bab2

31
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi Hipertensi yang diderita seseorang erat kaitannya dengan tekanan sistolik dan diastolik atau keduanya secara terus menerus. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi, sedangkan tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri pada saat jantung relaksasi diantara dua denyut jantung. Dari hasil pengukuran tekanan sistolik memiliki nilai yang lebih besar dari tekanan diastolik (Corwin, 2005). Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mm Hg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Smiltzer, Suzanne C 2001). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana dijumpai tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg atau lebih untuk usia 13-50 tahun dan tekanan darah mencapai 160/95 mmHg untuk usia diatas 50 tahun. Dan harus dilakukan pengukuran tekanan darah minimal sebanyak dua kali untuk lebih memastikan keadaan tersebut (WHO, 2001). Hipertensi didefenisikan sebagai tekanan darah yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dapat diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer atau esensial (hampir 90% dari semua kasus) dan hipertensi sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali, sering kali dapat diperbaiki ( Joint National Committee On Preventation, Detection, Evaluation and Treatment Of High Blood Pressure VI / JNC VI, 2001). Dari defenisi-defenisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik lebih dari 140/90 mmHg, dimana sudah dilakukan pengukuran tekanan darah minimal dua kali untuk

Upload: fenniebudhiarti

Post on 05-Feb-2016

16 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: bab2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi yang diderita seseorang erat kaitannya dengan tekanan

sistolik dan diastolik atau keduanya secara terus menerus. Tekanan

sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri bila jantung

berkontraksi, sedangkan tekanan darah diastolik berkaitan dengan

tekanan arteri pada saat jantung relaksasi diantara dua denyut jantung.

Dari hasil pengukuran tekanan sistolik memiliki nilai yang lebih besar

dari tekanan diastolik (Corwin, 2005).

Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan darah persisten

dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mm Hg dan tekanan diastolik

diatas 90 mmHg (Smiltzer, Suzanne C 2001).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana dijumpai tekanan darah

lebih dari 140/90 mmHg atau lebih untuk usia 13-50 tahun dan tekanan

darah mencapai 160/95 mmHg untuk usia diatas 50 tahun. Dan harus

dilakukan pengukuran tekanan darah minimal sebanyak dua kali untuk

lebih memastikan keadaan tersebut (WHO, 2001).

Hipertensi didefenisikan sebagai tekanan darah yang lebih tinggi

dari 140/90 mmHg dapat diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya,

mempunyai rentang dari tekanan darah normal tinggi sampai hipertensi

maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer atau esensial (hampir

90% dari semua kasus) dan hipertensi sekunder, terjadi sebagai akibat

dari kondisi patologi yang dapat dikenali, sering kali dapat diperbaiki

( Joint National Committee On Preventation, Detection, Evaluation and

Treatment Of High Blood Pressure VI / JNC VI, 2001).

Dari defenisi-defenisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa

hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik dan

tekanan darah diastolik lebih dari 140/90 mmHg, dimana sudah

dilakukan pengukuran tekanan darah minimal dua kali untuk

Page 2: bab2

memastikan keadaan tersebut dan hipertensi dapat menimbulkan resiko

terhadap penyakit stroke, gagal jantung, dan kerusakan ginjal.

2. Penyebab hipertensi

Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi atas hipertensi

esensial dan hipertensi sekunder (Setiawati dan Bustami, dalam

farmakologi dan terapi. 2005)

1. Hipertensi esensial, juga disebut hipertensi primer atau idiopatik,

adalah hipertensi yang tidak jelas etiologinya. Lebih dari 90 % kasus

hipertensi termaksud dalam kelompok ini. Kelainan hemodinamik

utama pada hipertensi esensial adalah peningkatan resistensi perifer.

Penyebab hipertensi esensial adalah multifaktor, terdiri dari faktor

genetik dan lingkungan. Faktor keturunan bersifat poligenik dan

terlihat dari adanya riwayat penyakit kardiovaskuler dari keluarga.

Faktor predisposisi genetik ini dapat berupa sensivitas pada natrium,

kepekaan terhadap stress, peningkatan reaktivitas vascular (terhadap

vasokonstriktor), dan resistensi insulin. Paling sedikit ada 3 faktor

lingkungan yang dapat menyebabkan hipertensi yakni, makan garam

(natrium) berlebihan, stress psikis, dan obesitas.

2. Hipertensi sekunder. Prevalensi hanya sekitar 5-8 % dari seluruh

penderita hipertensi. Hipertensi ini dapat disebabkan oleh penyakit

ginjal (hipertensi renal), penyakit endokrin (hipertensi endokrin),

obat, dan lain-lain.

Hipertensi renal dapat berupa:

1. Hiperternsi renovaskular, adalah hipertensi akibat lesi pada arteri

ginjal sehingga menyebabkan hipoperfusi ginjal.

2. Hipertensi akibat lesi pada parenkim ginjal menimbulkan

gangguan fungsi ginjal.

Hipertensi endokrin dapat terjadi misalnya akibat kelainan

korteks adrenal, tumor di medulla adrenal, akromegali,

hipotiroidisme, hipertiroidisme, hiperparatiroidisme, dan lain-lain.

Page 3: bab2

Penyakit lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah koarktasio

aorta, kelainan neurologic, stress akut, polisitemia, dan lain-lain.

3. Pengelompokkan Hipertensi

a. Klasifikasi menurut Joint National Committee 7

Komite eksekutif dari National High Blood Pressure Education

Program merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari 46 profesional,

sukarelawan, dan agen federal. Mereka mencanangkan klasifikasi JNC

(Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and

Treatment of High Blood Pressure) pada table 1, yang dikaji oleh 33

ahli hipertensi nasional Amerika Serikat.

Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang

sebelumnya dipertimbangkan normal ternyata menyebabkan

peningkatan risiko komplikasi kardiovaskuler. Data ini mendorong

pembuatan klasifikasi baru yang disebut prahipertensi untuk tekanan

darah sistol pada kisaran 120 – 139 mmHg dan tekanan darah diastole

pada kisaran 80- 89 mmHg. Pada JNC &, hipertensi level 2 dan 3

disatukan menjadi hipertensi level 2. Tujuan dari klasifikasi JNC 7

adalah untuk mengidentifikasi individu-individu yang dengan

penanganan awal berupa perubahan gaya hidup, dapat membantu

menurunkan tekanan darahnya ke level hipertensi yang sesuai dengan

usia. Klasifikasi JNC 7 menyarankan semua pasien hipertensi level 1

dan level 2 agar ditangani sesegera mungkin.

Tabel 2.1

Klasifikasi hipertensi menurut JNC (Joint National Committee

on Preventation, Detection, Evaluation, and the Treatment of

Hogh Blood Pressure)

Kategori tekanan darah menurut JNC

Kategori tekanan darah menurut JNC 6

Tekanan darah sistol (mmHg)

Dan/ atau Tekanan darah diastole (mmHg)

Normal Optimal < 120 Dan < 80Pra-hipertensi 120 – 139 Atau 80 – 89- Normal < 130 Dan <85

Page 4: bab2

- Normal –tinggi

130 – 139 Atau 85 – 89

Hipertensi Hipertensi:Tahap 1 Tahap 1 140 – 159 Atau 90 – 99Tahap 2 >/= 160 Atau >/=100- Tahap 2 160 – 179 Atau 100 – 109- Tahap 3 >/= 180 Atau >/= 110

b.Klasifikasi menurut WHO (World Health Organization)

Hipertensi merupakan faktor resiko dengan prevalensi tertinggi

untuk penyakit kardiovaskuler di seluruh dunia. Bertambahnya usia

dan prevalensi obesitas turut berperan terhadap terjadinya hipertensi.

Karena hipertensi masih sulit ditangani, diagnosis dan penanganan

hipertensi sejak awal dapat membantu mencegah penyakit

kardiovaskuler dan meningkatkan harapan hidup.

WHO dan International Society of Hypertension Working Group

(ISHWG) telah mengelompokkan hipertensi (table 2) kedalam

klasifikasi optimal, normal, normal – tinggi, hipertensi ringan,

hipertensi sedang, dan hipertensi berat.

Table 2.2

Klasifikasi hipertensi menurut WHO

Kategori Sistol Diastole

OptimalNormalNormal-tinggi

< 120< 130130 – 139

< 80< 8585 – 89

Tingkat 1 (hipertensi ringan)Sub-group: perbatasan

140 – 159140 – 159

90 – 9990 – 94

Tingkat 2 (hipertensi sedang)

160 – 179 100 – 109

Tingkat 3 (hipertensi berat)

≥ 180 ≥ 110

Hipertensi sistol terisolasi (Isolated systolic hypertension)Sub-group: perbatasan

≥ 140

140 – 149

< 90

< 90

Page 5: bab2

a. Klasifikasi hipertensi menurut berdasarkan hasil konsensus

perhimpunan hipertensi Indonesia

Pada pertemuan Ilmiah Nasional pertama perhimpunan

Hipertensi Indonesia, 13 – 14 Januari 2007 di Jakarta, telah

diluncurkan suatu konsensus mengenai pedoman penanganan

hipertensi di Indonesia yang ditunjukkan bagi mereka yang

melayani masyarakat umum.

1) Pedoman yang disepakati para pakar berdasarkan prosedur

standar dan ditujukan untuk meningkatkan hasil

penanggulangan ini kebanyakan diambil dari pedoman Negara

maju dan Negara tetangga, dikarenakan data penelitian

hipertensi di Indonesia yang berskala nasional dan meliputi

jumlah penderita yang banyak masih jarang.

2) Tingkatan hipertensi ditentukan berdasarkan ukuran tekanan

darah sistolik dan diastolik dengan merujuk hasi JNC 7 dan

WHO.

3) Penentuan stratifikasi risiko hipertensi dilakukan berdasarkan:

tingginya tekanan darah, adanya faktor risiko lain, kerusakan

organ target dan penyakit penyerta tertentu.

Tabel 2.3

Klasifikasi hipertensi hasil consensus perhimpunan Indonesia

Kategori Tekanan Darah Hasil Konsensus

Tekanan Darah Sistol (mmHg)

Dan/ atau Tekanan Darah Diastol (mmHg)

Normal < 120 Dan < 80

Prehipertensi 120 – 139 Atau 80 – 89

Hipertensi Tingkat 1 140 – 159 Atau 90 – 99

Hipertensi Tingkat 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

Hipertensi sistolik terisolasi

≥ 140 Dan < 90

Page 6: bab2

4. Patofisiologi Hipertensi Essensial

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak, dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlajut ke bawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia

simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem

saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion

melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca

ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti

kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah

terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat

sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas

mengapa hal tersebut bisa terjadi (Brunner & Sudaarth, 2002).

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula

adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks

adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan

renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian

diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada

gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adenal. Hormon

ini menyebakan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung

mencetuskan keadaan hipertensi (Brunner & Suddarth, 2002).

Pertimbangan Gerontologis. Perubahan struktural dan fungsional

pada sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan

darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi

aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam

Page 7: bab2

relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan

kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,

aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi

volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),

mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer

(brunner & suddarth, 2002).

5. Faktor-faktor resiko hipertensi

Resiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari

faktor resiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.

Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik,

usia, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat di modifikasi

meliputi kelebihan berat badan, olahraga, rokok, dan stres.

a. Faktor genetik

Hipertensi esensial biasanya terkait dengan gen dan faktor

genetik, dimana banyak gen turut berperan pada perkembangan

gangguan hipertensi. Seseorang yang mempunyai riwayat keluarga

sebagai pembawa hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar

untuk terkena hipertensi. Perubahan gaya hidup seperti pola asupan

makanan juga berperan penting dalam terjadinya hipertensi pada

keluarga. Gen yang berperan pada patofisiologi penyakit hipertensi

adalah:

1) Gen simetrik yang mnegandung promoter gen 11 β-hidrokilase dan

gen urutan selanjutnya untuk member kode pada gen aldosteron

sintase, sehingga menghasilkan produksi ektopik aldosteron.

2) Saluran natrium endotel yang sensitif terhadap amilorid yang

terdapat pada tubulus pengumpul. Mutasi gen ini mengakibatkan

aktivitas aldosteron, menekan aktivitas renin plasma dan

hipokalemia.

3) Kerusakan gen 11β-hidrokilase dehidrogenase menyebabkan

sirkulasi konsentrasi kortisol normal untuk mengaktifkan reseptor

Page 8: bab2

mineralakortikoid, sehingga menyebabkan sindrom kelebihan

mineralkortikoid (Sani, 2008).

b. Usia

Insidensi hipertensi meningkat sering dengan pertambahan

umur. Pasien yang berumur di atas 60 tahun, 50 – 60 % mempunyai

tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini

merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang

bertambah usianya. Hipertensi merupakan penyakit multifaktor yang

muncul oleh karena interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya

umur, maka tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45

tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya

penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah

akan berangsur-angsur menyempit menjadi kaku. Tekanan darah

sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang

berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan

tekanan darah disatolik meningkat sampai dekade kelima dan keenam

kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan

menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi

peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan

tekanan darah yaitu reflex baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya

sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana

aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun (Anggaraini,

2009).

c. Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.

Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum

menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi

oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High

Density Lipoprotein (HDL). Kada kolesterol HDL yang tinggi

merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses

aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai

penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada

Page 9: bab2

premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon

estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan.

Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah

kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya

mulai terjadi pada wanita umur 45 – 55 tahun (Anggaraini, 2009).

d. Etnis

Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari

pada yang berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti

penyebabnya. Namun, pada orang kulit hitam ditemukan kadar rennin

yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopressin lebih besar

(Anggaraini. 2009).

e. Obesitas

Menurut National Institutes for Health USA (NIH, 1998),

prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa

Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk wanita, dibandingkan

dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang

memiliki IMT < 25 (status gizi normal menurut standar internasional).

Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan

hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu

terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf

simpatis dan sistem rennin-angiotensin, dan perubahan fisik pada

ginjal. Obesitas meningkatkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen

dan berperan dalam gaya hidup pasif. Lemak tubuh yang berlebihan

dan ketidak aktifan fisik berperan dalam resistensi insulin (Sylvia

Price, 2005). Peningkatan konsumsi energy juga meningkatkan insulin

plasma, dimana natriuretik potensial menyebabkan terjadinya

reabsorpsi natrium dan peningkatan tekanan darah secara terus

menerus (Anggaraini, 2009).

Rumus untuk menghitung IMT adalah:

IMT = BB (kg)

TB (m²)

Page 10: bab2

6. Tanda dan gejala Klinis

Menurut Sylvia Anderson (2005) gejala hipertensi sebagai berikut:

a. Sakit kepala bagian gelakang dan kaku kuduk

b. Sulit tidur dan gelisah atau cemas dan kepala pusing

c. Dada berdebar-debar

d. Lemas, sesak nafas, berkeringat dan pusing

Gejala hipertensi yang sering ditemukan adalah sakit kepala,

epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur,

mata berkunang-kunang, dan pusing (Mansjoer, 2001).

7. Komplikasi hipertensi

Menurut Elizabeth J Corwin (2000) dalam Efendi (2004)

komplikasi hipertensi terdiri dari stroke, infark miokardium, gagal ginjal ,

ensefalopati (kerusakan otak), dan pregnancy – incuded hypertension

(PIH).

a. Stroke

Menurut Fazidah (2006) yang menganalisa determinan faktor

penyebab stroke membuktikan bahwa hipertensi beresiko 9 – 10 kali

menyebabkan stroke dibandingkan dengan orang yang tidak

menderita hipertensi.

Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak,

atau akibat embulus yang terlepas dari pembuluh otak yang terpajan

tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila

arteri – arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan

menebal, sehingga aliran darah ke daerah–daerah yang diperdarahi

berkurang. Arteri–arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat

melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya

anurisma. (Efendi, 2004)

b. Infark miokardium

Menurut Fazidah (2006) yang menganalisis faktor resiko

penyakit jantung koroner menyimpulkan bahwa penderita hipertensi

Page 11: bab2

beresiko 10 terkena penyakit jantung dibandingkan dengan orang

yang tidak menderita hipertensi.

Dapat terjadi infark miokard apabila arteri koroner yang

arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium

atau apabila terbentuk thrombus yang menyumbat aliran darah

melalui pembuluh tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi

ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat

dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.

Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan perubahan –

perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi

disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan

bekuan. (Efendi, 2004)

c. Gagal ginjal

Menurut Ariefmanjoer (2001) hipertensi beresiko 4 kali lebih

besar terhadap kejadian gagal ginjal bila dibandingkan dengan orang

yang tidak menderita hipertensi.

Terjadinya gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler – kapiler ginjal, glomerolus. Dengan

rusaknya glomerolus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional

ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik

dan kematian. Dengan rusaknya membrane glomerolus, protein akan

keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma

berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi

kronik (Efendi, 2004)

d. Ensefalopati (kerusakan otak)

Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada

hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang

sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan

kapiler dan mendorong ke dalam ruang interstisium diseluruh susunan

saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps yang dapat

menyebabkan ketulian, kebutaan dan tak jarang juga terjadi koma

serta kematian mendadak. Keterikatan antara kerusakan otak dengan

Page 12: bab2

hipertensi, bahwa hipertensi beresiko 4 kali terhadap kerusakan otak

dibandingkan dengan orang yang tidak menderita hipertensi (Efendi,

2004)

8. Penatalaksanaan

Dalam penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk menghentikan

kelanjutan kenaikan tekanan darah yang dapat menyebabkan komplikasi.

Untuk komplikasi hipertensi seperti stroke, gagal jantung, gagal ginjal

dan kerusakan otak faktor resiko utamanya adalah riwayat hipertensi dan

disertai faktor resiko penyebab hipertensi seperti merokok, pola makan

yang tidak sehat dan tidak seimbang, konsumsi alkohol dan lain

sebagainya. Sehingga dengan penatalaskanaannya sedini mungkin akan

mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi antara 75 – 80%.

(Efendi, 2004)

Upaya intervensi yang efektif pada penekanan angka kesakitan dan

kematian adalah melalui promosi kesehatan dan perlindungan khusus

ditujukan pada orang yang sehat dan orang yang sakit dengan tujuan

untuk mengarahkan pengobatan simtomatis, memperpanjang usia,

mencegah keadaan penyakit yang bertambah parah, mencegah cacat dan

rehabilitasi. Pada penatalaksanaan hipertensi terfokus dan bertujuan untuk

dapat mengendalikan tekanan kestabilan tekanan darah agar tidak

menimbulkan komplikasi dengan memodifikasi determinan faktor yang

menyebabkan hipertensi, yaitu: Obesitas, konsumsi garam, merokok,

minum alkohol, konsumsi daging berlebih, olahraga, kurang

mengkonsumsi sayur dan buah, stress dan lain – lain.

a. Mempertahankan/ Menurunkan Berat Badan Pada Batas Nomal

Cara yang paling mudah untuk mengidentifikasi resiko berat

badan terhadap peningkatan tekanan darah yaitu dengan menggunakan

skor IMT (Indeks Massa Tubuh) dimana pada skor 20 – 24 adalah

normal dan tidak beresiko, sedangkan pada skor 25 – 29 beresiko

sedang dan beresiko tinggi pada skor >30, dalam mengontrol/

memperkecil resiko berat badan lebih terhadap peningkatan tekanan

Page 13: bab2

darah dapat dimodifikasi dengan berolahraga, membatasi konsumsi

karbohidrat, membatasi konsumsi lemak dan menambah porsi sayur

dan buah pada hidangan makanan sehari-hari. (Efendi, 2004)

b. Mengurangi konsumsi garam

Membatasi asupan garam sangat dianjurkan, pembatasan

diupayakan tidak lebih dari 5 gr ( < 1 sendok teh) garam dapur untuk

diet setiap hari, akan tetapi untuk ikan asin (makanan yang diasinkan),

sayur tauco, kecap asin, mentega yang mengandung natrium, minuman

bersoda, daging kaleng serta bahan makanan yang diawetkan

sebaiknya dihindarkan. (Efendi, 2004)

c. Membatasi Konsumsi Lemak

Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol

darah dapat menurun pada batas normal (200 – 250 mg/dl). Karena

kadar kolesterol yang tinggi dapat mengakibatkan endapan kolesterol

dalam dinding pembuluh darah, juga endapan kolesterol bertambah

akan memperkecil diameter pembuluh darah yang akan memperberat

kerja jantung dan dapat meningkatkan tekanan darah. Untuk menjaga

agar kolesterol dalam darah tidak bertambah tinggi maka untuk

penderita hipertensi diperbolehkan mengkonsumsi daging tidak lebih

dari 100 gr pada setiap mengkonsumsi daging (100 gr = sebesar kotak

korek api) untuk daging hewan secara umum, akan tetapi harus

menghindari konsumsi organ hewan misalnya, ginjal, jeroan dan otak

termasuk darah hewan yang sering diolah menjadi menu makanan.

Untuk penderita hipertensi sebaiknya mengkonsumsi daging hewan

tidak lebih 2 kali dalam seminggu sampai tidak mengkonsumsinya

lagi. (Efendi, 2004)

d. Olahraga teratur

Bagi penderita hipertensi disarankan melakukan olahraga

isotonik yaitu: olahraga yang ringan dan tidak terlalu menguras tenaga.

Latihan yang diberikan ditunjukkan untuk meningkatkan daya tahan

(endurance) dan tidak boleh menambah peningkatan tekanan

Page 14: bab2

(pressure). Sehingga bentuk latihan yang paling tepat adalah jalan kaki,

bersepeda, senam dan berenang atau olahraga aerobik. Frekuensi

latihan yang dianjurkan secara rutin atau setidaknya 3 – 4 kali/ minggu

yang efektifnya dilakukan 30 – 45 menit (Efendi, 2004)

Olahraga yang bersifat kompetisi tidak diperbolehkan. Olahraga

yang bersifat kompetisi akan memacu emosi sehingga akan

mempercepat peningkatan tekanan darah. Dengan demikian meskipun

bentuk olahraganya bertujuan meningkatkan daya tahan (bulu tangkis,

tenis, sepak bola ), tetapi bila dilakukan dalam rangka pertandingan

maka sebaiknya dihindari. Olahraga peningkatan kekuatan tidak

diperbolehkan. Olahraga kekuatan yang bertujuan meningkatkan besar

otot, seperti angkat berat dan sejenisnya tidak diperkenankan. Olahraga

ini akan menyebabkan peningkatan tekanan darah secara mendadak

dan melonjak. (Efendi, 2004).

Tujuan olahraga untuk penderita hipertensi efektifnya selain

untuk menjaga kebugaran tubuh juga berfungsi untuk menurunkan

tekanan darah dan metode pengendalian stress. (Efendi, 2004)

e. Mengkonsumsi buah dan sayuran segar

Buah dan sayur segar mengandung banyak vitamin dan mineral.

Efektivitasnya vitamin yang dapat menangkal radikal bebas sedangkan

mineral kalium secara langsung dapat menurunkan tekanan darah.

(Efendi, 2004)

Untuk sayur yang baik dikonsumsi oleh penderita hipertensi

sebaiknya sayur segar/ lalapan asupan direbus tanpa merubah warna

dan tidak dianjurkan diolah dengan di tumis atau di santan. Sedangkan

untuk yang dianjurkan yang mengandung vitamin C, kalium,

magnesium serta yang terpenting pontasium namun pengecualian pada

buah durian (karena mengandung tinggi lemak dan mengandung

alkohol 5 – 10%.

f. Membatasi/ menghindarkan konsumsi rokok, alkohol dan kopi

Untuk konsumsi rokok pada pecandu (riwayat sebelumnya),

mengurangi secara bertahap mulai dari 5 batang rokok sampai

Page 15: bab2

memberhentikan total. Sama halnya dengan alkohol jika pada

penderita hipertensi yang mempunyai riwayat candu alkohol sebaiknya

mengurangi minuman alcohol pada batas maksimal 1 gelas (pada kadar

15 % alkohol) samapai memberhentikannya mengkonsumsinya

(Efendi, 2004). Selain pembatasan pada rokok dan alkohol, untuk

penderita hipertensi juga dianjurkan agar tidak mengkonsumsi kopi,

karena zat kafein yang ada kopi justru akan meningkatkan detak

jantung sehingga akan menaikkan tekanan darah. Sehingga untuk

penderita hipertensi sebaiknya dikurangi konsntrat kopi yang

dikonsumsi mulai dari <2 sendok the setiap hari sampai tidak

mengkonsumsinya lagi.

g. Mengendalikan Stress

Dalam mengendalikan stress faktor keseimbangan antara jiwa

dan raga merupakan pertimbangan utama, dalam hal ini penilaian

terhadap hal-hal yang menyenangkan pada setiap individu berbeda-

beda akan tetapi inti menanggulangi stress dapat dilakukan dengan

cara-cara sebagai berikut:

1) Latihan relaksasi atau medis

Relaksasi dan meditasi berguna untuk mengurangi stress atau

ketegangan jiwa. Ralaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan

dan mengendorkan otot tubuh sambil membayangakan sesuatu yang

damai, indah dan menyenangkan. Relaksasi dapat pula dilakukan

dengan melakukan jalan-jalan, mendengarkan musik, bernyanyi,

berjoget (menari) atau senam dan lain sebagainya. Kegiatan ini akan

efektif untuk mengurangi stress dilakukan minimal sekali dalam

seminggu.

2) Berusaha membina hubungan yang positif

a) Mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah, jika suatu

masalah mengganggu pikiran sebaiknya ceritakan kepada teman-

teman, orangtua, suami istri atau kepada rohaniawan. Dengan

adanya komunikasi isi hati akan terasa lebih lega karena

masalahnya telah dikeluarkan dan komunikasi tersebut akan

Page 16: bab2

timbul ide/saran yang biasanya akan membantu menyelesaikan

masalah.

b) Membuat jadwal kerja, menyediakan waktu induk beristirahat

atau waktu kegiatan santai. Dalam hal ini untuk penderita

hipertensi sebaiknya tidur 6 – 8 jam pada malam hari dan 1 jam

untuk bersantai atau tidur pada siang hari.

c) Mengerjakan kegiatan satu tugas pada satu waktu (tidak

mempunyai 2 atau lebih kerjaan pada saat yang bersamaan)

d) Belajar untuk berdamai dengan orang lain, mencoba untuk

menolong orang lain dan menghindarkan iri dan dengki. (Efendi,

2004)

h. Mengkonsumsi Obat sesuai dengan anjuran dokter

Banyak kasus bahwa mengkonsumsi obat penambah stamina

(obat kuat) serta minuman berenergi yang dijual bebas dipasaran justru

memperburuk kondisi hipertensi hal ini berkaitan dengan kombinasi

komposisi yang digunakan dalam obat/ minuman tersebut. Zat yang

harus dihindari pada obat/ minuman penambah stamina adalah

nikotinamida, karena zat tersebut dapat mempengaruhi ekskresi

adrenalin ke pembuluh darah yang akan meningkatkan detak jantung

dan akan beresiko terhadap kenaikan tekanan darah. (Suryati, 2005)

Namun untuk mecegah agar hipertensi tidak menimbulkan

komplikasi faktor resiko tersebut haruslah dimodifikasi secara

bersamaan. Selain itu dianjurkan juga untuk melakukan pemeriksaan

laboratorium dengan panel.

Evaluasi awal hipertensi atau panel hidup sehat dengan

hipertensi. Tujuan pemeriksaan laboratorium pada pasien hipertensi:

1) Untuk mencari kemungkinan penyebab Hipertensi sekunder

2) Untuk menilai apakah ada penyulit dan kerusakan organ target

3) Untuk memperkirakan prognosis

4) Untuk menentukan adanya faktor-faktor lain yang mempertinggi

risiko penyakit jantung koroner dan stroke (Price, 2005).

Page 17: bab2

Pemeriksaan laboratorium untuk hipertensi ada 2 macam yaitu :

1) Panel Evaluasi Awal Hipertensi : Pemeriksaan ini dilakukan segera

setelah didiagnosis Hipertensi, dan sebelum memulai pengobatan.

2) Panel Hidup Sehat: Untuk memantau keberhasilan terapi (Prince,

2005).

i. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi

Pada pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum

memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ resiko

lain atau mencari penyebab hipertensi sebagai tambahan dapat

dilakukan pemeriksaan lain seperti kreatinin, protein urin 24 jam, asam

urat, kolesterol/LDL, TSH< EKG dab CT-Scan, foto rontgen dan

glukosa.

II.2 Terapi Bekam

1. Pengertian

Pengobatan alternatif dengan metode bekam, bukanlah hal baru di

kalangan masyarakat Indonesia. Pengobatan itu bahkan telah

dipraktikkan ribuan tahun lalu dari di Timur Tengah hingga ke daratan

Cina. Bekam mempunyai beberapa sebutan, seperti: canduk, canthuk,

kop, atau mambakan. Di eropa disebut cupping dan fire bottle. Dalam

bahasa mandarin disebut Pa Hou Kuan. Dalam bahasa arab disebut

hijamah, dari kata al-hijmu yang berarti pekerjaan, yaitu membekam. Al-

Hajjam berarti ahli bekam. Maka secara bahasa, bekam berarti

menghisap. Menurut istilah, bekam berarti peristiwa penghisapan kulit,

penyayatan dan mengelurkan darahnya dari permukaan kulit, yang

kemudian ditampung didalam gelas. (Umar, 2008)

Terapi bekam adalah metode penyembuhan dengan pengeluaran

zat toksik yang tidak tereksekresikan oleh tubuh melalui permukaan kulit

dengan cara melukai kulit dengan jarum dilanjutkan dengan penghisapan

menggunakan piranti kop (cup) yang divakumkan.

Page 18: bab2

2. Manfaat Terapi Bekam

a. Manfaat dari bekam kering

1) Mengatasi masalah masuk angin

2) Menghilangkan rasa sakit pada paru-paru yang kronis

3) Menahan derasnya darah haid dan hidung mimisan

4) Meringankan rasa sakit dan mengurangi penumpukan darah

5) Melenturkan otot-otot yang tegang

6) Radang urat saraf dan radang sumsum tulang belakang

7) Pembekakan liver

8) Radang ginjal dan wasir

b. Manfaat bekam basah

1) Membersihkan darah dari racun-racun sisa makanan dan dapat

meningkatkan aktifitas saraf tulang belakang (vertebra)

2) Mengatasi tekanan darah yang tidak normal dan pengapuran pada

pembuluh darah (arteriosklerosis)

3) Menghilangkan pusing-pusing, memar dibagian kepala, wajah,

migraine dan sakit gigi.

4) Menghilangkan kejang-kejang dan keram pada otot

5) Memperbaiki permeabilitas pembuluh darah

6) Sangat bermanfaat bagi penderita asma, pneumonia dan angina

pectoris

7) Menajamkan penglihatan dan membantu dalam pengobatan mata

8) Bagi wanita dapat mengobati gangguan rahim dan gangguan haid

9) Melancarkan peredaran darah, meringankan badan, menghilangkan

sakit bahu, dada dan punggung

10) Membantu mengatasi kemalasan, lesu dan bayak tidur

11) Mengeluarkan angin, toksik dan kolesterol yang membahayakan

bagi tubuh

12) Menyembuhkan encok dan reumatik

13) Mengatasi gangguan kulit

Page 19: bab2

14) Mengobati masuk angin, darah tinggi, kolesterol, stroke, jantung

dan asam urat

15) Mengobati sakit pinggang, liver, sakit kepala, sakit mata,

impotensi, sinusitis, wasir dan maag.

3. Macam-macam bekam

Pada awalnya, bekam hanya dikenal dengan dua cara, yaitu bekam

basah dan bekam kering. Saat ini bekam bisa dengan bekam basah,

bekam kering, bekam seluncur dan bekam tarik (Fatahillah, 2006).

Macam-macam bekam:

a. Bekam kering (Dry Cupping) merupakan bekam yang tidak diikuti

dengan pengeluaran darah. Ini berkhasiat untuk melegakan sakit

secara darurat atau digunakan untuk meringankan nyeri pada urat-urat

punggung, paha, perut dan lain-lain. Bekam kering ini cocok untuk

orang yang tidak tahan suntikan jarum, sayatan pisau dan takut

melihat darah. Kulit yang dibekam akan tampak merah kehitam-

hitaman selama 3 hari. Lebam ini dapat dihilangkan dengan minyak

zaitun. Bekam kering juga sangat cocok untuk penyakit yang

disebabkan karena pathogen panas dan kering (Umar, 2008).

b. Bekam basah dilakukan bekam kering dulu, kemudian permukaan

kulit disayat dengan pisau bedah, lalu disekitarnya dihisap dengan alat

cupping set, hand pump, atau tabungan lain untuk mengeluarkan

darah dari dalam tubuh (Umar, 2008)

c. Bekam meluncur merupakan pengganti kerokan yang dapat

membahayakan kulit Karena dapat merusak pori-pori. Bekam

meluncur dapat bermanfaat untuk membuang angin pada tubuh,

melemaskan otot-otot dan melancarkan peredaran darah (Fatahillah,

2006).

d. Bekam tarik, metode ini untuk menghilangkan rasa nyeri atau penat

dibagian dahi, kening dan bagian yang pegal-pegal Fatahillah, 2006).

4. Peralatan Bekam

Alat bekam pada dasarnya terdiri dari tiga macam alat yakni:

Page 20: bab2

a. Alat untuk menghisap kulit, jaringan kulit, dan darah

Alat untuk menghisap kulit secara tradisional dan sederhana

berupa alat berbentuk seperti bola atau tabung dengan lubang di salah

satunya sebagai tempat keluar masuk udara. Alat ini bisa terbuat dari

gelas, kaca, kayu, besi, tembaga, kaleng, gelas minum, tanduk

binatang, tabung bambo, dan lain sebagainya (Umar, 2008)

b. Alat untuk mengeluarkan darah

Untuk mengeluarkan darah dari kulit setelah terkumpul dibawah

kulit, sesuai dengan definisi adalah dengan menyayat kulit, bukan

menusuk. Agar bisa menyayat dengan benar diperlukan keahlian dan

keterampilan khusus. Alat yang dipakai menyayat adalah skapel,

jarum, pisau bedah, atau lancet. Semuanya harus steril agar tidak

menularkan penyakit (Umar, 2008).

c. Peralatan dan obat penunjang

Alat penunjang untuk membantu pengobatan bekam adalah: duk

kain yang berlubang ditengahnya, sarung tangan, mangkok/cawan,

tempat sampah, meja dan kursi. Sedangkan bahan-bahan dan obat-

obatan yang dipakai berupa kasa, kapas, betadin, detol, sabun, zalf,

alkohol, spiritus, minyak zaitun, dan lain-lain (Umar, 2008).

5. Cara bekam yang Efektif

Membekam tidak hanya sekedar meletakkan gelas penghisap pada

permukaan kulit, lalu menarik pelatuk sehingga kulit terhisap. Untuk itu,

diperlukan langkah-langkah yang sistematis sehingga bekam bisa

memberikan kesembuhan yang lebih baik (Umar, 2008):

a. Menyiapkan alat, pasien dan terapis bekam

Sebelum melakukan bekam maka perlu dilakukan persiapan

agar proses bekam dapat berjalan sempurna. Ada tiga hal yang harus

dipersiapkan, yaitu:

1) Menyiapkan alat, sarana dan ruangan

Tujuan menyiapkan alat dan sarana ini adalah agar bisa

memulai bekam dengan baik, dan ditengah-tengah perjalanan

Page 21: bab2

tidak ada gangguan. Misalnya alat yang tertinggal, dan bisa

mengantisipasi apabila terjadi sesuatu alat bekam, atau setelah

dibekam. Yang paling utama adalah menyiapkan agar alat-alat

yang dipakai bisa steril. Sebab banyak penyakit yang ditularkan

lewat alat yang tidak sterli, seperti hepatitis dan HIV. Disamping

itu, justru pasien yang sebelumnya sehat, setelah dibekam malah

menjadi sakit karena tertular alat bekam yang tidak steril. Begitu

juga pasien yang sakit bisa menularkan terapis bekam.

a) Alat yang disiapkan meliputi: kop/tabung penghisap kulit,

skapel, jarum, pisau bedah, lancet , duk kain, sarung tangan,

masker wajah, pinset anatomis, mangkok/cawan, tempat

sampah, meja dan kursi.

b) Bahan yang disiapkan meliputi: kassa, kapas, betadin,

desinfektan, sabun, salf, spiritus, minyak zaitun.

c) Mensterilkan alat agar bebas dari kuman dan tidak

menyebarkan penyakit, dengan cara: merebus tabung cop

paling sedikit selama 30 menit setelah air mendidih (karet

dilepas dulu). Sarung tangan, karet dan duk disterilkan dengan

tablet formalin.

d) Jarum, pinset, pisau, silet, hanya boleh sekali pakai. Selesai

satu pasien, langsung dibuang.

e) Ruangan harus bersih, terang, cukup aliran darah, dan tidak

pengap.

f) Jika keadaan memadai, perlu dipersiapkan tabung oksigen

sebagai tindakan preventif bila terjadi syok karena takut.

g) Bila memungkinkan, disiapkan formulir untuk rekaman

perjalanan penyakit pasien beserta terapi-terapinya.

2) Menyiapkan pasien

Pasien perlu diberi penjelasan tentang cara membekam,

manfaat, dan hal-hal yang akan dialaminya ketika dibekam dan

efek samping yang akan mungkin timbul setelah dibekam. Pasien

Page 22: bab2

juga dijelaskan tentang bekam, efek yang terjadi, proses

kesembuhan dan yang lainnya.

a) Pasien disiapkan mental agar tidak gelisah dan takut

b) Bagi pasien yang belum pernah dibekam cukup dibekam

sampai 1-2 gelas.

c) Disiapkan makanan dan minuman buat pasien.

d) Menjaga kebersihan tubuh pasien dan kebersihan tempat yang

akan dibekam

e) Bagian tubuh yang akan dibekam, ditutup dengan duk steril.

f) Bagian tubuh lain yang tidak di bekam ditutupi dengan kain.

g) Posisi harus nyaman, baik pasien sendiri maupun bagi yang

membekam. Dengan posisi nyaman diharapkan pasien tersebut

bisa menahan rasa sakit selama waktu pembekaman.

Sedangkan bagi yang membekam bisa lebih mudah dan optimal

dalam mencapai titik yang akan dibekam.

3) Menyiapkan diri sendiri (juru bekam)

Orang yang mau membekam juga harus menyiapkan dirinya

sendiri. Jangan sampai terjadi “human error” karena kesalahan

dan kelalaian juru bekam disebabkan tidak mempersiapkan

dirinya dengan baik. Persiapan yang harus dilakukan antara lain:

1) Juru bekam dalam keadaan sehat, tidak sakit

2) Juru bekam telah menguasai ilmu bekam (professional)

3) Juru bekam sudah sering dibekam dan membekam

4) Juru bekam sebaiknya sudah mengecek semua peralatan dan

sarana yang akan dipakai.

b. Mendata Pasien

Data ini penting, sebagai catatan bila pasien suatu saat nanti

berobat kembali, sudah ada data-datanya, sehingga bisa dievaluasi

perjalanan penyakitnya. Identitas pasien untuk mencegah agar tidak

salah pasien dan bila terjadi sesuatu pada pasien, juru bekam sudah

memiliki data-datanya. Data yang perlu dicatat:

Page 23: bab2

1) Identitas umum pasien, mencakup: Nama, alamat, usia, jenis

kelamin, status.

2) Identitas keluarga, mencakup: kedudukan dalam keluarga,

pekerjaan sehari-hari.

3) Mewawancarai pasien

Tujuannya untuk mengetahui maksud pasien mencari

pengobatan, serta mendalami penyakit dan keluhan yang dialami.

1) Keluhan utama pasien, yaitu keluhan yang menyebabkan pasien

dating mencari pengobatan dengan bekam

2) Keluhan tambahan adalah keluhan lain yang menyertai keluhan

utama.

3) Riwayat pasien masa lalu, yaitu penyakit-penyakit yang dialami

beberapa waktu masa sebelumnya.

4) Keluhan dari masing-masing meridian atau organ tubuh. Selain itu,

dilanjutkan dengan mencari apakah keluhan itu karena tubuh

mengalami kelebihan fungsi (hiper), atau justru fungsi yang

berkurang (lemah atau hipo).

c. Memeriksa pasien

Tujuannya untuk membuktikan apakah yang dikeluhkan

pasien itu benar atau tidak. Selain itu, apakah keluhan tersebut diikuti

dengan kelainan fisik. Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah:

1) Pemeriksaan umum: tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan, lidah,

iris, dan telapak tangan.

2) Pengamatan, pendengaran, dan penciuman dari daerah keluhan

dan dari masing-masing organ.

3) Perabaan, penekanan, atau pengetukan sekitar keluhan, dan

perabaan pada organ lain. Apabila ditekan terasa sakit, maka

penyakitnya bersifat hiper atau kelebihan fungsi, sedangkan bila

ditekan enak, maka penyakitnya bersifat lemah atau berkurangnya

fungsi.

4) Mengecek fungsi tubuh.

d. Menyimpulkan dan menentukan diagnosa penyakit

Page 24: bab2

Setelah diwawancarai dan dilakukan pemeriksaan pada fisik

pasien, maka harus diambil kesimpulan tentang keluhan pasien,

sehingga diagnose pasien dapat ditentukan. Beberapa hal yang harus

disimpulkan, adalah:

1) Menentukan jenis keluhan, misalnya keluhan pada meridian atau

organ tubuh

2) Menentukan letak penyakitnya

3) Menentukan sifat penyakitnya

4) Menentukan jenis pengobatan

5) Menentukan apa penyebabnya

e. Menentukan rencana pengobatan

1) Menentukan apakan dengan menguatkan atau melemahkan.

2) Menetukan daerah atau titik yang akan dibekam

3) Menentukan teknik bekam

4) Menentukan alat-alat yang dipakai

5) Menentukan rencana penanganan bila timbul efek samping atau

hal-hal yang tidak diinginkann selama pengobatan.

f. Menentukan daerah dan titik yang akan dibekam

Setelah dipastikan rencana pengobatan, maka dilakukan

bekam. Dalam memilih titik bekam perlu diperhatikan bahwa, tidak

perlu memakai banyak titik. Sebab titik yang banyak belum tentu

lebih baik dari satu titik. Selain itu, banyak titik akan menimbulkan

rasa sakit yang lebih banyak.

g. Melakukan pembekaman

1) Diawali dengan mensterilkan alat daerah yang akan dibekam

dengan desinfektan (yodium, spiritus, alcohol)

2) Penghisapan kulit dan darah. Bisa dengan menggunakan api,

atau panas api, dan juga bisa menggantikannya dengan memakai

tabung penghisap udara (tekanan udara)

3) Mengeluarkan darah, bisa memakai cara menyayat atau

menusuk kulit dengan cara menghisap ulang.

Page 25: bab2

h. Bekam akan mengeluarkan bekas. Bekam tanpa pengeluaran darah,

bekasnya berupa lebam hitam karena darah yang mengumpul dibawah

kulit (hematoma). Bila bekam dengan pengeluaran darah akan disertai

bekas lebam dengan luka. Luka ini harus dirawat. Bila tidak akan

dapat menimbulkan infeksi.

1) Bekam tanpa pengeluaran darah, menimbulkan bekas kehitaman

(hematoma). Cara merawatnya cukup dikompres dengan air

hangat, atau diolesi dengan minyak nabati. Bekas bekam akan

menghilang dalam waktu 3-6 hari.

2) Bekam dengan mengeluarkan darah akan menimbulkan luka

yang terbuka. Oleh karena itu, luka harus disterilkan dengan

cairan pensteril.

i. Setelah selesai, bisa diberikan tambahan terapi atau nasehat- nasehat:

1) Memberikan terapi tindakan, operasi, pembedahan

2) Memberikan food suplemen, obat-obatan, dan bahan berkhasiat

3) Memberikan saran-saran pengobatan selanjutnya.

6. Prinsip memilih titik bekam

Pada prinsipnya bekam harus memenuhi kriteria dibawah ini:

a. Memilih sedikit mungkin daerah yang dibekam, sehingga rasa nyeri

yang ditimbulkan oleh bekas luka bekam tidak terlalu banyak.

b. Menghindari daerah-daerah kosmetika, seperti wajah karena bisa

meninggalkan bekas luka.

c. Sedikit mungkin memakai gelas, sehingga lebih efisien. Memakai

gelas yang banyak belum tentu lebih baik disbanding gelas sedikit.

Satu gelas asalkan efektif dan tepat pada titik dan sesuai patofisiologi

penyakitnya, lebih baik dari sepuluh gelas (sepuluh titik) yang

penempatannya tidak memakai teori patofisiologi penyakit.

d. Sedikit titik, namun bisa mengobati banyak penyakit. Beberapa

penyakit menimbulkan keluhan lebih dari satu, sehingga ada yang

membekam disemua keluhan. (Umar, 2008)

Page 26: bab2

7. Cara menemukan titik bekam

Semakin tepat (akurat) dalam menemukan titik bekam, semakin

besar efek kesembuhan yang ditimbulkan. Untuk memperoleh lokasi

titik bekam yang tepat digunakan tiga cara:

a. Cara visual

Cara ini dengan melihat secara teliti titik-titik bekam dalam

gambar. Mencocokkan lokasi bekam ini dapat dilakukan secara

berpasangan dengan temannya. Bisa juga dengan menggunakan

cermin.

b. Cara manual dan visual

Dilakukan dengan melihat gambar/lokasi titik bekam. Lalu jari

tangan diletakkan didaerah tubuh sesuai dengan titik acuan gambar.

Kemudian titik tadi ditekan dengan tangan sesuai dengan titik acuan.

c. Cara kepekaan

Titik bekam punya kepekaan lebih tinggi disbanding dengan

bukan titik bekam. Untuk bisa menemukan titik bekam, pijatlah

daerah-daerah sesuai dengan acuan titik bekam, lalu rasakan

perbedaan antara titik bekam dan titik bukan bekam. Apabila tepat

pada titik bekam, pasien akan merasa adanya “ sensasi lebih enak”

jika penyakitnya bersifat lemah (hipofungsi), dan merasa “lebih sakit”

jika penyakitnya bersifat kuat (hiperfungsi). (Umar, 2008)

8. Tinjauan Fisiologis titik bekam

Penentuan titik bekam merupakan hal yang pokok dalam terapi

bekam. Terapi bekam menggunakan mekanisme jaringan dan prinsip

perwakilan. Jadi tidak semua bagian tubuh dilukai untuk mengeluarkan

darah. Tubuh bagian depan tidak dianjurkan, tubuh bagian belakang

berdekatan dengan pusat susunan saraf dan sumsum tulang belakang.

Titik perwakilan yang dimaksud adalah ganglion yang tersebar di kanan

dan kiri tulang belakang. Ganglion adalah sekelompok atau sekumpulan

badan sel saraf yang terletak diluar sisitem saraf pusat, dan merupakan

kumpulan kelompok inti tertentu yang berasal dari otak atau sumsum

Page 27: bab2

tulang belakang (medulla spinalis). Dalam aplikasi terapi pada titik

perwakilan, dapt terjadi perbaikan pada berbagai organ dan bagian

tubuh.

Ganglion-ganglion sangat saling bergabung membentuk fleksus

(lekukan) simpatis. Terdapat 3 bagian utama ganglion yang membentuk

fleksus masing-masing mewakili berbagai organ.

Fleksus jantung, berada didasar jantung dan berhubungan erat

dengan paru-paru. Fleksus seliaka yang terletak disebelah belakang

lambung dan mempengaruhi organ dalam rongga abdomen. Fleksus

mesentrikus, terletak didepan sacrum (tulang) dan mencapai organ dalam

pelvis (bagian bawah batang tubuh). (Majid, 2009)

a. Titik 1, berada pada pertemuan leher dengan dua bahu. Titik ini

mewakili organ-organ bagian atas. Dapat memperbaiki sirkulasi darah

menuju otak sehingga sangat efektif bagi orang yang mengalami

pusing, migrant, dan sulit tidur (insomnia).

b. Titik 2 dan 3 berada pada posisi searah paru-paru, jantung, dan hati.

Dapat mengeluarkan gas toksik yang berada di paru, mengeluarkan

pathogen yang terdapat di hati dan juga membantu kelancaran

peredaran darah menuju jantung. Gas toksik mudah sekali masuk

kedalam tubuh melalui berbagai mekanisme dan akan terakumulasi di

paru. Jika berlangsung dalam waktu yang lama, tubuh akan

mengalami kerusakan akibat kontaminasi di atas kadar ambang batas.

c. Titik 4 dan 5, mewakili organ-organ dalam tubuh berfungsi untuk

produksi darah, yaitu hati dan sumsum tulang belakang dan sangat

efektif untuk meningkatkan daya imun (daya tahan tubuh).

d. Titik 6 dan 7, titik-titik yang mewakili wilayah tubuh bagian tengah

hingga bawah, yaitu saluran pencernaan dan ginjal.

Lama atau durasi cupping yang dianjurkan adalah 4 menit pada

setiap titik. Karena setiap menit jumlah denyutan jantung berkisar antara

50 hingga 170 kali. Jika diambil rata-rata 100 kali, waktu pengekopan 4

menit telah memadai untuk mengeluarkan darah “kotor” lewat area

pengekopan, yaitu sebanyak 400 kali lewatan darah. Pengekopan lebih

Page 28: bab2

dari 4 menit dapat menyebabkan iritasi kulit, karena suhu dalam area

cupping akan melampaui batas toleransi kulit, sehingga terjadi

pelepuhan kulit.

Dalam terapi bekam, terjadinya pengeluaran darah dari tubuh yang

bermakna detoksifikasi akan berlangsung memberikan rangsang bagi

hati dan sumsum tulang belakang untuk segera menghasilkan sel darah

baru. Sel baru yang terbentuk diharapkan dalam kondisi baik sehingga

dapat menjalankan fungsi secara optimal dari tingkat seluler hingga

sistem organ.

9. Teknik Bekam

Terapi bekam menggunakan tiga prinsip utama, yaitu penghisapan

kulit, penyayatan, dan pengeluaran darah. Secara umum, bekam

mempunyai beberapa teknik yang meliputi:

a. Teknik menghisap udara dan menarik kuloit dengan meliputi:

1) Teknik pelemparan api kedalam tabung

2) Teknik menarik api dari dalam tabung

3) Teknik mendekatkan api didalam dinding tabung

4) Teknik menyalakan api beralaskan uang logam

5) Teknik menghisap dengan herba yang dipanasi

b. Teknik menghisap udara dan menarik kulit tidakdengan api, tetapi

dengan penghisap udara.

1) Dengan tabung/pompa penghisap

2) Dengan karet penghisap

3) Dengan spuid

c. Teknik lanjutan (teknik manipulasi) setelah dilakukan penghisapan

kulit, baik dengan apai maupun tidak dengan api

1) Metode membiarkan tabung

2) Metode menarik api secara berulang

3) Metode menggerakkan tabung

4) Metode mengkombinasikan akupuntur dengan bekam

5) Metode pengeluaran darah

Page 29: bab2

d. Teknik pengeluaran darah

1) Dengan menusuk kulit

2) Dengan menyayat kulit

3) Dengan menghisap ulang

4) Dengan plester penghisap

5) Dengan teknik modern

e. Teknik bekam tanpa mengelurkan darah, disebut hijamah jaaffah

(bekam kering).

10. Pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah

Menurut Amani (2004) mekanisme kerja terapi bekam terjadi di

bawah kulit dan otot yang terdapat banyak titik saraf. Titik-titik ini

saling berhubungan antara organ tubuh satu dengan lainnya sehigga

bekam dilakukan tidak selalu pada bagian tubuh yang sakit namun

pada titik simpul saraf terkait. Pembekaman biasanya dilakukan pada

permukaan kulit (kutis), jaringan bawah kulit (sub kutis) jaringan ini

akan “rusak”. Kerusakan disertai keluarnya darah akibat bekam akan

ikut serta keluar beberapa zat berbahaya seperti serotonin, bistamin,

bradiknin dan zat-zat berbahaya lainnya. Bekam juga menjadikan

mikrosirkulasi pembuluh darah sehingga timbul efek relaksasi pada

otot sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Sutomo, 2008).

II.3 Penelitian Terkait

Beberapa penelitian yang terkait yang pernah dilakukan tentang

hipertensi, antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Misbahul Subhi dengan judul “

perbedaan kadar gula darah pasien diabetes Mellitus pada pengobatan

bekam di klinik Basthotan Holistic Cebter Masjid Agung Jawa Tengah”

tahun 2009. Sampel yang diambil sejumlah 15 responden dengan teknik

accidental sampling. Parameter yang diteliti adalah kadar gula darah

sewaktu sebelum dan setelah dilakukan bekam. Berdasarkan analisis

menggunakan SPSS 16 dengan tingkat kemaknaan untuk menerima Ho

Page 30: bab2

p< 0,05 dan uji normalitas data menggunakan uji Shapiro Wilk

diketahui bahwa data berdistribusi normal. Hasi dari data analisa

menggunakan uji beda rata-rata (Paired Sample t test) didapatkan

bahwa p< 0,05 sehingga Ho di tolak dan Ha diterima, jadi ada

perbedaan kadar gula darah sewaktu sebelum dan setelah dilakukan

bekam (skor rata-rata 243 mg/dl) terlihat lebih rendah (turun) dari pada

kadar gula darah sewaktu sebelum dilakukan bekam (skor rata-rata 345

mg/dl). Hal ini menunjukkan bahwa bekam berpengaruh positif

terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Agis Taufik, S.Kep dengan judul

pengaruh terapi bekam terhadap penurunan kadar asam urat dalam

darah pada pasien hipertensi di Klinik An-Nahil Purwokerto tahun

2010. Penelitian ini bersifat preeksperimental dengan one group pre test

and post test without control group design. Metode pengambilan

sampel adalah purposive sampling. Analisa statistik yang digunakan

pada penelitian ini adalah analisa statistik paired t-test. Rerata kadar

asam urat sebelum dan sesudah terapi bekam berturut-turut 4,91 dan

4,33. Berdasarkan uji t perbedaan kadar asam urat dalam darah sebelum

dan sesudah terapi bekam didapatkan nilai t=2,46 ( p=0,02), nilai p

lebih kecil daripada (α= 0,05). Hal ini menunjukan bahwa ada

perbedaan kadar asam urat dalam darah sebelum dan sesudah terapi

bekam secara bermakna.

Page 31: bab2

II.4 Kerangka Teori

Faktor-faktor resiko hipertensi:

1. Faktor genetik

2. Umur

3. Jenis kelamin

4. Etnis

5. Berat badan

Kejadian hipertensi

Penatalaksanaan

Medis

Terapi bekam

Tekanan darah