bab21

17
4 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Masa nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 - 8 minggu (Sarwono, 2006). Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologi, yaitu: perubahan fisik, Involusi uterus dan pengeluaran lokhia, Laktasi/pengeluaran air susu ibu, Perubahan system tubuh lainnya, Perubahan psikis. Nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu : a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6 - 8 minggu. c. Remote Puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam (Sarwono, 2006).

Upload: normanprabowo

Post on 12-Nov-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ooq

TRANSCRIPT

  • 4BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    A. Pengertian

    Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika

    alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

    berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Masa nifas (Puerperium) adalah masa

    pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali

    seperti pra hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 - 8 minggu (Sarwono, 2006).

    Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologi, yaitu: perubahan fisik,

    Involusi uterus dan pengeluaran lokhia, Laktasi/pengeluaran air susu ibu,

    Perubahan system tubuh lainnya, Perubahan psikis.

    Nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu :

    a. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan

    berjalan-jalan.

    b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang

    lamanya 6 - 8 minggu.

    c. Remote Puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

    sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

    komplikasi.

    Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis

    baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat

    kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam

    24 jam (Sarwono, 2006).

  • 5B. Adaptasi Fisiologis Post Partum

    1. Sistem Reproduksi

    a. Uterus

    Pada akhir kala tiga persalinan, fundus uterus berada setinggi umbilikus

    dan berat uterus 1000 gram. Uterus kemudian mengalami involusi dengan

    cepat selama 7 10 hari pertama, dan selanjutnya proses involusi

    berlangsung lebih berangsur-angsur menjadi kecil sehingga akhirnya

    kembali seperti sebelum hamil.

    Fundus uteri setinggi setengah pusat symphisis. Tebal dinding rahim

    kurang lebih 4 x 5 cm, warna lebih pucat. Dalam 12 jam persalinan, tinggi

    fundus uteri akan naik sampai satu jari diatas pusat. Bila terjdi kenaikan

    yang berlebihan disertai dengan kontraksi uterus yang lembek, biasanya

    disebabkan oleh kandung kemih yang penuh (Blackburn, 2003)

    Istilah involusi digunakan untuk menetapkan terjadinya pengambilan

    ukuran dan kondisi keadaan semula sebelum hamil. Bekas luka plasenta

    akan kembali sembuh dalam 6 minggu. Bila terjadi perlambatan akan

    disebut dengan sub-involusi yang akan menimbulkan gejala / tanda :

    1) Lochea menetap / merah segar

    2) Penurunan fundus uteri lambat

    3) Tonus uterus lembek

    4) Tidak ada perasaan mulas

    b. Lochea

    Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavam uteri dan vagina

    dalam masa nifas.

    Macam-macam lochea :

    1) Lochea rubra (2 - 3 hari post partum)

    Jumlahnya sedang, berwarna merah dan terutama darah, dan bekuan

    mengandung desidua dan tropoblast.

    2) Lochea serosa (hari ketiga sampai kesepuluh)

    Jumlahnya berkurang dan berwarna merah muda (hemoserosa),

    mengandung serum leukosit dan jaringan mati.

  • 63) Lochea alba (hari kesebelas sampai dua minggu)

    Jumlahnya sedikit, berwarna putih atau hampir tidak berwarna,

    mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mukosa, serum. Bau lochea

    normal seperti bau darah menstruasi (amis).

    Bau lochea normal adalah seperti bau darah menstruasi (amis) dan

    jumlah lochea normal 240 - 270 cc. hal penting yang perlu diingat

    bahwa semua daerah yang keluar pervaginam tidak selalu merupakan

    lochea. Hal lain yang merupakan sumber pendarahan pervaginam

    setelah melahirkan adalah adanya laserasi serviks atau adanya

    robekan pada vagina (Bobak, 2005)

    c. Serviks

    Setelah kala III dan segmen uterus merupakan struktur tipis, kolaps dan

    lembek. Pada ekstroserviks akan mendapat luka kecil dan memar, yang

    merupakan kondisi optimal untuk terjadi infeksi setelah melahirkan,

    lubang serviks akan dilatasi hingga 10 cm dan berangsur menutup tetapi

    ostium ekternum tidak akan kembali dan akan berbentuk seperti mulut

    ikan.

    d. Vagina

    1) Edema dan luka-luka pada dinding vagina

    2) Rugae mendasar dan akan kembali pada minggu ketiga

    3) Himen robek diberbagai tempat dan sisa robekan yang masih ada

    disebut dengan Curunculae Mytiformis. Tonus dan kontraksi otot

    vagina akan mengendur, hal ini dapat dikembalikan dengan

    melakukan senam post partum (pengerutan perineal) yang dapat

    dilakukan segera setelah persalinan selesai. Labia mayor dan minor

    juga akan mengendur dan ukuran vagina akan kembali mengecil. Jika

    ada episiotomi akan berpengaruh pada reflek pengosongan kandung

    kemih adequate, biasanya otot kandung kemih akan pulih selama 5-7 hari.

    e. Perubahan Perineum

    Segera setelah persalinan, perineum akan edema dan terdapat perlakuan

    baik-baik yang dibuat (melalui prosedur episiotomi) maupun yang

    spontan. Sering juga terdapat ekimosis (bercak pendarahan pada kulit dan

    selaput lendir).

  • 7Kembalinya Ovulasi dan Menstruasi

    Pada ibu yang tidak menyusui, menstruasi akan terjadi pada sekitar

    minggu ke 6 - 8 post partum. Ibu yang menyusui 45% akan menstruasi

    Anovulatory satu kali atau lebih (80% ibu menyusui). Pada ibu-ibu ini

    terjadi infertilitas dengan penyebab pasti yang belum jelas.

    f. Payudara

    Berbeda dengan perubahan atrofik yang terjadi pada organ-organ pelvis,

    payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas, kecuali jika

    laktasi disupresi. Payudara akan menjadi lebih besar, lebih kencang dan

    mula-mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status

    hormonal serta dimulainya laktasi.

    2. Sistem Gastro Intestinal

    Rasa sering timbul segera selesai persalinan karena banyaknya energi yang

    telah dikeluarkan oleh ibu selama proses persalinan.

    a. Haus dan ingin minum banyak, akibat banyaknya cairan yang keluar

    selama persalinan, baik berupa darah, keringat, maupun kemih dan

    pernafasan.

    b. Buang air besar sering kali kurang lancar karena tonus otot yang

    menurun, tekanan intra abdominal menurun, dan nyeri akibat luka

    perineum, serta kadang-kadang oleh haemoroid.

    3. Sistem Kardiovaskuler

    a. Tanda-tanda vital

    1) Suhu dalam 24 jam pertama mungkin akan meningkat menjadi 380C

    disebabkan oleh kelelahan dan dehidrasi. Bila lebih dari 380C

    setelah 24 jam pertama sampai dengan hari kesepuluh,

    kemungkinan terjadi infeksi

    2) Tekanan darah harus stabil, bila terjadi penurunan sedikit, hal ini

    normal karena adanya proses adaptasi terhadap penurunan dalam

    rongga panggul dan pendarahan. Tetapi bila ada peningkatan dan

    keluhan pusing, perlu diperhatikan.

  • 83) Bradikardi, dengan frekuensi 50 - 70 kali/menit adalah normal untuk

    6 - 10 hari pertama, hal ini mungkin disebabkan karena penurunan

    aliran darah dari jantung.

    4) Takhikardi jarang terjadi, hal ini akan timbul karena pendarahan

    persalinan lama atau sulit.

    4. Sistem Hematologi (darah)

    a. Pada akhir periode post partum, darah harus sudah mulai kembali ke

    keadaan semula

    b. Plasma fibrinogen dipertahankan pada tingkat keadaan hamil selama 1

    minggu post partum

    c. Leukositosis normal pada kehamilan rata-rata sekitar 12.000/mm3. selama

    10 sampai 12 hari pertama setelah bayi lahir, nilai leukosit antara 20.000

    dan 25.000/mm3.(Bobak, 2001)

    d. Kehilangan darah yang normal (250 - 500 cc) pada persalinan normal.

    e. Karena tidak terjadi percepatan pengrusakan sel darah merah, penurunan

    jumlah disebabkan oleh masa hidup mereka yang telah habis

    f. Haemogoblin dan nilai eritrosit bervariasi selama masa nifas dini, tetapi

    harus kembali normal dalam 2 - 6 minggu post partum.

    g. Peningkatan nilai hematokrit.

    5. Sistem Neurologi

    Perubahan pada sistem neurologi selama masa nifas sebagai akibat dari

    adaptasi menjadi seorang ibu setelah hamil dan adanya trauma setelah proses

    melahirkan. Rasa tidak nyaman neurologis yang diinduksi kehamilan akan

    menghilang setelah wanita melahirkan.

    6. Sistem Perkemihan

    Segera setelah persalinan, sering terjadi pengeluaran yang tidak tentu dan

    peningkatan residual urin. Karena kapasitas kandung kemih yang meningkat,

    penurunan sensitifitas tekanan cairan, edema dan perlukaan sekitar uretra, hal

    ini berakibat penurunan sensasi pengisian kandung kemih. Pengeluaran urin

    akan meningkat pada 12 - 24 jam pertama, kurang lebih 2000 - 3000 cc cairan

    ekstraseluler yang meningkat pada kehamilan.

  • 97. Sistem Integumen

    Kloasma akibat kehamilan biasanya akan hilang sampai masa kehamilan

    berlalu. Terjadinya hiperpigmentasi pada areola dan linea nigra mungkin

    akan hilang setelah melahirkan. Namun pada beberapa wanita ada yang

    menetap pada daerah-daerah tersebut. Perubahan daerah vaskuler yang

    abnormal akan menimbulkan nyeri, kemerahan dan epulis, yang merupakan

    respon dari penurunan estrogen setelah selesai melahirkan. Namun tanda

    nyeri pada wanita ada yang menetap dan ada yang hilang.

    8. Sistem Muskuloskeletal

    Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi selama kehamilan dapat

    terlihat dari pemeriksaan puerperium. Adaptasi tersebut meliputi relaksasi

    sampai hipermobilitas persendian dan perubahan tekanan pada ibu

    (persendian yang menopang berat badan ibu), juga terjadi edema karena

    pembesaran uterus. Stabilnya persendian sempurna setelah 6 - 8 minggu

    kelahiran. Bagaimanapun persendian akan kembali seperti sedia kala sebelum

    kehamilan.

    9. Sistem Imunologi

    Imunologi A merupakan suatu anti bodi yang terdapat pada colostrums dan

    air susu berfungsi untuk mencegah menempelnya bakteri permukaan mukosa

    terutama pada traktus gastroenstestinal.

    C. Adaptasi Psikologis Post Partum

    1. Adaptasi Ibu

    a. Fase Ketergantungan Taking In

    Perhatian terutama terhadap kebutuhan dirinya, makin pasif dan

    tergantung. Berlangsung selama 1 - 2 hari, ibu tidak menginginkan kontak

    dengan bayinya, tetapi bukan tidak memperhatikan. Dalam phase ini yang

    diperlukan ibu adalah informasi tentang bayinya bukan cara merawat

    bayi. Pada fase ini ibu juga mengenang pengalaman melahirkan yang baru

    dialami. Untuk pemulihan, perlu memperoleh tidur dan makan yang

    adekuat.

  • 10

    b. Fase Ketergantungan dan Ketidaktergantungan Taking Hold

    Tahap ini dimulai hari ketiga sampai minggu keempat atau kelima, pada

    tahap ini dimulai menerima peran baru dan belajar tentang semua hal yang

    baru.

    c. Fase Saling Ketergantungan Letting Go

    Fase ini dimulai pada minggu kelima sampai minggu keenam dan fase ini

    keluarga telah menyesuaikan diri dengan bayi. Ibu merawat bayinya

    dengan kegiatan sehari-hari yelah kembali (Bobak, 2001)

    2. Adaptasi Ayah

    Ayah terlihat mempunyai keterlibatan yang kuat dengan bayi mereka,

    keterlibatan ayah memberikan kebahagiaan dan perhatian penuh pada

    bayinya. Proses yang diprediksi selama 3 minggu merupakan transisi kemasa

    orang tua, melalui 3 tahap

    a. Harapan

    Pengalaman saat prakonsepsi tentang seperti apabila ada bayi dirumah.

    b. Realitas

    Menyadari harapannya tidak sesuai fakta kesedihan, ambivalensi.

    Kecemburuan, frustasi, tidak dapat berpartisipasi dalam penyusunan

    hasrat untuk berpartisipasi penuh, sangat senang dengan mudahnya dan

    lucunya menjadi ayah.

    c. Transisi kepenguasaan

    Keputusan yang membingungkan untuk mengambil alih dan menjadi aktif

    terlibat dalam kehidupan bayi.

    3. Adaptasi Sibling

    Sibling harus menerima peran barunya jika saudaranya lahir. Biasanya sibling

    cemburu karena ingin mendapatkan perhatian dari orang tuanya, dengan

    berperilaku infantile, bermusuhan/agresif terhadap bayi, sikap ini dapat

    berkuarang bila sibling sering bersama bayi. Misalnya sibling yang lebih

    muda dengan menyentuh kepala dan sibling yang lebih tua dengan

    menyentuh lengan (Bobak, 2001)

  • 11

    D. Penatalaksanaan Medis

    Menurut Moechtar Rustam, 2002, perawatan pasca persalinan meliputi :

    a. Keperawatan

    1) Mobilisasi

    Karena telah sehabis bersalin, ibu harus istirahat tidur terlentang selama 6

    jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring kekanan dan kekiri

    untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboembali. Pada hari ke 2

    diperbolehkan pulang. Mobilisasi mempunyai variasi, tergantung pada

    komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.

    2) Diet

    Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup sekali. Sebaiknya makan

    makanan yang mengandung protein. Banyak cairan, sayur-sayuran dan

    buah-buahan.

    3) Miksi

    Hendaknya kencing dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang wanita

    mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan, oleh kepala janin

    dan spasme oleh iritasi sfingter selama persalinan. Bila kandung kemih

    penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan katerisasi.

    4) Defekasi

    Buang air besar dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit

    buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras diberikan obat

    laktasif peroral atau perektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.

    5) Perawatan Payudara (Mammae)

    Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu

    lemas. Tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayi.

    Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara : pembalutan

    mammae sampai tertekan, pemberian obat estrogen untuk supresi LH

    (seperti table lynoral dan parlodel). Dianjurkan sekali supaya ibu

    menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.

    b. Tes Diagnostik

    Uji lab rutin yang harus di periksa adalah hemoglobin, hematokrit, sel darah

    putih (leukosit). Haemoglobin normal : 12-14 g/dl, Hematokrit : 37-43 %,

    Leukosit 12.000/mm3, dan urin normal 1500 cc.

  • 12

    c. Therapi medik

    1) Obat Analgetik

    Digunakan jika klien merasa pusing dan nyeri yang diakibatkan oleh

    episiotomi

    2) Obat Antipiretik

    Digunakan jika klien mengalami peningkatan suhu tubuh sebagai awal

    dari tanda-tanda infeksi.

    3) Antibiotik

    Digunakan untuk ada inflamasi dan infeksi

    4) Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus dan transfusi

    darah diperlukan sesuai dengan komplikasi yang dijumpai.

    Pemeriksaan yang lain dilakukan pada masa nifas atau post partum, yaitu

    pemeriksaan laboraturium yang berupa pemeriksaan darah terutama

    haemoglobin dan hematokrit. Selain itu, dilakukan juga pemeriksaan urin

    pada ibu post partum yang mengalami infeksi pada saluran kemih.

    E. Pengkajian Keperawatan

    Adapun pengkajian pada pasien pasca persalinan normal menurut Bobak, 2005,

    meliputi :

    1. Pengkajian data dasar klien

    tinjau ulang catatan prenatal dan intraoperatif dan adanya indikasi untuk

    kelahiran abnormal. Sedangkan cara pengumpulan data meliputi observasi,

    wawancara, pemeriksaan fisik melalui inspeksi, palpasi, auskultasi dan

    perkusi.

    a. Identitas klien

    1) Identitas klien meliputi : nama, usia, status perkawinan, pekerjaan,

    agama, pendidikan, suku, bahasa, yang digunakan, sumber biaya,

    tanggal masuk rumah sakit dan jam, tanggal pengkajian, alamat

    rumah.

    2) Identitas suami meliputi : nama suami, usia, pekerjaan, agama,

    pendidikan, suku.

  • 13

    b. Riwayat keperawatan

    1) Riwayat kesehatan

    Data yang perlu dikaji antara lain : keluhan utama saat masuk rumah

    sakit, faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi, adapun yang

    berkaitan dengan diagnosa yang perlu dikaji dalah peningkatan

    tekanan darah, eliminasi, mual atau muntah, penambahan berat badan,

    edeme, pusing, sakit kepala, diplopia, nyeri epigastrik.

    2) Riwayat Kehamilan

    Informasi yang dibutuhkan adalah para dan gravida, kehamilan yang

    direncanakan, masalah saat hamil atau antenatalcare (ANC) dan

    imunisasi yang diberikan pada ibu selama hamil.

    3) Riwayat Melahirkan

    Data yang harus dikaji adalah tanggal melahirkan, lamanya

    persalinan, posisi fetus, tipe melahirkan, analgetik, masalah selama

    melahirkan jahitan pada perineum dan perdarahan.

    4) Data bayi

    Data yang harus dikaji meliputi jenis kelamin, dan berat badan bayi.

    Kesulitan dalam melahirkan, apgar score, untuk menyusui atau

    pemberian susu formula dan kelainan kongenital yang tampak pada

    saat dilakukan pengkajian.

    5) Pengkajian masa nifas atau post partum pengkajian yang dilakukan

    meliputi keadaan umum. Tingkat aktivitas setelah melahirkan,

    gambaran lochea, keadaan perineum, abdomen, payudara, episiotomi,

    kebersihan menyusui dan respon orang terhadap bayi.

    c. Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada ibu masa nifas atau pasca partum

    yaitu :

    1) Rambut

    Kaji kekuatan rambut klien karena sebab diet yang baik selama masa

    hamil mempunyai rambut yang kuat dan segar.

    2) Muka

    Kaji adanya edema pada muka yang dimanifestasikan dengan kelopak

    mata yang bengkak atau lipatan kelopak mata bawah menonjol.

  • 14

    3) Mata

    Kaji warna konjungtiva bila berwarna merah dan basah berarti

    normal, sedangkan berwarna pucat berarti ibu mengalami anemia, dan

    jika konjungtiva kering maka ibu mengalami dehidrasi.

    4) Payudara

    Kaji pembesaran, ukuran, bentuk, konsistensi, warna payudara dan

    kaji kondisi putting, kebersihan putting, adanya Asi.

    5) Uterus

    Inspeksi bentuk perut ibu mengetahui adanya distensi pada perut,

    palpasi juga tinggi fundus uterus, konsistensi serta kontraksi uterus.

    6) Lochea

    Kaji lochea yang meliputi karakter, jumlah warna, bekuan darah yang

    keluar dan baunya.

    7) Sistem perkemihan

    Kaji kandung kemih dengan palpasi dan perkusi untuk menentukan

    adanya distensi pada kandung kemih yang dilakukan pada abdomen

    bagian bawah.

    8) Perineum

    Pengkajian dilakukan pada ibu dengan menempatkan ibu pada posisi

    sinus inspeksi adanya tanda-tanda REEDA (Rednes atau

    kemerahan, echymosis atau perdarahan bawah kulit, edeme atau

    bengkak, discharge atau perubahan lochea, approximation atau

    pertautan jaringan).

    9) Ektremitas bawah

    Ekstremitas atas dan bawah dapat bergerak bebas, kadang ditemukan

    oedema, varises pada tungkai kaki, ada atau tidaknya tromboflebitis

    karena penurunan aktivitas dan reflek patela baik.

    10) Tanda-tanda vital

    Kaji tanda-tanda vital meliputi suhu, nadi, pernafasan dan tekanan

    darah selama 24 jam pertama masa nifas atau pasca partum.

  • 15

    d. Pemeriksaan penunjang

    1) Jumlah darah lengkap hemoglobin atau hematokrit (Hb / Ht):

    mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek

    dari kehilangan darah pada pembedahan.

    2) Urinalis : kultur urine, darah, vaginal, dan lochea, pemeriksaan

    tambahan didasarkan pada kebutuhan individual.

    F. Diagnosa keperawatan

    Diagnosa keperawatan menurut teori pada pasien pasca persalinan normal

    menurut Doengoes, 2001, meliputi :

    1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengn trauma mekanis, edeme

    atau pembesaran jaringan.

    2. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan atau kerusakan

    kulit, penurunan Hb.

    3. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan / mengingat.

    4. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek-efek dehidrasi,

    diare dan nyeri perineal

    5. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek efek hormonal, trauma

    mekanis, edema jaringan.

    6. Resiko tinggi terhadap kekurangan cairan berhubungan dengan intake yang

    tidak adekuat.

    7. Resiko terhadap ketidak adekuatan proses laktasi berhubungan dengan

    tingkat pengetahuan dukungan, usia gestasi bayi, struktur fisik payudara.

    8. Resiko terhadap ketidakefektifan menyusui yang berhubungan dengan tidak

    berpengalaman dan/ payudara membengkak ( Carpenito, Lynda Juall, 2001)

    9. Peningkatan percaya diri dalam keterampilan merawat bayi (Karen & Stolte,

    2004)

    G. Perencanaan Keperawatan

    Rencana asuhan keperawatan pada ibu pasca persalinan normal

    (Doengoes,2001) yaitu :

    Diagnosa 1 : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma

    mekanis, edeme atau pembesaran jaringan.

  • 16

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

    nyeri dapat hilang atau berkurang

    Kriteria hasil :

    1) Klien tampak rileks

    2) Rasa nyaman nyeri dapat berkurang / hilang

    3) Skala nyeri 1-2

    4) Tanda-tanda vital dalam batas normal TD : 120 / 80 mmHg, Nadi : 80-88

    x/mnt, RR : 20 x/mnt, Suhu : 360C.

    Rencana Tindakan :

    1) Tentukan adanya lokasi dan sifat nyeri, tinjau ulang persalinan dan catatan

    kelahiran.

    2) Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi, perhatikan edema, ekimosis,

    nyeri tekan local, eksudat purulen atau kehilangan perlekatan jahitan.

    3) berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam pertama setelah

    proses kelahiran.

    4) anjurkan relaksasi dengan nafas dalam.

    5) inspeksi hemoroid pada perineum, anjurkan penggunaan kompres es selama

    20 menit setiap 4 jam.

    6) kaji nyeri tekan uterus tentukan adanya frekuensi intensitas nyeri.

    7) beri analgesik 30 60 menir sebelum menyusui atau perineum bila

    dibutuhkan.

    Diagnosa 2 : Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan

    kerusakan kulit, penurunan Hb.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

    resiko tinggi terhadap infeksi tidak terjadi.

    Kriteria hasil :

    1) Mendemonstrasikan teknik-teknik untuk menurunkan resiko atau

    meningkatkan penyembuhan.

    2) Menunjukan luka yang bekas dari drainage purulen

    3) Bebas daro infeksi dan karakter normal.

  • 17

    Rencana Tindakan :

    1) Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi, catat tanda-tanda

    menggigil, anoreksia atau malaise.

    2) Infeksi sisi perbaikan episiotomi setiap 8 jam, perhatikan nyeri tekan

    berlebihan, kemerahan, edema atau adanya laserasi.

    3) Perhatikan frekuensi / jumlah berkemih

    4) Anjurkan klien mandi setiap hari dan ganti pembalut

    5) anjurkan klien untuk menggunakan krim antibiotik pada perineum sesuai

    indikasi

    6) Berikan antipiretik.

    Diagnosa 3 : Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan /

    mengingat

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keparawatan 1 x 30 menit maka

    Pengetahuan dapat bertambah

    Kriteria hasil : Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologi,

    kebutuhan-kebutuhan individu, hasil yang diharapkan.

    Rencana Tindakan :

    1) Kaji kesiapan dan motifasi klien untuk belajar, bantu klien atau pasangan

    dalam mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan

    2) Berikan rencana penyuluhan tertulis dengan menggunakan format yang

    distandarisasi atau ceklis

    3) Kaji keadaan fisik klien. Rencanakan sesi kelompok atau individu.

    4) Berikan atau kuatkan informasi yang berhubungan dengan pemeriksaan pasca

    partum lanjutan.

    5) Demonstrasikan tehnik-tehnik perawatan baik.

    Diagnosa 4 : Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek

    efek dehidrasi, diare dan nyeri perineal / rectal.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

    konstipasi tidak terjadi.

  • 18

    Kriteria hasil :

    1) Klien defekasi biasa atau optimal satu hari sekali.

    2) Keluhan saat BAB tidak ada.

    Rencana tindakan :

    1) Auskultasi adanya bising usus, perhatikan kebiasaan pengosongan normal

    atau diastase recti.

    2) Berikan informasi diet yang tepat tentang pentingnya makanan kasar,

    peningkatan cairan dan upaya untuk membuat pola pengosongan normal.

    3) Anjurkan peningkatan tingkat aktivitas dan ambulasi sesuai toleransi

    4) Kaji episiotomi, perhatikan adanya laserasi dan derajat keterlibatan jaringan.

    5) Kolaborasi berikan laksatif, lunak feses, suppositoria atau enema.

    Diagnosa 5 : Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek-efek

    hormonal, trauma mekanis dan edema jaringan.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

    perubahan eliminasi urine tidak terjadi.

    Kriteria hasil :

    1) Berkemih tidak dibantu dalam waktu 6-8 jam setelah kelahiran

    2) Mengkosongkan kandung kemih setiap berkemih.

    Rencana Tindakan :

    1) Kaji masukan cairan dan keluar urine terakhir.

    2) Palpasi kandung kemih, pantau fundus dan likasi serta jumlah aliran lochea.

    3) Perhatikan adanya edema atau laserasi episiotomi dan jenis anastesi yang

    digunakan

    4) Anjurkan berkemih dala 6-8 jam pasca persalinan dan setiap 4 jam setelahnya,

    bila kondisi memungkinkan biarkan klien berjalan kekamar mandi.

    5) Anjurkan klien minum 6 sampai 8 gelas cairan perhari.

    6) Kateterisasi sesuai indikasi

  • 19

    Diagnosa 6 : Resiko tinggi terhadap kekurangan cairan berhubungan

    dengan intake adekuat.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3 x 24 jam

    resiko tinggi terhadap kekurangan cairan berlebihan tidak

    terjadi.

    Kriteria hasil :

    Tetap normotensif dengan masukan cairan dan keluaran urine seimbang,

    haemoglobin dan hematokrit dalam keadaan normal.

    Rencana tindakan :

    1) Catat kehilangan cairan pada waktu kelahiran

    2) Dengan perlahan masase fundus bila uterus menonjol

    3) Perhatikan adanya rasa haus, berikan cairan sesuai toleransi

    4) Evaluasi masukan cairan dan keluaran urune, selama diberikan infus atau

    sampai pola berkemih normal

    5) Kolaborasi ganti cairan yang hilang dengan infus yang mengandung elektrolit

    H. Pelaksanaan

    Implementasi adalah melaksankan strategi dan kegiatan sesuai dengan rencana

    keperawatan. Dalam melaksanakan implementasi seorang perawat harus

    mempunyai kemampuan kognitif. Proses implementasi mencakup pengkajian

    ulang kondisi klien. Memvalidasi rencana keperawatan yang telah disusun,

    menentukan kebutuhan yang tepat untuk memberikan bantuan, melaksanakan

    strategi keperawatan dan mengkomunikasikan kegiatan baikn dalam bentuk lisan

    maupun tulisan.

    Di dalam melakukan asuhan keperawatan, khususnya pada klien post partum

    Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus mampu bekerja sama

    dengan klien, keluarga serta anggota tim kesehatan yang terkait, sehingga asuhan

    keperawatan yang diberikan dapat optimal dan komprehensif.

  • 20

    I. Evaluasi Keperawatan

    Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk

    menilai hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan yang telah dilakukan .

    evaluasi pada ibu post partum meliputi : Dimulainya ikatan keluarga,

    Berkurangya nyeri, Terpenuhi kebutuhan psikologi, Mengekspresikan harapan

    diri yang positif, Komplikasi tercegah / teratasi, Bebas dari infeksi, Pola

    eliminasi optimal,Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologis,

    Dipahami kebutuhan pasca partum (Doenges, 2005).