berpengaruh dalam peningkatan kinerja pegawai dalam mendukung

pencapaian target organisasi.

6.2. Kesimpulan

Tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar diukur dari rata-rata nilai ujian komprehensif dan range

dari nilai tertinggi dan terendah. Dari tahun 2015, 2016, dan 2018, tingkat pemahaman peserta pelatihan

AR Dasar cenderung meningkat terlihat dari kenaikan rata-rata nilai yaitu dari 71.23, 73.89, dan 81.05.

Peningkatan pemahaman juga terlihat dari penurunan range batas atas dan bawah dan kenaikan batas

bawah pada box plot dari tahun 2015, 2016, dan 2018. Namun, kesenjangan pengetahuan diantara peserta

pelatihan Pelatihan AR Dasar masih cukup tinggi yang terlihat dari range antara nilai tertinggi dan

terendah yang semakin meningkat yaitu 59, 64, dan 80 pada tahun 2015, 2016, dan 2018. Selain itu, varian

data juga masih cukup tinggi, meskipun terjadi penurunan pada periode 2015 ke 2016 yaitu dari 95.86

menjadi 75.25, pada tahun 2018 varian meningkat menjadi 80,52. Peningkatan yang ditunjukkan dalam

kenaikan rata-rata nilai, penurunan range batas atas dan bawah menunjukkan indikasi pengaruh kebijakan

dalam pelatihan sedangkan kesenjangan pengetahuan diantara peserta yang ditunjukkan melalui range

nilai terendah dan tertinggi, dan varian yang cenderung masih fluktuatif menunjukkan indikasi motivasi

peserta yang kurang dalam mengikuti pelatihan dengan indikasi kesengajaan untuk mendapatkan nilai

yang buruk.

Analisis histogram menunjukkan adanya pengaruh kebijakan Pelatihan AR Dasar terhadap peningkatan

tingkat pemahaman peserta. Meskipun skewness cenderung makin ke kiri yang diakibatkan beberapa

outliers, namun apabila outliers diabaikan, pergerakan nilai batas bawah cenderung meningkat ke arah

kanan. Selain itu kurtosis dari tahun 2015, 2016, dan 2018, cenderung meninggi dan bergerak kearah kanan

yang menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pemahaman peserta meningkat pada level yang hampir

sama atau menurunnya selisih tingkat pemahaman sebagian besar peserta yang disertai peningkatan

pemahaman.

Page 24: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

22

Pembuktian peningkatan tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar yang disebabkan oleh arah

kebijakan Pelatihan AR Dasar juga diperoleh dari analisis ANOVA. Dari hasil tes, terdapat perbedaan rata-

rata nilai yang nyata dari tahun 2015, 2016, dan 2018. Perbedaan nyata tersebut menuju arah yang positif

yang terlihat pada tren deskriptif statistik, analisis histogram, dan diagram box plot.

Meskipun terlihat kenaikan tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar, namun terdapat tiga nilai

tidak wajar. Hal ini mungkin terjadi akibat jumlah peserta belajar yang besar menyebabkan kesenjangan

kemampuan pemahaman di dalam kelas tidak jarang cukup lebar. Kondisi tersebut menyebabkan para WI

sulit untuk memperbanyak kasus-kasus. Penyampaian teori dan dasar pemikirannya tidak selesai

dikarenakan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengurangi gap kemampuan diantar peserta

sehingga kasus tidak dapat didiskusikan dan dilatihkan.

Selain itu terdapat indikasi kurangnya motivasi peserta dalam mengikuti pelatihan. Indikasi adanya

motivasi peserta yang kurang dalam mengikuti pelatihan mungkin disebabkan oleh motivasi peserta

untuk menghindari pola mutasi nasional dalam jabatan AR. Peserta yang mendapatkan nilai buruk telah

nyaman dalam kantor penempatannya sehingga apabila peserta tidak lulus dalam Pelatihan AR Dasar

kemungkinan peserta diangkat menjadi AR akan mengecil dan kemungkinan untuk dipindahkan juga

semakin kecil. Di samping itu, terdapat kemungkinan peserta yang dikirimkan pelatihan tidak memiliki

minat untuk menjadi AR sehingga dalam mengikuti pelatihan peserta tidak menunjukkan kompetensi

sebenarnya. Hal ini juga terlihat dari peserta yang berasal dari bidang teknologi informasi masih berada

di bidang dan kantor yang sama. Selain itu, dari 17 outlier yang ditemukan dari analisa diagram box plot

hanya 4 orang yang diangkat menjadi pejabat AR.

Indikasi penghindaran calon AR untuk berprestasi dalam Pelatihan AR Dasar juga dimungkinkan berasal

dari beredarnya informasi ketidakpuasan dalam jabatan AR terkait dalam pencapaian tarket kinerja. AR

yang rajin dan berprestasi cenderung mendapatkan beban pekerjaan yang besar dan berat oleh Kepala

Kantor yang bersangkutan dibandingkan dengan AR yang biasa saja kemampuan dan prestasinya. Hal ini

dikarenakan apabila pekerjaan dibagi sama rata antara kedua kategori AR tersebut maka akan

berpengaruh terhadap kinerja dan prestasi Kepala Kantor. Pada akhir periode, seringkali AR yang rajin

dan berprestasi tidak dapat mencapai target sehingga mempengaruhi besaran penghasilan sedangkan

AR yang biasa saja kemampuan dan prestasinya mencapai target kinerjanya karena beban yang rendah

dan penghasilannya cenderung akan naik. Selain itu, pola pemindahan AR berprestasi ke Kantor Wilayah

atau Kantor Pajak Besar (LTO) menyebabkan pegawai sengaja memperburuk kinerjanya untuk

menghindari mutasi sehingga juga menurunkan minat pegawai lain untuk menjadi AR.

Berdasarkan hasil rekapitulasi kebijakan Pelatihan AR Dasar, dapat disusun arah kerangka kebijakan

Pelatihan AR Dasar yang mungkin berpengaruh nyata terhadap perkembangan tingkat pemahaman

peserta Pelatihan AR Dasar sesuai dengan indikasi dari analisis kuantitatif (Gambar 5).

Page 25: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

23

Gambar 3 Indikasi Pengaruh Kebijakan Pelatihan AR Dasar terhadap Tingkat Pemahaman Peserta

Berdasarkan hasil analisis statistik dapat diambil kesimpulan bahwa kebijakan Pelatihan AR Dasar yang

telah diterapkan oleh Pusdiklat Pajak memiliki indikasi pengaruh meningkatkan tingkat pemahaman

peserta. Akan tetapi, untuk mengidentifikasi spesifik poin kebijakan mana yang berpengaruh pada salah

satu ukuran perkembangan tingkat pemahaman peserta belum dapat ditunjukkan dalam penelitian ini.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan mendetail untuk mengukur pengaruh spesifik masing-masing

kebijakan terhadap ukuran pemahaman peserta, misalnya peningkatan rata-rata nilai peserta karena

dipengaruhi perubahan kebijakan pada komposisi pengajar. Namun demikian sekiranya dapat

dirumuskan indikasi pengaruh kebijakan sebagai berikut:

1. Tujuan Pelatihan

Pernyataan output yang konkret pada pelatihan dapat memicu penyelenggara terutama pengajar

untuk mendorong peserta mencapai output nilai yang ditetapkan yang telah didasarkan pada kamus

kompetensi. Dimana terlihat batas bawah nilai yang mengecil dari tahun 2015 ke 2016 meskipun masih

terdapat cukup banyak outlier nilai bawah.

2. Kurikulum

Perubahan pada kurikulum diarahkan untuk menyajikan pengetahuan yang lebih sesuai dengan

kenyataan di lapangan dan memperluas ruang dan waktu diklat yang diarahkan untuk mengakomodasi

pengetahuan prioritas. Hal ini juga mendorong peningkatan pengumpulan pola nilai peserta Pelatihan

AR Dasar pada tahun 2016 serta penurunan varian nilai ujian komprehensif.

3. Syarat Pengajar

Pengetahuan yang telah disiapkan perlu disampaikan dengan cara komunikasi yang baik dan pengajar

yang kompeten sehingga mudah diserap oleh peserta. Hal ini mendorong peningkatan nilai rata-rata,

kenaikan batas bawah nilai pada pola pengumpulan diagram box plot, dan pergeseran ke kanan pola

pengumpulan nilai pada kurva normal pada tahun 2015, 2016 dan 2018.

Page 26: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

24

4. Komposisi Pengajar

Kombinasi pengajar WI dan ASN/CTA DJP dapat meningkatkan keseimbangan pemahaman peserta

dari sisi praktikal dan akademis. Hal ini mendorong peningkatan nilai rata-rata, kenaikan batas bawah

nilai pada pola pengumpulan diagram box plot, dan pergeseran ke kanan pola pengumpulan nilai pada

kurva normal pada tahun 2015, 2016 dan 2018.

5. Bentuk Ujian

Ujian komprehensif secara holistic (gabungan seluruh mata pelatihan) dapat mendorong peserta

untuk melihat permasalahan dengan mempertimbangkan semua kemungkinan pengetahuan yang

dapat dipergunakan. Hal ini mendorong peningkatan nilai rata-rata dan kenaikan pola pengumpulan

nilai diagram box plot pada tahun 2016 dan 2018.

6. Batas Nilai Ujian Komprehensif

Adanya batas nilai memicu pengajar untuk mendorong peserta dapat memahami mata pelatihan

dengan baik dan peserta juga terpacu untuk berusaha memahami mata pelatihan sehingga dapat

memenuhi batas nilai kelulusan. Hal ini mendorong peningkatan nilai rata-rata, kenaikan batas bawah

nilai pada pola pengumpulan diagram box plot dan pergeseran ke kanan pola pengumpulan pada kurva

normal untuk tahun 2016 dan 2018.

7. Pre-test dan Post-test, Model Pelatihan, dan Metode pembelajaran

Kebijakan yang terkait Pre-test dan Post-test, model pelatihan, dan metode pembelajaran tahun 2018

bukan termasuk yang diukur dalam makalah ini, karena penerapannya bukan pada angkatan terakhir

yang diukur dengan formula kuantitatif dalam makalah. Namun, baseline dan hasil formula sudah

menunjukkan hasil yang memberikan keyakinan mendukung hipotesis. Oleh karena itu, ketiga

kebijakan tersebut akan menjadi obyek pengukuran dampak kebijakan untuk angkatan tahun 2019.

6.3. Rekomendasi

Sebagai penutup, beberapa hal yang perlu dicermati terkait dengan pelaksanaan Pelatihan AR Dasar,

maka :

1. Atas pegawai yang memiliki nilai ekstrim rendah, bukan berarti pegawai yang bersangkutan memiliki

kompetensi yang tidak cukup. Perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut atas alasan dan penyebab nilai

rendah tersebut semisal melalui wawancara dengan bekerjasama dengan Direktorat Kepatuhan

Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur (KITSDA) sehingga dapat menjadi masukan bagi DJP.

KITSDA adalah organisasi di lingkungan DJP yang memiliki fungsi melaksanakan kebijakan dan

standardisasi di bidang kepatuhan internal dan transformasi sumber daya aparatur (Kemenkeu, 2014).

Strategi pendalaman informasi dari peserta yang tergolong outliers dapat dikategorikan sebagai

langkah dalam early warning system untuk mengantisipasi potensi masalah yang akan muncul.

2. DJP perlu melakukan pembinaan motivasi atas calon peserta Pelatihan AR Dasar sehingga peserta

yang dikirimkan merupakan peserta yang memang memiliki keinginan dan tujuan untuk menjadi AR.

Page 27: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

25

Seleksi dari sisi motivasi peserta perlu dilakukan untuk memastikan pesert a serius dan bersemangat

dalam mengikuti pelatihan.

3. DJP perlu melakukan identifikasi pegawai yang tidak sengaja (tidak memiliki minat) menjadi AR, untuk

dilakukan pembinaan sehinggar mereka menjadi lebih nyaman dengan harapan dapat meningkatkan

prestasi AR bersangkutan.

4. Evaluasi kebijakan Pelatihan AR Dasar terutama terkait model pembelajaran yang dapat mengurangi

range nilai tertinggi dan terendah serta variasi nilai peserta Pelatihan AR Dasar.

5. Formula yang telah dirumuskan dalam pelatihan ini dapat digunakan untuk melakukan penilaian

indikasi pengaruh kebijakan pada tahun-tahun setelahnya dengan tahun 2018 sebagai baseline-nya,

sehingga dapat dirumuskan strategi kebijakan baik di lingkungan Pusdiklat Pajak atau bahkan di DJP

terutama dalam hal penyempurnaan kebijakan penunjukan peserta, dan kebijakan pemberian motivasi

kepada pejabat AR. Selanjutnya, seluruh indikasi yang telah ditemukan di tahun-tahun mendatang

telah dapat diukur menggunakan formula tersebut.

6.4. Penelitian lebih lanjut

Penelitian ini menjelaskan indikasi adanya pengaruh kebijakan pelatihan terhadap tingkat pemahaman

peserta Pelatihan AR Dasar melalui metode kuantitatif. Penelitian ini masih perlu dilanjutkan untuk

membuktikan indikasi yang telah ditemukan dalam penelitian ini. Penjelasan akan semakin komprehensif

apabila indikasi yang telah ditemukan didukung tidak hanya dengan metode kuantitatif, namun juga

dengan metode kualitatif atas data primer untuk mengukur pengaruh kebijakan pelatihan terhadap

tingkat pemahaman peserta pelatihan. Selain itu, penelitian lanjutan perlu dibuat untuk jenis pelatihan

lain sehingga dapat diketahui adakah kemiripan pola tingkat pemahaman peserta yang ada pada

pelatihan lain dengan Pelatihan AR Dasar.

Adanya indikasi terkait ketidakpuasan dalam jabatan AR perlu ditindaklanjuti mengenai penelitian

motivasi dalam jabatan AR. Penelitian motivasi dapat meneliti pengaruh lokasi penempatan terhadap

prestasi AR. Apabila AR ditempatkan sesuai keinginannya, dapat diukur diukur kecenderungan

peningkatan prestasinya. Selain itu, perlu dikaji pengaruh model penghargaan pola mutasi AR yang

memindahkan AR berprestasi ke Kantor Wilayah atau Kantor Pajak Besar (Large Tax Office) terhadap

prestasi AR mengingat mutasi tersebut dapat mengurangi kebahagiaan AR bersangkutan. Adapun tujuan

dari peneltian ini dapat untuk merumuskan kebijakan pola mutasi baru semisal pegawai yang berprestasi

ditempatkan lebih lama di tempat yang bersangkutan atau penempatan pegawai di daerah Jakarta

dengan pola mendekati stasiun kereta.

Penelitian selanjutnya untuk memeriksa adanya korelasi masalah motivasi dengan Tunjangan Kinerja

(tukin). Tukin dapat mendemotivasi pegawai yang baik karena perilaku pimipinan yang kurang tepat.

Kekhawatiran penurunan kinerja kantor mendorong pemberian beban pekerjaan yang berlebihan kepada

pegawai yang berkinerja baik. Beban pekerjaan yang berlebihan tersebut terkadang menyebabkan

Page 28: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

26

pegawai yang berkinerja baik tersebut prestasinya tidak tercapai, sedangkan yang pegawai yang kurang

rajin justru tercapai karena bebannya jauh lebih rendah.

6.5. Keterbatasan

1. Pengukuran tingkat pemahaman yang menggunakan nilai ujian komprehensif mungkin kurang

menggambarkan kompetensi sebenarnya peserta pelatihan mengingat terdapat faktor lain yang

mempengaruhi seperti kondisi tubuh dan motivasi.

2. Penggunaan asumsi hasil nilai evaluasi Pelatihan AR Dasar terdistribusi normal secara alamiah, dapat

mengurangi ketepatan dalam analisis. Ada kemungkinan bahwa distribusi alamiah sebenarnya dari

hasil nilai evaluasi Pelatihan AR Dasar bukan distribusi “normal” seperti distribusi poisson,

hipergeometrik dan lainnya.

3. Penggunaan asumsi bahwa perbedaan nyata rata-rata dari nilai ujian komprehensif Pelatihan AR Dasar

tahun 2015, 2016, dan 2018 sangat mungkin merupakan indikasi oleh perubahan kebijakan pelatihan

mungkin kurang tepat. Ada kemungkinan terdapat variabel lain yang tidak teridentifikasi yang

menyebakan perbedaan nyata rata-rata nilai tersebut.

Page 29: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

27

7. Daftar Pustaka

Adhim, A. T. (2015). Evaluasi Program Pelatihan Instalasi Penerangan

di Balai Latihan Kerja Kabupaten Pati. Universitas Negeri Yogyakarta.

Allen, M. (2002). The Corporate University Handbook: Designing, Managing, and Growing a Successful

Program. American Management Association.

Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan [BPPK]. 2017. Keputusan Kepala Badan Pendidikan dan

Pelatihan Keuangan Nomor KEP-140/PP/2017 tentang Cetak Biru Kementerian Keuangan Corporate

University. Bagian Umum. http://jdih.bppk.kemenkeu.go.id/Ind/search/default_adv.asp

Direktorat Jenderal Pajak [DJP]. (2015). Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor Nomor SE-21/PJ/2016

tentang Pelaksanaan Operasional Tim Pusat Analisis Perpajakan

(Center For Tax Analysis). Direktorat Jenderal Pajak. http://www.ortax.org/ortax.

Hidayat & Nurasyiah. (2017). Pengaruh Diklat (Pendidikan dan Pelatihan) terhadap Prestasi Kerja

Karyawan di Bank BPR Rokan Hulu. Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos 6(1), 71-82.

Kementerian Pendidikan. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. Badan Pengembangan dan

Pembinaan Bahasa. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/wajar.

Kementerian Keuangan [Kemenkeu]. (2014). Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206/PMK.01/2014

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan. www.sjdih.kemenkeu.go.id.

Kementerian Keuangan. (2015). Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.01/2015 tentang Account

Representative pada Kantor Pelayanan. www.sjdih.kemenkeu.go.id.

Li, Y., & Wiriyakitjar, R. (2018). Dominant Factors Influencing Training Effectivenes (Learning and Transfer

Performance) of SMEs in China. Proceeding in UTCC International Journal of Business and

Economics. http://utcc2.utcc.ac.th/utccijbe/

Ott, R. L., & Longnecker, M. (2010). An Introduction to Statistical Methods and Data Analysis.

BROOKS/COLE CENGAGE Learning.

Punia, B. K., & Kant, S. (2013). A Review of Factors Affecting Training Effectiveness Vis-À-Vis Managerial

Implications and Future Research Directions. International Journal of Advanced Research in

Management and Social Sciences, 2(1), 151-164.

Pusdiklat Pajak. (2015a). Laporan Penyelenggaraan DTSS Account Representative Dasar Angkatan I.

Subbagian Evaluasi Diklat.

Pusdiklat Pajak. (2015b). Laporan Penyelenggaraan DTSS Account Representative Dasar Angkatan II.

Subbagian Evaluasi Diklat.

Pusdiklat Pajak. (2015c). Laporan Penyelenggaraan DTSS Account Representative Dasar Angkatan III.

Subbagian Evaluasi Diklat.

Pusdiklat Pajak. (2015d). Laporan Penyelenggaraan DTSS Account Representative Dasar Angkatan IV.

Subbagian Evaluasi Diklat.

Page 30: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

28

Pusdiklat Pajak. (2015e). Laporan Penyelenggaraan DTSS Account Representative Dasar Angkatan V.

Subbagian Evaluasi Diklat.

Pusdiklat Pajak. (2015f). Laporan Penyelenggaraan DTSS Account Representative Dasar Angkatan VI.

Subbagian Evaluasi Diklat.

Pusdiklat Pajak. (2016a). Laporan Penyelenggaraan DTSS Account Representative Dasar Angkatan I.

Subbagian Evaluasi Diklat.

Pusdiklat Pajak. (2016b). Laporan Penyelenggaraan DTSS Account Representative Dasar Angkatan II.

Subbagian Evaluasi Diklat.

Pusdiklat Pajak. (2016c). Laporan Pengembangan Kurikulum DTSS Account Representative Dasar Revisi

IV. Subbagian Kurikulum.

Pusdiklat Pajak. (2018). Laporan Penyelenggaraan DTSS Account Representative Dasar Angkatan I.

Subbagian Evaluasi Diklat.

Rumsey, J. (2016). Statistics for Dummies 2nd edition. Wiley Publishing Inc.

Ratnawulan, E. & Rusdiana, H. A. (2014). Evaluasi Pembelajaran. Pustaka Setia, Bandung.

Sayadi, Y., Rajaeepour, S., Abedini, Y., & Gholami, K. (2017). An Examination of Factors Affecting Transfer

of Training among Human Resources of Iranian Medical Science Universities. Indian Journal of

Science and Technology, 10(18).

Widoyoko, E. P. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Yaqood, E. S. I., Noor, W. S. W. M., & Isa, M. F. M. (2017). Factors Influencing Training Effectiveness:

Evidence from Public Sector in Bahrain. Acta Universitatis Danubius, 13(2), 31-44.

Page 31: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

LAMPIRAN

NO VARIABEL KOMPARASI TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2018

3.3.1 TUJUAN PELATIHAN Telah disesuaikan dengan kamus kompetensi AR Telah disesuaikan dengan kamus kompetensi AR

kemudian dikerucutkan menjadi 7 output yang

diharapkan dari peserta pelatihan setelah

mengikuti diklat

Telah disesuaikan dengan kamus kompetensi AR

kemudian dikerucutkan menjadi 7 output yang

diharapkan dari peserta pelatihan setelah

mengikuti diklat

3.3.1 KURIKULUM Mata Diklat Pokok 64 Mata Diklat Pokok 91 Mata Diklat Pokok 91

1. KUP bagi AR Dasar (1) 8 Pengantar Perpajakan AR Dasar (Gabungan mata

pelatihan nomor 1-5)

12 Pengantar Perpajakan AR Dasar 12

2. PPh bagi AR Dasar (2) 9

3. PPN bagi AR Dasar (3) 9

4. PBB P3 dan Bea Meterai (4) 5

5. Analisa Laporan Keuangan (5) 10

6. Pengenalan SOP AR 7 Pengenalan SOP AR 6 Pengenalan SOP AR 6

7. Pengenalan Proses Bisnis WP dan Penggalian

Potensi

15 Perencanaan Kerja AR Pengawasan dan Penggalian

Potensi (1)

10 Perencanaan Kerja AR Pengawasan dan Penggalian

Potensi

10

Deteksi Objek Pajak (2) 10 Deteksi Objek Pajak 10

Teknik dan Metode Analisis Penghasilan dan Biaya

(3)

12 Teknik dan Metode Analisis Penghasilan dan Biaya 12

Kertas Kerja AR (4) 8 Kertas Kerja AR 8

Visit dan Kegiatan Pasca Visit (5) 8 Visit dan Kegiatan Pasca Visit 8

Praktik Pengawasan dan Penggalian Potensi (6) 15 Praktik Pengawasan dan Penggalian Potensi 15

SP2DK dan Konseling (7) 10 SP2DK dan Konseling 10

Mata Diklat Penunjang 16 Mata Diklat Penunjang 9 Mata Diklat Penunjang 9

Interpersonal dan Intrapersonal Skills 7Pembentukan Karakter 9 Pembentukan Karakter 9 Pembentukan Karakter 9

Ceramah Ceramah Ceramah

Current Issue DJP 2

Kebijakan Direktorat PKP 2 Kebijakan Direktorat PKP 2 Kebijakan Direktorat PKP 2

Motivasi bagi AR 2 Motivasi bagi AR 2 Motivasi bagi AR 2

101 113 113

TABEL KOMPARASI KEBIJAKAN DIKLAT ACCOUNT REPRESENTATIVE (AR) DASAR TAHUN 2015 - 2018

29

Page 32: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

NO VARIABEL KOMPARASI TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2018

3.3.2 SYARAT PENGAJAR Menguasai materi yang akan diajarkan /keahlian

tertentu khususnya dalam mata pelajaran yang

diajarkan

Menguasai materi yang akan diajarkan /keahlian

tertentu khususnya dalam mata pelajaran yang

diberikan diutamakan yang mengetahui atau

pernah melakukan proses bisnis pekerjaan AR

Menguasai materi/keahlian tertentu khususnya

terkait tugas, fungsi, dan proses bisnis pekerjaan

Account Representative

Pengajar yang berasal dari AR telah memiliki

pengalaman yang cukup sebagai AR yang meliputi :

memberikan materi sosialisasi atau IHT di wilayah

kerjanya, banyak menghasilkan penerimaan

melalui kegiatan extra effort dan menjadi rujukan

bertanya rekan-rekan AR di lingkungan kerjanya;

Diutamakan berasal dari latar belakang Account

Representative , telah memiliki pengalaman yang

cukup sebagai AR antara lain memberikan materi

sosialisasi atau In House Training (IHT) di wilayah

kerjanya, banyak menghasilkan penerimaan

melalui kegiatan extra effort dan menjadi rujukan

bertanya rekan-rekan AR di lingkungan kerjanya;

Mempunyai kemampuan dalam mentransfer

pengetahuan dan keterampilan kepada peserta

atau telah mengikuti Training of Trainers

Telah mengikuti Training of Trainer

(ToT)/Sertifikat TOT Pengajar DTSS Account

Representative Dasar dan/atau Lokakarya

Penyamaan Materi untuk standardidasi materi

diklat.

3.3.2 KOMPOSISI PENGAJAR hanya 1 orang pengajar per mata pelajaran (WI

atau DJP)

Team Teaching (1 orang WI dan 1 orang pegawai

DJP) Dalam rangka memperoleh data yang lebih

akurat dan hasil kajian maka sejak tahun 2016

maka dipersyaratkan keterlibatan ASN DJP oleh

karen itu metode pengajaran diterapkan dengan

metode team teaching sebagaimana diatas.

Pengajar satu orang Widyaiswara per Mata

Pelajaran, dan dapat dibantu oleh asisten pengajar

yang berasal dari  Direktorat Jenderal Pajak,

khususnya dari Direktorat PKP/CTA untuk lokasi

Pusdiklat dan AR

Senior/Berpengalaman/Berkinerja Terbaik untuk

lokasi di daerah/Balai Diklat yang memiliki tugas

membantu pengajar untuk pendampingan dalam

diskusi/praktik kelompok dalam melaksanakan

proses pembelajaran.

3.3.3 BENTUK UJIAN Komprehensif/ Tertulis Komprehensif/ Tertulis Komprehensif/ Tertulis

Studi Kasus per Materi Studi Kasus Komprehensif Studi Kasus Komprehensif

3.3.3 BATAS NILAI LULUS Nilai akhir (65) Nilai akhir (65) Nilai ujian komprehensif (60) Nilai akhir (65)

3.3.3 PRE-TEST DAN POST-TEST Tidak ada Tidak ada Menggunakan mekanisme pre-test dan post-test

3.3.4 MODEL PELATIHAN tercantum pada kurikulum diklat tercantum pada kurikulum diklat tidak tercantum dalam kurikulum diklat, namun

pengajar mendorong peserta untuk mempelajari

materi dari KLC

peserta mengakses modul (pdf) satu minggu

sebelum diklat

peserta mengakses modul diklat (pdf) satu minggu

sebelum diklat

peserta dapat mempelajari materi berupa video

pembelajaran di www.klc.kemenkeu.go.id

30

Page 33: BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGANuntuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan,

NO VARIABEL KOMPARASI TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2018

3.3.5 METODE PEMBELAJARAN Metode pembelajaran tidak tercancum secara rinci

dalam Kerangka Acuan Pembelajaran (KAP)

Metode pembelajaran tidak tercancum secara rinci

dalam Kerangka Acuan Pembelajaran (KAP)

Metode pembelajaran per hari secara rinci

tercantum dalam Kerangka Acuan Pembelajaran

(KAP), misalnya : Pembagian kelompok untuk

melakukan kompetisi, dengan menggunakan

leaderboard (gamification, Penggunaan game :

filosofi Pop Mie, penggalian potensi pajak dengan

alat bantu surat kabar

31