bab_3_1_dioda
DESCRIPTION
diodaTRANSCRIPT
3-1
BAB III
PIRANTI SEMIKONDUKTOR
Kata “piranti” dapat diartikan sebagai alat atau perkakas atau devais.
Piranti semikonduktor dapat diartikan sebagai alat atau komponen yang
berbahan semikonduktor, yang banyak digunakan dalam membangun suatu
peralatan elektronik, seperti dioda dan transistor. Pada bagian ini, akan
dibahas tentang dioda (termasuk dioda-dioda khusus) , transistor bipolar
(BJT), dan transistor unipolar atau transistor efek medan (FET).
3.1 Dioda
Dioda adalah komponen zat padat (solid state) yang paling dasar. Ada banyak tipe
dioda menurut karakteristik operasi dan aplikasinya misalnya dioda zener, dioda
pemancar cahaya (light emitting diode, LED) dan lain-lain. Dioda adalah devais dua
elektroda yang berlaku sebagai konduktor satu arah. Dioda tipe dasar adalah dioda
sambungan pn, yang terdiri atas bahan tipe p dan n yang dipisahkan oleh sambungan
(junction).
3.1.1 Sambungan p-n
Bila dilakukan doping pada kristal tunggal semikonduktor dengan impuritas (atom
pengotor) akseptor di salah satu sisi dan impuritas donor di sisi lain, maka terbentuklah
sambungan pn seperti terlihat pada Gambar 3-1. Bagian p konsentrasi lubangnya lebih
besar dibandingkan konsentrasi lubang bagian n, sebaliknva konsentrasi elektron di bagian
n lebih besar dibandingkan konsentrasi elektron di bagian p. Karena perbedaan konsentrasi
pembawa muatan tadi, mengakibatkan terjadi peristiwa difusi lubang dari bagian p ke n dan
elektron dari bagian n ke p.
Segera setelah lubang masuk ke bagian n yang kaya akan elektron, terjadi
rekombinasi (penggabungan kembali) antar lubang dan elektron. Demikian juga elektron
yang masuk ke bagian p yang kaya akan lubang segera bergabung dengan lubang. Akibat
rekombinasi ini daerah di sekitar sambungan menjadi kekurangan pembawa muatan dan
disebut daerah deplesi (kekurangan) atau daerah muatan ruang (space charge region)
atau daerah transisi.
Rapat muatan ruang ρ adalah nol pada sambungan, positif di sebelah kanan dan
negatif di sebelah kiri sambungan. Maka di daerah transisi terdapat medan elektris
3-2
dxEx
xo ερ= ∫
∫−= EdxV
or2
2
dxVd
εερ−=
ερ−=
dengan garis gaya dari kanan ke kiri. Medan elektris ini sebanding dengan integral rapat
muatan yang diturunkan dari persamaan Poisson berikut:
(3-1)
dengan ε = permitivitas, εr = permitivitas relatif, dan εo = permitivitas ruang bebas.
Gambar 3-1. Diagram skematik sambungan p-n. Dengan integrasi Persamaan (3-1) dan mengingat bahwa E = -dV/dt
maka:
(3-2)
Medan elektris ini menghalangi meningkatnya difusi lubang maupun elektron.
Perubahan potensial elektrostatis di daerah deplesi adalah integral negatif dari
fungsi medan elektris E.
(3-3)
Perubahan potensial ini membentuk tenaga potensial penghalang (barrier) yang
melewan difusi lubang lebih lanjut melewati sambungan. Tenaga potensial ini adalah
potensial x muatan, dengan muatan lubang adalah positif. Tenaga potensial penghalang
bagi elektron yang berdifusi dari sisi n lewat sambungan adalah sama dengan untuk
lubang, hannya bentuk kurvanya terbalik, karena muatan elektron adalah negetif.
Terlihat pada potensial kontak Vo pada daerah deplesi yang besarnya tergantung pada
konsentrasi lubang dan elektron serta suhu.
3.1.2 Sambungan p-n Sebagai Penyearah
Sambungan p-n sebagai penyearah (rectifier) berarti hannya dapat mengalirkan
muatan ke satu arah dan menahan aliran ke arah sebaliknya. Hal ini disebabkan adanya
perubahan prasikap (bias) tegangan pada dioda.
3-3
Prasikap/Prategangan Balik (Reverse Bias)
Prasikap balik diperoleh dengan menghubungkan bagian p dengan kutub negatif
baterai dan bagian n dengan kutub positif baterai (Gambar 3-2).
Gambar 3-2. (a). Sambungan p-n diberi prasikap balik (b). Simbol dioda sambungan p-n yang mendapat prasikap balik Lubang-lubang pada bagian p dan elektron-elektron pada bagian n akan menjauhi
sambungan. Akibatnya lubang-lubang pada bagian p akan mengalir ke kiri sedangkan
elekton-elektron pada bagian akan mengalir ke kanan, sehingga daerah deplesi menjadi
lebih lebar. Aliran pembawa muatan ini tidak dapat berlangsung terus karena untuk
menimbulkan aliran lubang, lubang ini harus diberikan oleh bagian n lewat sambungan.
Pada hal lubang di bagian n sangat sedikit, maka tidak terjadi arus. Tetapi sebenarnya
terjadi arus yang sangat kecil akibat timbulnya pasangan lubang-elektron pada kristal
akibat tenaga termis. Lubang-lubang yang dibangkitkan di bagian n akan mengalir ke
bagian p, demikian juga elektron-elektron yang dibangkitkan di bagian p akan mengalir
ke bagian n. Arus yang terjadi disebut arus balik jenuh (Io).
Mekanisme konduksi pada prasikap balik dapat diterangkan dengan cara lain. Bila
suatu tegangan V diberikan pada arah balik, maka tenaga potensial penghalang akan
bertambah sebesar qV. Hal ini akan mengurangi aliran pembawa mayoritas (lubang
pada n dan elektron di bagian n), tetapi pembawa minoritas tidak terpengaruh.
Prasikap/Prategangan Maju (Forward Bias)
Prasikap maju pada dioda sambungan p-n diperoleh dengan menghubungkan
bagian p dengan kutub positif baterai sedangkan bagian n dengan kutub negatif baterai
(Gambar 3-3). Dengan prasikap maju, tenaga potensial penghalang pada sambungan
akan diperendah. Lubang-lubang akan melewati sambungan dari bagian p ke bagian n
dan membentuk arus minoritas. Demikian juga elektron-elektron akan melewati
sambungan dari bagian n ke bagian p membentuk arus minoritas di bagian p. Arus total
yang melewati sambungan adalah jumlah arus minoritas elektron dan lubang.
3-4
( )arusdarivoltkesetaraan11600
TVT =
Gambar 3-3. (a). Sambungan p-n diberi prasikap maju (b). Simbol dioda sambungan p-n yang mendapat prasikap maju 3.1.3 Karakteristik Sambungan p-n
Hubungan arus dan tegangan pada dioda sambungan p-n dinyatakan dengan persamaan:
I = Io (eV/η V
T -1) (3-4)
dengan Io = arus balik jenuh η = 1 (untuk germanium), merupakan suatu faktor. ≈ 2 (untuk silikon)
(3-5)
= 0,026 pada suhu kamar T = 300 K
Persamaan (3-5) adalah persamaan relasi Einstein (Widodo, 2002:11).
Bentuk grafik karakteristik volt-amper yang diberikan oleh Persamaan (3-4)
diperlihatkan pada Gambar 3-4a. Untuk V positif yang besar (beberapa kali VT), angka
1 dalam kurung dapat diabaikan, sehingga arus naik secara eksponensial terhadap
tegangan, kecuali di suatu lingkungan yang kecil di titik pangkal. Apabila dioda
berprategangan mundur dan V beberapa kali VT, I ≈ -Io (arus balik tetap). Oleh karena
itu Io disebut arus balik jenuh. Bagian lengkungan yang terdiri dari garis patah-patah
pada prategangan balik Vz, karakteristik dioda memperlihatkan adanya penyimpangan
yang menyolok dan mendadak dari Persamaan (3-4). Pada tegangan kritis ini arus balik
yang besar mengalir dan dikatakan bahwa dioda ini berada dalam daerah dadal
(breakdown).
Dioda silikon dan germanium mempunyai sejumlah perbedaan yang penting untuk
perencanaan rangkaian. Perbedaan karakteristik volt-amper diperlihatkan pada Gambar
3-5 (dengan mengambil contoh dioda germanium IN270 dan dioda silikon IN3605).
3-5
Gambar 3-4. (a). Karakteristik volt-amper dari sebuah dioda p-n ideal (b). Karakteristik volt-amper dioda germanium, dengan skala diperbesar
pada arus balik
Gambar 3-5. Karakteristik volt-amper dari dioda germanium (IN270) dan silikon (IN3605) pada suhu 25 oC
Suatu ciri yang perlu dicatat dari Gambar 3-5, adalah adanya suatu tegangan potong-
masuk (cut in), titik putus (break point) atau ambang (threshold), Vγ. Di bawah
tegangan ini, arus sangat kecil. Di atas Vγ arus akan naik sangat cepat. Dari Gambar 3-5,
terlihat bahwa Vγ kira-kira sama dengan 0,2 V untuk dioda germanium, dan 0,6 V untuk
silikon. Referensi lain menggunakan istilah tegangan offset atau tegangan lutut yang
besarnya sekitar 0,7 V untuk dioda silikon (Malvino, 1994:37).
Pendekatan dioda:
Tahanan biasanya mempunyai toleransi ±5%, tegangan lutut dioda dapat
mempunyai toleransi sampai ±10%. Yang mempunyai arti di dalam dunia nyata
elektronika sehari-hari adalah jawaban-jawaban pendekatan.
3-6
a. Dioda ideal
Suatu dioda ideal berlaku sebagai konduktor yang sempurna (bertegangan nol)
jika diberi forward bias, dan berlaku sebagai isolator sempurna (berarus nol) jika diberi
reverse bias, seperti pada Gambar 3-6.
Gambar 3-6.(a) Karakteristik dioda ideal, (b).Saklar adalah ekivalen dengan dioda ideal
Dioda ideal berlaku seperti saklar (switch). Bila dioda diberi forward bias, ia bertindak
sebagai saklar yang tertutup, dan jika diberi reverse bias, bertindak sebagai saklar
terbuka. Ada kondisi di mana pendekatan ideal sangat tidak akurat, untuk itu diperlukan
pendekatan yang lain.
b. Pendekatan kedua.
Jika memperhitungkan tegangan offset, maka dioda dianggap sebagai sebuah
saklar yang diseri dengan baterai dengan tegangan offset (0,7 V untuk dioda silikon).
Jika tegangan sumber lebih besar dari 0,7 V, maka saklar menutup dan tegangan dioda
adalah 0,7 V. Jika tegangan sumber kurang dari 0,7 V atau jika tegangan sumber
negatif, maka saklar akan membuka (Gambar 3-7).
Gambar 3-7. (a). Karakteristik pendekatan kedua, (b). Rangkaian ekivalen terdiri atas saklar dan baterai
b. Pendekatan ketiga.
Pada pendekatan ketiga dari dioda, kita perhitungkan tahanan bulk rB. Dioda
konduk pada tegangan 0,7 V, kemudian tegangan selebihnya nampak pada tahanan
bulk, hingga tegangan dioda total lebih besar dari 0,7 V. Setelah dioda silikon konduk,
3-7
+
arus menghasilkan tegangan pada rB. Makin besar arus, makin besar tegangan tersebut.
Karena rB linier maka tegangan naik secara linier mengikuti kenaikan arus.
Gambar 3-8. (a). Karakteristik pendekatan ketiga, (b). Rangkaian ekivalen
Rangkaian ekivalen untuk pendekatan ketiga adalah sebuah saklar yang diseri
dengan baterai 0,7 V dan tahanan bulk rB (Gambar 3-8b). Setelah rangkaian luar
melewati potensial barier, arus dioda menghasilkan tegangan jatuh IR pada tahanan
bulk. Jadi tegangan total pada dioda silikon, adalah:
VF = 0,7 + IF rB (3-6)
Untuk kebanyakan hal praktis, pendekatan yang kedua adalah kompromi yang terbaik.
Contoh:
Pakailah pendekatan kedua untuk memperoleh arus dioda pada Gambar 3-9a (Gambar
3-9b merupakan rangkaian skematis yang diringkas, dan biasanya digunakan di
industri).
Gambar 3-9.
Penyelesaian:
Dioda dalam keadaan forward bias maka tegangan jatuhnya adalah 0,7 V, sehingga
tegangan pada tahanan adalah: (10 – 0,7) V = 9,3 V.
Jadi, arus dioda adalah: ID = 9,3[V]/5[kΩ] = 1,86 [mA].
3-8
3.1.4 Pengaruh Suhu
Pengaruh suhu terhadap perubahan Io adalah kira-kira 7%/oC. Karena (1,07)10 ≈
2 maka Io berlipat dua kali untuk setiap kenaikan 10 oC. Arus Io pada suhu T adalah:
Io (T) = Io1. 2(T-T
1)/10 (3-7)
Dengan Io1 : arus Io pada suhu T1.
Untuk arus yang konstan dV/dT turun dengan naiknya suhu:
dV/dT ≈ -2,5 mV/oC (3-8)
3.1.5 Rangkaian Dioda
a. Dioda Sebagai Elemen Rangkaian
Rangkaian dioda dasar diperlihatkan pada Gambar 3-10, yang terdiri atas dioda
yang seri dengan dengan tahanan beban RL dan suatu sumber sinyal masuk vi.
Gambar 3-10. Rangkaian dioda dasar
Dari Gambar 3-10, hukum tegangan Kirchhoff menyatakan bahwa:
v = vi – i RL (3-9)
Satu persamaan ini tidak cukup untuk menentukan dua variabel (v dan i) yang terdapat
dalam persamaan tersebut. Akan tetapi hubungan yang kedua antara kedua besaran ini
diberikan oleh persamaan karakteristik statik dari dioda (Gambar 3-5). Gambar 3-11a
ditunjukkan penyelesaian serempak dari Persamaan (3-9) dan karakteristik dioda. Garis
lurus yang digambarkan oleh Persamaan (3-9) disebut garis beban. Garis beban
memiliki titik-titik i = 0, v = vi dan i = vi/RL, v = 0. Perpotongan dengan sumbu
tegangan adalah vi dan sumbu arus vi/RL. Oleh karena itu kemiringan garis ini
ditentukan oeh RL, nilai negatif dari kemiringan sama dengan 1/RL. Titik perpotongan A
dari garis beban dengan lengkungan statik memberikan iA yang akan mengalir dalam
keadaan ini. Lukisan ini menentukan arus mengalir dalam rangkaian apabila potensial
sesaat vi.
3-9
Jika tegangan masuk berubah maka prosedur di atas harus diulang untuk setiap
nilai tegangan. Suatu grafik dari arus terhadap tegangan masuk disebut karakteristik
dinamik, dapat diperoleh dengan jalan berikut: arus iA digambar vertikal di atas vi di
titik B (Gambar 3-11b). Bila vi berubah, kemiringan dari garis beban tak berubah karena
RL tetap. Jadi apabila potensial yang diterapkan mempunyai nilai vi’ maka arus yang
bersesuaian dengannya iA’ . Arus ini digambarkan sebagai sebagai ntitik B’ di atas vi’.
Lengkungan yang diperoleh OBB’ dengan mengubah-ubah vi disebut karakteristik
dinamik.
Gambar 3-11. (a). Lengkungan statik dan garis beban, (b). Metode melukis kurva dinamik dari lengkungan statik dan garis
beban.
Lengkungan yang menghubungkan tegangan keluaran vo dan tegangan masuk
vi, dari setiap rangkaian disebut karakteristi transfer (alih) atau transmisi (penerusan).
Oleh karena dalam Gambar 3-10, vo = i RL maka lengkungan transfer mempunyai
bentuk yang sama dengan karakteristik dinamik.
b. Dioda Sebagai Pengaman Peralatan Elektronik
Oleh karena dioda hanya dapat menghantar arus dalam satu arah maka dioda
dapat digunakan untuk mencegah kerusakan peralatan elektronik akibat tertukarnya
polaritas + dan – sumber tegangan DC. Ada dua rangkaian yang dapat digunakan
(Gambar 3-12a & b).
(a) (b) Gambar 3-12. Rangkaian pengaman peralatan elektronik dengan menggunakan dioda
DF
PeralatanElektro-
nik
+
-
SumberDC
3-10
Pada Gambar 3-12a, ada jatuh tegangan sebesar tegangan offset pada dioda, sedangkan
pada Gambar 3-12b, tidak ada jatuh tegangan pada dioda, dan fuse (F) akan putus jika
polaritas (+) dan (-) terbalik.
c. Dioda Sebagai Elemen Rangkaian Penyearah
Hampir semua rangkaian elektronik memerlukan suatu sumber daya dc. Baterai
dapat digunakan sebagai sistem daya rendah yang dapat dibawa. Akan tetapi sering alat-
alat elektronik diberi energi oleh catu daya (power supply) suatu alat yang mengubah
bentuk gelombang balik-balik dari PLN menjadi tegangan yang searah. Suatu alat,
seperti dioda semikonduktor yang dapat mengubah suatu bentuk gelombang masukan
sinusoidal (yang nilai rata-ratanya sama dengan nol) menjadi gelombang searah
(walaupun tidak tetap) dengan komponen rata-rata taksama dengan nol disebut suatu
penyearah.
Penyearah Setengah Gelombang
Rangkaian dasar dari penyearah setengah gelombang diperlihatkan pada Gambar
3-13.
Gambar 3-13. Penyearah setengah gelombang. Oleh karena masukan dalam rangkaian penyearah vi = Vm sin ωt, mempunyai nilai
puncak Vm yang sangat besar dibanding dengan tegangan potong/offset Vγ dari dioda,
kita anggap dalam pembahasan berikut bahwa Vγ = 0. Dengan dioda dibayangkan
sebagai tahanan Rf dalam keadaan ON dan sebagai suatu hubungan terbuka dalam
keadaan OFF, arus i dalam dioda atau dalam beban RL adalah:
i = Im sin α bila 0 ≤ α ≤ π
i = 0 bila π ≤ α ≤ 2π (3-10)
3-11
di mana α = ωt, dan Lf
mm RR
VI
+= (3-11)
Tegangan sekunder trasformator vi, diperlihatkan pada Gambar 3-13b, dan arus yang
disearahkan diperlihatkan pada Gambar 3-13c. Arus yang keluar mempunyai satu arah,
sehingga nilai rata-ratanya tidak sama dengan nol. Menurut defenisi nilai rata-rata suatu
fungsi periodik diberikan oleh suatu luas dari kurva satu periode dibagi alas. Secara
matematik:
∫π
απ
=2
0
dc di2
1I (3-12)
Untuk rangkaian setengah gelombang:
π
=ααπ
= ∫π
m
0
mdc
IdsinI
2
1I (3-13)
Tegangan keluaran dc:
fdcmLm
Ldcdc RIVRI
RIV −π
=π
== (3-14)
Tetapi dengan mengabaikan tahanan Rf (dianggap sama dengan 0) maka tegangan
keluaran dc dapat dituliskan:
[ ] efm
0m
0
m
T
0
mdc V45,0V
cosV2
10dsinV
2
1dsinV
T
1V =
π=α−
π=+αα
π=αα= π
π
∫∫ (3-15)
di mana Vef adalah tegangan efektif (rms) = Vm/√2.
Contoh :
Suatu penyearah setengah gelombang dengan menggunakan transformator 220/12 V
dihubungkan dengan sumber tegangan 220 V, maka tegangan DC yang diperoleh :
Vdc = 0,45. 12 = 5,4 V. Jika jatuh tegangan pada dioda (=0,7 V) diperhitungkan, maka
tegangan output penyearah = 5,4 – 0,7 = 4,7 V. Jika resistansi beban diketahui, maka
arus beban rata-rata Idc dapat dihitung.
Karena penyearah setengah gelombang adalah rangkaian satu loop, arus dioda
dc sama dengan arus beban dc-nya. Pada siklus negatif sumber ac, dioda mengalami
prategangan-balik, sehingga tidak ada tegangan pada beban. Maksimum tegangan balik
ini disebut puncak tegangan balik (PIV : peak inverse voltage). Agar dioda tidak tembus
(breakdown), puncak tegangan balik ini harus lebih rendah daripada batas kemampuan
PIV dioda.
3-12
Tegangan output penyearah masih mempunyai riak (ripple), pada penyearah setengah
gelombang, frekuensi riak sama dengan tegangan input.
Penyearah Gelombang Penuh
Rangkaian dari penyearah gelombang penuh diperlihatkan pada Gambar 3-14.
Gambar 3-14. Penyearah gelombang penuh
Rangkaian ini mengandung dua rangkaian penyearah setengah gelombang yang
dihubungkan sedemikian sehingga penghantaran terjadi melalui satu dioda selama
setengah periode dan melalui dioda yang lain selama setengah periode yang kedua. Arus
ke beban, yang merupakan jumlah dari kedua arus ini mempunyai bentuk seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3-14b.
Nilai dc dari arus dan tegangan dalam sistem tersebut adalah:
fdcmLm
dcm
dc RIV2RI2
V;I2
I −π
=π
=π
= (3-16)
Dengan cara yang sama pada Persamaan (3-15) maka diperoleh tegangan dc pada
penyearah gelombang penuh (dengan mengabaikan tahanan dioda Rf):
efm
dc V9,0V2
V =π
= (3-17)
Contoh :
Suatu penyearah gelombang penuh dengan menggunakan transformator 220/12 V
dihubungkan dengan sumber tegangan 220 V, maka tegangan DC yang diperoleh :
Vdc = 0,9. 12 = 10,8 V. Jika jatuh tegangan pada dioda (=0,7 V) diperhitungkan, maka
tegangan output penyearah = 10,8 – 0,7 = 10,1 V.
3-13
Jika resistansi beban diketahui, maka arus beban rata-rata Idc dapat dihitung. Pada
penyearah gelombang penuh setiap dioda konduksi secara bergantian (D1 konduksi
untuk siklus positif dan D2 konduksi pada siklus negatif), sehingga arus dc pada setiap
dioda sama dengan ½ arus beban dc-nya. PIV dioda sama dengan tegangan
puncak/maksimum sisi sekunder transformator. Frekuensi riak sama dengan dua kali
frekuensi tegangan input.
Penyearah Jembatan
Gambar 3-15. Penyearah jembatan
Penyearah jembatan merupakan penyearah gelombang penuh yang menggunakan 4
dioda dan setiap siklus tegangan input melewati 2 dioda. Pada penyearah gelombang
penuh biasa, hanya menggunakan 2 dioda, tetapi transformator yang digunakan adalah
trasformator yang mempunyai tap di tengah (transformator CT/center tap).
Penyearah yang paling banyak digunakan adalah penyearah jembatan, sehingga pabrik
banyak yang membuat penyerah jembatan dalam satu modul.
Penapis (Filter) Kapasitor
Karena output penyearah masih merupakan tegangan yang masih berdenyut /
beriak, maka untuk memperoleh tegangan DC yang rata (nilai tetap) dibutuhkan sebuah
penapis (filter). Filter yang banyak digunakan adalah kapasitor yang dipasang paralel
terhadap beban.
Gambar 3-16 menunjukkan pendekatan bentuk gelombang tegangan beban vo dalam
suatu penyearah gelombang penuh dengan tapis kapasitor.
Apabila total tegangan pengosongan muatan kapasitor (riak tegangan) diberikan oleh Vr
maka nilai rata-rata dari tegangan kira-kira:
Vdc = Vm – Vr/2 (3-18)
Akan tetapi Vr perlu dinyatakan sebagai fungsi dari arus dan tegangan beban.
Mengingat bahwa kapasitas kapasitor: C = Q/V atau V = Q/C, dan Q = I.T, jika T2
3-14
menyatakan seluruh waktu tak menghantar, kapasitor akan kehilangan muatan IdcT2
ketika pengosongan muatan dengan kecepatan tetap Idc. Oleh karena itu perubahan
dalam tegangan kapasitor adalah IdcT2/C atau:
Vr = (IdcT2)/C (3-19)
Gambar 3-16. Bentuk gelombang tegangan output penyearah gelombang penuh dengan
tapis kapasitor Semakin baik kerja penapisan, semakin kecil waktu penghantaran T1 dan T2 semakin
mendekati setengah periode. Oleh karena itu kita anggap T2 = T/2 = 1/2f di mana f
adalah frekuensi dasar listrik PLN. Maka:
fC2
IV dc
r = (3-20)
dan dari Persamaan (3-18), diperoleh:
Cf4
IVV dc
mdc −= (3-21)
Persamaan (3-21) berlaku untuk penyearah gelombang penuh, sedangkan untuk
penyearah setengah gelombang: Cf2
IVV dc
mdc −= .
d. Rangkaian Pelipat Tegangan (Voltage Multiplier)
Pelipat tegangan adalah dua atau lebih penyearah puncak yang menghasilkan
tegangan DC sama dengan perbanyakan puncak tegangan input (2Vp, 3Vp, 4Vp, dan
seterusnya). Catu daya ini digunakan untuk alat-alat tegangan tinggi/arus rendah.
Pelipat dua tegangan terdiri dari dua macam, yaitu pelipat dua tegangan setengah
gelombang dan pelipat dua tegangan gelombang penuh. Gambar 3-17 memperlihatkan
rangkaian penyearah pelipat dua tegangan setengah gelombang dan Gambar 3-18
memperlihatkan rangkaian penyearah pelipat dua tegangan gelombang penuh.
3-15
Pada penyearah pelipat dua tegangan setengah gelombang seperti pada
Gambar 3-17, pada puncak setengah siklus negatif, D1 berprategangan maju dan D2
berprategangan balik. Idealnya, C1 dimuati sampai tegangan puncak Vp. Pada puncak
setengah siklus positif, D1 berprategangan balik dan D2 berprategangan maju. Karena
sumber dan C1 terhubung seri, C3 akan berusaha mengisi lewatannya sampai 2Vp.
Setelah beberapa siklus, tegangan melintas C2 akan sama dengan 2Vp. Selama RL besar
atau diberi beban yang ringan, tegangan output idealnya akan sama dengan 2Vp. Karena
kapasitor output C2 hanya dimuati sekali setiap siklus, maka frekuensi riaknya sama
dengan frekuensi sumber.
Gambar 3-17. Rangkaian penyearah pelipat dua tegangan setengah gelombang
Pada penyearah pelipat dua tegangan gelombang penuh seperti pada Gambar
3-18, pada setengah siklus positif dari sumber, kapasitor C1 dimuati sampai tegangan
puncak dengan polaritas seperti pada gambar. Pada setengah siklus berikutnya, C2
dimuati sampai tegangan puncak Vp seperti pada gambar. Untuk beban yang ringan,
tegangan output mendekati 2Vp. Rangkaian ini disebut pelipat dua tegangan gelombang
penuh karena salah satu kapasitor outputnya dimuati setiap setengah siklus. Dengan
pendekatan lain, riak outputnya sama dengan 2 kali frekuensi input. Frekuensi riak ini
menguntungkan sebab mudah difilter.
Gambar 3-18. Rangkaian penyearah pelipat dua tegangan gelombang penuh.
3-16
3.2 Dioda-dioda Untuk Tujuan Khusus
3.2.1 Dioda Zener
Dioda zener berbeda dengan dioda biasa yang tidak pernah dengan sengaja
dioperasikan pada daerah tembus (breakdown), dioda zener justru bekerja paling baik
pada daerah tembus. Dioda zener merupakan tulang-punggung pengatu tegangan, yaitu
rangkaian-rangkaian yang menjaga agar tegangan beban hampir konstan/tetap,
walaupun ada perubahan yang besar pada tegangan sumber dan resistansi (tahanan)
beban.
Gambar 3-19. Lambang dioda zener Gambar 3-20. Grafik I-V dioda zener
Dioda zener dapat beroperasi di tiga daerah : maju, bocor (leakage) atau tembus. Pada
daerah maju, ia menghantar seperti pada dioda biasa. Pada daerah bocor (antara nol dan
tembus), ia hanya mempunyai arus bocor yang sangat kecil. Pada dioda zener,
lengkungan di sekitar titik tembusnya berbentuk lutut yang sangat tajam, tegangannya
hampir tetap (mendekati VZ) pada hampir semua daerah tembus. Lembaran data
biasanya menetapkan nilai VZ pada arus pengesetan tertentu (IZT).
Batas Kemampuan Maksimum
Pembuangan daya pada dioda zener sama dengan hasil kali tegangan dan arusnya.
PZ = VZ IZ (3-22)
Selama PZ lebih kecil daripada batas kemampuan daya, dioda zener dapat beroperasi di
daerah tembus tanpa mengalami kerusakan. Lembaran data kadang-kadang
mencantumkan arus maksimum yang dapat dilewatkan dioda zener tanpa melebihi batas
kemampuan dayanya. Arus maksimum ini berhubungan dengan batas kemampuan daya
sebagai berikut:
IZM = PZM/VZ (3-23)
di mana : IZM = batas kemampuan arus zener maksimum PZM = batas kemampuan daya VZ = tegangan zener
VZ
I
V IZT
IZM
3-17
Pendekatan Dioda Zener
(a) (b) (c)
Dioda zener kadang-kadang disebut dioda pengatur tegangan, karena ia
mempertahankan tegangan output yang tetap meskipun arus yang melaluinya berubah.
∆VZ = ∆IZ. RZ (nilai RZ kecil).
Gambar 3-22. Pengatur zener
Perbandingan riak output terhadap riak input sama dengan perbandingan resistansi
zener terhadap resisitansi seri.
S
Z
S
Z
R
R
V
V =∆∆
(3-24)
Supaya sebuah pengatur zener dapat menjaga agar tegangan outputnya tetap, maka
dioda zener harus tetap berada di daerah tembus dalam segala keadaan operasi, ini
berarti bahwa harus selalu ada arus zener untuk semua tegangan sumber dan arus beban.
Resistansi seri maksimum yang diperbolehkan:
(max)L
Z(min)S(max)S I
VVR
−= (3-25)
VZVZ
RZGambar 3-21. a. Lambang dioda zener b. Pendekatan ideal c. Pendekatan yang memperhitungkan resistansi zener
SLS
LTH V
RR
RV
+=
Supaya zener beropersi pada daerah breakdown : VTH > VZ
Arus seri IS = (VS – VZ)/RS
Arus beban VL ≅ VZ IL = VL/RL
Arus zener IZ = IS – IL
3-18
Contoh 1.
Gambar 3-23. Penyelesaian :
Karena rangkaian tanpa beban (IL = 0), maka IZ = IS = (VS – VZ)/RS
Untuk Vs = 20 V Is = (20 – 10)/820 = 12,2 mA. = IZ(min)
Untuk Vs = 40 V Is = (40 – 10)/820 = 36,6 mA = IZ(max)
Sehingga ∆VZ = ∆IZ. RZ = (36,6 – 12,2) mA. 7 Ω = 0,171 V.
Ini berarti bahwa tegangan zener yang biasanya 10 V, naik 0,171 V ketika sumber
berubah dari 20 V menjadi 40 V. Karena zener paralel dengan beban, maka tegangan
output sama dengan tegangan pada zener.
Contoh 2.
Gambar 3-24.
a. Berapa nilai pendekatan arus zener
b. Jika sumber mempunyai riak puncak ke puncak = 4 V, hitung riak output
c. Berapa nilai kritis resistansi seri
d. Jika beban berubah, berapa nilai resistansi beban sehingga pengatur zener tidak
bekerja?
Penyelesaian :
a. IS = (VS – VZ)/RS = (40 – 10)V/1,5 kΩ = 20 mA ; VL ≅ VZ IL = VL/RL =
10V/1kΩ = 10 mA; IZ = IS – IL = 20 – 10 = 10 mA.
b. S
Z
S
Z
R
R
V
V =∆∆
mV,VVR
RV S
S
ZZ 7264
1500
10 ==∆=∆
VZ
Rs
Vs Vout
Z VZ
Rs
VsRL
Diketahui rangkaian dengan dioda zener seperti pada Gambar 3-24. RS = 1,5 kΩ, Tahanan zener = 10 Ω, VZ = 10 V, RL = 1 kΩ
Diketahui rangkaian dengan dioda zener seperti pada Gambar 3-23. RS = 820 Ω, Tahanan zener = 7 Ω, VZ = 10 V, hitunglah perubahan tegangan zener jika tegangan sumber VS berubah dari 20 V ke 40 V !
3-19
c. (max)L
Z(min)S(max)S I
VVR
−= = (40 – 10)V/10 mA = 3 kΩ
d. SLS
LTH V
RR
RV
+= < VZ RL/(1,5+RL)40 < 10. RL < 0,5 kΩ
RL < 500 Ω
3.2.2 Alat-Alat Optoelektronika
Optoelektronika adalah teknologi yang menggabungkan optika dan elektronika.
Bidang yang menyajikan ini meliputi beberapa alat yang didasarkan atas perilaku
persambungan pn. Contoh alat optoelektronika adalah LED, fotodioda dan optocoupler
(penggabung optika).
a. Dioda Pemancar Cahaya (Light Emitting Diode : LED)
Pada dioda berprategangan maju, electron bebas melintasi persambungan dan
jatuh ke dalam lubang (hole). Pada saat electron ini jatuh dari tingkat energi yang lebih
tinggi ke tingkat energi yang lebih rendah, ia memancarkan energi. Pada dioda-dioda
biasa, energi ini dalam bentuk panas, tetapi pada LED energi ini memancar sebagai
cahaya. Dioda-dioda biasa dibuat dari silicon, tetapi LED dibuat dari bahan gallium,
arsen, dan fosfor. LED ada yang memancarkan cahaya warna merah, hijau, kuning,
biru, jingga, atau infra merah (tak tampak). LED yang menghasilkan pemancaran di
daerah cahaya tampak amat berguna dalam instrumentasi, alat hitung (kalkulator) dan
sebagainya. LED inframerah, pemakaiannya dijumpai dalam sistem bahaya pencuri dan
bidang-bidang lain yang memerlukan pemancaran cahaya tak tampak.
Kecemerlangan LED tergantung dari arusnya. Cara berikut merupakan cara yang umum
untuk merangkai LED yang dihubung seri dengan sebuah tahanan.
Gambar 3-25. Rangkaian LED
Contoh aplikasi LED dalam suatu rangkaian catu daya:
+Vs
Rs
LED
Arus pada LED:
S
LEDS
R
VVI
−= (3-26)
3-20
Gambar 3-26. Rangkaian catu daya yang dilengkapi LED Jika LED pada Gambar 3-26, mempunyai jatuh tegangan minimum = 1,5 V dan
maksimum = 2,3 V, tegangan beban = 10 V dan R1 = 470 Ω, hitunglah nilai minimum
dan maksimum dari arus dioda !
Arus LED maksimum pada saat jatuh tegangan min. : Imax = (10-1,5)/470 = 0,018 A =
18 mA.
Arus LED minimum pada saat jatuh tegangan maks. : Imin = (10-2,3)/470 = 0,016 A =
16 mA.
Gambar 3-27a memperlihatkan penunjuk tujuh-segmen, yang terdiri dari 7 LED
segi-empat (A sampai G). Setiap LED disebut segmen karena ia membentuk bagian dari
karakter yang sedang ditampilkan. Gambar 3-27b adalah diagram skematik dari
penampilan tujuh-segmen. Dengan menghubungkan satu atau lebih tahanan dengan
bumi, kita dapat membentuk semua bilangan dari 0 sampai dengan 9.
(a) (b)
Gambar 3-27. Penunjuk tujuh-segmen b. Fotodioda
Fotodioda adalah satu alat yang dibuat berfungsi paling baik berdasarkan
kepekaanya terhadap cahaya. Pada dioda ini, sebuah jendela memungkinkan cahaya
untuk masuk melalui pembungkus dan mengenai persambungan. Cahaya yang datang
TrafoRL1000 uF
R1
LED
R2
Z
SumberAC
A
B
C
D
E
F G
+V
A B C D E F G
3-21
menghasilkan electron bebas dan lubang. Makin kuat cahayanya makin banyak jumlah
pembawa minoritas dan makin besar arus baliknya. Gambar 3-28 memperlihatkan
lambang skematis fotodioda.
Gambar 3-28. Fotodioda
Fotodioda merupakan salah satu contoh fotodetektor, yaitu sebuah alat optoelektronika
yang dapat mengubah cahaya datang menjadi besaran listrik.
c. Optocoupler
Optocoupler (disebut juga optoisolator atau isolator yang tergandeng optik)
menggabungkan LED dan fotodioda dalam satu kemasan. Gambar 21 menunjukkan
salah satu contoh dari optocoupler, yang mempunyai LED pada sisi input dan fotodioda
pada sisi output.
Gambar 3-29. Optocoupler Tegangan sumber V1 dan tahanan seri R1 menghasilkan arus melalui LED. Cahaya dari
LED mengenai fotodioda, dan menyebabkan timbulnya arus balik I2.
Vout = V2 – I2 R2. (3-27)
Tegangan output tergantung pada arus balik I2. Bila tegangan input V1 berubah, jumlah
cahayanya juga berubah. Ini berarti bahwa tegangan output berubah sejalan dengan
tegangan input. Itulah sebabnya mengapa gabungan LED dan fotodioda disebut
optocoupler. Keuntungan utama dari optocoupler ialah adanya pemisahan secara listrik
antara rangkaian input dengan rangkaian output (hanya hubungan secara optik).
Pemisahan secara ini dibutuhkan dalam pemakaian-pemakaian bertegangan tinggi, yang
potensial di antara dua rangkaian itu dapat berbeda sampai beberapa ribu volt.
R
Vs