bab2dbd

19
7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit demam akibat disertai manifestasi perdarahan, trombositopenia dan Hemokonsentrasi disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypty dan aedes albopictus ( pedoman diagnosis dan terapi dibidang penyakit dalam,2001). Demam Berdarah Dengue (DBD) suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Suriadi. & Rita Yuliani, Asuhan Keperawatan pada Anak.2006) Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dan remaja atau orang dewasa dengan tanda-tanda klinis berupa demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leucopenia, dengan/tanpa ruam, dan limfadenopati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, gangguan rasa mengecap, trombositopenia ringan dan ptekie spontan (Kapita Selekta Kedokteran penyakit tropik infeksi pada anak). Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis penyakit yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan

Upload: syifa-fadya

Post on 17-Sep-2015

221 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

C

TRANSCRIPT

  • 7BAB II

    TINJAUAN TEORI

    A. Pengertian

    Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit demam akibat disertai manifestasi

    perdarahan, trombositopenia dan Hemokonsentrasi disebabkan oleh virus dengue dan

    ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypty dan aedes albopictus ( pedoman diagnosis dan

    terapi dibidang penyakit dalam,2001).

    Demam Berdarah Dengue (DBD) suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue

    (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk aedes aegypty

    (Suriadi. & Rita Yuliani, Asuhan Keperawatan pada Anak.2006)

    Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dan

    remaja atau orang dewasa dengan tanda-tanda klinis berupa demam, nyeri otot atau nyeri

    sendi yang disertai leucopenia, dengan/tanpa ruam, dan limfadenopati, demam bifasik, sakit

    kepala yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, gangguan rasa mengecap,

    trombositopenia ringan dan ptekie spontan (Kapita Selekta Kedokteran penyakit tropik

    infeksi pada anak).

    Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Demam Berdarah Dengue

    (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis penyakit yang tergolong

    arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan

  • 8aedes albopictus yang terdapat menyerang anak-anak dan orang dewasa dengan gejala utama

    demam, nyeri otot, nyeri sendi, yang disertai ruam atau tanpa ruam, leokopenia,

    limfadenopati, sakit kepala hebat, trombositopenia, dan ptekie spontan.

    B. Etiologi

    DBD disebabkan oleh virus dengue serotype 1,2,3 dan 4 yang ditularkan melalui vektor

    nyamuk Aedes aegypty. Nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis, dan beberapa

    spesies lain merupakan vector yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotype akan

    menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype bersangkutan tetapi tidak ada

    perlindungan terhadap serotipe lain.

    C. Patofosiologi

    1. Proses perjalanan penyakit

    Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Pertama-tama

    yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit

    kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada

    kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti

    pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran

    limpa (Splenomegali).

    Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-

    antibodi. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan

    C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptide yang berdaya untuk melepaskan histamine dan

  • 9merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler

    pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra

    seluler.

    Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya volume plasma,

    terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).

    Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20%) menunjukkan atau menggambarkan

    adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk

    patokan pemberian cairan intravena. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi

    trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan

    faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran

    gastrointestinal.

    Pada DHF adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan

    ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum,

    pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui

    infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan

    kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi

    kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung,

    sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami

    kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami

    renjatan. Jika renjantan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,

    metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan

  • 10

    hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia

    dan gangguan koagulasi. Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan

    hampir di seluruh tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal.

    2. Manifestasi Klinik

    Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi

    antara 13 15 hari, tetapi rata-rata 5-8 hari. Gejala klinik timbul secara mendadak

    berupa suhu tinggi 2-7 hari, nyeri pada otot dan tulang, mual, kadang-kadang muntah dan

    batuk ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada daerah supra orbital dan

    retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila otot perut ditekan. Sekitar mata

    mungkin ditemukan pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, otot-otot sekitar mata terasa

    pegal. Ruam berikutnya mulai antara hari 3 6, mula-mula berbentuk macula besar yang

    kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak-bercak ptekie. Pada

    dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki, kemudian menjalar ke seluruh tubuh. Pada

    saat suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya

    kadang terasa gatal. Nadi pasien mula-mula cepat dan menjadi normal atau lebih lambat

    pada hari ke 4 dan ke 5. Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam masa

    penyembuhan. Gejala perdarahan mulai pada hari ke 3 dan ke 5 berupa ptekia, purpura,

    ekimosis, hematemesis, epistaksis. Juga kadang terjadi syok yang biasanya dijumpai pada

    saat demam telah menurun antara hari ke 3 dan ke 7 dengan tanda ; klien menjadi makin

    lemah, ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan lembab, denyut nadi terasa cepat,

    kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang.

  • 11

    3. Klasifikasi DHF (WHO, 1997)

    1) Derajat 1

    Demam disertai gejala Konstitutional yang tidak khas, manifestasi pendarahan hanya

    Uji Torniquet positif dan/ mudah memar.

    2) Derajat II

    Manifestasi klinis pada derajat I disertai perdarahan spontan, dapat berupa perdarahan

    dikulit seperti ptekie dan perdarahan lainnya.

    3) Derajat III

    Manifestasi klinis pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan

    system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang

    lembab, dingin dan penderita gelisah.

    4) Derajat IV

    Manifestasi klinis pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi

    renjatan yang berat dengan ditandai Tekanan Darah dan Nadi tidak teratur, DBD

    Derajat II dan IV digolongkan Dengue Shok Syindrom (DSS).

    4. Komplikasi

    Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya;

    1) Perdarahan luas

    2) Shock atau renjatan

    3) Effusi pleura

    4) Penurunan kesadaran

  • 12

    D. Penatalaksaan Medis

    Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :

    1. Tirah baring atau istirahat baring

    2. Diet makan lunak

    3. Minum banyak (2 2.5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan diberi

    penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi

    penderita DHF.

    4. Pemberian cairan intravena (biasanya Ringer Laktat, NaCI) merupakan cairan yang

    paling sering digunakan.

    5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (Td, suhu, nadi, pernafasan) jika kondisi pasien

    memburuk, observasi ketat tiap jam

    6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari

    7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen

    8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut

    9. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder

    10. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital,

    hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.

    11. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam

    Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus

    sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau

    plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20-30 ml/kg BB. Pemberian cairan intravena baik

    plasma maupun elektrolit dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan

  • 13

    telah teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitude nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg,

    kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam. Transfusi darah diberikan

    pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat. Indikasi pemberian transfusi

    pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang

    makin tegang dengan penurunan Hb yang mencolok.

    Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1 -2 liter dalam 24 jam. Cara

    pemberian sedikit demi sedikit. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila :

    a. Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam

    terjadinya dehidrasi.

    b. Hematokrit yang cenderung meningkat.

    E. Pengkajian Keperawatan

    Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting

    dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk

    data. Adapun metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian ;

    wawancara, pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen), observasi, konsultasi.

    1. Data Subyektif

    Adapun data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau keluarga pada pasien

    DHF, data obyektif yang sering ditemukan adalah;

    a. Lemah

    b. Panas atau demam

    c. Sakit kepala

  • 14

    d. Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan

    e. Nyeri ulu hati

    f. Nyeri otot dan sendi

    g. Pegal-pegal pada seluruh tubuh

    h. Konstipasi (sembelit)

    2. Data Obyektif

    Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas kondisi pasien. Data

    obyektif yang sering dijumpai pada penderita DHF antara lain :

    a. Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan

    b. Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor

    c. Tampak bintik merah pada kulit (petekie), uji tourniquet (+), epistaksis, hematoma,

    hematemesis, melena.

    d. Hyperemia pada tenggorokan

    e. Nyeri tekan pada epigastrik

    f. Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa

    g. Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah,

    sianosis perifer, nafas dangkal.

    3. Pemeriksaan Diagnostik

    a. Pemeriksaan Laboratorium

    1) NS I positif

    2) Ig G dengue positif

    3) Trombositopenia

    4) Hemoglobin meningkat > 20%

  • 15

    5) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)

    6) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia,

    hipokloremia

    b. Pemeriksaan Radiologi

    1) Thorax foto (Efusi Pleura)

    2) USG (Asites)

    Pada hari ke 2 dan ke 3 terjadi leucopenia, netropenia, aesonofilia, peningkatan limfosit,

    monosit, dan basofil

    a. SGOT/SGPT kadang meningkat

    b. Ureum dan pH darah kadang meningkat

    c. Waktu perdarahan memanjang

    d. Asidosis metabolik

    e. Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan

    f. Uji Tes Tourniket (Positif)

    F. Diagnosa Keperawatan

    Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien DHF menurut (Chrisantie Efendy) :

    1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia)

    2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit

    3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

    mual, muntah, anoreksia.

    4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding

    plasma.

  • 16

    5. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah

    6. Resiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh.

    7. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif ( pemasangan infus)

    8. Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia

    9. Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan yang

    dialami pasien

    G. Perencanaan Keperawatan

    1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia)

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluhan klien berkurang.

    Kriteria Hasil : suhu tubuh normal (360C - 370C). pasien bebas dari demam

    Intervensi :

    a. Kaji saat timbulnya demam

    Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien

    b. Observasi tanda vital ( suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam

    Rasional : Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.

    c. Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam 7)

    Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat

    sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak

    d. Berikan kompres hangat

    Rasional : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat

    penurunan suhu tubuh

    e. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal

  • 17

    Rasional : Pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh

    f. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter

    Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi

    2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluhan klien berkurang

    Kriteria Hasil : Rasa nyaman pasien terpenuhi, Nyeri berkurang atau hilang

    Intervensi :

    a. Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien

    Rasional : Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien

    b. Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang

    Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri

    c. Alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri

    Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain pasien dapat melupakan perhatiannya

    terhadap nyeri yang dialami

    d. Berikan obat-obat analgetik

    Rasional : Analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien

    3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan

    dengan mual, muntah, anoreksia

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluhan klien

    berkurang

  • 18

    Kriteria Hasil : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan

    makanan sesuai dengan posisi yang diberikan / dibutuhkan

    Intervensi :

    a. Kaji keluhan mual, sakit menelan dan muntah yang dialami pasien

    Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya

    b. Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan

    Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan pasien

    c. Berikan makanan yang mudah ditelah seperti bubur

    Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan

    makanan

    d. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering

    Rasional : Untuk menghindari mual

    e. Catatan jumlah/ porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari

    Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi

    f. Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter

    Rasional : Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah dan

    diharapkan intake nutrisi pasien meningkat

    g. Ukur berat badan pasien setiap minggu

    Rasional : Untuk mengetahui status gizi pasien

    4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas

    dinding plasma

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluhan klien

  • 19

    berkurang

    Kriteria Hasil : Volume cairan terpenuhi

    Intervensi :

    a. Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda vital

    Rasional : Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan dari

    keadaan normalnya

    b. Observasi tanda-tanda syock

    Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok.

    c. Berikan cairan intravena sesuai program dokter

    Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami

    kekurangan cairan tubuh karena cairan langsung masuk ke dalam pembuluh darah

    d. Anjurkan pasien untuk banyak minum

    Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh

    e. Catat intake dan output

    Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan

    5. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluhan klien

    berkurang

    Kriteria Hasil : Pasien mampu mandiri setelah bebas demam, kebutuhan aktivitas sehari-

    hari terpenuhi

    Intervensi :

    a. Kaji keluhan pasien

  • 20

    Rasional : Untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien

    b. Kaji hal-hal yang mampu atau tidak mampu dilakukan oleh pasien

    Rasional : Untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam memenuhi

    kebutuhannya

    c. Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari sesuai tingkat

    keterbatasan pasien

    Rasional : Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien pada saat kondisinya

    lemah dan perawat mempunyai tanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan sehari-

    hari pasien tanpa mengalami ketergantungan pada perawat

    d. Letakkan barang-barang ditempat yang mudah terjangkau oleh pasien

    Rasional : Akan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa

    bantuan orang lain

    6. Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume

    cairan Tubuh

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluhan klien

    Berkurang.

    Kriteria Hasil: Tidak terjadi syok hipovolemik. Tanda-tanda vital dalam batas normal,

    keadaan umum baik

    Intervensi ;

    a. Monitor keadaan umum pasien

    Rasional : Memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama pada saat

    terjadi perdarahan sehingga segera diketahui tanda syok dan dapat segera ditangani.

  • 21

    b. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam

    Rasional : Tanda vital normal menandakan keadaan umum baik

    c. Monitor tanda perdarahan.

    Rasional : Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga pasien tidak

    sampai syok hipovolemik

    d. Check haemoglobin, hematokrit, trombosit

    Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami

    pasien sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut

    e. Berikan transfusi sesuai program dokter

    Rasional : Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yang hilang

    f. Lapor dokter bila tampak syok hipovolemik

    Rasional : Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sesegera mungkin

    7. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive (infus)

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluhan klien

    Berkurang.

    Tujuan : Tidak terjadi infeksi pada pasien

    Intervensi :

    a. Lakukan teknik aseptik saat melakukan tindakan pemasangan infus

    Rasional : Tindakan aseptik merupakan tindakan preventif terhadap kemungkinan

    terjadi infeksi.

  • 22

    b. Observasi tanda-tanda vital

    Rasional : Menetapkan Data dasar pasien, terjadi peradangan dapat diketahui dari

    penyimpangan nilai tanda vital

    c. Observasi daerah pemasangan infus

    Rasional : Mengetahui tanda infeksi pada pemasangan infus

    d. Segera cabut infus bila tampak adanya pembengkakan atau phlebitis

    Rasional : Untuk menghindari kondisi yang lebih buruk atau penyulit lebih lanjut

    8. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluhan klien

    Berkurang

    Kriteria Hasil : Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut. Jumlah trombosit

    meningkat

    Intervensi :

    a. Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis

    Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh darah

    b. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat

    Rasional : Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perdarahan

    c. Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih lanjut

    Rasional : Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin

    d. Jelaskan obat yang diberikan dan manfaatnya

    Rasional : Memotivasi pasien untuk mau minum obat sesuai dosis yang diberikan

  • 23

    9. Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan

    yang dialami pasien

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluhan klien

    Berkurang

    Tujuan : Kecemasan berkurang

    Intervensi :

    a. Kaji rasa cemas yang dialami pasien

    Rasional : Menetapkan tingkat kecemasan yang dialami pasien

    b. Jalin hubungan saling percaya dengan pasien

    Rasional : Pasien bersifat terbuka dengan perawat

    c. Tunjukkan sifat empati

    Rasional : Sikap empati akan membuat pasien merasa diperhatikan dengan baik

    d. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya

    Rasional : Meringankan beban pikiran pasien

    e. Gunakan komunikasi terapeutik

    Rasional : Agar segera sesuatu yang disampaikan diajarkan pada pasien

    memberikan hasil yang efektif

    H. Pelaksanaan Keperawatan (Chrisantie Efendy)

    Implementasi adalah tindakan pemberian keperawatan yang dilaksanakan untuk membantu

    mencapai tujuan pada rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Setiap tindakan

    keperawatan yang dilaksanakan dicatat dalam catatan keperawatan yaitu cara pendekatan

  • 24

    pada klien efektif, teknik komunikasi terapeutik serta penjelasan untuk setiap tindakan yang

    diberikan kepada pasien

    Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan 3 tahap pendekatan, yaitu

    independen, dependen, interdependen. Tindakan keperawatan secara independen adalah

    suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau

    tenaga kesehatan lainnya. Interdependen adalah tindakan keperawatan yang menjelaskan

    suatu kegiatan dan memerlukan kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga

    sosial, ahli gizi, dan dokter. Sedangkan dependen adalah tindakan yang berhubungan dengan

    pelaksanaan rencana tindakan medis. Dalam melakukan tindakan khusus klien dengan DBD

    yang harus diperhatikan adalah dapat mengidentifikasi keadaan umum klien dan dapat

    melakukan tindakan keperawatan dengan segera.

    I. Evaluasi Keperawatan (Chrisantie Efendy)

    Evaluasi adalah tingkatan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang

    menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanannya

    sudah berhasil dicapai. Kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah

    dapat diatasi, masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi atau timbul masalah baru.

    Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil.

    Adapun sasaran evaluasi pada pasien demam berdarah dengue sebagai berikut :

    1. Suhu tubuh pasien normal (36-370C) pasien bebas dari demam

    2. Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang

  • 25

    3. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan

    porsi yang diberikan atau dibutuhkan

    4. Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien terpenuhi

    5. Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi

    6. Pasien akan mempertahankan sehingga tidak terjadi syok hypovolemik dengan tanda vital

    dalam batas normal

    7. Infeksi tidak terjadi

    8. Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut

    9. Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat tentang

    proses penyakitnya.

    10

    7

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    Pengertian

    Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit demam akibat disertai manifestasi perdarahan, trombositopenia dan Hemokonsentrasi disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypty dan aedes albopictus ( pedoman diagnosis dan terapi dibidang penyakit dalam,2001).