bab v konsep perencanaan dan perancangan rumah...
TRANSCRIPT
105
BAB V
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH
SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR
EKOLOGIS
5.1. Konsep Filosofis
Dilatarbelakangi oleh status kawasan industri Cikarang yang merupakan
kawasan industri terbesar di Asia Tenggara dengan jumlah buruh pabrik yang
terus meningkat sebanding dengan kebutuhan tempat tinggal yang juga semakin
tinggi, penyediaan rumah susun sewa di kawasan industri untuk buruh pabrik
yang tidak memiliki tempat tinggal dekat dari tempat kerja atau buruh pabrik
migran dengan penghasilan minimum UMK yaitu Rp. 1.491.881. Dalam
konsep perencanaan dan perancangan rumah susun sewa ini diharapkan dapat
mengakomodasi tempat tinggal buruh pabrik sesuai standar kenyamanan yang
nyaman dengan biaya hunian yang terjangkau, sehingga dapat memberikan
keuntungan pada kedua belah pihak, yaitu buruh pabrik dan perusahaan terkait
dengan biaya penghematan pengeluaran pegawai pada segi akomodasi dan
transportasi.
Pendekatan desain ekologis yang digunakan bertujuan dapat
meningkatkan kualitas lingkungan dalam hal mengurangi dampak negatif dari
pembangunan. Pendekatan konsep arsitektur ekologis pada rumah susun akan
menimbulkan suatu hubungan saling keterkaitan/timbal balik antara lingkungan
sekitar dengan bangunan. Penerapan konsep pasif dan aktif desain diharapkan
mampu membantu untuk penghematan energi. Selain itu penerapan gaya hidup
hemat energi akan dimasukan pada konsep pendekatan untuk membangun
penghuni yang sadar dan peduli akan lingkungan.
5.2. Konsep Tapak
5.2.1. Konsep Tata Massa Bangunan
1) Perencanaan jumlah blok rumah susun
Perencanaan blok masa didasarkan pada jumlah KK calon
penghuni yaitu 619 KK. Sehingga unit yang akan disediakan
adalah sejumlah 619. Diasumsikan dengan 4 jumlah lantai,
106
didapatkan 80 unit per blok masa, yang kemudian dibagi 2,
sehingga setiap satu masa memanjang terdapat 40 unit.
Gambar 5. 1. Konsep Tata Bangunan
Sumber : Penulis, 2013
2) Konsep konfigurasi massa bangunan
Dua blok masa yang terbagi dua, disusun secara secara vertikal
dan horisontal untuk menciptakan ruang komunal di tengah blok
yang bersifat lebih semi privat. Perletakkan dibagi menjadi 4 blok
yang dipisahkan oleh open space, dan meeting point di antara 2
blok.
Gambar 5. 2. Konsep Konfigurasi massa
Sumber : Penulis, 2013
107
5.2.2. Konsep Zonasi Tapak
Untuk menyusun massa bangunan, tahap awal yang perlu
diperhatikan adalah peraturan daerah tata bangunan. Perencanaan site
diawali dengan penempatan garis sempadan bangunan yaitu 7m dari
depan jalan, 5m dari belakang, dan 3m dari kiri dan kanan.
Gambar 5. 3. Konsep Zonasi Tapak terhadap Sempadan
Sumber : Penulis, 2013
Bangunan rumah susun dibagi menjadi dua zona, yaitu zona
bangunan rumah susun dan zona luar bangunan rumah susun yang
keduanya saling berkaitan. Masing – masing zona berikut adalah :
1) Konsep Zonasi Bangunan Rumah Susun
Zona Bangunan Rumah Susun berupa fasilitas yang ada di dalam
satu bangunan tersebut. Fasilitas tersebut adalah unit hunian,
ruang komersial, fasilitas – fasilitas (ruang komunal, ruang servis)
dan juga ruang parkir sepeda motor.
2) Konsep Zonasi Luar Bangunan
Zonasi luar bangunan merupakan fasilitas yang berada di luar
bangunan utama. Zonasi luar bangunan terdiri dari ;
a. Zona Ruang Terbuka
108
Zona ruang terbuka juga merupakan ruang - ruang
komunal bersifat publik yang bertujuan untuk dapat memenuhi
aktivitas - aktivitas sosial dari penghuni maupun warga luar
rumah susun. Letaknya berada di antara massa bangunan
sehingga mudah untuk diakses.
b. Zona Servis
Pada sebuah bangunan dibutuhkan sistem utilitas untuk
mendukung suatu bangunan. Sistem utilitas ini dapat
berupa pipa-pipa saluran yang merupakan bagian dari
gedung, namun klasifikasi sistem utilitas juga ada yang
ditentukan berdasarkan sifatnya terhadap kenyamanan
penghuni. Utilitas yang berukuran besar dan memiliki
kebisingan tertentu diletakkan dil luar bangunan karena
membutuhkan ruang khusus, contohnya seperti genset dan
TPS yang difungsikan sebagai tempat pembuangan
sementara sebelum diangkut oleh petugas.
c. Zona Penghijauan
Selain persyaratan RTH yang ditentukan pada pada tiap
bangunan, penghijauan juga berfungsi guna mengatur
thermal bangunan. Zona penghijauan dapat ditanami
berbagai jenis vegetasi yang tidak membutuhkan
perawatan khusus.
d. Zona Sirkulasi
Jalan untuk sirkulasi dibagi menjadi dua yaitu sirkulasi
kendaraan sebesar 6 m untuk akses utama dan 3 m untuk
jalan sekunder yang diasumsikan untuk sirkulasi sepeda
motor dan zona sirkulasi untuk pejalan kaki seluas 2
meter.
109
Gambar 5. 4. Konsep Zonasi Bangunan dan Luar Bangunan Rumah
Susun
Sumber : Penulis, 2013
5.2.3. Konsep Sirkulasi Tapak
Sirkulasi pada tapak dibagi menjadi 2 bagian berdasarkan jenis
pengguna, yaitu sirkulasi kendaraan (mobil dan sepeda motor) dan
sirkulasi untuk pejalan kaki.
Gambar 5. 5. Konsep Sirkulasi Kendaraan
Sumber : Penulis, 2013
Gambar 5. 6. Konsep Sirkulasi Pejalan Kaki
Sumber : Penulis, 2013
5.2.4. Konsep Tata Ruang Fasilitas Luar Bangunan
Dalam sebuah pemukiman, banyak kegiatan yang perlu di
wadahi untuk menunjang gaya hidup dari penghuni. Fasilitas-fasilitas
110
tersebut berada masih di lingkup kawasan rumah susun dnegan alasan
agar mudah dijangkau. Namun, fasilitas yang disediakan dalam rumah
susun bukan berarti hanya bisa digunakan untuk penghuni tapi juga
pengguna dari luar (bukan penghuni). Untuk itu perlu diolah konsep
penataan fasilitas agar mudah diakses dari luar tanpa mengganggu
penghuni.
Tabel 26. Konsep Tata Ruang Fasilitas Luar Bangunan
Jenis
Fasilitas
Fasilitas
Peruntukan
Ketentuan
Tata Letak
Ruang Publik
Terbuka
Ruang terbuka digunakan
untuk berinteraksi antar
penghuni, bisa berfungsi
sebagai tempat bermain
anak.
Terletak dikeliligi oleh
massa blok, sehingga orang
tua masih bisa memantau
anak bermain. Terdapat
ruang terbuka pusat di
tengah untuk dijadikan
meeting point.
Pelataran
Usaha
Pelataran usaha dapat
berupa kios-kios untuk
mendukung perekonomian
keluarga.
Terletak di lantai dasar dan
menghadap keluar agar
dapat terlihat dengan
mudah.
Taman
Bermain
Diperuntukkan untuk anak
usia 1-5 tahun yang masih
membutuhkan kontrol orang
tua dan untuk anak usia 6-
12 yang tidak lagi
membutuhkan pengawasan.
Terletak di tengah
dikelilingi oleh bangunan,
sehingga masih bisa
dijangkau oleh orang tua.
Lapangan
Bulu Tangkis/
Basket
Sebagai fasilitas olahraga
bulu tangkis
Terdapat 2 jenis lapangan
yang terletak di sisi paling
utara lingkup rumah susun.
Diletakkan bersebelahan
dengan TK, sehingga dapat
digunakan sebagai fasilitas
sekolah outdoor untuk
murid TK.
111
Tempat Parkir
Mobil
Sebagai fasilitas untuk
menyimpan kendaraan roda
4 yang diperuntukkan bagi
pemilik kendaraan untuk
penghuni maupun
pengunjung
Karena lebih banyak
pengunjung yang
menggunakan mobil
sehingga parkir mobil
diletakkan di paling depan
lingkup rumah susun. Hal
ini untuk mengurangi akses
dari pengunjung asing ke
lingkup rumah susun.
Sumber : Penulis, 2013
Gambar 5. 7. Konsep Tata Letak Fasilitas Bangunan
Sumber : Penulis, 2013
5.3. Konsep Bangunan Rumah Susun
5.3.1. Konsep Zonasi Tata Letak Unit Kamar
Terdapat 2 tipe unit hunian, yaitu tipe 24 (6m x 4m) dan tipe 36
(6m x 6m). Pembagian zona unit hunian didasarkan pada aktivitas
pengguna. Tipe 24 yang dikhususkan untuk calon penghuni lajang atau
sharing dengan kapasitas maksimum 2 orang memiliki tingkat
aktivitas yang tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan calon
penghuni yang sudah berkeluarga. Penghuni lajang lebih banyak
menghabiskan waktunya di tempat kerja kemudian kembali ke tempat
tinggal untuk tidur, sehingga unit relatif kosong untuk banyak jam.
Unit tipe 36 dikhususkan oleh calon penghuni yang sudah berkeluarga
dengan total maksimum 4 jiwa. Aktivitasnya cukup tinggi, karena
hanya kepala keluarga saja yang pergi bekerja, sedangkan istri dan
112
anak-anak tetap tinggal di hunian. Dari analisa aktivitas tersebut, maka
unit tipe 24 diletakkan di lantai atas (3dan 4), kemudian untuk tipe 36
diletakkan di lantai bawah (1 dan 2).
Gambar 5. 8. Konsep Tata Letak Unit Hunian
Sumber : Penulis, 2013
5.3.2. Konsep Fasilitas Bersama dan Servis
Fasilitas bersama merupakan suatu ruang yang dapat digunakan
bersama-sama. Fasilitas bersama pada lantai satu terdiri dari ruang
serbaguna, taman bermain, wc umum, parkir motor, ruang usaha dan
gudang. Diletakkan di lantai satu karena sifatnya yang semi publik
sehingga mudah diakses oleh penghuni maupun dari luar. Ruang servis
merupakan ruang menerus yang di dalamnya terdapat pipa-pipa
utilitas, ruang panel, dan shaft sampah.
Gambar 5. 9. Konsep Fasilitas Bangunan
Sumber : Penulis, 2013
113
5.3.3. Pola Organisasi Ruang
1) Pola Organisasi Lantai Satu
Gambar 5. 10. Pola Organisasi Ruang Lantai Satu
Sumber : Penulis, 2013
2) Pola Organisasi Lantai 2,3,4
Gambar 5. 11. Pola Organisas Lantai 2,3,4
Sumber : Penulis, 2013
3) Pola Organisasi Unit Hunian
Gambar 5. 12. Pola Organisasi Ruang Unit Hunian
Sumber : Penulis, 2013
114
5.3.4. Konsep Denah Unit
1) Konsep Denah Unit 24
Gambar 5. 13. Konsep Denah Unit 24
Sumber : Penulis, 2013
2) Konsep Denah Unit 36
Gambar 5. 14. Konsep Denah Unit 36
Sumber : Penulis, 2013
3) Gagasan Detil Denah
Tampak luar rumah susun yang kumuh menjadi salah
satu masalah yang harus diselesaikan. Banyaknya pakaian
yang di jemur di balkon atau jendela unit selain disebabkan
oleh sifat
Gambar 5. 15. Gagasan Detil Denah
Sumber : Penulis, 2013
praktis penghuni namun juga karena adanya ruang untuk
menjemur. Gagasan ini tidak bertujuan untuk mengubah
115
pola aktivitas penghuni rumah susun tapi bertujuan untuk
mengatasi tampak rumah susun yang secara visual terlihat
kumuh yang ditimbulkan oleh adanya sifat praktis tersebut.
Setiap unit diberi balkon yang dapat dijadikan tempat
jemur seluas 1m x 2m, kemudian disediakan jemuran
permanen yang menempel di tembok dan bisa dilipat.
Untuk mengatasi terlihatnya jemuran diberi double fasad
dengan jarak 1m sehingga tidak dapat dijangkau oleh
tangan untuk mengkaitkan sesuatu.
5.3.5. Konsep Sirkulasi dan Transportasi
1) Koridor
Koridor menggunakan sistem single loaded corridor, karena
efektivitas yang didapat dari jenis koridor ini. Selain itu, dari segi
biaya jenis koridor ini juga lebih ekonomis. Koridor ini juga dapat
digunakan sebagai ruang komunal di dalam bangunan, namun
penghuni juga masih memiliki view ke luar bangunan.
Gambar 5. 16. Konsep Sirkulasi
Sumber : Penulis, 2013
2) Sistem Transportasi Bangunan
Rumah susun termasuk jenis bangunan tinggi (low rise
building). Untuk bangunan low rise, transportasi yang paling cocok
digunakan adalah tangga. Tidak digunakan elevator karena
pertimbangan biaya dari pemeliharaannya yang mahal. Sedangkan
menurut ketentuan bangunan tinggi yang tidak menguunakan lift,
maksimal ketinggian adalah 4-5 lantai. Perletakkan tangga
disesuaikan dengan syarat setiap 30m panjang bangunan harus
disediakan tangga. Terdapat tiga titik tangga yang dapat diakses
dalam satu blok rumah susun sewa ini.
116
Gambar 5. 17. Konsep Transportasi Bangunan
Sumber : Penulis, 2013
5.3.6. Konsep Sistem Bangunan
1) Struktur
Struktur bangunan menggunakan modul 6m x 6m. Maka
jenjang antar kolom yang adalah 6m. Sesuai standar untuk
penentuan dimensi kolom didapat dari 1/12 atau 1/10 dari
bentang, yaitu 50cm. Untuk ukuran balok menyesuaikan dari lebar
kolom yaitu 40cm. Massa bangunan 1 blok memiliki panjang 60
m, menurut persyaratan ilmu konstruksi bangunan, bangunan
dengan panjang yang lebih dari 30 m harus diberikan sistem
dilatasi.
Gambar 5. 18. Sistem Struktur Bangunan
Sumber : Penulis, 2013
117
5.3.7. Konsep Ekologis
1) Pemanfaatan Vegetasi Terhadap bangunan
Vegetasi merupakan cara alami yang efektif dalam mengatasi
cahaya berlebih yang masuk ke dalam bangunan. Vegetasi di depan
bangunan dapat berfungsi untuk menyaring cahaya sehingga tidak
berlebihan. Perletakkan vegetasi tidak hanya dapat dimanfaatkan di
luar bangunan saja namun juga di dalam bangunan. Sekarang
banyak hunian/rumah susun yang menggunakan urban farming
guna memasukkan unsur hijau di dalam bangunan, hal ini juga
merupakan salah satu cara untuk mendidik penghuni agar mau
merawat tanaman tersebut.
Gambar 5. 19. Penerapan Vegetasi
Sumber : Penulis, 2013
118
2) Penerapan Ventilasi Silang
Ventilasi silang masuk melewati balkon, yang kemudian menerus
melewati dalam bangunan dan keluar lagi menuju koridor untuk
masuk ke gedung selanjutnya.
Gambar 5. 20. Penerapan Ventilasi Silang
Sumber : Penulis, 2013
3) Sistem Utilitas
Utilitas bangunan pada bangunan rumah susun sewa menjadi
bagian yang paling penting. Dalam menerapkan prinsip-prinsip
ekologis, sistem utilitas bangunan berperan cukup besar dalam hal
efisiensi energi pada air, listrik dan penerangan bangunan. Beberapa
pendekatan yang akan diaplikasikan pada bangunan rumah susun
sewa untuk buruh pabrik di kawasan industri Cikarang, yaitu ;
a) Air
Untuk penampungan air hujan akan ditampung di atap
(reservoir atas-air hujan) dengan pertimbangan pengaliran air tanpa
listrik, sehingga apabila terjadi kebakaran sprinkler dapat tetap
berfungsi, selain itu dari segi pemipaan dan jarak yang ditempuh
air hujan ke penampungan lebih dekat.
Apabila sudah penuh maka akan dialirkan ke reservoir bawah air
hujan yang terletak di taman (kolam). Kolam dibagi menjadi dua
yakni kolam penampungan air hujan dan kolampenampungan air
daur ulang. Untuk mendaur ulang air diutamakan untuk dilakukan
secara alami (reedbeds/semak tidur). Hasil dari proses daur ulang
119
akan dipompa kembali, yang kemudian dapat digunakan untuk
menyiram tanaman.
b) Sampah
Penanganan menggunakan sistem cerobong gravitasi. Terdapat
satu tempat pengumpulan sampah akhir pada tiap lantai, di mana
tempat sampah tersebut berbentuk seperti shaft vertikal menerus
dari lantai dasar sampai lantai atas. Shaft gravitasi umumnya
berukuran 20-90 cm, namun yang paling banyak digunakan
berdiameter 60 cm.
Gambar 5. 21. Sistem Shaft Sampah
Sumber : Swandari, 2012
4) Konsep Biopori
Biopori adalah liang (terowongan-terowongan kecil) di dalam
tanah yang terbentuk akibat berbagai aktivitas fauna tanah dan
perakaran tanaman. Biopori yang terbentuk akan terisi udara dan
akan menjadi tempat lewatnya air di dalam tanah sehingga dapat
melancarkan peresapan air ke dalam tanah.
Konsep biopori pada penerapan ekologis pada rumah susun
adalah pembuatan lubang resapan biopori (LRB) pada beberapa
titik di area terbuka yang telah direncanakan dan kemudian
mengisinya dengan sampah organik. Pemanfaatan kembali sampah
organik untuk sistem biopori memiliki beberapa keuntungan bagi
lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu:
a. Meningkatkan daya resapan air.
120
b. Membuat kompos alami dari sampah organik daripada dibakar.
Sampah organik yang dimasukkan dalam lubang resapan biopori
akan diuraikan mikroorganisme tanah menjadi kompos. Kompos
dapat dipanen setiap periode tertentu dan dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk organik berbagai jenis tanaman.
c. Mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit.
d. Mengurangi resiko banjir di musim hujan.
e. Maksimalisasi peran dan aktivitas flora dan fauna tanah.
f. Mencegah terjadinya erosi tanah dan bencana tanah longsor.
Teknik pembuatan lubang resapan biopori adalah sebagai
berikut:
a. Membuat lubang silindris di tanah dengan diameter 10-30 cm
dan kedalaman 30-100 cm serta jarak antar lubang 50-100 cm.
b. Mulut lubang dapat dikuatkan dengan semen setebal 2 cm dan
lebar 2-3 centimeter serta diberikan pengaman agar tidak ada
anak kecil atau orang yang terperosok.
c. Lubang diisi dengan sampah organik seperti daun, sampah dapur,
ranting pohon, sampah makanan dapur non kimia, pangkasan
rumput, dan sebagainya.
d. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang
isinya sudah berkurang dan menyusut akibat proses pelapukan.
e. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap
akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang
resapan.
Gambar 5. 22. Teknik Pembuatan Lubang Resapan Biopori
Sumber: www.dinolefty.wordpress.com, Selasa 2-01-2013, 23.00.