bab_i (2 files merged)

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan kanker yang sangat menakutkan bagi kaum wanita, disamping kanker mulut rahim. Penyakit kanker payudara terbilang penyakit kanker yang paling umum menyerang kaum wanita. WHO menyatakan bahwa pada tahun 2012, kanker payudara menduduki peringkat kelima teratas di dunia sebagai jenis kanker dengan angka kematian tertinggi, yaitu 460.000 kematian. Penderita kanker payudara pada dekade terakhir ini memperlihatkan kecenderungan meningkat. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175.000 di Amerika Serikat. Masih menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700.000 meninggal karenanya. Belum ada data statistik yang akurat di indonesia, namun data yang terkumpul dari rumah sakit menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki ranking pertama diantara kanker lainnya pada wanita (WHO,2012). Kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia setelah penyakit kardiovaskular. Laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003, setiap tahun timbul lebih dari 10 juta kasus penderita baru kanker dengan prediksi peningkatan setiap tahun kurang lebih 20%. Diperkirakan jumlah penderita baru penyakit kanker meningkat hampir 20 juta penderita pada tahun 2020, dan 84 juta orang diantaranya akan meninggal pada sepuluh tahun ke depan bila tidak dilakukan intervensi yang memadai (Depkes, 2009). Berdasarkan data WHO Global Burden of Disease (2004), di dunia kanker yang paling umum terjadi pada wanita adalah kanker payudara, 16% dari semua kejadian kanker pada wanita dan diiperkirakan 519.000 perempuan meninggal akibat kanker payudara pada tahun 2004. Meskipun kanker payudara dianggap sebagai penyakit di negara maju, namun mayoritas (69%) dari semua kematian kanker payudara terjadi di negara berkembang (WHO,2011).

Upload: herly-agustina

Post on 29-Jan-2016

241 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jj

TRANSCRIPT

Page 1: BAB_I (2 Files Merged)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker payudara merupakan kanker yang sangat menakutkan bagi kaum

wanita, disamping kanker mulut rahim. Penyakit kanker payudara terbilang

penyakit kanker yang paling umum menyerang kaum wanita. WHO

menyatakan bahwa pada tahun 2012, kanker payudara menduduki peringkat

kelima teratas di dunia sebagai jenis kanker dengan angka kematian tertinggi,

yaitu 460.000 kematian. Penderita kanker payudara pada dekade terakhir ini

memperlihatkan kecenderungan meningkat. Setiap tahun lebih dari 250.000

kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175.000 di

Amerika Serikat. Masih menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta

wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700.000 meninggal

karenanya. Belum ada data statistik yang akurat di indonesia, namun data yang

terkumpul dari rumah sakit menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki

ranking pertama diantara kanker lainnya pada wanita (WHO,2012).

Kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia setelah penyakit

kardiovaskular. Laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003, setiap

tahun timbul lebih dari 10 juta kasus penderita baru kanker dengan prediksi

peningkatan setiap tahun kurang lebih 20%. Diperkirakan jumlah penderita

baru penyakit kanker meningkat hampir 20 juta penderita pada tahun 2020, dan

84 juta orang diantaranya akan meninggal pada sepuluh tahun ke depan bila

tidak dilakukan intervensi yang memadai (Depkes, 2009). Berdasarkan data

WHO Global Burden of Disease (2004), di dunia kanker yang paling umum

terjadi pada wanita adalah kanker payudara, 16% dari semua kejadian kanker

pada wanita dan diiperkirakan 519.000 perempuan meninggal akibat kanker

payudara pada tahun 2004. Meskipun kanker payudara dianggap sebagai

penyakit di negara maju, namun mayoritas (69%) dari semua kematian kanker

payudara terjadi di negara berkembang (WHO,2011).

Page 2: BAB_I (2 Files Merged)

2

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, penyakit

kanker merupakan penyebab kematian nomor 5 di Indonesia setelah penyakit

kardiovaskular, infeksi, pernafasan, dan pencernaan (Depkes, 2010).

Berdasarkan data Globocan ( International Agency Cancer Research/IACR)

2002, kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh kanker pada

perempuan. IACR mengestimasi insidens kanker payudara di Indonesia sebesar

26 per 100.000 perempuan. Data dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di

Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa kanker payudara menempati urutan

pertama pasien rawat inap (15.40%) dan pasien rawat jalan (15.78%) pada

tahun 2007 terjadi peningkatan pasien rawat inap kanker payudara menjadi

16.85% (Depkes, 2010).

Riskesdas (2012) mengatakan bahwa Indonesia sebagai negara berkembang

dalam lima tahun terakhir menunjukkan angka kejadian kanker payudara

adalah 4,3 dari 100.000 penduduk dan menurut hasil survey profil kesehatan

Indonesia tahun 2008 menyatakan bahwa penyakit kanker payudara memiliki

urutan pertama dari sepuluh kanker yang ada di rawat inap RS pada tahun

2004-2007. Prevalensi nasional penyakit tumor atau kanker payudara adalah

sebesar 0,4%. Jawa Barat termasuk urutan ke-7 dari 9 provinsi di Indonesia

yang mempunyai prevalensi di atas normal yaitu sebesar (5,5%), setelah

Yogyakarta (9,6%), Jawa Tengah (8,1%), Jakarta (7,4%), Banten (6,4%),

Sulawesi Utara (5,8% ), Sumatra Barat (5,6%), Bali (4,6%) dan Sulawesi

Selatan (4,8%).

Faktor risiko kanker payudara adalah jenis kelamin, dengan perbandingan laki-

laki perempuan kira-kira 1:100. Faktor risiko kanker payudara di RSUPN Dr.

Cipto Mangunkusumo diantaranya adalah riwayat keluarga dengan penderita

kanker payudara (15,79%), menarche dini (8,77%), nullipara (7,02%) dan

pemakaian pil yang mengandung estrogen jangka panjang (42,11%). Selain itu,

juga terdapat faktor risiko lain yang diduga berpengaruh terhadap kejadian

kanker payudara yaitu menopause terlambat, riwayat pemberian ASI, dan

obesitas (Harianto, 2012).

Page 3: BAB_I (2 Files Merged)

3

Angka kejadian kanker payudara di Jakarta menempati peringkat kedua setelah

kanker rahim. Berdasarkan data awal dari rekam medik RSUPN Dr Cipto

Mangunkusumo Jakarta jumlah pasien yang dirawat sepanjang tahun 2012

ditemukan 59 kasus kanker payudara (1 orang diantaranya meninggal dunia),

pada tahun 2013 ditemukan 52 kasus kanker payudara (1 diantaranya

meninggal dunia), dan pada tahun 2014 terjadi peningkatan menjadi 69 kasus

kanker payudara (6 diantaranya meninggal dunia).

Indrati (2005) menyatakan bahwa kemungkinan individu terkena kanker

payudara sebesar 52,67 %, hasil dari uji chi square menunjukan adanya

hubungan faktor risiko yang berpengaruh terhadap kanker payudara adalah

riwayat tumor jinak, lama aktivitas fisik, frekuensi tinggi konsumsi makanan

berlemak dan serat , riwayat kanker pada keluarga, lama menyusui < 5 tahun,

lama penggunaan alat kontrasepsi oral > 10 tahun,usia mentruasi dan

menopause.

Berdasarkan data di RS Dharmais, kanker payudara merupakan kasus tertinggi.

Sekitar 80% kasus kanker payudara di temukan pada stadium 3 dan 4. Padahal

jika ditemukan pada stadium dini angka harapan hidup kanker payudara 85%

sampai dengan 95%. Hal itu dikarenakan pegetahuan masyarakat terhadap

kanker payudara masih sangat rendah dan juga masih kurang kesadaran wanita

indonsia untuk melakukan deteksi terhadap kanker payudara.

1.2 Rumusan Masalah

Kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia setelah penyakit

kardiovaskular. Di dunia kanker yang paling umum terjadi pada wanita adalah

kanker payudara, 16% dari semua kejadian kanker pada wanita. Data dari

Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia tahun 2004 menunjukkan

bahwa kanker payudara menempati urutan pertama pasien rawat inap (15.40%)

dan pasien rawat jalan (15.78%) pada tahun 2007 terjadi peningkatan pasien

rawat inap kanker payudara menjadi 16.85%.

Page 4: BAB_I (2 Files Merged)

4

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kanker payudara seperti menarche

dini, obesitas, nullipara, hormonal, pemakaian pil KB dll, maka dengan

dilakukannya penelitian ini dapat dilakukan pencegahan terhadap terjadinya

kanker payudara. Berdasarkan hal tersebut maka pertannyaan penelitian dalam

penelitian ini adalah apa saja faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya

kanker payudara?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya

kanker payudara di ruang rawat jalan Onkologi RSUPN Dr Cipto

Mangunkusumo

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Diketahui angka kejadian kanker payudara di ruang rawat jalan Onkologi

RSUPN Dr Cipto Mangukusumo

b. Diketahui hubungan riwayat keluarga dengan penderita kanker payudara

c. Diketahui hubungan usia dengan terjadinya kanker payudara

d. Diketahui hubungan menopause dengan terjadinya kanker payudara

e. Diketahui hubungan menarche dini dengan terjadinya kanker payudara

f. Diketahui hubungan riwayat penggunaan pil KB dengan terjadinya kanker

payudara

g. Diketahui hubungan nullipara dengan terjadinya kanker payudara

h. Diketahui hubungan obesitas dengan terjadinya kanker payudara

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana kepustakaan dan menambah

informasi mahasiswa dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam

pembelajaran serta sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa dalam bidang

keperawatan medikal bedah, khususnya tentang kanker payudara dan dapat

dijadikan referensi bagi peneliti berikutnya.

Page 5: BAB_I (2 Files Merged)

5

1.4.2 Pelayanan dan Masyarakat

Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat dan memberikan gambaran

yang jelas tentang faktor risiko terjadinya kanker payudara, agar petugas

kesehatan dapat meningkatkan pendekatan pada pasien belum menderita

kanker payudara dengan cara memberikan informasi tentang cara pencegahan

kanker payudara dan tanda-tanda terkena kanker payudara.

1.4.3 Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pendidikan dalam

pembelajaran mahasiswa keperawatan khususnya keperawatan medikal bedah

1.4.4 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bagi peneliti. Memberikan

pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan penelitian mulai dari

perencanaan hingga pelaksanaan, sehingga peneliti memiliki pengalaman yang

sangat berharga dan bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan peneliti

dalam menyajikan data dengan sebaik-baiknya. Penelitian ini dapat dijadikan

bahan dasar dan dapat dikembangkan lebih lengkap lagi bagi peneliti

berikutnya.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang

berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Waktu penelitian dilakukan

pada bulan Agustus - September 2015. Data penelitian ini adalah data primer

dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Dengan cara memberikan

lembar kuesioner kepada responden.

Page 6: BAB_I (2 Files Merged)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kanker

2.1.1 Definisi

Kanker adalah suatu pertumbuhan sel yang abnormal, yang cenderung

“menyerang” sel normal yang lain di sekitarmya dan data menyebar ke tempat-

tempat yang jauh dari sel kanker awal yang muncul. Ini disebabkan oleh

perubahan berganda dalam ekspresi gen yang mengarah untuk menjadi

keseimbangan tidak teratur dari proliferasi sel dan kematian sel dan akhirnya

berkembang menjadi sebuah populasi sel yang dapat menyerang jaringan

(Manuaba, 2009).

Kanker merupakan penyakit yang dapat muncul pada hampir semua bagian

tubuh. Karakteristik utama pada sel kanker adalah bersifat antisosial, artinya

menjalankan aktivitas mereka tanpa mempertimbangkan sel lain dan jaringan

lain di sekitarnya. Jika kebanyakan sel normal dimonitor oleh berbagai

mekanisme yang menjaga mereka tetap bekerja sama dengan sel lain, tetapi sel

kanker menyebabkan kerusakan dan mencegah mereka untuk melakukan kerja

sama. Setiap sel kanker dimulai dengan gangguan aktivitas normal ini. Sel

kanker, bagaimanapun akan membelah sesuai keinginan mereka, tanpa

menghiraukan seberapa sel kanker yang dapat merusak jaringan disekitarnya.

Sel kanker juga dapat bergerak dan berpindah ke organ lain, menciptakan

pembuluh darah untuk sel kanker itu sendiri, dan berhenti mematui aturan,

dalam hal ini sinyal penuaan untuk melakukan apoptosis (Price dan Lorraine,

2005).

Page 7: BAB_I (2 Files Merged)

7

2.1.2 Karakteristik Sel Kanker

Sel kanker memiliki ciri khas, walaupun dapat muncul pada berbagai organ,

yaitu: (Price and Lorraine, 2005)

a. Mandiri dalam sinyal-sinyal pertumbuhan

Ini merupakan ciri yang paling khas dari sel kanker. Sel kanker membuat

sendiri sinyal-sinyal pertumbuhan, sehingga pertumbuhan sel kanker akan

terus menerus selama kanker tersebut masih ada.

b. Tidak sensitif terhadap sinyal-sinyal penghambat pertumbuhan (anti

pertumbuhan)

Ciri lain dari sel kanker adalah tidak sensitif atau tidak merespon secara

normal terhadap sinyal-sinyal yang mengatur pertumbuhan.

c. Mampu menghindar dari apoptosis (programmed cell death)

Pembelahan sel yang tidak terkendali juga bisa dipicu oleh kemampuan sel

kanker untuk menghindari kematian sel yang terprogram yang kita kenal

apoptosis. Apoptosis sel sangat penting dalam proses perkembangan sel

normal. Pada manusia, apoptosis berfungsi sebagai semacam jaringan

pengaman karena sel yang normal yang mengalami kerusakan DNA

berlebihan akan mengalami apoptosis.

2.2 Kanker Payudara

2.2.1 Definsi

Kanker payudara merupakan jenis tumor ganas yang paling banyak pada

wanita. Kanker payudara merupakan suatu pertumbuhan jaringan payudara

abnormal yang tidak memandang jaringan lain disekitarnya. Kanker payudara

ini tumbuh secara tidak terkendali dan tidak mengindahkan sinyal-sinyal

pertumbuhan pada jaringan payudara (Ramli, 2005).

Kanker payudara merupakan pertumbuhan sel pada payudara yang tidak

terkontrol karena perubahan abnormal dari gen yang bertanggung jawab atas

pengaturan pertumbuhan sel. Normalnya, sel payudara yang tua akan mati, lalu

Page 8: BAB_I (2 Files Merged)

8

digantikan dengan sel baru yang lebih ampuh. Regenerasi ini berguna untuk

mempertahankan fungsi payudara (Supriyanto, 2010).

Kanker payudara (carcinoma mammae) adalah tumor ganas yang menyerang

jaringan payudara, yang terdiri dari kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan

penunjang payudara (Mardiana, 2007).

Kanker payudara adalah penyakit bersifatgana akibat tumbuhnya sel kanker

yag berasal dari sel-sel normal di payudara bias berasal dari kelenjar susu,

saluran susu, atau jaringan penunjang seperti lemak dan saraf (Kurniawan,

2006).

2.2.2 Etiologi Kanker Payudara

Tjindarbumi (2003) dalam Hawari (2004) merujuk hasil penelitian

Simanjuntak T.M (1977), yang telah melakukan penelitian di bagian bedah

RSCM, menemukan beberapa faktor resiko pada kanker payudara yang sudah

diterima secara luas oleh kalangan pakar kanker (oncologyst) di dunia yakni

meliputi:

a. Wanita yang berumur lebih dari 25 tahun mempunyai kemungkinan yang

lebih besar untuk mendapat kanker payudara dan resiko ini akan bertambah

sampa umur 50 tahun dan setelah menopause

b. Wanita yang belum pernah menikah resikonya 2-4 kali lebih tinggi

daripada wanita yang sudah menikah dan mempunyai anak.

c. Wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita kanker payudara,

resikonya 2-3 kali lebih tinggi.

d. Wanita yang terlambat menopause (gangguan hormone) lebih dari usia 55

tahun, belum menikah atau tidak pernah melahirkan anak, melahirkan anak

≥ usia 35 tahun dan tidak pernah menyusui anak.

e. Wanita yang memakai kontasepsi oral (pil) pada penderita tumor mamae

jinak akan meningkatkan resiko untuk mendapatkan kanker payudara 11

kali lebih tinggi.

Page 9: BAB_I (2 Files Merged)

9

2.2.3 Gejala Kanker Payudara

Gejala kanker payudara pada permulaan sering tidak dirasakan oleh penderita.

Dalimartha (2004) menyatakan bahwa, kanker payudara pada tahap dini

biasanya tidak menimbulkan keluhan, penderita merasa sehat, tidak merasa

nyeri dan tidak terganggu aktivitasnya. Tanda yang mungkin dirasakan pada

stadium dini biasanya adalah teraba benjolan kecil dipayudara.

Mardiana (2004) menjelaskan bahwa, gejala serangan kanker payudara

semakin banyak setelah melewati stadium dini atau memasuki stadium lanjut

yaitu:

a. Rasa nyeri sakit pada payudara.

b. Adanya benjolan dan semakin lama benjolan semakin membesar.

c. Payudara mengalami perubahan bentuk dan ukuran mulai timbul

pembengkakan.

d. Mulai timbul luka pada payudara dan putting susu seperti koreng atau

eksim.

e. Kulit payudara menjadi berkerut seperti mirip kulit jeruk.

f. Terkadang keluar cairan atau darah berwarna merah kehitam-hitaman dari

putting susu.

2.2.4 Stadium Kanker Payudara

Menurut Tjindarbumi dalam Ramli M (2005) membagi stadium kanker

payudara yang disesuaikan dengan aplikasi klinik dibagi ke dalam 4 stadium

yaitu:

a. Stadium I

Tumor terbatas dalam payudara, bebas dai jaringan sekitarnya, tidak ada

fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan yang dibawahnya (otot). Besar tumor

1-2 cm kelenjar getah bening regional belum teraba. (Ramli M, 2005)

Page 10: BAB_I (2 Files Merged)

10

b. Stadium II

Sesuai dengan stadium I, hanya saja besar tumor 2-5 cm dan sudah ada satu

atau beberapa kelenjar getah bening (KGB) aksila yang mash bebas dengan

diameter kuran dari 2 cm. (Ramli M, 2005)

c. Stadium III

Stadium III A : tumor sudah meluas dalam payudara (5-10 cm), tapi masih

bebas dijaringan sekitarnya, kelenjar getah bening aksila

masih bebas satu sama lain.

Stadium III B : tumor sudah meluas dalam payudara (5-10 cm), fiksasi pada

kulit atau dinding dada, kulit merah dan ada oedema (lebih

dari 1/3 permukaan klit payudara), userasi dan atau nodul

saelit, kelenjar geta bening aksila melekat satu sama lain

atau terhadap jaringan sekitarnya . diameter lebih dari 2,5

cm. belum ada metastasis jauh. (Ramli M, 2005)

d. Stadium IV

Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III). Tetapi sudah disertai

dengan kelenjar getah bening aksila supra-klavikula dan metastasis jauh

lainnya. (Ramli M, 2005)

Secara garis besar pengobatan kanker payudara yag disepakati oleh ahli kanker

di dunia (Sutjipto, 2001) adalah sebagai berikut:

Stadium I : Operasi kemoterapi (optional)

Stadium II : Operasi kemoterapi (+ hormonal)

Stadium III : Kemoterapi oprasi + radiasi (+ hormonal)

Stadium IV : Kemoterapi radiasi (+ hormonal)

Page 11: BAB_I (2 Files Merged)

11

2.2.5 Klasifikasi Kanker Payudara

Berdasarkan gambaran histopatologinya kanker payudara dapat

diklasifikasikan berdasakan klasifikasi WHO (2008) sebagai berikut:

a. Non Invasif

1. Ductal Carsinoma In Situ (DCIS)

Pola arsitekturnya, antara lain tipe solid, kribiformis, papilaris, mikopapilaris,

dan clinging. Secara makroskopis, DCIS dapat menghasilkan suatu massa

keras yang terdiri atas struktur-struktur seperti tali dan massa nekrotik. (WHO,

2008)

2. Lobular Carsinoma In Situ (LCIS)

LCIS tidak menghasilkan lesi yang dapat diraba dan tidak terlihat pada

mammografi. Kondisi ini biasanya merupakan temuan patologik insidental.

Sel-sel abnormal dari hiperplasia lobular atipik, carcinoma lobular insitu dan

carcinoma lobular invasif adalah identik, terdiri dari sel-sel kecil dengan inti

yang oval atau bulat dan anak inti yang kecil serta tidak berdekatan satu sama

lain. (WHO, 2008)

b. Invasive carcinoma

1. Invasive Ductal Carsinoma

Carcinoma jenis ini merupakan bentuk yang paling umum ditemukan sekitar

65-80 dari carcinoma mammae. Secara histologis, jaringan ikat padat tersebar

berbentuk sarang. Sel berbentuk bulat sampai poligonal, bentuk inti kecil

dengan sedikit gambaran mitosis. Pada tepi tumor, tampak sel kanker

mengadakan infiltrasi ke jaringan sekitar seperti sarang. Secara makroskopis

tumor berupa massa infiltratif berwarna putih-keabuan yang teraba keras

seperti batu dan berpasir. Gurat kapur putih kekuningan merupakan ciri khas

carsinoma ini dan dapat terjadi akibat deposit jaringan elastik (elastosis) di

sekitar duktus di daerah yang terkena. Fibrosis dapat luas (desmoplasia) dan

menghasilkan suatu carcinoma tipe keras (scirrhous). Gambaran morfologinya

berbeda-beda dari kasus ke kasus dan sering strukturnya kurang teratur

Page 12: BAB_I (2 Files Merged)

12

berhubungan dengan tipe spesifik tumor. Bentuk sel-sel tumor dapat tersusun

seperti ikatan, kelompokan, trabekula dimana beberapa tumor di

karakteristikkan dengan sebagian besar padat dan menginvasi sedikit stroma.

(WHO, 2008)

2. Invasive Lobular Carsinoma

Jenis ini merupakan carcinoma infiltratif yang tersusun atas sel-sel berukuran

kecil dan seragam dengan sedikit pleimorfisme.

Saat ini, sistem klasifikasi yang masih digunakan salah satunya adalah sistem

kelas Scarff-Bloom-Richardson. Untuk memakai sistem ini maka dilakukan

pemeriksaan histologi dengan melihat jaringan pada payudara dan dilihat

menggunakan mikroskop.

Tabel 2.1. Penilaian Sistem Scarff-Bloom-Richardson

Perubahan Histologi Hasil Pemeriksaan Skor

Formasi Tubular dan >75 % 1

Glandular 10-75 % 2

Kurang dari 10 % 3

Pleiomorfik inti Kecil, sel uniform regular 1

Moderate ukuran dan variasinya 2

Variasi banyak 3

Jumlah Mitosis 0-7 1

8-14 2

15 atau lebih 3

Sumber : Hanna, dkk 2009

Klasifikasi Menurut Derajat Diferensiasi

Interpretasi :

1) Derajat I : Skor 3-5, berdiferensiasi baik

2) Derajat II : Skor 6-7, berdiferensiasi sedang

3) Derajat III : Skor 8-9, berdiferensiasi buruk

Page 13: BAB_I (2 Files Merged)

13

2.2.6 Diagnosis

a. Anamnesis

Didahului dengan pencarian identitas penderita secara lengkap. Keluhan utama

penderita dapat berupa, massa tumor di payudara, rasa sakit, cairan dari puting

susu, retraksi puting susu, adanya ekzema di sekitar aerola, keluhan kulit

berupa dimpling, kemerahan, ulserasi atau adanya peau d‘orange, atau keluhan

berupa pembesaran kelenjar getah bening aksila atau tanda metastasis jauh.

(Underwood & Cross, 2010).

Adanya tumor ditemukan sejak beberapa lama, cepat atau tidak membesar,

disertai sakit atau tidak. Biasanya tumor pada proses keganasan atau kanker

payudara, mempunyai ciri dengan batas yang irregular umumnya tanpa ada

rasa nyeri, tumbuh progresif cepat membesar. (Underwood & Cross, 2010).

Tabel 2.2 Hubungan umur dengan keadaan lesi (Underwood & Cross, 2010).

Presentasi

Klinis

Penyebab Patologis

< 25

tahun

25 – 35

Tahun

35 -55

Tahun

> 55

tahun

Benjolan

mobile FAM FAM

FAM,

Phyloides

Phyloides

Bnjolan

berbatas

tegas

Jarang Fibrokistik Fibrokistik Jarang

Benjolan

keras dan

melekat

Jarang Karsinoma Karsinoma

Karsinoma,

Nekrosis

lemak

Discharge

papilla Jarang Jarang

Duktus

eksatia

Duktus

eksatia

Ulserasi

papilla

Adenoma

papila

Adenoma

papila

Paget

disease,

adenoma

papilla

Paget

disease,

adenoma

papilla

Perlu ditanyakan pula riwayat penyakit terdahulu hingga riwayat penyakit

sekarang. Tumor mulai dirasakan sejak kapan, cepat membesar atau tidak

terasa sakit atau tidak. Anamnesis penderita kelainan payudara harus disertai

pula dengan riwayat keluarga, riwayat kehamilan maupun riwayat ginekologi

(Underwood & Cross,` 2010).

Page 14: BAB_I (2 Files Merged)

14

b. Pemeriksaan Fisik

Organ payudara dipengaruhi oleh faktor hormonal antara lain estrogen dan

progesteron maka sebaiknya pemeriksaan payudara dilakukan disaat pengaruh

hormonal ini seminimal mungkin, yaitu setelah menstruasi lebih kurang satu

minggu dari hari pertama menstruasi. Ketepatan pemeriksaan untuk kanker

payudara secara klinis cukup tinggi, dengan pemeriksaan yang baik dan diteliti.

(Underwood & Cross, 2010).

1. Inspeksi

Dilihat ukuran, simetri kedua payudara, adakah benjolan tumor atau perubahan

patologik kulit misal ada cekungan, kemerahan, edema, erosi, nodul, dan

lainnya. Perhatikan juga kedua papilla mammae simetri apa tidak, ada retraksi

atau tidak, ada distorsi atau kelainan lain apa tidak. (Underwood & Cross,

2010).

2. Palpasi

Umumnya dilakukan pada posisi berbaring, bisa juga kombinasi antara duduk

dan berbaring. Caranya dengan rapatkan keempat jari, gunakan ujung dan perut

jari berlawanan arah jarum jam atau searah jarum jam lalu palpasi dengan

lembut. Perhatikan jangan meremas payudara. Kemudian dengan lembut pijat

areola mammae, papilla mammae dan lihat apakah keluar sekret. Bila terdapat

tumor periksa secara rinci dan catat ukuran, lokasi, konsistensi, kondisi batas,

permukaan, mobilitas, nyeri tekan, dan lainnya. Periksa apakah tumor itu

melekat dengan dasar kulit atau tidak. Caranya dengan meminta lengan pasien

sisi lesi untuk bertolak pinggang agar muskulus pektoralis mayor berkerut. Jika

kanker melekat dengan dasar kemungkinan kanker sangat besar. ( De Jong &

Sjamsuhidajat, 2010)

Page 15: BAB_I (2 Files Merged)

15

Terdapat tanda atau gejala dari hasi pemeriksaan fsik yang dapat menunjukkan

bentuk lesi mamae, seperti pada tabel 2.3

Tabel 2.3 Tanda hasil pemeriksaan fisik Tanda dan Gejala Dasar Patologis

Benjolan

Difus

Soliter

Mobile

Melekat

Fibrosis, hyperplasia epitel dan kista pada perubahan

fibrokistik

Neoplasma atau kista soliter

Neoplasma jinak

Neoplasma invasive (karsinoma)

Gambaran kulit

Edema (peau d’orange) Berkerut atau berlekatan

Eritema

Gagguan aliran limfe akibat karsinoma

Invasi kulit akibat karsinoma

Aliran darah menigkat akibat radang atau tumor

Papilla Mamma

Discharge

Retraksi

Eritema dan bersisik

Mirip ASI atau darah

Terkait karsinoma ivasif

Penyakit paget papilla mamma atau tumor

Nyeri Mamma

Siklik

Pada palpasi

Penyakit jinak mamma

Lessi radang

Pembesaran Kelenjar Aksila Metastasis karsinoma mamma

Nyeri Tulang dan Fraktur Metastasis karsinoma mamma atau berhubungan

dengan hiperkalsemia

Sumber: Underwood & Cross, 2010

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang

a. Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)

Prosedur pemeriksaan ini dengan cara menyuntikkan jarum berukuran 22–25

gauge melewati kulit atau secara percutaneous untuk mengambil contoh cairan

dari kista payudara atau mengambil sekelompok sel dari massa yang solid pada

payudara. Setelah dilakukan FNAB, material sel yang diambil dari payudara

akan diperiksa di bawah mikroskop yang sebelumnya terlebih dahulu

dilakukan pengecatan sampel (Mulandari, 2003; Fadjari, 2012).

Page 16: BAB_I (2 Files Merged)

16

Sebelum dilakukan pengambilan jaringan, terlebih dulu dilakukan pembersihan

pada kulit payudara yang akan diperiksa. Apabila benjolan dapat diraba maka

jarum halus tersebut di masukan ke daerah benjolan.

Apabila benjolan tidak dapat diraba, prosedur FNAB akan dilakukan dengan

panduan dari sistem pencitraan yang lain seperti mammografi atau USG.

Setelah jarum dimasukkan ke dalam bagian payudara yang tidak normal, maka

dilakukan aspirasi melalui jarum tersebut (Tambunan & Lukito, 2007 ).

Pada prosedur FNAB seringkali tidak dilakukan pembiusan lokal karena

prosedur anastesi lebih memberikan rasa sakit dibandingkan pemeriksaan

FNAB itu sendiri. Selain itu, lidokain yang digunakan sebagai bahan anestesi

bisa menimbulkan artefak yang dapat terlihat pada pemeriksaan mikroskopis.

(Soetrisno, 2010).

Hampir semua tumor dapat dilakukan biopsi aspirasi, baik yang letaknya

superfisial palpable ataupun tumor yang terletak di dalam rongga tubuh

unpalpable, dengan indikasi: (Lestadi, 2004)

1. Membedakan tumor kistik, solid dan peradangan

2. Diagnosis pertama pada wanita muda yang kurang dari 30 tahun dan

wanita lanjut usia

3. Payudara yang telah dilakukan beberapa kali biopsi diagnostik

4. Penderita yang menolak operasi atau anestesi

5. Nodul–nodul lokal atau regional setelah operasi mastektomi

6. Kasus kanker payudara stadium lanjut yang sudah inoperabel

7. Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian.

Page 17: BAB_I (2 Files Merged)

17

Prosedur FNAB memiliki beberapa keuntungan di antaranya sebagai metode

tercepat dan termudah dibandingkan biopsi eksisi maupun insisi payudara.

Hasil dapat diperoleh dengan cepat sehingga pasien dapat segera mendapatkan

terapi selanjutnya. Keuntungan lain dari metode ini adalah biaya pemeriksaan

lebih murah, rasa cemas dan stress pasien lebih singkat dibandingkan metode

biopsi (Underwood & Cross, 2010).

Kekurangan dari metode ini hanya mengambil sangat sedikit jaringan atau sel

payudara sehingga hanya dapat menghasilkan diagnosis berdasarkan keadaan

sel. Dari kekurangan tersebut, FNAB tidak dapat menilai luasnya invasi tumor

dan terkadang subtipe kanker tidak dapat diidentifikasi sehingga dapat terjadi

negatif palsu ( Tambunan & Lukito, 2007; Mulandari, 2003 ).

b. Pemeriksaan Histopatologi

Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik dengan menggunakan jarum yang sangat

halus maupun dengan jarum yang cukup besar untuk mengambil jaringan.

Kemudian jaringan yang diperoleh menggunakan metode insisi maupun eksisi

dilakukan pewarnaan dengan Hematoxylin dan Eosin. Metode biopsi eksisi

maupun insisi ini merupakan pengambilan jaringan yang dicurigai patologis

disertai pengambilan sebagian jaringan normal sebagai pembandingnya.

Tingkat keakuratan diagnosis metode ini hampir 100% karena pengambilan

sampel jaringan cukup banyak dan kemungkinan kesalahan diagnosis sangat

kecil. Tetapi metode ini memiliki kekurangan seperti harus melibatkan tenaga

ahli anastesi, mahal, membutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama karena

harus di insisi, menimbulkan bekas berupa jaringan parut yang nantinya akan

mengganggu gambaran mammografi, serta dapat terjadi komplikasi berupa

perdarahan dan infeksi (Sabiston, 2011).

Page 18: BAB_I (2 Files Merged)

18

c. Mammaografi dan Ultrasoografi

Mammografi dan ultrasonografi berperan dalam membantu diagnosis lesi

payudara yang padat palpable maupun impalpable serta bermanfaat untuk

membedakan tumor solid, kistik dan ganas. Teknik ini merupakan dasar untuk

program skrinning sebagai alat bantu dokter untuk mengetahui lokasi lesi dan

sebagai penuntun FNAB. FNAB yang dipandu USG untuk mendiagnosis tumor

payudara memiliki sensitivitas tinggi yaitu 92% dan spesifisitas 96%

(Underwood & Cross, 2010). Pemeriksaan ini mempergunakan linear scanner

dengan transduser berfrekuensi 5 MHz. Secara sistematis, scanning dimulai

dari kuadran medial atas dan bawah dilanjutkan ke kuadran lateral atas dan

bawah dengan film polaroid pada potongan kraniokaudal dan mediolateral

oblik. Nilai ketepatan USG untuk lesi kistik adalah 90– 95%, sedangkan untuk

lesi solid seperti FAM adalah 75–85%. Untuk mengetahui tumor ganas nilai

ketepatan diagnostik USG hanya 62– 78% sehingga masih diperlukan

pemeriksaan lainnya untuk menentukan keganasan pada payudara (Rasad &

Makes, 2005; Hanriko & Mustofa, 2011).

d. Mastektomi

Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Menurut Hirshaut dan

Pressman (1992) dalam Pane (2002), ada 4 jenis mastektomi yaitu:

1. Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh

payudara payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan

tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.

2. Total (Simple) Masectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara

saja, tetapi bukan kelenjar diketiak.

3. Radical Masectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara.

Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan

yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu

diikuti dengan pemberian radioterapi. Biasanya lumpectomy

direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan

letaknya dpinggir payudara.

Page 19: BAB_I (2 Files Merged)

19

e. Kemoterapi

Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil

cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak

hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh. Efek dari

kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok

karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi. (De Jong &

Sjamuhidajat, 2010 )

2.2.8 Pencegahan Kanker Payudara

Dalam Rasjidi I, 2009 menyatakan bahwa pencegahan kanker payudara dibagi

dibagi menjadi 4 pencegahan sebagai berikut:

a. Pencegahan primer

1. Promosi dan edukasi pola hidup sehat

2. Menghindari faktor risiko (riwayat keluarga, tidak punya anak, tidak

menyusui, riwayat tumor jinak sebelumnya, obesitas, kebiasaan tinggi

lemak kurang serat, perokok aktif dan pasif)

b. Pencegahan sekunder:

1. SADARI

Pemeriksaan klinik payudara CBE (Clinical Breast Examination) untuk

menemukan benjolan.

2. USG untuk mengetahui batas-batas tumor dan jenis tumor

3. Mammografi untuk menemukan adanya kelainan sebelum adanya gejala

tumor dan adanya keganasan

c. Pencegahan tersier

1. Pelayanan di Rumah Sakit (diagnosa dan pengobatan)

2. Perawatan paliatif

Page 20: BAB_I (2 Files Merged)

20

2.3 Faktor-faktor Terjadinya Kanker Payudara

2.3.1 Menurut Dalimartha (2004) Faktor-faktor risiko yang terjadi pada

kanker payudara antara lain:

a. Umur

Semakin bertambahnya umur meningkatkan risiko kanker payudara. Wanita

paling sering terserang kanker payudara adalah usia diatas 35 tahun. Wanita

berumur dibawah 35 tahun juga dapat terserang kanker payudara, namun

risikonya lebih rendah dibandingkan wanita diatas 35 tahun.

Penelitian Azamris (2006) dengan desain case control menunjukkan bahwa

diperkirakan risiko kelompok usia ≥ 40 tahun terkena kanker payudara 1,35

kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok wanita usia < 40 tahun.

b. Menarche Dini

Risiko terjadinya kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami

menstruasi pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang kebih awal

berhubungan dengan lamanya paparan hormon estrogen dan progesteron pada

wanita yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk

jaringan payudara.

Penelitian Azamris (2006) dengan desain case control menunjukkan bahwa

diperkirakan risiko bagi wanita yang menarche pada usia ≤ 12 tahun terkena

kanker payudara 3,6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok wanita

yang menarche pada umur > 12 tahun.

c. Menopause Usia Lanjut

Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan risiko untuk mengalami kanker

payudara kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum

terjadinya perubahan klinis.

Page 21: BAB_I (2 Files Merged)

21

Penelitian Azamris (2006) dengan desain case control menunjukan bahwa

diperkirakan risiko wanita yang menopause setelah usia 55 tahun terkena

kanker payudara 1,86 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok wanita

yang menopause sebelum usia 55 tahun.

d. Riwayat keluarga

Terdapat peningkatan risiko menderita kanker payudara pada wanita yang

keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa

kanker payudara berhubungan dengan gen BRCA 1 & 2 (Breast Cancer 1 & 2)

yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi

kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur

70 tahun. 10% kanker payudara bersifat familial.

e. Penggunaan alat kontrasepsi oral

Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara . wanita

yang menggunakan kontrasepsi oral beresiko tinggi untuk mengalami kanker

payudara. Kandungan estrogen dan progesteron pada kontrasepsi oral akan

memberikan efek proliferasi berlebih pada kanker payudara . wanita yang

menggunakan kontrasepsi oral untuk waktu yang kama mempunyai risiko

untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause.

Penelitian Indrati 2005 dengan desain case control menunjukkan bahwa

diperkirakan risiko bagi wanita yang menggunakan kontrasepsi oral > 10 tahun

untuk terkena kanker payudara 3,10 kali lebih tinggi dibandingkan wanita yang

menggunakan kontrasepsi oral ≤ 10 tahun.

f. Terpapar Radiasi

Radiasi diduga meningkatkan risiko kejadian kanker payudara. Pemajanan

terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun

meningkatkan risiko kanker payudara.

Page 22: BAB_I (2 Files Merged)

22

Penelitian Azamris tahun 2006 dengan desain case control menunjukkan

bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang terpapar radiasi lebih dari 1 jam

sehari untuk terkena kanker payudara 3,12 kali lebih tinggi

g. Obesitas

Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dengan kanker payudara

pada wanita pasca menopause. Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu

faktor risiko terjadinya kanker payudara.

Penelitian Norsaadah tahun 2005 dengan desain case control menunjukkan

bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang memiliki Indeks Massa Tubuh

(IMT) ≥ 25 untuk terkena kanker payudara 2,1 kali lebih tinggi dibandingkan

dengan wanita yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) < 25

Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort,

laki-laki yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT)≥ 25 mempunyai risiko

1,79 kali lebih besar dibandingkan pria yang memiliki Indeks Massa Tubuh

(IMT) < 25 untuk terkena kanker payudara.

2.3.2 Menurut De Jong & Sjamsuhidajat (2010) ada beberapa faktor

risiko terjadinya kanker payudara :

a. Riwayat Keluarga

Kemungkinan seseorang wanita menderita kanker payudara dua sampai tiga

kali lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita

kanker payudara. Kemugkinan ini lebih besar bila ibu dan saudaranya

menderita kanker sebelum masa menopause.

b. Usia

Risiko terkena kanker meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Kanker

payudara jarang menyerang wanita yang berusia kurang dari 30 tahun. Setelah

umur 30 tahun, risiko meningkat secara tetap sepanjang usia, tetapi setelah

Page 23: BAB_I (2 Files Merged)

23

masa menopause kurva yang melonjak pada masa sebelum menopause hampr

mendatar.

c. Menarche Dini

Menarche merupakan usia dimulainya menstruasi pertama. Mereka yang

mengalami menarche pada usia dini mempunyai resiko lebih tinggi mengidap

kanker payudara. Diestimasi bahwa tingkat kanker payudara meningkat sekitar

5% untuk setiap tahun penurunan usia menarche.

Pada variabel usia menarche < 12 tahun dan menopause > 48 tahun, hasil

penelitian selaras dengan penelitian yang menyatakan bahwa salah satu

variabel bebas yang berdasarkan analisis bivariat berpengaruh terhadap kejadi-

an kanker payudara adalah umur menstruasi <12 tahun dan umur menopause >

48 tahun. Umur menstruasi <12 tahun secara signifikan meningkatkan risiko

kanker payudara. Umur menstruasi yang lebih awal dan menopause yang

terlambat berhubungan dengan lamanya paparan hormon estrogen dan

progesteron pada wanita yang berpengaruh terhadap pro-ses proliferasi

jaringan termasuk jaringan payudara (Maulina, dkk, 2012).

d. Menopause

Batas terjadinya menopause umumnya adalah 52 tahun. Wanita yang masih

mendapatkan haid di atas umur 52 tahun dapat dikatakan mengalami

menopause terlambat. Beberapa hal yang dapat menyebabkan menopause

terlambat adalah idiopatik, fibromioma uteri maupun tumor ovarium. Wanita

yang mengalami menopause di atas usia 55 tahun memiliki risiko lebih besar

terkena kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang menopause

sebelum usia 55 tahun. Hal ini berkaitan dengan usia yang demikian lama

mengalami sirkulasi hormon sepanjang hidupnnya.

Page 24: BAB_I (2 Files Merged)

24

e. Kontrasepsi Oral Pil (KB)

Pil KB terdapat dalam dua bentuk dosis tinggi dan dosis rendah. Dewasa ini

tidak selalu perlu untuk meminum pil dosis tinggi lagi karena pil dosis rendah

sudah cukup efektif. Jika anda berusia di atas 35 tahun, minum pil KB pada

usia tua meningkatkan resiko kanker payudara.

Disisi lain, penggunaan kontrasepsi oral (oral contraceptives) sangatlah umum

dengan lebih dari 100 juta wanita di seluruh dunia. Terlepas dari kenyataan

bahwa esterogen-progesteron yang merupakan isi dari kontrasepsi oral telah

sangat berkurang sejak diperkenalkan lebih dari 40 tahun lalu, Badan

International untuk Riset Kanker (The International Agency for Research on

Cancer) tahun 2005 mengelompokkan kontrasepsi oral esterogen-progesteron

sebagai satu kelompok karsinogen, menunjukkan bahwa ada cukup bukti yang

melibatkan esterogen-progesteron sebagai karsinogenik pada manusia.

Pengurangan isi esterogen-progesteron dari kontrasepsi oral dalam beberapa

tahun terakhir, penelitian lebih lanjut yang mempertimbangkan proporsi

kandungan hormone seks, bersama-sama dengan jangka waktu paparan.

Minum obat yang mengandung hormon esterogen dalam jangka panjang (pil

KB, hormone replacement therapy) dalam jangka waktu lama (>15 tahun)

memiliki resiko kanker payudara 2-3 kali lebih tinggi daripada wanita yang

mendapatkan terapi hormon dalam jangka waktu kurang dari 15 tahun.12

Esterogen yang tunggal dapat menimbulkan peningkatan risiko kanker

payudara. Penggunaan kombinasi kontrasepsi oral tidak menimbulkan

perubahan risiko yang bermakna (H. Syahrir, 2013)

f. Obesitas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya responden yang mengalami

obesitas sebanyak 33 orang (66%) sedangkan responden yang tidak obesitas

sebanyak 17 orang (34%). Reponden yang mengalami obesitas lebih banyak

mengalami kanker payudara yaitu 17 orang (34%) dibanding responden yang

Page 25: BAB_I (2 Files Merged)

25

tidak mengalami kanker payudara yaitu 16 orang (32%). Responden yang

tidakobesitas lebih banyak tidak mengalami kanker payudara yaitu 9 orang

(18%) dibanding yang mengalami kanker payudara yaitu 8 orang (16%). Dari

hasil penelitian diperoleh data bahwa ada responden yang tidak mengalami

kanker payudara meskipun terjadi obesitas, karena responden tersebut tidak

memiliki faktor resiko lain sebagai pemicu yang lebih kuat terhadap kejadian

kanker payudara. (H. Syahrir, 2013)

Page 26: BAB_I (2 Files Merged)

26

2.4 Kerangka Teori

Faktor Risiko Kanker

Payudara

1. Usia

2. Usia pertama kali

menstruasi

3. Usia menopause

4. Riwayat Kanker

Payudara

5. Riwayat Keluarga

6. Hormonal

7. Merokok

8. Aktivitas fisik

9. Nullipara

10. Terpapar Radiasi

11. Penggunaan pil KB

12. Obesitas

Kanker

Payudara

Faktor risiko kanker payudara

1. Demografi

a. Usia Lanjut

b. Status ekonomi tinggi

2. Genetic familial

a. Mutasi gen

b. Riwayat kanker

payudara pada anggota

keluarga, riwayat

kanker ovarium

3. Reproduksi an hormonal

a. Usia menarche <

10tahun

b. Usia menopause <55

tahun

4. Gaya hidup

a. Asupan lemak jenuh

b. Berat badan

c. Konsumsi alcohol yang

berlebih

Faktor risiko kanker payudara 1. Usia

2. Usia menstruasi pertama

3. Riwayat aborsi

4. riwayat tumor jinak

5. riwayat kanker ovarium

6. riwayat kanker payudara

keluarga

7. riwayat obesitas

8. Lama menyusui

9. Lama pemakaian kontrasepsi

oral

Faktor Perilaku 1. Lama melakukan aktivitas

fisik

2. Kebiasaan merokok

3. Pola konsumsi makanan

berlemak

4. Pola konsumsi makanan

berserat

Kerangka teori penelitian

Sumber : Dhalimartha (2004), Indiarti (2005), De Jong & Sjamsuhidajat (2010)