bab_i

17
 Modul Perkuliahan HUKUM PERBURUHAN Samun Ismaya, SH., MHum 1 BAB I PENDAHULUAN SEJARAH SINGKAT HUKUM PERBURUHAN Sejarah Perburuhan di Indonesia secara garis besar dibedakan menjadi dua periode yaitu: 1. Periode sebelum Proklamasih Kemerdekaan Periode sebelum kemerdekaan diwarnai dengan masa-masa yang suram bagi riwayat Hukum Perburuhan yakni zaman perbudakan, rodi dan poenale sanksi. Perbudakan ialah suatu peristiwa dimana seseorang yang disebut budak melakukan pekerjaan di bawah pimpinan orang lain. Para budak tidak mempunyai hak apapun termasuk hak atas kehidupannya, ia hanya memiliki kewajiban untuk melakukan pekerjaan yang diperintahkan oleh tuannya. Terjadinya perbudakan pada waktu itu disebabkan karena para raja, pengusaha yang mempunyai ekonomi kuat membutuhkan orang yang dapat mengabdi kepadanya, sementara penduduk miskin yang tidak berkemampuan secara ekonomis saat itu cukup banyak yang disebabkan rendahnya kualitas sumber daya manusia, dan inilah yang mendorong perbudakan tumbuh subur. Selain perbudakan dikenal juga istilah perhambaan dan peruluran. Perhambaan terjadi bila seseorang penerima gadai menyerahkan dirinya sendiri atau orang lain yang ia kuasai, atas pemberian pinjaman sejumlah uang kepada seseorang pemberi gadai. Pemberi gadai mendapatkan hak untuk meminta dari orang yang digadaikan agar melakukan pekerjaan untuk dirinya sampai uang

Upload: samun-ismaya

Post on 05-Oct-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Modul Perkuliahan

TRANSCRIPT

  • Modul Perkuliahan

    HUKUM PERBURUHAN

    Samun Ismaya, SH., MHum

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    SEJARAH SINGKAT HUKUM PERBURUHAN

    Sejarah Perburuhan di Indonesia secara garis besar dibedakan

    menjadi dua periode yaitu:

    1. Periode sebelum Proklamasih Kemerdekaan

    Periode sebelum kemerdekaan diwarnai dengan masa-masa

    yang suram bagi riwayat Hukum Perburuhan yakni zaman perbudakan,

    rodi dan poenale sanksi.

    Perbudakan ialah suatu peristiwa dimana seseorang yang

    disebut budak melakukan pekerjaan di bawah pimpinan orang lain.

    Para budak tidak mempunyai hak apapun termasuk hak atas

    kehidupannya, ia hanya memiliki kewajiban untuk melakukan

    pekerjaan yang diperintahkan oleh tuannya.

    Terjadinya perbudakan pada waktu itu disebabkan karena para

    raja, pengusaha yang mempunyai ekonomi kuat membutuhkan orang

    yang dapat mengabdi kepadanya, sementara penduduk miskin yang

    tidak berkemampuan secara ekonomis saat itu cukup banyak yang

    disebabkan rendahnya kualitas sumber daya manusia, dan inilah yang

    mendorong perbudakan tumbuh subur.

    Selain perbudakan dikenal juga istilah perhambaan dan

    peruluran. Perhambaan terjadi bila seseorang penerima gadai

    menyerahkan dirinya sendiri atau orang lain yang ia kuasai, atas

    pemberian pinjaman sejumlah uang kepada seseorang pemberi gadai.

    Pemberi gadai mendapatkan hak untuk meminta dari orang yang

    digadaikan agar melakukan pekerjaan untuk dirinya sampai uang

  • Modul Perkuliahan

    HUKUM PERBURUHAN

    Samun Ismaya, SH., MHum

    2

    pinjamannya lunas. Pekerjaan yang dilakukan bukan untuk mencicil

    utang pokok tapi untuk kepentingan pembayaran bunga.

    Pelururan adalah keterikatan seseorang untuk menanam

    tanaman tertentu pada kebun/ladang dan harus dijual hasilnya kepada

    Kompeni. Selama mengerjakan kebun/ladang tersebut ia dianggap

    sebagai pemiliknya, sedangkan bila meninggalkannya maka ia

    kehilangan hak atas kebun tersebut.

    Rodi merupakan kerja paksa yang dilakukan oleh rakyat untuk

    kepentingan pihak penguasa atau pihak lain dengan tanpa pemberian

    upah, dilakukan diluar batas perikemanusiaan. Pada kerajaan-kerajaan

    di Jawa rodi dilakukan untuk kepentingan raja dan anggota

    keluarganya, para pembesar, serta kepentingan umum seperti

    pembuatan dan pemeliharaan jalan, jembatan dan sebagainya.

    Gambaran di atas menunjukkan bahwa riwayat timbulnya

    hubungan perburuhan itu dimulai dari peristiwa pahit yakni

    penindasan dan perlakuan di luar batas kemanusiaan yang dilakukan

    oleh orang maupun penguasa pada saat itu. Para buak/pekerja tidak

    diberikan hak apapun yang ia miliki hanyalah kewajiban untuk

    mentaati perintah dari majikan atau tuannya. Nasib para

    budak/pekerja hanya dijadikan barang atau obyek yang kehilangan

    hak kodratinya sebagai manusia.

    Dalam hukum perburuhan dikenal adanya pancakrida Hukum

    Perburuhan yang merupakan perjuangan yang harus dicapai yakni:

    a. Membebaskan manusia indonesia dari perbudakan, perhambaan.

    b. Pembebasan manusia Indonesia dari rodi atau kerja paksa.

    c. Pembebasan buruh/pekerja Indonesia dari poenale sanksi.

    d. Pembebasan buruh/pekerja Indonesia dari ketakutan kehilangan

    pekerjaan.

  • Modul Perkuliahan

    HUKUM PERBURUHAN

    Samun Ismaya, SH., MHum

    3

    e. Memberikan posisi yang seimbang antara buruh/pekerja dan

    pengusaha.

    Krida kesatu sampai dengan krida ketiga secara yuridis sudah lenyap

    bersamaan dengan dicetuskannya proklamasih kemerdekaan pada

    tanggal 17 Agustus 1945.

    2. Periode sesudah Proklamasih Kemerdekaan

    Untuk mencapai krida keempat yaitu membebaskan

    buruh/pekerja dari takut kehilangan pekerjaan, maupun krida kelima

    memberi posisi yang seimbang antara buruh/pekerja dan pengusaha

    ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu:

    a. Pemberdayaan serikat buruh/pekerja khusunya ditingkat

    unit/perusahaan khususnya dengan memberikan pemahaman

    terhadap aturan perburuhan/ketenagakerjaan yang ada karena

    organisasi pekerja ini terletak digaris depan yang membuat

    Kesepakatan Kerja Bersama dengan pihak perusahaan.

    b. Pemberdayaan pekerja dan pengusaha

    Pekerja perlu diberdayakan sehingga mengetahui hak dan

    kewajibannya sesuai dengan ketentuan hukum termasuk

    penyadaran pekerja sebagai sarana memperjuangkan hak dan

    kepentingannya, karena itu tidak ada pilihan lain untuk

    meningkatkan bergaining positionnya kecuali dengan

    memperkuat organisasi burh/pekerja.

    c. Penegakan hukum (law enforcement)

    Penegakan hukum sangat penting dalam rangka menjamin

    tercapainya kemanfaatan (doelmatigheid) dari aturan itu, tanpa

    penegakan hukum yang tegas maka aturan normatif tersebut tidak

    akan berarti, lebih-lebih dalam bidang

    perburuhan/ketenagakerjaan yang didalamnya terdiri dari dua

    subyek hukum yang berbeda secara sosial ekonomi, karena itu

  • Modul Perkuliahan

    HUKUM PERBURUHAN

    Samun Ismaya, SH., MHum

    4

    pihak majikan/pengusaha cenderung tidak konsekuen

    melaksanakan ketentuan perburuhan karena dirinya berada pada

    pihak yang memberi pekerjaan/bermodal.(Lalu Husni, S.H.,

    M.Hum, 2000:6)

    A. OBYEK DAN SIFAT HUKUM KETENAGAKERJAAN

    Obyek Hukum Ketenagakerjaan dibedakan menjadi dua yaitu obyek

    materiil dan obyek formil. Obyek Materiil Hukum Ketenagakerjaan ialah

    kerja manusia yang bersifat sosial ekonomis. Titik tumpunya obyek ini

    terletak pada kerja manusia. Yang dimaksud dengan kerja manusia ialah

    merupakan bagian dari kerja manusia secara umum (aktualisasi unsur

    kejasmaniaan manusia dengan diberi bentuk dan terpimpin oleh unsur

    kejiwaannya dotolekaryakan (diaplikasikan/diterapkan) terhadap benda

    luar untuk tujuan tertentu.

    Secara obyektif tujuannya ialah hasil kerja sedang secara ekonomis

    tujuannya ialah tambahan nilai. Tambahan nilai bagi buruh berupa upah

    sedang bagi majikan berupa keuntungan. Upah dan keuntungan bukan

    merupakan tujuan akhir kerja manusia yang bersifat sosial ekonomis,

    tujuan akhirnya ialah kelangsungan /kesempurnaan hidup manusia.

    Obyek formil hukum ketenagakerjaan ialah komplek hubungan

    hukum yang berhubungan erat dengan kerja manusia yang bersifat sosial

    ekonomis. Hubungan hukum adalah hubungan yang dilindungi oleh UU.

    Hubungan hukum dalam hukum perburuhan terjadi sejak adanya

    perjanjian kerja. Dengan terjadinya perjanjian kerja berarti telah terjadi

    pula hubungan kerja antara pengusaha dengan pekerja. Hubungan

    hukum bisa terjadi karena perjanjian dan UU.

    Intervensi pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan melalui

    peraturan perundang-undangan telah membawa perubahan yang

    mendasar yakni menjadikan sifat hukum perburuhan menjadi ganda.

  • Modul Perkuliahan

    HUKUM PERBURUHAN

    Samun Ismaya, SH., MHum

    5

    Intervensi pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan dimaksudkan untuk

    tercapainya keadilan di bidang ketenagakerjaan karena jika hubungan

    antara pekerja dengan pengusaha diserahkan salah satu pihak saja maka

    pengusaha sebagai pihak yang lebih kuat akan menekan pekerja sebagai

    pihak yang lemah secara sosial ekonomi.

    Campur tangan pemerintah ini tidak hanya terbatas pada aspek

    hukum dalam hubungan kerja saja tetapi meliputi aspek hukum sebelum

    hubungan kerja (pra employment) dan sesudah hubungan kerja (post

    employment).

    Hukum ketenagakerjaan dapat bersifat:

    a. Privat/perdata

    Oleh karena Hukum Ketenagakerjaan mengatur hubungan antara

    orang perseorangan dalam hal ini antara pengusaha dengan pekerja

    dimana hubungan kerja yang dilakukan dengan membuat suatu

    perjanjian yaitu perjanjian kerja.

    b. Publik

    1) Keharusan mendapat ijin pemerintah dalam masalah PHK

    2) Adanya campur tangan pemerintah dalam menetapkan besarnya

    standar upah (upah minimum)

    3) Adanya sanksi pidana, denda dan sanksi administratif bagi

    pelanggara ketentuan peraturan perburuhan/ketenagakerjaan.

    Dengan dikeluarkannya UU No. 25 Tahun 1997 tentang

    Ketenagakerjaan telah memberikan perubahan dalam khasanah Hukum

    Ketenagakerjaan di Indonesia yakni:

    1) Menggantikan istilah buruh menjadi pekerja, majikan menjadi

    pengusaha dengan alasan istilah yang lama tersebut tidak

    mencerminkan kepribadian bangsa.

    2) Mengantikan istilah perjanjian perburuhan menjadi kesepakatan kerja

    bersama (KKB).

  • Modul Perkuliahan

    HUKUM PERBURUHAN

    Samun Ismaya, SH., MHum

    6

    3) Memberikan ruang telaah untuk menggantikan istilah Hukum

    Perburuhan menjadi Hukum Ketenagakerjaan.

    Tetapi dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sebagai

    pengganti UU No. 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan justru istilah

    buruh kembali dimunculkan kembali yaitu dengan menyebutkan pekerja

    atau buruh.

    B. TENAGA KERJA, ANGKATAN KERJA DAN PEKERJA

    1. Tenaga Kerja (Manpower)

    Tenaga kerja menurut Pasal 1 point 2 UU No. 25 Tahun 1997

    tentang Ketenagakerjaan ialah Setiap orang laki-laki maupun wanita

    yang sedang dalam dan atau akan melakukan pekerjaan, baik di luar

    maupun di dalam hubungan kerja guna menghasilkan barang atau

    jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dari pengertian ini

    jelaslah bahwa yang dimaksud dengan tenaga kerja tidak hanya orang

    yang sedang melakukan pekerjaan dalam suatu hubungan kerja atau

    di luar hubungan kerja, tetapi juga orang yang akan melakukan

    pekerjaan(pencari kerja). Pengertian hubungan kerja disini ialah

    hubungan antara pekerja dengan pengusaha, dimana pekerja bekerja

    untuk pengusaha dengan mendapatkan upah.

    Sedangkan menurut UU No. 23 Tahun 2003 tentang

    Ketenagakerjan bahwa ketenagakerjaan ialah segala hal yang

    berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan

    sesudah masa kerja (Pasal 1 angka 1).

    Disamping pengertian tersebut di atas menurut Payaman J.

    Simanjutak (1982:2) bahwa tenaga kerja ialah mencakup penduduk

    yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari kerja dan yang

    melakukan pekerjaan lain seperti sekolah dan mengurus rumah

  • Modul Perkuliahan

    HUKUM PERBURUHAN

    Samun Ismaya, SH., MHum

    7

    tangga. Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa tenaga kerja terdiri

    dari:

    a. Angkatan kerja (labour force)

    Terdiri dari yang bekerja dan yang masih mencari pekerjaan. Yang

    bekerja terdiri dari bekerja penuh dan setengah menganggur.

    Setengah menganggur memiliki ciri yang didasarkan pada:

    1) Berdasarkan pendapatan

    Pendapatan yang diterima di bawah UMR

    2) Produktivitas

    Kemampuan produktifitasnya di bawah standar yang telah

    ditetapkan

    3) Pendidikan dan pekerjaan

    Jenis pendidikan tidak sesuai dengan pekerjaan yang ditekuni.

    4) Lain-lain

    Misalnya yang berkaitan dengan belum diperhatikannya aspek

    kesehatan kerja.

    b. Bukan angkatan kerja (not in the labour force)

    1) Mereka yang dalam study

    2) Golongan yang mengurus rumah tangga

    3) Golongan penerima pendapatan tetapi tidak melakukan aktivitas

    ekonomi tetapi memperoleh pendapatan misalnya pensiunan,

    penerima bunga deposito dan sejenisnya.

    2. Pekerja

    Pekerja ialah tenaga kerja yang bekerja di luar maupun di

    dalam hubungan kerja pada pengusaha dengan menerima upah (

    Pasal 3 point 1 UU No. 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan).

    Berdasarkan UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek pengertian

    pekerja diperluas:

  • Modul Perkuliahan

    HUKUM PERBURUHAN

    Samun Ismaya, SH., MHum

    8

    1. Magang dan murid yang bekerja pada perusahaan baik yang

    menerima upah maupun tidak

    2. Mereka yang memborong pekerjaan kecuali jika yang memborong

    ialah perusahaan

    3. Narapidana yang dipekerjakan di perusahaan.

    Ada beberapa istilah lain yang terkait dengan keadaan dimana

    orang melakukan suatu aktifitas yang disebut dengan bekerja, yaitu:

    1. Karyawan ialah orang yang berkarya atau bekerja.

    2. Pegawai merupakan istilah khusus bagi setiap orang yang bekerja

    pada pemerintah yakni PNS.

    3. Buruh adalah setiap orang yang bekerja pada majikan di

    perusahaan yang diwajibkan memberikan tunjangan dengan

    mendapatkan upah. (UU No. 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian

    Perselisihan Perburuhan). Di dunia barat dikenal istilah blue collar

    dan white collar. Sekarang diganti dengan istilah yang lebih halus

    pemaknaannya yaitu Pekerja.

    Beberapa pengertian dalam UU No. 23 Tahun 2003 tentang

    Ketenagakerjaan :

    Tenaga kerja ialah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan

    guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi

    kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

    Pekerja/buruh adalah setiap oraang yang bekerja dengan menerima

    upah atau imbalan dalam bentuk lain.

    Pemberi kerja ialah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum,

    atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan

    membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

    Pengusaha ialah:

  • Modul Perkuliahan

    HUKUM PERBURUHAN

    Samun Ismaya, SH., MHum

    9

    a. Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang

    menjalankan perusahaan milik sendiri;

    b. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara

    benrdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;

    c. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada

    di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam

    huruf a dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.

    Perusahaan ialah:

    a. setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang

    perseorangan, milik persekutuan atau milik badan hukum, baik

    milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan

    pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk

    lain;

    b. usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai

    pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar uppah

    atau imbalan dalam bentuk lain.

    Upah ialah hak pekerja /buruh yang diterimakan dan dinyatakan dalam

    bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja

    kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu

    perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan

    termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu

    pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

    Perjanjian kerja ialah perjanjian antara pekerja/buruh dengan

    pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak,

    dan kewajiban para pihak.

    Hubungan kerja ialah hubungan antara pengusaha dengan

    pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur

    pekerjaan, upah dan perintah.

  • Modul Perkuliahan

    HUKUM PERBURUHAN

    Samun Ismaya, SH., MHum

    10

    C. SUMBER HUKUM KETENAGAKERJAAN

    Pengertian sumber hukum:

    a. Sebagai asas hukum

    b. Menunjukkan hukum terdahulu yang menjadi dasar hukum sekarang

    c. Sebagai sumber berlakunya peraturan hukum

    d. Sumber kita dapat mengenal hukum

    e. Sumber terjadinya hukum

    Sumber hukum Ketenagakerjaan ialah:

    1. Sumber Hukum ketenagakerjaan dalam artian materiil (tempat dari

    mana materi hukum itu diambil)

    Yang dimaksud dengan sumber hukum materiil atai lazim disebut

    sumber isi hukum (karena sumber yang menentukan isi hukum)

    ialah kesadaran hukum masyarakat yakni kesadaran hukum yang

    ada dalam masyarakat mengenai sesuatu yang seyogyanya atau

    seharusnya. Profesor Soedikno Mertokusumo menyatakan bahwa

    sumber hukum materiil merupakan faktor yang membantu

    pembentukan hukum.(Sudikno Mertokusumo, 1988 :63)

    Ialah Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum

    2. Sumber Hukum Perburuhan dalam artian formil (tempat atau

    sumber dari mana suatu peraturan itu memperoleh kekuatan

    hukum). Sumber hukum formil merupakan tempat atau sumber

    dimana suatu peraturan memperoleh kekuatan hukum. (Sudikno

    Mertokusumo, 1988 :63)

    Meliputi:

    a. Perundang-undangan

    Undang-undang merupakan peraturan yang dibuat oleh

    Pemerintah dengan persetujuan DPR.

  • Modul Perkuliahan

    HUKUM PERBURUHAN

    Samun Ismaya, SH., MHum

    11

    Berdasarkan ketentuan Pasal II Aturan Peralihan UUD 45 maka

    beberapa peraturan yang lama yang masih berlaku karena

    dalam kenyataannya belum banyak peraturan yang dibuat

    setelah kemerdekaan, yaitu:

    1) Wet

    2) Algemeen Maatregal van Bestuur

    3) Ordonantie-ordonantie

    4) Regeeringsverordening

    5) Regeeringsbesluit

    6) Hoofd van afdeling van arbeid.(Imam Soepomo, 1972:21-

    22)

    Setelah Indonesia merdeka ada hal yang perlu dicatat bahwa

    politik hukum kodifikasi sudah ditinggalkan diganti dengan

    politik hukum yang mengacu pada unifikasi hukum.(Abdul

    Rahman Budiyono, 1995:14)

    b. Peraturan lainnya

    1) Peraturan Pemerintah

    Aturan yang dibuat untuk melaksanakan UU

    2) Keputusan Presiden

    Keputusan yang bersifat khusus (einmalig) untuk

    melaksanakan peraturan yang ada di atasnya.

    3) Peraturan atau keputusan instansi lainnya

    c. Kebiasaan

    Paham yang mengatakan bahwa satu-satunya sumber

    hukum hanyalah undang-undang sudah banyak ditinggalkan

    sebab dalam kenyataannya tidak mungkin mengatur kehidupan

    bermasyarakat yang begitu komplek dalam suatu undang-

    undang. Disamping itu undang-undang yang bersifat statis itu

    mengikuti perubahan kehidupan masyarakat yang begitu cepat.

  • Modul Perkuliahan

    HUKUM PERBURUHAN

    Samun Ismaya, SH., MHum

    12

    Kebiasaan merupakan kebiasaan manusia yang dilakukan

    berulang-ulang dalam hal yang sama dan diterima oleh

    masyarakat, sehingga bilamana ada tindakan yang dirasakan

    berlawanan dengan kebiasaan tersebut dianggap sebagai

    pelanggaran perasaan hukum.

    Masih banyak dan berkembangnya hukum kebiasaan

    dalam bidang ketenagakerjaan disebabkan antara lain:

    1) Perkembangan masalah-masalah perburuhan jauh lebih

    cepat dari perindang-undangan yang ada

    2) Banyak peraturan yang dibuat jaman HB yang sudah tidak

    sesuai lagi dengan keadaan ketenagakerjaan sedudah

    Indonesia merdeka. (Abdul Rahman Budiyono, 1995:15)

    d. Putusan

    Putusan disini ialah putusan yang dikeluarkan oleh sebuah

    panitia yang menangani sengketa-sengketa perburuhan, yaitu:

    1) Putusan P4P (Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan

    Pusat), tidak berlaku.

    2) Putusan P4D (Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan

    Daerah), tidak berlaku.

    3) Putusan Pengadilan PHI

    Panitia penyelesaian perburuhan sebagai suatu compulsory

    arbitration (arbitrase wajib) mempunyai peranan yang penting

    dalam pembentukan hukum ketenagakerjaan karena peraturan

    yang ada kurang lengkap atau tidak sesuai lagi dengan keadaan

    sekarang.

    Panitia ini tidak jarang melakukan interpretation (penafsiran)

    hukum, atau bahkan melakukan rechtvinding (menemukan)

    hukum.

    e. Perjanjian

  • Modul Perkuliahan

    HUKUM PERBURUHAN

    Samun Ismaya, SH., MHum

    13

    Perjanjian merupakan peristiwa di mana pihak yang satu

    berjanji kepada pihak yang lainnya untuk melaksanakan

    sesuatu hal, akibatnya pihak-pihak yang bersangkutan terikat

    oleh isi perjanjian yang mereka adakan.

    Kaitannya dengan masalah perburuhan, perjanjian yang

    merupakan sumber hukum perburuhan ialah perjanjian

    perburuhan dan perjanjian kerja. Prof. Imam Soepomo

    menegaskan, karena kadang-kadang perjanjian perburuhan

    mempunyai kekuatan hukum seperti undang-undang.(Imam

    Soepomo, 1972:24)

    f. Traktat

    Ialah perjanjian yang diadakan oleh dua negara atau lebih.

    Lazimnya perjanjian internasional memuat peraturan-peraturan

    hukum yang mengikat secara umum. Sesuai dengan asas

    pacta sunt servanda maka masing-masing negara sebagai

    rechtpersoon (publik) terikat oleh perjanjian yang dibuatnya.

    Hingga saat ini Indonesia belum pernah mengadakan perjanjian

    dengan negara lain yang berkaitan dengan

    perburuhan.(Soetikno, 1977: 24) Meskipun demikian dalam

    hukum internasional ada suatu pranata seperti traktat yaitu

    convention. Pada hakikatnya convention ini merupakan

    rencana perjanjian internasional di bidang perburuhan yang

    ditetapkan oleh Konperensi Internasional ILO (International

    Labour Organisation).( Soetikno, 1977: 10)

    Meskipun Indonesia sebagai anggota ILO tetapi tidak secara

    otomatis convention tersebut mengikat. Supaya convention

    mengikat maka harus diratifikasi terlebih dahulu. Beberapa

    convention yang telah diratifikasi oleh Indonesia:

  • Modul Perkuliahan

    HUKUM PERBURUHAN

    Samun Ismaya, SH., MHum

    14

    a. Convention No. 98 tentang berlakunya dasar-dasar hak

    untuk berorganisasi dan untuk berunding yakni dalam UU

    No. 18 Tahun 1956

    b. Convention No. 100 tentang pengupahan yang sama bagi

    buruh laki-laki dan perempuan untuk pekerjaan yang sama

    nilainya, yakni dalam UU No. 80 Tahun 1957

    c. Convention No. 120 tentang higyene dalam perniagaan dan

    kantor-kantor yakni dalam UU No. 3 Tahun 1969

    Dengan berlakunya UU No. 25 Tahun 1997 maka ada beberapa

    peraturan yang dinyatakan tidak berlaku:

    1. Ordonansi Tentang Pengesahan Orang Indonesia Untuk Melakukan

    Pekerjaan Di Luar Negeri

    2. Ordonansi Tentang Pembatasan Kerja Anak Dan Kerja Malam Hari

    Bagi Wanita

    3. Ordonansi Tentang Kerja Anak Dan Orang Muda Di Atas Kapal

    4. Ordonansi Untuk Mengatur Kegiatan-Kegiatan Mencari Calon

    Pekerja

    5. Ordonansi Tentang Pemulangan Buruh Yang Diterima Atau

    Diarahkan Ke Luar Negeri

    6. Ordonansi Tentang Pembatasan Kerja Anak-Anak

    7. UU No. 1 Tahun 1951 Tentang Pernyataan Berlakunya UU Kerja

    No. 12 Tahun 1948

    8. UU No. 21 Tahun 1954 Tentang Perjanjian Perburuhan Antara

    Serikat Buruh Dan Majikan

    9. UU No. 3 Tahun 1985 Tentang Penempatan Tenaga Asing

    10. UU No. 7 Tahun 1963 Tentang Pencegahan Pemogokan Dan Atau

    Penutupan Di Perusahaan, Jawatan Dan Badan Yang Vital

  • Modul Perkuliahan

    HUKUM PERBURUHAN

    Samun Ismaya, SH., MHum

    15

    UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan Pokok Mengenai

    Tenaga Kerja.

    Dengan dikeluarkannya UU No. 23 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

    maka UU No. 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan dinyatakan tidak

    berlaku lagi.

    D. KONSEP HUKUM KETENAGAKERJAAN

    Dalam kepustakaan internasional kajian Hukum Perburuhan terbagi

    ke dalam tiga bagian:1

    a. Hukum Hubungan Kerja Induvidual (Induvidual Employment

    Law)

    b. Hukum Perburuhan Kolektif (Collective Labour Law)

    c. Hukum Jaminan Sosial (Social Security Law)

    Dalam kepustakaan hukum yang ada selama ini selalu

    menyebutkan dengan istilah Hukum Perburuhan.

    1. Dalam bukunya, Mollenar (1983: 2) disebutkan mengenai definisi

    hukum perburuhan (Arbeidrecht) adalah bagian dari hukum yang

    berlaku, yang pada pokoknya mengatur hubungan antara buruh

    dengan majikan, antara buruh dengan buruh, dan antara buruh

    dengan penguasa.

    2. Mr. M. G. Levenbach menyebutkan bahwa hukum perburuhan adalah

    hukum yang berkenaan dengan kehidupan yang langsung bersangkut

    paut dengan hubungan kerja.

    3. Imam Soepomo memberikan pengertian hukum perburuhan sebagai

    himpunan peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis yang

    berkenaan dengan kejadian dimana seseorang bekerja pada orang lain

    dengan menerima upah.

    1 Bbrl-labour-law-final.pdf, halaman 2

  • Modul Perkuliahan

    HUKUM PERBURUHAN

    Samun Ismaya, SH., MHum

    16

    Dari pengertian di atas maka tampak jelas bahwa hukum perburuhan

    setidak-tidaknya mengandung unsur:

    1. Himpunan peraturan (baik tertulis dan tidak tertulis)

    2. Berkenaan dengan suatu kejadian atau peristiwa

    3. Seseorang bekerja pada orang lain

    4. Upah

    Dari unsur-unsur di atas, jelaslah bahwa substansi hukum

    perburuhan hanya menyangkut peraturan yang mengatur hubungan

    hukum seseorang yang disebut buruh bekerja pada orang lain yang

    disebut majikan (bersifat keperdataan), jadi tidak mengatur hubungan

    hukum di luar hubungan kerja.

    Batasan pengertian buruh tersebut telah mengilhami para penulis

    saat itu dalam memberikan batasan hukum perburuhan. Saat ini

    kondisinya telah berubah dengan intervensi pemerintah yang sangat

    besar dalam bidang perburuhan, sehingga kebijaksanaan yang

    dikeluarkan oleh pemerintah sudah demikian luas tidak hanya aspek

    hukum yang berhubungan dengan hubungan kerja saja, tetapi sebelum

    dan sesudah hubungan kerja. Konsep ini secara jelas diakomodasikan

    dalam UU No. 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan.

    Dalam UU Ketenagakerjaan ini tidak lagi menggunakan istilah

    buruh dan majikan, tetapi telah diganti dengan istilah pekerja dan

    pengusaha. Dalam pasal 1 UU No. 25 Tahun 1997 tentang

    Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa ketenagakerjaan adalah segala hal

    ikhwal hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum,

    selama dan sesudah melakukan pekerjaan. Berdasarkan pengertian

    ketenagakerjaan tersebut dapat dirumuskan pengertian Hukum

    Ketenagakerjaan adalah segala peraturan hukum yang berkaitan dengan

    tenaga kerja baik sebelum, selama dan sesudah hubungan kerja. Jadi

    pengertian hukum ketenagakerjaan lebih luas dari hukum perburuhan

  • Modul Perkuliahan

    HUKUM PERBURUHAN

    Samun Ismaya, SH., MHum

    17

    yang selama ini kita kenal yang ruang lingkupnya hanya berkenaan

    dengan hubungan hukum antara buruh dengan majikan dalam hubungan

    kerja saja. (Lalu Husni, S.H., M.Hum, 2000:16)

    Di dalam UU No. 23 Tahun 2003 tentang Ketenagakejaan juga

    mempergunakan istilah ketenagakerjaan dimana ketenagakerjaan ialah

    segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum,

    selama dan sesudah masa kerja dimana pengertian ini juga lebih luas dari

    hukum perburuhan.