babii tinjauanpustaka a. psychologicalwellbeing …repository.untag-sby.ac.id/94/3/bab ii.pdf ·...

26
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PSYCHOLOGICAL WELL BEING 1. Pengertian psychological well being Menurut Diener (dalam Papalia, 2008) mengatakan bahwa psychological well being merupakan perasaan subjektif dan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri. Maslow dan Rogers (dalam Wells, 2010) berfokus pada aktualisasi diri dan pandangan tentang orang yang berfungsi sepenuhnya masing-masing, sebagai cara untuk mencapai psychological well being dan kepuasan pribadi. Menurut Ryff (1989), well-being itu sendiri terkait dengan fungsi psikologi positif yang selanjutnya disebut sebagai psychological well-being. Psychological well- being merupakan realisasi dan pencapaian penuh dari potensi individu dimana individu dapat menerima masa lalunya dengan segala kelebihan dan kekurangannya (self acceptance), menunjukkan sikap mandiri (autonomy), mampu membina hubungan yang positif dengan orang lain (positive relation with others), dapat menguasai lingkungannya (environmental mastery), memiliki tujuan dalam hidup (purpose in life), serta mampu mengembangkan pribadinya (personal growth). Berdasarkan

Upload: others

Post on 19-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. PSYCHOLOGICAL WELL BEING

    1. Pengertian psychological well being

    Menurut Diener (dalam Papalia, 2008) mengatakan bahwa

    psychological well being merupakan perasaan subjektif dan evaluasi

    individu terhadap dirinya sendiri. Maslow dan Rogers (dalam Wells, 2010)

    berfokus pada aktualisasi diri dan pandangan tentang orang yang

    berfungsi sepenuhnya masing-masing, sebagai cara untuk mencapai

    psychological well being dan kepuasan pribadi. Menurut Ryff (1989),

    well-being itu sendiri terkait dengan fungsi psikologi positif yang

    selanjutnya disebut sebagai psychological well-being. Psychological well-

    being merupakan realisasi dan pencapaian penuh dari potensi individu

    dimana individu dapat menerima masa lalunya dengan segala kelebihan

    dan kekurangannya (self acceptance), menunjukkan sikap mandiri

    (autonomy), mampu membina hubungan yang positif dengan orang lain

    (positive relation with others), dapat menguasai lingkungannya

    (environmental mastery), memiliki tujuan dalam hidup (purpose in life),

    serta mampu mengembangkan pribadinya (personal growth). Berdasarkan

  • 9

    uraian diatas dapat disimpulkan bahwa psychological well being adalah

    kesejahteraan psikologis merupakan suatu kondisi tertinggi yang dapat

    dicapai oleh individu yang mencakup evaluasi dan penerimaan diri pada

    berbagai aspek kehidupan serta merasa puas dalam kehidupan.

    2. Dimensi psychological well-being.

    Dirumuskan oleh Ryff (dalam Wells, 2010) yaitu:

    a. Penerimaan Diri (Self-Acceptance)

    Penerimaan diri adalah bagian penting dari psychological well

    being dan lebih memperhatikan pendapat positif seseorang mengenai

    dirinya. Ini tidak mengacu kepada cinta diri atau harga diri yang

    dangkal, melainkan untuk membangun harga diri yang mencakup

    aspek positif dan negatif. Skor yang tinggi pada dimensi ini

    mengindikasikan orang yang memiliki sikap positif, mengakui dan

    menerima segala aspek dalam diri, termasuk kualitas baik dan

    buruknya dan dapat memandang masa lalu dengan perasaan yang

    positif. Skor rendah pada dimensi ini muncul pada orang yang

    sebagian besar tidak puas dengan diri mereka sendiri, mereka merasa

    tidak nyaman dengan apa yang terjadi dalam kehidupan masa lalu

    mereka, mengkhawatirkan kualitas pribadi dan ingin mengubahnya.

  • 10

    b. Pertumbuhan pribadi (Personal Growth)

    Dimensi ini mencakup kemampuan seseorang untuk menyadari

    potensi dan bakat yang ada dalam diri dan untuk mengembangkan

    sumber daya baru. Hal ini sering menemukan kesulitan sehingga

    dibutuhkan untuk menggali secara mendalam agar dapat menemukan

    kekuatan batin seseorang. Skor tinggi pada dimensi ini menunjukan

    orang yang ingin terus berkembang. Mereka mengamati partumbuhan

    dan perkembangan diri mereka sendiri, terbuka terhadap pengalaman

    baru, mereka merasa sudah memenuhi potensinya, dapat melihat

    perbaikan diri dan perilaku dari waktu ke waktu dan dan mengadakan

    perubahan dalam meningkatkan pengetahuan diri dan efektivitas

    mereka. Skor yang rendah pada dimensi ini muncul pada orang dengan

    rasa stagnasi pribadi, dengan tidak ada perbaikan dan perkembangan

    dari waktu ke waktu, mereka merasa bosan dan kurang berminat dalam

    menjalani hidup.

    c. Tujuan dalam hidup (Purpose in life)

    Tujuan dalam hidup adalah kemampuan seseorang untuk

    menemukan makna dan arah dalam pengalaman sendiri, dan untuk

    menetapkan tujuan dalam hidupnya. Skor tinggi dalam dimensi ini

    muncul pada orang yang memiliki tujuan dan arahan dalam hidup,

    mereka merasa baik masa lalu maupun sekarang hidup mereka berarti,

    mereka memegang keyakinan yang memberi tujuan pada kehidupan

  • 11

    mereka serta tujuan dan alasan untuk hidup. Skor rendah muncul pada

    orang yang merasa hidup mereka tidak ada artinya dan tidak memiliki

    tujuan dan arah, mereka tidak dapat melihat setiap titik dalam

    pengalaman masa lalunya.

    d. Penguasaan Lingkungan (Environmental Mastery)

    Dimensi ini fokus terhadap tantangan dari orang lain yang

    menguasai lingkungan sekitar. Kemampuan ini memerlukan

    keterampilan dalam menciptakan dan mempertahankan lingkungan

    yang bermanfaat bagi orang lain. Skor tinggi dalam dimensi ini

    diperoleh oleh orang-orang dengan rasa penguasaan dan kompetensi di

    sekeliling mereka, yang bisa menggunakan peluang yang muncul

    secara efektif dan dapat memilih atau menciptakan konteks yang tepat

    bagi kebutuhan mereka dan nilai –nilai pribadi mereka. Skor rendah

    menunjukan kesulitan dalam mengelola urusan sehari-hari, atau

    mengubah atau memperbaiki lingkungan mereka dan kurang dapat

    menggunakan sebagi an besar peluang yang muncul serta kurangnya

    kontrol terhadap dunia sekitar mereka.

    e. Otonomi (Autonomy)

    Dimensi ini mengacu pada kemampuan seseorang untuk

    mengejar keyakinan pribadi dan kepercayaan, bahkan jika melawan

    ajaran atau kepercayaan yang diterima atau kebijaksanaan biasa. Hal

    ini juga mengacu pada kemampuan untuk sendirian jika diperlukan

  • 12

    dan untuk hidup mandiri. Skor tinggi dalam dimensi ini menunjukan

    orang-orang yang menentukan segala sesuatunya sendiri dan tidak

    tergantung kepada orang lain, maupun menahan tekanan sosial dan

    mengatur perilaku berdasarkan penilaian pribadi. Orangorang ini

    mengevaluasi diri sesuai dengan standar pribadi. Skor rendah

    menunjukan orang yang terlalu peduli dengan harapan-harapan orang

    lain, mereka bergantung pada penilaian orang lain sebelum membuat

    keputusan penting, pemikiran dan tindakan mereka dipengaruhi oleh

    tekanan sosial.

    f. Hubungan positif dengan orang lain (Positive relation with others)

    Dimensi ini mencakup ketabahan, kesenangan dan kesenangan

    manusia yang berasal dari hubungan dekat dengan orang lain, dari

    keintiman dan cinta. Skor tinggi muncul pada orang yang hangat,

    memiliki hubungan yang memuaskan dan percaya kepada orang lain,

    peduli terhadap kesejahteraan orang lain dan memiliki kapasitas untuk

    merasa empati, mempengaruhi dan keintiman serta memberi dan

    menerima segala hal di dalam hubungan mereka. Skor rendah

    menunjukan bahwa seseorang kurang memiliki hubungan erat dan

    kurang percaya dengan orang lain, merasa sulit untuk menjadi hangat

    dan terbuka dan merasakan keprihatinan terhadap kesejahteraan orang

    lain. Mereka merasa frustasi dan terisolasi dengan hubungan sosial.

    Orang-orang ini tidak menginginkan komitmen dengan orang lain.

  • 13

    3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Psychological Well-Being

    Menurut Ryff (dalam Malika, R. 2008) faktor-faktor yang mempengaruhi

    PWB, yaitu:

    a. Usia

    Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ryff (dalam Malika, R.

    2008), ditemukan adanya perbedaan tingkat psychological well-being

    pada orang dari berbagai kelompok usia. Dalam dimensi penguasaan

    lingkungan terlihat profil meningkat seiring dengan pertambahan usia.

    Semakin bertambah usia seseorang maka semakin mengetahui kondisi

    yang terbaik bagi dirinya. Oleh karenanya, individu tersebut semakin

    dapat pula mengatur lingkungannya menjadi yang terbaik sesuai dengan

    keadaan dirinya. Individu yang berada dalam usia dewasa akhir memiliki

    skor psychological well-being yang lebih rendah dalam dimensi tujuan

    hidup dan pertumbuhan pribadi; individu yang berada dalam usia dewasa

    madya memiliki skor psychological well-being yang lebih tinggi dalam

    dimensi penguasaan lingkungan; individu yang berada dalam usia dewasa

    awal memiliki skor yang lebih rendah dalam dimensi otonomi dan

    penguasaan lingkungan dan memiliki skor psychological well-being yang

    lebih tinggi dalam dimensi pertumbuhan pribadi. Dimensi penerimaan

    diri dan dimensi hubungan positif dengan orang lain tidak

    memperlihatkan adanya perbedaan seiring dengan pertambahan usia

    (Ryff dalam Malika, R. 2008).

  • 14

    b. Jenis kelamin

    Menurut Ryff (dalam Malika, R. 2008), satu-satunya dimensi yang

    menunjukkan perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan adalah

    dimensi hubungan positif dengan orang lain. Sejak kecil, stereotipe jender

    telah tertanam dalam diri anak laki-laki digambarkan sebagai sosok yang

    agresif dan mandiri, sementara itu perempuan digambarkan sebagai sosok

    yang pasif dan tergantung, serta sensitif terhadap perasaan orang lain

    (Papalia dkk., 2009). Tidaklah mengherankan bahwa sifat-sifat stereotipe

    ini akhirnya terbawa oleh individu sampai individu tersebut dewasa.

    Sebagai sosok yang digambarkan tergantung dan sensitif terhadap

    perasaan sesamanya, sepanjang hidupnya wanita terbiasa untuk membina

    keadaan harmoni dengan orang-orang di sekitarnya. Inilah yang

    menyebabkan mengapa wanita memiliki skor yang lebih tinggi dalam

    dimensi hubungan positif dan dapat mempertahankan hubungan yang

    baik dengan orang lain.

    c. Budaya

    Ada perbedaan kesejahteraan psikologis antara masyarakat yang

    memilikibudaya yang berorientasi pada individualisme dan kemandirian

    seperti dalam aspek penerimaan diri atau otonomi lebih menonjol dalam

    konteks budaya barat. Sementara itu, masyarakat yang memiliki budaya

    yang berorientasi kolektif dan saling ketergantungan dalam konteks

  • 15

    budaya timur seperti yang termasuk dalam aspek hubungan positif dengan

    orang yang bersifat kekeluargaan.

    d. Religiusitas

    Menurut Chamberlain & Zika (dalam jurnal Religiusitas dan

    Psychological Well-Being pada Korban Gempa, Amadiyati & Utami,

    2007) menyebutkan bahwa religiusitas mempunyai hubungan positif

    dengan kesejahteraan dan kesehatan mental. Lebih lanjut, Ellison (dalam

    Amadiyati & Utami, 2007) menyatakan bahwa agama mampu

    meningkatkan PWB dalam diri seseorang. Ellison juga menjelaskan

    bahwa adanya korelasi antara religiusitas dengan PWB, dimana individu

    dengan religiusitas yang kuat, tingkat PWB juga akan lebih tinggi,

    sehingga akan semakin sedikit dampak negatif yang dirasakan dari

    peristiwa traumatik dalam hidup.

    e. Dukungan Sosial

    Menurut Persma (dalam jurnal Family’s Social Support and

    Psychological Well-Being of the Elderly in Tembalang, Desiningrum,

    2010) menyatakan bahwa dukungan secara informatif disertai dengan

    dukungan emosional yang baik akan meningkatkan psychological well

    being pada individu. Menurut Winnubust (dalam Desiningrum, 2010)

    dukungan sosial erat kaitannya dengan hubungan yang harmonis dengan

    orang lain sehingga individu tersebut mengetahui bahwa orang lain peduli,

    menghargai dan mencintai dirinya.

  • 16

    g. Kepribadian

    Ryff dan Keyes (1995) mengatakan bahwa salah satu faktor yang

    mempengaruhi psychological well being adalah kepribadian.

    h. Stres

    Menurut Rathi dan Rastogi (2007), stres merupakan salah satu faktor

    yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya psychological well being

    pada diri seseorang.

    B. SOCIAL SUPPORT

    1. Pengertian social support

    Baron dan Byrne (2000) mendefinisikan social support sebagai

    kenyamanan fisik dan psikologis yang diberikan oleh teman-teman dan

    keluarga individu tersebut. Sama halnya Menurut Taylor (2009)

    mendefinisikan social support sebagai informasi yang diterima dari orang

    lain bahwa individu tersebut dicintai, diperthatikan, memiliki harga diri

    dan bernilai serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan

    kewajiban bersama yang berarti saling dibutuhkan yang didapat dari orang

    tua, suami, atau orang yang dicintai, keluarga, teman, hubungan sosial dan

    komunikasi. Cobb (dalam Sarafino, 2006), social support adalah suatu

    kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang dirasakan

    individu dari orang-orang atau kelompok-kelompok lain. Sedangkan

    Cohen dan Wills (dalam Bishop, 1997) mendefinisikan social support

  • 17

    sebagai pertolongan dan dukungan yang diperoleh seseorang dari

    interaksinya dengan orang lain. Weiten (dalam Karanina, 2005)

    mendefinisikan social support sebagai suatu bentuk bantuan yang terdiri

    dari berbagai tipe yaitu dukungan emosional, dukungan penilaian,

    dukungan informasi, dan dukungan instrumental dan tersedia dari anggota

    jaringan sosial. Sementara menurut Weiss (dalam Eviaty, 2005)

    mengemukakan definisi dukungan sosial dengan lebih mendalam dan

    komprehensif bahwa dukungan sosial melibatkan:

    a. Kedekatan secara emosional dengan seseorang yang dapat

    memberikan rasa aman, perlindungan dan kepercayaan.

    b. Integrasi sosial yang ditandai dengan perasaan menjadi bagian dari

    suatu kelompok dimana individu dapat saling berbagi minat, perhatian,

    kepedulian, dan aktivitas-aktivitas santai.

    c. Pernyataan mengenai nilai pribadi, yakni ungkapan penghargaan

    atas kemampuan, keterampilan, dan arti penting seseorang.

    d. Persekutuan yang dapat diandalkan, yakni individu dapat

    mengandalkan bantuan orang lain pada berbagai kesempatan.

    e. Bimbingan dari orang lain, yakni individu mendapat bimbingan,

    nasihat, petunjuk, atau informasi dari orang lain saat ia menghadapi

    masalah.

    f. Opportunity to provide nurturance, yakni perasaan dibutuhkan oleh

    orang lain

  • 18

    Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa social support

    adalah suatu bentuk dorongan, perhatian yang diberikan oleh orang

    terdekat guna untuk memberikan energi positif dan dapat menjalani hidup

    pada seseorang yang sedang berada disituasi yang sulit.

    2. Bentuk-bentuk social support

    Wills & Fegan (dalam Sarafino, 2006) mengemukakan 4 bentuk-bentuksocial support, yaitu:

    a. Emotional or esteem support

    Jenis dukungan ini melibatkan rasa empati, peduli terhadap

    seseorang sehingga memberikan perasaan nyaman, perhatian, dan

    penerimaan secara positif, dan memberikan semangat kepada orang

    yang dihadapi. Taylor (2009) berpendapat dengan menyediakan

    kenyamanan dan menjamin dengan mendalam perasaan dan sehingga

    seseorang yang menerima dukungan ini akan merasa dicintai dan

    dihargai.

    b. Tangible or instrumental Support

    Dukungan jenis ini meliputi bantuan yang diberikan secara

    langsung atau nyata, sebagaimana orang yang memberikan atau

    meminjamkan uang atau langsung menolong teman sekerjanya yang

    sedang mengalami stres. Menurut Taylor (2009), Tangible support ini

    termasuk berupa dukungan material, seperti pelayanan, bantuan

  • 19

    finansial, atau benda-benda yang dibutuhkan. Dimatteo (1991),

    menyatakan tangible support sebagai bentuk-bentuk yang lebih nyata

    seperti meminjamkan uang, berbelanja, dan merawat anak.

    c. Informational Support

    Jenis dukungan ini adalah dengan memberikan nasehat, arahan,

    sugesti atau feedback mengenai bagaimana orang melakukan sesuatu.

    Dukungan ini dapat dilakukan dengan memberi informasi yang

    dibutuhkan oleh seseorang. Adanya informasi akan membantu

    individu memahami situasi yang stressful lebih baik dan dapat

    menetapkan sumber dan strategi coping yang harus dilakukan untuk

    mengatasinya. Menurut House (dalam Orford, 1992) menjelaskan

    bahwa dukungan informsi terdiri dari 2 bentuk, yaitu dukungan

    informasi yang berarti memberikan informasi atau mengajarkan

    sesuatu keterampilan yang berguna untuk mendapatkan pemecahan

    masah dan yang kedua adalah berupa dukungan penilaian (appraisal

    support) yang meliputi informasi yang membantu seseorang dalam

    melakukan penilaian atas kemampuan dirinya sendiri.

    d. Companionship Support

    Dukungan jenis ini merupakan kesediaan untuk meluangkan

    waktu dengan orang lain dengan memberikan perasaan keanggotaan

    dalam suatu kelompok orang yang tertarik untuk saling berbagi dan

    kegiatan sosial. Menolong seseorang yang terganggu dari

  • 20

    kekhawatiran akan masalah yang ia miliki, atau memfasilitasi perasaan

    yang positif (Cohen dan Wills dalam Orford, 1992)

    Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk-

    bentuk social support diatas menggunakan teori dari para ahli yaitu

    Sarafino(2006) yang meliputi emotional or esteem support, tangible or

    instrumental support, informational support dan companionship

    support.

    3. Dampak social support

    Lieberman (1992) mengemukakan bahwa secara teori social support

    dapat menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang dapat

    mengakibatkan stres. Selain itu, adanya social support yang diterima oleh

    individu yang sedang mengalami atau menghadapi stres maka hal ini akan

    dapat mempertahankan daya tahan tubuh dan meningkatkan kesehatan

    individu (Baron & Byrne, 2000).

    Sarafino (2006) dan Taylor (2009) mengemukakan dua teori untuk

    menjelaskan bagaimana social support mempengaruhi kesehatan, yaitu:

    a. Buffering Hypotesis

    Social support akan mempengaruhi kesehatan dengan berfungsi

    sebagai pelindung dari stres. Social support melindungi seseorang

    untuk melawan efek-efek negatif dari stres tinggi. Buffering effect

    bekerja dengan dua cara, yaitu: pertama saat seseorang bertemu

  • 21

    dengan stresor yang kuat, dan yang kedua adalah social support dapat

    memodifikasi respon-respon seseorang sesudah munculnya stresor

    b. Direct effect hypotesis

    Individu dengan tingkat social support yang tinggi memiliki

    perasaan yang kuat bahwa individu tersebut dicintai dan dihargai.

    Individu dengan dukungan sosial tinggi merasa bahwa orang lain

    peduli dan membutuhkanindividu tersebut, sehingga hal ini dapat

    mengarahkan individu kepada gaya hidup yang sehat.

    4. Faktor-faktor yang Membentuk Dukungan Sosial

    Dukungan sosial merupakan suatu bentuk dorongan, perhatian yang

    diberikan oleh orang terdekat guna untuk memberikan energi positif dan

    dapat menjalani hidup pada seseorang yang sedang berada disituasi yang

    sulit. Pada dukungan sosial terbentuk karena berbagai faktor. Myres

    (dalam Runtu, 2002) mengemukakan bahwa sedikitnya ada 3 faktor

    penting yang mendorong seseorang untuk memberikan bantuan atau

    dukungan yang positif. Pertama, empati yaitu turut merasakan kesusahan

    orang lain dengan tujuan mengantisipasi emosi dan memotivasi tingkah

    laku untuk mengurangi kesusahan dan meningkatkan kesejahteraan orang

    lain. Kedua, norma & nilai sosial yang berguna untuk membimbing

    individu untuk menjalankan kewajiban dalam kehidupan. Ketiga,

    pertukaran sosial yaitu hubungan timbal balik perilaku sosial antara cinta,

  • 22

    pelayanan, informasi dan status dengan strategi minimax, yaitu

    meminimalkan korban dan memaksimalkan reward, dan untuk

    meramalkan tingkah laku seseorang.

    5. Manfaat Dukungan Sosial.

    Dukungan sosial dapat diartikan bantuan yang diberikan pada seorang

    yang sedang dalam situasi yang kurang menyenangkan, dukungan tersebut

    dapat diperoleh dengan berbagai bentuk yang kedepannya akan

    memberikan manfaat tersendiri bagi seorang tersebut. Menurut Lu (1997)

    mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan moderator untuk

    mengurangi stress kehidupan. Johnson dan Johnson (dalam Witridiani,

    1996) dukungan sosial dapat memberikan dukungan emosi, instrumental,

    penilaian positif dan informasi yang bermanfaat bagi individu dalam :

    a. Meningkatkan produktivitas bila dihubungkan dengan pekerjaan.

    b. Meningkatkan kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri

    dengan menyediakan rasa memiliki, memperjelas identitas diri,

    menambah harga diri,serta mengurangi stress.

    c. Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik.

    d. Pengelolaan terhadap stres dengan menyediakan pelayanan,

    perawatan, sumber-sumber informasi dan umpan balik yang

    dibutuhkan untuk menghadapi stres dan tekanan.

  • 23

    Anwar (2008) menyebutkan bahwa dukungan sosial bekerja

    sebagai pelindung untuk melawan perubahan peristiwa yang penuh

    dengan stress. Dengan adanya dukungan sosial kesejahteraan

    psikologis akan mengikat, perhatian dan pengertian akan

    menimbulkan perasaan memiliki serta meningkatkan harga diri dan

    memiliki perasaan positif mengenai diri sendiri.

    Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa social support

    memberikan energi yang positif bagi diri seorang tersebut,selain itu

    dengan dukungan sosial yang diberikan lingkungan sedikit cepat dapat

    mengurangi stres dan membantu seorang tersebut untuk bisa

    menyesuaikan dengan perubahan yang dialami saat menopause.

    C. Menopause

    1. Pengertian Menopause

    Kata “menopause” berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua

    kata, yaitu “Men” yang berrati bulan dan “Pause, Pausa, Paudo” yang

    berarti periode atau berhenti, sehingga menopause dapat diartikan sebagai

    berhentinya menstruasi. Menopause juga merupakan suatu peralihan dari

    masa produktif menuju perubahan secara perlahan–lahan ke non-

    produktif yang disebabkan oleh berkurangnya hormon estrogen dan

    progesteron seiring dengan bertambahnya usia (Kuntjoro, 2002). Spencer

    dan Brown (2006) menopause adalah fase alami dalam kehidupan setiap

  • 24

    wanita yang menandai berakhirnya masa subur, dimana kadar estrogen

    dan progesteron turun dengan dramatis karena ovarium berhenti merespon

    FSH dan LH yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis yang ada di otak.

    Menurut Potter dan Perry (2005) perubahan fisiologis mayor pada

    manusia terjadi antara usia 40-65 tahun dan perubahan itu adalah masa

    menopause yang dialami oleh wanita. Menopause menandakan

    berakhirnya kesuburan dan berakhirnya menstruasi (Gilly, 2009). Menurut

    Kasdu (2002), menopause adalah sebuah kata yang mempunyai banyak

    arti. Men dan peuseis adalah kata Yunani yang pertama kali digunakan

    untuk menggambarkan berhentinya haid.

    2. Faktor yang Mempengaruhi Menopause

    Menurut Faisal (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi menopause

    adalah:

    a. Umur sewaktu mendapat haid pertama kali (menarche)

    Beberapa penelitian menemukan hubungan antara umur pertama

    mendapat haid pertama dengan umur sewaktu memasuki menopause.

    Semakin muda umur sewaktu mendapat haid pertama kali, semakin tua

    usia memasuki menopause.

    b. Kondisi kejiwaan dan pekerjaan

    Ada peneliti yang menemukan pada perempuan yang tidak menikah

    dan bekerja, umur memasuki menopause lebih muda dibandingkan

    dengan perempuan sebaya yang tidak bekerja dan menikah.

  • 25

    c. Jumlah anak

    Ada peneliti yang menemukan, makin sering melahirkan, makin tua

    baru memasuki menopause. Kelihatannya kenyataan ini lebih sering

    terjadi pada golongan ekonomiberkecukupan dibandingkan pada

    golongan masyarakat ekonomi kurang mampu.

    d. Penggunaan obat-obat Keluarga Berencana (KB)

    Karena obat-obat KB memang menekan fungsi hormon dari indung

    telur, kelihatannya perempuan yang menggunakan pilKB lebih lama

    baru memasuki umur menopause.

    e. Merokok

    Perempuan perokok kelihatannya akan lebih muda memasuki usia

    menopause dibandingkan dengan perempuan yang tidak merokok.

    f. Cuaca dan ketinggian tempat tinggal dari pemukaan laut

    Perempuan yang tinggal di ketinggian lebih dari 2000-3000m dari

    permukaan laut lebih cepat 1-2 tahun memasuki usia menopause

    dibandingkan dengan perempuan yang tinggal di ketinggian < 1000 m

    dari permukaan laut.

    g. Sosio-ekonomi

    Menopause juga dipengaruhi oleh faktor status sosioekonomi,di

    samping pendidikan dan pekerjaan suami. Begitu juga hubungan antara

    tinggi badan dan berat badan perempuan yang bersangkutan termasuk

    dalam pengaruh sosio-ekonomi.

  • 26

    3. Usia Memasuki Menopause

    Memasuki usia 40 tahun merupakan usia yang rentan dengan setiap

    perubahan, tetapi perubahan yang terjadi tidak setiap orang sama,

    perubahan tersebut adalah menopause. Yatim (dalam Kasdu, 2002),

    menyebutkan hasil studinya bahwa rata-rata seorang wanita memasuki

    masa menopouse berbeda pada setiap ras. Meskipun dalam satu ras, tetap

    tidak sama pada setiap orang. Webster’s Ninth New Collection

    mendefinisikan menopause sebagai periode berhentinya haid secara

    alamiah yang biasanya terjadi antara usia 45 dan 50.

    Sebuah penelitian yang sudah dilakukan pada tahun 1992 oleh Samil di

    Kota Jawa Tengah dengan responden wanita berpendidikan, diketahui

    bahwa wanita mengalami menopause pada usia 50,2 tahun . Pada wanita

    yang tinggal di pedesaan, terjadi pada usia 46,5 tahun. Angka ini hampir

    sama dengan rata-rata usia wanita Amerika dan Eropa mulai memasuki

    masa menopouse (Kasdu, 2002).

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perubahan yang terjadi pada

    wanita tidak sama. Perubahan atau menopause yang terjadi pada wanita

    bervariatif. Hal tersebut sangat bergantung pada berbagai faktor yang

    mempengaruhinya. Umumnya dapat diambil rata-ratanya seorang wanita

    akan mengalami menopause sekitar usia 45 sampai 50 tahun (Kasdu,

  • 27

    2002) . Menurut Kasdu (2002), masa klimakterium ini berlangsung secara

    bertahap sebagai berikut :

    a. premenopause, adalah masa sebelum menopause yang ditandai dengan

    timbulnya keluhan-keluhan klimakterium dan periode pendarahan uterus

    yang bersifat tidak teratur. Dimulai sekitar usia 40 tahun. Pendarahan

    terjadi karena penurunan kadar estrogen.

    b. perimenopause, periode dengan keluhan memuncak, rentang waktu 1

    sampai 2 tahun sebelum dan sesudah menopause. Masa wanita

    mengalami akhir datangnya haid sampai berhenti sama sekali. Keluhan

    yang sering dijumpai adalah berupa gejolak panas (hot flushes),

    berkeringat banyak, insomnia, depresi serta perasaan mudah tersinggung.

    c. postmenopause, periode setelah menopause sampai senilis. Masa yang

    berlangsung kurang lebih 3-5 tahun setelah menopause

    4. Tanda dan Gejala Menopause

    Perubahan yang terjadi karena menopause merupakan bagian dari

    perkembangan manusia (wanita). Pada perubahan yang melibatkan

    berbagai macam aspek termasuk di dalamnya fisiologis manusia. Tanda

    dan gejala tersebut dapat dilihat baik dari segi fisik atau psikologisnya

    (Smart, 2010). Berikut merupakan tanda-tanda fisik yang dapat diamati :

  • 28

    a. Pendarahan

    Pendarahan yang terjadi pada saat menopause tidak seperti

    menstruasi. Di sini siklus pendarahan yang keluar dari vagina tidak

    teratur. Pendarahan seperti ini terjadi di awal manopause dalam

    rentang beberapa bulan yang kemudian akan berhenti sama sekali.

    Gejala ini disebut gejala peralihan.

    b. Rasa panas (Hot Flash) dan keringat malam

    Pada saat memasuki masa menopause wanita akan mengalami rasa

    panas yang menyebar dari wajah ke seluruh tubuh. Rasa panas ini

    terutama terjadi pada dada, wajah, dan kepala. Rasa panas ini sering

    diikuti dengan timbulnya warna kemerahan pada kulit dan berkeringat

    malam yang menyebabkan tidur tidak nyaman serta timbulnya rasa

    cemas dan detak jantung yang lebih cepat. Rasa ini sering terjadi

    selama 30 detik sampai dengan beberapa menit. Rasa panas terkadang

    terjadi sebelum wanita memasuki usia menopause. Gejala ini biasanya

    menghilang dalam 5 tahun tetapi beberapa di antaranya akan terus

    mengalaminya hingga 10 tahun.

    c. Vagina menjadi kering dan kurang elastis

    Gejala pada vagina yang timbul akibat perubahan yang terjadi pada

    lapisan dinding vagina. Ini disebabkan karena penurunan hormon

    estrogen. Selain itu, juga muncul rasa gatal dan sakit saat berhubungan

  • 29

    seksual hingga akhirnya wanita menopause rentan terhadap infeksi

    vagina.

    d. Saluran uretra mengering, menipis dan kurang elastis

    Perubahan ini akan menyebabkan wanita menopause rentan terkena

    infeksi saluran kencing yang terkadang ditampakkan dengan rasa

    selalu ingin kencing dan ngompol yang disebut dengan inkontinensia.

    e. Perubahan fisik (lebih gemuk)

    Banyak wanita yang bertambah berat badannya pada masa

    menopause karena perilaku makan yang sembarangan dan kurangnya

    olahraga.

    f. Insomnia

    g. Gangguan punggung dan tulang belulang (osteoporosis)

    h. Linu dan nyeri disebabkan kurangnya penyerapan kalsium

    i. Perubahan pada indera perasa (indera pengecap)

    j. Muncul gangguan vasomotoris yang berupa penyempitan atau

    pelebaran pembuluh-pembuluh darah

    k. Pusing dan sakit kepala terus-menerus

    l. Gangguan sembelit, yaitu gangguan atau sakit saraf

    m. Payudara kehilangan bentuknya dan mulai kendur.ini merupakan

    akibat dari kadar estrogen yang menurun

  • 30

    Selain tanda-tanda fisik, menopause juga memperlihatkan

    berbagai macam gejala psikologis. Di bawah ini adalah gejala-gejala

    psikologis yang tampak :

    1. Ingatan menurun, sebelum menopause seorang wanita dapat

    mengingat dengan mudah, tetapi setelah mengalami menopause

    kecepatan dan daya ingatnya menurun.

    2. Perubahan emosional dan kognitif, gejala ini bervariasi di setiap

    individu di antaranya kelelahan mental, masalah daya ingat, lekas

    marah, dan perubahan mood yang berlangsung cepat. Umumnya

    perubahan emosional tidak disadari oleh yang bersangkutan.

    3. Depresi, beberapa wanita yang mengalami masa menopause tidak

    sekedar mengalami perubahan mood yang sangat drastis bahkan

    ada yang mengalami depresi. Wanita ini akan lebih sering merasa

    sedih karena kehilangan reproduksinya,kehilangan kesempatan

    untuk memiliki anaknya, kehilangan daya tariknya dan tertekan

    jika kehilangan seluruh perannya sebagai wanita.

  • 31

    D. Kerangka Berfikir

    Dewasa madya merupakan periode yang panjang dalam rentang

    kehidupan manusia. Papilia (2008) mendefinisikan masa dewasa madya

    dalam terminologi kronologis, yaitu dialami individu saat berusia 45 sampai

    65 tahun. Dewasa madya ditandai oleh adanya perubahan-perubahan fisik dan

    psikis. Berkaitan dengan hal tersebut pada usia dewasa madya terdapat tugas

    perkembangan yang harus dijalani, berikut tugas perkembangan menurut

    Havighurst (dalam Hurlock, 1999) adalah tugas yang berkaitan penyesuaian

    terhadap perubahan fungsi seksual, pada masa ini pria memasuki masa

    andropause, sedangkan wanita memasuki masa menopause. Kata

    “menopause” berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu

    “Men” yang berrati bulan dan “Pause, Pausa, Paudo” yang berarti periode

    atau berhenti, sehingga menopause dapat diartikan sebagai berhentinya

    menstruasi. Menurut Kuntjoro, 2002 menopause juga merupakan suatu

    peralihan dari masa produktif menuju perubahan secara perlahan–lahan ke

    non-produktif yang disebabkan oleh berkurangnya hormon estrogen dan

    progesteron seiring dengan bertambahnya usia. Wanita yang menopause

    membuthkan dorongan dari lingkungan sekitar dan terutama dorongan dari

    suami, menopause menjadi menakutkan jika wanita tersebut belum siap

    menghadapi menopause sebaliknya jika wanita tersebut dapat melewati fase

    menopause wanita tersebut dapat menerima dirinya dengan segala perubahan

    yang akan dialami. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi wanita

  • 32

    menopause dapat meneria diri dalam menghadapi menopause adalah sosial

    support. Menurut Taylor (2009) mendefinisikan social support sebagai

    informasi yang diterima dari orang lain bahwa individu tersebut dicintai,

    diperthatikan, memiliki harga diri dan bernilai serta merupakan bagian dari

    jaringan komunikasi dan kewajiban bersama yang berarti saling dibutuhkan

    yang didapat dari orang tua, suami, atau orang yang dicintai, keluarga, teman,

    hubungan sosial dan komunikasi., sama halnya dengan teori yang

    dikemukakan oleh Menurut Winnubust (dalam Desiningrum, 2010) dukungan

    sosial erat kaitannya dengan hubungan yang harmonis dengan orang lain

    sehingga individu tersebut mengetahui bahwa orang lain peduli, menghargai

    dan mencintai dirinya. Dorongan dari lingkungan sekitar terutama suami akan

    berdampak positif bagi wanita menopause, wanita yang mendapat dorongan

    akan mudah untuk menerima dirinya dengan segala perubahan, wanita yang

    dapat menerima dirinya sama halnya dengan psychological well being yang

    baik.

    Berdasarkan uraian di atas peneliti berusaha untuk merangkai dan

    mencoba membuat hipotesa bahwa social support yang tinggi kepada wanita

    menopause akan berdampak positif dalam kehidupan yang dijalani.

  • 33

    E. Hipotesis

    Berdasarkan penjelasan secara teoritis, maka dapat dikemukakan

    hipotesis sebagai berikut : ada hubungan positif antara social support dengan

    psychological well being pada masa dewasa madya fase menopause. Artinya

    semakin besar social support yang diterima subyek, maka seorang wanita

    akan memiliki psychological well being yang tinggi terhadap perubahan yang

    terjadi saat menopause, begitu sebaliknya semakin kecil dukungan sosial yang

    diterima maka psychological well being semakin rendah dengan perubahan

    yang terjadi saat menopause.