bab viii penutup -...

14
235 Bab VIII Penutup Ruang publik di wilayah perkotaan merupakan magnet yang memiliki daya tarik tersendiri bagi para pelaku usaha sektor informal. PKL merupakan aktivitas ekonomi sektor informal yang cukup menjanjikan dan diminati oleh masyarakat migran di kota-kota besar, aktivitasnyapun memberi dampak terhadap lingkungan di mana mereka beraktivitas, sehingga pemerintah selalu memberi perhatian terhadap eksistensi mereka. Tidak jarang terjadi persoalan yang menyita waktu, tenaga dan materi dalam menata wilayah tersebut sesuai peruntukannya. Banyak pemerintah daerah yang disibukkan dengan berbagai persoalan dalam hal penataan wajah kota dari berbagai permasalahan, salah satu sumber permasalahan yang ditemui pada kota-kota besar adalah terganggunya aktivitas masyarakat kota karena banyaknya pelaku sektor informal yaitu munculnya PKL yang tidak terkendali. Fenomena penertiban PKL di kota-kota besar selalu menjadi peristiwa harian yang tiada henti. Hampir setiap saat PKL harus bersiap perihal kejadian-kejadian penertiban tempat berdagang karena menempati ruang publik tanpa seizin pemerintah daerah. Dengan banyaknya persoalan yang diakibatkan oleh eksistensi PKL di kota- kota besar, maka pemerintah membuat kebijakan melalui regulasi yang melarang PKL berjualan di tempat-tempat umum. Kebijakan dimaksud untuk mengendalikan perkembangan jumlah PKL secara tidak terkendali, sekaligus mengurangi permasalahan yang muncul akibat aktivitas PKL di ruang publik. Kebijakan pemerintah daerah untuk melakukan penataan fisik kota dengan memperindah tampilan wajah kota agar lebih menarik, dengan ruang publik yang aman dan nyaman sudah sepatutnya

Upload: dinhanh

Post on 06-May-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab VIII Penutup - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13099/8/D_902013005_BAB... · aktivitasnyapun memberi dampak terhadap ... aktivitas PKL di ruang publik

235

Bab VIII

Penutup

Ruang publik di wilayah perkotaan merupakan magnet yang

memiliki daya tarik tersendiri bagi para pelaku usaha sektor informal.

PKL merupakan aktivitas ekonomi sektor informal yang cukup

menjanjikan dan diminati oleh masyarakat migran di kota-kota besar,

aktivitasnyapun memberi dampak terhadap lingkungan di mana

mereka beraktivitas, sehingga pemerintah selalu memberi perhatian

terhadap eksistensi mereka. Tidak jarang terjadi persoalan yang

menyita waktu, tenaga dan materi dalam menata wilayah tersebut

sesuai peruntukannya. Banyak pemerintah daerah yang disibukkan

dengan berbagai persoalan dalam hal penataan wajah kota dari

berbagai permasalahan, salah satu sumber permasalahan yang ditemui

pada kota-kota besar adalah terganggunya aktivitas masyarakat kota

karena banyaknya pelaku sektor informal yaitu munculnya PKL yang

tidak terkendali.

Fenomena penertiban PKL di kota-kota besar selalu menjadi

peristiwa harian yang tiada henti. Hampir setiap saat PKL harus bersiap

perihal kejadian-kejadian penertiban tempat berdagang karena

menempati ruang publik tanpa seizin pemerintah daerah. Dengan

banyaknya persoalan yang diakibatkan oleh eksistensi PKL di kota-

kota besar, maka pemerintah membuat kebijakan melalui regulasi yang

melarang PKL berjualan di tempat-tempat umum. Kebijakan dimaksud

untuk mengendalikan perkembangan jumlah PKL secara tidak

terkendali, sekaligus mengurangi permasalahan yang muncul akibat

aktivitas PKL di ruang publik.

Kebijakan pemerintah daerah untuk melakukan penataan fisik

kota dengan memperindah tampilan wajah kota agar lebih menarik,

dengan ruang publik yang aman dan nyaman sudah sepatutnya

Page 2: Bab VIII Penutup - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13099/8/D_902013005_BAB... · aktivitasnyapun memberi dampak terhadap ... aktivitas PKL di ruang publik

Partisipasi Publik dan Harmoni Sosial

236

dilakukan oleh pemerintah. Tetapi penggusuran dan tindak kekerasan

yang dilakukan terhadap PKL sebagai implementasi peraturan daerah

adalah hal yang tidak dapat dibenarkan dari segi hukum, kemanusiaan

dan keadilan (Handoyo, 2012). Realita tersebut menimbulkan masalah

tersendiri bagi pemerintah dengan dampak yang kompleks karena

pemerintah diperhadapkan pada situasi dilematis. Pertentangan antara

kebutuhan hidup warga masyarakat dan kepentingan pemerintah akan

berbenturan kuat dan menimbulkan friksi di antara keduanya. Para

PKL yang umumnya tidak memiliki keahlian khusus mengharuskan

mereka bertahan dalam suatu kondisi yang memprihatinkan, dengan

begitu banyak kendala yang harus dihadapi di antaranya kurangnya

modal, tempat berjualan yang tidak menentu, kemudian ditambah

dengan berbagai aturan seperti adanya perda yang melarang

keberadaan mereka. Melihat kondisi seperti ini, maka seharusnya

semua tindakan pemerintah didasarkan atas kepentingan masyarakat

atau ditujukan untuk kesejahteraan rakyat.

Berangkat dari fakta tersebut maka pemerintah daerah ketika

merumuskan sebuah kebijakan, perlu mengakomodir berbagai

kepentingan dengan melibatkan pihak-pihak berkepentingan untuk

bersama-sama mencari solusi terhadap permasalahan yang terjadi di

kota. Pengalaman partisipasi PKL dan semua stakeholder di Kota

Salatiga dalam mengupayakan sebuah regulasi untuk mengatur

aktivitas PKL secara bijak sehingga terwujud sebuah kondisi yang aman

dan damai, merupakan pengalaman berharga yang patut ditelaah dari

kaca mata ilmiah dan dapat dijadikan contoh bagi kota ataupun daerah

lain dalam penataan PKL secara bijak.

Langkah bijak yang telah dilakukan pemerintah daerah Kota

Salatiga dengan mengakomodir kepentingan masyarakat melalui

partisipasi publik dalam perumusan penataan pedagang kaki lima,

dengan melibatkan PKL dan stakeholder lainnya adalah sebuah

langkah preventif yang menghasilkan terwujudnya harmoni sosial di

atara semua pihak tanpa larut dalam konflik berkepanjangan. Nilai-

nilai kebersamaan dalam partisipasi merupakan modal utama bagi

langgengnya sebuah partisipasi dan harmoni sosial, sehingga sekalipun

Page 3: Bab VIII Penutup - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13099/8/D_902013005_BAB... · aktivitasnyapun memberi dampak terhadap ... aktivitas PKL di ruang publik

Penutup

237

telah lama dilewati proses implementasi dari sebuah kebijakan, tetapi

partisipasi dan harmoni sosial tetap terjaga.

Melalui pengalaman partisipasi publik dalam perumusan

penataan PKL Kota Salatiga, serta peran PKL dan stakeholder dalam

partisipasi, penulis menemukan pula nilai-nilai yang mengikat di

antara PKL dan stakeholder, sehingga sekalipun prosesnya telah

berlangsung dalam waktu yang cukup lama tetapi partisipasi dan

harmoni sosial tetap terjaga. Model penataan PKL Kota Salatiga dapat

diadopsi ataupun direplikasi di daerah lain, karena konflik dengan

eskalasi tinggi dapat diredam melalui upaya bersama tanpa ada

tendensi politik dari pahak-pihak yang berkepentingan. Harus diakui

bahwa kondisi tersebut seringkali dijadikan komoditas politik oleh elit

birokrat maupun elit politik, dalam konteks partisipasi PKL dan

stakeholder Kota Salatiga ditemukan juga upaya-upaya dari para elit

melalui tawaran dana serta fasilitas untuk mencari panggung. PKL dan

stakeholder secara tegas menolak pendekatan dimaksud dengan lebih

mengedepankan kebersamaan melalui swadaya menggunakan potensi

internal yang mereka miliki, sehingga perjuangan mereka bebas dari

kepentingan elit. Dari realita tersebutlah penulis menyimpulkan

tulisan ini.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini terdapat beberapa fenomena menarik

terkait eksistensi PKL serta partisipasi dalam perumusan kebijakan

penataan PKL yang muncul dari masyarakat. Inisiatif untuk membuat

sebuah regulasi berasal dari masyarakat sendiri sehingga konflikpun

dapat diredam dalam beberapa waktu tanpa berlarut-larut. Berdasarkan

pengalaman tersebut maka pada bagian ini sebagai akhir dari

penelusuran penelitian maka kesimpulannya adalah sebagai berikut:

Pertama, partisipasi yang dilakukan oleh PKL dan stakeholder

merupakan sebuah tanggung jawab atas kesadaran bersama dalam

membangun hubungan di antara mereka demi terwujudya sebuah

tatanan kehidupan yang baik. Tanpa adanya rasa memiliki serta

Page 4: Bab VIII Penutup - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13099/8/D_902013005_BAB... · aktivitasnyapun memberi dampak terhadap ... aktivitas PKL di ruang publik

Partisipasi Publik dan Harmoni Sosial

238

tanggung jawab dari semua pihak maka tidak akan mungkin resolusi

konflik terlaksana dengan baik jika masing-masing pihak merasa yang

paling benar tanpa memikirkan kepentingan bersama. Partisipasi yang

terbangun pada PKL dan stakeholder dalam mengupayakan adanya

sebuah kebijakan pemerintah kota melalui Perda Nomor 2 tahun 2003

dilandasi oleh kepedulian terhadap nilai-nilai kemanusiaan untuk

saling menghargai dan menopang keberlangsungan kehidupan baik

pribadi mapun kelompok. Partisipasi memiliki wajah yang

multidimensi karena di dalamnya membutuhkan keterlibatan berbagai

pihak. Partisipasi semakin baik apabila keinginan masyarakat untuk

membangun tatanan kehidupan yang lebih baik, direspon positif oleh

pihak pemerintah sehingga masyarakat merasa diberi ruang untuk

kreativitas mereka. Tanpa adanya peran pemerintah dalam merespon

niat baik warga sebagai wujud partisipasi dalam mencari solusi

terhadap suatu persoalan maka sangat sulit menemukan kesamaan

persepsi dari semua pihak yang terlibat dalam proses partisipasi.

Kedua, pondasi utama dari partisipasi adalah seberapa baiknya

komunitas masyarakat di suatu tempat, mampu mencari solusi ataupun

keluar dari persoalan yang melilit mereka. Bagaimana kemampuan

mereka dalam mengelola persoalan yang dimulai dari tahap assessment, tahap perencanaan, implementasi, dan evaluasi adalah wujud

partisipasi aktif dalam menjawab persoalan. Peran PKL dan stakeholder

Kota Salatiga dalam partisipasi perumusan kebijakan publik sangat luar

biasa. Melalui aktor partisipasi baik berasal dari pihak PKL sendiri

maupun stakeholder secara proaktif menggerakkan partisipasi dengan

memanfaatkan sumber daya yang mereka miliki adalah kunci

suksesnya partisipasi. Dengan ditetapkannya Perda Nomor 2 tahun

2003, maka hal tersebut menunjukkan bahwa partisipasi PKL bersama

seluruh stakeholder berjalan dengan baik dan sukses. Aktor intelektual

yang merancang konsep resolusi konflik serta partisipasi yang ditopang

oleh PKL dan seluruh stakeholder berasal dari FMPS sendiri, sebagai

bagian dari masyarakat Kota Salatiga yang peduli dengan kondisi saat

itu. Dari kolaborasi yang solid antara aktor dan PKL, serta seluruh

stakeholder maka kondisi kota yang semrawut serta konflik dengan

berbagai dampakpun dapat dihidari melalui partisipasi bersama.

Page 5: Bab VIII Penutup - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13099/8/D_902013005_BAB... · aktivitasnyapun memberi dampak terhadap ... aktivitas PKL di ruang publik

Penutup

239

Ketiga, sejak terbangunnya partisipasi PKL dan stakeholder

tahun 2002 serta adanya kebijakan pemerintah daerah melalui

Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2003, maka sampai saat ini kondisi

kota Salatiga tetap kondusif dan terhindar dari konflik. Konflik

multidimensi karena melibatkan banyak pihak dapat diredam melalui

partisipasi aktif semua pihak dalam menyikapi sejumlah permasalahan

khususnya eksistensi PKL di Kota Salatiga. Hal tersebut tidak terjadi

dengan sendirinya tetapi situasi kondusif dalam waktu yang cukup

lama dipengaruhi oleh nilai kebersamaan, komitmen dan nilai

kemanusiaan baik dalam mencari nafkah maupun saling peduli untuk

sama-sama membangun tatanan kehidupan yang lebih baik. Baik PKL

maupun stakeholder utama, kekuatan lain yang mempersatukan

mereka adalah faktor ekonomi, dimana mereka merasa sama-sama

harus saling menopang demi menghidupi keluarga dan memenuhi

kebutuhan lainnya. Seiring dengan dinamika perkembangan PKL maka

terjadi perubahan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2003 menjadi

Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2015. Perubahan tersebut semakin

menguatkan bangunan partisipasi sebagai warisan yang telah dibangun

sejak tahun 2002. Harmoni sosial yang terbangun antara PKL dan

stakeholder didasarkan pada nilai budaya yang secara umum dikenal

oleh masyarakat Jawa dan menjadi corak budaya Nusantara yaitu

demokrasi, gotong royong, egaliter, dan religius. Nilai-nilai inilah yang

diyakini oleh PKL di Kota Salatiga dan stakeholder sebagai sebuah

panutan dalam kehidupan bermasyarakat yang majemuk sehingga

konsep Bhineka Tunggal Ika benar-benar dipraktekkan dalam wujud

saling menopang dalam perbedaan. Langgengnya harmoni sosial diikat

oleh keyakinan pada nilai luhur budaya bangsa merupakan local wisdom yang patut dilestarikan oleh setiap warga masyarakat sehingga

keseimbangan hidup dalam perbedaan tetap terjaga.

Kontribusi Teori

Partisipasi publik dalam perumusan sebuah kebijakan pada

umumnya diawali oleh arahan ataupun perintah dari atas, ketika para

elit melihat sejumlah problematika ataupun kebutuhan masyarakat

Page 6: Bab VIII Penutup - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13099/8/D_902013005_BAB... · aktivitasnyapun memberi dampak terhadap ... aktivitas PKL di ruang publik

Partisipasi Publik dan Harmoni Sosial

240

yang harus disikapi untuk mencari solusi bersama. Karena itu jarang

sekali masyarakat yang menjadi penggerak utama dalam setiap

perumusan kebijakan, sebab pada prinsipnya kebijakan adalah

kewenangan pemerintah. Penelitian ini memiliki kontribusi teori

terhadap tahapan proses partisipasi serta tahap-tahap dalam proses

penyusunan kebijakan publik. Menurut Pujualwanto (2012), partisipasi

merupakan proses yang mempunyai makna dan nilai signifikan bagi

peningkatan kapasitas masyarakat dalam mengelola masalah.

Partisipasi adalah proses untuk memecahkan masalah pembangunan

yang terjadi dalam sebuah komunitas, melalui interaksi antara

masyarakat dan negara dalam aktivitas nyata, dengan pengelolaan dan

mekanisme tertentu untuk mencapai tujuan, berbasis nilai tradisional

yang rasional sebagai perwujudan realitas dinamika kehidupan sosial

bermasyarakat dalam satu komunitas.

Berdasarkan penjelasan tersebut jika disinkronkan dengan

realitas kehidupan masyarakat dalam mencari solusi bersama atas setiap

problematika yang mereka alami, maka relasi antar sesama masyarakat

adalah modal untuk membangun relasi dengan pihak pemerintah

sebagai penentu sebuah kebijakan. Relasi yang dibangun oleh

masyarakat sebagai pemangku kepentingan akan mempererat serta

memperkuat ikatan emosional dalam komunitas formal sehingga

semakin besar partisipasi dalam mencari solusi atas permasalahan yang

dihadapi. Dengan demikian maka tinggi rendahnya tingkat partisipasi

masyarakat tergantung juga pada seberapa kuat relasi yang terbangun

di antara mereka.

Dalam hubungan dengan proses partisipasi yang terjadi di

masyarakat, terdapat pemikiran dari beberapa ahli yang secara khusus

membahas tahapan partisipasi. Tahapan partisipasi menurut Uphoff

(1986: 127), terdiri atas empat bagian besar yaitu: perencanaan,

pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi. Sedangkan menurut Ndraha

(Pujoalwanto 2012:277), melihat tahapan partisipasi terdiri atas:

infomasi, perencanaan, penentuan anggaran, hasil, evaluasi. Seirama

dengan kedua ahli di atas, Kaho (Pujoalwanto 2012), membahas

tahapan partisipasi terdiri atas: pembuatan keputusan, pelaksanaan,

Page 7: Bab VIII Penutup - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13099/8/D_902013005_BAB... · aktivitasnyapun memberi dampak terhadap ... aktivitas PKL di ruang publik

Penutup

241

pemanfaatan, monitoring, dan evaluasi. Berdasarkan pemikiran terkait

proses partisipasi jika dihubungkan dengan konteks partisipasi PKL dan

stakeholder di Kota Salatiga, maka semua unsur telah dilaksanakan

secara baik mulai dari perencanaan sampai dengan tahap evaluasi.

Penelitian ini melihat bahwa kekuatan utama dari partisipasi

PKL dan stakeholder adalah kemampuan mereka dalam membangun

relasi melalui konsolidasi untuk mengorganisir diri dengan

membentuk paguyuban-paguyuban serta saling menopang antara satu

dengan lainnya. Ketika mengkaji teori partisipasi yang dikemukakan

oleh Arnstein (1969). Secara spesifik mengemukakan untuk

mengetahui kualitas relasi antar pemangku kepentingan, khususnya

antara masyarakat dan negara dalam pengelolaan pembangunan,

relevan diketahui derajat partisipasi yang terjadi. Derajat partisipasi

menjadi salah satu hal yang menarik dalam partisipasi terkait dengan

kualitas partisipasi yang dihasilkan.

Menurut Arnstein (1969), derajat partisipasi sering juga disebut

dengan tangga partisipasi. Tahapan yang paling rendah adalah ketika

masyarakat hanya sebagai pengikut, sedangkan pada tahapan yang

paling tinggi ketika masyarakat mempunyai kewenangan untuk

mengontrol suatu kegiatan. Inilah derajat partisipasi yang menjadi

impian masyarakat dalam era demokrasi sekarang ini. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa derajat partisipasi masyarakat (PKL dan

stakeholder) Kota Salatiga berada pada tangga yang paling tinggi

karena delegasi kekuasaan, masyarakat diberi limpahan kewenangan

untuk memberikan keputusan dominan pada rencana tertentu. Kendali

masyarakat, masyarakat memiliki kekuatan untuk mengatur program

yang berkaitan dengan kepentingan mereka. Pada konteks delegasi

kekuasaan dan kendali masyarakat sebagaimana dijelaskan Arnstein,

berada pada tangga tertinggi sehingga partisipasi dalam

memperjuangkan kepentingan bersama lewat patisipasi publik dalam

perumusan kebijakan penataan PKL yang melahirkan regulasi (Perda

Nomor 2 Tahun 2003) adalah wujud suksesnya partisipasi masyarakat.

Page 8: Bab VIII Penutup - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13099/8/D_902013005_BAB... · aktivitasnyapun memberi dampak terhadap ... aktivitas PKL di ruang publik

Partisipasi Publik dan Harmoni Sosial

242

Gambar 8. 1 Model Partisipasi PKL dan Stakeholder dalam Perumusan

Kebijakan Publik

Penelitian ini membuktikan bahwa tahapan partisipasi diawali

dari adanya masalah sebagaimana telah dijelaskan pada bab

pendahuluan tentang konflik multidimensi, baik yang berasal dari atas

atau dari bawah, kemudian dikuti dengan identifikasi kebutuhan

(assessment), penentuan prioritas, perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi (lihat Gambar 8.1). Hasil penelitian ini memberikan kontribusi

terhadap tahapan partisipasi masyarakat dimulai dari identifikasi

permasalahan, penentuan prioritas, kemudian diikuti perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi. Tahapan tersebut merupakan sebuah urutan

dalam rangkaian yang utuh untuk mencapai tujuan. Membangun

partisipasi masyarakat dalam konteks PKL dan stakeholdernya bukan

perkara yang mudah, karena begitu kompleks dan heterogen didorong

oleh kepentingan masing-masing golongan. Belum lagi adanya

persoalan laten di antara paguyuban PKL itu sendiri, sehingga tidak

memungkinkan terbangunnya sebuah partisipasi. Mengatasi persoalan

ini, maka langkah awal yang dilakukan adalah melakukan resolusi

konflik, baik itu antar paguyuban PKL maupun dengan stakeholder.

Melalui resolusi konflik ini, diharapkan terbangunnya kepedulian

bersama terhadap persoalan penataan PKL, sehingga dapat terbangun

sebuah kekuatan yang solid untuk menciptakan sebuah kondisi yang

kondusif memungkinkan bagi semua pihak untuk mencari nafkah

Page 9: Bab VIII Penutup - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13099/8/D_902013005_BAB... · aktivitasnyapun memberi dampak terhadap ... aktivitas PKL di ruang publik

Penutup

243

tanpa merugikan siapapun. Gambar 8.1 merupakan sebuah model dari

partisipasi PKL dan stakeholder dalam merumuskan kebijakan publik

pada konteks PKL di Kota Salatiga. Model tersebut dapat diadopsi dan

diimplementasikan di wilayah lain dengan karakteristik dan dinamika

persoalan yang sama dengan Kota Salatiga.

Dengan hasil ini, kiranya tahapan tersebut dapat menjadi

panduan, agar tujuan dari partisipasi dapat tercapai. Berfungsinya

organisasi dalam komunitas masyarakat baik paguyuban-paguyuban

maupun kelompok kepentingan lainnya yang memiliki kepentingan

bersama, memperoleh secara langsung manfaat bagi kepentingan lebih

besar dalam hubungan dengan eksistensi semua pihak, dan adanya

pengendalian oleh masyarakat, menjadi basis partisipasi masyarakat.

Terkait dengan temuan penelitian ini, maka terdapat beberapa

hal yang dapat dicermati dari proses partisipasi, yaitu: telah

berlangsung praktek penyelesaian masalah dengan tindakan sukarela di

tataran level terendah yaitu komunitas masyarakat, melalui prinsip

kebersamaan baik dalam wilayah atau zona yang sama ataupun

berbeda. Dengan dilakukannya diskusi homogen antar sesama PKL

maupun dengan stakeholder menunjukkan pemecahan masalah sosial

yang sesungguhnya lahir dari komitmen bersama. Masyarakat memiliki

kesempatan untuk berpartisipasi secara langsung, sehingga mengetahui

apa yang diputuskan dan manfaat yang akan diambil pada saat program

diimplementasikan dan selesai dijalankan. Dengan demikian maka

kebijakan penataan PKL yang diimplementasikan pada tahun 2003

merupakan hasil partisipasi secara langsung dari semua pihak yang

mengalami dampak permasalahan PKL.

Kontribusi Kebijakan

Hasil penelitian ini memberikan kontribusi terhadap pemerintah

daerah dalam hal penentuan kebijakan daerah yang bertujuan

mensejahterakan masyarakat secara umum. Konflik yang terjadi di

kota-kota besar dalam menangani eksistensi PKL terkadang tidak

diawali dengan kajian yang menyeluruh dengan melibatkan semua

Page 10: Bab VIII Penutup - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13099/8/D_902013005_BAB... · aktivitasnyapun memberi dampak terhadap ... aktivitas PKL di ruang publik

Partisipasi Publik dan Harmoni Sosial

244

pihak yang punya kepentingan sehingga banyak kendala yang ditemui

pada saat mengimplementasikan kebijakan dimaksud. Kebijakan publik

sendiri dapat diartikan sebagai rangkaian tindakan atau kegiatan yang

dicetuskan oleh individu, kelompok dalam masyarakat maupun

pemerintah di dalam suatu wilayah tertentu untuk mengatasi

hambatan atau keadaan yang tidak menguntungkan bagi masyarakat

wilayah tersebut. Nantinya, dengan adanya kebijakan publik tersebut,

dapat berguna di dalam masyarakat untuk mengatasi hambatan atau

kendala dalam rangka untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat

di suatu wilayah.

Penentapan kebijakan publik juga bertujuan meminimalisir

terjadinya konflik sosial dalam masyarakat. Dengan demikian suatu

kebijakan yang dihasil bukan untuk menghadirkan resistensi yang

destruktif terhadap tatanan kehidupan bermasyarakat dalam sebuah

komunitas sehingga tidak terkesan pemerintah menggunakan

kewenangan dengan semena-mena tanpa melibatkan masyarakat pada

tahap perencanaan. Karena itu relasi yang baik dengan melibatkan

semua pihak dalam setiap perumusan kebijakan publik akan

meminimalisir dampak pada saat implementasi sebuah kebijakan.

Tahap-tahap kebijakan publik juga diartikan sebagai suatu pola

dimana di dalam pola tersebut terdapat ketergantungan yang bersifat

kompleks terhadap keputusan yang menentukan suatu tindakan yang

dibuat oleh kelompok badan yang dimiliki oleh pemerintah. Arti

kebijakan publik yang seperti ini menekankan bahwa hanya badan

yang berwenanglah dalam hal ini adalah pemerintah yang dapat

menentukan dan menetapkan suatu kebijakan publik yang berlaku di

dalam kehidupan bermasyarakat. Tentunya kebijakan publik yang

ditentukan untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari

masyarakatnya didasarkan pada asas-asas pokok demokrasi di Indonesia

agar masyarakat merasa dilibatkan dalam menentukan suatu kebijakan

yang nantinya akan mengatur kehidupan masyarakat itu sendiri.

Ketika menilik proses partisipasi masyarakat di Kota Salatiga

dalam merumuskan arah kebijakan untuk menggapai kehidupan yang

baik dalam kompleksitas kepentingan, menunjukkan bahwa

Page 11: Bab VIII Penutup - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13099/8/D_902013005_BAB... · aktivitasnyapun memberi dampak terhadap ... aktivitas PKL di ruang publik

Penutup

245

masyarakat memiliki kemampuan dalam mengelola permasalahan yang

mereka hadapi karena itu pemerintah tidak memposisikan masyarakat

sebagai objek dari implementasi sebuah kebijakan tetapi sebaliknya.

Pemerintah bersama masyarakat membangun relasi yang saling

menopang serta saling melengkapi sehingga setiap perencanaan

kebijakan publik, pemerintah sebaiknya menggunakan sumber daya

yang ada di dalam masyarakat itu sendiri sehingga merekapun merasa

memiliki terhadap kebijakan yang diambil pemerintah.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa pemerintah memiliki

otoritas dalam menentukan sebuah kebijakan sebagaimana pemikiran

Anderson (1984:12), ia memberikan pengertian kebijakan sebagai

serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti

dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna

memecahkan suatu masalah tertentu. Lebih tegas ia menyatakan

bahwa yang dimaksud kebijakan adalah kebijakan yang dikembangkan

oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah. Pengertian ini

menurutnya berimplikasi pada beberapa hal: Pertama, kebijakan selalu

mempunyai tujuan tertentu atau merupakan tindakan yang

berorientasi pada tujuan. Kedua, kebijakan itu berisi tindakan-tindakan

atau pola-pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah. Ketiga, kebijakan

merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerin-

tah. Keempat, kebijakan bisa bersifat positif dalam arti merupakan

beberapa bentuk tindakan pemerintah mengenai suatu masalah

tertentu atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pejabat

pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu. Kelima, kebijakan, dalam

arti positif, didasarkan pada peraturan perundang-undangan dan

bersifat memaksa (otoritatif). Dari pemikiran Anderson dapat dipahami

bahwa peran pemerintah sangatlah besar untuk menentukan kebijakan

publik tetapi tidak serta merta pemerintah memiliki kewenangan

untuk memposisikan diri sebagai satu-satunya penentu setiap kebijakan

tanpa melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.

Belajar dari pengalaman perumusan kebijakan penataan PKL

Kota Salatiga maka kontribusi dari tulisan ini terhadap pemerintah

daerah dalam perumusan kebijakan publik adalah bagaimana

Page 12: Bab VIII Penutup - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13099/8/D_902013005_BAB... · aktivitasnyapun memberi dampak terhadap ... aktivitas PKL di ruang publik

Partisipasi Publik dan Harmoni Sosial

246

masyarakat diberi ruang untuk terlibat aktif dalam perumusan sebuah

kebijakan, sebab keputusan mayoritas dapat dikontrol melalui

kedaulatan rakyat. Masyarakat dapat mengkritisi keputusan-keputusan

yang dibuat oleh para pemegang mandat. Jika masyarakat sudah berani

mengkritisi kebijakan pemerintah, maka secara tidak langsung mereka

sudah menjadi masyarakat rasional, bukan lagi masyarakat irasional.

Opini publik atau aspirasi berfungsi untuk mengendalikan politik

formal atau kebijakan-kebijakan politik yang sepihak. Jika masyarakat

telah dilibatkan untuk mengkritisi kebijakan politik, maka masyarakat

sudah tunduk patuh terhadap sistem karena merekapun merasa

memiliki dan telah menjadi bagian dari sebuah kebijakan yang diambil.

Masyarakat harus diberi ruang dalam praktek demokrasi,

sehingga mereka sebagai warga negara dapat menyatakan opini-opini,

kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan mereka secara

diskursif. Ruang yang diberikan harus bersifat otonom, tanpa

intervensi dari pemerintah. Ruang publik merupakan sarana warga

berkomunikasi, berdiskusi, berargumen, dan menyatakan sikap

terhadap problematika politik yang di dalamnya mengatur seluruh

tatanan hidup bermasyarakat dalam suatu negara. Ruang publik tidak

hanya sebagai institusi atau organisasi yang legal, melainkan adalah

komunikasi antar warga itu sendiri, sehingga berbagai perbedaan yang

berpotensi konflik dapat dihindari. Adanya keterlibatan masyarakat

dengan memanfaatkan potensi yang mereka miliki maka suksesnya

sebuah kebijakan dapat dipastikan, karena semua pihak yang terlibat

memiliki tanggung jawab bersama pula sehingga implementasi dari

sebuah kebijakan akan direspon positif oleh masyarakat.

Sebuah kebijakan pemerintah harus dibuat berdasarkan kajian

komprehensif dengan melihat sumber daya yang ada pada masyarakat.

Pengalaman perumusan kebijakan penataan PKL kota Salatiga pada

tahun 2003, merupakan sebuah proses demokrasi deliberatif yang dapat

dijadikan contoh bagi daerah lainnya. Karena itu menurut penulis

pemerintah daerah harus membuat kebijakan yang bertujuan

mengembangkan institusi, berupa pemberdayaan organisasi ataupun

Page 13: Bab VIII Penutup - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13099/8/D_902013005_BAB... · aktivitasnyapun memberi dampak terhadap ... aktivitas PKL di ruang publik

Penutup

247

paguyuban yang telah ada sehingga setiap program yang dicanangkan

dapat dengan mudah disosialisasikan melalui wadah yang ada.

Menyikapi pengalaman partisipasi PKL dan stakeholder Kota

Salatiga maka perlu dibentuk forum bersama antara PKL dan

stakeholder, forum ini sangat penting dalam rangka menggerakkan

partisipasi masyarakat. Gaung partisipasi yang telah terlaksana sejak

tahun 2002 sampai 2015 dan sekalipun Perda Nomor 2 Tahun 2003

tidak lagi berlaku, tetapi masih berdampak pada kehidupan PKL dan

stakeholder sampai saat ini. Karena itu dengan adanya forum bersama

maka peranya tidak hanya untuk mengatasi persoalan yang muncul

akibat interaksi antara PKL dengan stakeholder tetapi lebih pada

pengembangan komunitas yang lebih mengedepankan pemberdayaan

ekonomi, dan kehidupan masyarakat bermartabat yang saling

menopang dalam berbagai hal.

Keterbatasan Penelitian dan Agenda Penelitian Selanjutnya

Penelitian penulis lakukan dengan mendasarkannya pada fakta

empirik serta kajian berdasarkan data-data lapangan yang bersumber

dari mereka yang terlibat dalam proses partisipasi sejak awal sampai

akhir dan mereka adalah pelaku ataupun aktor partisipasi itu sendiri.

Mengingat begitu banyaknya pelaku partisipasi yang tersebar di

hampir seluruh daerah Salatiga maka tidak mungkin penggalian

informasi melalui pengamatan dan wawancara dapat dilakukan penulis

secara menyeluruh pada obyek dan pelaku, dengan demikian maka

tidak dapat dipungkiri bahwa pengamatan dan wawancara yang telah

dilakukan pada obyek dan pelaku tertentu saja kemudian dianalisis

secara ilmiah tidak menghindari kesan subjektif. Sebab itu penulis

sadar bahwa tingkat subjektifitas peneliti adalah konsekuensi yang sulit

dihindari ketika menginterpretasikan data yang diperoleh dari

lapangan dalam pembahasan maupun analisisnya. Berdasarkan fakta

tersebut maka terbuka ruang untuk studi selanjutnya dalam

mengungkap fakta dan model yang berbeda dari obyek serta pelaku

Page 14: Bab VIII Penutup - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13099/8/D_902013005_BAB... · aktivitasnyapun memberi dampak terhadap ... aktivitas PKL di ruang publik

Partisipasi Publik dan Harmoni Sosial

248

yang berbeda pula sehingga dapat diperoleh analisis yang paripurna

atas semua proses yang terjadi.

Penelitian ini dilakukan semenjak tahun 2015 karena itu

sangatlah besar kemungkin kondisi sosial masyarakatnyapun

mengalami perubahan seirama berjalannya waktu. Kondisi masyarakat

yang dinamis membuka ruang untuk bagaimana penelitian selanjutnya

dilakukan, selain itu kebijakan pemerintahpun dari waktu ke waktu

akan dievaluasi sesuai kondisi masyarakatnya sehingga perubahan

terhadap setiap regulasi yang tidak sesuai konteks ataupun persoalan

yang dihadapi akan diperbaharui berdasarkan kajian terbaru. Dengan

demikian ruang bagi peneliti selanjutnya tetap terbuka dan

analisnyapun lebih komprehensif.

Ruang lainnya adalah fokus penelitian ini ada pada proses

partisipasi publik dalam perumusan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun

2003, dengan demikian dinamikanyapun dari waktu ke waktu

mengalami perubahan. Karena itu penelitian selanjutnya dapat

dilakukan dengan mengkaji permasalahan selanjutnya karena

masyarakatnya serta PKL juga dari waktu ke waktu turut mengikuti

arus perubahan. Salah satu contoh untuk kasus penataan PKL di Kota

Salatiga, peraturan daerahnya pun telah mengalami perubahan dari

Perda Nomor 2 Tahun 2003 ke Perda Nomor 4 Tahun 2015, dengan

realita tersebut terbuka ruang bagi penelitian selanjutnya.