bab v tu baru

Upload: dinan-yahya

Post on 07-Jan-2016

232 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ASDAS

TRANSCRIPT

78

BAB 5HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.5.1 Hasil Penelitian5.1.1 Data Umum1. Gambaran Umum Tempat PenelitianDesa Bonto Sunggu memiliki keadaan geografis dengan luas wilayah 5.300.000 m2 meliputi lima dusun yaitu dusun Maccope, dusun Maroanging, dusun Lembangnge, dusun Bontosunggu dan dusun Katinro Jangang. Batas batas wilayah desa Bonto Sunggu dari arah timur sampai barat merupakan jalur lalu lintas dengan sebelah timur berbatasan dengan Desa Barombong, sebelah barat Desa Paenre Lompoe, sebelah selatan Desa Bialo dan sebelah utara Desa Bukit Tinggi dengan total jumlah penduduk 2910 jiwa. 2. Karakteristik Responden yang ditelitia. Karakteristik Lansia1) Usia LansiaKarakteristik usia lanjut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel5.1Distribusi Frekuensi Responden (Lansia) Menurut Usia di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba Tahun 2015

Usia LansiaFrekuensi Persentase (%)

60-642328,4

65-693239,1

70-742632,5

Total81100,0

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 81 orang responden rata- rata usia responden lansia dalam penelitian ini adalah 65-69 tahun sebanyak 32 orang (39,1 %), sisanya 23 orang (28,4%) berada dalam rentang usia 60-64 tahun dan 26 orang (32,5 %) berada dalam rentang usia 70-74 tahun.2) Jenis KelaminHasil karakteristik jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :Tabel5.2Distribusi Frekuensi Responden (Lansia) Menurut Jenis Kelamin di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba Tahun 2015

Jenis KelaminFrequencyPersentase (%)

laki-laki2834,6

Perempuan5365,4

Total81100,0

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa sebagian besar lansia berjenis kelamin perempuan sebanyak 53 orang (65,4%) sedangkan yang berjenis kelamin laki- laki sebanyak 28 orang (34,6 %). b. Karakteristik Anggota Keluarga yang memberi perawatan1) UsiaHasil karakteristik usia anggota keluarga yang memberi perawatan pada lansia dapat dilihat pada tabel berikut:Tabel5.3Distribusi Frekuensi Responden (Anggota Keluarga) Menurut Usia di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba Tahun 2015

Usia anggota keluargaFrekuensi Persentase (%)

21-281721,0

29-362935,8

37-443543,2

Total81100,0

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa rata rata usia anggota keluarga yang memberi perawatan adalah 37-44 tahun (43,2 %). Sisanya 17 orang (21,0%) berada dalam rentang usia 21-28 tahun dan 29 orang (35,8%) berada dalam rentang usia 29-36 tahun.2) Jenis KelaminHasil karakteristik jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel5.4Distribusi Frekuensi Responden (Anggota Keluarga) Menurut Jenis Kelamin di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba Tahun 2015

Jenis KelaminFrequencyPersentase (%)

laki-laki911,1

Perempuan7288,9

Total81100,0

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa sebagian besar anggota keluarga yang memberi perawatan berjenis kelamin perempuan sebanyak 72 orang (88,9 %) sedangkan yang berjenis kelamin laki- laki sebanyak 9 orang (11,1 %).3) PendidikanHasil karakteristik pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :Tabel5.5Distribusi Frekuensi Responden (Anggota Keluarga) Menurut Pendidikan di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba Tahun 2015

Pendidikan Anggota KeluargaFrequencyPersentase (%)

SD89,9

SMP1316,0

SMA3846,9

Perguruan Tinggi2227,2

Total81100,0

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa sebagian besar anggota keluarga berlatar belakang pendidikan SMA sebanyak 38 orang (46,9 %). Sisanya sebanyak 8 orang (9,9%) berlatar belakang pendidikan SD, 13 orang (16,0%) SMP dan 22 orang (27,2 %) berlatar belakang pendidikan perguruan tinggi4) PekerjaanHasil karakteristik pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut:Tabel5.6Distribusi Frekuensi Responden (Anggota Keluarga) Menurut Pekerjaan di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba Tahun 2015

Pekerjaan Anggota KeluargaFrequencyPersentase (%)

IRT4150,6

PNS / Honorer1721,0

Wiraswasta1417,3

Petani911,1

Total81100,0

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa sebagian besar anggota keluarga bekerja sebagai IRT yaitu sebanyak 41 orang (50,6%), 17 orang (21,0%) PNS/ Honorer, 14 orang (17,3%) bekerja sebagai wiraswasta dan sebanyak 9 orang (11,1%) bekerja sebagai petani. 5) Status HubunganHasil karakteristik status hubungan dengan lansia dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel5.7Distribusi Frekuensi Responden (Anggota Keluarga) Menurut Status Hubungan Keluarga di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba Tahun 2015

Status Hubungan KeluargaFrequencyPersentase (%)

Anak Kandung6580,2

Menantu78,6

Cucu56,2

Keponakan44,9

Total81100,0

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa sebagian besar anggota keluarga memiliki status hubungan sebagai anak kandung sebanyak 65 orang (80,2%), sisanya 7 orang (8,6%) adalah menantu, 5 orang (6,2%) adalah cucu dan 4 orang (4,9 %) adalah keponakan.5.1.2 Data Khusus1. Variabel Independen yang ditelitia. Dukungan informasionalTabel5.8Distribusi Frekuensi Responden (Anggota Keluarga) Menurut Dukungan Informasional di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba Tahun 2015

Dukungan InformasionalFrequencyPersentase (%)

Tinggi6074,1

Rendah2125,9

Total81100,0

Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa dukungan informasional kategori tinggi mendapatkan frekuensi 60 orang dengan persentasa 74,1% sisanya sebanyak 21 orang (25,9%) termasuk kategori rendah.b. Dukungan penilaianTabel5.9Distribusi Frekuensi Responden (Anggota Keluarga) Menurut Dukungan Penilaian di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba Tahun 2015

Dukungan PenilaianFrequencyPersentase (%)

Tinggi5669,1

Rendah2530,9

Total81100,0

Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa dukungan penilaian kategori tinggi mendapatkan frekuensi 56 orang (69,1%) sisanya sebanyak 25 orang (30,9%) termasuk dalam kategori rendah.c. Dukungan instrumentalTabel5.10Distribusi Frekuensi Responden (Anggota Keluarga) Menurut Dukungan Instrumental di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba Tahun 2015

Dukungan InstrumentalFrequencyPersentase (%)

Tinggi4555,6

Rendah3644,4

Total81100,0

Berdasarkan tabel 5.10 diketahui bahwa dukungan instrumental kategori tinggi mendapatkan frekuensi 45 orang (55,6%), sisanya sebanyak 36 orang (44,4%) termasuk kategori rendah.d. Dukungan emosionalTabel5.11Distribusi Frekuensi Responden (Anggota Keluarga) Menurut Dukungan Emosional di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba Tahun 2015

Dukungan EmosionalFrequencyPersentase (%)

Tinggi6175,3

Rendah2024,7

Total81100,0

Berdasarkan tabel 5.11 diketahui bahwa dukungan emosional kategori tinggi mendapatkan frekuensi 61 orang (75,3%) sisanya sebanyak 20 orang (24,7%) termasuk kategori rendah.2. Variabel Dependen yang diteliti (Kemandirian Lansia)Tabel5.12Distribusi Frekuensi Responden (Lansia) Menurut Kemandirian Lansia di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba Tahun 2015

Kemandirian LansiaFrequencyPersentase (%)

Mandiri5669,1

Dibantu2530,9

Total81100,0

Berdasarkan tabel 5.12 diketahui bahwa kemandirian lansia kategori mandiri mendapatkan frekuensi 56 orang (69,1%) sisanya sebanyak 25 orang (30,9%) termasuk kategori tidak mandiri atau dibantu. 3. Hubungan antara variabel yang ditelitiUntuk mengetahui hubungan antara variabel dilakukan analisis bivariat a. Hubungan dukungan informasional dengan kemandirian lansiaTabel5.13Hubungan Dukungan Informasional dengan Kemandirian Lansia di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba Tahun 2015

Dukungan InformasionalKemandirian Lansia

Mandiri DibantuTotalX2P Value

N%N%n%

Tinggi4656,81417,36074,1

Rendah 1012,31113,62125,96,1510,013

Total 5669,12530,981100,0

Berdasarkan tabel 5.13 diketahui bahwa persentase lansia yang ada dalam kemandirian lansia kategori mandiri lebih tinggi pada lansia yang mendapat dukungan informasional tinggi dibanding lansia yang mendapat dukungan informasional rendah yaitu 56,8 % berbanding 12,3 %. Hasil analisis diperoleh nilai Chi square sebesar 6,151 dengan nilai p-value sebesar 0,013. Hal ini berarti nilai p-value < (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara statistik terdapat hubungan antara dukungan informasional dengan kemandirian lansia di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang kabupaten Bulukumba. b. Hubungan dukungan penilaian dengan kemandirian lansia

Tabel5.14Hubungan Dukungan Penilaian dengan Kemandirian Lansia di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba Tahun 2015Dukungan PenilaianKemandirian Lansia

Mandiri DibantuTotalX2P Value

N%n%n%

Tinggi4353,11316,06069,1

Rendah 1316,01214,82130,94,9760,026

Total 5669,12530,981100,0

Berdasarkan tabel 5.14 diketahui bahwa persentase lansia yang ada dalam kemandirian lansia kategori mandiri lebih tinggi pada lansia yang mendapat dukungan penilaian tinggi dibanding lansia yang mendapat dukungan penilaian rendah, yaitu 53,1 % berbanding 16,0 %. Hasil analisis diperoleh nilai chi square sebesar 4,976 dengan nilai p-value sebesar 0,026. Hal ini berarti nilai p-value < (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statistik terdapat hubungan antara dukungan penilaian dengan kemandirian lansia di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.

c. Hubungan dukungan instrumental dengan kemandirian lansiaTabel5.15Hubungan Dukungan Instrumental dengan Kemandirian Lansia di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba Tahun 2015

Dukungan InstrumentalKemandirian Lansia

Mandiri DibantuTotalX2P Value

N%n%n%

Tinggi3745,789,96055,6

Rendah 1923,51721,02144,48,1260,004

Total 5669,12530,981100,0

Berdasarkan tabel 5.15 diketahui bahwa persentase lansia yang ada dalam kemandirian lansia kategori mandiri lebih tinggi pada lansia yang mendapat dukungan instrumental tinggi dibanding lansia yang mendapat dukungan instrumental rendah, yaitu 45,7 % berbanding 23,5 %. Hasil analisis diperoleh nilai Chi square sebesar 8, 126 dengan nilai p-value sebesar 0,004. Hal ini berarti nilai p-value < (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statistic terdapat hubungan antara dukungan instrumental dengan kemandirian lansia di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.

d. Hubungan dukungan emosional dengan kemandirian lansiaTabel5.16Hubungan Dukungan Emosional dengan Kemandirian Lansia di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba Tahun 2015

Dukungan EmosionalKemandirian Lansia

Mandiri DibantuTotalX2P Value

n%N%n%

Tinggi4859,31316,06075,3

Rendah 89,91214,82124,710,5650,001

Total 5669,12530,981100,0

Berdasarkan tabel 5.16 diketahui bahwa persentase lansia yang ada dalam kemandirian lansia kategori mandiri lebih tinggi pada lansia yang mendapat dukungan emosional tinggi dibanding lansia yang mendapat dukungan emosional rendah, yaitu 59,3 % berbanding 9,9 %. Hasil analisis diperoleh nilai Chi square sebesar 10,565 dengan nilai p- value sebesar 0,001. Hal ini berarti nilai p- value < (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statistic terdapat hubungan antara dukungan emosional dengan kemandirian lansia di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang kabupaten Bulukumba.

5.2 Pembahasan5.2.1 Karakteristik responden yang diteliti1. Karakteristik Lansiaa. Usia lansiaPada hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar lansia berusia 65-69 tahun. Hasil serupa sesuai dengan penelitian Pratikwo, 2011 bahwa umur- umur harapan hidup lansia terbanyak berkisar antara 65-70 tahun, dimana pada usia tersebut lansia masih mampu mentoleransi aktivitas sehari- hari yang bisa dilakukan. Lansia di Desa Bonto Sunggu rata- rata masih mampu mentoleransi aktivitas sehari- hari mereka. b. Jenis kelaminBerdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar lansia adalah berjenis kelamin perempuan 65,4 %. Hal serupa sesuai dengan penelitian Novandhori,2013 yang menyatakan bahwa responden lansia dalam penelitiannya adalah sebagian besar perempuan karena perempuan cenderung tinggal dirumah.2. Karakteristik anggota keluarga yang memberi perawatana. UsiaSebagian besar anggota keluarga yang merawat lansia berusia rata- rata 37-44 tahun. Hasil serupa sesuai dengan penelitian Novandhori, 2013 yang menyatakan bahwa keluarga yang merawat lansia lebih banyak yang berusia 35-45 tahun. Menurut peneliti pada rentang usia tersebut responden mempunyai pengalaman dalam merawat usia lanjut. Menurut Purwaningsih dalam Patriyani (2010) merawat lansia tidak ada hubungannya dengan usia yang merawat akan tetapi berhubungan dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang merawat. b. Jenis KelaminPada penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu berjenis kelamin perempuan 88,9%, hal ini dikarenakan laki- laki lebih sering mengurus pekerjaan dan perempuan cenderung memiliki waktu lebih banyak dirumah meskipun pada kenyataannya perempuan juga ikut serta membantu bekerja. Hal ini serupa dengan penelitian Novandhori, 2013 yang menyatakan bahwa responden dalam penelitiannya adalah sebagian besar perempuan karena perempuan cenderung tinggal dirumah sebagai ibu rumah tangga.Menurut Stuart & Sundenn dalam Patriyani (2010) mengemukakan bahwa merawat dan berprilaku caring tidak dapat diturunkan secara genetik tetapi ditentukan oleh aspek waktu, energi, keterampilan dan dapat ditingkatkan melalui budaya serta dengan mengembangkan pengetahuan dan meningkatkan kualitas hubungan interpersonal melalui peningkatan kemampuan dan keterbukaan. Dengan demikian merawat lansia dapat dilakukan oleh laki- laki maupun perempuan karena hal tersebut dapat dipelajari.c. PendidikanPendidikan responden sebagian besar adalah SMA dengan 46,9% hal ini terjadi karena masyarakat Desa Bonto Sunggu beranggapan bahwa wajib belajar 12 tahun itu sudah cukup untuk pendidikan mereka khususnya bagi mereka masyarakat kelas menengah kebawah. Hasil serupa sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Triswandari, 2010 yaitu pendidikan responden yang beraneka ragam mulai dari SD sampai Sarjana dengan pendidikan terbanyak adalah SMA. Menurut Triswandari, 2010 hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang kesehatan dan dukungan kepada lansia juga semakin tinggi. Menurut Purnawan dalam Setiadi (2011) pendidikan atau tingkat pengetahuan yang didalamnya terdapat kemampuan kognitif yang membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor- faktor yang berhubungan dengan penyakit dalam upaya menjaga kesehatan.d. PekerjaanSebagian besar keluarga yang merawat lansia bekerja sebagai ibu rumah tangga. Hal ini terjadi karena sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yang memiliki lebih banyak waktu dirumah. Menurut Boedhi dkk dalam Patriyani (2010) menyatakan bahwa kehidupan sosial keluarga, banyaknya waktu kebersamaan dengan keluarga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis, meningkatkan semangat dan memotivasi lansia untuk selalu bersikap dan berprilaku sehat.e. Status Hubungan dengan LansiaHasil dari penelitian yang telah dilakukan mayoritas memiliki hubungan sebagai anak kandung dari lansia 80,2%. Menurut peneliti hal ini menunjukkan kedekatan hubungan dengan lansia ikut mendukung kemampuan keluarga memberikan dukungan yang tepat kepada lansia sedangkan hubungan sebagai anak menantu dari lansia kurang adanya ikatan yang tidak begitu dekat seperti anak kandung. Hal ini sama ddengan penelitian yang dilakukan oleh Novandhori, 2013 yang menyatakan bahwa sebagian besar keluarga yang tinggal dengan lansia adalah anak kandung. Menurut Stuart & Sundenn dalam Patriyani (2010) mengemukakan bahwa merawat dan berprilaku caring tidak dapat diturunkan secara genetik tetapi ditentukan oleh aspek waktu, energi, keterampilan dan dapat ditingkatkan melalui budaya serta dengan mengembangkan pengetahuan dan meningkatkan kualitas hubungan interpersonal melalui peningkatan kemampuan dan keterbukaan.5.2.2 Variabel independen yang diteliti1. Dukungan InformasionalHasil penelitian menunjukkan 73,2 % keluarga dengan lansia di Desa Bonto Sunggu mendapatkan dukungan informasional, seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayati, 2013 bahwa dukungan informasi yang diterima lansia sebanyak 67,2 %. Dukungan informasional yang diberikan keluarga di Desa Bonto Sunggu berupa informasi kegiatan yang dapat meningkatkan kesehatan lansia seperti penyuluhan dan pengobatan lansia yang diadakan di Posyandu Lansia. Keluarga memberitahu jadwal kegiatan posyandu lansia agar lansia mau dan rutin untuk memeriksakan kondisi kesehatannya.Dukungan informasional rendah terjadi karena beberapa lansia mengetahui informasi tersebut melalui orang lain seperti temannya atau tetangganya. Menurut Soejono, 2012 lingkungan tempat tinggal didaerah perkotaan, memudahkan keluarga yang memiliki lansia untuk mencari informasi sebanyak- banyaknya mengenai perubahan pada lansia baik melalui media cetak seperti Koran atau majalah maupun media elektronik seperti televise dan internet serta fasilitas kesehatan yang lengkap di daerah perkotaan.2. Dukungan PenilaianHasil penelitian menunjukkan 69,1% keluarga memberikan dukungan penilaian. Penelitian Triswandari, 2013 menunjukkan keluarga memberikan dukungan penilaian sebanyak 68,7%. Dukungan penilaian yang diberikan keluarga di Desa Bonto Sunggu seperti melibatkan lansia dalam musyawarah keluarga dan keluarga selalu mendengarkan saran yang diberikan lansia sedangkan dukungan penilaian rendah yaitu 30,9% hal ini terjadi karena ada beberapa lansia ada yang tidak mau diajak untuk berekreasi karena lansia merasa lelah jika bepergian, hal ini dikarenakan kondisi lansia yang menurun akibat factor usia. Dukungan penghargaan menyebabkan lansia merasa bahwa dirinya dianggap dan dihargai sehingga akan menaikkan harga dirinya.Menurut Murodion dalam Triswandari (2010) di Indonesia sudah menjadi budaya bahwa orang tua merupakan tempat meminta saran dan pertimbangan terhadap masalah yang terjadi dalam keluarga maupun di masyarakat. Dalam keluarga, kakek dan nenek mempunyai peranan sangat penting sebagai warga tertua yang penuh pengalaman dan kebijakan, namun tidak jarang lansia merasa tidak dibutuhkan lagi sehingga dukungan berupa penghargaan sangat penting bagi lansia.3. Dukungan InstrumentalHasil penelitian menunjukkan 55,6% keluarga memberikan dukungan instrumental kepada lansia. Hasil serupa dengan penelitian Triswandari, 2010 bahwa 60 % keluarga memberikan dukungan instrumental kepada lansia. Keluarga menyediakan alat mandi, makan, pakaian lansia dan lain- lain, bukan berarti lansia menjadi tidak mandiri dengan disediakannya alat- alat tersebut, namun bagaimana kemandirian lansia dalam menggunakan alat- alat tersebut.Lansia di Desa Bonto Sunggu memang disediakan kebutuhannya oleh keluarganya tetapi mereka mampu menggunakan secara mandiri sedangkan dukungan instrumental rendah karena beberapa lansia ada yang kurang terpenuhi kebutuhannya seperti jarang dibelikan pakaian, menyediakan kamar yang kurang nyaman.Menurut Friedman, 2010 dukungan instrumental adalah dukungan yang memfokuskan keluarga sebagai sumber pertolongan praktis dan konkrit berupa bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti materi, sarana dan lain- lain.4. Dukungan EmosionalHasil penelitian menunjukkan 75,3 % keluarga memberikan dukungan emosional. Jenis dukungan keluarga yang paling banyak diterima oleh lansia di Desa Bonto Sunggu adalah dukungan emosional. Hal ini terjadi karena sebagian dari responden adalah anak kandung sehingga hubungan secara emosionalnya baik. Hasil serupa sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnama, (2013) yaitu jenis dukungan keluarga yang paling banyak diterima oleh lansia adalah dukungan emosional.Dukungan emosional rendah dalam penelitian ini yaitu 24,7%. Hal ini terjadi karena beberapa keluarga yang tinggal dengan lansia ada yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga dukungan emosional kurang diberikan pada lansia, keluarga terlalu lelah dan bekerja hampi seharian sehingga waktu untuk berbincang dengan lansia terbatas namun jika lansia mengalami sakit Mereka memberikan perhatian penuh pada lansia. Dukungan emosional yang diberikan berupa kepedulian anggota keluarga terhadap kemandirian lansia dalam aktivitas sehari- hari seperti keluarga selalu memperhatikan setiap keluhan lansia, keluarga menunjukkan wajah yang menyenangkan ketika berbicara dengan lansia.Lansia tidak hanya membutuhkan dukungan secara fisik saja tetapi hubungan emosional antar anggota keluarga akan sangat mendukung lansia dalam mempertahankan kemandiriannya. Dukungan emosional terutama didapatkan dari keluarga bahwa kasih sayang dari anggota keluarga kepada anggota keluarga yang lain, memberikan penghargaan terhadap kehidupan keluarga terutama berkaitan dengan persepsi dan perhatian terhadap kebutuhan emosional para anggota keluarga (Faridatus dalam Triswandari, 2010). 5.2.3 Variabel dependen yang diteliti ( Kemandirian Lansia) Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa 69,1% lansia mandiri dalam aktivitasnya sehari- hari. Hasil penelitian serupa sama dengan penelitian Triswandari, 2010 yang menyatakan bahwa 64,1% lansia mandiri dalam aktivitas sehari- hari. Hal ini krena karakteristik responden lansia rata- rata berusia 65-69 tahun dimana pada usia tersebut lansia masih mampu mentoleransi aktivitas sehari- hari yang dilakukan seperti mandi, makan, berjalan, memakai pakaian sendiri. Beberapa ada yang tidak mandiri/ dibantu hal ini dikarenakan lansia di Desa Bonto Sunggu ada yang mengalami gangguan fungsional seperti nyeri sendi, pegal- pegal sehingga lansia mengalami ketergantungan seperti tidak mampu naik turun tangga yang terkadang memerlukan bantuan. Buwana dalam Triswandari (2010) mengungkapkan bahwa masalah aktivitas sehari- hari yang dialami lansia akan semakin meningkat seiring bertambahnya usia dan khususnya pada orang yang berumur diatas 85 tahun sedangkan menurut jenis kelamin tidak memberi pengaruh yang nyata.5.2.4 Hubungan Antara Varibel yang ditelitiDari hasil penelitian didapatkan hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dan hubungan masing- masing dukungan keluarga yaitu dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional dengan kemandirian lansia.1. Hubungan dukungan informasional dengan kemandirian lansiaDari hasil pengujian chi square persentase lansia yang ada dalam kategori kemandirian mandiri lebih tinggi pada lansia yang mendapat dukungan informasional tinggi dibanding lansia yang mendapat dukungan informasional rendah, yaitu 56,8% berbanding 12,3%. Hasil analisis diperoleh nilai chi square sebesar 6,151 dengan nilai p- value sebesar 0,013 atau hal ini berarti nilai P- value < (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statistik terdapat hubungan dukungan informasional dengan kemandirian lansia di desa Bonto Sunggu. Hasil ini didapat karena keluarga di desa Bonto Sunggu memberikan informasi mengeai kegiaran yang dapat meningkatkan kesehatan lansia seperti rutin ke posyandu lansia. Dengan mengikuti kegiatan tersebut diharapkan kesehatan lansia baik dari aspek kognitif, fongsional dan sensori dapat berfungsi dengan baik sehingga membuat lansia menjadi lebih mandiri dalam melakukan aktivitas sehari- hari.Kaplan dalam Friedman (2010) berpendapat bahwa jenis dukungan informasional sangat bermanfaat dalam menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus bagi induvidu. Keluarga memberikan informasi dan saran kemandirian pada lansia. Dukungan informative yang tepat akan meningkatkan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari- hari. Lingkungan tempat tinggal di daerah perkotaan memudahkan keluarga yang memiliki lansia untuk mencari infrmasi sebanyak- banyaknya mengenai perubahan pada lansiabaik melalui media cetak seperti Koran dan majalah maupun media elektronik seperti televise dan internet serta fasilitas kesehatan yang lengkap didaerah perkotaan (Soejono, 2012).

2. Hubungan dukungan penilaian dengan kemandirian lansiaDari hasil pengujian chi square persentase lansia yang ada dalam kategori kemandirian mandiri lebih tinggi pada lansia yang mendapat penilaian tinggi dibanding lansia yang mendapat penilaian rendah, yaitu 53,1% berbanding 16,0%. Hasil analisis diperoleh nilai chi square sebesar 4,976 dengan nilai p-value sebesar 0,026 atau hal ini berarti nilai P-value < (0,05) sehingga Ho ditolak ddan Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statistic terdapat hubungan antara dukungan penilaian dengan kemandirian lansia di desa Bonto Sunggu. Hal ini terjadi karena dukungan penilaian seperti keluarga selalu melibatkan lansia dalam musyawarah keluarga serta keluarga selalu mendengarkan saran yang diberikan lansia sehinggal lansia merasa dirinya dianggap oleh keluarga. Hal ini memberikan dampak baik bagi aspek kognitifnya karena lansia bisa melakukan aktivitas sehari- harinya dengan baik.Di desa Bonto Sunggu sudah menjadi budaya orang tua merupakan tempat untuk meminta saran dan pertimbangan terhadap masalah yang terjadi di keluarga sehingga lansia merasa dirinya dianggap menjadi bagian keluarga. Dukungan penilaian menekankan pada keluarga sebagai umpan balik membimbing dan menangani masalah sera sebagai sumber dan validator identitas anggota (Friedman, 2010).

3. Hubungan dukungan instrumental dengan kemandirian lansiaDari hasil pengujian chi square persentase lansia dalam kategori kemandirian mandiri lebih tinggi pada lansia yang mendapat dukungan instrumental tinggi dibanding dengan lansia yang mendapat dukungan instrumental rendah yaitu 45,7% berbanding 23,5%. Hasil analisis diperoleh nilai Chi square sebesar 8,126 dengan nilai p-value sebesar 0,004 atau hal ini berarti nilai p-value < (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statistic terdapat hubungan anatra dukungan instrumental dengan kemandirian lansia di desa Bonto Sunggu.Dukungan instrumental yang diberikan keluarga untuk lansia di desa Bonto Sunggu seperti menyiapkan makan, alat mandi dan membelikan pakaian, dengan disediakannya alat- alat tersebut bukan berarti lansia menjadi tidak mandiri tapi bagaimana lansia menggunakan alat- alat tersebut. Menurut Friedman, 2010 dukungan instrumental memfokuskan keluarga sebagai sumber pertolongan praktis dan konkrit berupa bantuan langsung dari orang- orang yang diandalkan seperti materi dan sarana. 4. Hubungan dukungan emosional dengan kemandirian lansiaDari hasil pengujian chi square persentase lansia yang ada dalam kategori kemandirian mandiri lebih tinggi dibanding lansia yang mendapat dukungan emosional rendah yaitu 59,3% berbanding 9,9%. Hasil analisis diperoleh nilai Chi square sebesar 10,565 dengan nilai p-value sebesar 0,001 atau hal ini berarti nilai p-value < (0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statistic terdapat hubungan antara dukungan emosinal dengan kemandirian lansia di desa Bonto Sunggu.Dukungan emosional merupakan dukungan kelurga yang paling banyak berkaitan dengan kemandirian lansia karena dukungan emosional merupakan dukungan keluarga yang paling penting yang seharusnya diberikan kepada anggota keluarganya karena dapat meningkatkan semangat dan memberikan ketenangan (Purnama, 2013).Dilihat dari karakteristik respoden sebagian besar responden adalah anak kandung dari lansia. Hal ini dapat menunjukkan kedekatan secara emosional antara anak kandung dengan lansia. Dengan kedekatan tersebut lansia tidak mengalami cemas yang berlebihan ketika menghadapi masalah sehingga mempengaruhi aspek kognitifnya sehingga diharapkan lansia mandiri dalam melakukan aktivitas sehari- harinya. Dukungan emosional terutama didapatkan dari keluarga, bahwa kasih sayang dari anggota keluarga kepada anggota keluarga yang lain memberikan penghargaan terhadap kehidupan keluarga terutama berkaitan dengan persepsi dan perhatian terhadap kebutuhan emosional para anggota keluarga (Faridatus dalam Triswandari, 2010).BAB 6PENUTUP

6.1 KesimpulanBerdasarkan uraian pada hasil penelitian hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari- hari di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:6.1.1 Ada hubungan dukungan informasional keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari- hari di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.6.1.2 Ada hubungan dukungan penilaian keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari- hari di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.6.1.3 Ada hubungan dukungan instrumental keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari- hari di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.6.1.4 Ada hubungan dukungan emosional keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari- hari di Desa Bonto Sunggu Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba. 6.2 SaranSaran- saran yang disampaikan berdasarkan penelitian yang dilakukan adalah:6.2.1 Institusi dunia pendidikan dan tenaga kesehatanKiranya penelitian ini dapat menambah bahan referensi bagi institusi utamanya bagi teman-teman seprofesi yang sementara mengikuti pendidikan keperawatan. Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya.6.2.2 Dinas KesehatanAgar pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba dapat menjadikan penelitian ini sebagai acuan dalam membuat program untuk lansia yang melibatkan keluarga sehingga angka harapan hidup lansia semakin meningkat. 6.2.3 PuskesmasDalam upaya pencapaian tugas pokok Puskesmas salah satunya peningkatan program tentang kemandirian lansia didalam masyarakat maka diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lansia.6.2.4 Keluarga LansiaKeluarga perlu meningkatkan dukungan keluarga kepada lansia agar lansia tetap mandiri dalam melakukan aktivitasnya sehari- hari tanpa harus bergantung pada anggota keluarganya sehingga lansia dapat menjalani hari tua dengan rasa aman, nyaman dan menyenangkan.