bac 3 unit 9
TRANSCRIPT
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA
Munirah Abd. Rahman Rahim
audara, marilah kita ingat kembali materi yang disajikan dalam unit 2, 3, 4 dan
5. Di antara materi-materi sajian tersebut adalah konsep-konsep fonologi,
morfologi, dan kalimat. Kajian lebih luas tentang analisis kesalahan berbahasa
Indonesia yang akan dipaparkan pada unit 9 ini.
SSetelah mempelajari unit 9 ini, diharapkan Anda memiliki kemampuan
menganalisis kesalahan berbahasa. Pada hakikatnya materi ini dapat diterapkan
dalam pembelajaran bahasa.
Jika konsep-konsep ini benar-benar dipahami dan dikuasai, tentu Anda akan
dapat menerapkannya dengan baik yang pada gilirannya tujuan Kajian Bahasa
Indonesia akan tercapai.
Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan, maka dalam unit ini Anda akan
menikmati sajian yang disusun dalam dua subunit berikut ini.
1. Subunit 1 Kesalahan Penggunaan Ejaan
2.Subunit 2 Kesalahan Diksi
Anda dapat mempelajari unit ini dengan menggunakan alat bantu video, web,
atau yang lainnya.
Subunit 1
30 Unit 9
Unit 9
Pendahuluan
Pendahuluan
Pendahuluan
Hakikat Kesalahan Berbahasa
alam subunit ini, Anda akan mempelajari pengertian kesalahan berbahasa,
kesalahan penggunaan ejaan, dan penerapannya dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia. Mari kita ikuti dengan cermat paparannya berikut ini.
DA. Pengertian Kesalahan Berbahasa
Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang tidak
diinginkan, khususnya suatu bentuk yang tidak diinginkan oleh penyusun program
dan guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Albert Valdman yang mengatakan bahwa
yang pertama-pertama harus dipikirkan sebelum mengadakan pembahasan tentang
menetapkan standar penyimpangan atau kesalahan. Sebagian besar guru bahasa
menggunakan kriteria ragam bahasa baku sebagai standar penyimpangan.
Corder menegaskan bahwa yang dimaksud dengan kesalahan berbahasa adalah
pelanggaran terhadap kode bahasa (breanchas of code). Pelanggaran terhadap kode
ini bukanlah hal yang bersifat fisik semata-mata, melainkan merupakan tanda akan
kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan terhadap kode.
Berdasarkan berbagai pendapat tentang pengertian kesalahan berbahasa di atas
dapatlah dikemukakan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemakaian
bentuk-bentuk tuturan yang meliputi kata, kalimat, paragraf yang menyimpang dari
sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang
telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku “Ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan”.
Kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi merupakan salah satu bentuk
kesalahan berbahasa secara lisan. Dalam kenyataannya pemakaian bahasa lisan dapat
disalin atau atau dipindahkan ke dalam bahasa tulis melalui lambang-lambang dalam
bentuk huruf dan tanda baca. Sehubungan dengan itu, kesalahan berbahasa dapat
terjadi dalam cara menyalin lambang-lambang bunyi bahasa ke dalam lambang-
lambang tertulis. Cara penyalinan lambang-lambang tersebut diatur oleh sistem ejaan
30 Unit 9
yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan. Dengan kata lain, kesalahan
berbahasa secara tertulis dapat terjadi dalam bidang ejaan.
Sistem ejaan yang terjadi dalam pemakaian bahasa Indonesia dewasa ini, yaitu
sistem “ Ejaan Yang Disempurnakan” (EYD). Karena itu, pemakaian bahasa
Indonesia yang menyimpang dari sistem tersebut merupakan bentuk kesalahan
berbahasa dalam bidang ejaan. Untuk menganalisis kesalahan seperti itu diperlukan
adanya pemahaman yang mendalam tentang EYD.
Sistem EYD terdiri atas tiga komponen, yaitu: penulisan huruf, kata, dan tanda
baca. Seperti Anda ketahui pada bagian awal ini dalam EYD terdiri dari lima huruf
untuk melambangkan bunyi vokal, yaitu: a, i, u, e, dan o. Bunyi diftong
dilambangkan dengan tiga macam huruf rangkap, yaitu: ng, ny, sy, kh,dan ks.
Penulisan huruf ini perlu dipahami benar-benar karena akan merupakan dasar bagi
penulisan kata dan tanda baca.
Sesuai dengan penggunaannya, huruf-huruf itu diwujudkan dalam 2 bentuk,
yaitu huruf besar atau huruf kapital dan huruf kecil atau huruf biasa. Bentuk-bentuk
huruf tersebut tentu sudah Anda kenal. Dalam pemakaiannya, huruf kecil lebih
banyak digunakan daripada huruf kapital. Untuk itu, diperlukan adanya pengetahuan
penulis tentang pemakaian huruf kapital. Huruf kapital digunakan dalan hal-hal
berikut:
B. Kesalahan Penggunaan Ejaan
1.Analisis Penulisan Kata Dasar dan Jadian
a) salah dalam pemenggalang kata.
Contoh: Seharusnya
1) u-matnya 1) umat-nya
2) kalanya 2) kala-nya
b) salah dalam penulisan gabungan kata.
Contoh: Seharusnya
30 Unit 9
1) pengikut sertaan 1) pengikutsertaan
2) mempertanggung jawabkan 2) mempertanggungjawabkan
c) kurang huruf dalam penulisan kata.
Contoh: Seharusnya
1) menggalakan 1) menggalakkan
2) karanganya 2) karangannya
d) Salah dalam penulisan partikel pun.
Contoh: Seharusnya
1) Iapun 1) Ia pun
2) teraturpun 2) teratur Pun
2. Analisis Penulisan Kata Depan
a) salah dalam penulisan kata depan di.
Contoh: Seharusnya
1) di lingkungan rumah 1) di Lingkungan rumah
2) dikota atau sebaliknya 2) Di Kota atau sebaliknya
b) Salah dalam penulisan kata depan ke.
Contoh: Seharusnya
1) kembali kejalan 1) kembali ke jalan
2) dari tahun ketahun 2) dari tahun ke tahun
3. Analisis penulisan kata serapan dari bahasa Asing
Penulisan ini dikatakan salah jika tidak sesuai dengan aturan penulisan unsur
serapan yang ditetapkan dalam buku “Peodman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Yang Disempurnakan”
Bab IV tentang “Penulisan Unsur Serapan”
Contoh : Seharusnya
1. tipe 1. tipe
2. study 2. studi
3. sistim 3. sistem
30 Unit 9
C. Analisis Pemakaian Tanda Baca
1. Analisis pemakaian tanda baca titik (.)
a) salah karena digunakan pada akhir judul, subjudul.
Contoh:
1) maksud dan tujuan karangan ini.
2) mengembangkan semangat belajar.
Seharusnya
1) maksud dan tujuan karangan ini
2) mengembangkan semangat belajar
b) salah karena digunakan pada singkatan yang seharusnya tidak menggunakan titik
Contoh: Seharusnya
1) U.U.D.45 1) UUD 45
2) M.P.R.R.I 2) MPR RI
2. Analisis Pemakaian Tanda Baca Koma (,)
a) salah karena menggunakan tanda koma yang semestinya tidak perlu
Contoh:
Setiap revolusi didahului evolusi ke arah tujuan yang sama, sehingga revolusi
merupakan lompatan terakhir,yang membawa evolusi sampai tujuannya, dengan
cukup mendadak
Seharusnya:
Setiap revolusi didahului revolusi ke arah tujuan yang sama, sehingga revolusi
merupakan lompatan terakhir yang membawa evolusi sampai tujuannya dengan
cukup nmendadak
3. Analisis Pemakaian Tanda Titik Koma
a) Salah karena titik koma digunakan pada akhir pernyataan yang diikuti perincian
(seharusnya menggunakan titik dua).
Contoh
30 Unit 9
Dalam suatu kerangka karangan memuat; rencana kerja, ketentuan-ketentuan
dan pengembangan topik, sehingga kerangka karangan sangat membantu penulis
dalam membedakan gagasan tambahan serta penyusunan yang teratur dan logis.
Seharusnya
Dalam suatu kerangka karangan memuat: rencana kerja,.......
b) salah karena titik koma digunakan tidak pada tempatnya (seharusnya
menggunakan titik).
Contoh:
Isi buku hendaknya sesuai dengan kebutuhan siswa; hal ini dimaksudkan untuk
memperlancar pemahaman siswa terhadap isi/materi buku serta menghindari
timbulnya rasa jemu pada diri siswa
Seharusnya
Isi buku hendaknya sesuai dengan kebutuhan siswa. Hal ini dimaksudkan
untuk...................................
4. Analisis Pemakaian Tanda Titik Dua (:)
a) salah karena seharusnya menggunakan tanda titik dua tetapi ternyata tanda itu
tidak digunakan
Contoh Seharusnya
Bab : I Bab I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
5. Analisis Pemakaian Tanda Hubung
Pemakaian tanda hubung dikatakan salah jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Menggunakan tanda hubung secara mubadzir dan seharusnya dihilangkan saja.
Contoh
1)..... maka penyusun-
Ingin mengemukakan....
2) - untuk mempelajari ada atau tidaknya perbedaan prestasi belajar..........
D. Penggunaan Ejaan
30 Unit 9
Perlu dilihat kembali bahwa ejaan merupakan konvensi suatu bahasa. Oleh
sebab itu, ejaan hanya berlaku untuk bahasa yang bersangkutan. Ejaan yang berlaku
di Indonesia adalah EYD. Hal-hal yang berkaitan dengan kapan tanda baca itu
digunakan dan bagaiman cara menggunakan dapat dibaca dalam buku EYD.
Ketentuan pokok
1. Tanda tanya (?), titik (.), titik koma (;), titik dua (:), tanda seru (!), ditulis rapat
dengan huruf terakhir yang mendahuluinya.
Contoh 22:
Ini sudah diketahui.
Apakah ada temuan baru dalam penelitian ini?
Bandingkanlah dengan contoh di atas!
2. Setelah tanda tanya (?), titik dua (:), koma (,), titik koma (;), harus ada satu spasi
kosong
Contoh :
... jelas. Langkah berikutnya adalah ....
atas perhatian Saudara, kami ucapkan.......
3. Tanda hubung (-), tanda pisah ( __ ), dan garis miring ( / ) diketik rapat dengan
huruf yang mendahului dan yang mengikutinya. Dalam pengetikan, tanda pisah
ditulis dengan menggunakan tanda hubung ganda ( - - ).
Contoh:
Rangkaian temuan ini – evolusi dan teori kenisbian—telah mengubah
Cara-cara yang dilakukan cukup.
Penelitian ini didanai DPP tahun anggaran 1991/1992.
E. Contoh Kesalahan Berbahasa
A. Huruf Kapital/Besar
Contoh tidak baku: Contoh baku:
Soelarso, Gubernur Jatim Soelarso, gubernur Jatim
Silahkan anda masuk Silakan Anda masuk!
30 Unit 9
Atas perhatian bapak, Atas perhatian Bapak,
Kami ucapkan kami ucapkan
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan dan saran
B. Penulisan Kata
Contoh tidak baku Contoh baku
dibelakang di belakang
kesamping ke samping
dari pada daripada
mempertanggung jawabkan mempertanggungjawabkan
C. Tanda Baca
1) Tanda titik (.)
Contoh tidak baku Contoh baku
.... jangka waktu. ... jangka waktu.
Rp. Rp
2) Tanda Koma (,)
Contoh tidak baku Contoh baku
Mereka telah berusaha, Mereka telah beusaha,
Saya tidak datang, kalau Saya tidak datang kalau
turun hujan. hujan turun.
Saya akan datang tetapi Saya akan datang, tetapi
hujan turun. hujan turun
Endang Purnomowati S. H Endang Purnomowati, S. H.
17.50 meter 17,50 m
3). Tanda Tanya (?)
Contoh tidak baku Contoh baku
Kapan kamu berangkat? kapan kamu berangkat?
Yang menjadi masalah ada- yang menjadi masalah
lah apakah hal itu bener? adalah apakah hal itu benar?
30 Unit 9
4) Tanda Seru (!)
Contoh tidak baku Contoh baku
Tidak mau! tidak mau!
5) Tanda kurung ( (....) )
Contoh tidak baku Contoh baku
DIP (Daftar Isian Proyek) DIP (Daftar Isian Proyek)
Latar belakang(LM) latar belakang (LM)
6) Tanda Elip ( ... )
Contoh tidak baku Contoh baku
Menggaambarkan ......utuh. menggambarkan ... utuh.
Kajian Bahasa Indonesia 4-15
.................dapat diamati ...dapat diamati mela-
melalui........ lui.....
7) Tanda garis miring ( / )
Contoh tidak baku Contoh baku
Jalan Danau Towuti G3F / 14 Jalan Danau Towuti G3F/14
Tahun anggaran 1993/ 1994 Tahun anggaran 1993/ 1994
30 Unit 9
Latihan Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan
berikut!
1. Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan kesalahan berhasa Indonesia!
2. Kemukakan tiga komponen system EYD, beserta contohnya!
3. Tuliskanlah contoh kesalahan berbahasa dari segi penggunaan huruf kapital,
penulisan huruf, dan tanda baca!
Pedoman Jawaban Latihan
1. Kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemekaian bentuk bentuk tuturan yang
meliputi kata, kalimat, paragraf yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa
Indonesia yang berlaku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang telah
ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku “Ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan”
2. Tiga komponen sistem EYD:
Penulisan huruf
Penulisan kata
Penulisan tanda baca
Contoh komponen sistem EYD:
Penulisan huruf
Vokal
a, i, u,e, dan o
Konsonan
b, c, d,f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z
Penulisan kata
Mata
30 Unit 9
Kado
Penulisan tanda baca
Titik (.)
Koma (,)
3. Contoh kesalahan berbahasa dari segi:
Penggunaan huruf kapital
Silakan anda masuk.
Atas perhatian bapak,
Penuliksan kata
Dibelakang
Dari pada
Tanda baca
Rp.
Ending Purnomo S. H
30 Unit 9
Tes Formatif 1Tes Formatif 1
1. Pelanggaran terhadap kode bahasa (breanchas of code) merupakan pernyataan
dari….
A. Corde
B. Albert Valdman
C. Tarigan
D. Stainhaver
2. Melalui apakah bahasa Indonesia ragam lisan dipindahkan ke dalam bahasa
ragam tulis?
A. tata bahasa baku
B. lambang-lambang dalam bentuk huruf dan tanda baca
C. kalimat dan paragraf
D. Fonologi bahasa Indonesia
3. Penggunaan tanda koma yang benar, kecuali….
A. 17, 5 meter
B. Adik belajar, ketika kakak tidur.
C. Kapan, paman berangkat?
D. Endang Sri Rahayu, M. Ag.
4. Penulisan gabungan kata yang tepat adalah….
A. mempertanggungjawabkan
30 Unit 9
B. pengikut sertaan
C. ketidak adilan
D. bertanggungjawab
5. Penyebab pelanggaran kode selain bersifat fisik adalah….
A. tidak mengetahui pengertian kesalahn berbahasa
B. pemakaian bentuk tuturan yang sempurnah
C. tidak menggunakan ragam bahasas baku
D. kuarang sempurnanya pengetahuan dan penmguasaan kode
6. Di bawah ini, penggunaan tanda tanya yang tepat, kecuali….
A. Ke mana Agung pergi?
B. Atas perhatian Saudara?
C. Kapan tim Indonesia bertanding?
D. Apakah ada temuan baru dalam penelitian ini?
7. Penulisan partikel pun yang benar, kecuali….
A. maupun
B. iapun
C. mereka pun
30 Unit 9
D. meskipun
8. Penggunaan tanda titik dua yang benar adalah….
A. Ibu membeli: sapu dan ember
B. contoh; Aan membantu temannya kemarin
C. BAB: I
D. Paman membeli alat tulis kantor seperti: pulpen, pensil, penggaris, dan
lain-lain.
9. Kesalahan berbahasa secara tertulis dapat terjadi dalam bidang….
A. ejaan
B. fonologi
C. lafal
D. fonem
10. Sistem ejaan yang digunakan dalam pemakaian bahasa Indonesia saat ioni
adalah….
A. Ejaan Yang Disempurnakan
B. konsep-konsep fonologi
C. hakikat kesalahan berbahasa Indonesia
D. pengumpulan kode-kode bahasa
30 Unit 9
Pedoman Kunci Jawaban Tes Formatif I
1. A. Corde
2. B. lambang-lambang dalam bentuk huruf dan tanda baca
3. C. Kapan, paman berangkat?
4. A. mempertanggungjawabkan
5. D. kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan kode
6. B. atas perhatian saudara?
7. B. iapun
8. D. Paman membeli alat tulis kantor seperti: pulpen, pensil, penghapus, dan
lain-lain.
9. A. ejaan
10. A. Ejaan Yang Disempurnakan
30 Unit 9
Rangkuman
Dalam buku yang berjudul “Common Error In Languange
Learning”. H.V.George mengemukakan bahwa kesalahan
berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang tidak
diinginkan (unwanted form), khususnya suatu bentuk yang
tidak diinginkan oleh penyusun program dan guru.
Kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemakaian bentuk-
bentuk tuturan yang meliputi kata, kalimat, paragraf yang
menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta
pemakaian ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan
sebagaimana dinyatakan dalam buku “Ejaan Bahasa Indonesia
yang disempurnakan”
Sistem EYD terdiri atas tiga komponen, yaitu: penulisan
huruf, kata, dan tanda baca. Seperti Anda ketahui pada bagian
awal ini dalam EYD terdiri dari lima huruf untuk
melambangkan bunyi vokal, yaitu: a, i, u, e, dan o. Bunyi
diftong dilambangkan dengan tiga macam huruf rangkap,
yaitu: ng, ny, sy, kh,dan ks. Penulisan huruf ini perlu dipahami
benar-benar karena akan merupakan dasar bagi penulisan kata
dan tanda baca.
Subunit 2
Subunit 2
Kesalahan Bentukan Kata
Saudara, pada subunit ini, Anda akan diajak untuk mempelajari materi
tersebut secara lebih mendalam, meliputi: kesalahan bentukan, dan kesalahan
imbuhan. Agar dapat memahani kajian ini dengan baik. Silakan Anda cermati uraian
berikut.
30 Unit 9
A. Kesalahan Bentukan
Faktor afiksasi memegang peranan penting dalam pemakaian bahasa
Indonesia, khususnya dalam segi pembentukan kata. Menurut posisinya, afiks atau
imbuhan bahasa Indonesia terbagi atas tiga jenis imbuhan, jenis awalan, akhiran, dan
sisipan. Di antara ketiga jenis imbuhan, jenis yang disebut terakhir tidak begitu
produktif dalam peristiwa pembentukan kata. Karena itu, kesalahan
pemakaian jenis imbuhan tersebut tidak begitu banyak dilakukan para pemakai
bahasa Indonesia jika dibandingkan dengan kedua jenis imbuhan lainnya.
Dalam kata bentuk-bentuk awalan menduduki posisi awal kata. Awalan yang
tinggi frekuensi pemakaiannya yaitu: awalan meng-, ber-, pe-, ber-, di-, ke-, ter-, dan
se-. Di antara awalan itu di samping ada yang memiliki bentuk yang tetap, terdapat
pula yang mengalami bentuk perubahan bunyi. Hal itu tidak menutup kemungkinan
para pemakai bahasa Indonesia dalam melakukan kesalahan mengucapkan bentuk-
bentuk tersebut. Kesalahan lainnya dapat terjadi dalam segi fungsi awalan itu, baik
dalam segi gramatikalnya maupun semantisnya. Kesalahan-kesalahan dalam
pemakaian awalan akan kita analisis pada bagian pertama modul.
Akhiran bahasa Indonesia yang produktif yaitu akhiran an, kan, dan i.
Akhiran ini tidak mengalami perubahan bentuk. Tetapi dalam segi fungsinya, banyak
pemakai bahasa Indonesia yang melakukan kesalahan menggunakan akhiran ini.
Kesalahan berbahasa Indonesia dalam bidang akhiran, akan dibahas pada bagian
kedua modul ini.
Dalam pemakaian bahasa Indonesia terdapat sistem penggabungan imbuhan,
baik antara awalan dengan akhiran ataupun awalan dengan awalan. Dalam peristiwa
pembentukan kata penggabungan tersebut ada yang bersifat serempak, dan ada pula
yang sifatnya bertahap. Kesalahan pemakaian imbuhan dalam kedua macam
penggabungan ini akan kita analisis pada bagian akhir modul ini.
30 Unit 9
Dalam kenyataan sering sekali terjadi kesalahan dalam proses pembentukan
kata dengan awalan–awalan tersebut. Perhatikanlah kata bentukan yang bergaris pada
kalimat di bawah ini!
(1) Dialah yang melola KUD di desainnya.
Dialah yang mempelopori pendirian KUD di desanya.
(2) Di sekolah itu ia mencoba menerapkan sistem pendidikan modern.
Di sekolah itu ia mencoba menterapkan sistem pendidikaan modern.
Di sekolah itu mencoba menerapkan sistem pendidikan modern.
Kalau Anda analisis, kata melola terbentuknya oleh adanya unsur me- + lola.
Dilihat dari konsonan awal (1) yang dihadapi awalan tersebut, pembentukan kata
seperti itu tidak memerlukan peristiwa nasalisasi. Tetapi, jika dilihat dari bentuk
dasarnya (lola), bentuk tersebut tidak terdapat dalam kosakata bahasa Indonesia.
Dalam kamus bahasa Indonesia tidak ada kata lola; yang ada yaitu kata kelola.
Karena itu, kesalahan bentukan kata melola bukan terdapat pada kesalahan
fonologinya, melainkan terjadi pada bentuk dasar atau kata dasarnya .
Kata mempelopori terbentuk dari unsur meN+ pelopor+ i. Bentuk pelopor
terdapat dalam kosakata bahasa Indonesia. Sebagai kata serapan, kata tersebut sudah
tidak dirasakan lagi keasingannya. Karena itu, sesuai dengan tabel yang pertama,
yaitu me- menghadapi p, akan terjadi peristiwa nasalisasi dengan meluluhkan p oleh
nasal m. Jadi, kata bentukan tersebut bukan mempelopori, melainkan memelopori.
Pada kata (2) kata mentrapkan terbentuk dari unsur meN-+kan. Sesuai dengan
proses nasalisasi awalan me dengan bentuk dasar bersuku tunggal (trap), bentuk yang
lebih tepat bukan men, melainkan menge seperti pada kalimat berikutnya. Walaupun
demikian, dalam bentukan tesebut kata dasar bukan trap melainkan terap. Hal ini
sesuai dengan kata dasar pada bentuk kata berikutnya yaitu menterapkan. Tetapi,
proses nasalisasi pada kata tersebut tidak sesuai dengan ketentuan pada tabel pertama,
yaitu luluhnya t oleh n. Jadi, yang tepat adalah menerapkan.
Dari contoh-contoh kesalahan bentuk kata di atas, dapat Anda simpulkan bahwa
kesalahan pembentukan kata dengan awalan terjadi dalam jenis kesalahan berikut:
30 Unit 9
( 1 ) kesalahan dalam bentuk nasalisasi
( 2 ) kesalahan dalam bentuk kata dasar
( 3 ) kesalahan akibat derajat keasingan kata dasar serapan
( 4 ) kesalahan akibat pengaruh awalan bahasa daerah
( 5 ) kesalahan akibat penggalan awalan atau penguasaan bentuk kata kerja
Kata bentukan berawalan me, seperti mengambil, memukul, membuat,
berdasarkan jenis katanya, termasuk jenis verbal. Kata-kata tersebut dibentuk dari
kata dasar ambil, pukul, buat ( kata kerja), cangkul, gulai, darat (kata benda), lebar,
tinggi, kuning (Kata Sifat). Jenis kata dasar itu masih dapat dibagi lagi berdasarkan
sifat-sifatnya; misalnya cangkul (nama alat), gulai (nama masakan) darat ( nama
tempat) dan sebagainya. Dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa awalan me
berfungsi membentuk jenis kata verbal. Fungsi awalan dalam segi penjenisan kata ini
dalam bidang kebahasaan termasuk fungsi gramitik.
Fungsi gramatis awalan ber, juga sebagai pembentuk kata verbal. Jenis kata
dasarnya dapat Anda tentukan berdasarkan contoh kata berikut: bertemu, bekerja,
bergembira, berpadu dan sebagainya. Walaupun kedua awalan di atas sama-sama
sebagai pembentuk jenis kata verbal, terdapat segi perbedaan di antara kata-kata yang
dibentuknya. Baik kata berawalan ber maupun me dapat berbentuk kata kerja
transitif, tetapi dalam fungsi kalimat objek kata kerja berawalan ber- tidak dapat
dijadikan subjek. Contoh:
( 1 ) a. Ayahnya sedang memagar kebun. ( kebun : objek)
Kebun dipagar oleh ayahnya.
b. Kebunnya berpagar bambu. ( Tidak dapat dibentuk menjadi kalimat:
Bambu dipagar oleh kebunnya)
Dalam fungsi kalimat, kata dengan bentukan kedua awalan itu dapat bersifat
intransitif (tidak berobjek). Contoh:
Kapalnya sudah mendarat.
Kapalnya sudah berderet.
30 Unit 9
Pada contoh ktalimat ( 1 ) dan ( 2 ) terdapat kata kerja berawalan di; yaitu dipagar .
Jelas kata dasar kedua kata itu masing-masing kata benda dan kata kerja. Kalimat
yang dibentuk oleh kedua kata itu adalah kalimat pasif. Karena itu, fungsi awalan di
adalah membentuk kata kerja pasif.
Selain itu terdapat juga makna awalan pe yang tidak bertumpu pada makna
awalan me; contoh:
( 1 ) Ayahnya petani. (orang yang bertani)
( 2 ) Ayahnya pejabat pemerintah. ( orang yang punya jabatan )
( 3 ) Ayahnya seorang petatar (yang ditatar ).
Awalan per-
Karena awalan ini sejalan dengan awalan ber-, makna awalan ini pun bertumpu
pada makna awalan ber-. Makna awalan per- di antaranya:
(1) Tindakan yang membuat lebih; contoh:
Pertinggi tiang bendera itu. ( buat supaya bertambah tinggi)
(2) Penegas makna, contoh:
Pergunakan barang ini! ( lebih keras daripada kata gunakan)
Pertanyakan hal itu kepadanya.
(3) Pelaku, contoh: perburu, pertapa, pekerja dan pelajar
Awalan ke-
1) Yang dikenai perbuatan (bertumpu pada makna awalan di), contoh:
Kekasih (yang dikasihi), Ketua (yang dituakan)
Kumpulan, contoh:
Kelima orang tahanan itu sudah dibebaskan.
Kami bertanya kepada kedua pasang mempelai itu.
Awalan se-
1) Menyatakan makna “satu”,
contoh:
30 Unit 9
Ia melihat serombongan penari ibukota.
Baru sehari itu terbakar.
2) Menyatakan makna”sama dengan atau “seperti”;
contoh:
Rumah sekampung itu terbakar.
Besok ada acara lomba deklamasi siswa SMA se-Sulawesi Barat .
Kemampuan seseorang dalam menggunakan kata-kata bentukan, bukan
diperoleh dari cara menghafalkan semua bentuk dan makna setiap kata bentukan yang
ada dalam suatu bahasa. Kemampuan itu diperoleh berdasarkan penguasaan kosakata
dan sistem morfologis bahasa tersebut. Sistem morfologis awalan bahasa Indonesia,
sebagaimana telah Anda pelajari, mencakup sistem bentuk dan fungsi, baik fungsi
gramatis maupun semantik. Sistem tersebut diperoleh dari hasil penalarannya
terhadap kebiasaan pemakai bahasa dalam menggunakan awalan yang ada.
Sehubungan dengan hal di atas, analisis terhadap segi kesalahan berbahasa
dalam segi awalan, dapat pula dilakukan melalui cara-cara yang berdasar pada
bentukan-bentukan yang sudah ada dan benar menurut sistem bahasa. Jadi, bila Anda
menganalisis kesalahan pemakaian awalan bahasa Indonesia dalam segi fungsi,
misalnya, analisis Anda dapat dilakukan melalui analisis fungsi awalan secara
gramatis dan semantis.
Untuk itu, perhatikanlah contoh kesalahan pemakaian awalan bahasa Indonesia
ada kata-kata bergaris dalam kalimat ini.
1) Sebelum pergi, ia disepatu dahulu.
2) Sepulangnya dari sekolah, ia ketabrak mobil.
3). Gunung yang paling tertinggi di Pulau Sumatra yaitu Gunung Kerinci.
B. Kesalahan Bidang Imbuhan
Akhiran merupakan jenis imbuhan atau afiks yang menduduki posisi akhir
kata bentukan. Ada tiga macam akhiran bentukan utama bahasa Indonesia, yaitu
akhiran an, kan, dan i. Dalam peristiwa pembentukan kata ketiga akhiran itu tidak
30 Unit 9
mengalami perubahan bentuk. Contoh: makan+_an manjadi makanan, lari+ kan
menjadi larikan garam+ i menjadi garami.
Walaupun demikian, terdapat keistimewaan pada peristiwa pembentukan kata
dengan –i. Hal ini –i tidak pernah menghasilkan kata bentukan dari kata dasar yang
terakhir dengan fonem i, misalnya kata dasar lari, mati, suci, padi tidak dapat
dibentuk menjadi larii, matii, suci dan sebagainya.
Dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan pemakaian akhiran baik
dalam segi bentuk ataupun fungsinya. Perhatikanlah contoh berikut!
1) Kursi ruang tamu itu.
Kursi ruang tamu itu.
2) Besarin sedikit bajumu.
Bawain senjata.
3) Letakin senjata.
Kontrakin saja rumahmu.
Ditinjau dari segi bentuk kata, pemakaian akhiran i pada contoh kalimat-
kalimt (1) dari sistem akhiran i bahasa Indonesia. Dalam hal ini, kata dasar kursi
berakhir dengan /i/ sehingga tidak mungkin dibentuk lagi dengan akhiran i. Tetapi,
dilihat dari fungsinya i pada kedua bentukan itu berfungsi gramatik; yaitu membentuk
kata kerja transitif. Begitu pula, akhiran tersebut berfungsi semantik, yaitu
mengandung makna “memberikan“ atau “membubuhkan”. Cara lain untuk
mengemukakan maksud atau gagasan yang terkandung dalam bentuk tersebut yaitu
pembentukan kata dengan menggunakan akhiran in seperti terlihat pada contoh
kalimat di bawahnya.
Kata besaran pada contoh kalimat (2) terbentuk oleh unsur besar+-an. Dalam
kedua kata tersebut an merupakan bentuk akhiran bahasa Indonseia. Fungsi
gramatisnya, akhiran tersebut membentuk kata benda (besaran) dari jenis sifat
(besar) seperti halnya pada kata manisan, asinan, paduan, dan sebagainya. Menurut
fungsi semantisnya, akhiran tersebut mengandung makna “yang dikenai tindakan”.
Jadi, kata tersebut berarti “yang dimaniskan, diasinkan, dan dipadukan sehingga,
30 Unit 9
kedua kata di atas dapat diartikan sebagai “yang dibesarkan”. Kedua kata itu misalnya
digunakan pada kalimat.
Adanya akhiran “-an” dalam bahasa daerah menyebabkan adanya bentukan-
bentukan kata yang menyimpang dari sistem akhiran bahasa Indonesia dewasa ini.
Perhatikan pemakaian akhiran -an pada kalimat berikut:
1) Masih tinggian saya daripada kamu.
2) Rambutnya kutuan.
3) Ia masih ingusan.
4) Dia anak sekolahan.
Pada contoh (1), dengan an, kata dasar jenis sifat dibentuk menjadi kata jenis
sifat juga. Bandingkan dengan fungsi gramatis akhiran an sebagaimana telah Anda
pelajari. Menurut fungsi semantiknya akhiran an pada kata itu mengandung makna
perbandingan atau komporatif yang berarti “lebih”. Kata bentukan pada kalimat (2)
dan (3) adalah jenis sifat yang dibentuk dari kata dasar jenis benda. Ini sesuai dengan
bentukan pada contoh uraian akhiran –an, seperti kata bulanan, harian, meteran.
C. Kesalahan Berbahasa dalam Penggabungan Imbuhan
Dalam peristiwa pembentukan kata sering terjadi peristiwa penggabungan
imbuhan, baik antara awalan dengan awalan ataupun antara awalan dengan akhiran.
Dalam hal ini terdapat dua macam penggabungan, yaitu penggabung yang dilakukan
secara serempak dan penggabungan yang dilakukan secara bertahap. Hal yang
pertama, misalnya terjadi pada kata kekuatan, perdebatan, pemukulan. Dalam hal ini
ke-an, per-an dan peN-an secara serempak membentuk ketiga kata bentukan di atas
dengan menggunakan kata dasar kuat, debat dan pukul. Karena kedua macam
imbuhan itu masing-masing tidak berdiri sendiri, maka makna yang dikandungnya
pun merupakan satu kesatuan. Imbuhan seperti itu disebut dengan istilah konfiks.
Lain halnya dengan me-kan, per-kan, memper-kan. Misalnya pada kata
menggunakan, pergunakan, mempergunakan. Dalam hal ini akhiran kan lebih dahulu
berfungsi pada kata bentukan itu daripada me-, per-, memper-. Bentukan imbuhan
30 Unit 9
seperti ini tidak sama fungsinya dengan konfiks, untuk itu, perhatikan proses
bentukan kata-kata di atas.
( 1 ) ke-an + kuat = kekuatan
per-an+ debat = perdebatan
peng-an + pukul = pemukulan
( 2 ) guna + kan = gunakan, me+ gunakan = menggunakan
guna= - kan = gunakan, per-+gunakan = pergunakan
Untuk mengetahui pemahaman Anda terhadap materi di atas, kerjakanlah latihan
berikut!
1. Uraikan jenis kesalahan yang terjadi dalam pembentukan awalan!
2. Jelaskan kesalahan pembentukan kata dalam penggabungan imbuhan!
30 Unit 9
LATIHAN
3. Jelaskanlah peranan afiksasi!
pedoman Jawaban Latihan
1. ( 1 ) kesalahan dalam bentuk nasalisasi
( 2 ) kesalahan dalam bentuk kata dasar
( 3 ) kesalahan akibat derajat keasingan kata dasar serapan
( 4 ) Kesalahan akibat pengaruh awalan bahasa daerah
( 5 ) Kesalahan akibat penggalan awalan atau penguasaan bentuk kata kerja
2. Dalam peristiwa pembentukan kata sering terjadi peristiwa penggabungan
imbuhan, baik antara awalan dengan awalan ataupun antara awalan dengan
akhiran. Dalam hal ini, terdapat dua macam penggabungan, yaitu
penggabungan yang dilakukan secara serempak dan penggabungan yang
dilakukan secara bertahap.
3. Faktor afiksasi memegang peranan penting dalam pemakaian bahasa Indonesia,
khususnya dalam segi pembentukan kata. Menurut posisinya, afiks atau
imbuhan bahasa Indonesia terbagi atas tiga jenis imbuhan, jenis awalan,
akhiran, dan sisipan. Di antara ketiga jenis imbuhan, jenis yang disebut terakhir
tidak begitu produktif dalam peristiwa pembentukan kata.
30 Unit 9
Rangkuman
Faktor afiksasi memegang peranan penting dalam pemakaian bahasa Indonesia, khususnya dalam segi pembentukan kata. Menurut posisinya, afiks atau imbuhan bahasa Indonesia terbagi atas tiga jenis imbuhan, jenis awalan, akhiran, dan sisipan.
Dalam kata bentuk-bentuk bentukan awalan menduduki posisi awal kata. Awalan yang tinggi frekuensi pemakaiannya yaitu: awalan meng-, ber-, pe-, ber-, di-, ke-, ter-, dan se-. Dan akhiran bahasa Indonesia yang produktif yaitu akhiran an, kan, dan i.
Kesalahan pembentukan kata dengan awalan terjadi dalam
jenis kesalahan berikut:
(1) kesalahan dalam bentuk nasalisasi
(2) kesalahan dalam bentuk kata dasar
(3) kesalahan akibat derajat keasingan kata dasar serapan
(4) kesalahan akibat pengaruh awalan bahasa daerah
(5) kesalahan akibat penggalan awalan atau penguasaan
bentuk kata kerja.
1. Pendapat yang menyatakan bahwa kesalahan berbahasa adalah pelanggaran
terhadap kode bahasa, pandangan ini dilakukan oleh....
A. Tarigan
B. Corder
30 Unit 9
Tes formatif ITes formatif I
C. Albert
D. Vaklman
2. Salah satu bentuk kesalahan berbahasa lisan adalah kesalahan di bidang....
A. fonologi
B. ejaan
C. tanda baca
D. huruf kapital
3. Kata gabung yang penulisannya salah adalah....
A. ikut serta
B. tanya jawab
C. bertanggung jawab
D. keikut sertaan
4. Penulisan kata depan yang tidak tepat adalah....
A. Di sinjai
B. Ke kampus
C. Di rumah
D. Di sini
5. Penulisan unsur serapan yang tidak tepat adalah....
A. tipe
B. studi
C. sistem
D. edukasi
6. Penulisan huruf kapital yang tidak tepat adalah....
A. Di mana rumah Saudara kamu?
30 Unit 9
B. Mengapa Anda tidak hadir kemarin?
C. Tolong Bapak berikan alamat lengkap!
D. Rumah Saudarakah yang berwarna hijau itu?
7. Contoh kesalahan penggunaannya tanda titik dua adalah....
A. Adik suka menonton : pertandingan sepak bola.
B. Adik bertanya : Dimana rumahmu?”
C. Adik menanyakan bahwa : dia suka menonton sepak bola .
D. Acara dimulai pada hari : minggu
Waktu : pukul 15 . 30
Tempat : lapangan karebosi
8. Contoh kesalahan penggunaan tanda seru adalah....
A. Lanjutkan saja pekerjaanmu!
B. Jelaskan pengertian wacana!
C. Di mana kontor ayahmu!
D. Uraikan jenis-jenis paragraf!
9. Pemakaian akhiran yang tidak tepat adalah.....
A. Bereskan pekerjaan rumahmu.
B. Bersihkan ruangan ini.
C. Saya terima masukan anda.
D. Cabuti rumput-rumput itu.
10. Contoh kesalahan kata yang berimbuhan adalah....
A. merubah
B. mengubah
C. perubahan
30 Unit 9
D. diubah
Pedoman Kunci Jawaban Tes Formatif I
1. B . Corder
2. A . fonologi
3. C . tanya jawab
4. B. Ke kampus
5. C. sistem
6. A. Di mana rumah saudara kamu?
7. D. Acara dimulai pada hari : minggu
Waktu : pukul 15 . 30
Tempat : lapangan karebosi
8. C. di mana konter Ayahmu!
9. A. bereskan pekerjaan rumahmu.
10. A. merubah
Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang terdapat
pada bagian akhir unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar.
Gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda
terhadap materi subunit 1.
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = Jumlah soal X 100%
30 Unit 9
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90 – 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 – 79% = cukup
< 70% = kurang
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
melanjutkan dengan unit selanjutnya. Selamat untuk Anda! Tetapi apabila tingkat
penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mempelajari kembali materi
subunit 1 terutama bagian yang belum Anda kuasai.
30 Unit 9
Daftar PustakaAlwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Azman, Nur. 1997. Intisari Bahasa Indonesia. Jakarta: Penabur Ilmu.
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Halim, Amran. 1987. Politik Bahasa Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.
Husain, Abdul Razak. 1995. Inilah Bahasa Indonesia Baku : Solo. Aneka
Muslika. 2005. Menjadi Guru Propesional. Bandung: Rosdakarya.
Moeliono, Anton: 1985. Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Nababan, Sri Utari Subiyakto. 1997. Metedologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Nurhadi. .1987. Kapita Selekta Kajian Bahasa dan Pengajarannya. Malang: FPBS IKI
Kridalaksana, Harimurti. 1989. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:Gramedia.
Kusno. 1986. Tata Bahasa Indonesia. Bandung: CV. Rosda
Rahim, Abd. Rahman. 2003. Teknik Investigasi dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis. Makalah. Disajikan dalam Simposium Nasional Pembelajaran Indonesia yang I, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta 21-26 Oktober.
........... 2004. Benteng Fort Rotterdam sebagai Sumber Belajar. Makalah Disajikan dalam Simposium Nasional Pembelajaran Indonesia yang II, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta 14-19 Oktober.
Rahim, Abd. Rahman. 2008. Meretas Bahasa Mengkaji Pragmatik : Makassar: Berkah Utami.
Sholiha,dkk. 2003. Beda Soal Uji Kemahiran Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Rusyana, Yus. 1984. Pusparagam Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Ilmu
32 Unit 9
Samsuri. 1985. Analisis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Suroso, dkk. 2006. Pernik-Pernik Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Pustaka.
Verhaar, J. W. M. 1980. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Madha Universitas.
Widjono. HS. 2005. Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo.
Yohanes,Yan sehadi. 1991. Tinjauan Kritis Teori Morfologi dan Sintaksis Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.
Zamroni. 2004. Paradigma Pendidikan. Jakarta: Universitas Paramadina.
32 Unit 9
Glosarium
Referensi : petunjuk
Interferensi : pengacauan
Adjaceney Pairs : penggalangan pasangan percakapan
Turn Talking : giliran bicara
Repairs : percakapan lanjutan
Subtitusi : pengganti
Elipsis : pelepasan
Repetisi : pengulangan
32 Unit 9
32 Unit 9