bac-ppsd-8

79
UNIT 8 PENGUMPULAN DATA DALAM PTK PENDAHULUAN Anda telah menyelesaikan beberapa pembahasan materi berkaitan dengan PTK, mengerjakan latihan dan menyelesaikan tes formatif sebagaimana dibahas pada unit-unit sebelumnya. Dengan memahami materi dan langkah-langkah penyusunan proposal PTK yang dipaparkan pada unit sebelumnya, Anda telah memiliki kerangka acuan dalam pelaksanaan PTK. Pada unit ini Anda diajak untuk mengkaji lebih mendalam salah satu komponen penting di dalam proposal yang Anda susun, yaitu tentang pengumpulan data dalam PTK. Untuk dapat melakukan kegiatan pengumpulan data dengan baik, Anda terlebih dahulu memahami jenis-jenis data, jenis-jenis alat pengumpulan data dan cara pengumpulan data. Sesuai dengan judul unit ini, maka pembahasan yang lebih rinci dijabarkan ke dalam dua subunit yang saling terkait, yaitu jenis-jenis data dalam penelitian, jenis-jenis alat pengumpulan baik melalui teknik tes maupun teknik nontes. Untuk teknik non tes pembahasan di dalam subunit nantinya lebih difokuskan pada penggunaan observasi dan wawancara 1

Upload: muhammad-tajudin-nur

Post on 20-Jun-2015

10.121 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAC-PPSD-8

8.

UNIT 8

PENGUMPULAN DATA DALAM PTK

PENDAHULUAN

Anda telah menyelesaikan beberapa pembahasan materi berkaitan dengan

PTK, mengerjakan latihan dan menyelesaikan tes formatif sebagaimana dibahas

pada unit-unit sebelumnya. Dengan memahami materi dan langkah-langkah

penyusunan proposal PTK yang dipaparkan pada unit sebelumnya, Anda telah

memiliki kerangka acuan dalam pelaksanaan PTK. Pada unit ini Anda diajak

untuk mengkaji lebih mendalam salah satu komponen penting di dalam proposal

yang Anda susun, yaitu tentang pengumpulan data dalam PTK. Untuk dapat

melakukan kegiatan pengumpulan data dengan baik, Anda terlebih dahulu

memahami jenis-jenis data, jenis-jenis alat pengumpulan data dan cara

pengumpulan data. Sesuai dengan judul unit ini, maka pembahasan yang lebih

rinci dijabarkan ke dalam dua subunit yang saling terkait, yaitu jenis-jenis data

dalam penelitian, jenis-jenis alat pengumpulan baik melalui teknik tes maupun

teknik nontes. Untuk teknik non tes pembahasan di dalam subunit nantinya lebih

difokuskan pada penggunaan observasi dan wawancara

. Melalui pembahasan, latihan-latihan, diskusi yang dilakukan serta

menyelesaikan tes formatif yang disediakan Anda diharapkan dapat menjelaskan

secara rinci tentang:

1. jenis-jenis data dalam penelitian

2. teknik tes untuk pengumpulan data

3. teknik non tes untuk pengumpulan data.

Untuk membantu mendalami uraian ini diharapkan Anda melakukan

latihan-latihan sendiri dan diskusi dengan rekan-rekan Anda, terutama dalam

mengkaji bagian-bagian yang sulit Anda pahami. Anda juga dapat melakukan

simulasi pengumpulan data bersamaan dengan penyelenggaraan proses

pembelajaran yang Anda lakukan, sehingga Anda terlatih melakukan

1

Page 2: BAC-PPSD-8

8.

pengumpulan data ketika PTK dilaksanakan. Untuk membantu memperdalam

materi serta mengukur pemahaman Anda dari materi yang dibahas, maka pada

bagian akhir tiap-tiap subunit disediakan tes formatif. Kesungguhan Anda di

dalam menyelesaian tes tersebut akan sangat membantu untuk mengukur

penguasaan materi ini.

Selamat belajar, semoga sukses!

2

Page 3: BAC-PPSD-8

8.

SUBUNIT 1

Jenis Data dan Penggunaan Teknik Tes untuk Pengumpulan Data

Pembahasan pada Subunit ini difokuskan pada jenis-jenis data dan

penggunaan teknik-teknik tes dalam pengumpulan data. Langkah-langkah yang

diuraikan dalam subunit ini sebenarnya merupakan satu kesatuan yang utuh

dengan langkah-langkah yang telah Anda kaji pada unit sebelumnya dan sub-sub

unit berikutnya. Pengkajian yang terdiri dari jenis-jenis data dan teknik

pengumpulan data melalui teknik-teknik tes akan mengarahkan Anda pada

pemahaman yang mantap tentang langkah-langkah PTK sebagai satu kesatuan

yang utuh. Pemahaman ini akan memandu Anda untuk mampu melaksanakan

PTK, yang akan dilengkapi pada pembahasan unit-unit berikutnya.

Setelah menyelesaikan subunit ini diharapkan Anda dapat menjelaskan

dan merinci jenis-jenis data dan cara-cara pengumpulan data melalui beberapa

teknik tes. Untuk mencapai tujuan tersebut, kajilah materi berikut dengan cermat,

serta kerjakan latihan secara disiplin. Sebagaimana unit-unit sebelumnya, dalam

bagian ini Anda juga dituntut untuk menggali pengalaman praktis Anda, sehingga

sajian yang bersifat teoritik dapat Anda padukan langsung dengan praktik

pembelajaran yang Anda lakukan. Oleh sebab itu Anda diharapkan dapat

mengkaji secara seksama subunit ini, mengerjakan latihan-latihan yang

disediakan serta menyelesaikan tes formatif pada bagian akhir subunit ini.

A. Jenis-jenis Data dalam Penelitian

Dalam kegiatan pembelajaran yang Anda lakukan sehari-hari,

sesungguhnya Anda berhadapan dengan data. Hampir tidak ada aktivitas atau

langkah pembelajaran yang tidak terkait dengan data. Ketika Anda memberikan

pertanyaan kepada siswa, tentu Anda ingin mengetahui apakah siswa tersebut

mendengar dan memahami apa yang Anda jelaskan bukan? Atau Anda ingin

mengetahui tingkat keaktifan siswa tersebut. Ketika Anda memberikan soal-soal

latihan, memberikan pekerjaan rumah, melakukan ulangan mewawancarai siswa,

3

Page 4: BAC-PPSD-8

8.

mengamati aktivitas praktikum dan sebagainya, semuanya bertujuan memperoleh

data. Di dalam kegiatan penelitian, keberadaan data merupakan komponen yang

sangat penting, karena seperti apapun penelitian yang dirancang oleh peneliti,

tujuannya adalah untuk memperoleh data. Jika kita kaji dan kita pilah secara

cermat, maka kita akan menemukan beberapa jenis data. Kerlingger (1993)

mengemukakan bahwa pemahaman terhadap jenis data dalam penelitian akan

mengarahkan seorang peneliti untuk memilih instrumen yang cocok dengan data

yang diinginkannya tersebut. Menurut jenisnya data dalam penelitian

dikelompokkan dalam 4 jenis, yaitu data nominal, data ordinal, data interval, dan

data ratio (Kerlingger, 1993). Berikut mari kita cermati penjelasan dan contoh dari

masing-masing jenis data tersebut.

1. Data nominal

Data nominal adalah suatu data yang hanya terpilah menjadi dua bagian

atau dua pilihan, atau dua kategori, di mana yang satu dengan lainnya terpisah

secara tegas (Kerlingger, 1993; Babie, 1986; Gay, 1981).

Contoh jenis data nominal:

Laki-laki Perempuan Tua Muda Kota Desa Ya Tidak Siang Malam Sekolah Tidak sekolah Kaya Miskin Lulus Tidak lulusdan seterusnya.

2. Data ordinal

Data ordinal ialah suatu data yang menunjukkan urutan dalam kedudukan

masing-masing data / data urutan peringkat / jenjang yang tidak menunjukkan

kuantitas absolut (Kerlingger, 1993).

4

Page 5: BAC-PPSD-8

8.

Contoh data ordinal:

Peringkat kejuaraan

Urutan angka 1,2,3,4, dan seterusnya.

Jenjang pendidikan

Pemeluk agama/keyakinan

Kelompok etnik/suku

Jenis kendaraan

Kelompok makanan

Jenis pekerjaan, dll.

3. Data interval

Data interval adalah suatu data yang menunjukkan jarak yang memiliki

ciri nominal dan ordinal. Di samping itu jarak keangkaan yang sama pada skala

interval mewakili jarak yang sama pula dalam hal pemilikan sifat yang diukur.

Contoh data interval:

a b c d e

1 2 3 4 5

a/1 = Tidak pernah Sangat tidak setuju

b/2 = Hampir tidak pernah Tidak setuju

c/3 = Pernah Ragu-ragu

d/4 = Kadang-kadang Setuju

e/5 = Selalu Sangat setuju

4. Data ratio

Data ratio/nisbat ialah data pengukuran yang mempunyai ciri-ciri skala

nominal, ordinal, dan interval, dan juga memiliki nol mutlak atau nol natural yang

mengandung makna empirik. Jika suatu pengukuran menunjukkan nol pada suatu

skala rasio, maka dapat dikatakan bahwa obyek tersebut tidak memiliki sifat yang

5

Page 6: BAC-PPSD-8

8.

sedang diukur. Angka-angka pada skala rasio menggambarkan besaran

sesungguhnya pada sifat yang diukur. Untuk ilmu sosial jarang sekali

menggunakan skala rasio.

Contoh data skala rasio

Skor 8 mempunyai prestasi 2 x lebih baik dari yang mendapatkan skor 4 dalam

suatu mata pelajaran (Kerlingger, 1993).

Sampai di sini Anda telah mengkaji penggolongan data menurut jenisnya.

Coba Anda kelompokkan data dalam proses pembelajaran Anda sesuai dengan

pengelompokan di atas.

B. Teknik Pengumpulan Data melalui Tes

Untuk memperoleh data di dalam kegiatan penelitian, seorang peneliti

dapat menggunakan berbagai teknik. Penggunaan dari salah satu atau beberapa

teknik pengumpulan data sangat tergantung pada jenis data yang akan

dikumpulkan, tujuan penelitian dan tentu saja pemahaman peneliti tentang teknik

yang akan dipergunakan tersebut serta kemampuannya untuk melaksanakan

dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang terkait. Sebagai contoh, seorang

peneliti melakukan penelitian tentang motivasi dan hasil belajar siswa pada

beberapa sekolah yang telah ditentukannya. Terkait dengan penelitian tersebut

seorang peneliti terlebih dahulu menjelaskan jenis data yang akan dikumpulkan.

Untuk mengkaji motivasi siswa, misalnya guru dapat menggunakan beberapa

teknik yang dapat dipilih, misalnya observasi, wawancara, atau kuesioner. Untuk

menghimpun data tentang hasil belajar siswa, dapat dipergunakan tes yang dibuat

peneliti sendiri, peneliti bersama guru, atau menggunakan instrument tes yang

standar. Di samping menggunakan tes, juga dapat mengkaji hasil-hasil belajar,

hasil-hasil ulangan siswa yang lebih dikenal dengan teknik studi dokumenter.

mendapatkan pemahaman yang lebih

6

Page 7: BAC-PPSD-8

8.

data yang diperoleh melalui tes, maka bagian ini perlu kita kaji bersama dengan

lebih cermat.

Teknik tes atau kadang-kadang juga disebut system testing merupakan

usaha untuk memahami atau memperoleh data tentang siswa. Dalam pandangan

lain juga dikemukakan bahwa tes sebagai suatu prosedur yang sistematis untuk

mengobservasi (mengamati) tingkah laku individu, dan menggambarkan atau

mendeskripsikan tingkah laku itu melalui skala angka atau system kategori.

Nurkancana dan Sumartana (1986: 25) mendefinisikan tes sebagai suatu cara

untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas

yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan

suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat

dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai

standar yang ditetapkan. Jika defenisi ini dianalisis, maka kita menemukan

beberapa hal penting yang dapat kita simpulkan yaitu;

1. Tes adalah suatu bentuk tugas yang terdiri dari sejumlah pertanyaan atau

perintah-perintah.

2. Tes diberikan kepada seorang anak atau sekelompok anak untuk

dikerjakan.

3. Bahwa respon atau jawaban anak atau kelompok anak tersebut dinilai.

Penggunaan teknik tes, khususnya tes prestasi belajar bagi guru di sekolah

bertujuan untuk;

a. Menilai kemampuan belajar murid

b. Memberikan bimbingan belajar kepada murid

7

Dalam pelaksanaan tugas

Anda sehari-hari, pelaksanaan tes

sebagai cara memahami kemampuan

siswa tentu sudah sangat tidak asing

bagi Anda. Namun untuk memahami

Page 8: BAC-PPSD-8

8.

c. Mengecek kemajuan belajar

d. Memahami kesulitan-kesulitan belajar

e. Memperbaiki teknik mengajar

f. Menilai efektivitas (keberhasilan) mengajar.

Arikunto (1988), mengemukakan bahwa tes sebagai instrumen

pengumpulan data dibedakan menjadi dua, yaitu;

1. Tes buatan guru, yaitu tes yang disusun oleh guru dengan prosedur

tertentu, akan tetapi belum mengalami uji coba berkali-kali, sehingga tidak

diketahui ciri-ciri dan kebaikannya.

2. Tes standar (standardized tes), yaitu tes yang biasanya sudah tersedia di

lembaga testing, yang sudah terjamin keampuhannya. Tes ini sudah

mengalami uji coba berkali-kali, direvisi berkali-kali sehingga sudah dapat

dikatakan cukup baik. Di dalam setiap tes yang terstandar, sudah dicantumkan

petunjuk pelaksanaan, waktu yang dibutuhkan, bahan yang tercakup, dan hal-

hal lain, misalnya validitas dan reabilitas tes.

Dalam pembahasan tentang bentuk-bentuk tes, Gall & Borg (2002:209)

mengemukakan beberapa bentuk tes performance, yaitu; (a) intelligence tests atau

tes intelegensi, (b) aptitude tests atau tes sikap, (c) achievement tests atau tes hasil

belajar, (d) diagnostic tests atau tes diagnostic, dan performance assessment atau

penilaian kinerja.

Di antara bentuk tes yang paling sering dipergunakan guru adalah tes hasil

belajar. Berdasarkan jumlah atau pengikut tes, maka tes hasil belajar dapat

dibedakan atas dua jenis, yaitu tes individual dan tes kelompok (Nurkancana dan

Sumartana, 1986: 25). Tes individual adalah suatu tes dimana pada saat tersebut

diberikan, kita hanya menghadapi satu orang anak. Sedangkan tes kelompok,

yaitu di mana pada saat tes diberikan, kita menghadapi sekelompok anak.

Tes hasil belajar di samping dapat dikaji dari jumlah atau pengikut tes

sebagaimana dikemukakan di atas, juga dapat ditinjau dari segi penyusunannya.

8

Page 9: BAC-PPSD-8

8.

Dilihat dari segi penyusunannya tes dibedakan atas tiga jenis, yaitu tes buatan

guru, tes buatan orang lain yang tidak distandarisasi, dan tes standar atau tes yang

sudah distandarisasi.

a. Tes buatan guru, yaitu tes yang disusun sendiri oleh guru yang akan

mempergunakan tes tersebut.

b. Tes buatan orang lain yang tidak distandarisasi, adalah tes yang dibuat

orang lain yang dianggap cukup baik yang dapat dipergunakan oleh guru. Tes

jenis ini misalnya tes yang disusun oleh teman-teman sejawat guru yang lebih

berpengalaman, atau tes yang dimuat pada akhir tiap-tiap bab dari buku

pelajaran.

c. Tes standar atau tes yang telah distandarisasi, yaitu tes yang telah cukup

valid dan reliabel berdasarkan atas uji coba berkali-kali terhadap sampel yang

cukup luas dan representatif.

Selain dari sudut pandang di atas, jenis tes hasil belajar juga dapat dikaji

dari bentuk jawaban atau bentuk respon. Berdasarkan bentuk jawaban atau bentuk

respon ini, tes hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu;

a. Tes tindakan, yaitu suatu tes, di mana jawaban atau respon yang diminta

dari anak berbentuk tingkah laku. Jadi anak berbuat sesuai dengan perintah

atau pertanyaan yang diberikan. Misalnya di dalam mata pelajaran Pendidikan

Jasmani dan Kesehatan, untuk mengetahui apakah seorang anak sudah dapat

berenang dengan gaya tertentu, maka cara yang paling baik adalah menyuruh

anak tersebut mempraktekkan langsung cara berenang yang dikehendaki Jika

anak dapat melakukan sesuai dengan kriteria yang ditentukan guru, maka

berarti anak tersebut telah menguasai tes yang diberikan dalam bentuk

tindakan tersebut.

b. Tes verbal, yaitu suatu tes, di mana jawaban atau respon yang diberikan

oleh anak-anak berbentuk bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan.

Dalam keadaan ini, anak akan mengucapkan atau menulis jawabannya sesuai

dengan pertanyaan atau perintah yang diberikan.

9

Page 10: BAC-PPSD-8

8.

Selain ditinjau dari bentuk jawaban atau respon yang diberikan, tes juga

dapat dilihat dari bentuk pertanyaan yang diberikan oleh guru. Bentuk tes ini

tentu sudah sangat sering Anda terapkan di dalam kegiatan pembelajaran sehari-

hari. Jenis tes ini dibedakan menjadi dua, yaitu tes obyektif dan tes essay.

1. Tes obyektif

Tes obyektif adalah bentuk tes yang terdiri dari item-item yang dapat

dijawab dengan cara memilih salah satu alternatif yang benar dari sejumlah

alternatif yang tersedia, atau dengan mengisi jawaban dengan beberapa perkataan

atau simbul tertentu. Ada beberapa bentuk tes obyektif ini.

a. Tes benar salah (true-false), adalah tes yang butir-butir soalnya

mengharuskan agar siswa mempertimbangkan suatu pernyataan sebagai

pernyataan yang benar atau salah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan

di dalam penyusunan tes obyektif bentuk benar-salah ini;

- Meyakinkan sepenuhnya bahwa butir soal tersebut dapat dipastikan

benar atau salah.

- Jangan menulis butir soal dengan sekedar menulis kembali

kalaimat sama seperti yang terdapat pada buku teks.

- Jangan menulis butir soal yang secara sengaja membuat kesulitan

pada siswa untuk memahaminya

- Menghindari pernyataan negatif.

- Menghindari pernyataan yang berarti ganda.

- Menggunakan suatu bentuk yang tepat.

- Menghindari kata-kata kunci, seperti pada umumnya, semua, dan

yang lain.

- Menghindari jawaban benar yang terpola.

b. Tes pilihan ganda (multiple choice), adalah suatu item yang terdiri dari

suatu statemen yang belum lengkap. Untuk melengkapi statemen tersebut

10

Page 11: BAC-PPSD-8

8.

disediakan beberapa statemen sambungan. Satu di antaranya merupakan

sambungan yang benar sedangkan yang lain adalah sambungan yang tidak

benar (Nurkancana dan Sumartana, 1986; Dimyati dan Mudjiono, 1994). Item

multiple choice ini dapat pula berupa suatu pertanyaan yang telah disediakan

beberapa buah jawaban, di mana hanya satu dari jawaban-jawaban yang

disediakan tersebut merupakan jawaban yang benar. Alternatif pilihan yang

disediakan disebut “option”, sedangkan. Jawaban-jawaban atau statemen

sambungan yang tidak benar disebut pengecoh. Bloom, 1981 (Dimyati dan

Mudjiono, 2004: 200) mengingatkan beberapa kaidah yang harus diperhatikan

di dalam penyusunan soal pilihan ganda.

- Pokok soal (stem) yang merupakan permasalahan harus

dirumuskan secara jelas.

- Perumusan pokok soal dan alternatif jawaban hendaknya

merupakan pernyataan yang diperlukan saja.

- Untuk satu soal, hanya ada satu jawaban yang benar atau yang

paling benar.

- Sedapat mungkin dihindarkan perumusan pernyataan yang bersifat

negatif pada pokok soal.

- Alternatif jawaban (option) sebaiknya logis, dan pengecoh harus

berfungsi (menarik).

- Diusahakan agar tidak ada petunjuk untuk jawaban yang benar.

- Diusahakan agar mencegah penggunaan pilhan jawaban yang

terakhir berbunyi “semua pilihan jawaban di atas benar”, atau “semua

pilihan jawaban di atas salah”.

- Diusahakan agar pilihan jawaban homogen, baik dari segi isi

maupun panjang pendeknya pernataan

11

Page 12: BAC-PPSD-8

8.

- Apabila pilihan jawaban berbentuk angka, susunlah secara

berurutan dari angka yang terkecil diletakkan di atas sampai angka

terbesar yang diletakkan di bawah.

- Di dalam pokok soal diusahakan tidak menggunakan ungkapan

atau kata-kata yang bersifat tidak tentu, seperti seringkali, kadang-kadang,

pada umumnya dan kata-kata sejenis.

- Diusahakan agar jawaban butir soal yang satu tidak bergantung

dari jawaban butir soal yang lain.

- Dalam merakit soal diusahakan agar jawaban yang benar (yang

menjadi kunci jawaban) letaknya tersebar antara a,b,c,d, atau ditentukan

secara acak, sehingga tidak terjadi pola jawaban tertentu.

c. Tes menjodohkan adalah suatu bentuk tes yang biasanya terdiri dari dua

kolom yang paralel, di mana masing-masing berisi uraian-uraian, keterangan-

keterangan atau statemen. Dengan kata lain merupakan bentuk tes yang butir-

butir soalnya terdiri dari satu daftar premis dan satu daftar jawaban yang

sesuai (Dimyati dan Mujiono, 2004; Nurkancana, 1986: 36). Dalam

penyusunan soal bentuk menjodohkan ini, ada beberapa kaidah yang harus

diperhatikan.

- Meyakinkan bahwa pertanyaan dapat dijawab dengan kata atau

penggalan kalimat yang mudah atau khusus, dan hanya ada satu jawaban

yang benar.

- Menggunakan bentuk yang cocok.

- Jangan memutus-mutus butir soal melengkapi.

- Menghindari pemberian petunjuk kearah jawaban yang benar.

- Menunjukkan bagaimana seharusnya jawaban yang benar.

Tes obyektif sebagai salah satu bentuk teknik pengumpulan data,

khususnya berkenaan dengan siswa, memiliki kelebihan dan kelemahan.

Kelebihannya adalah;

12

Page 13: BAC-PPSD-8

8.

1. Dapat dijawab dengan cepat, sehingga memungkinkan siswa menjawab

sejumlah besar pertanyaan dalam satu periode tes. Terkait dengan hal ini maka

materi tes yang diberikan dapat mencakup lebih luas bahan pelajaran yang

disampaikan.

2. Reliabilitas skor yang diberikan terhadap pekerjaan siswa dapat lebih

terjamin.

3. Jawaban-jawaban tes obyektif dapat dikoreksi dengan mudah dan cepat.

Di samping beberapa kebaikan atau kelebihan tes obyekif sebagaimana

dikemukakan di atas, ada juga segi-segi kelemahannya, antara lain;

a. Kemungkinan siswa untuk menerka jawaban akan lebih besar

b. Karena jumlah item pada tes obyektif pada umumnya lebih banyak, maka

diperlukan biaya yang lebih besar .

Anda dapat mengkaji kembali secara seksama tentang beberapa hal

berkenaan dengan tes obyektif di atas. Diskusikan dengan rekan-rekan Anda atau

tanyalah kepada orang-orang yang dapat membantu memperjelas pemahaman

Anda, terutama jika Anda menemukan bagian-bagian dari uraian tersebut yang

sulit Anda pahami.

2. Tes Essay

Tes essay adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari suatu pertanyaan yang

menghendaki jawaban berupa uraian-uraian yang relative panjang. Bentuk-bentuk

pertanyaan yang mengharuskan siswa untuk menjelaskan, membandingkan,

menginterpretasikan atau mencari perbedaan. Semua bentuk pertanyaan

mengharuskan siswa untuk mampu menunjukkan pengertian atau pemahaman

mereka terhadap materi yang dipelajari (Nurkancana dan Sumartana, 1986:42).

Sebagaimana bentuk tes obyektif, tes bentuk essay juga memiliki kebaikan

dan kelemahan. Kebaikannya antara lain;

13

Page 14: BAC-PPSD-8

8.

- Tes essay sangat tepat dipergunakan untuk menilai atau mengukur

hasil dari suatu proses belajar yang kompleks, yang sukar diukur dengan

menggunakan tes obyektif.

- Tes essay memberi peluang yang besar kepada siswa untuk

menyusun jawaban sesuai dengan jalan pikirannya sendiri. Keadaan ini sangat

penting untuk melatih siswa agar terbiasa mengemukakan jalan pikirannya

secara terarah dan sistematis.

Sedangkan beberapa kelemahan tes essay adalah;

- Pemberian skor terhadap jawaban tes essay kurang reliabel

terutama disebabkan karena tidak hanya satu jawaban yang biasa diterima. Di

samping itu juga disebabkan tingkat kebenaran jawaban tersebut sangat

bervariasi.

- Tes essay menghendaki jawaban-jawaban yang relatif panjang.

Karena itu dibutuhkan waktu yang lebih lama pula untuk menyelesaikan soal-

soal yang diberikan, sehingga dalam satu periode tes hanya dapat diberikan

beberapa item tes saja.

- Materi yang diberikan di dalam tes tidak dapat mencakup secara

luas materi pelajaran yang telah disampaikan, sehingga sangat dimungkinkan

hasil yang dicapai bersifat kebetulan, karena pertanyaan yang diberikan secara

kebetulan sesuai dengan bagian materi yang dipelajarinya.

- Mengoreksi tes essay memerlukan waktu yang cukup lama, serta

menghabiskan energi yang cukup banyak terlebih lagi bilamana peserta tes

jumlahnya cukup besar, karena setiap jawaban harus dibaca satu persatu

secara teliti.

Untuk mengurangi beberapa kelemahan pada tes essay di atas, perlu

diperhatikan beberapa saran berikut:

a. Materi pelajaran yang akan diukur melalui tes essay perlu diperiksa

terlebih dahulu. Bagian yang akan diukur melalui tes essay hendaknya hanya

bagian-bagian yang kurang cocok jika diukur dengan tes obyekif.

14

Page 15: BAC-PPSD-8

8.

b. Item-item tes essay hendaknya dibuat dengan jelas, sehingga tidak

menimbulkan keragu-raguan siswa.

Pentingnya pemahaman tentang tes sebagai salah satu teknik pengumpulan

data digambarkan dalam contoh pengambilan data dengan Skala Inteligensi

Stanford-Binet sebagaimana dipaparkan (Arikunto, 1998), kasus di mana ada

enam orang wanita dan enam orang pria melaksanakan tes Stanford Binet

terhadap sampel anak-anak usia 4 tahun. Hasil tes menunjukkan anak-anak yang

dites oleh wanita mencapai IQ yang lebih tinggi (89,61) dibandingkan dengan

anak-anak yang dites oleh pria (83,16), suatu perbedaan yang cukup signifikan.

Contoh tersebut mengilustrasikan kepada kita bahwa hasil pengetesan tidak secara

murni dapat menggambarkan IQ, akan tetapi juga terdapat di dalamnya pengaruh

tester. Karena itu dalam pelaksanaan tes seperti itu menurut Arikunto (1998),

perlu diadakan latihan bagi tester agar dapat mengurangi pengaruh yang tidak

diinginkan yang dapat merugikan orang-orang yang mengikuti tes tersebut. Untuk

meningkatkan obyektivitas hasil tes ada beberapa hal yang perlu dilakukan;

a. Memberi kesempatan berlatih kepada tester (orang yang melaksanakan

tes).

b. Menggunakan tester lebih dari satu orang, kemudian hasilnya

dibandingkan.

c. Melengkapi instrument tes dengan manual atau pedoman pelaksanaan

selengkap dan sejelas mungkin.

d. Menciptakan situasi tes sedemikian rupa sehingga membantu tester (orang

yang mengerjakan tes) tidak mudah terganggu oleh lingkungan

e. Memilih situasi tes sebaik-baiknya, misalnya bukan malam Minggu, bukan

dalam keadaan udara yang sangat panas, bukan sehabis liburan panjang,

menjelang ujian, dan sebagainya.

f. Perlu menciptakan kerjasama yang baik dan rasa saling percaya antara

tester yang satu dengan tester lainnya.

15

Page 16: BAC-PPSD-8

8.

g. Menentukan waktu untuk mengerjakan tes secara tepat, baik ketepatan

pelaksanaan maupun lamanya.

h. Memperoleh izin dari atasan jika tes tersebut dilaksanakan di sekolah atau

di kantor-kantor.

Latihan

Untuk mendalami materi yang telah dibahas dalam subunit ini, kerjakan

beberapa latihan berikut. Jika ada hal-hal yang Anda rasa belum jelas disarankan

agar Anda mencermati kembali pada subunit ini atau berdiskusi dengan rekan-

rekan Anda.

1. Anda dapat menggunakan teknik tes untuk memperoleh data atau

informasi tentang siswa Anda. Data atau informasi berkaitan dengan apa saja

yang dapat Anda kaji melalui teknik tes?

2. Situasi seperti apa yang harus Anda persiapkan agar dapat mendukung

pelaksanaan tes?

3. Coba Anda kaji kelebihan dan kelemahan tes obyektif dan essay

berdasarkan pengalaman Anda menerapkannya.

Petunjuk jawaban latihan

1. Coba Anda kaji kembali jenis-jenis data yang dibahas

pada awal subunit ini dan hubungkan dengan pengalaman Anda sehari-hari

dalam melaksanakan tes.

2. Cermati kembali faktor-fakor yang dapat mendukung atau

mengganggu kegiatan pembelajaran atau kegiatan tes yang dilaksanakan.

3. Kaji secara cermat dari beberapa dimensi, misalnya dari

dimensi guru, dimensi siswa, dimensi waktu, fasilitas, iklim belajar atau iklim

tes, dan seterusnya.

RANGKUMAN

16

Page 17: BAC-PPSD-8

8.

Di dalam kegiatan penelitian, pemahaman data merupakan bagian

penting karena akan mengarahkan seorang peneliti untuk memilih instrumen

yang cocok dengan data yang diinginkannya tersebut. Menurut jenisnya data

dalam penelitian dikelompokkan dalam 4 jenis, yaitu data nominal, data

ordinal, data interval, dan data ratio. Untuk memperoleh data di dalam

penelitian, peneliti dapat menggunakan teknik tes dan teknik non tes. Teknik

tes suatu cara untuk memperoleh data dengan melakukan penilaian yang

berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak

atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai atau prestasi

tertentu.

Secara umum terdapat beberapa bentuk tes, yaitu; (a) tes intelegensi,

(b) tes sikap, (c) tes hasil belajar, (d) tes diagnostik, dan (e) performance

assessment atau penilaian kinerja. Bentuk tes yang paling sering dipergunakan

guru untuk mengetahui perubahan atau kemajuan belajar siswa adalah tes

hasil belajar. Selain itu tes juga dapat ditinjau dari segi penyusunannya,

bentuk jawaban atau bentuk respon siswa, atau dilihat dari bentuk pertanyaan

yang diberikan oleh guru. Pemahaman guru tentang berbagai bentuk tes

sebagai alat pengumpulan data akan memudahkan guru untuk melakukan

pengumpulan data dalam pelaksanaan PTK

TES FORMATIF 1

Berikut ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur pemahaman

anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam subunit 1.

Pilihlah alternatif A, B, C atau D dengan cara memberikan tanda silang (X) pada

jawaban yang Anda anggap paling benar.

1. Pemahaman terhadap data penelitian memiliki arti yang sangat

penting. Di antara fungsi yang sangat penting berikut ini adalah;

A. memudahkan untuk merancang persiapan penelitian

B. memudahkan mengurus berbagai persyaratan penelitian

17

Page 18: BAC-PPSD-8

8.

C. mengarahkan peneliti untuk memilih instrumen yang cocok

D. memungkinkan peneliti melaksanakan kerjasama dalam penelitian

2. Yang dimaksud dengan data nominal adalah...

A. data yang terpilah menjadi dua kategori

B. data yang menunjukkan urutan dalam kedudukan

C. data yang menunjukkan adanya jarak

D. data yang menunjukkan peringkat

3. Peringkat kejuaraan, jenjang pendidikan, urutan angka, merupakan contoh dari

jenis data…

A. ordinal

B. interval

C. nominal

D. ratio

4. Pernyataan yang kurang benar berkaitan dengan pengertian tes sebagai teknik

pengumpulan data berikut ini adalah;

A. tes selalu mencakup seluruh materi yang telah diajarkan

B. tes dapat diberikan dalam bentuk pertanyaan atau perintah

C. tes diberikan kepada seorang anak atau sekelompok anak

D. hasil tes yang dilakukan atau dikerjakan anak dinilai.

5. Untuk memperoleh data tentang hasil belajar atau prestasi belajar siswa, guru

dapat melakukan tes hasil belajar. Berikut ini adalah tujuan tes prestasi belajar

bagi guru, kecuali…

A. menilai kemampuan belajar siswa

B. mengecek kemajuan belajar siswa

C. memahami kesulitan-kesulitan belajar siswa

D. mendorong tumbuhnya kerjasama antar siswa

18

Page 19: BAC-PPSD-8

8.

6. Suatu tes telah dilakukan beberapa kali uji coba dan revisi sehingga lebih

dijamin validitas dan reliabilitasnya disebut…

A. tes buatan guru

B. tes diagnostik

C. tes standar

D. tes hasil belajar

7. Adakalanya suatu tes diberikan kepada siswa, di mana mereka memilih di

antara salah satu jawaban yang benar atau paling benar. Bentuk tes seperti itu

disebut…

A. maching

B. multiple Choice

C. true-false

D. completion

8. Untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa menuangkan pikiran dan

mengembangkan nalar berkenaan dengan materi pelajaran, seringkali guru

memberikan tes essay. Tes essay tepat diberikan bilamana…

A. jumlah peserta tes tidak terlalu banyak

B. waktu untuk siswa mengerjakan sangat singkat

C. cakupan materi yang diberikan dalam tes sangat luas

D. waktu guru untuk mengoreksi sangat singkat

9. Jika tes obyektif disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang benar, akan ditemui

beberapa kelebihan. Berikut ini adalah kelebihan tes obyektif, kecuali…

A. memungkinkan siswa menjawab sejumlah besar pertanyaan

B. dapat mencakup lebih luas bahan pelajaran yang disampaikan

C. .siswa dapat menjawab dengan mudah

D. reliabilitas skor yang diberikan dapat lebih terjamin.

19

Page 20: BAC-PPSD-8

8.

10. Melengkapi instrumen tes dengan pedoman pelaksanaan yang jelas,

menciptakan situasi tes sedemikian rupa dan menggunakan tester lebih dari

satu orang, adalah bagian dari upaya yang diarahkan untuk…

A. .mempermudah guru di dalam penyusunan tes

B. meningkatkan obyektivitas tes yang dikembangkan

C. membantu siswa agar lebih mudah mengerjakan tes

D.. memudahkan guru dalam memaknai hasil-hasil tes.

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang

terdapat di bagian akhir unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian

pergunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda

tentang bahan ajar dalam sub unit ini.

Rumus Perhitungan:

Hasil perhitungan tersebut di atas dapat diberikan makna sebagai berikut:

Skor 90 – 100, berarti sangat baik

Skor 80 – 89, berarti baik

Skor 70 – 79, berarti cukup baik

Skor 0 – 69, berarti kurang

Apabila skor Anda mendapat 80 ke atas, berarti bahwa penguasaan Anda tentang

bahan ajar dalam sub unit ini ”Baik” atau bahkan ”Sangat Baik”, maka Anda

dapat melanjutkan ke subunit berikutnya. Namun, apabila tingkat penguasaan

Anda masih mendapatkan skor di bawah 80, maka Anda disarankan untuk

mempelajari kembali subunit ini, khususnya pada bagian-bagian yang belum

Anda kuasai dengan baik. Perhatikan pada nomor soal yang mana Anda masih

keliru menjawabnya.

20

Page 21: BAC-PPSD-8

8.

SUBUNIT 2

Penggunaan Teknik-teknik Non Tes untuk Pengumpulan

Data PTK

Pembahasan tentang teknik non tes untuk pengumpulan data difokuskan

pada penggunaan teknik observasi dan wawancara, karena di dalam PTK kedua

teknik tersebut lebih sering dipergunakan. Fokus pembahasan pada kedua teknik

tersebut sama sekali tidak mengabaikan arti teknik-teknik yang lain. Peneliti atau

guru dapat mengkaji dan mendalami penggunaan teknik-teknik lain melalui

berbagai sumber yang relevan. Sebagaimana telah dijelaskan pada awal unit ini

bahwa pengumpulan data dalam penelitian dapat dilakukan melalui teknik tes dan

non tes. Uraian yang dipaparkan dalam subunit ini sebenarnya merupakan satu

kesatuan dengan materi yang diuraikan dalam unit sebelumnya. Pengkajian yang

cermat terhadap teknik non tes dalam pengumpulan data dengan penekanan pada

observasi atau wawancara akan mengarahkan Anda pada pemahaman yang

mantap tentang persiapan guru di dalam melaksanakan rangkaian PTK.

Pemahaman ini akan memandu Anda untuk mampu melaksanakan PTK, yang

akan dilengkapi pada pembahasan unit-unit berikutnya.

Setelah menyelesaikan subunit ini diharapkan Anda dapat menjelaskan

penggunaan teknik non tes untuk pengumpulan data dengan penekanan pada

penggunaan teknik observasi dan wawancara. Untuk mencapai tujuan tersebut,

kajilah materi berikut dengan cermat, serta kerjakan latihan secara disiplin.

21

Page 22: BAC-PPSD-8

8.

Sebagaimana unit-unit sebelumnya, dalam bagian ini Anda juga dituntut untuk

menggali pengalaman praktis Anda. Sekali lagi kaji dengan seksama materi pada

bagian ini, karena kemampuan Anda memahami teknik pengumpulan data

khususnya melalui observasi dan wawancara akan mengarahkan Anda pada

pemahaman yang mantap tentang pelaksanaan pengumpulan data di dalam PTK.

Oleh sebab itu Anda diharapkan dapat mengkaji secara seksama subunit ini,

mengerjakan latihan-latihan yang disediakan serta menyelesaikan tes formatif

pada bagian akhir subunit ini.

A. Pengamatan atau Observasi

Dalam pembahasan-pembahasan sebelumnya sudah ditekankan bahwa

pelaksanaan tindakan di dalam PTK secara bersamaan juga dilakukan observasi

dan interpretasi, sehingga dapat dikatakan pelaksanaan tindakan dan

observasi/interpretasi berlangsung secara simultan. Artinya, data yang diamati

tersebut langsung diinterpretasikan, tidak sekedar di rekam. Misalnya, jika

seorang siswa berhasil mengerjakan sesuatu dengan baik, kemudian guru

memberi pujian kepada siswa tersebut, yang direkam bukan hanya jenis pujian

yang diberikan, tetapi juga dampaknya bagi siswa yang mendapat pujian. Dampak

ini dapat diinterpretasikan dari sikap dan partisipasi siswa dalam pembelajaran

setelah mendapat pujian. Dengan cara ini, guru sebagai aktor utama dapat

melakukan penyesuaian-penyesuaian, sehingga komitmennya sebagai pengajar

tidak terganggu oleh metode penelitian yang sedang diterapkan. Misalnya, jika

ternyata pujian yang diberikan membuat siswa menjadi bahan ejekan, guru akan

mengubah cara memberi penguatan. Namun, perlu dicatat, tidak semua data

memerlukan interpretasi. Ada hasil pengamatan yang hanya merupakan rekaman

faktual tanpa memerlukan interpretasi, sehingga pengamat cukup hanya merekam

apa yang dilihat tanpa perlu memberi makna kepada hasil rekaman. Misalnya,

sebagaimana yang dirujuk oleh Joni (1998), pengamatan ala Flanders yang hanya

merekam data dalam tiga kategori yaitu; pembicaraan guru, pembicaraan siswa,

dan sepi (tanpa pembicaraan), tidak memerlukan interpretasi pada saat rekaman

dilakukan. Inilah yang dinamakan “low-inference observation”, sedangkan

22

Page 23: BAC-PPSD-8

8.

pengamatan yang mempersyaratkan interpretasi atau penafsiran ketika merekam

data disebut sebagai “high-inference observation”.

Pelaksanaan observasi sebagai alat pengumpulan data memerlukan

persiapan. Salah satu komponen yang perlu diperhatikan di dalam persiapan

pelaksanaan observasi adalah cara perekaman data. Artinya, apa yang harus

direkam dan bagaimana merekamnya melalui observasi tersebut harus ditentukan

secara jelas. Misalnya pada PTK yang dilaksanakan guru, data yang dikumpulkan

berkenaan dengan partisipasi siswa di dalam kegiatan diskusi kelompok, maka

terlebih dahulu guru menentukan cara merekam data, apakah akan menggunakan

format observasi atau menggunakan catatan lapangan. Sesuai dengan hakekat

PTK dan mengacu kepada peran guru sebagai aktor utama dalam PTK, idealnya

observasi tersebut dilakukan oleh guru sendiri. Namun, jika observasi atau

perekaman data tersebut terlalu menyita waktu guru dan mengakibatkan

konsentrasi guru dalam mengajar terganggu, maka guru dapat menggunakan

bantuan alat perekam atau meminta teman sejawat untuk membantu

mengumpulkan data melalui observasi.

Agar teknik observasi ini dapat Anda pahami dengan baik serta dapat

Anda pergunakan sesuai dengan prosedur yang benar, berikut ini mari kita bahas

bersama beberapa aspek yang berkaitan dengan observasi, mulai dari prinsip dan

jenis-jenisnya, tujuannya, serta prosedur pelaksanaannya.

1. Prinsip dan Jenis Observasi

Secara sederhana, observasi dapat diartikansebagai salah satu prosedur

sistematis dan baku untuk memperoleh data (Kerlinger, 1993). Menurut

Cartwright and Cartwright (1998:3), observasi merupakan proses pengamatan

secara sistematis dengan melakukan perekaman terhadap perilaku tertentu untuk

tujuan pembuatan keputusan-keputusan pengajaran. Terkait dengan proses

pembelajaran dan pelaksanaan observasi, ada beberapa hal yang perlu dilakukan

guru;

23

Page 24: BAC-PPSD-8

8.

1. Guru harus memutuskan apa yang akan diajarkan serta apa yang harus siswa

lakukan di dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

2. Guru harus memutuskan bagaimana konsekuensi tujuan

pembelajaran dan prosedur pembelajaran.

3. Guru harus memutuskan bagaimana prosedur atau metode

melaksanakan pembelajaran,

4. Guru perlu memutuskan bahan yang dipergunakan dan bagaimana

menyajikannya kepada siswa.

5. Guru harus menentukan bagaimana menata atau mengontrol situasi

pembelajaran di kelas.

6. Guru harus memutuskan cara mengorganisasi waktu yang tersedia

di dalam kegiatan pembelajaran.

7. Guru harus memutuskan cara mengelompokkan siswa di dalam

proses pembelajaran

8. Guru harus memutuskan cara menciptakan lingkungan kelas

dengan baik.

9. Guru harus menentukan kapan dan bilamana diperlukan resourcher

person untuk mendukung kelancaran kegiatan pembelajaran

Observasi yang baik mempunyai prinsip dasar atau karakteristik yang

harus diperhatikan, baik oleh pengamat maupun yang diamati. Hopkins (1993)

menyebutkan ada lima prinsip dasar atau karakteristik kunci observasi, yang

secara singkat dapat dideskripsikan seperti berikut ini.

a. Perencanaan Bersama

Meskipun di dalam PTK disarankan agar guru dapat melakukan sendiri

pengumpulan data, namun tidak tertutup kemungkinan guru tersebut

membutuhkan bantuan orang lain bilamana hal itu memang benar-benar

diperlukan. Perencanaan bersama

adalah upaya membangun

kesepakatan bersama antara guru

yang melaksanakan tindakan

24

Page 25: BAC-PPSD-8

8.

dengan pengamat yang membantu proses pengamatan selama kegiatan

pembelajaran dilakukan. Perencanaan bersama ini dilakukan terutama jika

guru yang melaksanakan PTK membutuhkan bantuan orang lain, misalnya

rekan-rekan sejawat yang akan membantu mengamati proses pembelajaran

yang dilakukannya. Perencanaan bersama ini bertujuan untuk membangun

rasa saling percaya dan menyepakati beberapa hal seperti fokus yang akan

diamati, pelajaran yang akan berlangsung, serta aturan lain seperti berapa lama

pengamatan akan berlangsung, bagaimana sikap pengamat kepada siswa, dan

di mana pengamat akan duduk.

b. Fokus

Fokus pengamatan merupakan aspek-aspek pokok yang menjadi sasaran

utama pengamatan. Fokus pengamatan mungkin sangat luas atau umum, tetapi

dapat pula sangat khusus atau spesifik. Fokus yang luas membutuhkan

pertimbangan dan penafsiran yang lebih mendalam serta subyektivitas akan

sulit dihindari. Di dalam menentukan aspek yang diamati, hal yang harus

diingat peneliti adalah semakin banyak objek yang diamati, akan semakin

sulit, dan hasilnya akan semakin tidak teliti (Arikunto, 1998:135). Karenanya

diupayakan agar fokus tidak terlalu luas, karena fokus yang terlalu luas selain

sulit diamati, juga kurang bermanfaat bagi guru yang diamati.. Sebaliknya,

fokus yang sempit atau spesifik akan menghasilkan data yang sangat

bermanfaat sebagai data dan informasi bagi guru yang melaksanakan PTK.

c. Membangun Kriteria

Kriteria observasi adalah patokan yang ditetapkan untuk melihat tingkat

keberhasilan observasi. Observasi akan sangat membantu guru, jika kriteria

keberhasilan atau sasaran yang ingin dicapai sudah disepakati sebelumnya.

Dengan kriteria seperti ini, pengamat dapat merekam data yang relevan secara

cermat sesuai dengan aspek-aspek yang dikaji. Karena itu kesepakatan

bersama tentang kriteria yang menjadi patokan ini merupakan bagian penting

25

Page 26: BAC-PPSD-8

8.

untuk mendukung terkumpulnya data yang diinginkan bersama antara

pengamat dan guru yang melaksanakan PTK.

d. Keterampilan Observasi

Seorang pengamat yang baik memiliki tiga keterampilan, yaitu: (1) dapat

menahan diri untuk tidak terlalu cepat memutuskan dalam

menginterpretasikan suatu peristiwa; (2) dapat menciptakan suasana yang

memberi dukungan dan menghindari terjadinya suasana yang dapat

mengganggu iklim kelas, dan (3) menguasai berbagai teknik untuk

menemukan peristiwa atau interaksi yang tepat untuk direkam, serta alat /

instrumen perekam yang efektif untuk episode tertentu. Cartwright and

Cartwright (1998:46) mengemukakan beberapa pertanyaan yang mengarahkan

pada jenis keterampilan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan observasi

yang dilakukan, yaitu;

a. Siapa yang merancang observasi

b. Siapa atau apa yang akan diamati. Pertanyaan ini berkenaan

dengan pemahaman terhadap sasaran observasi, misalnya perilaku siswa,

perilaku guru dalam mengajar, cara-cara menggunakan alat bantu

pembelajaran, dan seterusnya.

c. Di mana observasi dilakukan. Hal ini berkaitan dengan keharusan

untuk memahami kondisi atau lingkungan tempat pelaksanaan kegiatan

yang ingin diobservasi.

d. Kapan waktu pelaksanaan observasi. Hal ini mengingatkan

pentingnya kesesuaian waktu pelaksanaan dengan waktu pengamatan serta

pemahaman tentang tahap-tahap kegiatan yang akan diamati.

e. Bagaimana data dari kegiatan observasi itu akan direkam.

Pertanyaan ini berkenaan dengan keharusan pengamat untuk terampil

memilih dan menggunakan cara pengumpulan atau perekaman data data.

26

Page 27: BAC-PPSD-8

8.

e. Balikan (Feedback)

Observasi yang dilakukan langsung oleh guru sendiri yang melaksanakan

PTK, mungkin balikan ini dapat segera dilakukan guru setelah melaksanakan

tindakan atau proses pembelajaran. Sedangkan untuk kegiatan observasi yang

dilakukan oleh pengamat, bukan langsung oleh guru sendiri yang

melaksanakan PTK, balikan hasil observasi dapat dimanfaatkan jika ada

balikan yang tepat yang disajikan dengan memperhatikan secara cermat setiap

langkah yang dilakukan.

Perlu juga dipahami, bahwa observasi dilihat dari pelaksanaannya dapat

dipahami dalam beberapa bentuk. Wardhani (2004) mengemukakan beberapa

bentuk observasi sebagai berikut.

1). Observasi Terbuka

Ciri yang dapat dilihat dari bentuk observasi terbuka adalah di mana

pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan hanya

menggunakan teknik - teknik tertentu untuk merekam fenomena-fenomena

yang diselidiki. Jika ada seseorang yang melakukan pengamatan terhadap

aktivitas Anda ketika mengajar di kelas, Anda dapat perhatikan. apakah

pengamat tersebut menggunakan lembar observasi atau tidak dalam proses

pencatatan yang dilakukannya. Jika tidak, maka pengamatan yang

dilakukan terhadap Anda dapat dikategorikan sebagai observasi terbuka.

Pengamat mengamati aktivitas dan kelas anda kemudian membuat catatan

pada kertas kosong tentang jalannya pelajaran yang berlangsung.

2). Observasi Terfokus

Berbeda halnya dengan observasi terbuka, observasi terfokus secara

khusus ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari

pembelajaran. Misalnya, mengamati kemampuan siswa bekerjasama

dalam kegiatan diskusi, kemampuan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,

kemampuan melakukan gerakan-gerakan tertentu dalam latihan tari.

27

Page 28: BAC-PPSD-8

8.

Fokus yang telah ditetapkan dalam kegiatan observasi menjadi petunjuk

atau memberikan arah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan.

3). Observasi Terstruktur

Berbeda dengan observasi terbuka hanya menggunakan kertas kosong

sebagai alat perekam data, observasi terstruktur menggunakan instrumen

observasi yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat hanya tinggal

membubuhkan tanda (v) pada tempat yang disediakan. Misalnya, yang

direkam adalah frekuensi penguatan yang diberikan, atau jumlah pertanyaan

yang diajukan, atau jumlah siswa yang menjawab secara sukarela, atau

jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan. Pengamat hanya tinggal

memberi tanda (v) setiap kali peristiwa itu muncul.

4). Observasi Sistematik

Observasi sistematik lebih rinci dari observasi terstruktur dalam kategori

data yang diamati. Misalnya dalam pemberian penguatan, data dikategorikan

menjadi penguatan verbal dan nonverbal. Contoh lain yang sudah dikenal

amat luas adalah kategori pengamatan dari Flanders yang membagi data

pengamatan menjadi tiga kategori, yaitu pembicaraan guru, pembicaraan

siswa, dan sepi atau senyap.

Jenis observasi juga dapat dilihat intensitas peran observer di dalam

pelaksanaan observasi. McMillan & Schumacher (2000:41), mengemukakan

ketika guru melakukan pengumpulan data dan mendokumentasikan temuan-

temuan penelitiannya secara sungguh-sungguh, kemudian ia menjelaskan dan

menyimpulkan maka ia telah melakukan observasi partisipan.

Masing-masing jenis observasi tersebut memiliki kelemahan dan

kelebihan. Anda dapat mengkajinya secara cermat. Kerlinger (1986)

mengingatkan bahwa masalah pokok dalam pengamatan perilaku adalah si

pengamat sendiri karena ia merupakan bagian dari instrumen pengukur. Dalam

pengamatan perilaku, pengamat merupakan kekuatan penentu akan tetapi juga

merupakan kelemahan penentu. Karena itu pengamat harus dapat mencerna

28

Page 29: BAC-PPSD-8

8.

informasi yang didapatkan dari observasi kemudian membuat inferensi mengenai

konstruk-konstruk. Coba Anda diskusikan kembali bentuk-bentuk observasi di

atas, kemudian kaji dari sudut kemampuan Anda dan kondisi sekolah tempat

Anda mengajar untuk menemukan jenis observasi mana saja yang mungkin Anda

pergunakan.

2. Tujuan / Sasaran Observasi

Milss (2000), menjelaskan bahwa observasi bertujuan mengamati aktivitas

siswa, aspek-aspek fisik dari suatu situasi tertentu sebagai sumber informasi yang

dapat memperkaya informasi-informasi yang lain. Observasi juga bertujuan untuk

mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab masalah tertentu. Dalam

penelitian formal, observasi bertujuan mengumpulkan data yang valid dan reliabel

(sahih dan handal). Data ini kemudian akan diolah untuk menjawab berbagai

pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis. Dalam PTK, observasi terutama

ditujukan untuk memantau proses dan dampak perbaikan yang direncanakan. Oleh

karena itu, yang menjadi sasaran observasi dalam PTK adalah proses dan hasil

atau dampak pembelajaran yang direncanakan sebagai tindakan perbaikan. Proses

dan dampak yang teramati diinterpretasikan, selanjutnya digunakan untuk menata

kembali langkah-langkah perbaikan.

3. Prosedur Observasi

Pada dasarnya, prosedur atau langkah-langkah observasi terdiri dari tiga

tahap, yaitu: pertemuan pendahuluan, observasi, dan diskusi balikan. Ketiga tahap

ini sering disebut sebagai siklus pengamatan, yang populer dipakai dalam

supervisi klinis, baik dalam pembimbing calon guru maupun dalam memberikan

bantuan profesional bagi guru yang sudah bertugas. Siklus ini dapat digambarkan

sebagai berikut. Mari kita kaji langkah-langkah tersebut satu persatu.

a. Pertemuan Pendahuluan

Pertemuan pendahuluan yang sering disebut sebagai pertemuan perencanaan

dilakukan sebelum observasi berlangsung. Tujuan pertemuan ini adalah untuk

menyepakati berbagai hal yang berkaitan dengan pelajaran yang akan diamati

29

Page 30: BAC-PPSD-8

8.

dan observasi yang akan dilakukan, sebagaimana yang telah anda kaji pada

prinsip pertama observasi. Langkah-langkah dan konteks pembelajaran, fokus

observasi, kriteria observasi, lama pengamatan, cara pengamatan, dan

sebagainya dapat disepakati pada pertemuan pendahuluan ini. Fokus observasi

misalnya siswa yang memberi respon secara sukarela, siswa yang mendapat

penguatan, atau jenis pertanyaan yang diajukan oleh guru, sedangkan contoh

kriteria observasi adalah: peningkatan sumber belajar yang dipakai siswa,

peningkatan jumlah pertanyaan yang diajukan siswa, peningkatan rasa puas

pada diri siswa, dan peningkatan jumlah siswa yang menjawab dengan benar.

b. Pelaksanaan Observasi

Sesuai dengan kesepakatan pada pertemuan pendahuluan, observasi dilakukan

terhadap proses dan hasil tindakan perbaikan, yang tentu saja terfokus pada

prilaku mengajar guru, perilaku belajar siswa, dan interaksi antara guru dan

siswa. Pengamat merekam/menginterpretasikan data sesuai dengan

kesepakatan dan berusaha menciptakan suasana yang mendukung

berlangsungnya proses perbaikan.

c. Diskusi Balikan

Sesuai dengan prinsip pemberian balikan, pertemuan balikan dilakukan segera

setelah tindakan perbaikan yang diamati berakhir. Makin cepat pertemuan ini

dilakukan makin baik, dan sebaiknya diusahakan agar pertemuan ini tidak

ditunda lebih dari 24 jam. Dalam pertemuan ini, guru dan pengamat berbagi

informasi yang dikumpulkan selama pengamatan, mendiskusikan/

menginterpretasikan informasi tersebut, serta mengambil tindakan lebih lanjut

jika diperlukan.

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang siklus observasi tersebut,

cobalah anda simak contoh berikut ini. Anda akan dapat membayangkan

situasi observasi dan hubungan antara guru dan pengamat. Agar ketiga tahap

observasi ini dapat berlangsung secara efektif, Anda perlu memperhatikan

beberapa prinsip berikut, yang berkali-kali ditekankan oleh Hopkins (1993),

Pertama, hubungan antara guru dan pengamat haruslah didasari saling

percaya, sehingga pengamat dapat berlangsung dalam iklim yang

30

Page 31: BAC-PPSD-8

8.

menyenangkan dan saling membantu. Kedua, fokus kegiatan pengamatan

haruslah pada usaha perbaikan pembelajaran dan mendorong keberhasilan

strategi yang diterapkan, bukan pada kegagalan atau kritik terhadap

kepribadian/perilaku guru yang dianggap tidak sesuai. Ketiga, proses

didasarkan pada pengumpulan dan pemanfaatan data observasi, bukan pada

keputusan atau pertimbangan yang tidak terkait dengan sasaran observasi.

Keempat, guru hendaknya didorong untuk menarik kesimpulan tentang

pembelajaran yang dikelolanya dari data yang dikumpulkan dan jika perlu

membuat hipotesis yang dapat diuji pada pembelajaran yang akan datang.

Keempat, setiap tahap dari tiga tahap ini merupakan proses yang berlanjut dan

yang satu selalu bertumpu pada yang lain. Terakhir, guru dan pengamat

bersama-sama terlibat dalam proses pengembangan profesional yang saling

menguntungkan. Kemampuan mengajar dan keterampilan mengobservasi akan

meningkat dengan melaksanakan ketiga tahap observasi secara benar.

B. Wawancara

Untuk memperoleh data yang diperlukan atau data pendukung PTK, selain

menggunakan observasi, guru juga dapat melakukan wawancara, baik kepada

siswa, rekan-rekan guru, staf sekolah lain atau mungkin kepada orang tua siswa.

Secara sederhana, wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu

(Moleong, 1991).

Wawancara mungkin merupakan alat yang paling purba dan paling sering

digunakan manusia untuk memperoleh informasi (Kerlingger, 1993). Wawancara

memiliki sifat-sifat penting yang tidak dipunyai oleh tes-tes pada skala obyektif

dan pengamatan behavioral. Apabila digunakan dengan menggunakan rencana

yang tersusun baik, maka wawancara dapat menghasilkan banyak informasi yang

bersifat fleksibel dan dapat diadaptasi untuk situasi-situasi individual, serta

seringkali dipergunakan bilamana tidak ada metode lain yang dimungkinkan atau

memadai.

Wawancara dapat dipergunakan untuk tiga maksud utama. Pertama,

wawancara dapat dipergunakan sebagai alat eksplorasi untuk identifikasi varibel

31

Page 32: BAC-PPSD-8

8.

dan relasi, mengajukan

hipotesis, dan memandu tahap-

tahap lain di dalam penelitian.

Kedua, wawancara dapat

menjadi instrumen utama

penelitian. Dalam hal ini

pertanyaan-pertanyaan yang

dirancang untuk mengukur

aspek-aspek yang diteliti dimasukkan ke dalam panduan wawancara dalam

keadaan ini, pertanyaan-pertanyaan harus dipandang sebagai butir-butir (item

soal) dalam suatu instrument penelitian, bukan sekedar sebagai sarana

menghimpun informasi belaka. Ketiga, wawancara itu dapat digunakan sebagai

penopang atau pelengkap metode lain. Dalam keadaan ini wawancara dapat

berfungsi menggali lebih mendalam motivasi responden serta alasan-alasan

responden memberikan jawaban dengan cara-cara tertentu.

Di dalam penelitian kualitatif, wawancara (interview) oleh banyak

kepustakaan dikemukakan di dalam berbagai terminologi, misalnya disebut

intensive interviewing, indepth interviewing, ataupun instructured interviewing,

yang berarti suatu percakapan yang terarah dengan tujuan mengumpulkan atau

memperkaya informasi atau bahan-bahan (data) yang mendetil (kaya atau padat),

yang hasil akhirnya untuk digunakan dalam analisis kualitatif (Mantja, 1993;

McMillan & Schumacher, 2001). Perbedaan dengan wawancara terstruktur yang

bertujuan untuk memperoleh pilihan di antara berbagai alternatif jawaban

terhadap pertanyaan yang ditampilkan dari sebuah topik atau situasi, adalah

bahwa wawancara mendalam, mendetil atau intensif berupaya menemukan

pengalaman-pengalaman informan atau responden dari topik tertentu atau situasi

spesifik yang dikaji. Dalam pandangan Lofland and Lofland (1983), bahwa bagian

terbesar dari data observasi peranserta pada dasarnya diperoleh melalui

wawancara informal dan yang disempurnakan melalui observasi. Karena itu

pengamatan peranserta dan wawancara mendalam merupakan teknik sentral

32

Page 33: BAC-PPSD-8

8.

dalam penelitian kualitatif. Oleh karena itu keduanya harus dipandang dari

penekanan penggunaannya dengan memperhatikan saling keterkaitannya.

1. Bentuk-bentuk Wawancara

Ada beberapa bentuk wawancara yang sering dipergunakan di dalam

pengumpulan data penelitian. Patton (1987) mengemukakan beberapa bentuk

wawancara, yaitu; (a) wawancara informal, (b) pendekatan dengan menggunakan

petunjuk umum wawancara, dan (c) wawancara baku terbuka.

a. Wawancara pembicaraan informal

Ciri khusus dari wawancara jenis ini adalah di mana pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan bergantung pada pewawancara itu sendiri, atau tergantung dari

spontanitasnya di dalam mengajukan pertanyaan. Wawancara ini dilakukan

secara alami, sehingga hubungan antara pewawancara dan yang diwawancarai

terjadi di dalam suasana yang wajar atau tidak dirancang atau dipersiapkan

secara khsusus. Dalam proses wawancara, pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan dan jawaban yang disampaikan sebagaimana layaknya pembicaraan

biasa yang dilakukan dalam pembicaraan sehari-hari. Bahkan mungkin ketika

wawancara dilakukan orang yang diwawancarai tidak mengetahui atau tidak

menyadari bahwa dirinya sedang diwawancarai. Meskipun situasi berlangsung

secara wajar dan alami, namun pewawancara tetap melakukan aktivitas pokok

sebagai pewawacara, yaitu melakukan pencatatan atau perekaman data.

Karena itu diperlukan keterampilan yang memadai dan spesifik baik di dalam

mengajukan item-item pertanyaan maupun di dalam menciptakan situasi yang

wajar dan alami tersebut. Sebagai contoh ketika seorang guru ingin

mengalami kesulitaan yang dihadapi siswa di dalam mengerjakan latihan soal.

Dalam wawancara ini guru tidak perlu menyiapkan waktu dan tempat secara

khusus. Guru dapat melakukannya mungkin sambil menjelaskan hal-hal lain,

kemudian menyelinginya dengan menanyakan siswa tentang kesulitan-

kesulitanya. Dengan demikian siswa tidak merasa diwawancarai secara

khsusus.

b. Pendekatan dengan menggunakan petunjuk umum wawancara

33

Page 34: BAC-PPSD-8

8.

Jika wawancara pembicaraan informal tidak memerlukan panduan khusus dan

spesifik tentang aspek-aspek yang ingin diwawancarai, berbeda dengan teknik

pewawancara yang kedua ini justeru mempersyaratkan agar pewawancara

membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang ditanyakan dalam

proses wawancara. Penyusunan pokok-pokok wawancara harus dipersiapkan

terlebih dahulu oleh pewawancara sebelum wawancara dilakukan. Petunjuk

umum wawancara tidak harus selalu dibuat secara rinci, akan tetapi cukup

memuat garis-garis besar aspek yang ingin ditanyakan. Petunjuk yang

didasarkan pada anggapan bahwa ada jawaban yang secara umum akan sama

diberikan oleh para responden, tetapi yang jelas tidak ada perangkat

pertanyaan baku yang disiapkan terlebih dahulu. Pelaksanaan wawancara dan

pengurutan pertanyaan disesuaikan dengan keadaan responden. Karena itu

urutan-urutan pertanyaan tidak bersifat kaku, termasuk bagian-bagian mana

yang terlebih dahulu ditanyakan atau diletakkan pada akhir. Sebagai contoh

ketika guru akan mewawancarai siswa tentang kepdulian orang tua terhadap

belajar siswa. Dalam wawancara jenis ini guru telah menyiapkan sejumlah

butir-butir pertanyaan penting yang akan diajukan, misalnya tentang keadaan

orang tua, waktu-waktu mereka berada di rumah, bentuk-bentuk perhatian

orang tua, intensitas pemberian bimbingan belajar dan seterusnya yang telah

disusun secara berurutan. Dalam pelaksanaannya pertanyaan-pertanyaan

tersebut dapat dijabarkan secara spesifik oleh guru, dan susunan pertanyaan

juga tidak harus berurutan. Hal ini akan tergantung dari jawaban-jawaban

orang siswa dari pertanyaan-pertanyaan sebelumnya.

c. Wawancara baku terbuka

Wawancara baku terbuka adalah wawancara yang menggunakan seperangkat

pertanyaan baku (Moleong, 1991:136). Pada jenis wawancara ini, urutan

pertanyaan, kata-kata yang dipergunakan di dalam daftar pertanyaan, urutan

penyajian disusun sama untuk semua responden yang diwawancarai. Tidak

seperti bentuk pertama, kedua sebelumnya, pada bentuk ini, pewawancara

tidak terlalu memiliki keluwesan mengadakan pertanyaan-pertanyaan

pendalaman. Maksud dari adanya pembatasan-pembatasan di dalam

34

Page 35: BAC-PPSD-8

8.

wawancara ini adalah untuk mengurangi terjadinya “kemencengan” (bias).

Jenis wawancara ini tepat dilakukan apabila pewawancara terdiri dari

sejumlah orang dan yang diwawancarai cukup banyak jumlahnya, sehingga

hasil-hasil atau data yang diperoleh tidak terlalu banyak perbedaan. Di dalam

PTK mungkin guru tidak terlalu sering menggunakan jenis wawancara ini,

karena di samping siswa yang dihadapi jumlahnya tidak terlalu besar,

hubungan guru dan siswa sudah sangat akrab, dan waktu yang dipergunakan

tidak terlalu leluasa karena menyelingi kegiatan pembelajaran. Mungkin guru

lebih disarankan untuk menggunakan jenis wawancara informal jika memang

diperlukan wawancara.

Ketika Anda melaksanakan wawacara, Anda boleh mengembangkan

berbagai bentuk pertanyaan yang dapat mengungkapkan informasi atau data yang

Anda butuhkan. Ada beberapa jenis pertanyaan dan hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam mengembangkan pertanyaan yang lazim dipergunakan dalam

wawancara.

a. Pertanyaan deskriptif (descriptive question), yaitu bentuk pertanyaan di mana

pewawacara meminta responden untuk mendeskripsikan sesuatu. Misalnya,

“Dapatkah Anda menceriterakan pertemuan yang baru Anda ikuti.

b. Pertanyaan struktural (structural question), adalah pertanyaan yang diarahkan

untuk membantu peneliti bagaimana informan mengorganisasikan

pengetahuannya. Misalnya: “Cara apa saja yang Anda gunakan untuk

menyampaikan materi pelajaran”. Atau, “Dapatkah Anda menjelaskan

langkah-langkah yang ditempuh di dalam penerapan metode diskusi kelompok

kecil?”

c. Pertanyaan pembeda atau mempertentangkan (contras question), adalah

pertanyaan yang bertujuan mengetahui makna sesuatu yang dikemukakan oleh

informan terhadap berbagai terminologi di dalam bahasa penutur. Pertanyaan

jenis ini menghendaki informan membedakan obyek dan peristiwa menurut

pengalaman mereka, sehingga peneliti memperoleh wawasan dimensi makna

yang digunakan informan untuk membedakannya. Pertanyaan ini misalnya:

“Apakah perbedaan cara belajar anak cacat, anak normal dan anak luar

35

Page 36: BAC-PPSD-8

8.

biasa?”). Contoh lain: “Apa perbedaan guru yang melaksanakan PTK dengan

guru yang tidak melaksanakan PTK dilihat persiapan mengajar yang

disusunnya?”

d. Pertanyaan bergiliran (asymetridal turn talking), di mana informan dan

pewawacara bergiliran di dalam berbicara. Dalam bentuk ini pertama

pewawancara menguraikan semua pertanyaannya terlebih dahulu, kemudian

informan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut atau mengungkapkan

sebagian besar pengalaman-pengalamannya.

e. P engembangan dari yang singkat (expansion rather than abbreviation), di

mana peneliti mendorong informan untuk memperluas (memperjelas) apa yang

dikemukakannya untuk menghindari kurang rincinya topik yang diperoleh.

Dalam proses wawancara ini peneliti sering mengingatkan informan agar tidak

dilakukan secara singkat dan terburu-buru untuk mempercepat waktu

penelitian.

f. Mengajukan pertanyaan dengan cara yang akrab bersahabat (asking friendly

question). Selama proses wawancara antara peneliti dan informan berlangsung,

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan di dalam wawancara selalu diarahkan

dalam rangka membangun hubungan yang akrab, saling menghargai dan

penuh kehangatan (rapport), sehingga informan tidak lekas merasa jenuh

apalagi merasa terbebani dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

peneliti.

g. Berhenti sejenak (pausing). Dalam kenyataan di lapangan seringkali peneliti

merasa khawatir bilamana aspek-aspek yang telah dirancang untuk ditanyakan

tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena terbatasnya waktu yang tersedia.

Akhirnya tanpa disadari peneliti terus mengejar informan dengan pertanyaan-

pertanyaan sehingga suasana wawancara menjadi kurang kondusif. Sebaiknya

pewawancara harus berhenti beberapa saat agar suasana keakraban dan raport

yang telah terbina terpelihara dengan baik.

B. Melaksanakan Wawancara

36

Page 37: BAC-PPSD-8

8.

Di dalam pengumpulan data melalui wawancara, ada dua kegiatan yang

sangat mendasar dan saling terkait, yaitu mengembangkan hubungan baik

(rapoort) dan mengejar perolehan informasi. Keduanya penting dan menuntut

perhatian khusus peneliti. Dalam pengumpulan data, jangan sampai terjadi

kegiatan yang satu mengorbankan kegiatan aspek lain. Misalnya, karena peneliti

khawatir data yang akan dikumpulkan tidak lengkap, maka ia mengabaikan aspek-

aspek yang berkenaan dengan pembinaan hubungan yang baik dengan informan

dengan maksud agar waktu yang dipergunakan wawancara dapat dipergunakan

secara efektif. Sebaliknya juga tidak boleh terjadi, lantaran sangat menaruh

perhatian di dalam pembinaan hubungan yang harmonis dengan informan, data

yang dikumpulkan menjadi sangat sedikit dan tidak lengkap, karena waktu yang

tersedia lebih banyak untuk melakukan sesuatu yang diarahkan untuk menciptakan

hubungan baik tersebut. Oleh sebab itu secara garis besarnya ada tiga kegiatan

yang berkaitan dengan pelaksanaan wawancara, yaitu; (1) memulai wawancara,

(2) mengajukan pertanyaan pokok sekaligus perekaman data, (3) mengakhiri

wawancara.

1. Memulai wawancara

Jika Anda akan melakukan wawancara, sebaiknya terlebih dahulu Anda

meluangkan waktu sejenak untuk mengkaji kembali pedoman atau panduan

wawancara yang telah dipersiapkan. Kegiatan ini bertujuan agar ketika wawancara

telah mulai Anda laksanakan, Anda dapat menanyakan butir-butir pertanyaan

dengan lancar tanpa harus melihat berulang-ulang panduan tersebut, karena hal itu

dapat mengganggu kelancaran wawacara yang Anda lakukan. Bahkan jika

panduan wawacara sudah Anda persiapkan dengan baik dan Anda telah

memahami garis-garis besar pertanyaan dengan baik, Anda tidak harus membaca

kembali panduan tersebut ketika mengajuan pertanyaan, sehingga suasana

wawancara akan terasa lebih rileks. Hal lain yang perlu Anda perhatikan kembali

adalah kesiapan alat-alat yang akan dipergunakan di dalam mendukung kelancaran

wawancara, seperti buku catatan, alat-alat tulis, alat perekam data lainnya, jika hal

itu diperlukan. Kesiapan seperti ini nampaknya sederhana, akan tetapi akan sangat

37

Page 38: BAC-PPSD-8

8.

mengganggu bilamana peralatan tersebut tidak tersedia, sementara Anda

membutuhkannya ketika wawancara telah berlangsung.

Ketika mengawali wawancara, hal penting yang Anda lakukan adalah

membina hubungan baik, saling menghargai dan saling percaya, sebagaimana

sekilas telah kita bahas sebelumnya. Rapport tidak harus diartikan sebagai

hubungan yang sangat rapat. Baik peneliti maupun informan adalah partisipan

pelitian yang harus memiliki rasa saling percaya yang besar, agar terjadi arus

informasi yang lebih lancar dalam proses pengumpulan data. Pada tahap awal

wawancara ini Anda dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong

terciptanya keakraban, keterbukaan dan suasana yang tidak formal. Misalnya

menanyakan keluarga, kesehatan, alamat, aktivitas yang dilakukan dan

sebagainya. Jika hal ini telah Anda lakukan, kemudian Anda melihat bahwa

suasana telah mendukung untuk dimulainya wawancara, Anda dapat memulainya

dari pertanyaan-pertanyaan yang sederhana.

2. Mengajukan pertanyaan

Mungkin di antara Anda pernah terlibat di dalam melakukan wawancara.

Pengalaman Anda di dalam membina hubungan baik dengan informan, cara-cara

Anda mengajukan pertanyaan dan sikap Anda di dalam mendengar dan

memberikan respon kembali terhadap jawaban informan menjadi hal sangat

berarti untuk mendukung kelancaran wawancara. Dalam kaitan dengan butir

pertanyaan yang diajukan Kerlingger (1993);

a. Apakah pertanyaan yang akan Anda ajukan berkaitan dengan masalah

penelitian dan sasaran-sasaran penelitian? Selain pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan diarahkan untuk memperoleh informasi factual, semua butir di

dalam panduan wawancara Anda harus mempunyai fungsi tertentu dalam

masalah penelitiannya. Hal ini juga berarti bahwa semua butir pertanyaan

yang terdapat di dalam panduan wawancara Anda adalah untuk menggali

informasi yang dapat dipergunakan untuk menjawab masalah penelitian dan

atau menguji hipotesis.

38

Page 39: BAC-PPSD-8

8.

b. Tepatkah tipe pertanyaan yang akan Anda ajukan? Jika Anda

menggunakan bentuk-bentuk pertanyaan terbuka, mungkin Anda akan

mendapatkan informasi tentang sikap, perilaku, atau tentang pandangan

informan Anda tentang sesuatu secara lebih rinci. Sebaliknya informasi-

informasi lain mungkin dapat diperoleh dengan lebih cepat dan efisien bila

Anda menggunakan pertanyaan-pertanyaan tertutup. Sebagai contoh, bilamana

informan Anda minta untuk mengungkapkan atau pilihan sesuatu yang lebih

disukai di antara dua alternatif atau lebih, sedangkan alternative itu dapat

diungkapkan secara lugas, maka bentuk pertanyaan-pertanyaan terbuka

cenderung tidak tepat bahkan mungkin dinilai terlalu boros.

c. Apakah butir pertanyaan jelas dan tidak mengundang penafsiran ganda?

Suatu pertanyaan atau butir pertanyaan yang ambigu atau ganda adalah butir

pertanyaan yang tidak mengundang penafsiran yang berlainan serta jawaban

yang berbeda-beda dari penafsiran yang majemuk tersebut. Ada beberapa

kaidah di dalam menyusun pertanyaan untuk menghindari ambiguitas.

Pertama, kita harus menghindari pertanyaan yang memuat lebih dari satu

gagasan yang dapat direaksi oleh responden. Pertanyaan seperti; “Apakah

Anda yakin bahwa tujuan pembelajaran yang Anda rumuskan sudah cukup

baik jika dikaji dari dimensi peserta didik dan dikaji dari tujuan institusional

sekolah Anda??”. Contoh tersebut adalah ambigus, karena informan ditanya

sekaligus tentang tujuan pembelajaran dan tujuan institusional sekaligus dalam

satu pertanyaan. Kedua, hindari kata-kata atau ungkapan yang ambigu,

misalnya “Bagaimana pendapat dan saran Anda tentang butir-butir soal tes

ini?”. Atau “Bagaimana pandangan Anda tentang disiplin siswa jika dikaji dari

peran Anda sebagai guru dan sebagai orang tua?”. Perlu juga diperhatikan

bahwa mungkin pada saat tertentu kata-kata ambigu diperlukan bilamana

Anda sengaja bermaksud memancing kerangka pikir yang berbeda dari para

informan.

d. Apakah butir pertanyaan yang Anda rumuskan menggiring informan untuk

memberikan alternative jawaban tertentu? Pertanyaan-pertanyaan yang

sengaja menggiring informan untuk memberikan jawaban tertentu yang Anda

39

Page 40: BAC-PPSD-8

8.

inginkan, hal itu merupakan ancaman terhadap validitas wawancara Anda.

Contoh: “Apakah Anda telah membaca catatan-catatan yang saya tulis?”.

Atau; “Apakah Anda telah menyusun langkah-langkah kegiatan sesuai dengan

prosedur yang sudah kita bahas?”. Mungkin Anda akan mendapatkan sebagian

besar informan Anda menjawab “Ya” yang kemungkinan besar tidak

proporsional, karena pertanyaan tersebut menyiratkan tidak baik jika informan

belum membaca catatan yang ia buat seperti contoh pertanyaan pertama, atau

tidak menyusun langkah-langkah kegiatan sesuai prosedur yang telah dibahas

bersama seperti pada contoh pertanyaan kedua.

e. Apakah pertanyaan yang Anda susun menuntut pengetahuan dan

informasi yang tidak dimiliki oleh responden? Untuk menjaga agar tidak ada

butir pertanyaan yang tidak valid, karena kurangnya pengetahuan informan

tentang masalah yang ditanyakan, maka akan lebih baik bilamana

pewawancara menggunakan pertanyaan-pertanyaan saringan. Misalnya ketika

informan bermaksud menanyakan pendapat informan tentang Peraturan

Pemerintah berkenaan dengan Standar Nasional Pendidikan, akan lebih baik

jika diajukan pertanyaan apakah informan mengetahui tentang peraturan

pemerintah dimaksud. Ada kemungkinan pewawancara menjelaskan terlebih

dahulu secara singkat tentang hal yang ditanyakan tersebut, baru kemudian

menanyakan pendapat responden?

f. Apakah pertanyaan yang Anda susun menuntut hal-hal yang bersifat

pribadi dan peka sehingga informan Anda menolak menjawabnya? Jika

pertanyaan menyentuh hal-hal tersebut, maka Anda harus lebih selektif dan

berhati-hati. Pertanyaan-pertanyaan tentang penghasilan atau hal-hal lain yang

bersifat pribadi hendaknya diletakkan pada bagian belakang dalam

wawancara, yaitu setelah tercapainya hubungan baik dan keakraban (rapport)

antara pewawancara dan informan.

g. Apakah pertanyaan yang Anda ajukan menyiratkan hal-hal yang dianggap

baik atau buruk oleh masyarakat? Pada umumnya orang-orang cenderung

memberikan jawaban sesuai dengan yang dipandang baik oleh umum,

jawaban-jawaban yang menunjukkan atau menyiratkan kesetujuan pada

40

Page 41: BAC-PPSD-8

8.

tindakan-tindakan atau ikhwal yang dipandang baik. Misalnya kita

menanyakan kepada seseorang mengenai perasaannya terhadap anak-anak

terlantar. Setiap orang diharapkan memiliki simpati terhadap anak-anak

terlantar. Jika kita tidak berhati-hati kita hanya akan mendapatkan jawaban

stereotip atau klise tentang perasaannya terhadap anak-anak terlantar tersebut.

Beberapa pertanyaan di atas perlu Anda pahami dengan baik sebagai

bahan kajian ketika Anda mengajukan pertanyaan kepada informan. Cobalah

Anda lakukan latihan merumuskan beberapa pertanyaan, kemudian bandingkan

dengan beberapa rambu pertanyaan yang telah kita bahas bersama di atas.

3. Menutup wawancara

Jika wawancara telah selesai Anda lakukan, Anda harus menahan diri

beberapa saat untuk tidak meninggalkan informan. Hubungan akrab, saling

percaya yang telah Anda bina sejak awal dilakukan wawancara, hendaknya dapat

Anda pertahankan sampai wawancara benar-benar berakhir. Informan Anda harus

merasakan kepuasan yang Anda rasakan. Jika Anda merasa ada bagian-bagian

tertentu dari pertanyaan Anda belum dijawab secara tuntas, tidak selayaknya Anda

menunjukkan sikap ketidakpuasan Andadi hadapan informan, karena bilamana

Anda telah membina hubungan baik, Anda dapat meminta kesediaan informan

untuk memberikan informasi melalui wawancara selanjutnya. Ucapkan terima

kasih dengan sikap tulus dan hangat bilamana informasi yang diberikan informan

Anda telah dirasa cukup. Kemukakan secara terbuka bahwa informasi yang

disampaikannya benar-benar bermakna bagi penelitian yang Anda lakukan.

Latihan

1. Coba Anda tentukan salah satu aspek kegiatan pembelajaran yang

dapat diamati melalui observasi, kemudian tentukan langkah-langkah

pelaksanaan observasi yang akan Anda lakukan.

2. Jika Anda akan melibatkan rekan guru lain sebagai observer PTK

Anda langkah-alangkah apa yang perlu dilaksanakan agar rekan Anda dapat

berperan dengan baik mendukung PTK yang Anda lakukan.

41

Page 42: BAC-PPSD-8

8.

3. Identifikasi beberapa bentuk wawancara dan temukan perbedaan

mendasar di antara beberapa bentuk tersebut.

4. Agar wawancara dapat berlangsung dengan baik di mana

responden merasa memiliki keleluasaan dan keterbukaan mengungkapkan

informasi yang ditanyakan kepada, menurut Anda bagaimana seharusnya

sikap pewawancara.

5. Susunlah contoh pedoman wawancara yang akan Anda

pergunakan untuk pengumpulan data PTK Anda.

Petunjuk mengerjakan latihan

1. Kaji kembali secara seksama jenis-jenis observasi dan prosedur

pelaksanaan observasi.

2. Rekan guru yang dilibatkan di dalam observasi harus mengetahui denghan

jelas apa yang harus dilakukannya sebagai observer, bagaimana

melakukannya dan alat aapa yang dipergunakan untuk merekan

data/informasi. Hal ini perlu dibahas sebelum PTK dilaksanakan.

3. Perhatikan bentuk-bentuk wawancara dan bagaimana pelaksanaannya

sebagaimana telah Anda bahas sebelumnya.

4. Perhatikan kembali bagaimana sikap pewawancara ketika memulai

wawancara, megajukan pertanyaan-pertanyaan, menanggapi jawaban

responden.

5. Perhatikan kembali acuan di dalam merumuskan pertanyaan-pertanyaan

wawancara dan beberapa bentuk panduan wawancara yang sering

dikembangkan.

RANGKUMAN

Di antara teknik pengumpulan data non tes yang sering dipergunakan

dalam PTK adalah teknik observasi dan wawancara. Observasi merupakan

proses pengamatan secara sistematis dengan melakukan perekaman terhadap

perilaku tertentu untuk tujuan pembuatan keputusan-keputusan pengajaran

42

Page 43: BAC-PPSD-8

8.

Pelaksanaan observasi sebagai alat pengumpulan data memerlukan persiapan

Salah satu komponen yang perlu diperhatikan di dalam persiapan

pelaksanaan observasi adalah cara perekaman data. Agar teknik observasi ini

dapat dipergunakan sesuai dengan prosedur yang benar, yaitu; (1) adanya

perencanaan bersama, (2) menetapkan fokus pengamatan, membangun

criteria, dan (3) memiliki keterampilan melakukan observasi. (4) melakukan

balikan (feedback). Ada beberapa bentuk observasi yang sering digunakan;

(a) observasi terbuka, (b) observasi terfokus, (c) observasi terstruktur, (d)

observasi sistematik.

Di samping observasi, pengumpulan data melalui teknik non tes juga

seringkali dilakukan melalui wawacara. Wawancara secara sederhana dapat

diartikan sebagai percakapan dengan maksud tertentu. Ada beberapa bentuk

wawancara yang sering dipergunakan di dalam pengumpulan data penelitian.

yaitu; (a) wawancara pembicaraan informal (b) pendekatan dengan

menggunakan petunjuk umum wawancara, dan (c) wawancara baku terbuka.

Dalam pelaksanaan wawancara, di samping peneliti berupaya menghimpun

data/informasi yang diperlukan, juga harus senantiasa menciptakan hubungan

yang akrab, harmonis dan saling percaya. Untuk itu pemahaman terhadap

jenis-jenis pertanyaan wawancara perlu dipahami guru dengan baik.

Penciptaan hubungan yang baik juga diupayakan peneliti sampai mengakhiri

wawancara.

TES FORMATIF 2

Di bawah ini dicantumkan tes formatif yang bertujuan untuk mengukur

pemahaman anda mengenai uraian, contoh, dan rangkuman yang tercantum dalam

subunit ini.

Pilihlah alternatif A, B, C atau D dengan cara memberikan tanda silang (X) pada

jawaban yang Anda anggap paling benar.

43

Page 44: BAC-PPSD-8

8.

4. Observasi merupakan proses pengamatan secara

sistematis terhadap fenomena tertentu. Hal ini memiliki implikasi agar

sebelum observasi dilakukan guru diharuskan …

A. melibatkan pihak-pihak lain

B. membuat perencanaan

C. menyiapkan alat perekaman data

D. merumuskan aspek-aspek secara rinci

5. Upaya membangun kesepakatan bersama antara guru

yang melaksanakan tindakan dengan pengamat yang membantu proses

pengamatan dalam rangkaian observasi merupakan kegiatan…

A. melakukan analisis bersama

B. melakukan pengamatan bersama

C. membangun kriteria bersama

D. membangun perencanaan bersama.

3. Beberapa pertanyaan berikut bertujuan mengarahkan pada jenis keterampilan

yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan observasi, kecuali…

A. mengapa observasi perlu dilakukan?

B. dimana observasi akan dilakukan?

C. siapa atau apa yang akan diobservasi?

D. kapan waktu pelaksanaan observasi?

4. Kegiatan-kegiatan pokok yang saling terkait di dalam observasi lebih dikenal

dengan , “siklus pengamatan”, yang terdiri dari kegiatan;

A. pertemuan pendahuluan, proses pencatatan data dan analisis

B. perencanaan, proses pencatatan data, analisis hasil observasi

C. pertemuan pendahuluan, pengumpulan data, penutupan observasi

D. pertemuan pendahuluan, pelaksanaan observasi, diskusi balikan

5. Berikut ini adalah beberapa prinsip observasi, kecuali…

A. hubungan yang didasari saling percaya

44

Page 45: BAC-PPSD-8

8.

B. didasari pemikiran saling menguntungkan

C. terfokus pada perbaikan pembelajaran

D. harus merupakan tahap yang berlanjut

6. Jika guru memperkaya informasi atau bahan-bahan (data) yang mendetil dari

beberapa orang siswa berkenaan dengan aspek-aspek tertentu dari kegiatan

pembelajaran, berarti guru melakukan…

A. wawancara mendalam

B. wawancara terstruktur

C. wawancara terbuka

D. wawancara informal

7. Secara umum wawancara mempunyai beberapa kedudukan dan fungsi pokok,

kecuali...

A. sebagai pelengkap metode lain

B. sebagai alat eksplorasi

C. sebagai acuan analisis

D. sebagai instrumen utama

8. Suatu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan

ditanyakan, untuk selanjutnya sangat dituntut kreativitas atau apresiasi

pewawancara untuk mengembangkan pertanyaannya, dinamakan…

A. pedoman wawancara tidak terstruktur

B. pedoman wawancara tidak formal (informal)

C. pedoman wawancara tidak terfokus

D. pedoman wawancara tidak baku

9. Jika dicermati secara mendalam, ada dua hal utama yang sangat penting

dilakukan pewawancara di dalam proses wawancara, kecuali…

A. mengembangkan hubungan baik dan mengejar perolehan informasi

B. mengejar informasi dan melakukan pencatatan data

45

Page 46: BAC-PPSD-8

8.

C. melakukan hubungan baik dan memahami topik wawancara

D. menguasai topik-topik wawancara dan mengejar informasi

10. Ketika seorang pewawancara meminta responden untuk menguraikan sesuatu,

misalnya, meminta ceriterakan kembali hasil pertemuan, sesuatu yang

diamati, dan sebagainya, tergolong bentuk…

A. pertanyaan struktural

B. pertanyaan deskriptif

C. pertanyaan pembeda

D. pertanyaan perluasan

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang

terdapat di bagian akhir unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian

pergunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda

tentang bahan ajar dalam sub unit ini.

Rumus Perhitungan:

Hasil perhitungan tersebut di atas dapat diberikan makna sebagai berikut:

Skor 90 – 100, berarti sangat baik

Skor 80 – 89, berarti baik

Skor 70 – 79, berarti cukup baik

Skor 0 – 69, berarti kurang

Apabila skor Anda mendapat 80 ke atas, berarti bahwa penguasaan Anda tentang

bahan ajar dalam sub unit ini ”Baik” atau bahkan ”Sangat Baik”, maka Anda

dapat melanjutkan ke unit berikutnya. Namun, apabila tingkat penguasaan Anda

46

Page 47: BAC-PPSD-8

8.

masih mendapatkan skor di bawah 80, maka Anda disarankan untuk mempelajari

kembali subunit ini, khususnya pada bagian-bagian yang belum Anda kuasai

dengan baik. Perhatikan pada nomor soal yang mana Anda masih keliru

menjawabnya.

47

Page 48: BAC-PPSD-8

8.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Babbie, R. Eal. (1973). Survey Reseach Metods. CaliforniaWadswotrh Publishing Co.

Borg Walter, R & Gall Joyce, P. (2003). Educational Research An Introducion. Sevent Edition. USA: Library of Congress Cataloging-in-Publication Data.

Cartwright Carol, A & Cartwright, GP. (1998). Developing Observation Skill. USA: Longman Inc.

Dimyati dan Mudjiono. (1994). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga kependidikan Dirjen Dikti.

Gay, L.R. (1981). Educational Research and Competencies for Analysis & Application. Toronto: Charles E. Mernill Publishing Company.

Hopkins, D. (1993). A Teacher’s Guide to Classroom Research. Buckingham: Open University Press.

Kerlinger Fred, N. (1993). Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Mantja, W. (1993). Teknik Catatan Lapangan. Makalah pada Lokakarya Penelitian Kualitatif Tingkat Lanjut Bagi Tenaga Fungsional Akademik IKIP Malang Angkatan I tahun 1992/1993.

McMillan James, H & Schumacher, S. (2001). Research in Education: A Conceptual Introduction. Fifth Edition. USA: Addision Wesley Longman, Inc.

Moleong Lexy, J. (1991). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurkancana, W dan Sumartana, P.P.N. (1986). Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Patton Michel, Q. (1987). Qualitative Evaluation Methods. Baverly Hills: Sage Publication.

48

Page 49: BAC-PPSD-8

8.

Raka Joni, T., Kardiawarman., Hadisubroto, T. (1998). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Bagian Pertama: Konsep Dasar. Jakarta: Dirjen Dikti, Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah.

Wardani, I G.A.K. (2003). Hakikat Penelitian Tindakan Kelas. Buku Materi Pokok Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

49

Page 50: BAC-PPSD-8

8.

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

Tes Formatif 1

1) C Instrumen harus sesuai dengan data atau jenis data yang

dikumpulkan.

2) A Data yang terpilah menjadi dua kategori digolongkan sebagai data

nominal.

3) A Data yang menunjukkan pada urutan atau kedudukan digolongkan

sebagai data ordinal.

4) A Tes tidak harus mencakup seluruh materi

5) D Menumbuhkan kerjasama dilakukan dengan cara lain bukan

dengan memberikan tes hasil belajar.

6) C Tes standar telah melalui beberapa kali uji coba dan lebih dijamin

validitas dan reliabilitasnya.

7) B Bentuk tes seperti itu dinamakan multiple choice atau pilhan

ganda.

8) A Salah satu pertimbangan penggunaan tes essay adalah jumlah siswa

yang tidak terlalu banyak.

9) C Tes obyektif tidak selalu dapat dijawab dengan mudah.

10) B Upaya-upaya tersebut bertujuan meningkatkan obyektivitas tes

yang dikembangkan.

Tes Formatif 2

1) B Dengan membuat perencanaan akan lebih menjamin pengamatan

dapat dilakukan secara sistematis

50

Page 51: BAC-PPSD-8

8.

2) B Salah satu bentuk nyata kegiatan dalam perencanaan adalah

membangun kesepakatan bersama.

3) D Faktor waktu kurang memiliki kaitan dengan keterampilan

mengobservasi.

4) D Pertemuan pendahuluan, pelaksanaan observasi, diskusi balikan

dalam observasi dikenal dengan siklus pengamatan.

5) B Pelaksanaan observasi tidak terkait dengan prinsip keuntungan.

6) A Wawancara mendalam terarah pada upaya penggalian data atau

informasi secara detail.

7) C Wawancara dan acuan analisis tidak memiliki keterkaitan

8) A Bentuk ini lebih tepat digolongkan dalam pedoman wawacara tidak

terstruktur karena pertanyaan tidak dirancang secara ketat.

9) A Mengembangkan hubungan baik dan mengejar perolehan informasi

merupakan ini dari kegiatan wawancara.

10) B Meminta untuk menguraikan, menceriterakan kembali adalah

bentuk pertanyaan deskriptif.

51

Page 52: BAC-PPSD-8

8.

GLOSARIUM

IQ = Intellegence Quotience adalah tingkat kecerdasan anak yang diukur dengan skala tertentu. Skala yang sangat dikenal adalah Skala Inteligensi Stanford-Binet

Rapport adalah suatu keadaan atau situasi yang hangat, akrab yang didasari saling percaya antara pewawancara dan informan. Rapport merupakan suatu kondisi yang harus dikembangkan oleh pewawancara agar informan dapat memberikan data atau informasi yang diharapkan.

Teknik tes adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan dengan memberikan nilai dari tingkah laku atau prestasi yang dicapai.

Teknik non tes adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan tanpa

memberikan tugas atau soal yang harus dikerjakan. Teknik non tes yang sangat dikenal misalnya wawancara, observasi dan studi dokumenter.

Wawancara mendalam merupakan bentuk wawancara yang dilakukan untuk menggali informasi dari informan secara detail tentang sesuatu yang spesifik. Wawancara mendalam biasanya menggunakan waktu lebih lama dan seringkali tidak cukup hanya satu kali wawancara.

52