bab vi-lkpj ata 2012.pdf
TRANSCRIPT
VI-1
BAB VI
PENYELENGGARARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN
A. KERJASAMA ANTAR DAERAH
1. Kebijakan dan Kegiatan
Pasal 195 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, menyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan penyediaan pelayanan publik, daerah dapat mengadakan kerjasama dengan
daerah lainnya atau bekerjasama dengan Pihak Ketiga yang didasarkan pada
pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, sinergi dan saling
menguntungkan, yang pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor
50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerja
Sama Daerah.
Kerjasama antar daerah merupakan sarana untuk memantapkan hubungan
dan keterikatan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia, menyerasikan pembangunan daerah dan
mensinergikan potensi antar daerah.
Dengan memperhatikan esensi penyelenggaraan kerjasama termaksud, maka
kebijakan kerjasama antar daerah diarahkan pada peningkatan kerjasama untuk
menciptakan sinergitas antar daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota, baik yang
dilaksanakan secara bilateral maupun regional sesuai dengan arah kebijakan
pembangunan kewilayahan.
2. Alokasi dan Realisasi Pelaksanaan Kegiatan
a. Kegiatan Pengembangan Kerjasama Antar Daerah dengan alokasi anggaran
sebesar Rp.500.000.000,-, realisasi keuangan sebesar Rp.455.236.000,- atau
91%. Adapun Keluaran dari kegiatan ini terdiri dari :
1) Pemerintah Provinsi Jawa Barat turut berperan aktif dalam forum Mitra Praja
Utama Tahun 2012 yaitu Rapat Gabungan MPU di Provinsi Banten yang
diselenggarakan pada tanggal 11 s.d 13 April 2012, Forum Kerjasama
Daerah MPU dimaksud beranggotakan 10 (sepuluh) provinsi, yaitu Jawa
Barat, DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Bali,
Lampung, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, dimana dalam
Forum Kerjasama MPU ini telah menhasilkan Keputusan Bersama Gubernur
anggota MPU tentang jadwal Rapat Kerja Gubernur Anggota FKD MPU
VI-2
Tahun 2013, Keputusan Bersama tentang Program Kerjasama Pembangunan
Tahun 2013, dan Rekomendesi di bidang ekonomi dan keuangan,
lingkungan dan infrastruktur, kesejahteraan sosial dan bidang pemerintahan
kepada Pemerintah
2) Pemerintah Provinsi Jawa Barat turut aktif dalam serangkaian kegiatan
forum kerjasama Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI)
Tahun 2012 yang telah menghasilkan program kerja APPSI Tahun 2013
yang diantaranya program kerja Rapat Kerja Nasional APPSI pada bulan Juni
tahun 2013 serta Fasilitasi kerjasama antar daerah provinsi dalam Forum
APPSI yang lebih bersifat kebijakan (rekomendasi) dalam kerangka
implementasi otonomi daerah;
3) kemudian Pemerintah Provinsi Jawa Barat berperan aktif dalam Forum
kerjasama lingkup Badan Kerjasama Pembangunan (BKSP) Jabodetabekjur
yang telah menghasilkan Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerjasama
wilayah Jabodetabekjur tentang Pembangunan Jalur Busway Koridor Utama
Regional Jakarta-Bekasi Dan Jakarta-Tangerang, Pemulangan Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (Pmks) Jalanan Provinsi Dki Jakarta Ke Daerah
Asal Di Provinsi Jawa Barat, serta dalam bidang Pendidikan dan Kesehatan
lintas batas di wilayah Perbatasan Jabodetabekjur.
Pada kesempatan ini, perlu disampaikan keluaran kerjasama antar daerah pada
Tahun 2012, sebagai berikut :
1) Kesepakatan Bersama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan
Pemerintah Kabupaten/Kota se-Jawa Barat tentang Pengembangan
Puskesmas Menjadi Puskesmas Berfungsi Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Dasar (PONED) di Jawa Barat.
2) Tersedianya naskah Kesepakatan Bersama antara Pemerintah Provinsi Jawa
Barat dengan Pemerintah Kabupaten/Kota se-Jawa Barat tentang
Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) di Jawa Barat.
3) Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dengan
Pemerintah Kabupaten/Kota Di Jawa Barat Tentang Pengembangan
Puskesmas Menjadi Puskesmas Berfungsi Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Dasar (Poned) Di Jawa Barat Tahun 2012.
4) Kesepakatan Bersama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dengan
Pemerintah Provinsi Dki Jakarta Tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan
Ketertiban Umum Dan Ketenteraman Masyarakat Serta Penegakan Peraturan
Daerah Di Wilayah Perbatasan Provinsi Jawa Barat Dengan Provinsi Dki
Jakarta.
VI-3
5) Kesepakatan Bersama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dengan
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan
Ketertiban Umum Dan Ketenteraman Masyarakat Serta Penegakan Peraturan
Daerah Di Wilayah Perbatasan Provinsi Jawa Barat Dengan Provinsi Jawa
Tengah.
6) Kesepakatan Bersama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dengan
Pemerintah Provinsi Banten Tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan
Ketertiban Umum Dan Ketenteraman Masyarakat Serta Penegakan Peraturan
Daerah Di Wilayah Perbatasan Provinsi Jawa Barat Dengan Provinsi Banten.
7) Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dengan
Pemerintah Provinsi Banten Tentang Penanganan Gangguan Ketertiban
Umum Dan Ketenteraman Masyarakat Serta Pelanggaran Peraturan Daerah
Di Wilayah Perbatasan Provinsi Jawa Barat Dengan Provinsi Banten.
8) Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dengan
Pemerintah Provinsi Dki Jakarta Tentang Penanganan Gangguan Ketertiban
Umum Dan Ketenteraman Masyarakat Serta Pelanggaran Peraturan Daerah
Di Wilayah Perbatasan Provinsi Jawa Barat Dengan Provinsi Dki Jakarta.
9) Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dengan
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Tentang Penanganan Gangguan
Ketertiban Umum Dan Ketenteraman Masyarakat Serta Pelanggaran
Peraturan Daerah Di Wilayah Perbatasan Provinsi Jawa Barat Dengan
Provinsi Jawa Tengah.
10) Perjanjian Kerjasama Antara Kementerian Pekerjaan Umum, Pemerintah
Provinsi Jawa Barat Pemerintah Provinsi Dki Jakarta, Pemerintah Provinsi
Banten, Pemerintah Kota Bekasi, Dan Pemerintah Kota Tangerang Tentang
Pembangunan Jalur Busway Koridor Utama Regional Jakarta-Bekasi Dan
Jakarta-Tangerang
11) Keputusan Bersama Gubernur Jawa Barat, Gubernur Jawa Tengah, Bupati
Kuningan, Bupati Cirebon,Walikota Cirebon, Bupati Ciamis, Bupati Cilacap,
Walikota Banjar, Bupati Brebes Dan Bupati Majalengka Tentang Badan
Kerjasama Antar Daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Kuningan, Cirebon,
Ciamis, Cilacap, Majalengka, Brebes Dan Banjar.
12) Perjanjian Kerjasama Antara Direktorat Pengembangan Air Minum Direktorat
Jenderal Cipta Karya Dan Dinas Permukiman Dan Perumahan Pemerintah
Provinsi Jawa Barat Dan Pemerintah Kabupaten Bandung Tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Di Jawa Barat.
VI-4
b. Kegiatan Fasilitasi kegiatan Rapat Kerja Gubernur Mitra Praja Utama XII Tahun
2012 dengan alokasi anggaran sebesar Rp.750.000.000,-, realisasi anggaran
sebesar Rp.730.100.000,- atau 97%. Adapun keluaran dari kegiatan ini yaitu
berupa fasilitasi pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai pribumi penyelenggaraan
Rapat Kerja Gubernur Mitra Praja Utama XII Tahun 2012, yang menghasilkan
Keputusan Bersama Gubernur anggota MPU tentang jadwal Rapat Kerja Gubernur
Anggota FKD MPU Tahun 2013, Keputusan Bersama tentang Program Kerjasama
Pembangunan Tahun 2013, Rekomendesi di bidang ekonomi dan keuangan,
lingkungan dan infrastruktur, kesejahteraan sosial dan bidang pemerintahan
kepada Pemerintah.
3. Permasalahan dan Solusi
a. Adanya inkonsistensi ketidakselarasan antara peraturan perundang-undangan
yang mengatur kerjasama daerah dengan peraturan perundang-undangan
sektoral. Solusi peningkatan konsultasi kepada Pemerintah Pusat dan koordinasi
antar organisasi perangkat daerah pelaksana kerjasama.
b. Perlu dioptimalkan peran Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah baik di lingkungan
provinsi maupun kabupaten/kota.Solusi intensifikasi pembinaan dan koordinasi
dalam pelaksanaan kerjasama khususnya di tingkat provinsi dan Kabupaten/Kota.
c. Keterbatasan sumber daya manusia pengelola kerjasama baik secara kualitas
maupun kuantitas. Solusi peningkatan wawasan/pemahaman aparatur pengelola
kerjasama dan optimalisasi peran Tim Koordinasi Kerja Sama Daerah baik di
lingkungan provinsi maupun kabupaten/kota.
d. Belum tersedianya Rencana Induk Kerjasama antar Daerah untuk percepatan
kesejahteraan masyarakat dan peningkatan pelayanan publik. Solusi Penyusunan
Rencana Induk Kerjasama antar Daerah untuk percepatan kesejahteraan
masyarakat dan peningkatan pelayanan publik;
B. Kerjasama Daerah dengan Pihak Ketiga
1. Kebijakan dan Kegiatan
Berdasarkan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah Pasal 195, bahwa Daerah dapat mengadakan kerjasama daerah dengan
daerah lainnya atau kerjasama dengan pihak ketiga yang didasarkan pada
pertimbangan efisien, efektivitas, pelayanan publik, sinergi dan saling
menguntungkan. Sebagai tindaklanjut undang-undang tersebut, Pemerintah telah
menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Kerjasama Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22
VI-5
Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kerjasama Daerah, disamping itu,
Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menetapkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun
2010 tentang Penyelenggaraan Kerjasama Daerah.
2. Alokasi dan Realisasi Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan kerjasama dengan pihak ketiga, dengan alokasi anggaran sebesar
Rp.400.000.000,-, realisasi anggaran sebesar Rp.395.725.000,- atau 98,93%. Hasil
pelaksanaan kegiatan adalah terfasilitasinya kerjasama yang diajukan oleh OPD di
lingkungan Pemerintah Jawa Barat dengan pihak ketiga dan tercapainya target setiap
OPD yang melibatkan atau yang bekerja sama dengan pihak ketiga dalam
melaksanakan kegiatan/program yang dimiliki setiap OPD, terselenggaranya
bimbingan teknis/advokasi tata cara penyusunan anggaran kerjasama daerah,
tersusunnya kajian akademis ajian Akademis Pengembangan Kerjasama Publik Private
Partner Ship dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan Tol BIUTR, Soroja dan
Cisundawu dan Kajian tentang Pemanfaatan Aset sebagai Sumber Pendapatan Asli
Daerah melalui mekanisme Kerjasama.
Adapun dalam pelaksanaan kerjasama daerah dengan pihak ketiga, Pemerintah
Provinsi Jawa Barat telah memfasilitasi 25 (dua puluh lima) naskah kerjasama daerah
dengan Pihak Ketiga, sebagai berikut :
a. Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah
Kabupaten Bogor, PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Dan PT. Cibinong
Center Industrial EstateTentang Penyediaan Akses Jalan Menuju Tempat
Pengolahan Dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Regional Di Desa Nambo
Dan Desa Lulut Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor.
b. Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dengan Perusahaan
Umum (Perum) Jasa Tirta II Tentang Konservasi Sumberdaya Air Di Daerah
Aliran Sungai Citarum.
c. Kesepakatan Bersama antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat tentang Pengembangan, Pembinaan dan
Perlindungan Bahasa dan Sastera.
d. Kesepakatan Bersama antara Kementerian Pekerjaan Umum, Pemerintah Provinsi
Jawa Barat, Pemerintah Kota Bandung dan Institut Teknologi Bandung tentang
Penataan Seputar Kampus Institut Teknologi Bandung.
e. Perjanjian Kerjasama Antara Kementerian Perumahan Rakyat Dengan Pemerintah
Provinsi Jawa Barat Tentang Penyelenggaraan Rumah Susun Sederhana Sewa
Provinsi Jawa Barat
VI-6
f. Perjanjian Kerjasama Antara Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian
Perhubungan Dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tentang Pembangunan
Shortcut Jalur Kereta Api Cibungur-Tanjungrasa.
g. Kesepakatan Bersama Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia,
Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah
Kabupaten Kuningan, Pemerintah Kabupaten Brebes Tentang Pembangunan
Bendungan Kuningan Di Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat.
h. Perjanjian Kerjasama Antara Kementerian Pekerjaan Umum, Pemerintah Provinsi
Jawa Barat Dengan Pemerintah Kabupaten Garut Tentang Penanganan Dan
Penyelesaian Pembangunan Daerah Irigasi Leuwi Goong Di Kabupaten Garut.
i. Perjanjaan Kerjasama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan PT. Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat Dan Banten Tenang Pengelolaan Kas Umum
Daerah.
j. Perjanjian Kerjasama UNPAD dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Pelatihan dan
Fasilitasi Program Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA) serta
Pelatihan dan Fasilitasi Pengolahan Hasil Pertanian (PHP) dalam Kegiatan
Program Hibah Kompetisi Institusi (PHKI).
k. Kesepakatan Bersama Pembangunan/Pengembangan di Wilayah Kabupaten
Bandung Barat dan Kabupaten Cianjur Sebagai Dampak Pembangunan PLTA
Upper Cisokan Pumped Storage.
l. Perjanjian Kerja Sama Antara Kementerian Pertanian, Kerjasama Tentang
Pelaksanaan Program Uji Zuriat Sapi Perah Nasional Periode II.
m. Kerjasama Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dengan Institut Teknologi Bandung
(ITB) Tentang Penyusunan Kriteria Indikator Green Province Jawa Barat
n. Perjanjian Kerjasama Antara Jhpiego, Pemerintah Provinsi Jawa Barat,
Pemerintah Kabupaten Bandung, Pemerintah Kabupaten Cirebon, Pemerintah
Kabupaten Bogor, Pemerintah Kabupaten Karawang, Dan Pemerintah Kabupaten
Indramayu, Tentang Pelaksanaan Program Expanding Maternal And Newborn
Survival (Emas) Di Jawa Barat.
o. Kesepakatan Bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Kejaksaan Tinggi
Jawa Barat tentang Penanganan Perkara Bidang Hukum Perdata dan Hukum Tata
Usaha Negara di Luar dan di Dalam Pengadilan.
p. Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dengan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Tentang Pemberian Beasiswa Pendidikan Kepada
Masyarakat Jawa Barat Dan/Atau Pegawai Negeri Sipil Provinsi Jawa Barat
q. Kesepakatan Bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan ITB Tentang Bidang
Pendidikan, Pelatihan, Penelitian Dan Pembangunan Jawa Barat.
VI-7
r. Kesepakatan Bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Kementerian
Perhubungan tentang Pembangunan dan Penyelenggaraan Bandar Udara Baru di
Kabupaten Majalengka.
s. Kesepakatan Bersama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah
Kabupaten Bandung, Pemerintah Kota Bandung, Pemerintah Kota Cimahi,
Pemerintah Kabupaten Bandung Barat. Dan Pemerintah Kabupaten Sumedang,
Tentang Pelaksanaan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu Sehari-
Hari (Spgdt-S) Di Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten
Bandung Barat Dan Kabupaten Sumedang.
t. kesepakatan bersama antara Karang Taruna Provinsi Jawa Barat dengan Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat.
u. Addendum Perjanjian Kerjasama Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dengan Perum
Bulog Divisi Regional Jawa Barat Tentang Subsidi Operasi Pasar Murah
Kebutuhan Pokok Masyarakat.
v. Addendum Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dengan
PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Dan Banten, Tbk.
TentangPengelolaan Dana Bergulir Bagi Usaha Mikro Dan Kecil.
w. Addendum Perjanjina Kerjasama Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan PT.
Tritunggal Lestari Makmur tentang Pembangunan, Pengelolaan dan Penyerahan
(Build, Operate and Transfer/BOT) aset Pemerintah Provinsi Jawa Barat berupa
lahan yang terletak dijalan Diponegoro Nomor 27 dan Jalan Surapati Nomor 6
Bandung.
x. Perjanjian antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan PT. Pakar Indah
tentang kerjasama Bangun Guna Serah (Build, Operate and Transfer/BOT) aset
milik /dikuasai Pemerintah Provinsi Jawa Barat berupa lahan lapang Golf yang
terletak di Kelurahan Sukamiskin Kecamatan Arcamanik Kota Bandung.
y. Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dengan Pemerintah
Kabupaten/Kota Di Jawa Barat Tentang Pelaksanaan Program 300 Doktor Luar
Negeri Bagi Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dan Pemerintah
Kabupaten/Kota Se-Jawa Barat.
z. Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan PT. Asuransi
Kesehatan Indonesia (Persero) Dengan Tentang Pelayanan Kesehatan Rawat
Jalan Dan Rawat Inap Bagi Peserta Askes Sosial.
3. Permasalahan dan Solusi
a. Masih adanya peraturan perundang-undangan sektoral yang bertentangan
dengan perundang-undangan pemerintahan daerah yang berhubungan dengan
VI-8
pelaksanaan kerjasama daerah. Solusi, peningkatan koordinasi antar Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai pelaksana
kerjasama serta konsultasi dengan Pemerintah;
b. Belum seluruh kementerian mengetahui dan memahami tentang peraturan
kerjasama yang telah dibuat oleh pihak kementerian dan telah ditandatangani
oleh pejabat yang berwenang tanpa terlebih dahulu dibahas dengan pemerintah
provinsi. Solusi, peningkatan wawasan/pemahaman aparatur pengelola
kerjasama baik di Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah
Kabupaten/kota melalui sosialisasi peraturan perundang-Undangan tentang
kerjasama daerah;
c. Keterbatasan anggaran untuk membiayai pelaksanaan kerjasama. Solusi,
mengusulkan anggaran yang diperlukan, baik yang bersumber dari APBD
maupun APBN.
d. Masih kurangnya minat swasta untuk melakukan kerjasama dengan Pemerintah
Provinsi Jawa Barat dalam meningkatkan Pelayanan Publik di dalam
pembangangunan ekonomi khususnya tentang investasi swasta pada bidang
bidang infrastruktur di Provinsi Jawa Barat.
C. Kerjasama Pembangunan
1. Kebijakan dan Kegiatan
Pasal 195 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, menyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan penyediaan pelayanan publik, daerah dapat mengadakan kerjasama dengan
daerah lainnya atau bekerjasama dengan Pihak Ketiga yang didasarkan pada
pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, sinergi dan saling
menguntungkan, karena hubungan luar negeri masih menjadi domain dari Pemerintah
Pusat maka ada Undang-Undang nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar
Negeri serta dalam pembentukan perjanjian ada Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2000 tentang Perjanjian Internasional.
Sebagai pedoman pelaksanaan adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
3 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Daerah dengan
Pihak Luar Negeri selain itu ditambah dengan Peraturan Menteri Luar Negeri Republik
Indonesia Nomor 09/A/KP/XII/2006/01 tentang Panduan Umum Tata Cara Hubungan
dan Kerjasama Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah.
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Pihak Luar Negeri diatur
juga untuk pelaksanaan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan kerja sama daerah,
VI-9
yang diantaranya mengatur bahwa pembinaan dan pengawasan kerja sama
Pemerintah Daerah Pihak Luar Negeri dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri, dan
pembinaan dan pengawasan kerja sama Pemerintah Kabupaten/Kota dilakukan oleh
Gubernur.
Kerjasama antar daerah baik di dalam maupun di luar negeri pada hakikatnya
merupakan sarana untuk memantapkan hubungan dan keterikatan antara daerah di
luar negeri dan badan/lembaga luar negeri dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia, menyerasikan dengan rencana pembangunan daerah dan mensinergikan
potensi antar daerah.
Dengan memperhatikan esensi penyelenggaraan kerjasama termaksud, maka
kebijakan kerjasama antar daerah dan badan lembaga luar negeri diarahkan pada
peningkatan kerjasama untuk menciptakan sinergitas dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan antara Provinsi, Kabupaten dan Kota.
2. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan
Sesuai dengan arah kebijakan termaksud, telah dilakukan kegiatan Revitalisasi
Kerjasama dengan Salah Satu Provinsi di Wilayah Asia dan Penjajakan Kerjasama di
Wilayah Afrika Selatan serta Kegiatan Fasilitasi dan Evaluasi Kerjasama antar
Pemerintah dan dengan Badan/Lembaga Luar Negeri, dengan hasil sebagai berikut :
a. Kegiatan Revitalisasi Kerjasama dengan Salah Satu Provinsi di Wilayah Asia dan
Penjajakan Kerjasama di Wilayah Afrika Selatan:
1) Revitalisasi kerjasama dengan salah satu provinsi di wilayah Asia dilakukan
melalui kunjungan kerja delegasi Pemerintah Provinsi Jawa Barat ke Provinsi
Chiang Rai, Kerajaan Thailand. Hasil dari kunjungan tersebut adalah Draft
Agreed Minutes antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Provinsi
Chiang Rai untuk bertukar pengetahuan dan tenaga ahli dalam bidang
pertanian, pendidikan, budaya dan pariwisata, perdagangan dan industri,
Penawaran beasiswa untuk 2 (dua) orang per tahun serta Intensive Training
Program for Tourism Hospitality Industry untuk 10 (sepuluh) orang selama
1½ bulan dari Universitas Mae Fah Luang, promosi potensi Jawa Barat
melalui Indonesian Corner di lingkungan Universitas Mae Fah Luang, dan
Transfer of Knowledge tentang pengelolaan organic farm.
2) Penjajakan Kerjasama di Wilayah Afrika Selatan dilakukan melalui kunjungan
kerja delegasi Pemerintah Provinsi Jawa Barat ke 2 (dua) provinsi di Afrika
Selatan yaitu Limpopo dan Mpumalanga. Hasil dari kunjungan tersebut
adalah Kesepakatan kerjasama antara KADIN Jawa Barat dan National
African Federated Chamber of Commerce & Industry (NAFCOC) serta
VI-10
Diplomatic & Executive Networking Centre (DENC) tentang Penguatan
Kerjasama di Bidang Perdagangan dan Perekonomian, Business Forum
antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Pengusaha Provinsi
Mpumalanga dan Limpopo dan pengusaha Jawa Barat, serta data peluang
kerjasama antara Provinsi Jabar dan Limpopo.
3) Rapat Koordinasi Kerjasama Luar Negeri tentang Prospek Kerjasama dengan
Provinsi Chiang Rai, Thailand & Provinsi di Afrika Selatan dan Rapat
Koordinasi dalam rangka revitalisasi kerjasama dengan salah satu Provinsi di
Wilayah Asia & Penjajakan Kerjasama di Wilayah Afrika Selatan.
4) Kajian Pakar Pengembangan Kerjasama Luar Negeri melalui Kerjasama
Sister Province Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Provinsi di Afrika
Selatan dalam Penguatan Kerjasama Pembangunan Ekonomi guna
Meningkatkan Usaha Kecil dan Menengah.
b. Kegiatan Fasilitasi dan Evaluasi Kerjasama antar Pemerintah dan dengan
Badan/Lembaga Luar Negeri:
1) Fasilitasi Implementasi kerjasama antara Kementerian Pendidikan &
Kebudayaan, Kementerian Agama dengan Lembaga Pemerintah Amerika
Serikat Peace Corps dalam Bidang Pengajaran Bahasa Inggris dan Pelatihan
Guru Bahasa Inggris.
2) Kerangka Acuan Kerja Program USAID PRIORITAS antara Pemprov Jabar
dan USAID tentang Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar di Jawa Barat.
3) Monitoring ke Kabupaten/Kota dalam rangka Inventarisir dan Evaluasi
Kerjasama Kabupaten/Kota di Wilayah Provinsi Jawa Barat dengan
Pemerintah/Badan/Lembaga di Luar Negeri.
4) Kajian Pemetaan Potensi Unggulan dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Jawa
Barat.
5) Nota Pernyataan Kehendak Rencana Kerjasama Bidang Infrastruktur antara
Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Intercorp International Limited, Amerika
Serikat, dan New Frontiers Resources, Lebanon.
6) Rapat Koordinasi Kerjasama Luar negeri: Sosialisasi Mekanisme Pinjaman
dan Hibah Luar Negeri serta prosedur izin perjalanan dinas Luar Negeri.
3. Permasalahan dan Solusi
a. Belum adanya kesepakatan kegiatan konkrit dari OPD teknis dari kedua daerah.
Solusi mengintensifkan koordinasi dan konsultasi, khususnya dengan Kementerian
Dalam Negeri sebagai Instansi Vertikal dan Kementerian Luar Negeri sebagai
VI-11
penanggungjawab urusan hubungan luar negeri untuk menghindari multitafsir
peraturan perundang-undangan secara berkesinambungan.
b. SDM pengelola kerjasama baik di tingkat provinsi maupun di Kabupaten/Kota di
Jawa Barat perlu ditingkatkan. Solusi peningkatan kapasitas aparatur pengelola
kerjasama secara berkesinambungan melalui kegiatan sosialisasi peraturan
perundang-undangan kerjasama luar negeri, advokasi teknis mengenai
tatacara/prosedur dalam penyelenggaraan kerjasama luar negeri guna terciptanya
suatu mekanisme pengelolaan kerjasama yang mampu menjaring mitra kerjasama
yang potensial dengan kapabilitas dan kompetensi yang sesuai dan pertukaran
informasi/pengetahuan dengan melakukan kunjungan kerja ke provinsi di
Indonesia yang telah berhasil dalam menjalin kemitraan dengan pihak pemerintah
di luar negeri maupun dengan badan/lembaga luar negeri.
c. Pengorganisasian dan pelaksanaan penyelenggaraan kerjasama luar negeri masih
belum tertata dengan baik serta terkoordinasi di dalam satu atap baik di lingkup
OPD maupun Pemerintah Kota/Kabupaten. Solusi peningkatan koordinasi antar
pengelola kerjasama luar negeri di lingkungan Provinsi Jawa Barat untuk
meciptakan sinergi dan harmonisasi program dan menciptakan jejaring pengelola
kerjasama luar negeri.
d. Kurangnya komitmen untuk menindaklanjuti kerjasama yang telah dijalin oleh
Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui alokasi anggaran dan kegiatan yang
konkrit baik di lingkup OPD maupun Pemerintah Kota/Kabupaten sehingga
kerjasama cenderung berjalan stagnan. Solusi perlu adanya komitmen dan Political
Will yang kuat dari Pimpinan untuk merealisasikan kerjasama yang telah dijalin dan
juga komitmen dari OPD serta Pemerintah Kota/Kabupaten melalui pengalokasian
anggaran kegiatan.
D. Peran Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Provinsi
1. Kebijakan dan Kegiatan
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan
bahwa “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi, kabupaten
dan kota. Pemerintahan Daerah provinsi, kabupaten dan kota mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan
sebagai urusan Pemerintah Pusat dilaksanakan melalui asas dekonsentrasi dan tugas-
tugas pembantuan. Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pemerintah memiliki
peran yang sangat kuat dalam menjaga kepentingan nasional dan Pemerintah
memiliki kewenangan untuk menjamin bahwa kebijakan nasional dapat dilaksanakan
VI-12
secara efektif di seluruh wilayah Indonesia. Penyerahan urusan pemerintahan yang
sebagian besar diberikan kepada pemerintah kabupaten/kota menuntut Pemerintah
untuk memastikan bahwa kabupaten/kota mengatur dan mengurus urusan tersebut
sesuai dengan norma, standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, menempatkan posisi gubernur selaku kepala daerah
provinsi sekaligus berkedudukan sebagai wakil Pemerintah di wilayah provinsi. Dalam
hal ini gubernur mempunyai fungsi menjembatani dan memperpendek rentang
kendali pelaksanaan tugas dan fungsi Pemerintah dalam penyelenggaraan
pemerintahan di wilayah provinsi.
Dalam Pasal 38 Undang Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, gubernur sebagai wakil Pemerintah di wilayah provinsi mempunyai tugas dan
wewenang: a) pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupaten/kota; b) koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah di daerah provinsi
dan kabupaten/kota; c) koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
tugas pembantuan di daerah provinsi dan kabupaten/kota. Disamping pelaksanaan
tugas tersebut gubernur sebagai wakili Pemerintah mempunyai tugas: a) menjaga
kehidupan berbangsa, bernegara dalam rangka memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia; b) menjaga dan mengamalkan ideologi Pancasila dan
kehidupan demokrasi; c) memelihara stabilitas politik; dan d) menjaga etika dan
norma penyelenggaraan pemerintahan di daerah.
Peran gubernur sebagai wakil Pemerintah untuk melaksanakan pembinaan,
pengawasan, koordinasi dan penyelarasan kegiatan pembangunan di daerah akan
dapat mengurangi ketegangan yang selama ini sering terjadi pada hubungan antara
bupati/walikota dan gubernur. Perbedaan dalam memahami pola hubungan
antarkedua tingkatan pemerintahan tersebut cenderung mempersulit koordinasi dan
sinergi dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan di kabupaten/kota. Pengaturan
peran gubernur sebagai wakil pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2010 tentang Tatacara Pelaksanaan Tugas Dan Wewenang Serta
Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di Wilayah Provinsi jo
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tatacara Pelaksanaan Tugas Dan
Wewenang Serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di
Wilayah Provinsi, pendanaan tugas dan wewenang gubernur sebagai wakil Pemerintah
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui
mekanisme dana dekonsentrasi yang dituangkan dalam rencana kerja dan anggaran
Kementerian Dalam Negeri. Dekonsentrasi Kementerian Dalam Negeri merupakan
VI-13
bagian dari Program Penguatan Penyelenggaraan Pemerintahan Umum dan Kegiatan
Penyelenggaraan Hubungan Pusat Dan Daerah serta Kerjasama Daerah.
Penguatan fungsi gubernur sebagai wakil Pemerintah di wilayah provinsi juga
dimaksudkan memperkuat hubungan antar tingkatan pemerintahan. Dalam
pelaksanaan peran gubernur sebagai wakil Pemerintah, maka hubungan antara
gubernur dengan bupati/walikota bersifat bertingkat, dimana gubernur dapat
melakukan peran pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Sebaliknya bupati/walikota dapat melaporkan permasalahan
yang terjadi dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah, termasuk dalam
hubungan antar kabupaten/kota.
Penyelenggaraan peran gubernur sebagai wakil Pemerintah dijabarkan dalam
bentuk program dan kegiatan berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Tugas dan Wewenang
Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di Wilayah Provinsi jo. Peraturan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Tugas dan Wewenang Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di
Wilayah Provinsi, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 118-026 Tahun 2012
tentang Petunjuk Pelaksanaan Dekonsentrasi Kegiatan Peningkatan Peran Gubernur
Sebagai Wakil Pemerintah Di Wilayah Provinsi Tahun Anggaran 2012 dan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) Tahun Anggaran 2012 Provinsi
Jawa Barat, dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan.
Program dan kegiatan dimaksud meliputi:
a. Fasilitasi forum koordinasi pimpinan daerah dalam wewujudkan ketentraman dan
ketertiban masyarakat;
b. Koordinasi penyelenggaraan pemerintahan umum di wilayah provinsi;
c. Fasilitasi kesekretariatan gubernur sebagai wakil pemerintah di wilayah provinsi;
d. Koordinasi perencanaan dan pelaporan kinerja penyelenggaraan urusan
pemerintah di wilayah provinsi;
e. Koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi perencanaan pembangunan daerah;
f. Koordinasi pengendalian dan pelaporan administrasi keuangan dan aset
pemerintah di wilayah provinsi;
g. Pengendalian urusan pemerintah di wilayah provinsi; dan
h. Fasilitasi peraturan peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh
kabupaten/kota.
VI-14
2. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan
Realisasi pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi Peningkatan Peran Gubernur Sebagai
Wakil Pemerintah Di Wilayah Provinsi pada satuan kerja Sekretariat Daerah Provinsi
Jawa Barat adalah terselenggaranya rapat pimpinan daerah dalam mewujudkan
Ketentraman dan ketertiban masyarakat, terselenggaranya rapat koordinasi
penyelenggaraan pemerintahan umum di wilayah Provinsi dengan pokok bahasan
batas daerah, pertanahan, kerjasama daerah, otonomi daerah dan Standar Pelayanan
Minimum (SPM), terselenggaranya rapat fasilitasi kesekretariatan gubernur sebagai
wakil Pemerintah di wilayah provinsi, terselenggaranya rapat koordinasi perencanaan
dan pelaporan kinerja penyelenggaraan urusan Pemerintah di wilayah Provinsi,
terselenggaranya rapat koordinasi pengendalian dan pelaporan administrasi keuangan
dan aset Pemerintah di wilayah Provinsi, terselenggaranya rapat pengendalian
penyelenggaraan urusan Pemerintah di wilayah Provinsi dan terselenggaranya rapat
penegakan peraturan perundang-undangan.
3. Permasalahan dan Solusi
Pelaksanaan tugas gubernur sebagai wakil Pemerintah di wilayah provinsi masih
lemah. Salah satu faktor utama yang menyebabkan lemahnya pelaksanaan peran
gubernur sebagai wakil Pemerintah di wilayah provinsi adalah keterbatasan dana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang disediakan untuk mendanai
pelaksanaan tugas dan wewenang gubernur sebagai wakil Pemerintah. Beberapa
permasalahan dalam pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi Peningkatan Peran
Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di Wilayah Provinsi satker Sekretariat Daerah
Provinsi Jawa Barat adalah keterlambatan dalam penetapan RKAKL menyebabkan
kegiatan perencanaan (musrenbangprov) tidak dapat dilaksanakan, belum ada
ketentuan yang mengatur mengenai penyampaian laporan keuangan (SAI) dari satker
instansi vertikal ke gubernur selaku wakil Pemerintah di daerah, jumlah satker yang
ada di Jawa Barat sebanyak 1114 satker sedangkan dalam juklak DIPA/RKAKL hanya
dialokasikan untuk 60 satker.
Solusi dari permasalahan tersebut, penetapan RKAKL ditetapkan bersamaan dengan
JUKLAK nya. dibuat aturan yang jelas tentang kewajiban instansi vertikal di
provinsi/kabupaten/kota untuk menyampaikan pelaporan keuangan dan fisik kegiatan
setiap triwulan serta penambahan untuk alokasi yang disesuaikan dengan jumlah
satker yang berada di Provinsi Jawa Barat.
VI-15
E. Pembinaan Batas Wilayah
1. Kebijakan dan Kegiatan
Landasan kebijakan dalam pelaksanaan batas daerah, sebagai berikut :
a. Undang Undang yang berlaku sebagai Lex Generalis, yaitu Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang merupakan acuan
dasar dan umum terkait segala hal pemerintahan daerah;
b. Undang Undang yang berlaku sebagai Lex Specialis, yaitu berbagai undang-
undang tentang Pembentukan Daerah Otonom;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2002 jo Peraturan Pemerintah No. 78
Tahun 2008 Tentang Pembentukan Daerah;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Ketelitian Peta Tata
Ruang;
e. Peraturan Daerah/Peraturan Pemerintah yang terkait dengan Pembentukan
Wilayah Tingkat Kecamatan/Desa;
f. Kesepakatan Antar Daerah Tentang Batas;
g. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Penegasan Batas Daerah; dan
h. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2006 Tentang Penetapan Dan
Penegasan Batas Wilayah Desa.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2006 tentang
Pedoman Penegasan Batas Daerah, menyatakan bahwa Penegasan Batas Daerah
adalah kegiatan penentuan batas secara pasti di lapangan yang dititikberatkan pada
upaya mewujudkan batas daerah yang jelas dan pasti, baik dari aspek yuridis maupun
fisik di lapangan serta dilakukan dalam rangka menentukan letak dan posisi batas
secara pasti di lapangan sampai dengan titik koordinat di atas peta.
Beberapa prinsip pokok penegasan batas daerah, yaitu mewujudkan batas
antar daerah yang jelas dan pasti baik dari aspek yuridis maupun fisik di lapangan,
berpedoman pada batas-batas daerah tersebut dalam undang-undang
pembentukannya daerah, melalui tahapan yang disepakati, dilakukan oleh Tim
Penegasan Batas Daerah (PBD) Pusat, Provinsi dan Kabupaten/kota serta
penyelesaian perselisihan batas daerah antar provinsi, dan kabupaten/kota.
Batas Daerah sangat penting, untuk tertib admisitrasi kewilayahan, tertib
penyelenggaraan pembangunan, tertib pelayanan umum dan tertib kegiatan
kemasyarakatan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan. bahwa penataan batas
daerah bukan berarti mengkotakkan wilayah nusantara, tetapi sifatnya lebih pada
penataan batas wilayah kerja administrasi pemerintahan, yang pada gilirannya
VI-16
mempermudah koordinasi pelaksanaan pembangunan maupun pembinaan kehidupan
masyarakat di wilayahnya. Jadi kunci suksesnya adalah kesepakatan.
Peran Pemerintah Provinsi adalah memfasilitasi penegasan batas daerah,
melaksanakan penegasan batas daerah, memfasilitasi penyelesaian perselisihan batas
daerah dan koordinator Tim Penegasan Batas Daerah yang bersangkutan.
Provinsi Jawa Barat terdiri dari 26 kabupaten/kota memiliki 65 segmen
perbatasan, baik yang berbatasan antar kabupaten/kota di Jawa Barat maupun antar
kabupaten/kota di Jawa Barat dengan kabupaten/kota di Provinsi Banten, DKI Jakarta
dan Jawa Tengah. Dari 65 segmen batas yang sudah mendapatkan penetapan dari
Menteri Dalam Negeri, baru 22 segmen yang sudah ditetapkan. Jadi masih terdapat
43 segmen yang belum ditetapkan.
2. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan
Perkembangan penyelesaian penegasan batas daerah di Provinsi Jawa Barat,
dari 48 segmen batas daerah yang belum ditetapkan tersebut secara bertahap telah
dilaksanakan penegasan batas secara pasti di lapangan dan diajukan kepada Menteri
Dalam Negeri untuk mendapatkan penetapan.
Segmen batas daerah yang sudah ditetapkan sebanyak 22 segmen, sebagai
berikut:
No Segmen Status Panjang
Batas
1. Kab. Ciamis Kab. Cilacap Prov.Jateng Permendagri
No. 2 Tahun 2009
±61.2498 KM
2. Kab. Cirebon Kab. Brebes Prov.Jateng Permendagri
No. 2 Tahun 2009
±31.5795 KM
3. Kota Banjar Kab. Cilacap Prov.Jateng Permendagri
No. 2 Tahun 2009
+ 20.5017 KM
4. Kab. Kuningan Kab. Brebes Prov.Jateng Permendagri
No. 2 Tahn 2009
+ 29.8701 KM
5. Kab. Kuningan Kab. Cilacap Prov.Jateng Permendagri
No. 2 Tahun 2009
+ 19.3695 KM
6. Kab. Kuningan Kabupaten Majalengka Permendagri No.14
Tahun 2009
+34.4655 KM
7. Kab. Subang Kabupaten Sumedang Permendagri No.13
Tahun 2008
+ 46.4979 KM
8. Kab. Majalengka Kabupaten Sumedang Permendagri No.13
Tahun 2008
+ 84.1491 KM
9. Kab. Indramayu Kabupaten Sumedang Permendagri No.13
Tahun 2008
+ 43.2234 KM
10. Kab. Garut Kabupaten Sumedang Permendagri No.13
Tahun 2008
+ 36.8076 KM
VI-17
11. Kab. Bandung Kabupaten Sumedang Permendagri No.13
Tahun 2008
+ 44.9661 KM
12. Kab. Ciamis Kabupaten Kuningan Permendagri No.14
Tahun 2009
+ 27.8388 KM
13. Kab. Cirebon Kabupaten Indramayu Kepmendagri No.246
Th 2004
+ 41.2587 KM
14. Kab. Cirebon Kabupaten Kuningan Kepmendagri No.246
Th 2004
+ 66.5334 KM
15. Kab. Cirebon Kabupaten Majalengka Kepmendagri No.246
Th 2004
+ 31.3575 KM
16. Kab. Ciamis Kota Banjar Permendagri No.59
Tahun 2011
+ 59.9733 KM
17. Kab. Ciamis Kabupaten Tasikmalaya Permendagri No.58
Tahun 2011
+ 118.1484 KM
18. Kab. Ciamis Kota Tasikmalaya Permendagri No.56
Tahun 2012
+ 13.8306 KM
19. Kab. Ciamis
Kab. Majalengka
Permendagri No.54
Tahun 2012
+ 29.5704 KM
20. Kota Tasikmalaya Kab. Tasikmalaya Permendagri No.58
Tahun 2012
+ 67.5213 KM
21. Kab. Bogor Kab. Lebak Provinsi Banten Permendagri No.55
Tahun 2012
+ 74.7252 KM
22. Kab. Sukabumi Kab. Lebak Provinsi Banten Permendagri No.57
Tahun 2012
+ 39.6381 KM
Segmen Batas Daerah yang masih dalam proses penetapan, sebagai berikut:
No Segmen Status Panjang
Batas Tindak Lanjut
1 Kab. Indramayu Kab.Majalengka PBD APBN 2009,
Verifikasi 2010 + 72.594 KM FINALISASI
PERMENDAGRI
Penegasan Batas Daerah yang dilaksanakan Tahun 2012, sebagai berikut:
No SEGMEN STATUS PANJANG
BATAS
TINDAK
LANJUT
1 Kab.Karawang Kab. Subang 12 Pilar + 36.9963 KM PBD APBN
2012
2 Kab. Bandung Kota Bandung 25 Pilar + 43.0014 KM PBD APBN 2012
3 Kab. Bekasi Kota Bekasi 27 Pilar + 41.7027 KM PBD APBN
2012
4 Kab. Bogor Kota Bogor 37 Pilar + 73.3599 KM PBD APBN
2012
5 Kab. Garut Kab. Tasikmalaya 41 Pilar + 107.2371 KM PBD APBN 2012
VI-18
6 Kota Bandung Kota Cimahi 5 Pilar + 12.2211 KM PBD APBN
2012
7 Kab. Bogor Kota Bekasi 21 Pilar + 41.7582 KM PBD APBD
2012
8 Kab. Majalengka Kab. Tasikmalaya 2 Pilar
+ 6.2271 KM PBD APBD 2012
Segmen Penegasan Batas Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat
dengan Provinsi Banten dan DKI. Jakarta Tahun 2012, sebagai berikut :
No SEGMEN STATUS PANJANG
BATAS TINDAK LANJUT
1 Kab. Bogor Kota Tangerang Selatan Prov.Banten
PBD Belum
+ 0.1554 KM PBD APBN 2012
2 Kota Depok Kota Tangerang Selatan
Prov.Banten
PBD
Belum + 11.5218 KM PBD APBN
2012
3 Kab. Bogor Kabupaten Tangerang
Prov.Banten
PBD
Belum + 50.5272 KM PBD APBN
2012
4 Kota Depok Kota Jakarta Selatan Prov.Dki Jkt
PBD Belum
+ 22.9326 KM PBD APBN 2012
5 Kab. Bekasi Kota Jakarta Timur
Prov.Dki Jkt
PBD
Belum + 3.0858 KM PBD APBN
2012
6 Kota Bekasi Kota Jakarta Timur
Prov.Dki Jkt
PBD
Belum + 38.4171 KM PBD APBN
2012
7 Kota Depok Kota Jakarta Timur Prov.Dki Jkt
PBD Belum
+ 15.3846 KM PBD APBN 2012
8 Kab. Bekasi Kota Jakarta Utara
Prov.Dki Jkt
PBD
Belum + 6.6378 KM PBD APBN
2012
Verifikasi Batas Daerah Tahun 2012 untuk proses penetapan Permendagri,
sebagai berikut:
No Segmen Status Panjang Batas
1. Kab. Subang Kab. Indramayu PBD Selesai + 84.1491 KM
2 . Kab.Bandung Barat Kab.Bandung PBD Selesai + 63.9693 KM
3. Kab.Bandung Barat Kota Cimahi PBD Selesai + 24.864 KM
3 . Kab. Karawang Kab. Purwakarta PBD Selesai + 54.3567 KM
VI-19
3. Permasalahan dan Solusi
Sampai saat kondisi di Jawa Barat masih banyak daerah belum melaksanakan
penegasan batas daerah secara pasti di lapangan yang dilaksanakan dengan
sistematis dan terkoordinasi. Batas daerah yang ada masih imajiner, hal ini akan
memudahkan terjadinya konflik di wilayah perbatasan, sehingga dapat mengganggu
penyelenggaraan fungsi pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat di wilayah
perbatasan menjadi tidak optimal.
Agar pelaksanaan penegasan batas daerah dapat berjalan dengan baik dan sesuai
dengan yang diharapkan, maka diperlukan dukungan sepenuhnya dari Pemerintah
dan Kabupaten/Kota di Jawa Barat.
F. Pencegahan Dan Penanggulangan Bencana
1. Bencana Yang Terjadi
Berdasarkan Kajian Risiko Bencana Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 terdapat
12 potensi bencana di Provinsi Jawa Barat, sebagai berikut :
Potensi Bencana Provinsi Jawa Barat
POTENSI BENCANA PROVINSI JAWA BARAT
BERDASARKAN CATATAN SEJARAH
1. Banjir 7. Kekeringan
2. Gelombang ekstrim dan abrasi 8. Epidemi dan wabah penyakit
3. Gempa bumi 9. Konflik Sosial
4. Kebakaran Hutan dan lahan 10. Cuaca ekstrim
5. Gagal teknologi 11. Tanah Longsor
6. Letusan gunung Api 12. Tsunami
Sumber : Data & Informasi Bencana Indonesia 2012
Berdasarkan kecenderungan kejadian 10 tahun terakhir dan tingkat risiko tiap-
tiap bencana yang ada, Kajian Risiko Bencana Provinsi Jawa Barat memperlihatkan
bahwa terdapat beberapa jenis potensi bencana yang membutuhkan prioritas
penanganan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Tercatat 7 dari 12 jenis potensi
bencana menjadi Bencana Prioritas. Bencana Prioritas Provinsi Jawa Barat adalah
untuk potensi bencana gempabumi, tsunami, letusan gunung api, banjir, longsor,
cuaca ekstrim dan kekeringan. Dengan menggunakan metodologi pada Peraturan
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pengkajian Risiko Bencana, bencana-bencana prioritas ini dapat mendatangkan
kerugian bagi daerah-daerah di Provinsi Jawa Barat seperti yang terlihat pada Tabel 2.
VI-20
Tabel di bawah ini memperlihatkan bahwa masyarakat terdampak terbesar
terjadi bila Provinsi Jawa Barat terkena bencana kekeringan. Kerugian terbesar terjadi
bila Provinsi Jawa Barat secara masif terkena bencana gempabumi atau kekeringan.
Kerusakan lingkungan parah akan terjadi bila Provinsi Jawa Barat terkena bencana
longsor secara masif. Longsor masif ini terjadi bila Provinsi Jawa Barat terkena letusan
gunung api yang menimbulkan gempabumi dan longsoran sebagai bencana
turunannya.
Jenis Bencana dan Tingkat Kerugian Bencana Prioritas Provinsi Jawa Barat
Potensi Bencana
Masyarakat
Terdampak (orang)
Potensi
Kerugian (Trilyun Rupiah)
Potensi Kerusakan
Lingkungan
(Hektar)
Gempabumi 32.792.740 734,458 3.749.911
Tsunami 126.908 14,624 27.945
Letusan Gunung Api 572.471 45,004 35.150
Banjir 8.664.638 324,901 670.563
Longsor 37.239.279 734,458 3.753.445
Cuaca Ekstrim 12.538.639 565,423 1.142.105
Kekeringan 37.695.006 734,458 3.696.161
Total 129.629.681 3.153,326 13.075.280
Sumber: Kajian Risiko Bencana Provinsi Jawa Barat, 2012
Dari 7 bencana prioritas ini, terlihat bahwa 5 diantaranya adalah jenis potensi
bencana yang tidak dapat dicegah. Potensi bencana tersebut adalah gempabumi,
tsunami, letusan gunung api, cuaca ekstrim dan kekeringan. Untuk potensi-potensi
bencana tersebut, pola mitigasi merupakan salah satu strategi yang diharapkan
mampu mengurangi dampak kejadian bencana. Mitigasi adalah upaya untuk meredam
risiko bencana dengan memberikan penghalang baik secara fisik (struktural) maupun
non fisik (non struktural) antara potensi bencana dengan kerentanan wilayah.
Pada Tahun 2012 terjadi beberapa kejadian bencana seperti pada tangal 4
april 2012 longsor di Desa Gardujati Dusun Cicadas Kecamatan Penawangan Kab.
Ciamis, 25 April 2012 longsor terjadi di Kp. Cigudeg Desa Pasirmadam, Kecamatan
Jasinga Kab. Bogor, 10 Mei 2012 Longsor di Kp. Cilimus, Desa Babakan Kecamatan
Cipongkor Kab. Bandung Barat, 30 Mei 2012 longsor di Kp. Blok Cimanggu Desa
Cimangkuk Kecamatan Sukalarang Kab. Sukabumi, 16 Juni 2012 Kebakaran terjadi di
Desa Baranang Siang Kecamatan Cipongkor Kab. Bandung Barat, 5 Mei 2012 Banjir di
Desa Awirangan Kab. Kuningan, 1 April 2012 Angin Puting Beliung di Desa Jayaraga
Kelurahan Pataruman Kec. Tarogong Kidul Kab. Garut, Gempa Bumi terjadi di
VI-21
Kabupaten Bogor Desa Cibunian dan Desa Purwabakti, dari beberapa kejadian atas
mengalami beberapa susulan kejadian.
2. Penanganan Bencana
Provinsi Jawa Barat merupakan wilayah dengan jumlah dan variasi bencana
terbanyak di indonesia. Dari mulai gempa bumi, tsunami, gunung berapi, puting
beliung, banjir, tanah longsor, banjir bandang dan lain-lain. Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Provinsi Jawa Barat telah menangani 574 bencana terjadi pada
Tahun 2012 dan diantaranya bencana hidrometeorologi seperti banjir 86 kejadian dan
longsor 122 kejadian. Badan Penanggulangan Bencana daerah Provinsi Jawa Barat
juga memprediksi bahwa sebanyak 14 Kabupaten/Kota dan 199 Kecamatan
berpotensi banjir serta 12 Kabupaten/Kota dan 81 Kecamatan berpotensi terjadi
bencana tanah longsor.
3. Antisipasi Daerah Dalam Menghadapi Kemungkinan Bencana
Dalam upaya mengantisipasi kemungkinan bencana, Pemerintah Daerah
Provinsi Jawa Barat sudah mempersiapkan :
a. Anggaran APBD TA 2012 untuk kegiatan dalam rangka penanggulangan bencana
sebesar Rp.14.371.542.947,- .
b. Personil BPBD sebanyak 64 orang, TRC 50 orang dari unsur PNS, Relawan 2.500
orang dari unsur masyarakat dan Fasilitator RR sebanyak 921 orang dari Kab/Kota
di Jawa Barat.
c. Kebutuhan dasar logistik dan peralatan yaitu :
1) Tenda (Tenda Regu sebanyak 20 Unit, Tenda Pleton 20 Unit, Tenda
Gulung/Terpal sebanyak 100 buah);
2) Perahu Karet (Perahu Kapasitas 8 orang sebanyak 4 Unit, Perahu Kapasitas 6
orang sebanyak 14 Unit);
3) Alat-alat Komunikasi (Handy Talkie sebanyak 20 buah, Rig sebanyak 4 buah,
GPS sebanyak 6 buah;
4) Mobil Dapur Umum Lapangan 2 unit;
5) Kendaraan Rescue 6 Unit;
6) Kendaraan Pic up 1 Unit;
7) Mobil Box 1 Unit, Mobil Tangki Air 1 Unit, Mobil Penjernih Air 1 Unit, Motor
Trail 2 Unit;
8) Genset 16 Unit, Veltbet 100 buah, Cahainshaw 3 Unit, Bronjong 300 m, Tandu
5 buah, Raincoat 50 buah, Kantong Mayat 100 buah;
VI-22
9) Peralatan Tim Rescue 5 Unit, Personal Equipmen 15 Unit, Sepatu boat 200
buah, Lampu Sorot 14 Unit dan Peralatan bantuan dari Bank Mandiri dan BRI
berupa Perahu 5 unit, dan genset 5 Unit, Tenda Pleton 10 serta 5 set
Peralatan Dapur Umum Lapangan.
10) Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana Bajir dan
Tanah Longsor di Jawa Barat;
11) Menyelenggarakan Pelatihan Mitigasi Bencana di tingkat masyarakat, untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam merencanakan dan
melaksanakan kegiatan pengurangan resiko bencana di lingkungan
perumahan dan permukiman;
12) Menyelenggarakan Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintahan dalam
Kegiatan Mitigasi Bencana;
13) Menyelenggarakan Sosialisasi Kegiatan Pengurangan Resiko Bencana kepada
seluruh Stakeholders kebencanaan Jawa Barat. Serta memetakan Daerah
Rawan Bencana secara komprehensif, guna optimalisasi dan sinkronisasi
program mitigasi bencana di Jawa Barat.
14) Melakukan Simulasi & Sosialisasi Kebencanaan secara berlanjut kepada
masyarakat, sehingga tercapai masyarakat sadar bencana di Jawa Barat,
khususnya di daerah rawan bencana.
15) Melakukan Penguatan Kelembagaan Pusdalops BPBD Provinsi Jawa Barat,
sebagai basis data pengambilan kebijakan dan pengendalian operasional
kebencanaan di Jawa Barat.
16) Menginventarisasi Daerah Rawan Bencana sebagai dasar untuk memetakan
ancaman bencana yang terjadi.
17) Menyusun Rencana Kedaruratan Penanggulangan Bencana dan Rencana
Mitigasi Bencana.
18) Melakukan sinergi program dan kegiatan lintas SKPD, baik dalam lingkup
kab/kota, provinsi maupun dengan Kementerian & Lembaga di tingkat pusat
yang dirumuskan dalam Forum OPD Bidang Kebencanaan serta Rakor
Kebencanaan di Tingkat wilayah Perwakilan.
G. Penyelenggaraan Ketenteraman dan Ketertiban Umum
1. Kebijakan dan Kegiatan
Penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum merupakan bagian dari
tugas umum pemerintahan yang sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan
pembangunan dan pelayanan umum yang dilaksanakan di kabupaten/kota, guna
VI-23
mewujudkan ketentraman dan ketertiban umum sebagai upaya penegakan hukum
yang tegas dan konsisten.
Dalam rangka peningkatan penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban
umum di Jawa Barat arah kebijakan ditujukan pada penegakan hukum, kepastian
hukum dan budaya hukum dalam rangka supremasi hukum, serta pembinaan
kerukunan hidup dalam bermasyarakat guna pelaksanaan penyelenggaraan
ketenteraman, ketertiban dan keamanan yang kondusif.
2. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan
Realisasi dari pelaksanaan Kegiatan Penyelenggaraan Pemeliharaan, Ketertiban dan
Perlindungan Masyarakat di Jawa Barat adalah terselenggaranya hubungan dan
jalinan kerjasama antar pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat dan Instansi terkait
yang menangani keamanan dan ketertiban di Jawa Barat.
3. Permasalahan dan Solusi
Belum optimalnya peningkatan dan pemantapan keterpaduan program kegiatan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui pemeliharaan ketenteraman, ketertiban umum
serta stabilitas daerah, lemahnya evaluasi serta sinergitas dan harmonisasi kebijakan
dengan kabupaten/kota. Solusinya adalah meningkatkan koordinasi pemeliharaan
ketertiban umum, mengambil langkah-langkah stategis melalui deteksi dini terhadap
berbagai kemungkinan permasalahan yang berkembang, melakukan evaluasi
ketenteraman dan ketertiban umum yang tersebar di wilayah kabupaten/kota,
mengkoordinasikan dengan memadukan pola pengamanan serta pemeliharaan
ketenteraman dan ketertiban umum bersama kabupaten/kota.