bab xi kelompok b5
DESCRIPTION
SATRANSCRIPT
BAB XI
PENUTUPAN TAMBANG (MINE CLOSURE) DAN REKLAMASI
Penutupan tambang adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata
kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat dihentikannya kegiatan penambangan
dan/atau pengolahan dan pemurnian untuk memenuhi kriteria sesuai dengan
dokumen Rencana Penutupan Tambang. Kegitan ini juga didampingi dengan
kegiatan reklamasi.
Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha
pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan
ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya.
11.1. Pendahuluan
11.1.1. Latar Belakang
Lokasi PT. Interpid terletak di Dusun Tanggulangin, Desa Tanjungharjo,
Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulonprogo, Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Lokasi penambangan dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua
maupun roda empat. Area penambangan merupakan daerah bukit yang tidak begitu
jauh dari pemukiman penduduk, dan sebagian besar merupakan tempat untuk
perladangan atau kebun bagi penduduk yang tinggal di sekitar daerah tersebut.
Pengaturan rencana penutupan tambang di Indonesia pertama kali diatur
dalam Kepmen PE No.4/1997, kemudian direvisi menjadi Kepmen PE
No.1211.K/1995, dan yang terbaru Peraturan Pemerintah No.18 tahun 2008.
PT. Interpid memiliki izin usaha penambangan (IUP) yang disetujui oleh
Bupati Kabupaten Kulonprogo, dengan luas wilayah izin usaha penambangan
(WIUP) 5 hektar. Luas wilayah yang ditambang adalah 1,26 ha. Selain itu PT.
Interpid juga mendapatkan dokumen UKL/UPL yang diperoleh dari BAPEDALDA.
Kegiatan penambangan dilakukan dengan cara tambang terbuka metode side
hill, jalan menuju ke lokasi penambangan melewati pemukiman penduduk. Lokasi
163
kantornya juga berada cukup dekat dari lokasi penambangan. Di sepanjang jalan,
dibiarkan pohon tetap tumbuh dengan maksud untuk mengurangi polusi udara.
11.1.2. Maksud dan Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang
terganggu sebagai akibat dihentikannya kegiatan penambangan dan atau pengolahan
dan pemurnian untuk memenuhi kriteria sesuai dengan Rencana Penutupan
Tambang.
11.1.3. Pendekatan dan Ruang Lingkup
PT. Interpid bertanggung jawab memberikan bantuan bekal ketrampilan
kepada penduduk sekitar guna menunjang kelangsungan hidupnya melalui
Community Development selama proses penambangan masih berlangsung. Sehingga
dengan berakhirnya aktivitas penambangan diharapkan masyarakat sekitar tambang
tetap memiliki pekerjaan.
11.2. Profil Wilayah
11.2.1. Lokasi dan Kesampaian Wilayah
Kabupaten Kulonprogo merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi
DIY, berjarak sekitar 42 km kearah barat laut dari kota Yogyakarta. Secara
astronomis Kabupaten Kulonprogo terletak pada 07°38’42” ─ 07°59’3” LS dan
110°1’37” ─ 110°16’26”.
Daerah penelitian secara administrasi terletak di Dusun Tanggulangin dan
Dusun Dengok, Desa Tanjungharjo, Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulonprogo,
yang terletak di sebelah Barat Laut dari Daerah Istimewa Yogyakarta.
Untuk mencapai lokasi dapat ditempuh dari Yogyakarta melewati Jalan
Godean dengan kondisi jalan cukup baik karena sudah beraspal sampai Kecamatan
Nanggulan. Pencapaian ke lokasi dapat digunakan dengan kendaraan roda dua dan
roda empat karena jalan desa sudah cukup baik.
11.2.2. Kepemilikan dan Peruntukan Lahan
Status kepemilikan lahan PT. Interpid adalah lahan sewaan. Sedangkan untuk
peruntukkan lahan adalah untuk kegiatan pertambangan.
164
11.2.3. Rona Lingkungan Awal
Kegiatan pertambangan apabila tidak dilaksanakan secara tepat dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, antara lain berupa :
1. Penurunan produktivitas tanah
2. Terjadinya erosi dan sedimentasi
3. Terjadinya gerakan tanah/ longsoran
4. Gangguan terhadap flora dan fauna
5. Perubahan iklim mikro
6. Permasalahan sosial.
Untuk mengatasi permasalahan ini, perlu adanya kebijakan penutupan
tambang yang bertujuan untuk mendorong setiap kebijakan pertambangan dengan
konsep pemanfaatan lahan bekas tambang. Konsep pemanfaatan lahan bekas
tambang tentunya harus sesuai dengan rencana pembangunan daerah. Berikut
Gambaran rona awal sebelum kegiatan penambangan berlangsung :
a) Morfologi
Sebelum dilakukan kegiatan penambangan morfologi daerah Dusun
Tanggulangin terdiri dari dataran dan perbukitan. Pada areal IUP sendiri merupakan
perbukitan dengan tebing yang curam. Pada bagian timur areal IUP terdapat lereng
yang memanjang barat-utara-selatan. Umumnya tebing tersebut ditanami padi. Pada
daerah tersebut terdapat beberapa sungai kering yang akan mengalir pada saat musim
hujan saja.
b) Air permukaan dan air tanah.
Kondisi sebelum penambangan air permukaan dan air tanah dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat untuk kegiatan MCK. Kegiatan penambangan tidak sampai pada
batas air tanah.
c) Biologi akuatik dan terestrial
Biologi Akuatik
Kondisi awal sebelum dilakukan penambangan, Plankton dan Benthos yang
berada di perairan jumlahnya cukup melimpah. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya panduduk yang melakukan budidaya ikan lele.
165
Biologi Terestrial
Flora Teresterial di daerah ini berupa : pohon pisang, pohon kelapa, pohon jati,
pohon nangka, pohon pepaya, pohon jambu, pohon melinjo, pohon mahoni,
asam jawa, jeruk nipis, bayam, cemara, singkong, aren, dan padi. Untuk Fauna
Terestrial di daerah ini berupa : sapi, kambing, ayam, bebek, kerbau, dan
budidaya ikan lele.
d) Sosial dan ekonomi
Sebelum adanya tambang, penduduk Dusun Tanggulangin bermata pencaharian
utama sebagai petani. Pertambangan bentonit pada Dusun Tanggulangin pasti akan
menimbulkan dampak, baik dampak positif maupun dampak negatif terhadap
komponen lingkungan sosial.
11.3. Diskripsi Kegiatan Pertambangan
11.3.1. Keadaan Cadangan
Rencana pembukaan lahan untuk pertambangan seluas 5 hektar, dengan umur
tambang 5 tahun. Penambangan dilakukan dengan alat mekanis (bulldozer, backhoe,
dump truck,) dengan target produksi adalah 50.000 ton/tahun. Kedalaman bentonit di
Dusun Tanggulangin sebagian besar terdapat pada kedalaman kurang lebih 20 cm
dari permukaan. Dengan ini sistem tambang yang dipilih memberikan Mining
Recovery (perolehan tambang) yang maksimal. Mining Recovery adalah
perbandingan antara jumlah cadangan yang bisa digali atau ditambang (cadangan
tertambang dari desain) dengan jumlah cadangan yang diperkirakan (angka yang
diperoleh pada tahap eksplorasi). Jadi, jumlah cadangan terukur adalah 250.300,56
ton.
11.3.2. Penambangan
Tahapan kegiatan penambangan yang dilakukan adalah dengan pembuatan
jenjang dari elevasi tertinggi menuju ke bawah. Serangkaian kegiatan yang dilakukan
dalam tahapan kegiatan penambangan adalah :
a) Pembersihan Lahan
Pembersihan lahan dilakukan untuk menghilangkan semak belukar sebelum
dilakukan pengupasan dan pemindahan lapisan tanah penutup yang dikerjakan secara
mekanis dan manual dengan menggunakan Bulldozer.
166
b) Pengupasan Overburden
Pada umumnya endapan bahan galian masih tertutup oleh lapisan tanah
penutup (top soil), sehingga memerlukan pengupasan. Ketebalan tanah penutup yang
akan ditambang kurang lebih 20 cm. Oleh karena luasan area penambangan yang
tidak terlalu luas dan ketebalan tanah penutup yang relatif tipis, maka tidak dilakukan
proses pengupasan tanah penutup melainkan tanah penutup ikut ditambang bersama
bentonit.
c) Pembongkaran, Pemuatan, dan Pengangkutan
Pembongkaran dan pemuatan dilakukan dengan menggunakan Back Hoe.
Setelah pemuatan bahan galian ke atas bak Dump truck yang di lakukan oleh Back
Hoe, selanjutnya Dump truck membawa mengangkut bahan galian tersebut dalam
tempat pengolahan (stockpile).
d) Pengangkutan
Kegiatan pengangkutan bentonit meliputi pengangkutan dari lokasi tambang
langsung menuju stockpile. Kegiatan pengangkutan dilakukan dengan menggunakan
Dump Truck merk Hino Dutro 130 HD PS.
11.3.3. Pengolahan dan Penanganan
Bentonit hasil penggalian untuk sementara ditampung di stock pile. Ketika
akan melakukan pengolahan bentonit dalam bentuk ROM dari tambang (± 350 mm),
material dari tambang ditampung ditempat penampungan sementara (stockpile).
Untuk meminimal dampak-dampak yang ada, maka PT. Westprog Bentonite
melakukan pemantauan lingkungan dilakukan selama kegiatan penambangan dan
setelah kegiatan penambangan berakhir yaitu selama 1 tahun setelah tambang
ditutup, sebagai tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan sekitar. Adapun
yang dipantau adalah :
a) Kualitas air
Pemantauan kualitas air dilakukan setiap 3 bulan sekali, yaitu meliputi :
- Kekeruhan
- Jumlah zat yang tersuspensi
- pH air.
167
b) Kondisi tanah
Pemantauan kualitas tanah dilakukan setiap 5 bulan sekali.
c) Kondisi udara
Pemantauan kualitas udara dilakukan 2 bulan sekali, terutama pada musim kemarau
karena udara berdebu.
11.3.4. Fasilitas Penunjang
Fasilitas penunjang kegiatan utama yang dilakukan adalah melakukan
pembongkaran sisa-sisa bangunan, transmisi listrik, dan pipa. Pembongkaran
peralatan, mesin, tangki bahan bakar minyak, dan pelumas. Selain itu juga dilakukan
reklamasi lahan bekas sarana transportasi, serta pemulihan (remediasi) tanah yang
terkontaminasi bahan kimia, minyak dan B3.
11.4. Gambaran Akhir Tambang
11.4.1. Peruntukan Lahan
Lahan tempat dilakukan penambangan oleh PT. Interpid, merupakan lahan
yang sudah dilakukan ganti rugi pembebasan lahan, sehingga pada berakhirnya
kegiatan penambangan lahan yang ada akan diserahkan kepada masyarakat sekitar
melalui pemerintah daerah untuk dikelola sesuai dengan rencana. Pada rencana
penggunaan lahan, PT. Interpid memahami sendiri bagaimana cara penambangan
yang baik dan berwawasan lingkungan sehingga pada kegiatan reklamasi dan mine
closure tidak mendapatkan kesulitan, terutama pada kegiatan teknisnya.
11.4.2. Morfologi
Sebelum dilakukan kegiatan penambangan, Dusun Tanggulangin merupakan
daerah yang tidak terlalu subur namun dapat ditanami tumbuhan. Hal ini terlihat dari
pohon-pohon yang tumbuhnya agak jarang. Sedangkan selama dilakukannya
kegiatan penambangan, daerah tadi mengalami perubahan fungsi, sebagai areal
penambangan. Perubahan bentuk topografi merupakan hal yang nyata nampak dari
kegiatan penambangan selain penurunan produktifitas tanah dan terjadinya erosi
serta sedimentasi.
168
11.4.3. Air Permukaan dan Air Tanah
Kualitas air tambang yang dialirkan ke kolam penampungan adalah air yang
sudah bersih karena sudah diendapkan di kolam pengendapan. Aktifitas
penambangan tidak berpengaruh pada air tanah karena muka air tanah masih berada
jauh di bawah pit bottom.
11.4.4. Biologi Akuatik dan Terestrial
Biologi Akuatik
Kondisi akhir setelah dilakukan penambangan, Plankton dan Benthos yang berada
di perairan jumlahnya tidak terlalu terpengaruh karena kegiatan penambangan
jauh dari sungai dan tidak sampai menembus air tanah.
Biologi Terestrial
Kondisi akhir setelah dilakukan penambangan, Flora Teresterial di daerah ini
berupa : pohon pisang, pohon kelapa, pohon jati, pohon nangka, pohon pepaya,
pohon jambu, pohon melinjo, pohon mahoni, asam jawa, jeruk nipis, bayam,
cemara, singkong, aren, dan padi jumlahnya agak berkurang terutama yang berada
di area penambangan. Sedangkan untuk Fauna Terestrial di daerah ini berupa :
sapi, kambing, ayam, bebek, kerbau, dan budidaya ikan lele, jumlahnya tidak
terlalu terpengaruh karena hanya sedikit rumah yang berada di dalam IUP.
11.5. Hasil Konsultasi Dengan Pemangku Kepentingan
Sebelum memutuskan untuk melakukan revegetasi lahan bekas
penambangan, dilakukan konsultasi dengan kepala dusun, kepala desa, ketua RT,
ketua RW, dan tokoh masyarakat serta tokoh agama setempat untuk membicarakan
bagaimana rencana peruntukan lahan bekas tambang tersebut agar dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Hasil dari konsultasi dengan pemangku
kepentingan tersebut adalah lahan bekas tambang dilakukan revegetasi dengan pohon
jati dan pohon kelapa dikelola oleh pekerja dari masyarakat setempat. Sedangkan
bekas bangunan kantor, pabrik pengolahan dan sebagian fasilitas lainya akan
dihibahkan ke pemerintah daerah setempat untuk digunakan sebagai sarana
pengembangan masyarakat.
169
11.6. Program Penutupan Tambang
Setelah kegiatan penambangan selesai, PT. Interpid kemudian melakukan
kegiatan-kegiatan pasca tambang yang meliputi :
a. Reklamasi
Reklamasi tambang dilakukan pada lahan bekas penambangan mulai tahun
ke-4. Dimulai dengan kegiatan pembersihan lahan yang selanjutnya akan dilakukan
pemupukan lahan agar kebutuhan unsur hara tanaman terpenuhi. Lahan yang sudah
siap tidak semuanya akan ditanami pohon jati dan pohon kelapa. Hanya 5.555 m2
yang akan ditanami pohon jati dan pohon kelapa, sedangkan sisanya akan digunakan
kembali oleh warga untuk lahan perkebunan lainnya. Kegiatan ini akan terus
dilakukan pemantauan sampai dirasakan keadaan lokasi bekas penambangan tidak
mengganggu kestabilan lingkungan alam. Kegitan rehabilitasi antara lain adalah :
(1) Lokasi Lahan yang Akan Direklamasi
Lokasi lahan yang akan direklamasi seluas 1,26 Ha yang dan terdiri atas
bentonit yang tersebar merata di seluruh area bekas tambang. Tanah bekas
penambangan digemburkan dengan cara dipupuk agar dapat dimanfaatkan untuk
perkebunan dan penanaman pohon jati dan pohon kelapa. Jalan tambang yang ada
tetap dipertahankan sebagai akses masuk menuju ke lokasi revegetasi. Adapun
bangunan yang tetap dipertahankan pasca kegiatan penambangan adalah bangunan
bekas kantor, bekas pos satpam, dan bekas pengolahan. Bangunan dipertahankan
guna kepentingan pasca revegetasi (tempat penyimpanan pupuk dan peralatan
perkebunan) dan masyarakat bila diperlukan. Untuk kolam pengendapan dan
penampungan tetap dipertahankan agar selanjutnya dapat digunakan oleh masyarakat
sekitar untuk kebutuhan sehari-hari.
(2) Teknik dan Peralatan yang Akan Digunakan dalam Reklamasi
Kegiatan reklamasi yang akan dilakukan adalah dengan menanam pohon jati
dan pohon kelapa pada area bekas tambang. Kegiatan ini dimulai dengan perataan
lahan dengan menggunakan Bulldozer kemudian dilanjutkan dengan penggemburan
tanah. Untuk menggemburkan tanah, dilakukan pemupukan dengan menggunakan
pupuk kandang dan pupuk NPK yang kemudian akan dicampukan agar pupuk-pupuk
tersebut tercampur dengan tanah seluruhnya. Setelah tanah siap maka proses
penanaman sudah dapat dilakukan.
170
(3) Revegetasi
Jenis tanaman yang akan digunakan untuk proses reklamasi adalah jati dan
pohon kelapa karena tanaman tersebut dirasa cocok tumbuh di daerah bekas
penambangan dan memiliki nilai yang lebih tinggi dari tanaman sebelumnya
sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Revegetasi yang dilakukan
menggunakan pohon jati sebanyak 80 bibit dan pohon kelapa 100 bibit yang akan
ditanam dengan pada area seluas 5.555 m2 dengan jarak tanam 3x3 antar pohon.
Gambar 11.3.Alur kegiatan revegetasi
(4) Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan melakukan pemupukan. Setelah
pohon jati relatif dewasa dilakukan pemangkasan ranting agar pohon tumbuh lurus.
Serta dilakukan pembesihan gulma di sekitar tanaman jati, sedangkan untuk pohon
kelapa hanya dipupuk dan dihilangkan tanaman gulma disekitarnya.
171
Gambar 11.4.Pohon jati
b. Penutupan Tambang
(1) Tapak Bekas Tambang
Kegiatan utama yang dilakukan adalah melakukan pembongkaran fasilitas
tambang, dan reklamasi bekas fasilitas tambang, lokasi penambangan, dan bekas
kolam pengendapan serta pengamanan semua bukaan tambang yang berpotensi
bahaya terhadap manusia.
(2) Fasilitas Pengolahan
Kegiatan utama yang dilakukan adalah melakukan pembongkaran fasilitas
pengolahan dan reklamasi bekas fasilitas pengolahan, serta stabilisasinya, dan
pemulihan (remediasi) tanah yang terkontaminasi bahan kimia, minyak dan B3.
(3) Fasilitas Penunjang
Kegiatan utama yang dilakukan adalah melakukan pembongkaran sisa-sisa
bangunan, transmisi listrik, dan pipa. Pembongkaran peralatan, mesin, tangki bahan
bakar minyak, dan pelumas. Selain itu juga dilakukan reklamasi lahan bekas sarana
transportasi, serta pemulihan (remediasi) tanah yang terkontaminasi bahan kimia,
minyak dan B3.
b) Pemeliharaan dan Perawatan
172
Yang dimaksud adalah pemeliharaan dan perawatan terhadap tapak bekas
tambang, lahan bekas fasilitas pengolahan, dan lahan bekas fasilitas penunjang.
c) Sosial dan Ekonomi
Kegiatan penting yang dilakukan adalah penanganan pengurangan dan
pemutusan hubungan kerja, bimbingan, dan bantuan untuk pengalihan pekerjaan bagi
karyawan. Kegiatan lainnya adalah pengembangan usaha alternatif untuk masyarakat
lokal yang disesuaikan dengan program-program coorporate social responsibility
(csr) ataupun dari Comdev (community development).
173
Gambar 11.1.
Proses penyusunan dokumen rencana penutupan tambang
174
11.7. Pemantauan
Pekerjaan penataan lahan merupakan bagian dari pemantauan lingkungan,
dikonsentrasikan pada reklamasi lahan bekas tambang, penataan kolam sedimen,
stabilitas lereng, kualitas air, dan menutup tanah buangan (waste) serta daerah-daerah
yang berpotensi untuk membentuk air asam tambang. Kegiatan rehabilitasi
dikonsentrasikan pada penanaman tanaman cover crop dan jenis tanaman yang
sesuai daerah dan bernilai ekonomis dan bermanfaat bagi masyarakat.
Hasil pemantauan serta pelaporannya mengenai :
a) Kestabilan Fisik
Pemantauan kestabilan lereng, keamanan bangunan pengendali erosi, dan
sedimentasi, penimbunan material penutup, serta fasilitas lain.
b) Air Permukaan dan Air Tanah
Pemantauan terhadap kualitas air kolam penampungan, sungai, air sumur di
sekitar lokasi bekas tambang, sumur pantau, air di kolam bekas tambang, dan lain-
lain.
c) Flora dan Fauna
Pemantauan terhadap flora dan fauna akuatik dan terestrial.
d) Sosial dan Ekonomi
Pemantauan sosial dan ekonomi (demografi, mata pencaharian, kesehatan,
pendidikan, dan lain-lain).
11.8. Organisasi
Organisasi untuk mine closure tidak begitu banyak, hanya memerlukan
beberapa divisi maupun staf–staf dikarenakan lingkup kerjanya hanya untuk
pengelolaan dan pemantauan kegiatan yang telah direncanakan. Adapun staf–staf
yang melakukan pengerjaan mine closure adalah yang tercantum di diagram
organisasi, kegiatan yang dilakukan antara lain bertanggung jawab dan mengawasi
atas K3, perawatan berkala, melakukan rehabilitasi, pemantuan terhadap semua
kegiatan dalam mine closure.
175
Adapun organisasi pada bagian penutupan tambang adalah sebagai berikut :
Gambar 11.2.
Diagram alir organisasi mine closure
11.9. Rencana Biaya Penutupan
Perhitungan biaya penutupan tambang terdiri dari :
a. Biaya Langsung
Uraian mengenai biaya yang perlu dihitung dalam penyusunan rencana biaya
penutupan tambang meliputi :
1) Pembongkaran bangunan dan sarana penunjang yang sudah tidak digunakan,
kecuali ditentukan lain;
2) Reklamasi tapak bekas tambang, fasilitas pengolahan dan pemurnian,
serta fasilitas penunjang;
3) Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) serta Iimbah B3;
4) Pemeliharaan dan perawatan;
5) Pemantauan; dan
6) Aspek sosial, budaya, dan ekonomi.
176
DIVISI LINGKUNGAN, K3,
DAN COMDEV
BAG. LINGKU-
NGAN
STAFF
BAG. K3
STAFF
BAG. COMDEV
STAFF :
- LISTRIK- MEKANIK
- PENAMBA- NGAN
b. Biaya Tidak Langsung
Uraian mengenai biaya yang harus dimasukkan dalam perhitungan reklamasi dan
sedapat mungkin ditetapkan dengan menggunakan standar acuan, yang ditentukan
sebagai berikut :
1) Biaya mobilisasi dan demobilisasi alat sebesar 2,5% dari biaya langsung atau
berdasarkan perhitungan.
2) Biaya perencanaan reklamasi sebesar 2% - 10% dari biaya langsung.
3) Biaya administrasi dan keuntungan kontraktor sebesar 3% - 14% dari
c. Biaya Langsung
4) Biaya supervisi sebesar 2% - 7% dari biaya langsung.
5) Total biaya.
Uraian mengenai total biaya langsung ditambah dengan biaya tidak langsung dan
biaya-biaya tersebut sudah harus memperhitungkan pajak-pajak yang berlaku dan
dibuat dalam mata uang Rupiah.
177